• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA BONTO SUNGGU KECAMATAN

GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR

MUH. ILHAM

Nomor Stambuk : 10564 02127 15

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

MUH. ILHAM

Nomor Stambuk : 10564 02127 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

Muh. Ilham 2020. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Infrastruktur Di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar (dibimbing oleh H. Ansyari Mone dan Ahmad Tufik).

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dengan seiringnya perkembangan otonomi daerah pemerintah pusat memberikan tugas penyelenggaraan pembangunan secara langsung kepada pemerintah desa. Partisipasi masyarakat merupakan sumbangsih sukarela dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan atau perencanaan dan pelaksanaan dalam menjalankan program.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian fenomenologi. Informan dalam penelitian ini sebanyak delapan orang terdiri dari Pemerintah Desa, BPD, Kepala Dusun dan Masyarakat selaku informan utama.

Hasil penelitian ini menunjukkan lima 3 indikator terkait Partisipasi Masyarakat Dalam Pemabngunan Infrastruktur di Desa Bontosunggu Kecamatan Galesong Utarab Kabupaten Takalar yaitu: pertama, perencaanaan dimana masyarakat desa ikut terlibat dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur desa melalui undangan rapat yang dilakukan oleh pemerintah desa. Kedua, pelaksanaan dimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan merupakan upaya yang dilakukan pemerintah desa Bontosunggu dalam rangka pemberdayaan masyarakat sehingga pembangunan infrastruktur berbasis swakelola. Ketiga, evaluasi yaitu keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi sebagai bahan masukan pemerintah desa Bontosunggu terkait seberapa maksimal program pembangunan yang dilakukan selanjutnya menjadi bahan masukan bagi pemerintah desa dalam pembangunan yang akan datang. Adapun faktor pendukung partisipasi masyarakat yaitu: pertama sumbangan dan dukungan dimana masyarakat desa Bontosunggu mendukung proses pembangunan di desa mereka dengan bantuan tenaga, fikiran dan materi. Kedua, Kesadaran dan Kemauan masyarakat, dimana beberpa anggota masyarakat sudah memahami pentingnya melibatkan diri dalam pembangunan infrastruktur di desa mereka, atas dasar tersebut memunculkan kemauan untuk berpartisipasi. Terakhir faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan partisipasi yaitu: kurangnya sosialisasi, dimana pemahaman masyarakat terkait pentingnya ikut serta dalam pembangunan infrastruktur desa masih sangat minim sehingga membuat masyarakat apatis dalam berpartisipasi. Selanjutnya tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga masyarakat memposisikan diri sebagai target dan sasaran kebijakan dan memberikan tanggung jawab penuh kepada pemerintah desa untuk melaksanakan pembangunan sehingga masyarakat terlihat apatis dalam ikut berkontribusi untuk kegiatan pembangunan infrastruktur Desa Bontosunggu.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur

Di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Ahmad Taufik,S.IP, M.Ap selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.Ip, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Pemerintah Desa, Ketua BPD, Kepala Dusun, dan Masyarakat yang berada di ruang lingkup Desa Bontosunggu yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan sewaktu proses penelitian.

(8)

vii

5. Seluruh bapak dan ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

6. Kepada para pegawai atau karyawan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa memberikan pelayanan dan membantu saya dalam segala urusan perkuliahan.

7. Kedua Orang tua tercinta yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan, merawat, memberi pendidikan sampai pada jenjang saat ini, mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta bantuan baik moril ataupun materi dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara(i) Sospol angkatan 2015 yang sama-sama berjuang dalam meraih cita-cita serta semua pihak yang telah membantu dan mendukungnya terselesaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini sangatlah jauh dari kesempurnaan karena segala sesuatu yang sempurna itu hanya milik ALLAH SWT, dan oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Halaman Persetujuan ...ii

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...iii

Abstak ...iv

Kata Pengantar ...v

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Partisipasi Masyarakat ...7

B. Pemerintahan Desa ...14

C. Konsep Pembangunan Infrastruktur ...19

D. Kerangka Pikir ...22

E. Fokus Penelitian ...23

F. Deskripsi Fokus Penelitian ...23

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ...26

B. Jenis dan Tipe Penelitian ...26

C. Sumber Data ...27

D. Informan Penelitian ...27

E. Teknik Pengumpulan Data ...28

F. Teknik Analisis Data ...29

G. Keabsahan Data ...31

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Obyek Penelitian ...33

(10)

ix

B. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur Desa

Bontosunggu. ...43

a. Perencanaan ...44

b. Pelaksanaan ...50

c. Evaluasi ...56

C. Faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat dalam pembangunan Infrastruktur ...61

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...75

B. Saran ...76

(11)

1

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan sebagai langkah untuk membangun manusia Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kebijakan yang akan diambil yang berkaitan dengan pembangunan harus tertuju pada pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia dan diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat sehingga pada akhirnya dapat berdampak terhadap perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia.

Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu Negara dilaksanakan untuk mensejahterakan masyarakatnya, demikian halnya dengan Negara Indonesia. Di Indonesia tujuan pembangunan nasional tercantum pada pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke empat yang isinya adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan dilaksanakan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya.

Keberadaan infrastruktur fisik yang baik seperti hal nya jalan, jembatan, sarana telekomunikasi, sarana perlistrikan, sarana irigasi dan

(12)

sarana transportasi juga sering dikaitkan sebagai pemicu perkembangan pembangunan di berbagai bidang pada suatu kawasan. Dengan mudah kita dapat menilai perbedaan kesejahteraan suatu kawasan hanya dengan melihat dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi di dalamnya.

Dengan seiringnya perkembangan otonomi daerah pemerintah pusat memberikan tugas penyelenggaraan pembangunan secara langsung kepada pemerintah desa. Pemerintah desa juga harus selalu memperhatikan dan menekankan pembangunan masyarakat desa melalui peran aktif serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Permasalahan pembangunan yang muncul di daerah pedesaan, dapat ditanggulangi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya yaitu dengan perbaikan infrastruktur yang ada di daerah pedesaan. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mulai memperkenalkan program pembangunan yang melibatkan masyarakat dimulai dari tahapan pengusulan kegiatan atau proyek sampai dengan pemeliharaannya.

Partisipasi masyarakat merupakan sumbangsih sukarela dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan atau perencanaan dan pelaksanaan dalam menjalankan program, dimana mereka ikut menikmati manfaat dari program-program tersebut serta dilibatkan dalam evaluasi program agar dapat mengangkat tingkat kesejahteraan mereka.

Rendahnya partisipasi masyarakat akan berakibat pada pemanfaatan hasil pembangunan. Ini dapat dilihat bahwa memanfaatkan hasil pembangunan merupakan peran aktif masyarakat untuk merawat,

(13)

memelihara dan menjaga hasil pembangunan. Pembangunan yang berasal dari aspirasi masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat merupakan pembangunan yang baik. Karena hal tersebut akan menumbuhkan kesadaran dari masyarakat untuk memelihara, merawat dan menjaga hasil pembangunan yang diperoleh dari kemauan masyarakat itu sendiri.

Tetapi jika pembangunan tersebut bukan dari masyarakat dan bukan berasal dari aspirasi masyarakat akan menyebabkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap hasil pembangunan menjadi rendah, hal ini yang akan mengakibatkan hasil pembangunan akan menjadi sebuah bangunan yang tidak terawat. Artinya pembangunan yang dilaksanakan tidak berjalan dengan efektif dan efisien.

Keberadaan infrastruktur desa secara tidak langsung juga akan memberikan dampak terhadap kemajuan ekonomi masyarakat desa. Kepala desa sebagai pemimpin pemerintah desa memiliki tugas menyelenggarakan urusan pembangunan, hendaknya pembangunan infrastruktur tidak dilupakan.

Pembangunan disadari pada umumnya berawal dari masyarakat dan akhirnya memang diperuntukkan kepada masyarakat itu sendiri. Masyarakat tidak bertindak sendiri dalam pelaksanaan pembangunan, tetapi masyarakat diatur dan dikendalikan oleh pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan dan tumpang tindih dalam pembangunan.

Salah satu wilayah yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Takalar merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota yang

(14)

sedang melakukan percepatan pembangunan pada tingkat desa. Secara geografis Kabupaten Takalar terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak 40 km dari Kota Makassar dan terletak antara 5031 sampai 50381 Lintang Selatan dan antara 1990221 sampai 1990391 Bujur Timur dengan luas wilayah 566,51 Km2, yang terdiri dari kawasan hutan seluas 8.254. Ha (14,57%), sawah seluas 16.436, 22 Ha (29,01%), perkebunan tebu PT. XXXII seluas 5.333,45 Ha (9,41%), tambak seluas 4.233,20 Ha (7,47%), tegalan seluas 3.639,90 Ha (6,47%), kebun campuran seluas 8.932,11 Ha (15,77%), pekarangan seluas 1,929,90 Ha (3,41%) dan lain-lain seluas 7.892,22 Ha (13,93%) (BPS Takalar).

Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk

membangun pedesaan. Salah satunya adalah program dana desa.

Program ini dimulai tahun 2015, dimana di seluruh Indonesia

sebanyak 74.093 desa mendapat program tersebut, termasuk

desa-desa yang berada di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar. Total dana desa yang disalurkan oleh pemerintah pusat, dalam hal ini kementerian keuangan ke seluruh kabupaten di Indonesia adalah sebesar Rp. 20, 7 trilliun dan mengalami peningkatan tahun 2018 sebesar Rp. 46, 9 trilliun (TribunNews.com).

Pengembangan Perdesaan berbasis pembangunan infrastruktur di Kabupaten Takalar yang tersebar di sebagian besar wilayah perdesaan. Salah satu desa yang giat melaksanakan pembangunan infrastruktur adalah Desa Bontosunggu Kecamatan Galesong Utara

(15)

Berbagai permasalahan dan kendala selama ini banyak dihadapi masyarakat yang berada di Desa Bontosunggu, salah satunya menyangkut infrastruktur jalan yang masih minim sehingga menyulitkan masyarakat dalam meningkatkan kualitas perekonomiannya. Terlebih pembangunan semakin giat dilakukan karena adanya inisiasi ingin menjadikan Desa Bontosunggu sebagai desa wisata.

Dengan demikian penulis tertarik untuk mengangkat judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Bontosunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, untuk melihat sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan infrastruktur di desa tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan masalah yang akan di bangun dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan di Desa Bontosunggu?

2. Apa faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan di Desa Bontosunggu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan yang di angkat dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan di Desa Bontosunggu.

(16)

2. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan di Desa Bontosunggu.

D. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis

1) Dapat dijadikan referensi untuk pembahasan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

2) Memberikan masukan terhadap kemajuan program

pembangunan desa dalam aspek partisipasi masyarakat. b. Secara Praktis

1) Dapat di jadikan input bagi pengambil keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada wilayah pembangunan.

2) Dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain untuk melihat bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktu Desa yang berada di lokasi lain.

(17)

7

Partisipasi masyarakat di dalam setiap proses pembuatan kebijakan publik merupakan hal penting sebagai cermin asas demokrasi di suatu negara. Hal ini menjadi sangat tepat ketika partisipasi masyarakat kemudian diangkat menjadi salah satu prinsip yang harus dijalankan oleh pemerintah dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang baik.

Partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi 2007:27).

Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan (Pidarta dalam Astuti (2011: 31-32).

Partisipasi secara umum merupakan peran serta atau keikutsertaan/keterlibatan seseorang secara perseorangan atau berkelompok dalam suatu kegiatan. Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal,

(18)

dibutuhkan pendekatan yang mensinergikan potensi masyarakat. Pendekatan ini memerlukan perencanaan matang yang mendorong peran serta aktif masyarakat (Mikkelsen 2011:56).

Partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya (Tilaar 2009: 287).

Partisipasi dalam kaitan ini dilihat sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses konsultasi dan pengambilan keputusan disemua tingkat proyek, mulai dari proses analisis kebutuhan pembangunan, proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi proyek pembangunan. membagi pertisipasi ke dalam lima macam, yaitu sebagai berikut (Huraerah 2008:117):

a. Partisipasi langsung dalam kegiatan bersama secara fisik dan tatap muka.

b. Partisipasi dalam bentuk iuran uang atau barang dalam kegiatan partisipatori, dana dan sarana sebaiknya datang dari dalam masyarakat sendiri. Kalaupun terpaksa dari luar hanya bersifat sementara dan sebagai umpan.

c. Partisipasi dalam bentuk dukungan.

(19)

e. Partisipasi respresentatif dengan memberikan kepercayaan dan mandat kepada wakil-wakil yang duduk dalam organisasi atau panitia

Partisipasi merupakan suatu konsep dalam pengembangan masyarakat yang digunakan secara umum dan luas. Partisipasi merupakan sebuah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena, diantara banyak hal, partisipasi memang terkait erat dengan gagasan HAM (Ife dan Tesoriero 2008: 295).

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: Interaksi antar wargawarganya, adat istiadat, kontinuitas waktu, rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118).

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan (Soekanto, 2006: 22).

Masyarakat selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, biasanya tanpak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan

(20)

masyarakat di daerah tertentu. Masyarakat desa juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa. Masyarakat sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah (Edi:2009):

a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang relatif mandiri yang hidup bersama-sama cukup lama yang mendiami suatu wilayah tertentu memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain, masyarakat adalah suatu oraganisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lainya (Wulandari:2014).

Untuk membahas partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah,perlu kiranya diketahui perkembangan pembangunan di daerah yang selama ini dilakukan oleh pemerintah karena walau bagaimanapun peran pemerintah dalam pembangunan yang selama ini tidak terlepas dari peran masyarakat maka keberadaan masyarakat juga tidak dapat dipandang sebelah mata dalam kehidupan bernegara dan dalam kegiatan pembangunan. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program dan pembangunan masyarakat, yang di laksanakan di

(21)

dalam maupun di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran dan tanggungjawab.

Partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara langsung maupun emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan kepada proses pembuatan keputusan terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi seseorang yang bersangkutan melaksanakan akan tanggung jawab untuk melaksanakan hal tersebut (Deviyanti:2013).

Partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalamketerlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melaluisumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatanmasyarakat menikmati hasil dari pembangunan, serta dalam evaluasi pada pelaksanaan program. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh (Conyers dalam Deviyanti:2013) sebagai berikut:

a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk

(22)

proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

c. Partisipasi masyarakat merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Kemampuan dan kemauan berpartisipasi berasal dari kelompok masyarakat, sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari warga atau kelompok dalam suatu masyarakat, walalaupun telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan untuk warga atau kelompok dari suatu masyarakat, maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu terjadi (Henryk:2013).

Melihat dampak penting dan positif dari perencanaan partisipatif, dengan adanya partisipasi masyarakat yang optimal dalam perencanaan diharapkan dapat membangun rasa kepemilikan yang kuat dikalangan masyarakat terhadap hasil- hasil pembangunan yang ada. Pada dasarnya masyarakat dapat dilibatkan secara aktif sejak tahap awal penyusunan rencana (Geddesian dalam Sari 2008 :43).

Partisipasi masyarakat dalam proses implementasi pelaksanaan program dapat dilihat dari indikator sebagai berikut (Agustin:2016):

(23)

a. Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam perencanaan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

b. Pelaksanaan adalah masyarakat sebagai salah satu unsur pelaksana pembangunan harus bertanggung jawab dalam aktivitas pelaksanaan pembangunan dengan jalan mengerahkan dukungan tenaga, keterampilan, dana serta fasilitas bagi program pembangunan yang telah ditetapkan dan menciptakan suasana kerjasama dengan pelaksana pembangunan lainnya. Pengerahan yang optimal dari potensi masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan progam perlu digali, dipelihara dan dikembangkan sehingga mampu menciptakan suasana kemasyarakatan yang mendukung pembangunan serta terwujudnya aktivitas yang kondusif dalam pelaksanaannya.

c. Evaluasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan dapat diwujudkan dalam bentuk pengawasan yang bersifat preventif dan represif terhadap program pembangunan yang dilaksanakan, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka menjamin tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri.

(24)

Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seorang warganegara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok.Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan denganmenyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya. Sumbangan inisiatif dan kreatifitas dapat disampaikan dalam rapat kelompok masyarakat atau pertemuan-pertemuan, baik yang bersifat formal maupun informal. Jadi dalam partisipasi terdapat komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dan antara sesama anggota masyarakat.

B. Konsep Pemerintah Desa

Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Pemerintahan Desa merupakan suatu kegiatan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa yaitu kepala desa dan perangkat desa. “Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati (Suprihatini 2009).

Pemerintahan desa bukanlah menunjuk pada otonomi Pemerintah desa semata-mata tetapi juga otonomi masyarakat desa dalam menentukan diri

(25)

mereka dan mengelola apa yang mereka miliki untuk kesejahteraan mereka sendiri. Otonomi desa berarti juga memberi ruang yang 13 luas bagi inisiatif dari desa. Kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri dan keterlibatan masyarakat dalam semua proses baik dalam pengambilan keputusan berskala desa, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat desa sendiri (Solekhan 2012).

Reformasi telah mencapai akarnya, kesadaran konstitusi desa dan dusun diramalkan akan mendorong proses reformasi berbasis otonomi daerah bersifat hakiki. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menggambarkan itikad negara untuk mengotomikan desa, dengan berbagai kemandirian pemerintahan desa seperti pemilihan umum calon pemimpin desa, anggaran desa, semacam DPRD desa, dan kemandirian pembuatan peraturan desa (Farouk 2015).

Berdasarkan undang-undang no. 06 Tahun 2014 penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hak asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa melaksanakan bersama-sama dengan BPD untuk menjalankan sistem pemerintahan yang baik sesuai dengan Undang-undang untuk tercapainya tujuan dari desa itu sendiri (Farouk 2015).

(26)

Urusan rumah tangga desa adalah urusan yang berhak diatur dan diurus oleh Pemerintah Desa sendiri. Untuk mengatur dan mengurus dan menguru urusannya, Pemerintah Desa membuat peraturan desa. Peraturan desa dibuat oleh Kepala Desa bersama dengan BPD. Peraturan desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui BPD (Huda 2015).

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah seluruh proses kegiatan manajemen pemerintahan dan pembangunan Desa berdasarkan kewenagan desa yang ada, meliputi perencanaan, penetapan kebijakkan, pelaksanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, pembiayaan, koordinasi, pelestarian, penyempurnaan dan pengembagannya (Purnomo 2016).

Sebagai penyelenggara unsur pemerintahan desa, pemerintah desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu fungsi pemerintah desa adalah sebagai berikut (Nurcholis 2011):

a. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa.

b. Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

c. Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat.

d. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat. e. Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan.

(27)

Kewenangan-kewenangan yang dimiliki desa mendorong agar desa bisa lebih mandiri, kreatif dan inovatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan membangkitkan prakarsa dan potensi-potensi sumber daya yang ada. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, desa berkewajiban untuk dapat meningkatkan pembangunan, pelayanan publik serta melaksanakan pengelolaan keuangan desa secara baik, transparansi, dan akuntabel (Suprihatini 2009).

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Aspek–Aspek Tata Pemerintahan Desa adalah sebagai berikut (Asshiddiqie, 2010 : 278):

a. Administrasi Pemerintahan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan pemerintahan, perkantoran desa, keuangan desa, kependudukan, pertahanan, kantibmas, dan lain sebagainya.

b. Administrasi pembangunan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan bantuan pembangunan desa, pendapatan desa, perencanaan pembangunan desa, pengaturan bangunan–bangunan, lomba desa, LKMD dan sebagainya.

c. Administrasi pembinaan masyarakat, proses penyelenggaraan dan pencatatan serta pelaporan kegiatan–kegiatan pembinaan masyarakat desa, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun instansi– instansi sektoral.

(28)

d. Manajemen dan kepemimpinan desa, Manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan desa yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, actuating dan pengawasan pembangunan desa. Sedangkan kepemimpinan desa adalah suatu kelompok orang yang menduduki posisi pimpinan formal maupun non formal dalam membangkitkan dan memotivasi warga desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa serta mengkoordisasikan kegiatan–kegiatan pembangunan desa sehingga tujuan pembangunan desa tercapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 yang menyebutkan, bahwa pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan LMD. LMD adalah semacam badan perwakilan desa. Tapi karena LMD dipimpin oleh kepala desa maka kedudukan, peran, fungsi, dan tugas pokoknya tidak jelas sebagai lembaga dengan fungsi legislatif atau eksekutif. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 membedakan secara tegas peran kepala desa dan BPD. Kepala desa adalah pelaksana kebijakan sedangkan BPD adalah lembaga pembuat dan pengawas kebijakan (peraturan desa). Jadi, BPD merupakan badan seperti DPRD kecil di desa (Nurcholis 2014).

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota. Desa di

(29)

kabupaten atau kota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama badan permusyawaratan desa (Asshiddiqie, 2010 : 278).

Sebagai kesimpulan pemerintah Desa merupakan unit kerja yang bertugas memberikan pelayanan bagi masyarakat di tingkat desa. Dalam menjalankan pemerintahannya pemerintah desa di bantu oleh badan permusyawaratan desa yang mempunyai tugas sebagai pengawal aspirasi masyarakat.

C. Konsep Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur dalam sebuah sistem menjadi penopang kegiatan-kegiatan yang ada dalam suatu ruang. Infrastruktur merupakan wadah sekaligus katalisator dalam sebuah pembangunan. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan ekonomi suatu kawasan atau wilayah (Radiyansyah:2012).

Infrastruktur merupakan suatu wadah untuk menopang kegiatan-kegiatan dalam satu ruang. Ketersediaan infrastruktur memberikan akses mudah bagi masyarakat terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam melakukan kegiatan sosial maupun ekonomi. Dengan meningkatnya efisiensi otomatis secara tidak langsung meningkatkan perkembangan ekonomi dalam suatu wilayah. Sehingga menjadi sangat penting peran infrastruktur dalam perkembangan ekonomi (Harahap:2011).

(30)

Infrastruktur merupakan barang barang publik yang bersifat non

ekslusif (tidak ada orang yang dapat dikesampingkan), non rival (konsumsi

seorang individu tidak mengurangi konsumsi individu lainnya) serta (non

tradable) umumnya biaya produksi marginal adalah nol. Infrastruktur

umumnya juga tidak dapat diperjualbelikan (Yanuar:2006).

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 38/ 2015 mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu teknis, fisik, sistem, perangkat keras dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat serta mendukung jaringan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. The World Bank dalam (Prasetyo dan Firdaus 2009) membagi infrastruktur menjadi 3 yaitu:

a. Infrastruktur ekonomi, infrastruktur dalam bentuk nyata atau fisik untuk menunjang aktivitas ekonomi, public utilities berupa tenaga, gas, air, telekomunikasi, sanitasi dan public work berupa irigasi, jalan, drainase, bendungan serta untuk sektor transportasi berupa jalan, pelabuhan, pembangunan lelangan dan seterusnya .

b. Infrastruktur sosial dapat berupa perumahan, kesehatan dan pendidikan.

c. Infrastruktur administrasi dapat berupa koordinasi dan penegakan hukum.

Istilah infrastruktur ini lebih mengarah ke infrastruktur teknis dan fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas jalan, air bersih,

(31)

perlistrikan, telekomunikasi, pengelolahan limbah, bandara, waduk, tanggul, kanal, kereta api secara fungsional dapat memperlancar aktivitas ekonomi masyarakat. Maka ini disebut infrastruktur yang disediakan pemerintah disebut barang publik, selain itu seperti jalan tol merupakan infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah (Stiglizt dalam Hapsari, 2011).

Pembangunan infrastruktur juga memiliki keterkaitan dalam perkembangan wilayah karena ini ciri dari laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Jika suatu daerah memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik maka akan memiliki tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat juga akan lebih baik dan sebaliknya. Hal ini dapat diartikan bahwa infrastruktur sangatlah penting dalam suatu negara karena infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi (Kwik Kian Gie dalam Chaerunnisa, 2014).

Berdasarkan UU 38/2004 tentang Jalan, pembangunan infrastruktur jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Pemerintah selaku penyelenggara jalan berkewajiban melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya.

Secara umum, pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah sebagai mobilisator

(32)

pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Terdapat tiga atribut penting pada proses dan aktivitas pembangunan (Alfi:2013), yaitu: a. Terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik secara kontinyu. b. Adanya peningkatan pendapatan masyarakat.

c. Peningkatan pendapatan masyarakat berlangsung secara berkelanjutan.

Sebagai kesimpulan pembangunan infrastruktur sudah menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara karena infrastruktur merupakan salah satu kebutuhan dasar fisik untuk jaminan ekonomi dalam bentuk layanan kepada masyarakat baik dari sektor publik maupun privat untuk kesejahteraan, memperlancar aktivitas ekonomi masyarakat serta perkembangan wilayah menjadi yang lebih baik jika infrastruktur kurang memadai maka akan terjadi masalah dan penurunan dalam laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan maka yang menjadi indikator dalam penelitian terkait partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar yang mengacu pada teori (Samasran 2016) tentang partisipasi masyarakat dipaparkan dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut:

(33)

BAGAN KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

E. Fokus Penelitian

Berdasarkan indikator pada bagan kerangka pikir maka yang menjadi fokus penelitian yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembuatan jalan baru

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Dari fokus penelitian maka yang menjadi gambaran dalam penelitian ini yaitu:

a. Perencanaan adalah adanya keterlibatan masyarakat desa Bonto Sunggu dalam memberikan gagasan dan masukan kepada pemerintah desa terkait pembangunan jalan baru.

Partisipasi Masyarakat: • Perencanaan • Pelaksanaa • Evaluasi Pembangunan Infrastruktur

Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat:

1. Faktor Pendukung:

a. Sumbangan dan dukungan masyarakat b. Adanya kesadaran dan kemauan

masyarakat 2. Faktor Penghambat

a. Kurangnya Sosialisasi

(34)

b. Pelaksanaan adalah keterlibatan masyarakat desa Bonto Sunggu dalam aktivitas pelaksanaan pembangunan dengan mengerahkan dukungan tenaga, keterampilan, dana serta fasilitas bagi program pembangunan infrastruktur jalan baru.

c. Evaluasi adalah partisipasi masyarakat desa Bonto Sunggu dalam bentuk pengawasan yang bersifat preventif dan represif terhadap program pembangunan jalan baru, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka menjamin tercapainya tujuan pembangunan.

d. Faktor pendukung:

• Sumbangan dan dukungan masyarakat adalah bentuk partisipasi masyarakat dengan memberikan bantuan tenaga dan mendukung pemerintah desa dalam pembangunan jalan.

• Adanya kesadaran dan kemauan masyarakat adalah masyarakat memahami bahwa pembangunan pada dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat sehingga turut berpartisipasi serta di dukung kemauan masyarakat dalam mendukung penuh program pemerintah desa

e. Faktor Penghambat:

• Adanya dana desa adalah kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang pengelolaan dana desa membuat masyarakat kurang berpartisipasi.

(35)

• Rendahnya tingkat pendidikan adalah masyarakat desa Bonto Sunggu satu yang masih kurang, sehingga masyarakat sulit untuk memahami segala aktifitas yang dilakukan oleh orang lain dalam masyarakat

(36)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini adalah dilakukan setelah seminar proposal dan lokasi penelitian bertempat di Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah karena menjadi lokasi pembangunan infrastruktur jalan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan fenomenologi karena terkait langsung dengan gejala-gejala yang muncul disekitar penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis berusaha untuk memahami makna

(37)

dalam situasi tertentu, pendekatan ini menghendaki perilaku orang dengan maksud menemukan “fakta” atau “penyebab”.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, internet, dokumen dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait dengan kebutuhan data dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian. Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari penelitian ini terkait

(38)

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar yaitu:

TABEL 3.1 Informan Penelitian

No. Informan Inisial Instansi

1. Muhammad Yamin MY Sekretaris Desa

Bontosunggu

2. Taufik Mappalewa TM Kasi Pemerintahan

Desa Bontosunggu

3. Darwis Sijaya DS Kepala Dusun

Kalongkong

4. Saharuddin Dg. Jarung SJ Kepala Dusun

Bontosunggu

5. Mustamin Dg. Pasang MS BPD Bontosunggu

6. Tajuddin TD Masyarakat

7. Abd. Kadir AK Masyarakat

8. Ronal RN Masyarakat

Jumlah Total 8 Informan

(Sumber: Dikelola oleh Penulis)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(39)

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang berkaitan dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

(40)

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data reduction), 2). Penyajian data (data display), 3). Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying

(41)

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2014: 39), Triangulansi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data

(42)

tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(43)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Kabupaten Takalar

Di dalam kebijakan penataan ruang nasional (PP. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN) seluruh wilayah Kabupaten Takalar masuk dalam KSN Perkotaan Mamminasata bersamaan dengan kawasan perkotaan Maros, Kota Makassar, perkotaan Sungguminasata dan perkotaan Takalar (ibukota kabupaten Pattalasang). Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5O3’ – 5 O38’ Lintang Selatan dan 119O22’ – 119O39’ Bujur Timur, dengan luas wilayah

kurang lebih 566,51 Km2 . Secara administrasi Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa

➢ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten

Jeneponto

Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

Berdasarkan kondisi topografi Wilayah Kabupaten Takalar berada pada ketinggian 0 – 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan bentuk permukaan lahan relatif datar, bergelombang hingga perbukitan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Takalar merupakan daerah dataran dan

(44)

wilayah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 mdpl, yaitu sekitar 86,10% atau kurang lebih 48,778 Km2 . Sedangkan selebihnya merupakan daerah perbukitan dan berada pada ketinggian diatas 100 mdpl, yaitu sekitar 78,73 Km2 (tabel 1.2), kondisi sebagian besar terdapat pada Kecamatan Polobangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Sumber data yang diperoleh dan hasil analisa GIS, menujukkan keadaan topografi dan kelerengan Kabupaten Takalar sangat bervariasi, yang secara umum berada pada kisaran 0 - 2%, 2 - 15%, 15 - 30%, 30 – 40% dan > 40% (lihat gambar 1.2).

Kondisi topografi tersebut memiliki potensi untuk pengembangan beberpa kegiatan perkeonomian masyarakat seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peruntukan lahan permukiman dan sarana prasarana sosial ekonomi lainnya. Wilayah Kecamatan Polombangkeng Utaran dan Wilayah Kecamatan Polombangkeng Selatan selain memiliki wilayah dataran dan sebagian kecil wilayahnya perbukitan. Wilayah ini memiliki lereng dengan kemiringan 15-40% yang luasnya kurang lebih 78,73 Km2 atau 13% dari luas wilayah kabupaten. kondisi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk perkembangan perkebunan.

Wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007 mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah Kecamatan Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara

(45)

dan Galesong Selatan. Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km2 , atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten Takalar, sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar. Secara rinci luas masing-masing kecamatan di Kabupaten Takalar, diuraikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Luas

(KM2) Persentase Jumlah Desa/Kelurahan Ibu Kota 1. Mangarabombang 100,50 17,74 12 Mangadu 2. Mappakasunggu 45,27 7,9 9 Cilallang 3. Sanrobone 29,36 5,18 6 Sanrobone 4. Polombangkeng Selatan 88,07 15,55 10 Bulukunyi 5. Pattalassang 25,31 4,47 9 Pattalassang 6. Polombangkeng Utara 212,25 37,47 18 Palleko

7. Galesong 25,93 4,58 14 Galesong Kota

8. Galesong Selatan 24,71 4,36 12 Bonto Kassi

9. Galesong Utara 15,11 2,67 10 Bonto Lebang

(sumber: BPS Kabupaten Takalar)

Implementasi otonomi daerah telah berjalan sejak Tahun 2001 yang membawa konsekuensi pada tanggungjawab daerah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, dan bermakna bahwa pembiayaan dan penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan telah didelegasikan

(46)

kepada pemerintah daerah. Pendelegasian tugas dan fungsi ini dimaksudkan agar kebutuhan masyarakat dapat lebih tepat dialokasikan, jika sejak awal pelaksanaan pembangunan yaitu tahapan perumusan kebijakan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan aspirasi masyarakat.

Penduduk Penduduk Kabupaten Takalar berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 286.906 jiwa yang terdiri atas 137.913 jiwa penduduk laki-laki dan 148.993 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015, penduduk Takalar mengalami pertumbuhan sebesar 1,11 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 92,56. Kepadatan penduduk di Kabupaten Takalar tahun 2015 mencapai 506 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 9 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Galesong Utara dengan kepadatan sebesar 2.563 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Polombangkeng Utara sebesar 230 jiwa/km2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk

(47)

Untuk dapat secara cermat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat, para perencana dan perancang program dan strategis pembangunan khususnya di Kabupaten Takalar, telah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Masyarakat Mandiri, Demokratis Berkeadilan Sosial, Sejahtera Lahir Bathin. Dari visi pembangunan daerah ini disusun strategis dan program pembangunan yang harus mampu menangkap dan merespon aspirasi masyarakat. Karena itu, perencana dan pembuat kebijakan pembangunan harus memiliki kemampuan melakukan perumusan kebijakan yang tepat dan objektif.

2. Desa Bontosunggu

Desa Bontosunggu berada dalam wilayah kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Potensi Desa Bontosunggu berada pada sector periknan / kelautan dan sector pertanian. Wialayah desa berbatasan langsung denganselat Makassar, sehingga mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan.

Sepanjang sejarah kelahirannya, Desa Bontosunggu telah dipimpin sebanyak 6 orang kepala desa. Saat ini Desa Bontosunggu dipimpin oleh Saparuddin Bani yang terpilih sejak Juni 2016 periode sebelumnya 2010 – 2016 dijabat oleh M. Hasyim Rala.

Desa Bontosunggu terdiri dari empat dusun yaitu:

➢ Dusun Tamasongo

➢ Dusun Bontosunggu

(48)

➢ Maccini Sombala

Pemerintah Desa Bontosunggu dalam programnya pada Tahun 2019 merealisasikan program pembangunan infrastruktur seperti yang di paparkan dalam tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Desa Bontosunggu

Infrastruktur Anggaran Realisasi

Pemeliharaan Gedung/Prasarana Balai Desa/Balai Kemasyarakatan

6,000,000

5,998,900 Draenase Dusun Tamasongo 52 M

29,047,740

25,615,540 Draenase Dusun Tamasongo 46 M

32,725,400

29,727,400 Talud Dusun Tamasongo 20 M

8,435,130

7,237,700 Draenase Dusun Bontosunggu (Depan Rumah H. Nappa) 178 M

110,897,370

110,897,370 Paving Blok 1 Dusun Bontosunggu (Blkng T. Maling) 85 M

61,182,610

60,096,100 Paving Blok 2 Dusun Bontosunggu (menuju Pantai) 26 M

20,637,320

19,909,320 Talud Dusun Bontosunggu 30 M

11,340,630

10,324,830 Draenase Dusun Kalongkong 97M

56,988,000

55,033,720 Paving Blok Dusun Kalongkong 54 M

41,576,020

39,452,500 Pembangunan Plat Duicker Dusun Kalongkong I Unit

12,464,520

12,158,350 Lanjutan Draenase Maccini Sombala 34 M

23,474,900

22,746,900 Pembangunan Draenase Samping Muang 133 M + 1 Unit Plat Duicker

82,727,610

75,888,610 Rehab Draenase (Dana Silpa)

12,585,710

12,553,550 Rehab Ringan Lapangan

15,000,000

15,000,000 Bantuan Bedah Rumah

15,000,000

15,000,000 Bantuan Rehab Ringan RTLH

50,000,000 50,000,000 Rehab Draenase 8,370,000 8,338,480 Bantuan Jamban Keluarga (ODF)

25,098,320

25,021,500 (Sumber: Kantor Desa Bontosunggu)

(49)

Adapun perencaan program pembangunan yang akan dilaksanakan di Tahun 2020 yaitu:

Tabel 4.4 Rencana Pembangunan Infrastruktur 2020

Rehabilitasi Gedung/Kantor PKK Desa Bontosunggu 1 Paket Kegiatan PKK bisa terfasilitasi 2020 100,000,000

Pekerjaan Lantai dan

Flapon Gedung Pertemuan 1 Paket 2020

50,000,000 Pembangunan Jalan Paving Blok/Jalan Nelayan, Dusun Tamasongo 160 M Memperlancar Sarana Transportasi Masyarakat 2020 86,000,000 Pembangunan Pompanisasi Dusun Tamasongo 20 Unit Petani, memperlancar pengairan saat musim kemarau 1 titik 2020 140,000,000

Draenase depan rumah Dg

Bella - jembatan Tamasong0 50

Memperlancar srana pembuangan air dan mencegah banjiir 2020 40,000,000

Draenase Kuburan sampai

jembatan Tamasong0 2020

Pembangunan/Rehab

Irigasi Tamasong0 2020

Lampu Jalan Tenaga Surya Semua

Dusun 20 Unit Penerangan jalan 2020 350,000,000 Pembangunan Gedung Posyandu Dusun Kalongkong 1

Ibu dan Balita, Membuat Nyaman saat Penimbangan

2020

(50)

Peningkatan Jalan Baru Samping Rumah Dg. Maling Dusun Bontosunggu 90 M Meningkatkan sarana jalan Desa 2020 160,000,000 Pembangunan/Rehab PlatDuicker Dusun Bontosunggu 2 Unit Meningkatkan sarana jalan Desa 2020 25,000,000

Rehab Draenase Dusun Bontosunggu Dusun Bontosunggu 200 Memperlancar Pembuangan air dan mencegah banjir 2020 100,000,000 Pembangunan/Pemasangan Bronjong 4 titik Dusun Kalongkong 1 Paket Meminimalisir dampak abrasi pantai 2020 120,000,000

Rehab Draenase Dusun Kalongkong Dusun Kalongkong 1 Paket Memperlancar Pembuangan air dan mencegah banjir 2020 50,000,000

Pemasangan Paving Blok (Samping rumah Juma Dg. Rurung) Dusun Kalongkong 200 M Peningkatan Akses Jalan Lorong 2020 100,000,000

Pemasngan Paving Blok dan Saluran Air (Samping rumah Dg. Laja) Dusun Kalongkong 80 M Peningkatan Akses Jalan Lorong 2020 45,000,000

Rehab Lapangan Sepak Bola Dusun Kalongkong 1 Paket Peningkatan Kualitas Sarana Pemuda dan Olah raga 2020 100,000,000

Pembangunan Plat Duicker Dusun

Kalongkong 2 Unit Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 16,000,000 Pembangunan Draenase (Depan rumah Dg. Baji- Jalan Masuk Gusung)

Dusun Kalongkong 200 M Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 170,000,000

(51)

Rehab Plat Duicker Kalongkong (Smpg Rumah Dg.Ngamang) Dusun Kalongkong 6 M Peningkatan Akses Jalan Warga 2020 10,000,000

Rehab Drainase Depan Rumah Dg.Ngamang-Dpn Rumah Puji Tarru

Dusun Kalongkong Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 80,000,000 Pembuatan Drainase Kalongkong(Dpn Rumah Karmila) Dusun Kalongkong Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 45,000,000

Pembangunan Paving Blok samping rumah DG, Ngaripi-nanjeng Dusun Kalongkong 100 Peningkatan Akses Jalan Lorong 2020 65,000,000 Draenase rumah Dg.

Gassing imam - dg nakku 200

Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 50,000,000

Rehab Ringan Drainase

Dusun Maccini Sombala 100 M Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 30,000,000

Pemasangan Paving Blok (Depan Rumah Dg. Nyampa) dan samping rumah dg. Mahmud + depan rumah saraila Lalang Dusun Maccini Sombala 255 M Peningkatan Akses Jalan Lorong 2020 65,000,000

Pembangunan Plat Duicker

Dusun Maccini Sombala 2 Unit Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 20,000,000

(52)

Pembangunan Draenase (Samping Masjid Nurul Muslimin-depan Rumah Hj. Ngai) Dusun Maccini Sombala 150 M Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 110,000,000 Pembangunan Gapura Desa Desa

Bontosunggu 8 Unit Ikon Desa 2020

200,000,000

Pengadaan Ruangan BPD Desa

Bontosunggu

Sekretariat

BPD 2020

100,000,000

Peningkatan Jalan samping rumah H. Ago - sampai rumah Dg. Sija 50 M Peningkatan Akses Jalan Lorong 2020 160,000,000 Pembuangan Limbah Keluarga (Draenase) Dusun Bontosunggu 40 M Memperlancar Sarana pembuangan air dan mencegah banjir 2020 36,000,000

Pengadaan Mobil Layanan Kesehatan Masyarakat Desa Bontosunggu 1 Unit Peningkatan Akses Jalan Lorong 2020 400,000,000

Pembuatan nama jalan Desa

Bontosunggu Tiap Jalan 2020

40,000,000

Pos Kamling Tiap

Bontosunggu

Keamanan

Lingkungan 2020

100,000,000

Rehab Gedung Kantor Desa Desa Bontosunggu 1 Unit untuk kelancaran pelayanan masyarakat 2020 500,000,000 (Sumber: Kantor Desa Bontosunggu)

Struktur Organisasi merupakan suatu susunan unit-unit kerja dalam organisasi dan menunjukkan adanya pembagian kerja serta menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi yang berbeda-beda tersebut diintergrasikan atau

(53)

terkoordinasi. Adapun struktur pemerintahan Desa Bontosunggu di jelaskan dalam Gambar 4.1 Berikut:

Gambar 4.1 Struktur Pemerintahan Desa Bontosunggu

(Sumber: Kantor Desa Bontosunggu)

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa

Bontosunggu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Penyertaan masyarakat sebagai subyek pembangunan adalah suatu upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ini berarti masyarakat diberi peluang untuk berperan aktif mulai dari identifikasi masalah, prioritasi, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi setiap tahap pembangunan yang diprogramkan. Terlebih apabila desa akan melakukan

(54)

pendekatan pembangunan dengan semangat lokalisasi. Dalam penelitian ini penulis akan melihat bentuk partisipasi masyarakat dalam 3 pendekatan yaitu:

a. Perencanaan

Proses perencanaan pembangunan partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang mendasari pada ketentuan masyarakat setempat serta didukung peran serta aktif masyarakat dari awal pengidentifikasian masalah sehingga tersusunnya dokumen perencanaan pembangunan. Suatu perencanaan akan tepat sasaran, tepat waktu, berdaya guna dan berhasil guna apabila perencanaan tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat, serta adanya peran aktif masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan.

Pada hakekatnya kebutuhan masyarakat akan pembangunan infrastruktur di Desa Bontosunggu dalam menopang kegiatan sehari-hari membuat masyarakat sangat antusias dalam melibatkan diri pada aspek perencanaan pembangunan.

“Pembangunan infrastruktur di Desa Bontosunggu mengedepankan keterlibatan masyarakat dalam rangka perencanaan. Keterlibatan tersebut sangat penting karena masyarakat yang sangat membutuhkan pembangunan khususnya pada bidang infrastruktur. Untuk itu pemerintah desa membutuhkan masukan dari masyarakat terkait apa yang menjadi kebutuhan mendesak dan di prioritaskan dalam rangka pembangunan di desa ini, keterlibatan masyarakat tidak hanya pada pemaparan program semata, tetapi termasuk konsep yang akan di laksanakan. Karena tidak menutup kemungkinan banyak dari masyarakat kita mempunyai ide dan gagasan dalam pembangunan makanya kami pemerintah membukakan ruang kepada masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan pembangunan.” (Hasil Wawancara dengan MY Tanggal 11/08/2020).

(55)

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa Bontosunggu tampil selaku fasilitator dalam rangka kegiatan pembangunan dengan melibatkan aktif masyarakat dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

Kegiatan awal pembangunan daerah adalah mengadakan tinjauan keadaan, permasalahan dan potensi-potensi pembangunan. Pembangunan daerah harus sesuai dengan potensi serta aspirasi masyarakat yang berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka pemanfaatan sumber daya yang ada kurang optimal sehingga mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah.

Pelaksana kebijakan dalam rangka pembangunan infrastruktur tidak akan berkeembang baik tanpa adanya aspirasi dan masukan dari masyarakat sebagai target pembangunan. Sehingga partisipasi aktif masyarakat desa Bontosunggu sangat penting dalam menuangkan gagasan guna perencanaan pembangunan infrastruktur pada tingkat desa.

“Aspirasi masyarakat dalam rangka mendukung program pembangunan di Desa Bontosunggu akan memberikan dampak yang baik terhadap sebuah program, sehingga dalam rangka perencanaan kita selalu mengundang masyarakat pada kegiatan-kegiatan musyawarah. Hal tersebut untuk menerima masukan dari masyarakat terkait skala prioritas yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dengan keterlibatan masyarakat tersebut di harapkan masyarakat dapat mengontrol sendiri kegiatan dari pemerintah desa, sehingga manfaatnya dapat dirasakan bersama-sama.” (Hasil Wawancara dengan TM Tanggal 11/08/2020)

Hasil wawancara dengan informan dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Desa Bontosunggu dengan melibatkan peran

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir  E.  Fokus Penelitian
TABEL 3.1 Informan Penelitian
Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan  No.  Kecamatan  Luas
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, penulis menggunakan Teori Proses Informasi Sosial (Social Information Processing). Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan

vii REPRESENTASI ILMUWAN DALAM IKLAN YOUTUBE TOKOPEDIA (Kajian Semiotika Roland Barthes dalam iklan Tokopedia “wujudkan mimpi senimu.. mulai aja dulu

1 Cagar Alam Wolo Tadho Sudah ditetapkan CA Ngada 5249BBKSDA NTT 2 Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung Sudah ditetapkan TWAL Ngada 6844BBKSDA NTT 3 Taman Wisata Alam Pulau

Berda- sarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa Koordinasi pelaksanaan tugas (X1) dengan kompensasi (X3) sebesar 8,0%. 7) Selanjutnya, Koordinasi pelaksanaan

Morris (2000) menyebutkan bahwa dormansi yang disebabkan oleh kulit benih dapat terjadi karena adanya komponen penyusun benih baik yang bersifat fisik dan atau

Inti permasalahan dari penelitian yang dilakukan adalah menganalisis dampak sebuah longsor yang akan terjadi sesuai dengam parameter tanah yang didapat

No Nama Penulis Judul Tahun Latar Belakang Tujuan Hasil Penelitian & Kesimpulan Metode 5 Michael Tedja, Charleshan, Jefri Efendi Perbandingan Metode Konstruksi

Dengan metode kualitatif ini diharapkan peneliti benar-benar dapat masuk ke dalam suatu peristiwa dan selanjutnya mendapatkan data yang utuh, untuk kepentingan