8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Model Pembelajaran
2.1.1 Pengertian dan Tujuan Model Pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Tayeb, 2017). Suprijono (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai pilihan, artinya guru diperbolehkan memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial (Nasution, 2017). Pengertian lain dari model pembelajaran, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi, pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas (Kadir, 2013). Model pembelajaran dapat dijadikan pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar itu dibawa. Model adalah jalan pengajaran agar mencapai tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka model yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Rusman (2012) menyatakan antara model dan tujuan pembelajaran, model harus menunjang pembelajaran dalam pencapaian tujuan pengajaran.
2.1.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Ciri–ciri suatu model pembelajaran Rusman (2012) sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai tujuan pendidikan tertentu
3. Menjelaskan suatu pedoman untuk kegiatan belajar mengajar disekolah 4. Biasanya memiliki bagian model yang juga dinamakan:
a. Langkah atau urutan pembelajaran (sintak) b. Terdapat prinsip-prinsip tertentu
c. Sitem pendukung dan sistem sosial
Beberapa bagian tersebut adalah pedoman praktis untuk guru dalam melaksanakan suatu model pembelajaran yang digunakan.
5. Harus membuat persiapan saat mengajar dengan pedoman suatu model pembelajaran yang telah dipilihnya.
2.1.3 Macam-Macam Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
Model PBL bertujuan membantu siswa mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berpikir, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal dalam belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpesonal dalam keterampilan pemecahan masalah dalam bekerja kelompok (Rusman, 2012)..
Adapun yang membedakan model pembelajaran PBL dan model pembelajaran CBL adalah sintak pembelajarannya.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model discovery learning adalah suatu model yang dapat mengarahkan siswa dalam menemukan suatu konsep dari berbagai informasi atau didapatkan dari pengamatan atau percobaan secara langsung (Cintia, 2018). Sani (2014) model discovery learning adalah proses dari inkuiri. Dimana model pembelajaran ini merupakan metode belajar yang menuntut guru untuk menciptakan suasana yang membuat siswa dapat belajar lebih aktif dan menemukan pengetahuan diri sendiri.
Adapun yang membedakan model pembelajaran Disecovery Learning dan model pembelajaran CBL adalah sintak pembelajarannya.
3. Model Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa
menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam
suatu penelitian ilmiah, tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan
keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang
mandiri (Zulvawati, 2019). Adapun yang membedakan model pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran CBL adalah sintak pembelajarannya.
4. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, yang struktur kelompoknya heterogen (Fiteriani, 2016). Sementara itu belajar menurut Sugiyanto (2010) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa bekerjasama dalam memaksimalkan suatu kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun yang membedakan model pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran CBL adalah sintak pembelajarannya.
2.2 Model Pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) 2.2.1 Pengertian
Model Conservation Based (CBL) menekankan pada konservasi.
Konservasi yang dimaksud dalam model ini adalah konservasi yang dipahami secara beragam (Sukarsono, 2018). Kamus Bahasa Inggris Oxford mendefinisikan konservasi sebagai 'Tindakan melestarikan sesuatu”. Definisi konservasi yang lain adalah sebagai tindakan yang secara langsung ditingkatkan kemungkinan habitat dan spesies bertahan di alam liar, yang dapat menyarankan serangkaian tindakan tertentu dan cenderung mencapai tujuan tersebut (Sandbrook, 2015).
Pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) ini menekankan pada istilah konservasi manusia (human conservation) dimana manusia merupakan puncak dari semua yang ada, baik dari sistem ekologi maupun sistem sosial (Sukarsono, 2018). Model pembelajaran ini dapat membantu dalam implementasi pembelajaran lingkungan, karena rendahnya kemampuan guru dalam mengintegrasikan baik konsep maupun prinsip lingkungan menjadi materi pembelajaran (Sukarsono, 2020). Model pembelajaran CBL ini bertujuan agar siswa dapat memiliki karakter dalam dirinya sendiri tentang sadar lingk ungan.
Fokus yang diberikan siswa pada permasalahan lingkungan menjadi modal bagi
guru dalam mengeksplorasi ide siswa dalam rangka menyelesaikan permasalahan
yang ada (Sukarsono, 2020). Model pembelajaran CBL ini diharapkan dapat
memperoleh nilai-nilai instrumental oleh guru dan peseta didik sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran itu berlangsung.
2.2.2 Sintaks Model Pembelajaran CBL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Conservation Based Learning
No Conservation Based Learning
1. Identifikasi dan penguatan konsep/prinsip 2. Integrasi nilai
3. Masalah dan gagasan (solusi)
4. Rencana kegiatan dan rencana tindakan
5. Tindak lanjut dan evaluasi Sumber: (Sukarsono, 2018)
Dijabarkan secara umum Sukarsono (2018) mengatakan bahwa sintak atau langkah-langkah pada model pembelajaran CBL sebagai berikut:
1. Identifikasi (Konsep, Prinsip)
Pada tahap awal kegiatan dari model pembelajaran ini seperti pada model pembelajaran lainnya, yaitu guru melakukan kegiatan apersepsi dengan tekniknya masing-masing sesuai dengan pembelajaran yang disampaikan. Kegiatan apresepsi dapat digunakan untuk menanyakan kepada siswa, apakah telah melakukan penelaahan atau poengulasan pada materi pembelajaran sebelumnya serta mendapatkan konsep-konsep yang sudah dibaca dan dipelajari pada materi sebelumnya tersebut. Pertanyaan yang diberikan oleh guru juga dapat menjadi pertanyaan terhadap konsep yang sudah dikuasai atau diminati oleh siswa itu.
2. Integrasi Nilai
Tahapan selanjutnya masuk kedalam tahap intergrasi nilai, dimana pada
tahapan ini guru meminta siswa untuk dapat mengintergrasikan materi atau konsep
yang telah ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Usaha untuk memahamkan dan
menguatkanya konsep dengan memasukkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
lingkungan kedalam materi pembelajaran. Integrasi nilai adalah langkah yang
menjadi ciri pembeda pada model pembelajaran CBL dan model pembelajaran yang
lainnya, dengan mengunakan Value Clarification Teknik (VCT). Nilai dan juga
perilaku yang telah terbangun dalam proses pembelajran diharapkan dapat menjadi
bagian dari diri siswa itu, sebab telah dilaksanakan secara terus menerus dan
menjadi suatu karakter yang dapat membangun diri siswa maupun lingkungannya.
3. Masalah dan Gagasan (Solusi)
Langkah ketiga setelah mengintegrasi nilai adalah menggali masalah yang dapat diminati oleh siswa. Jika konsep-konsep yang ditemukan telah diketahui berhubungan dengan konservasi dan lingkungan, maka guru dapat meminta siswa untuk menggali atau menemukan suatu masalah. Model pembelajaran CBL tidak hanya membuat siswa tahu suatu permasalahan dan konsep suatu konservasi atau lingkungan itu saja, tetapi lebih dari itu mereka dapat untuk berbuat sesuai dengan minat dan kemampuannya.
4. Rencana Kegiatan atau Rencana Tindakan
Tahap keempat saat masalah atau gagasan dari pembelajaran ditemukan setelahnya siswa dalam kelompok atau dalam kelas menyepakati masalah tersebut untuk dibahas lebih lanjut, yaitu membuat rencana tindak lanjut. Rencana tindak lanjut atau kegiatan dapat disusun dan dikomunikasikan dalam kelas. Siswa juga dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan keahlian masing-masing, sehingga peran seorang guru pada tahap ini hanya mendampingi siswa dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
5. Tindak Lanjut dan Evaluasi
Tahap terakhir yaitu sebagai kelanjutan dari perencanaan kegiatan pembelajaran yang sudah siswa dan kelompoknya diskusikan. Pada tindak lanjut terdapat kesepakatan antar siswa dan guru atau sebaliknya. Tindak lanjut bisa membutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa dievaluasi saat akhir semester.
Bermacam-macam bentuk evaluasi yang dilakukan, tahap yang terakhir adalah evaluasi kegiatan. Evaluasi yang biasanya dilakukan oleh guru untuk menilai perilaku dan sikap siswa perlu dilakukan. Evaluasi pada penguasaan konsep dan materi pelajaran harus sesuai dengan nilai yang terbangun, standar yang telah ditetapkan, serta karya hasil yang telah di buat oleh siswa.
2.3 Sistem atau Pembelajaran Daring
2.3.1 Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring atau sistem daring adalah pembelajaran yang
diselenggarakan melalui jejaring web atau jejaring sosial (Bilfaqih, 2015). Setiap
mata pelajaran menyediakan materi dalam bentuk video atau power point dan juga
penugasan yang dilakukan mingguan. Penugasan yang harus dikerjakan pada batas waktu pengerjaan yang telah ditentukan, dengan beragam sistem penilaian.
Pembelajaran Daring bertujuan untuk memberikan layanan pembelajaran bermutu dengan penggunaan dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau audien yang lebih banyak dan lebih luas (Bilfaqih, 2015). Pembelajaran daring juga merupakan suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru) dan pembelajar (siswa).
2.3.2 Manfaat dan Prinsip Pembelajaran Daring
Manfaat pembelajaran daring adalah sebagai berikut menurut (Bilfaqih, 2015).
1. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran.
2. Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
3. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui pemanfaatan sumber daya pembelajaran.
2.4 Motivasi
2.4.1 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu hasrat atau dorongan kebutuhan seseorang dalam melakukan hal tertentu. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu verba movere, berarti bergerak, artinya motivasi mengenai apa yang seseorang individu kerjakan terhadap aktivitas yang dilakukan (Adiputra, 2017). Motivasi juga keseluruan dari interaksi antara situasi dari arah tujuan yang mendorong perilaku seseorang itu.
Biasanya motivasi pada siswa terjadi karena ada kebutuhan, kemauan,
dorongan serta hasrat untuk dapat mencapai suatu proses pembelajaran yang baik
(Adiputra, 2017). Feng (2013) menyatakan bahwa motivasi yang tinggi dan siswa
yang memiliki kepercayaan dalam dirinya akan menghasilkan prestasi belajar yang
baik. Inilah yang membuat siswa terlibat dalam kegiatan akademik, membuat
mereka berusaha ketika menghadapi hal sulit, dan menentukan seberapa banyak
mereka harus belajar.
2.4.2 Fungsi Motivasi
Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Emda (2017) motivasi berfungsi sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dilakukan.
2. Menentukan arah perbuatan kearah yang ingin dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan.
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Selain itu menurut Emda (2017) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain:
1. Cita-cita/aspirasi siswa 2. Kemampuan siswa
3. Kondisi siswa dan lingkungan 4. Unsur-unsur dinamis dalam belajar 5. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi. Motivasi pada diri siswa sangat dipengaruhi oleh adanya rangsangan dari luar dirinya serta kemauan yang muncul pada diri sendiri. Motivasi yang datang dari luar dirinya akan memberikan pengaruh besar terhadap munculnya motivasi instrinsik pada diri siswa menurut Adiputra (2017) sebagai berikut:
1. Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar, sebagai contoh seseorang itu belajar, karena akan
ada ujian.
2.4.4 Upaya untuk Meningkatkan Motivasi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk membangkitkan motivasi siswa Emda (2017) sebagai berikut:
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
2. Membangkitkan minat siswa.
3. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar 4. Memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa 5. Memberikan penilaian
6. Memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
7. Menciptakan persaingan dan kerjasama
2.5 Nilai Karakter
Nilai adalah gagasan seseorang atau kelompok tentang sesuatu yang baik, benar, indah, bijaksana sehingga gagasan itu berharga dan berkualitas untuk dijadikan pegangan atau pedoman dalam bersikap dan bertindak (Gunawan, 2012).
Nilai dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berharga, baik menurut estetika (bagus buruk), logika, etika, agama, dan hukum serta menjadi acuan atau sistem kelayakan diri sendiri maupun kehidupannya (Sauri, 2016). Nilai merupakan sebuah keyakinan yang dapat merubah seseorang dapat bertindak atas dasar pilihannya.
Sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok yang dinginkan, serta mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan dan tujuan akhir dari tindakan.
Prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan pendidikan nilai-nilai karakter pada peserta didik menurut Hidayah (2015) adalah:
a. Berkelanjutan, yang berarti berarti bahwa proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai karakter sisiwa berlangsung secara kesinambungan, melalui proses yang panjang.
b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah, hal ini mensyaratkan bahwa proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai karakter siswa yang terintegrasi dengan setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler.
c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan, mengandung makna bahwa materi
pendidikan karakter bukanlah bahan ajar biasa, artinya nilai-nilai itu tidak
dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan
suatu konsep. Tetapi dengan materi yang sudah ada dijadikan media dalam mengembangkan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa.
d. Proses pendidikan dilakukan siswa secara aktif dan menyenangkan, prinsip ini, menunjukkan bahwa siswa sebagai subjek utama yang secara aktif dan rasa senang mengetahui, mengali, membiasakan, menyakini, melakukan dan mempertahankan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa.
Kedudukan guru mempunyai peranan penting sebagai pendorong bagi keberhasilan pendidikan karakter.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Penguatan pendidikan karakter dalam kebijakan “merdeka belajar” telah merumuskan nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari Agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
Tabel 2.2 Nilai Karakter
Nilai Utama Sub Nilai
Religius Cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerjasama antara pemeluk agama dan kerpcayaan, antibuli dan kekerasan, persabahatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintau lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
Nasionalis Apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, dispilin, taat hukum, menghormati keragaman budaya, suku dan agama.
Mandiri Ertos kerja (kerja keras), tangguh, memiliki daya juang, kreatif, keberanian, professional, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Gotong royong
Menghargai, kerja ssma, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah untuk mufakat, solidaritas, tolong menolong, empati, anti kekerasan, anti diskriminasi, dan sikap relawan
Intergritas Kejujuran, cinta pada kebenaran, komitmen moral, setia, anti korupsi, keadilan, keteladanan, tanggung jawab, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
Sumber: (Chamisijatin & Zaenab, 2020)
2.6 Nilai Konservasi
Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur
untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan perlindungan,
pengawetan, dan pemeliharaan. Konservasi sumber daya alam pengelolaan sumber
daya alam (hayati) dengan pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin
kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai dan keragamannya (Wusqo, 2014). Kamus Bahasa Inggris Oxford
mendefinisikan konservasi sebagai 'tindakan melestarikan sesuatu”. Definisi konservasi yang lain adalah sebagai tindakan yang secara langsung ditingkatkan kemungkinan habitat dan spesies bertahan di alam liar. Ini menekankan habitat dan spesies, dan ketekunan dalam liar, yang pada gilirannya menyarankan serangkaian tindakan tertentu di cenderung mencapai tujuan tersebut (Sandbrook, 2015).
Konservasi juga melibatkan lingkungan, dari organisme hidup dan kondisi fisik tidak hidup. Keduanya tidak terpisahkan tapi saling terkait. Untuk makanan, tempat tinggal, pertumbuhan dan pembangunan, semua sistem kehidupan berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan adalah sistem pendukung dari kehidupan itu sendiri (Balasubramanian, 2017). Konservasi ada akibat, adanya kebutuhan untuk melestarikan sumber daya alam yang diketahui mengalami degradasi mutu yang berubah secara tajam. Pada Piagam Burra meyebutkan pengertian konservasi meliputi kegiatan pemeliharaan yang sesuai dengan situasi dan kondisi ditempat tersebut. Kegiatan konservasi mencakup restorasi, rekonstruksi, revitalisasi, preservasi, dan adaptasi (Rachman, 2012).
Nilai konservasi yang perlu ditumbuh kembangkan yaitu nilai perlindungan, pengawetan, pemanfaatan dan mempelajari dalam arti non-fisik dan fisik.
konservasi merupakan bentuk kerja bersama, dan tidak dilaksanakan sendirian.
Rachman (2012) menyatakan bahwa konservasi, semestinya dapat menciptakan dan mendapatkan dukungan dan melibatkan publik. Terdapat 3 nilai konservasi pada UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Nilai tersebut antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.3 Nilai-Nilai Konservasi
NO Nilai Konservasi Nilai Konservasi
1 Perlindungan Perlindungan sistem penyangga kehidupan ini meliputi usaha- usaha dan tindakan-tindakan yang berkaitan dnegan perlindungan pantai, penggelolaan daerah aliran sungai, keindahan alan dan lain-lain.
2 Pengawetan Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
3 Pemanfaatan Pengendalian/pembatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga pemanfaatan tersebut dapat dilaksanakan terus-menerus pada masa mendatang
Sumber: (UU Nomor 5 Tahun 1990)
2.7 Materi Pembelajaran IPA
Materi sistem pewarisan sifat pada makhluk hidup merupakan materi
tingkat SMP yang diberikan kepada siswa kelas XI pada semester I dengan standar
kompetensi 3.3 Menerapkan konsep pewarisan sifat dalam pemuliaan dan kelangsungan makhluk hidup, dapat melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi, 4.3 Menyajikan hasil penelusuran informasi dari berbagai sumber terkait tentang tanaman dan hewan hasil pemuliaan.
2.8 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual