• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak dengan Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bringin T1 132011035 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak dengan Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bringin T1 132011035 BAB II"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kecerdasan Interpersonal

2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menguntungkan Safaria (2005).

2.1.2 Aspek Kecerdasan Interpersonal

Anderson dalam (Safaria, 2005) mengemukakan bahwa kecerdasan sosial mempunyai tiga dimensi utama yang mana ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh serta ketiganya saling mengisi satu sama lainnya. Berikut ini tiga dimensi kecerdasan interpersonal :

a. Social Sensitivity (kepekaan sosial)

Kecerdasan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal. Siswa yang memiliki sensivitas yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, baik reaksi positif ataupun negatif. Adapun indikator dari sensivitas sosial itu sendiri adalah sebagai berikut :

1) Sikap empati

Empati adalah pemahaman kita tentang orang lain berdasarkan sudut pandang, prespektif, kebutuhan-kebutuhan, pengalaman-pengalaman orang tersebut. Oleh sebab itu sikap empati sangat dibutuhkan di dalam proses bersosialisasi agar tercipta suatu hubungan yang saling menguntungkan dan bermakna.

2) Sikap Prososial

Prososial adalah tindakan moral yang harus dilakukan secara cultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati.

b. Social Insight (wawasan sosial)

(2)

10

dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut.

Fondasi dasar dari social insight ini adalah berkembangnya kesadaran diri siswa secara baik. Kesadaran diri yang berkembang ini akan membuat anak mampu memahami keadaan dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosi-emosinya yang sedang muncul, atau menyadari penampilan cara berpakaiannya sendiri, cara berbicaranya dan intonasi suaranya. Adapun indikator dari sosial insight adalah :

1) Kesadaran diri, yaitu mampu menyadari dan menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari keinginan-keinginannya, citacitanya, harapan-harapannya dan tujuan-tujuannya dimasa depan.

Kesadaran diri ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena kesadaran diri memiliki fungsi monitoring dan fungsi kontrol dalam diri.

2) Pemahaman situasi sosial dan etika sosial. Untuk sukses dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu memahami norma-norma moral dan sosial yang berlaku di masyarakat. Di dalam norma moral dan sosial terdapat ajaran yang membimbing individu bertingah laku yang benar dalam situasi sosial. Aturan-aturan ini mencakup banyak hal seperti bagaimana etika dalam bertamu, berteman, makan, bermain, meminjam, minta tolong dan masih banyak hal lainnya.

3) Keterampilan pemecahan masalah

Dalam menghadapi konflik interpersonal, sangatlah dibutuhkan keterampilan dalam pemecahan masalah. Semakin tinggi kemampuan anak dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan di dapatkan dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut.

c. Social Communication atau Keterampilan Komunikasi Sosial

Merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya. Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup baik komunikasi verbal, non verbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik.

Keterampilan komunikasi yang yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan public speaking dan keterampilan menulis secara efektif (Anderson dalam Safaria, 2005).

1) Komunikasi efektif

(3)

11

mengungkapkan perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain serta menerima diri dan orang lain.

2) Mendengarkan efektif

Salah satu keterampilan komunikasi adalah keterampilan mendengarkan. Mendengarkan membutuhkan perhatian dan sikap empati, sehingga orang merasa dimengerti dan dihargai. Individu yang memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi, tentunya memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda dengan individu yang tidak memiliki kemampuan interpersonal. Karakteristik individu yang memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi berdasarkan beberapa dimensi kemampuan interpersonal (Anderson dalam Safaria, 2005), yaitu:

a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif.

b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara total.

c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna.

d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap perubahan sosial dan tuntutan-tuntutannya sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif dalam segala macam situasi.

e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya.

f. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif. Termasuk di dalamnya mampu menampilkan penampilan fisik yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya.

2.2Sosiodrama

2.2.1 Pengertian Sosiodrama

(4)

12

Menurut Romlah (2001) sosiodrama adalah permainan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik yang tidak mendalam, yang tidak menyangkut gangguan kepribadian.

Berdasarkan pengertian sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa sosiodrama adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama sosial.

2.2.2 Tujuan Sosiodrama

Menurut Azwan dan Djamarah (2010), tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah :

a) Agar individu dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.

d) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Berdasarkan tujuan sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari ssiodrama adalah : 1) berani mengungkapkan pendapat secara lisan; 2) memupuk kerjasama; 3) menunjukan sikap berani dalam memerankan tokoh yang diperankan; 4) melatih cara berinteraksi dengan orang lain.

2.2.3 Manfaat Sosiodrama

Manfaat sosiodrama dalam (Pratiwi, 2011) antara lain :

(5)

13

b) Dapat mempertinggi perhatian individu melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.

c) Individu tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan danpikiran orang lain bila berhubungan denan sesama manusia.

Berdasarkan manfaat sosiodrama diatas, penulis menyimpulkan manfaat dari sosiodrama adalah : 1) individu tidak hanya mengerti persoalan-persoalan psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia. Ikut menangis bila sedih, rasa marah, emosi, dan gembira; 2) individu dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.

2.2.4 Langkah-Langkah Sosiodrama

Menurut Romlah (2001) pelaksanaan sosiodrama secara umum mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Persiapan. Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan. 2. Membuat skenario sosiodrama

3. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka rela. Setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-keduanya.

4. Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain. Tugas kelompok penonton adalah untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.

(6)

14

memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya. Dalam permainanini diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara permainan maupun penonton dengan peran-peran yang dimainkannya.

6. Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan penonton. Diskusi diarahkan untuk membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan -kesan pemain dalam memainkan perannya. Balikan yang paling lengkap adalah melalui rekaman video yang diambil pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali.

Berdasarkan langkah-langkah sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa ada 3 tahap untuk melakukan sosiodrama yaitu : tahap persiapan yang meliputi pembuatan skenarioo, menentukan kelmpok pemeran dan kelompok penonton; tahap pelaksanaan; dan tahap tindak lanjut yang meliputi evaluasi dan diskusi.

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Sosiodrama

Setiap media bimbingan ada kebaikan dan ada kelemahannya. Kebaikan model bimbingan biasanya merujuk pada potensi yang menjadikan suatu model tersebut berhasil dilakukan, sedangkan kekurangan merujuk pada potensi kemungkinan hal yang membuat model bimbingan ini gagal untuk dipraktikkan.

Berikut merupakan kelebihan dari metode bimbingan Sosiodrama menurut Romlah (2001) :

a) Berkesan dan tahan lama dalam ingatan mahasiswa.

(7)

15

c) Mengembangkan kreativitas mahasiswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi).

d) Memupuk kerjasama antara mahasiswa.

e) Menumbuhkan bakat mahasiswa dalam seni drama.

f) Mahasiswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri. g) Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.

h) Melatih mahasiswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat.

Berdasarkan kelebihan sosiodrama diatas penulis menyimpulkan bahwa sosiodrama memliki kelebihan yaitu : lebih mudah diingat oleh mahasiswa, mengembangkan kreativitas yang dimiliki, memupuk kerjasama antar mahasiswa, dan membuat mahasiswa lebih mandiri untuk menganalisa sendiri kesimpulan dari hasil sosiodrama tersebut.

Berikut merupakan kelemahan yang terdapat dalam pembelajaran dengan metode sosiodrama menurut Romlah (2001):

a) Memerlukan waktu yang cukup panjang.

b) Memerlukan daya kreativitas dan daya kreasi tinggi. Hal ini belum tentu dimiiliki pembimbing dan mahasiswa.

c) Mahasiswa malu untuk melakukan suatu adegan.

d) Pendengar (mahasiswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.

e) Apabila bila sosiodrama gagal maka tujuan bimbingan tidak dicapai. f) Tidak semua materi dapat dilakukan dengan metode ini.

Disamping kelebihan, sosiodrama juga memiliki kelemahan. Penulis menyimpulkan bahwa kelemahan sosiodrama ada pada waktu pelaksanaan yang relatif lama, sikap pemeran yang terkadang malu untuk memperagakan peran yang didapat karena ditertawakan penonton, apabila sosiodrama gagal maka tujuan tidak akan tercapai.

2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan

(8)

16

Didapatkan hasil F=2.087 dan P <0,05 (0,041) dan taraf signifikasi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal.

2.4 Hipotesis

H1: Terdapat peningkatan yang signifikan kecerdasan interpersonal dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas XI Sosial 3 di SMA Negeri 1 Tengaran dengan teknik sosiodrama.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH UNIT

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH UNIT

Tri Hariyanto, SE (Bendahara Gaji) FIK Universitas f'Jegeri Yogyakarta. Sumaryanto,

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi Calon Penyedia Barang/Jasa paket pekerjaan Pengadaan Nursing Linen Puskesmas Perawatan Tahun 2013,

ketiga hadis di atas dan tidak pula pada hadis-hadis yang lain. Dengan demikian, hal ini boleh.. dilakukan dan boleh juga tidak. Namun sudah menjadi kebiasaan di dalam

[r]

Hadits ini juga digunakan oleh Bani Abbas (Dinasti Abbasiyah) sebagai justifikasi bahwa al-Mahdi akan muncul dari kelompok mereka, di mana keyakinan mereka ini bertentangan

Hal tersebut tampak dari kurangnya peran orang tua dalam mengarahkan pola tingkahlaku yang baik di rumah, Subyek tidak dapat mengaplikasikan perilaku model yang diidolakannya dalam