ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANGINA PECTORIS
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
1. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ berotot dengan empat ruang yang terletak dirongga
dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit kesebelah kiri sternum.
Jantung terdapat didalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang
disebut pericardium.
2. Fisiologi jantung
a. fisiologi otot jantung
Terdiri dari tiga otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel
dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan.
b. Elektrofisiologi sel otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan permeabilitas
membrane sel yang memungkinkan pergerakan ion-ion melalui membrane
tersebut.
c. siklus jantung
Jantung mempunyai 4 popa yang terpisah. Dua pompa primer atrium dan
dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai akhir
B. DUA SIRKULASI SISTEM KARDIOFASKULER
1. sirkulasi sistemik
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonalis. Darah di atrium kiri
mengalir kedalam ventrikel kiri melalui katup atrioventrikel (AV), yang
terletak di sambungan atrium dan ventrikel. Katup ini disebut katup
mitralis.
2. sirkulasi paru
Darah diatrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV lainnya
yang disebut katup semilunaris (atau trikuspidalis). Darah keluar dari
ventrikel kanan dan mengalir melalui katup keempat, katup pulmonaris,
kedalam arteri pulmonaris
C. ALIRAN DARAH ARTERI KORONER
Dua arteri besar , yang disebut arteri koroner kiri dan kanan, merupakan
cabang dari aorta segera setelah aorta keluar dari ventrikel kiri dan
mensuplai darah kejantung.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui lebih dalam tentang manajemen tenaga
keperawatan.Dapat memberikan pengetahuan yang luas terutama dalam
BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 DEFENISI
Angina pektoris adalah kumpulan gejala klinis berupa serangan nyeri dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering
menjalar ke lengan kiri.
Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas
dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang
atau ke daerah perut, yang bisa disalahartikan sebagai gejala maag.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab angina pektoris adalah
suplai oksigen yang tidak mencukupi ke sel-sel otot-otot jantung
dibandingkan kebutuhan.
Ketika beraktivitas, terutama aktivitas yang berat, beban kerja
Jika beban kerja suatu jaringan meningkat maka kebutuhan oksigen
juga meningkat; Oksigen ini dibutuhkan untuk menghasilkan energi
kerja.
Jantung mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi terutama dari
pembuluh darah koroner.
Saat beban jantung meningkat, pembuluh darah koroner akan
melebar untuk memberikan aliran darah yang adekuat bagi
kebutuhan otot jantung.
Namun jika pembuluh darah koroner mengalami kekakuan atau
menyempit, otot jantung tidak mendapatkan suplai oksigen yang
memadai bagi kerja jantung.
Otot jantung akan memproduksi jalur energy lain yang tidak
menggunakan oksigen. Jalur energy ini menghasilkan asam laktat
yang bersifat asam. Derajat keasaman otot jantung akan meningkat.
Hal inilah yang menimbulkan rasa nyeri.
Apabila kebutuhan energi jantung berkurang,ketika aktivitas
dihentikan, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan otot kembali ke
proses wajar untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan
asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam laktat, maka nyeri
angina mereda. Dengan demikian, angina pektoris merupakan suatu
keadaan yang berlangsung singkat.
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan
arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner).
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis, namun jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang
paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat,
maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat
pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan mengalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri
koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat aterosklerosis dan
tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme
yang bersifat aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Metabolisme
anaerobik dengan perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien
apabila dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui fosforilasi
oksidatif dan siklus Kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami
penurunan yang cukup besar. Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu
asam laktat, akan tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan menimbulkan
nyeri.
Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang tersedia serta
daerah miokardium yang terserang berkurang; serabut-serabutnya
memendek sehingga kekuatan dan kecepatannya berkurng. Selain itu,
gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal;
bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah
hemodinamika. Respon hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan
ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refeks
kompensasi oleh system saraf otonom. Berkurangnya fungsi ventrikel kiri
dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia
miokardium. Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan
rasa sakit masih belum jelas. Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang
oleh metabolik yang tertimbun atau oleh suatu zat kimia antara yang belum
diketahui atau oleh sters mekanik lokal akibat kontraksi miokardium yang
abnormal. Jadi secara khas rasa sakit digambarkan sebgai suatu tekanan
substernal, kadang-kadang menyebar turun kesisi medial lengan kiri. Tetapi
banyak pasien tak pernah mengalami angina yang pas; rasa sakit angina
dapat menyerupai rasa sakit karena maldigesti atau sakit gigi. Pada
dasarnya angina dipercepat oleh aktivitas yang meningkatkan miokardium
akan oksigen, seperti latihan fisik. Sedangkan angina akan hilang dalam
beberapa menit dengan istirahat atau nitrogliserin.
Terdapat tiga jenis angina, yaitu :
1. Angina Stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika pembuluh darah koroner yang tidak
dapat melebar untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya
berolah raga atau naik tangga.
2. Angina prinzmetal (varian)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya
sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal
terjadi spasme (penyempitan terus-menerus) pembuluh darah koroner yang
menimbulkan kekurangan oksigen jantung di bagian hilir.
3. Angina tak stabil
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal ; dijumpai pada
individu dengan perburukan penyakit pembuluh darah koroner. Angina ini
biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung; hal ini tampaknya
terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh plak yang tumbuh
dan mudah mengalami penyempitan.
2.5 MANIFESTASI KLINIK Gejala klinis :
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang
Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang dada)
atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan
kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung,
rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di
tempat lain seperti di daerah ulu hati, leher, rahang, gigi, bahu.
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau
seperti di peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh
perasaan tidak enak di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan
dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.
Nyeri dada pada angina biasanya timbul pada saat melakukan
aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang
berjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat, aktivitas
ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang,
emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut
segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan
angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur
malam.
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang
perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila
nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien
mendapat serangan jantung dan bukan angina pektoris biasa.
Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas,
2.6 Pemeriksaan penunjang/Pemeriksaan diagnostik
1. Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina
sering masih normal.
2. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal; pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang
tampak adanya pengapuran pembuluh darah aorta.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pektoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis serangan jantung
akut sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Enzim tersebut akan
meningkat kadarnya pada serangan jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal.
Pemeriksaan profil lemak darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida
dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko
seperti kolesterol dan/atau diabetes mellitus.
2.7 Penatalaksanaannya medik :
Pengobatan pada serangan akut, nitrogliserin sublingual 5 mg merupakan
obat pilihan yang bekerja sekitar 1-2 menit dan dapat diulang dengan
Pencegahan serangan lanjutan :
o Long acting nitrate, yaitu ISDN 3 kali sehari 10-40 mg oral.
o Beta blocker : propanolol, metoprolol, nadolol, atenolol, dan pindolol.
o Calcium antagonist : verapamil, diltiazem, nifedipin.
Mengobati faktor presdiposisi dan faktor pencetus : stres, emosi,
hipertensi, DM, hiperlipidemia, obesitas, kurang aktivitas dan
menghentikan kebiasaan merokok.
Memberi penjelasan perlunya aktivitas sehari-hari untuk
meningkatkan kemampuan jantung.
Asuhan keperawatan angina pectoris
1. PENGKAJIAN
Dasar data pengkajian pasien
Aktivitas/istirahat
Gejala : pola hidup monoton,kelemahan,kelelahan,perasaan tidak berdaya
setelah latihan,nyeri dada bila bekerja.
Tanda : dispnea saat kerja.
Sirkulasi
Tanda : takikardia,distritmia,tekanan darah normal,meningkat atau
menurun,bunyi jantung mungkin normal, S4 ambat atau murmur sistolik
transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat nyeri.
Makanan/cairan
Gejala : mual,nyeri ulu hati/epigastrium saat makan,diet tinggi
kolesterol/lemak,garam,kafein,minuman keras.
Tanda : ikat pinggang sesak,distensi gaster.
Integritas ego
Gejala : stressor kerja,keluarga,lain-lain.
Tanda : ketakutan,mudah marah.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada substernal,anterior yang menyebar ke
rahang,leher,bahu,dan ekstremitas atas (lebih pada kiri dari pada kanan)
Kualitas : ringan sampai sedang,tekanan
berat,tertekan,terjepit,terbakar.
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit,kadang-kadang lebih dari 30 menit
(rata-rata 3 menit)
Faktor pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi
besar,seperti marah,olahraga pada suhu ekstrem,atau mungkin tak dapat
diperkirakan dan/atau terjadi selama istirahat.
Faktor penghilang : nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme
Nyeri dada baru atau terus menerus yang teah berubah
frekuensi,durasinya,karakter atau dapat diperkirakan (contoh : tidak
stabil,bervariasi,prinzmetal).
Tanda : wajah berkerut,meletakkan pergelangan tangan pada
midsternum,memijit tangan kiri,tegangan otot,dan gelisah.
Respon otomatis contoh takikardi,perubahan TD.
Pernafasan
Gejala : dispnea saat kerja,riwayat merokok.
Tanda : meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman.
Penyuluhan pembelajaran
Gejala : riwayat keuarga sakit jantung,hipertensi,stroke,diabetes.
Penggunaan/kesalahan penggunanan obat jantung,hipertensi atau obat
yang dijual bebas.
Penggunaan akohol teratur,obat narkotik contoh kokain,amfetamin.
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,8 hari.Pertimbangan rencana
pemulangan : perubahan pada penggunaan/terapi
obat,bantuan/pemeliharaan tugas dengan rawat dirumah,perubahan pada
susunan fisik rumah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium.
b) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot
jantung, berkurangnya curah jantung.
d) Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman
terhadap status kesehatan.
e) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. RENCANA KEPERAWATAN
1. NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK
MIOKARDIUM
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi
Kriteria hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang,
pasien melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.
INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan pasien untuk
memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
Nyeri dan penurunan curah jantung dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar nor epineprin, yang
meningkatkan agregasi
trombosit dan mengeluarkan trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.
Identifikasi terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi nyeri.
Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi
kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit. Evaluasi laporan nyeri pada
lengan (khusunya pada sisi kiri. permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama. Letakkan pasien pada istirahat
total selama episode angina. Menurunka kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan
resiko cidera jaringan atau nekrosis.
Tinggikan kepala tempat tidur
bila pasien napas pendek Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan
napas pendek berulang Pantau kecepatan atau irama
jantung Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan
disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress
Panatau tanda vital tiap 5 menit
selama serangan angina TD dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan
simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi. Pertahankan tenang , lingkungan
nyaman, batasi pengunjung bila perlu
Stres mental atau emosi meningkatkan kerja miokard
Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan
Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja
pencernaan, manurunkan risiko serangan angina
Kolaborasi:
Berikan antiangina sesuai
indikasi: nitrogliserin: sublingual
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Pantau perubahan seri EKG
Nitrigliserin mempunyai standar untuk pengobatan dan
mencegah nyeri angina selam lebih dari 100 tahun.
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard/mencegah iskemia. Iskemia selama serangan angina dapat menyebabkan depresi segmen ST atau peninggian dan inversi geombang T. Seri
gambaran perubahan iskemia yang hilang bila pasien bebas nyeri dan juga dasar yang
membandingkan pola perubahan selanjutnya.
2. PENURUNAN CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN DGN
TRANSIEN/MEMANJANG)
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda vital, contoh
frekuensi jantung, tekanan darah. Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan
menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung Evaluasi status mental, catat
terjadinya bingung, disorientasi. Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan
sensorium. Catat warna kulit dan adanya
kualitas nadi Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat
kulit pucat dan warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer.
Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut
Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi
Penghematan energy, menurunkan kerja jantung.
Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama (khususnya bila memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan nitras)
Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventricular. Obat dengan kandungan inotropik negative dapat menurunkan perfusi terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat memberi efek
terkumpul pada curah jantung. Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala
GJK Angina hanya gejalab patologis yang disebabkan oleh iskemia
emepengaruhi fungsi jantung emnjadi dekompensasi.
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem); nifedipin (procardia); verapamil(calan).
Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan
tahanan vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung.
Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin); nadolol (corgard); propanolol (inderal); esmolal (brebivbloc).
Obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik.
3. INTOLERANSI AKTIFITAS BERHUBUNGAN DENGAN
SERANGAN ISKEMIA OTOT JANTUNG, BERKURANGNYA CURAH JANTUNG.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat;
peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada
merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
Instruksikan pasien tentang
teknik penghematan energi. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan
energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
4. ANSIETAS BERHUBUNGAN DENGAN RESPON
PATOFISIOLOGIS DAN ANCAMAN TERHADAP STATUS KESEHATAN.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping
efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan tes dan prosedur,
contoh tes stress. Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan
prognosis. Tingkatkan ekspresi perasaan dan
takut,contoh menolak, depresi, dan marah.
Perasaan tidak ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. Dorong keluarga dan teman untuk
menganggap pasien sebelumnya. Meyakinkan pasien bahwa perandalam keluarga dan kerja tidak
berubah. Kolaborasi :
berikan sedative, tranquilizer
sesuai indikasi Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai
secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.
5. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR)
MENGENAI KODISI, KEBUTUHAN PENGOBATAN BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan perlyunya mencegah serangan angina.
Pasien dengan angina
membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat dikontrol. Ini adalah focus
manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard. Dorong untuk menghindari faktor/
situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh: stress
emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan pada suhu lingkungan yang ekstrem
Kaji pentingnya control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan olahraga.
Pengetahuan faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.
Tunjukan/dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas sederhana, hindari regangan.
Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk
menghindari stress jantung dan tetap dibawah ambang angina. Diskusikan langkah yang diambil
bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
Menyiapkan pasien pada
kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
Kaji ulang obat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina.
Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan
penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan
menggunakan obat-obat yang dijual bebas.
Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.
4. Implementasi keperawatan
Dx 1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium. 2. Menganjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila
terjadi nyeri dada.
3. Mengidentifikasi terjadinya pencetus,bila ada
4. Mengevaluasi aporan nyeri pada rahang,leher,bahu,tangan atau lengan
(khususnya pada sisi kiri)
5. Meletakkan pasien dengan istirahat total selama episode angina.
6. Meninggikan kepala tempat tidur bila pasien nafas pendek.
7. Memantau tanda-tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina.
8. Mempertahankan keadaan tenang,lingkungan yang nyaman,batasi
pengunjung bila perlu.
9. Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
10. Memberikan antiangina sesuai indikasi : nitrogliserin ;sublingual
(nitrostat,bukal,atau tablet oral,sprei sublingual)
11. Memantau perubahan seri EKG.
Dx 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik (iskemia miokard transien/memanjang)
1. Memantau tanda-tanda vital,contoh frekuensi jantung,TD.
2. Mengevaluasi status mental,catat terjadinya bingung,disorientasi.
3. Mencatat warna kulit dan adanya/kualitas nadi.
4. Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut.
5. Memberikan periode istirahat adekuat. Membantu dalam melakukan
aktifitas perawatan diri,sesuai indikasi.
6. Memantau dan mencatat efek/kerugian respon obat,catat TD,ferkuensi
jantung dan irama (khususnya bila memberikan kombinasi antagonis
7. Mengkaji tanda-tanda vital dan gejala-gejala GJK.
8. Memberikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium,contoh
ditiazem (cardizem);nifedipin (procardia);verapamil (calan). Penyekat
beta,contoh :
atenolol(tenormin),nadolol(corgard);propanolol(inderal);esmolal(brebivbloc)
Dx 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung,berkurangnya curah jantung.
1. Mengkaji respon klien terhadap aktifitas. Memperhatikan frekuensi nadi
ebih dari 20x/menit diatas frekuensi istirahat,peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktifitas,dispnea atau nyeri dada,keletihan dan kelemahan
yang berlebihan,diaphoresis,pusing atau pingsan.
2. Menginstruksikan pasien tentang teknik penghematan energi
3. Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap
jika dapat ditoleransi. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
Dx 4. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status kesehatan.
1. Menjelaskan tujuan tes dan prosedur,contoh tes stres.
2. Meningkatkan ekspresi perasaan dan takut,contoh menolak,depresi dan
marah.
3. Mendorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti
4. Memberikan sedatif,tranqualizer sesuai indikasi.
Dx 5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
1. Mengkaji ulang patofisiologi kondisi. Menekankan perlunya mencegah
serangan angina.
2. Mendorong klien untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus
episode angina,contoh stres emosional,kerja fisik,makan terlalu
banyak/berat,terpajan pada suhu ingkungan ekstrem.
3. Mengkaji pentingnya kontrol berat badan,menghentikan
merokok,perubahan diet,dan olahraga.
4. Menunjukkan/mendorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama
aktifitas,jadwal/aktifitas sederhana,hindari regangan.
5. Mendiskusikan langkah yang diambil bia terjadi serangan angina,contoh
menghentikan aktivitas,pemberian obat bila peru,penggunaan tekhnik
relaksasi.
6. Mengkaji ulang obat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah
serangan angina.
7. Menekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan
obat-obat yang dijual bebas.
BAB 3 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN
Angina pektoris adalah kumpulan gejala klinis berupa serangan nyeri dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering
menjalar ke lengan kiri.
Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas
dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang
atau ke daerah perut, yang bisa disalahartikan sebagai gejala maag.
3.2 KRITIK DAN SARAN
Makalah manajemen keperawatan yang kami buat mungkin masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Muin. Angina Pectoris Stabil. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
edisi keempat, jilid III. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam