• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KELARUTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KELARUTA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KELARUTAN

Tujuan : Mempelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya Pendahuluan

Senyawa organik merupakan golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung atom karbon. Pengetahuan mengenai senyawaan organik dapat dipelajari pada kimia organik. Kimia organik mempelajari sebuah reaksi-reaksi senyawa organik dan menghasilkan suatu senyawa baru. Senyawa tersebut dapat diidentifikasi kelarutannya, yaitu tidak larut, larut sebagian dan larut sempurna.

Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut dengan zat pelarut, dan zat jumlahnya lebih sedikit disebut dengan zat yang terlarut. Kelarutan dari zat terlarut yaitu jumlah maksimum zat yang akan larut dalam sejumlah zat tertentu. Kelarutan dalam kualitatif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu zat yang dapat larut, sedikit larut atau tidak larut. Zat dapat dikatakan tidak larut apabila zat tersebut tidak tercampur saat ditambahkan air (Chang, 2004).

Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu momen dipole dari pelarut tersebut. Hildebrand membuktikan bahwa momen dipole tidak cukup untuk menjelaskan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan ikatan hidrogen zat terlarut lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, aldehida, alkohol, keton dan lain-lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang membentuk ikatan hydrogen dalam air. Pelarut yang nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antar ion elektrolit kuat dan elektrolit lemah, karena ketetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut nonpolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hydrogen dengan non eletrolit serta tidak dapat memecahkan ikatan kovalen. Zat ionic dan polar, tidak dapat larut atau hanya larut sebagian dalam zat nonpolar (Martin, 1993).

(2)

asetat, asam sulfat dan asam format adalah pelarut asam yang keasam-basaannya jauh lebih rendah daripada air. Ammonia cair dan etildamina disebut sebagai pelarut basa yang mempunyai keasaman jauh lebih kecil daripada keasaman air (Day dan Underwood, 2004).

Material Safety Data Sheet (MSDS) 1. Anilin

Anilin adalah produk yang mudah terbakar. Aniline mempunyai sifat fisik dan sifat kimia berwujud cair seperti minyak, berbau aromatik dan tidak berwarna. Anilin memiliki berat molekul sebesar 93,13 g/mol, pH pada keadaan basa, titik didih 181,4 C, titik cair -6 C, berat jenis 1,0216 oC, dan tekanan 0,1 kPa.

Bahaya anilin yang paling utama adalah pada kulit. Pertolongan pertama saat terkena kulit adalah menyiram kulit yang terkena anilin dengan air yang banyak, tutupi yang teriritasi dengan emolien (Anonim, 2016).

2. Asam benzoat

Asam benzoat memiliki rumus molekul C6H5COOH. Asam benzoate memiliki sifat fisik dan sifat kimia berbentuk padat, memiliki berat molekul 122,12 g/mol, berat jenisnya 1,26 g/cm3, titik didihnya 249,2 dan titik leleh 122,4 C. Asam benzoat sedikit larut dalam air dingin. Asam benzoat berbahaya

pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup. Pertolongan pertama saat terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).

3. Asam Klorida

Asam Klorida mempunyai rumus kimia HCl. Wujud asam klorida yaitu cair, tidak berwarna, berbau pedas dan tidak berasa. Asam klorida memiliki titik didih sebesar 108,58 C, titik leleh -62,25 C, berat jenis 1,1– 1,9, tekanan uap 16 kPa dan densitasnya 1,267. Asam klorida larut dalam air dingin, panas, dan dietil eter. Asam klorida merupakan bahan yang sangat berbahaya untuk kulit, mata dan menelan. Pertolongan pertama saat terkena mata bilas dengan air yang banyak minimal 15 menit (Anonim,2016).

4. Aseton

(3)

Aseton memiliki berat molekul 58,08 g/mol, titik didih 56,2 C (133,2 F) dan

titik leleh -95,35 C (-139,6 F). Aseton mempunyai tekanan uap 24 kPa pada

suhu 20 C. Aseton larut dalam air dingin maupun air panas. Aseton bersifat reaktif terhadap agen oksidasi, agen reduksi, asam dan alkali. Potensi bahaya kesehatan pada aseton adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian pernafasan maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Mata yang terkena kontak serius harus dibasuh dengan air selama 15 menit, perhatian medis harus segera didapatkan dalam kasus ini (Anonim, 2016). 5. Aquades

Aquades merupakan senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul H2O. Aquades mempunyai sifat fisik dan kimia berbentuk cair, tak berwarna dan tak berbau. Aquades memiliki berat molekul 18.02 g/mol. Titik didih aquades adalah 100C (212F) dan pH 7 (netral). Bahan kimia ini memiliki berat jenis 1, dan

tekanan uap 2.3 kPa pada suhu 20 C. Bahan ini tidak bersifat korosif atau merusak baik untuk kulit, mata, pernafasan maupun pencernaan (Anonim, 2016). 6. Benzofenon

Benzofenon memiliki rumus kimia C13H10O. Benzofenon mempunayi sifat fisik dan sifat kimia berwujud kristal padat dan tak berwarna. Benzofenon memiliki berat molekul 182,22 g / mol. Titik didih benzofenon yaitu 305,4 °C (581,7 °F) dan titik leburnya adalah 49 °C (120.2 °F). Benzofenon mudah larut dalam aseton, metanol, dietil eter dan tidak larut dalam air dingin. Benzofenon berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritasi), kontak mata (iritasi), menelan dan inhalasi. Pertolongan pertama saat terkena kulit yakni segera membilas kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit. Pakaian dan sepatu yang terkontaminasi harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan, segera hubungin tim medis apabila terjadi iritasi (Anonim, 2016).

7. Etanol

(4)

tertelan diusahakan tidak memaksakan memuntah kecuali diarahkan oleh tenaga medis. Pakaian ketat dikendurkan seperti kerah, dasi dan ikat pinggang (Anonim, 2106).

8. Metanol

Metanol memiliki rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai sifat fisik dan sifat kimia berbentuk cair, berbau seperti alcohol dan tidak berwarna. Metanol memiliki titik didih 64,5, dan memiliki berat molekul sebesar 32,04 g/mol. Bahan ini mudah larut dalam air dingin dan air panas. Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, selaput lendir, dan mata. Pertolongan pertama saat terkena mata yaitu dibilas dengan air minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).

9. Heksana

Heksana memiliki rumus molekul C6H14. Heksana mempunyai sifat fisik dan sifat kimia berbentuk cair dan berbau seperti bensin. Heksana memiliki berat molekul 86,18 g/mol, berat jenisnya 0,66 g/cm3, dan titik didihnya 86 . Bahan ini Larut dalam dietil eter, aseton dan tidak larut dalam air dingin, air panas. Heksana berbahaya pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup. Pertolongan pertama saat terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).

10. 1-butanol

Butanol memiliki rumus molekul C4H9OH. Butanol memiliki sifat fisik dan kimia berbentuk cair, tidak berwarna, berbau sedikit menyengat. Titik didih butanol yaitu 117,7, dan berat jenisnya 0,81 g/cm3. Butanol mudah larut dalam metanol, dietil eter, namun sebagian larut dalam air dingin, air panas, n-oktanol. Butanol berbahaya pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup. Pertolongan pertama saat terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).

11. Fenol

(5)

alkali. Fenol dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, selaput lendir, dan mata. Pertolongan pertama saat terkena mata yaitu dibilas dengan air minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).

12. Natrium Hidroksida

Natrium hidroksida mempunyai rumus molekul NaOH. Natrium hidroksida berbentuk padat, berwarna putih dan tidak memiliki bau dengan berat molekul 40 g/mol. Natrium hidroksida memiliki titik didih 1388 C (2530,4 F) dan titik

leleh 323 C (613,4 F). Natrium hidroksida larut dalam air dingin. Natrium

klorida bersifat reaktif terhadap logam, agen oksidasi, agen reduksi, asam dan alkali. Potensi bahaya kesehatan pada natrium hidroksida adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian pernafasan maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Kulit yang terkena kontak serius harus dibasuh dengan sabun desinfektan lalu diolesi dengan krim antibakeri, perhatian medis harus segera didapatkan dalam kasus ini (Anonim, 2016).

13. Dietil eter

Dietil eter memiliki rumus kimia (C2H5)2O. Dietil eter berwujud cair dan berwarna bening. Dieter etil memiliki massa molar 74,12 g/mol, titik didih 34,6°C (94,28°F) dan titik lebur -116,3°C (-177,3°F). Dietil eter juga memiliki kepadatan 713 kg/m³. Dietil eter sangat berbahaya dan mudah terbakar. Dietil eter jika terkena kontak mata dapat menyebabkan ganguan mata, kontak kulit dapat menyebabkan iritasi dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Dietil eter juga berbahaya jika tertelan dan inhalasi. Pertolongan pertama saat terkena kontak mata, cuci dengan air mengalir selama 15 menit dan buka kelopak mata. Kontak kulit cuci menggunakan air bersih selama 15 menit (Anonim, 2016).

14. Metilen klorida

(6)

dalam kasus kontak kulit (iritasi) dan dapat menyebabkan radang mata ditandai dengan kemerahan, berair, dan gatal-gatal. Pertolongan petama saat terkena kontak mata, lepaskan lensa mata dan segera cuci mata dengan banyak air selama 15 menit menggunakan air dingin (Anonim, 2016).

Prinsip Kerja

a. Kelarutan suatu padatan

Penambahan asam benzoat pada masing-masing tabung akan menunjukkan sifat dan kelarutan dari bahan-bahan tersebut.

b. Kelarutan alkohol

Penambahan methanol, etanol, 1-butanol dan ter-butanol akan menunjukkan bahwa larutan tersebut mengandung gugus OH.

c. Kelarutan asam-basa organik

Penambahan asam benzoate pada bahan-bahan seperti akuades, NaOH dan HCL dimaksudkan untuk menguji sifat kelarutan asam-basa senyawa organik.

d. Bercampur atau tidak bercampur

Pencampuran bahan-bahan seperti etanol, aseton, sikloheksan dan etil asetat pada akuades untuk mengidentifikasiakn bahan yang mudah tercampur (larut) atau tidak mudah tercampur (tidak larut).

Alat

Gelas arloji, pipet Pasteur, pipet tetes, gelas ukur dan tabung reaksi Bahan

Benzofenon, aquades, methanol, heksana, etanol, 1-butanol, asam benzoat, aniline, fenol, NaOH 1,0 M, HCl 1,0 M, dietil eter, aseton, metilen klorida.

Prosedur Kerja

a. Kelarutan suatu padatan

(7)

Bagian cair pada larutan didalam tabung reaksi 1-3 dipipet masing-masing pada 3 tabung reaksi yang lain menggunakan pipet Pasteur. Agar sisa padatan tidak ikut dipipet lakukan secara hati-hati. Cairan tersebut diuapkan dengan penangas air hingga seluruh cairan menguap.

b. Kelarutan alkohol

Pelarut (air) sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi. Ditambahkan metanol tetes demi tetes pada tabung reaksi yang pertama sampai 10 tetes, dikocok dan diamati setiap penambahan 1 tetes. Diulangi prosedur yang sama menggunakan bahan yang berbeda, yaitu etanol, 1-butanol, dan ter-butanol. Diulangi prosedur tersebut dengan mengganti pelarut (air) menggunakan heksana.

c. Kelarutan asam-basa organik

Asam benzoat sebanyak 30 mg(0,030g) dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang kering. Aquades sebanyak 1 mL ditambahkan pada tabung reaksi pertama, NaOH sebanyak 1 mL ditambahkan pada tabung reaksi kedua dan HCl sebanayk 1 mL ditambahkan pada tabung reaksi ketiga. Masing-masing tabung reaksi di aduk selama 10-20 detik. Diulangi prosedur tersebut dengan mengganti asam benzoat menggunakan anilin1 mL dan fenol 1 mL.

d. Bercampur atau tidak bercampur

Aquades sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi. Ditambahkan etanol 1 mL pada tabung reaksi yang pertama, sikloheksan 1 mL pada tabung reaksi yang kedua, aseton 1 mL pada tabung reaksi yang ketiga, etil asetat 1 mL pada tabung reaksi yang keempat dan kloroform 1 mL pada tabung reaksi yang kelima. Masing-masing tabung reaksi dikocok selama 10-20 detik untuk menentukan apakah kedua cairan bercampur atau tidak bercampur

Alokasi Waktu No

.

Perlakuan Waktu

1. Preparasi alat dan bahan 5 menit 2. Kelarutan suatu padatan 10 menit

3. Kelarutan alkohol 10 menit

4. Kelarutan asam-basa organic 10 menit 5. Bercampur atau tidak bercampur 10 menit

(8)

a. Kelarutan suatu padatan Sebelum pemanasan

Sampel Pelarut

Air Metanol Heksana

Asam benzoate Tidak larut Larut Tidak larut 2-naftol Tidak larut Larut Tidak larut Kolesterol Larut sebagian Larut sebagian Larut sebagian

Sesudah pemanasan

Sampel Pelarut

Air Metanol Heksana

Asam benzoate larut Larut sebagian Larut sebagian 2-naftol Tidak larut Tidak larut Larut

Kolesterol Tidak larut Larut sebagian Larut

b. Kelarutan alkohol

Alkohol Pelarut

Air Heksana

Metanol Larut Tidak larut, 2 fase

1-butanol Tidak larut, 2 fase Larut

Ter-butanol Larut Larut

Etanol Larut Tidak larut, 2 fase

c. Kelarutan asam-basa organik

Sampel Pelarut

Air NaOH 1,0 M HCl 1,0 M

Asam benzoat Tidak larut, 2 fase Larut Tidak larut, 2 fase Anilin Tidak larut, 2 fase Tidak larut, 2 fase Tidak larut, 2 fase

Fenol Larut Larut Larut

d. Bercampur atau tidak bercampur

Yang dicampur Bercampur atau tidak bercampur

Air Etanol Bercampur, 1 fase

Air Sikloheksan Tiak bercampur, 2 fase

Air Aseton Bercampur

(9)

Hasil

a. Kelarutan suatu padatan

Sampel Gambar Keterangan

Asam benzoat + air Tidak larut, setelah pemanasan menjadi larut

Asam benzoat + methanol Larut sebagian

Asam benzoat + heksana Tidak larut, setelah pemanasan menjadi larut sebagian

2-naftol + air Tidak larut

2-naftol + metanol Tidak larut

2-naftol + heksana Tidak larut, setelah pemansan menjadi larut

Kolesterol + air Kolesterol + metanol Kolesterol + heksana

b. Kelarutan alkohol

Sampel Gambar Keterangan

Metanol + air Larut

Metanol + heksana Tidak larut, terdapat 2 fase

1-butanol + air Tidak larut, terdapat 2 fase

1-butanol + heksana Larut

Ter-butanol + air Larut

Ter-butanol + heksana Larut

Etanol + air Larut

Etanol + heksana Tidak larut, terdapat 2 fase

(10)

Sampel Gambar Keterangan Asam benzoat +

air

Tidak larut, terdapat 2 fase Asam benzoat +

NaOH 1,0 M

Larut

Asam benzoat + HCl 1,0 M

Tidak larut, terdapat 2 fase

Anilin + air Tidak larut,

terdapat 2 fase Anilin + NaOH

1,0 M

Tidak larut, terdapat 2 fase Anilin + HCl 1,0

M

Tidak larut, terdapat 2 fase

Fenol + air Larut

Fenol + NaOH 1,0M

Larut

Fenol + HCl 1,0 M Larut

d. Bercampur atau tidak bercampur

Sampel Gambar Keterangan

Air + etanol Bercampur, 1 fase

Air + sikloheksana Tidak bercampur, 2 fase

Air + aseton Bercampur

(11)

Air + kloroform Tidak bercampur, 2 fase

Pembahasan Hasil

Praktikum ketiga yaitu mengenai kelarutan. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Zat yang akan mengalami kalarutan harus disesuaikan dengan zat pelarut yang dapat melarutkan zat yang akan dilarutkan. Suhu dan ukuran permukaan sangat berpengaruh dalam hal ini, semakin tinggi suhu, maka semakin cepat suatu zat akan larut.

Prosedur kerja yang pertama yaitu kelarutan pada suatu padatan. Prosedur ini menggunakan air, metanol dan heksana sebagai pelarut dan asam benzoat, 2-naftol serta kolesterol sebagai zat terlarutnya. Air merupakan senyawa yang bersifat polar, saat air dicampurkan dengan asam benzoat, maka campuran tersebut akan larut. Kelarutan tersebut dibantu dengan suhu, karena saat air dicampurkan dengan asam benzoat, campuran tersebut tidak dapat larut, namun setelah pemanasan campuran tersebut dapat larut. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat kelarutan suatu zat. Pelarut air saat dicampurkan dengan 2-naftol dan kolesterol tidak bisa larut, hal ini dikarenakan 2-naftol dan kolesterol merupakan senyawa yang bersifat nonpolar. Metanol mempunyai sifat polar sama seperti air, jadi saat dicampurkan dengan senyawa nonpolar maka tidak akan larut, sedangkan heksana merupakan senyawa nonpolar, saat dicampurkan dengan senyawa nonpolar seperti kolesterol maka campuran tersebut akanlarut. Hal ini sesuai dengan teori like dissolve like, yaitu pelarut nonpolar hanya akan larut pada pelarut nonpolar, sebaliknya pelarut polar juga akan larut pada pelarut polar.

(12)

pelarut polar akan larut pada pelarut polar juga, namun pada hasil praktikum campuran air dengan 1-butanol menghasilkan 2 fase yang artinya campuran tersebut tidak larut. Heksana merupakan senyawa organik yang bersifat nonpolar, saat dicampurkan dengan methanol dan etanol, campuran tersebut tidak dapat larut dikarenakan perbedaan sifat yaitu polar dan nonpolar, namun saat dicampurkan dengan 1-butanol dan ter-butanol campuran tersebut dapat larut. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa pelarut nonpolar hanya akan larut pada senyawa nonpolar, namun hasil dari praktikum menunjukkan bahwa campuran dari heksana dengan 1-butanol dan ter-butanol dapat larut menjadi 1 fase. Molekul air dibentuk oleh atom H dan atom O oleh sebuah ikatan sigma. Gugus OH tersebut yang membuat alkohol memiliki polaritas seperti air, namun kepolaritaasan yang dimiliki oleh senyawa turunan alkohol tidak sebanding dengan polaritas air. Semakin panjang alkil yang di miliki maka semakin besar sifat nonpolarnya. Gugus alkil pada metanol dan etanol tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat keelektronrgatifan sehingga methanol dan etanol dalam larut dalam pelarut polar, sedangkan pada butanol gugus alkilnya lebih mendominasi sehingga tidak dapat larut dalam senyawa polar.

Prosedur kerja yang ketiga yaitu kelarutan asam-basa organik. Pelarut yang digunakan yaitu air, NaOH dan HCl yang bersifat polar. Sampel yang digunakan yaitu asam benzoat, anilin dan fenol. Pelarut air saat dicampurkan dengan sampel asam benzoat dan anilin menghasilkan 2 fase atau tidak larut, hal ini berarti asam benzoat dan anilin bersifat nonpolar, hal ini tidak sesuai dengan literature karena pada dasarnya asam benzoat dan anilin bersifat polar. NaOH saat dicampurkan dengan asam benzoat dan fenol menghasilkan campuran yang larut, ahl ini sesauai dengan literature karena NaOH, asam benzoat dan fenol sama-sama bersifat polar.

(13)

yang tidak larut dikarenakan perbedaan sifat. Air yang bersifat polar sedangkan sikoheksan dan kloroform bersifat nonpolar, serta etil asetat yang bersifat semipolar, dimana senyawa ini dapat bersifat polar ketika dicampurkan dengan senyawa polar dan bersifat nonpolar ketika dicampurkan dengan senyawa nonpolar.

Kesimpulan

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Pelarut polar akan larut ketika dicampurkan dengan senyawa polar, sedangkan pelarut nonpolar hanya akan larut pada senyawa yang bersifat nonpolar.

Referensi

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2 . Jakarta : Erlangga

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press.

Underwood,A.L. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Saran

Praktikan diharapkan lebih teliti lagi pada saat mengamati percobaan yang dilakukan, diharapkan juga lebih memahami prosedur kerja agar pada saat praktikum berlangsung tidak terjadi kesalahan.

Nama Praktikan :

Referensi

Dokumen terkait

Semua merupakan senyawa organik dan secara umum kimia organik adalah suatu ilmu dari cabang ilmu kimia yang mempelajari senyawa – senyawa dari karbon (C)

Pemilihan pelarut yang kedua menggunakan sampel B, dimana hassil yang didapatkan dari sampel B sama dengan hasil dari sampel A, yaitu sampel B larut pada saat dicampurkan dengan

Minyak dan mentega merupakan suatu sampel lemak yang bersifat non polar sehingga akan larut didalam pelarut nonpolar, tidak larut didalam pelarut polar dan larut sebagian

Berbeda denga senyawa organik lainnya lipid bersifat non- polar sehingga lipid memiliki sifat tidak dapat larut oleh air dan juga larutan lain yang memiliki sifat polar

Untuk pelarut heksana semua zat terlarut tidak dapat larut, karena dari ke empat zat terlart hampir semuanya senyawa ionik dan kovalen polar yang akan mudah larut dalam pelarut

Fasa organik yang digunakan adalah heksana karena asam benzoat yang merupakan senyawa non polar akan lebih larut di dalam heksana dibandingkan dalam fasa air atau

Lipid adalah segolongan senyawa organik yang terdapat di dalam alam dan mempunyai sifat-sifat: 1. Tidak larut dalam air,tetapi larut dalam pelarut-pelarut lemak seperti

Sampel A yang dicampurkan 10 tetes ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL air tidak berubah warna dan dapat larut karena cuka apel memiliki kepolaran yang sama