• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Fisiologi dan Teknolog

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Fisiologi dan Teknolog"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN

ACARA III

Dampak Kerusakan Mekanis Terhadap Proses Fisiologis

Kelompok : II ( Dua ) Rombongan : II Penanggung Jawab:

Aprinda Komalasari A1M013019

Tety Heryanti A1M013021

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hasil pertanian pascapanen akan mengalami kerusakan, yaitu kerusakan mekanis, fisis, biologis/mikrobiologis, kimiawi, dan fisiologis. Kerusakan terjadi karena penangan pascapanen belum maksimal. Hal ini dikarenakan, pengetahuan masyarakat tersebut yang masih minim. Padahal dampak kerusakan tersebut dapat berakibat pada mutu hasil pertanian yang berpengaruh pada nilai ekonomis nya. Dampak dari kerusakan – kerusakan pascapanen dapat berpengaruh terhadap proses fisiologis hasil pertanian. Pada hakekat nya hasil pertanian memang memiliki sifat yang mudah rusak (perrishable), dan jika mengalami kerusakan maka tentu saja hasil pertanian tersebut akan lebih cepat rusak.

Pada dampak kerusakan mekanis terjadi karena tidak tepatnya pada proses pemanenan, transportasi, maupun pengangkutan. Kerusakan mekanis ini dapat menyebabkan lapisan luar rusak dan daging buah memar yang dapat mengakibatkan cepat rusak karena mikroba dapat masuk melalui jaringan jaringan yang sudah rusak dan terbuka. Dampak terhadap proses fisiologisnya adalah mengalami laju respirasi seemakin tinggi yang dapat mempercepat pembusukan. Pada praktikum ini akan membahas dampak kerusakan mekanis terjadap proses fisologis pada buah mangga dan umbi kentang.

B. Tujuan

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Semua komoditas holtikultura setelah dipanen masih akan mengalami perubahan fisis, biologis, dan biokemis sehingga apabila tidak dilakukan penanganan secara baik dan tepat akan mengalami kerusakan dan penurunan mutu. Penanganan pasca panen biasanya tidak banyak dilakukan oleh para petani karena mereka kurang memiliki fasilitas sarana dan teknologi sehingga mereka hanya berperan sebgai produsen saja (Cahyono, 2008).

Kerusakan (stress) yang dialami oleh komoditas buah-buahan dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu; faktor fisik, kimiawi, dan bilogis. Faktor fisik dapat berupa tekanan, suhu yang terlalu rendah (chilling injury-freezing injury), suhu yang terlalu tinggi, dan komposisi gas atmosfer yang tidak sesuai (anaerob). Sedangkan faktor kimiawi ialah disebabkan oleh polusi udara (ozon, sulfur dioksida, dll) serta pestisida berlebihan. Adapun faktor biologis ialah disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri, dan jamur (Hyodo, 1991).

Kerusakan pada komoditas buah-buahan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe kerusakan yaitu; fisiologis, mikrobiologis/biologis, mekanis, fisis, dan khemis.

a. Kerusakan fisiologis

Merupakan kerusakan yang disebakan oleh reaksi-reaksi yang dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja dalam reaksi katabolik (pembongkaran). Dengan adanya reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat pada jaringan buah menjadi berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan busuk. Tanda – tanda lainnya ialah penurunan berat, tekstur, dan aroma.

b. Kerusakan mikrobiologis/biologis

(4)

c. Kerusakan mekanis

Kerusakan ini terjadi apabila dalam proses pemanenan, transportasi, maupun pengangkutan tidak dilakukan dengan hati-hati. Akibatnya akan menyebabkan buah menjadi luka pada kulit luar dan memar. Dengan demikian maka akan semakin mempercepat kerusakan lainnya; seperti kerusakan fisiologis maupun mikrobiologis karena mikrobia menjadi lebih mudah masuk kedalam daging buah.

d. Kerusakan fisis

Kerusakan ini lebih banyak disebabkan oleh suhu penyimpanan yang telalu tinggi (heat injury) atau terlalu rendah (chilling injury), yang masing-masing dapat menyebabkan kerusakan, misalnya adanya noda/bercak-bercak cokelat pada bagian kulit buah. Selain itu, pada penyimpanan yang terlalu rendah tingkat kelembabannya (< 85%), akan mempercepat proses transpirasi, sehingga buah menjadi kusut dan teksturnya menurun.

e. Kerusakan kimiawi

Terutama berkaitan erat dalam proses pengolahan. Misalnya pada proses pengirisan buah apel yang dibiarkan saja, maka akan timbul warna coklat akibat reaksi pencoklatan enzimatis (enzim polifenol).

(5)

III. METODE

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :  Buah Mangga

 Umbi Kentang  Sterofom

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :  Timbangan Digital

(6)

2. Penjatuhan 5x

(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Kontrol

Parameter Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

M K M K M K M K

Warna 1 1 1 1 2 3 2 4

Tekstur 4 1 4 1 4 1 4 2

Susut

Bobot (%) 155 80 153,05 79,88 151,3 79,7 150,55 78,9

2. Penjatuhan 5x

Parameter Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

M K M K M K M K

Parameter Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

(8)

Warna kentang : Texture

1. Sangat cerah 1. Sangat keras

2. Cerah 2. Keras

3. Agak cerah 3. Agak keras

4. Sedikit cerah 4. Sedikit keras

5. Tidak cerah 5. Lunak

Warna mangga : 1. Hijau

2. Hijau kekuningan 3. Agak kuning

4. Kuning

(9)

B. PEMBAHASAN

Pada tabel hasil praktikum dapat diketahui bahwa dampak kerusakan mekanis terhadap proses fisoilogi pascapanen terdapat perbedaan yang nyata karena menurun nya kecerahan dari buah mangga dan kentang pada perlakuan kontrol penyimpanan hari ke 0-1 tidak ada perubahan yang signifikan antara kecerahan warna dan susut bobot nya sedangkan teksturnya masih belum mengalami perubahan. Pada penyimpanan hari ke 2-3 perubahan dari buah mangga dan kentang mulai terlihat dengan adanya kecerahan warna yang menurun dan menurun nya susut bobot tetapi perubahan teksturnya tidak berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan penjatuhan sebanyak 5x perubahan tekstur, warna serta penurunan susut bobot berbeda nyata. Dan untuk perlakuan penjatuhan 10x perubahan warna, tekstur dan susut bobot terjadi secara signifikan ini sesuai dengan literatur.

Produk pascapanen yang akan menyebabkan meningkatnya laju respirasi yang mengakibatkan meningkatnya produksi panas dari produk. Panas tersebut akan mempengaruhi produk pascapanen lainnya, dan akan memacu pemasakan produk lebih awal. Selain panas terjadinya memar juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna jaringan produk.

Hal ini dapat menyebakan reaksi fisiologi yang tidak normal, yang akhirnya akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sementara itu, adanya goresan atau keretakan produk pascapanen yang akan menyebabkan terbukanya bagian jaringan produk. Hal ini akan menjadi pintu masuk bagi serangan patogen, akan meningkatkan hilangnya kandungan air produk, akan meningkatkan laju respirasi produk, dan akan mengakibatkan makin tingginya kehilangan energi dari produk pascapanen tersebut (Soesanto, 2008).

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, bambang. 2008. TOMAT, Usaha Tani dan Penanganan Pasca panen. Kanisius: Yogyakarta.

Hyodo, H. 1991. Stress/wound ethylene. In A. K. Mattoo and J. C. Suttle (eds.), The Plant Hormone Ethylene. CRC Press, Boca Raton, Florida, pp. 43-63.

Soesanto, loekas. 2008. Penyakit Pascapanen: Sebuah Pengantar. Kanisisus: Yogyakarta

Susanto, T, dkk. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu: Surabaya.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Mengidentifikasi perubahan mutu telur ayam buras (kerusakan mekanis, susut bobot, Haugh unit , indeks kuning telur, dan kantung udara) sebagai dampak dari

Hasil analisis keragaman pengaruh provenans terhadap sifat mekanis kayu (Tabel 4) menunjukkan bahwa perbedaan provenans tidak memberikan perbedaan yang nyata pada

Laporan Praktikum Ilmu Tanaman: Fisiologi Tumbuhan 8 Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang keluar menembus kulit biji (Salibury,

Hal tersebut dapat diketahui dengan cara mereaksikan aquadest yang berada dalam beaker glass dengan pereaksi AgNO 3 dan didapatkan hasil endapan putih yang menunjukan

Berdasarkan hasil praktikum pada pengamatan prefrensi makanan pada serangga, yaitu belalang (Disosteira carolina) dapat diketahui pada prefrensi makanan yang diberikan,

Pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa 2 persamaan ini ekuivalen karena output pada tabel kebenaran dari kedua persamaan tersebut sama.. Ambil kompnen-komponen yang

Pada praktikum mengamati pergerakan bakteri ini diketahui dari tabel 1 yaitu, pada medium dengan perlakuan disejajarkan dengan hidung (bagian atas) setelah

Pembahasan Jangan lupa sertakan sitasi ● Identifikasi perbedaan akar, batang, dan daun antara dikotil dan monokotil ● Penjelasan mengenai kelenjar sekretorial: lisigen dan skizogen,