• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN PESISIR JEEN WOMOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN PESISIR JEEN WOMOM"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PENGELOLAAN DAN

ZONASI

TAMAN PESISIR JEEN WOMOM

KABUPATEN TAMBRAUW

PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 -2035

PEMERINTAH KABUPATEN TAMBRAUW

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)

KONSERVASI TAMAN PESISIR JEEN WOMOM

(2)
(3)
(4)
(5)

1 LAMPIRAN

KEPUTUSAN BUPATI TAMBRAUW NOMOR : 522/126/2016

TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASITAMAN PESISIR JEEN WOMOM DI KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2016 – 2035

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Konservasi Taman Pesisir Jeen Womom dibentuk pada tanggal 5 Oktober 2015 melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Tambrauw No. 522/303/2015 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Jeen Womom di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Taman Pesisir ini mempunyai luas total 32.250,88 hektar dengan tujuan utama untuk melindungi habitat penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dari kepunahan sekaligus menjaga keutuhan kearifan lokal serta pengembangan potensi ekowisata bahari. SK Bupati ini merupakan perubahan dari pencadangan SK Bupati No. 46 tahun 2013 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Jamursba Medi dan Laut Sekitarnya di Kabupaten Tambrauw Propinsi Papua Barat seluas 170.426,39 hektar.

Kawasan Konservasi Taman Pesisir Jeen Womom sebelumnya dikenal dengan sebutan Warmon dan Taman Pesisir Jamursba Medi (SK Bupati Tambrauw No. 46/2013). Berdasarkan usulan masyarakat nama kawasan peneluran Penyu Belimbing diubah menjadi Jeen Womom. Berdasarkan bahasa lokal Suku Abun, Jeen Womom memiliki arti pantai peneluran Penyu Belimbing.

(6)

2 habitat bagi 3 species penyu lainnya yaitu penyu Lekang (Lepidochelys

olivacea), penyu Hijau (Chelonia mydas), dan penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Selain itu, kawasan ini sebagai bagian dari Kabupaten Tambrauw

yang memiliki potensi ikan karang dan ikan pelagis.

Ikan demersal yang umumnya terdapat diperairan ini adalah hiu atau cucut (Sphyrna lewini), pari, kerapu (Ephinephelus spp.), kakap (Lutjanidae spp.), ekor kuning (Caesio cuning), kuwe, kurisi, dan napoleon (Shelinusundulates). Sedangkan ikan pelagis terdiri dari ikan tuna (Thunnus) dan ikan cakalang (Katsuwonus). Ikan tuna terdiri dari madidihang (Thunnus

albacares), albakor (Thunnusa lalunga), mata besar (Thunnus obesus) ,dan

(Thunnus maccoyi), kembung (Rastrelliger sp.), dan Teri (Stolephorussp.).

Selain kelompok ikan,krustasea dan moluska terdapat pula di perairan terutama udang windu(Penaeusmonodon), udang putih (Penaeus

merguiensis) dan lobster (Panulirussp.), teripang (Holothuroidea sp.), bia dan

cumi-cumi (Loligovulgaris).

Vegetasi pantai non mangrove umumnya banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat yang didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah darat yang terdiri dari: tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon. Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis vegetasi pantai non mangrove umumnya terdiri dari: Nyamplung/bitanggur (Calophyllum inophyllum), Pandan laut (Pansdanus cavanalia), ketapang (Terminalia catappa), Batas laut (Ipomoe

pescaprea), Waru laut (Hibiscus tiliaceaous), Putat laut (Baringtonia asiatica),

dan Bakung laut (Crinumasiaticum).

Selain potensi penyu di daerah pasisir pantai, pada ekisistem hutan pantai dan hutan dataran rendah Taman Pesisir Jeen Womom juga dijumpai beberapa jenis satwa liar, antara lain: kuskus (Phalanger sp), kanguru pohon

(7)

3 dan kanguru tanah (Dendrolagus sp), rusa (Cervus timorensis), babi hutan (Sus

scrova), landak irian (Zaglossus bruijnii), biawak (Varanus spp) dan jenis-jenis

burung terutama yang dilindungi undang-undang seperti kakatua putih jambul kuning (Cacatua galerita triton), cenderawasih (Paradisea minor), kakatua raja (Probosciger atterimus), maleo (Megapodius sp), rangkong/Taon-taon (Rhyticerus plicatus).

Gambar 1. Lokasi Taman Pesisir Jeen Womom berdasarkan SK Bupati Tambrauw No. 522/303/2015

Selain potensi-potensi tersebut, Kawasan Konservasi Taman Pesisir Jeen Womom juga menghadapi beberapa permasalahan seperti degradasi

(8)

4 sumberdaya akibat pemanfaatan yang merusak, rendahnya pemahaman dan kepedulian masyarakat akan pentingnya habitat penyu, dan keterbatasan sarana dan prasarana untuk pengembangan wilayah.

Dengan dibentuknya Taman Pesisir Jeen Womom, maka diharapkan dapat mengoptimalkan potensi yang ada serta menjadi solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Pengelolaan Taman Pesisir Jeen Womom harus juga memperhatikan kearifan-kearifan yang saat ini masih ada di masyarakat. Rencana Pengelolaan dan Zonasi merupakan dokumen yang harus segera dibuat setelah kawasan dibentuk. Rencana Pengelolaan dan Zonasi ini dibuat oleh Unit Organisasi Pengelola Kawasan dan akan menjadi acuan utama dalam mengelola sebuah kawasan Konservasi.

Terkait dengan pemberntukan Taman Pesisir Jeen Womom, maka Rencana Pengelolaan dan Zonasi akan memuat tiga zona, yaitu zona inti, zona pemanfataan terbatas, dan zona lainnya. Selain zona inti, Taman Pesisir jeen Womom dapat dimanfaatkan untk berbagai keperluan dalam rangka menunjang kegiatan perikanan dan pariwisata berkelanjutan. Secara umum, pemanfaatan KKP dapat dilakukan dengan aturan sebagai berikut:

1. kegiatan penangkapan ikan, budidaya, dan pariwisata bahari dapat dilakukan di zona pemanafatan terbatas

2. kegiatan penelitian dan pendidikan dapat dilakukan di zona inti, pemanfaatan terbatas, maupun zona lainnya

3. Kegiatan rehabilitasi dapat dilakukan di zona lainnya 1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Pesisir Jeen Womom adalah:

1. Menyediakan acuan dalam pelaksanaan program pengelolaan kawasan selama 20 (dua puluh) tahun (2016-2035).

(9)

5 3. Menetapkan pemintakatan kawasan konservasi (zonasi) sesuai fungsi dan rencana pengembangan kawasan yang mengikat dan acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang.

1.3 Ruang Lingkup

1. Lingkup Wilayah Perencanaan

Lingkup Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Pesisir Jeen Womom yaitu wilayah perairan seluas 30.902,5 hektar dan daratan pantai seluas 1348,46 ha.

2. Lingkup Materi Perencanaan

Ruang lingkup materi Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Pesisir Jeen Womom meliputi:

a. Kondisi umum kawasan meliputi deskripsi potensi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya

b. Potensi dan permasalahan pengelolaan

c. Kebijakan pengelolaan meliputi kebijakan nasional, provinsi, dan kabupaten

d. Penataan zonasi meliputi zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona lainnya.

e. Rencana pengelolaan meliputi rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, dan rencana kerja tahunan.

f. Pentahapan dan penjadwalan. 3. Lingkup Waktu Perencanaan

Lingkup waktu Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Pesisir Jeen Womom terdiri dari:

a. Rencana Jangka Panjang (20 tahun); dan b. Rencana Jangka Menengah (5 tahun).

(10)

6

2. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN

Pada Bab ini disajikan kondisi umum, potensi dan permasalahan terkait dengan pengelolaan Taman Pesisir Jeen Womom. Kondisi umum meliputi posisi geografis, aspek oseanografi, geomorfologi, geologi dan daerah aliran sungai. Sedangkan potensi dan permasalahan pengelolaan meliputi aspek ekologi, social budan dan ekonomi kawasan.

2.1 Kondisi Umum Wilayah a. Oseanografi

Daerah perairan di sekitar Taman Pesisir Jeen Womom memiliki kedalaman antara 7000 sampai 9000 meter dengan kecepatan arus sekitar satu meter/detik. Hal ini terjadi karena kawasan ini berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik.

Suhu permukaan laut di sekitar perairan Tambrauw memiliki ciri yang relative sama dengan perairan lain di daerah tropis. Hasil pengukuran suhu permukaan laut pada beberapa titik pengamatan di sepanjang pesisir Tambrauw diperoleh suhu berkisar antara 28oC

sampai 32oC. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kisaran suhu

berdasarkan hasil pengukuran dengan Logger Suhu pada kedalaman 3 m dan 20 m (Erdman, no date). Hasil pengukuran tersebut menunjukan rata-rata suhu 29,32oC dan 29,26oC

masing-masing pada kedalaman 3 m dan 20 m. Temperatur permukaan berkisar antara 29-30 0C.

Kondisi salinitas perairan laut sepanjang Pantai Tambrauw pada beberapa bagian dipengaruhi oleh air sungai yang banyak bermuara di pantai tersebut. Pada daerah pesisir yang dekat dengan sungai, salintas rendah (mencapai 10 ‰). Kondisi ini tentunya sangat berbeda pada beberapa bagian perairan yang

(11)

7 relatif jauh dari muara sungai; dimana pengaruh dari adanya percampuran air laut yang berasal dari Lautan Pasifik lebih mendominasi. Pada bagian perairan tersebut salintas bisa mencapai di atas 30‰. Hasil pengukuran di beberapa titik, menunjukan salintas yang berkisar antar 10‰ sampai 34‰. Salinitias perairan laut berkisar antara 34,2 – 34,4‰.

Wilayah pesisir utara Papua termasuk sepanjang pesisir Kabupaten Tambrauw semuanya memiliki pasang surut jenis campuran condong ke harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal). Tipe pasang surut tersebut ditunjukan oleh terjadinya dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari dengan ketinggian yang berbeda. Terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan pH perairan sepanjang pantai peneluran penyu berkisar antara 6,44 sampai 6,58 yang masih pada kategori netral.

Arus yang ada di pesisir Kabupaten Tambrauw sangat dipengaruhi pergerakan massa air laut dari Samudera Pasifik yang tepat berada di sebelah utara pesisir Kabupaten Tambrauw. Pola arus permukaan pada bulan Februari (Musim Barat) bergerak dari arah pasifik berbelok ke kanan sejajar dengan pesisir disepanjang daerah kepala burung Papua umumnya dan pesisir Kabupaten Tambrauw pada khususnya. Bergerak terus sampai ke Pulau Biak terus sampai ke arah pesisir Jayapura. Hal ini berbeda dengan pola arus pada Musim Pancaroba (bulan April) sampai Musim Timur (bulan Agustus). Pada musim pancaroba pola arus mulai berubah ke arah sebaliknya. Pola arus di utara Papua termasuk pesisir Kabupaten Tambrauw bergerak dari arah pesisir Jayapura terus menuju P. Biak kemudian menuju pesisir Kabupaten Tambrauw dan selanjutnya menuju utara ke arah Samudera Pasifik.

(12)

8 b. Geomorfologi dan Substrat Pantai

Secara umum geomorfologi pantai di sepanjang pantai Kabupaten Tambrauw adalah mempunyai kemiringan yang besar (curam). Hal ini disebabkan oleh pengaruh hempasan gelombang laut, terutama pada saat cuaca berangin kencang. Struktur pantai dibentuk oleh material pasir yang mendominasi sebagian besar pantai. Namun ada beberapa bagian pantai yang merupakan daerah bebatuan karang.

Pada wilayah yang dekat muara sungai, kemungkinan rentan terhadap dampak sedimentasi dari daratan; pada daerah tersebut dapat terjadi percampuran pasir dengan sedimen lumpur yang terbawa dari daratan melalui sungai-sungai. Selain sedimentasi yang terbawa melalui aliran sungai, pembangunan infastruktur jalan yang melewati daerah tebing dekat pantai peneluran sangat berpotensi mengakibatkan erosi atau aliran lumpur ke arah pantai yang menyebabkan berubahnya tekstur pasir peneluran penyu.

Perubahan tekstur pasir tersebut dapat mengakibatkan gangguan bagi habitat peneluran penyu, mengingat penyu memilih tekstur pantai tertentu, terutama yang bertekstur halus sampai sedang dan berwarna abu-abu kehitaman (Runtuboi 2012) untuk tempat meletakan telurnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kawasan hutan di daratan yang dekat aliran sungai agar tidak rusak dan mempertahankan sebagian hutan yang dekat dengan pantai peneluran sebagai daerah penyanggah (buffer zone).

c. Geologi Kawasan

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Mar skala 1:250.000 yang disusun oleh U. Hartono, CH. Amri dan P.E. Pieterss, 1989. Bahwa Daerah Tambrauw terbentuk dari beberapa satuan batuan dan formasi

(13)

9 yang di antaranya terdiri dari endapan Aluvium (Qa), Endapan Danau (Ql), Aluvium dan endapan undak litoral (Qt), Formasi Opmorai (TQo), Bancuh tak terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx), Batu gamping di dalam Sistem Sesar Sorong ( SFl), Batupasir di dalam Sistem Sesar Sorong (SFs), Kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc), Batuan gunungapi dalam Sistem Sesar Sorong (SFv), Formasi Klasafet (Tmk), Batuan Gunungapi Moon (Tmm), Formasi Koor (Tmko), Batugamping Kais (Tmka), Formasi Sirga (Toms), Batuan gunungapi Mandi (Temm), Batupasir Amiri (Kua), Formasi Tambrauw (JKt), Formasi Tipuma (TRjt), Granodiorit Wariki (Rw), Komplek Terobosan Netoni (Rn) dan Batulumpur Aifat (Pla).

Khusus kawasan daratan KKPD Pantai Penyu Belimbing didominasi oleh batuan induk endapan alluvium (Q) terutama pada daerah muara sungai besar di dalam kawasan. Pada daerah sepanjang pantai dimulai dari tepi pantai kearah darat berturut turut tersusun dari batuan induk Frasier laut terumbuh(Ku Tmn), batuan sedimen klasika laut (CPU) dan Sedimen batuan gamping dan klasika gempingan (Tml.Tmm) Taman Pesisir Jeen Womom merupakan wilayah pesisir Samudera Pasifik yang memanjang dari Barat sampai Timur. Wilayah meliputi meliputi 32.250,037 ha yang terdiri dari 30.902,5 ha (95,8%) wilayah perairan dan 1348,46 ha (4,18 %) daratan. Fisiografi kawasan sebagian besar (75,70 %) bertopografi datar sampai landai dengan kemiringan 0 -8 %. Topografi yang landai ini terutama di sepanjang pantai, daerah muara sungai dan lembah yang berada di belakang perbukitan sepanjang perbukitan pantai. Wilayah landai dan datar yang yang luas ini terdapat di sisi sebelah Barat, bagian Tengah dan sisi bagian Timur kawasan. Topografi bergelombang hingga bergunung dengan kelerengan >

(14)

10 16 – 40 % , terutama berada pada bagian Tengah- Utara kawasan yang membujur sepajang pesisir pantai.

Topografi yang berat idengaan kelerengan 26-=40 % merupakan bagian dari jajaran perbukitan yang merupakan bagian dari jajaran kaki pegunungan Tambrauw yang berada di Tengah Utara kawasan.

Wilayah daratan Taman Pesisir Jeen Womom, merupakan kawasan pesisir yang memiliki lereng perbukitan dan pegunungan. Pegunungan Tambrauw Utara telah ditetapkan sebagai kawasan Konservasi dalam katagori Cagar Alam (PPA). Dengan fungsi kawasan ini, maka aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan wilayah pegunungan dan sebagian wilayah pantai semakin terbatas dan hanya diperbolehkan untuk memanfaatkan jasa lingkungan. Karena itu dengan ditetapkannya sebagai KKPD Jeen Womom akan mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat yang tidak dapat diperoleh dari pengelolaan katagori kawasan konservasi sebelumnya. Wilayah-wilayah dengan topografi datar – landai yang berada disepanjang pesisir pantai selain merupakan pusat-pusat pemukiman penduduk, juga merupakan pantai berpasir yang menjadi tempat peneluran penyu belimbing yang dilindungi. Karena itulah untuk dapat memanfaatkan kawasan ini secara berimbang antara fungsi ekologis dan fungsi ekonomi, maka dibutuhkan pencadangan areal ini sebagai kawasan khusus yang dapat dikelola secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. d. Daerah Aliran Sungai

Di sebelah Timur kawasan merupakan muara sungai Kwoor dan di Barat muara sungai Sumguamnos. Di bagian Tengah kawasan mengalir dua sungai bersar, yaitu sungai Warmon dan Waskayu. Ada sekitar 14 sungai besar yang bermata air bermuara dalam wilayah

(15)

11 KKPD Jeen Womom dan bermuara ke pesisir pantai. Terdapatnya sungai-sungai besar dan kecil tersebut, apabila terjadi pembukaan areal di wilayah daratan (hulu) akan memberikan konsekwensi terhadap pendangkalan perairan pantai. Sungai-sungai tersebut potensial sebagai sumber air tawar (air bersih) atau sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Namun kondiri sungai tersebut saat ini bila musim penghujan sering terjadi banjir bandang di pesisir laut. Kondisi ini menjadi indikator bahwa kondisi hutan di hulu sungai-sungai yang bemuara ke pantai KKPD Jeen Womom sudah mulai rusak. Kondisi ini diperparah lagi adanya kegiatan pembukaan hutan untuk pembangunan jalan, pembangunan fasilitas perkantoran dan kegiatan IUPHHK. Bila kerusakan hutan di hulu ini tidak dikendalikan secara dini akan menyebabkan tingginya sedimentasi dimuara-muara sungai, terjadinya pengotoran pantai peneluran penyu dan kekeruhan pada perairan.

2.2 Potensi Kawasan

Potensi yang terdapat di Taman Pesisir (TP) Jeen Womom meliputi potensi ekologis, potensi ekonomi, dan potensi sosial budaya. Ketiga potensi ini merupakan modal dalam pengelolaan Taman Pesisir Jeen Womom. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga potensi tersebut.

2.2.1 Potensi Ekologis a. Penyu

Di dunia terdapat 7 jenis penyu dan 6 diantaranya terdapat di Indonesia dan 4 jenis terdapat di Taman Pesisir Jeen Womom. Jenis penyu yang ada di Indonesia adalah Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu lekang (Lepidochelys

olivacea), Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu pipih

(16)

12 Jenis Penyu yang ditemukan di Taman Pesisir Jeen Womom adalah Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu lekang (Lepidochelys

olivacea), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan Penyu hijau

(Chelonia mydas)(Gambar 2). Penyu belimbing adalah penyu yang terbesar dengan ukuran panjang badan mencapai 2,75 meter dan bobot 600 - 900 kilogram. Sedangkan penyu terkecil adalah penyu lekang, dengan bobot sekitar 50 kilogram.

Di Taman Pesisir Jeen Womom, Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat terdapat dua pantai peneluran utama penyu Belimbing, yaitu Jamursba Medi (Jeen Yessa) dan Warmon (Jeen Syuab), keduanya tercatat sebagai pantai peneluran penyu Belimbing terbesar di Samudra Pasifik.

Populasi Penyu Belimbing Pasifik (Dermochelys coriacea) menurun drastis selama tiga dekade terakhir, setiap tahun ada sekitar 1.000 Penyu Belimbing yang mengunjungi Pantai Abun untuk bertelur, namun populasi 3 jenis penyu lainnya tak sebesar Penyu Belimbing.

Penyu Belimbing di Taman Pesisir Jeen Womom diindikasikan memiliki pola migrasi dengan wilayah jelajah ke arah utara dan selatan untuk mencapai daerah pakan. Mereka bermigrasi hingga ke bagian barat daya Kepulauan Kei Kecil (Laut Banda), Laut Sulu, Laut Cina Selatan, Australia Tenggara, dan Pantai Barat Amerika Serikat (Monterey-California). Kepulauan Kei Kecil terindikasi merupakan daerah pakan bagi Penyu Belimbing yang memangsa Ubur-ubur besar berwarna coklat.

(17)

13 PenyuBel imb ing (Dermochelys

coriacea) Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Penyu Hijau (Chelonia mydas) Pen yu S isik (Eretmochelys imbricata)

Gambar 2. Jenis penyu yang terdapat di Taman Pe sisir Jeen Womom .

b. Ekosistem Pesisir

1) Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang di Taman Pesisir Jeen Womom, secara morfologi merupakan tipe terumbu karang tepi (fringing reef). Ekosistem terumbu karang terdapat di Tanjung Weyos. Berdasarkan analisis citra satelit, luas terumbu karang di Taman Pesisir Jeen Womom sekitar 164 ha. Terumbu karang diidentifikasi terdapat di Tanjung Yamursba, Tanjung Surguim, Tanjung Weyos,

(18)

14 Tanjung Banku, Tanjung Sapan, dan Tanjung Banwin. Didominasi jenis coral filiose, sponge dan acropora .

2) Ikan Karang

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh DKP pada tahun 2004 menyebutkan bahwa kekayaan jenis ikan karang yang tercatat di TP Jeen Womom sebanyak 345 spesies yang tergolong dalam 41 famili. Komposisi jenis ikan berdasarkan famili, didominasi oleh Famili Pomacentridae (15,1%), Chaetodontidae (11,6%), Labridae (10,4%), Acanthuridae (6,7%), Serranidae (6,1%), Lutjanidae (4,3%), Scaridae (4,3%), Pomacanthidae (3,8%), Holocentridae (3,5%), Siganidae (2,9%), Mullidae (2,9%), dan famili lainnya 28,4%.

Kelompok ikan yang umumnya terdapat di kabupaten Tambrauw terdiri dari ikan karang atau demersal, dan ikan pelagis yang terdiri atas ikan pelagis besar dan kecil. Ikan demersal yang umumnya terdapat di perairan kabupaten ini terdiri dari hiu atau cucut (Sphyrna lewini), pari, kerapu (Ephinephelus spp.), kakap (Lutjanidae spp.), ekor kuning (Caesio cuning), kuwe, kurisi, dan napoleon (Cheilinus

undulatus). Sedangkan ikan pelagis terutama ikan pelagis besar

dan kecil terdiri dari ikan tuna (Thunnus), tenggiri (Scomberomorus multiradiatus ) dan ikan cakalang (Katsuwonus). Ikan tuna terdiri dari madidihang (Thunnus albacares), albakor (Thunnus

alalunga), mata besar (Thunnus obesus), dan Thunnus maccoyi.

Kembung (Rastrelliger sp.), dan Teri (Stolephorus sp.). Selain kelompok ikan, krustasea dan moluska terdapat pula di perairan Kabupaten Tambrauw. Krustasea yang banyak ditemukan terutama dari udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus merguiensis) dan lobster (Panulirus sp.). Sedangkan dari

(19)

15 moluska yang sering ditemui di perairan kabupaten ini teripang (Holothuroidea sp.), bia dan cumi-cumi (Loligo vulgaris).

3) Padang lamun

Ekosistem padang lamun hanya ditemukan di beberapa pantai saja seperti pantai depan kampung Saubeba dan beberapa lokasi dalam luasan yang kecil.

4) Mangrove

Mangrove hanya ditemukan dibeberapa tempat dalam luasan yang kecil seperti di kampung Wau, dengan jenis dominan adalah Sonneratia sp.

5) Vegetasi Pantai

Taman Pesisir Jeen Womom memiliki panjang pantai 72,1 km yang terdiri dari pantai berpasir sepanjang 56,7 km dan pantai berbatu sepanjang 15,4 km. Vegetasi pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana masih terdapat pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh di daerah intertidal atau daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup tinggi, dapat dibagi menjadi 3 yaitu mangrove sejati, mangrove ikutan, dan vegetasi pantai non mangrove.

Vegetasi pantai non mangrove umumnya banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat yang didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah darat yang terdiri dari: tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon. Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis vegetasi pantai non mangrove umumnya terdiri dari: Nyamplung/bitanggur (Calophyllum

(20)

16

inophyllum), Pandan laut (Pansdanus cavanalia), ketapang

(Terminalia catappa), Batas laut (Ipomoe pescaprea), Waru laut (Hibiscus tiliaceaous), Putat laut (Baringtonia asiatica), dan Bakung laut (Crinumasiaticum).

2.2.2 Potensi Ekonomi

a. Potensi Perikanan

Kabupaten Tambrauw memiliki potensi sumberdaya perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapat asli daerah (PAD) dan untuk kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Tambrauw sebagai bagian dari daerah yang berada di pesisir utara Pulau Papua memiliki karakteristik dengan sumberdaya perikanan tangkap yang melimpah. Sepanjang pesisir perairan Tambrauw yang banyak memiliki karang termasuk pula pada Pulau Dua dan Missou banyak dihuni oleh ikan-ikan karang. Berdasarkan hasil penelitian Kementerian Kelautan dan Perikanan, melaporkan bahwa estimasi potensi sumberdaya ikan berupa ikan karang konsumsi yang berada di pesisir Papua bagian utara secara keseluruhan mencapai 8.000 ton per tahun (BAPPEDA Kabupaten Tambrauw, 2011).

Selain ikan-ikan karang perairan pesisir Kabupaten Tambrauw sebagaimana karakteristik perairan pesisir Papua Utara memiliki potensi perikanan tangkap berupa udang Penaid (udang laut). Potensi perikanan tangkap yang utama di perairan Kabupaten Tambrauw khususnya dan laut bagian Utara Papua umumnya adalah ikan-ikan pelagis besar dan ikan-ikan pelagis kecil. Potensi perikanan tangkap yang utama didominasi oleh ikan tuna albakor dan cakalang.

(21)

17 b. Potensi Pariwisata

Kabupaten Tambrauw memiliki panorama keindahan alam yang eksotis dan sebagian besar masih bersifat alami. Oleh karena itu keindahan alam yang eksotis dan alami ini merupakan potensi pariwisata yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi pariwisata ini merupakan hal yang perlu dilakukan terutama sebagai sumber untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tambrauw. Hal ini didukung oleh lokasi-lokasi pariwisata yang tersebar di seluruh Kabupaten Tambrauw. Kabupaten Tambrauw memiliki obyek wisata yang termasuk dalam kategori obyek wisata alam, obyek wisata bahari, obyek wisata budaya, dan obyek wisata agro.

Berdasarkan hasil analisis BAPPEDA Kabupaten Tambrauw (2011) melaporkan bahwa kesesuaian kegiatan kawasan wisata bahari dan budaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Tambrauw disajikan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa terdapat potensi wisata bahari termasuk wisata budaya yang perlu digali dan dikembangkan di Kabupaten Tambrauw. Salah satu persyaratan untuk menggali dan mengembangkan potensi pariwisata adalah adanya nilai kealamian lokasi berupa adanya spesies spesifik.

(22)

18 Tabel 1. Kegiatan wisata dan lokasi wisata bahari di TP Jeen Womom,

Kabupaten Tambrauw.

No Kegiatan Wisata Lokasi

1. Kegiatan ekowisata (Lokasi tersebut merupakan lokasi peneluran penyu belimbing, sisik, lekang dan hijau)

Pantai Jeen Yessa – Pantai Baturumah – Pantai Jeen Syuab, 2. Kegiatan wisata sejarah terdapat di Pulau

Dua

Pulau Dua, Distrik Sausapor

3. Kegiatan wisata sejarah, wisata spiritual,

camping ground, selam, dan snorkeling

Pulau Miossu, Distrik Sausapor

4. Kegiatan wisata sejarah dan wisata alam (Lokasi tersebut terdapat tank tentara sekutu dan air terjun Werur)

Distrik Sausapor Sumber : BAPPEDA Kabupaten Tambrauw (2011)

2.2.3 Potensi Sosial dan Budaya a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 sebanyak 13.376 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 6.926 jiwa dan perempuan sebanyak 6.450 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Distrik Sausapor sebanyak 2740 jiwa. Kawasan TP Jeen Womom terletak di Distrik Abun dengan jumlah penduduk sebanyak 360 jiwa atau 3% dari jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw. Untuk lebih jelasnya, jumlah penduduk disetiap Distrik, seperti terlihat pada Tabel 2.

(23)

19 Tabel 2. Jumlah penduduk di setiap Distrik di Kabupaten Tambrauw pada

tahun 2014

No Distrik Laki-laki

(Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)

1 Fef 224 208 432 2 Syujak 110 102 212 3 Abun 186 174 360 4 Miyah 317 295 612 5 Kwoor 490 457 947 6 Sausapor 1420 1320 2740 7 Yembun 513 478 991 8 Kebar 1041 972 2013 9 Senopi 389 363 752 10 Amberbaken 968 902 1870 11 Mubrani/Arfu 345 322 667 12 Moraid 923 857 1780 Total 6.926 6.450 13.376

Sumber : BPS Kabupaten Sorong, 2014

Penduduk Kabupaten Tambrauw memeluk agama yang berbeda-beda, sebagian besar menganut agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik, kemudian Agama Islam. Fasilitas peribadatan tersebar di semua kampung dan distrik. Gereja sebanyak 69 buah dan masjid sebanyak 1 buah terdapat di Distrik Sausapor.

b. Mata pencaharian

Masyarakat di Kabupaten Tambrauw memiliki sumber mata pencaharian yang berasal dari berbagai sektor antara lain sektor pertanian (ubi kayu, padi, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai,

(24)

20 keladi, dan jagung), perkebunan (kelapa, pisang, kakao, sirih, pala, sagu, pinang), peternakan (kambing, babi, ayam kampung), dan sektor perikanan (laut, darat, dan perairan umum).

c. Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak 6 unit, Sekolah Dasar sebanyak 48 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 12 unit, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebanyak 7 unit, 2 diantaranya merupakan sekolah kejuruan, uraian lebih rinci jumlah fasilitas pendidikan di setiap distrik seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Fasilitas pendidikan di setiap distrik di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 No Distrik TK SD SLTP SLTA 1 Fef - 2 1 1 2 Syujak - 1 - - 3 Abun - 4 - - 4 Miyah - 4 1 - 5 Kwoor - 3 - - 6 Sausapor 5 7 2 2 7 Yembun - 4 2 1 8 Kebar - 7 2 - 9 Senopi - 3 1 - 10 Amberbaken - 6 1 1 11 Mubrani/Arfu - 4 1 1 12 Moraid 1 3 1 1 Total 6 48 12 7

(25)

21 Jumlah guru dan murid pada setiap tingkatan pendidikan adalah sebagai berikut : jumlah guru yang mengajar di 6 sekolah TK sebanyak 19 orang dengan jumlah murid sebanyak 253 orang, jumlah guru yang mengajar di 48 SD sebanyak 197 orang dengan jumlah murid sebanyak 2.640 orang, jumlah guru yang mengajar di 12 SLTP sebanyak 105 orang dengan jumlah murid sebanyak 963 orang, dan jumlah guru yang mengajar di 7 SLTA sebanyak 69 orang dengan jumlah murid sebanyak 686 orang.

d. Kesehatan

Setiap distrik di Kabupaten Tambrauw memiliki 1 unit sarana kesehatan berupa Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas), sedangkan 11 unit Puskesmas Pembantu tersebar di tujuh distrik yaitu Distrik Fef, Syujak, Abun, Miyah, Kwoor, Sausapor, dan Yembun.

Selain itu Kabupaten Tambrauw juga memiliki 2 unit mobil dan 6 sepeda motor yang difungsikan sebagai puskesmas keliling.

Tenaga kesehatan medis dan non medis yang terdapat di Kabupaten Tambrauw terdiri dari 2 orang Dokter umum, 35 orang perawat, 22 orang non perawat dan 2 orang tenaga non medis.

Jenis penyakit yang sering diderita oleh penduduk di Kabupaten Tambrauw antara lain ISPA, Malaria Klinis, Penyakit Otot, Diare, Cacingan, Penyakit kulit, Caries Gigi, Penyakit jaringan bawah kulit, dan Frambusia.

2.3 Permasalahan Pengelolaan

Permasalahan pengelolaan TP Jeen Womom, baik secara langsung maupun tidak langsung telah diidentifikasi dari hasil-hasil pertemuan dengan stakeholder maupun hasil kajian, dan observasi lapangan.

(26)

22 Berdasarkan hasil observasi lapangan dan pengumpulan informasi melalui konsultasi publik di seluruh kampung dan distrik yang masuk dalam kawasan TP Jeen Womomdan pertemuan kelompok kerja penyusun Rencana Pengelolaan dan Zonasi TP Jeen Womom dan sekitarnya diketahui beberapa permasalahan yang terjadi didalam kawasan. Permasalahan tersebut dikelompokkan dalam tiga aspek yaitu aspek ekologis, aspek sosial ekonomi dan budaya, dan aspek kelembagaan.

2.3.1 Aspek ekologi

a. Penurunan populasi penyu

Sesuai dengan fungsi kawasan TP Jeen Womom sebagai kawasan konservasi penyu, setidaknya ada 4 species penyu yang melakukan peneluran sepanjang pantai di kawasan tersebut, yakni penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), penyu Lekang (Lepidochelys

olivacea), penyu Hijau (Chelonia mydas), dan penyu Sisik

(Eretmochelys imbricata). Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa populasi penyu sebagai sumberdaya laut yang dilindungi telah mengalami degradasi. Studi paling mutakhir oleh Tapilatu et al (2013) mengungkapkan bahwa populasi penyu belimbing, yang menjadikan kawasan TP Jeen Womom sebagai daerah peneluran terbesar di dunia (Dutton et al, 2007), telah mengalami penurunan secara signifikan selama periode 1984 – 2011. Lebih lanjut Tapilatu et al. 2013 menyebutkan bahwa populasi penyu yang mendarat memperlihatkan penurunan 78,3 % selama 27 tahun, dari 14.522 sarang pada tahun 1984 menjadi 1.532 pada tahun 2011 atau sekitar 5,9% per tahun

Populasi penyu di habitat alaminya mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 hingga delapan tahun. Tidak banyak regenarasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan

(27)

23 yang berhasil sampai ke laut dan tumbuh dewasa. Tingkat keberhasilan penyu dapat bertahan hidup di laut sekitar 1% tanpa adanya ganguan manusia.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan perlindungan terhadap populasi penyu melalui : Surat Keputusan Menteri Kehutanan, antara lain: Nomor 327/Kpts/um/5/1978 untuk penyu belimbing (Dermochelys

coriacea); Nomor 716/Kpts/um/10/1980 untuk penyu lekang

(Lepidochelys olivacea)dan penyu tempayan (Caretta caretta); Nomor 882/Kpts-II/1992 untuk penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 untuk penyu hijau (Chelonia mydas).

Permasalahan yang menyebabkan penurunan populasi penyu di TP Jeen Womom antara lain kegiatan penangkapan ikan, baik sebagai tangkapan sampingan (by catch) maupun sebagai target penangkapan (misalnya: dilakukan oleh masyarakat di Kepulauan Kei, Maluku), konsumsi telur dan daging penyu oleh masyarakat setempat dan predator alami (Lawalata et al, 2004; Hykle, 2012; Runtuboi, 2012).

b. Tingginya predator alami Tukik

Berdasarkan data pemantauan yang dilakukan oleh WWF selama satu tahun (periode bulan Juli 2009 hingga Juni 2010) bahwa predator yang paling sering menyerang sarang penyu adalah babi hutan dengan frekuensi sebanyak 31% (dari total jumlah frekuensi serangan predator alami sebanyak 381 kali), kemudian biawak sebanyak 26%, selanjutnya anjing sebanyak 25% dan yang paling jarang adalah ombak laut sebanyak 18%. Pengendalian terhadap predator alami perlu diupayakan sehingga populasi penyu dapat ditingkatkan. Beberapa cara yang dilakukan adalah melakukan patrol dan mengamankan sarang peneluran dengan cara memagari sarang.

(28)

24 c. Pembangunan Jalan Trans Papua

Pemerintah Provinsi Papua Barat merencanakan untuk membangun jaringan jalan yang akan menghubungkan kabupaten-kabupaten yang berada di wilayahnya. Rencana pembangunan jalan tersebut telah mendapat persetujuan atau izin prinsip dari Menteri Kehutanan yaitu dengan terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.672/Menhut-II/2008 tanggal 29 Oktober 2008 tentang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan untuk pembangunan ruas jalan guna menghubungkan daerah terisolir dan pesisir pada kawasan hutan. Sebagian ruas jalan baru yang akan dibangun akan menghubungkan daerah-daerah pesisir pantai utara yaitu daerah yang berada antara Mega (Moraid-Sorong) sampai Saukorem (Sidey-Manokwari). Ruas jalan antara Mega dan Saukorem ini akan melintasi daerah darat pantai Jamursba Medi, jalur tersebut akan bersinggungan langsung dengan pantai peneluran penyu belimbing. Jarak antara jalan dan pantai peneluran berjarak 3 – 10 m di Pantai Peneluran Batu Rumah (kawasan utama peneluran penyu belimbing). Selain itu, dengan adanya pembangunan ruas jalan tersebut dikhawatirkan akan diikuti oleh pembangunan selanjutnya seperti pembangunan pemukiman, kawasan perdagangan, hotel dan restaurant) yang dapat mengganggu habitat dan kelangsungan peneluran penyu dibeberapa lokasi penting.

d. Abrasi dan sedimentasi

Kerentanan/kerusakan pantai di beberapa lokasi TP Jeen Womom yang diakibatkan oleh abrasi dan sedimentasi dapat menyebabkan kerusakan pada habitat peneluran penyu. Kerentanan pantai yang berpotensi abrasi cukup menghawatirkan di beberapa lokasi, yang

(29)

25 diakibatkan oleh hempasan ombak dan dekatnya jarak antara pantai dengan pembangunan ruas jalan.

Sedimentasi yang berpotensi merusak pantai peneluran penyu di TP Jeen Womom terjadi di daerah muara sungai Warmamedi. Sedimentasi terbawa melalui aliran sungai Warmamedi menuju ke arah pantai peneluran Wembrak dan Baturumah. Sumber sedimentasi disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penambangan dan pengrusakan kawasan hutan di daerah hulu dan sekitar aliran sungai. Kerusakan dan gangguan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pantai sebagai habitat penting bagi daerah peneluruan penyu. Penyu memiliki preferensi terhadap tekstur dan warna pasir yang digunakan untuk tempat meletakkan telurnya seperti pantai yang memiliki tekstur pasir halus hingga sedang dan berwarna abu-abu kehitaman (Runtuboi, 2012).

2.3.2 Aspek sosial, ekonomi dan budaya

a. Konflik Pemanfaatan daerah Penangkapan Ikan

Di perairan Taman Pesisir Jeen Womom tidak ada konflik pemanfaatan ikan antara nelayan, kebanyakan nelayan yang mencari ikan dalam kawasan menggunakan peralatan tradisional dan jumlahnya sedikit. Karena sebagaian besar masyarakat dalam kawasan pekerjaannya petani dan berburu.

b. Terdapat masyarakat yang mengkonsumsi telur penyu dan daging penyu

Kebiasaan mengkonsumsi telur penyu dan daging oleh masyarakat sudah menurun drastis sejak dilakukannya kegiatan konservasi dikawasan ini. Namun demikian kebiasaan itu tetap ada dan dilakukan oleh masyarakat namun jumlahnya masih kecil.

(30)

26 c. Konflik pemanfaatan lahan

Masyarakat/Suku asli Suku Abun di Kabupaten Tambrauw mempunyai kearifan lokal terkait pemanfaatan sumber daya alam yaitu hak kepemilikan (property right). Hak kepemilikan atau hak penguasaan lahan pada wilayah tertentu dikuasai oleh klen (marga) dan diwariskan secara turun temurun. Pengaturan pemanfaatan diatur oleh kepala klen (marga) dengan anggapan bahwa sumberdaya alam yang ada merupakan milik klen tertentu.

Setiap klen mempunyai hak kepemilikan terhadap lahan atau biasa disebut tanah ulayat dengan batas wilayah yang telah disepakati. Lahan yang terdapat di kawasan TP Jeen Womom dikuasi oleh 12 klen (marga) yang tersebar di tiga kampung, seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hak kepemilikan lahan yang terdapat di kawasan Taman Pesisir Jeen Womom.

Nama Kampung Nama pemilik adat Batas Wilayah adat Saubeba Yessa dan Yesawen Pemilik Pantai dari Sungai

Warmanggem hingga Sungai Sungwan

Kain Yesnath Dari tengah kampung Saubeba sampai ke tengah jalan Bogwoi Martinus Yessa Dari Jalan Bogwoi hingga tengah

kampung ke arah Timur

Warmandi Dominggus Yessa Tanjung Weyos sampai Gunung Bankui

Piter Yeblo/ Sundoy Dusun Warmandi sampai Baturumah

(31)

27 Nama Kampung Nama pemilik adat Batas Wilayah adat

Wau Yengwit Sungai Weyaf ke arah timur

sampai Sungai Uru

Yasyak dan Sundoy Sungai Weyaf sampai Yangki Momo Ke arah timur sampai Sungai

Wefari Yeblo, Yesnath dan

Jokson

Sungai Wermon ke arah Timur sampai Tanjung Sapan

(Sumber : WWF, 2007)

Permasalahan yang sering terjadi di kawasan ini adalah penuntutan kompensasi oleh pemilik hak ulayat atas penggunaan lahan atau sumberdaya baik untuk kegiatan pembangunan infrastruktur maupun kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam. Oleh karena itu diperlukan solusi dan pendekatan menyeluruh untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga tidak terjadi konflik horizontal maupun vertikal dalam menjalankan pembangunan khususnya pengelolaan kawasan konservasi TP jeen Womom.

2.3.3 Aspek kelembagaan pengelolaan

a. Kurangnya Sumber Daya Manusia pengelola

Hingga saat ini (tahun 2015), Unit Pengelola Kawasan Konservasi TP Jeen Womom hanya memiliki satu orang pegawai negeri sipil yang menjabat sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Idealnya, TP Jeen Womom memiliki 10 orang pegawai negeri sipil yang memiliki kompetensi dan kualifikasi dibidang pengelolaan kawasan konservasi perairan yang mencakup pengawasan dan penegakan hukum, penelitian (pemantauan potensi kawasan), penyuluh dan pemberdayaan masyarakat, administrasi dan perencanaan.

(32)

28 Minimnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia yang ada dapat mempengaruhi kinerja unit pengelola dalam menjalankan program dan kegiatan prioritas, hal ini dapat berdampak terhadap tidak efektifnya pengelolaan kawasan konservasi TP Jeen Womom. b. Minimnya Sarana dan prasarana

Pengelolaan kawasan konservasi TP Jeen Womom memerlukan sarana dan prasarana yang dapat mendukung berjalannya program pengelolaan. Hingga saat ini (tahun 2015) sarana dan prasara yang terdapat di TP Jeen Womom berupa 4 unit pos pemantauan penyu yang terdapat di Pantai Jeen Yessa 1/Wembrak, Pantai Jeen Yessa 3/Warmamedi, Pantai Syuab/Wormon, dan Pantai Jeen Yessa 2/Batu rumah.

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan tidak hanya kebutuhan bagi wisatawan (hingga tahun 2015, belum ada sarana parasarana pariwisata), melainkan juga untuk pengelola kawasan. Sarana dan prasarana dasar yang sangat dibutuhkan pengelola kawasan kawasan antara lain kantor UPTD (kantor utama dan kantor lapangan), peralatan kantor minimal (seperti meubelair, komputer, alat komunikasi), sarana prasarana pengelola (papan informasi kawasan, alat monitoring, alat komunikasi, tanda batas, mouring

buoy), sarana dan prasarana pendukung pengawasan berupa motor

trail, longboat atau speedboat, peralatan komunikasi dan alat pendukung lainnya.

Selain itu, untuk mendukung kegiatan pariwisata alam perairan, sangat dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung berupa kemudahan akses menuju kawasan seperti ketersediaan transportasi darat atau pun laut yang terjangkau, akomodasi (homestay, hotel, rastaurant), sarana air bersih (MCK), dan promosi kegiatan wisata.

(33)

29 Jika belum tersedianya sarana dan prasara pendukung yang memadai, maka kegiatan pengelolaan kegiatan pariwisata alam belum dapat dilakukan secara optimal.

c. Belum adanya SOP Pengelolaan

Penurunan populasi penyu dalam kawasan TP Jeen Womom terjadi karena adanya acaman predator alami dan kegiatan manusia. Tingginya predasi terhadap telur dan tukik penyu terjadi akibat lemahnya pengawasan terhadap potensi kawasan. Salah satu faktor yang menyebabkan masih lemahnya pengawasan kawasan adalah belum adanya kelengkapan standar operational procedure (SOP) yang mengatur pengawasan kawasan. Hingga saat ini (tahun 2015) SOP yang adalah SOP tentang pemantauan penyu. Oleh karena itu masih dibutuhkan SOP pengelolaan antara lain SOP pengawasan/patroli bersama, pengelolaan sumberdaya kawasan (monitoring sumberdaya kawasan), SOP Sarana prasarana, SOP administrasi perkantoran, SOP pengelolaan keuangan, SOP penelitian dan pendidikan, SOP Mengamati penyu bertelur, dan SOP pelaksanaan kegiatan perikanan tangkap.

d. Rendahnya partisipasi masyarakat

Hingga saat ini (tahun 2015), masyarakat terlibat dalam pengelolaan kawasan dalam bentuk perwakilan masyarakat adat Tim 15 yang mewakili 4 kampung (Saubeba, Warmandi, Wau, Weyaf). Tim 15 memiliki tugas untuk membantu pengelola dalam perencanaan, sosialisasi, dan pengelolaan kawasan.

Secara khusus untuk kegiatan pemantauan penyu, masyarakat terlibat sebagai kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) yang berasal dari 4 kampung disekitar kawasan TP Jeen Womom. Pokmaswas memiliki tugas antara lain 1) Melakukan pencatatan

(34)

30 aktivitas penyu bertelur pada malam hari, 2) Melakukan pencatatan aktivitas penyu bertelur berdasarkan jejak sarang pada pagi hari, 3) Melakukan pengamanan sarang dari serangan predator, 4) Melakukan pencatatan sarang yang rusak akibat serangan predator, dan 5) Melakukan pengendalian predator seperti pemasangan jerat babi dan biawak.

Secara formal sudah ada inisiatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan, namun partisipasi masyarakat di TP Jeen Womom dapat dikatakan masih pada tipe partisipasi konsultatif, artinya pihak luar yang mengumpulkan informasi, merumuskan permasalahan dan melakukan analisis dan masyarakat tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, sebaiknya masyarakat dilibatkan sejak awal menyusun perencanaan, penggalian permasalahan, dan pelaksanaan kegiatan sehingga partisipasi masyarakat dapat dikatakan memiliki tingkat partisipasi mandiri yaitu kondisi masyarakat yang mampu mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan konsultatif dengan lembaga eksternal mengenai masalah sumberdaya dan masalah teknis yang mereka butuhkan, tetapi tetap memegang kendali menyangkut pendayagunaan sumberdaya.

(35)

31

3. PENATAAN ZONASI

3.1 Umum

Zonasi kawasan konservasi perairan merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem. Kawasan konservasi adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan /atau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2008 tentang kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, disebutkan bahwa sistem zonasi kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan.

Secara administratif, kawasan TP Jeen Womom masuk dalam 1 wilayah distrik dari 12 distrik yang terdapat di Kabupaten Tambrauw yaitu Distrik Abun, mencakup perairan dan daratan yang terdapat di dalam kawasan dengan luas total 32.250,8 hectare, secara rinci luas perairan seluas 30.903,13 hektare dan luas daratan seluas 1346,7 hektare. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, menyebutkan bahwa syarat minimum luasan zona inti sebesar 2% dari luas kawasan. Pembagian zonasi TP Jeen Womom terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona lainnya. Zona inti memiliki luas 2306,08 hektar yang tersebar di 3 lokasi atau 7,15 % dari luas kawasan. Zona pemanfaatan terbatas memiliki luas

(36)

32 28779,58 hektar tersebar di 5 lokasi atau 89,24 % dari luas kawasan. Zona pemanfaatan terbatas terdiri dari sub-zona ekowisata dan sub-zona perikanan berkelanjutan. Zona lainnya memiliki luas 1165,22 hektar tersebar di 8 lokasi atau 3.61 % dari luas kawasan. Zona lainnya merupakan zona diluar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai sub-zona pemanfaatan tradisional, sub-zona labuh, dan sub-zona permukiman. Adapun titik koordinat batas kawasan TP Jeen Womom, seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Koordinat batas kawasan Taman Pesisir Jeen Womom. No.

Titik Lintang (DMS) Bujur (DMS) 1 00 18 24.52555 132 24 27.45675 2 00 18 12.93870 132 25 25.56768 3 00 19 13.94306 132 43 29.58132 4 00 25 25.82492 132 55 04.60092 5 00 28 02.78737 132 54 56.17248 6 00 27 56.42370 132 54 32.65582 7 00 27 55.45390 132 54 13.02897 8 00 27 46.30506 132 53 50.51023 9 00 27 36.94803 132 53 42.54742 10 00 27 36.94178 132 53 32.29894 11 00 27 08.38848 132 53 10.39089 12 00 26 52.02202 132 53 17.31906 13 00 26 47.29142 132 53 07.45160 14 00 27 00.35012 132 53 00.48934 15 00 27 03.91907 132 52 19.35538 16 00 26 50.64223 132 51 39.56960 17 00 26 35.41873 132 51 22.00916 18 00 26 25.58934 132 50 45.18604 19 00 25 59.95615 132 49 42.54942 20 00 24 46.49467 132 47 22.98774 21 00 24 12.58414 132 46 58.69534 22 00 24 22.18340 132 46 41.75640 23 00 24 08.45968 132 45 58.38651 24 00 23 35.09322 132 45 41.35810 25 00 23 39.39432 132 44 54.82713 26 00 23 25.48838 132 44 07.90588

(37)

33 27 00 23 01.61086 132 43 41.87350 28 00 22 57.72867 132 43 24.79353 29 00 22 19.21010 132 42 59.72274 30 00 21 55.29833 132 43 08.52231 31 00 21 49.70596 132 42 58.45773 32 00 22 00.77049 132 42 40.99639 33 00 21 55.04765 132 42 22.57556 34 00 22 18.44441 132 42 02.36315 35 00 22 22.32053 132 41 10.49803 36 00 22 16.03305 132 40 18.89520 37 00 21 56.23449 132 39 07.22490 38 00 22 09.74592 132 38 46.29397 39 00 22 01.87108 132 37 42.46370 40 00 21 39.17903 132 36 57.26240 41 00 21 47.97918 132 36 41.78283 42 00 21 48.35772 132 36 18.13289 43 00 21 34.54784 132 35 56.50941 44 00 21 49.53193 132 35 34.39865 45 00 21 53.03122 132 34 44.57340 46 00 21 25.63410 132 32 38.99615 47 00 21 22.76564 132 32 04.45463 48 00 21 39.75015 132 31 04.44393 49 00 21 27.18813 132 29 28.79748 50 00 21 25.54208 132 28 32.63072 51 00 20 44.37837 132 25 17.11833 52 00 20 55.96066 132 24 54.10518 53 00 21 11.90646 132 24 46.54943 54 00 20 52.85371 132 24 43.48885

Peta zonasi kawasan TP Jeen Womom secara keseluruhan dalam skala 1:250.000 sebagaimana tersebut pada Gambar 3.

(38)

34 Gambar 3. Peta Zonasi Taman Pesisir Jeen Womom

(39)

35 3.2 Zona Inti

3.2.1. Zona Inti

Zona inti di TP Jeen Womom berjumlah 3 lokasi dengan luas total 2.306,08hektar atau 7,15 % dari luas total kawasan. Zona inti Jen Yessa 1 berlokasi di pantai Wembrak dan Baturumah dengan luas 982.86 hektar, zona inti Jeen Yessa 2 berlokasi di pantai Warmamedi dengan luas 725,94 hektar, dan zona inti Jeen Syuab berlokasi di pantai Wermon dengan luas 597,28 hektar.

Zona inti TP Jeen Womom memiliki panjang pantai 23.945 m atau 24 km, terdiri dari Pantai Wembrak memiliki panjang pantai 6.505 m, Pantai Batu Rumah memiliki panjang pantai 6.330 m, Pantai Warmamedi memiliki panjang pantai 5.110 m, dan Pantai Wermon memiliki panjang pantai 6.000 m.

Zona inti merupakan wilayah kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K) yang memiliki kondisi habitat yang baik dan mempunyai luas minimal 2% dari luas kawasan, dengan kriteria antara lain:

a) Daerah tempat berpijah (spawning ground), tempat bertelur (nesting

site), daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan

(feeding ground) ikan dan/atau biota perairan lainnya;

b) Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang relatif masih utuh dan tidak terganggu; dan

c) Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang unik dan rentan terhadap perubahan.

Secara rinci Lokasi dan titik koordinat batas zona inti TP Jeen Wowom sebagaimana terlihat pada Gambar 4-7 dan Tabel 6.

(40)

36 Tabel 6. Nama lokasi, koordinat, dan luasan zona inti di Taman Pesisir Jeen

Womom No.

Titik Lokasi Lintang (LU) Bujur(BT) Luas (Ha) 1 Jeen Yessa 1 00 20 54.06444S 132 28 18.78565E 951,86 2 00 20 54.49072S 132 28 39.03545E 3 00 21 01.30077S 132 29 17.43805E 4 00 20 57.79434S 132 29 28.90239E 5 00 21 02.96091S 132 29 45.14807E 6 00 21 09.80753S 132 31 03.01122E 7 00 21 33.24029S 132 31 03.24293E 8 Garis Pantai Garis Pantai 9 00 21 31.33141S 132 30 31.39678E 10 00 21 37.25824S 132 30 30.65401E 11 00 21 32.03105S 132 29 42.61883E 12 00 21 27.20402S 132 29 28.84285E 13 00 21 31.78372S 132 29 20.79318E 14 00 21 24.44309S 132 28 40.57588E 15 00 21 25.54208S 132 28 32.63072E 16 00 20 49.67356S 132 25 44.41813E 17 00 20 43.96754S 132 25 46.46069E 18 Garis Pantai Garis Pantai 19 00 20 40.48935S 132 25 06.51900E 20 00 20 12.20959S 132 25 06.47149E 1 Jeen Yessa 2 00 21 00.88161S 132 31 38.99186E 726,89 2 00 20 52.96330S 132 31 53.81995E 3 00 20 52.30156S 132 32 05.46637E 4 00 20 56.93601S 132 32 29.71931E 5 00 20 55.14129S 132 32 36.64253E 6 00 21 22.38549S 132 34 43.44932E 7 00 21 18.19346S 132 34 54.53701E 8 00 21 18.62119S 132 35 28.20462E 9 00 21 05.85576S 132 35 45.20625E 10 00 21 03.54543S 132 35 56.81054E 11 00 21 06.97715S 132 36 04.64465E 12 00 21 30.18684S 132 36 02.95456E 13 Garis Pantai Garis Pantai 14 00 21 42.09842S 132 35 01.21762E 15 00 21 48.72375S 132 35 01.54110E 16 00 21 53.03122S 132 34 44.57340E 17 00 21 25.63410S 132 32 38.99615E

(41)

37 No.

Titik

Lokasi

Lintang (LU) Bujur(BT) Luas (Ha) 18 00 21 22.76564S 132 32 04.45463E 19 00 21 30.85824S 132 31 45.58634E 20 00 21 30.89317S 132 31 39.03575E 1 Jeen Syuab 00 24 58.63181S 132 47 46.22591E 582,66 2 00 24 35.51498S 132 47 57.74043E 3 00 25 21.17205S 132 49 24.41764E 4 00 25 37.69238S 132 50 02.39306E 5 00 25 40.94935S 132 50 17.70090E 6 00 25 48.99012S 132 50 26.30802E 7 00 26 04.34883S 132 51 13.83760E 8 00 26 00.73223S 132 51 23.89381E 9 00 26 25.84247S 132 51 29.19897E 10 Garis Pantai Garis Pantai 11 00 26 19.62818S 132 50 47.80128E 12 00 26 25.28896S 132 50 45.30284E 13 00 26 01.19943S 132 49 46.01874E

3.2.2 Potensi

Zona Inti pada TP Jeen Womom mencakup pantai peneluran penyu (lebar rata-rata 50 meter) dan mencakup sempadan pantai, 200 meter dari garis pantai (batas air pasang tinggi) ke arah daratan. Selain pantai dan sempadan pantai, zona inti mencakup juga perairan sekitar 500 meter dari batas air surut ke arah laut. Hal ini bertujuan untuk melindungi induk penyu yang berdasarkan pengamatan tingkah laku, biasanya muncul di permukaan air zona pecahan ombak di dekat pantai pada radius tersebut. Pada zona inti Jumlah kehadiran penyu untuk bertelur dapat mencapai 10-20 ekor penyu per malam pada waktu musim peneluran.

3.2.3 Peruntukan/Tujuan Zona

Zona inti di dalam kawasan TP Jeen Womom dirancang dan diperolah melalui hasil konsultasi publik dengan masyarakat dan instansi

(42)

38 Pemerintahan Daerah terkait, pertemuan pokja, serta survei lapangan. Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi potensi yang dilakukan, kriteria yang mendasari penentuan zona inti di TP Jeen Womom adalah: a. Terdapat pantai peneluran penyu

b. Habitat pesisir dan laut masih relatif asli

Peruntukan zona inti di dalam TP Jeen Womom bertujuan untuk melindungi ekosistem pesisir dan laut, pantai peneluran penyu, dan alur migrasi penyu.

3.2.4 Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan

Tabel 7. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh dilakukan di Zona Inti Boleh dilakukan Tidak boleh dilakukan Penelitian (dasar maupun

terapan), pendidikan

lingkungan, dan pengawasan. pemantauan penyu berupa pengamatan sarang pagi dan malam, pengamanan sarang dari predator, Pengendalian predator berupa pemasangan jerat babi, pemasangan jerat biawak dan pemasangan jerat buaya (kegiatan pengendalian predator ini hanya dilakukan bagi predator yang terbiasa merusak sarang penyu dan membunuh induk penyu yang akan bertelur,

Aktivitas penangkapan ikan,

wisata, budidaya,

pengambilan biota laut hidup atau pun mati, berlayar melintas, dan berlabuh.

(43)

39 Relokasi sarang penyu yang

terancam rusak oleh ombak pasang laut yang akan merendam sarang serta terancam rusak akibat serangan predator.

Dalam mendukung kegiatan relokasi sarang terancam, pada zona inti akan dibangun beberapa Kandang Relokasi pada beberapa tempat untuk menampung telur-telur yang direlokasi.

Pada Zona Inti ini akan dibangun jalan track/ jalan setapak untuk mempermudah pengelola dalam memobilisasi logistik bagi petugas pengawas sebab Zona inti TP Jeen Womom memiliki panjang pantai 23.945 m atau 24 km, sebab tidak memungkinkan jika melewati laut karena ombak yang tinggi.

Pada Zona Inti ini pula akan dibangun Pos Pemantauan Penyu dan Menara Pengawasan Pantai pada beberapa lokasi yang akan ditentukan melalui kajian tersendiri.

(44)

40 Gambar 4. Peta Zona Inti Taman Pesisir Jeen Womom

(45)

41 Gambar 5. Peta Zona Inti Taman Pesisir Jeen Womom (Jeen Yessa 1) Lembar 2915-42

(46)

42 Gambar 6. Peta Zona Inti Taman Pesisir Jeen Womom (Jeen Yessa 2) Lembar 2915-51

(47)

43 Gambar 7. Peta Zona Inti Taman Pesisir Jeen Womom (Jeen Syuab) Lembar 2915-52

(48)

44 3.3 Zona Pemanfaatan Terbatas

3.3.1 Zona Pemanfaatan Terbatas

Zona pemanfaatan terbatas di TP Jeen Womom berjumlah 5 lokasi dengan luas total 28779,58 hektar atau 89,24% dari luas kawasan. Zona pemanfaatan terbatas terdiri dari sub-zona ekowisata 1, sub-zona ekowisata 2, sub-zona ekowisata 3, sub-zona ekowisata 4 dan sub-zona perikanan berkelanjutan. Lokasi, titik koordinat batas, dan luas zona pemanfaatan terbatas sebagaimana terlihat pada Gambar 8,9,10 dan 11 dan Tabel 7.

Mengacu ke UU 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pada penjelasan Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa zona pemanfaatan terbatas merupakan bagian dari zona konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil yang pemanfaatannya hanya boleh dilakukan untuk budidaya pesisir, ekowisata, dan perikanan tradisional. Mengacu pada supplemen E-KKP3K, suplemen 3 tentang panduan penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi KKP3K menyebutkan bahwa alokasi ruang zona pemanfaatan terbatas dapat digunakan untuk perikanan berkelanjutan dan wisata bahari.

Zona pemanfaatan terbatas mempunyai kriteria sebagai berikut:

a) Mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang indah dan unik;

b) Mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian jenis dan daya tarik pariwisata bahari dan rekreasi;

c) Mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi;

d) Mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan pemanfaatan dengan tidak merusak ekosistem aslinya;

(49)

45 Tabel 8. Nama lokasi, koordinat, dan luasan zona pemanfaatan terbatas di

Taman Pesisir Jeen Womom.

No. Titik Lokasi Lintang (LU) Bujur(BT) Luas (Ha) 1 Sub zona Perikanan Berkelanjutan 00 21 03.86126S 132 24 45.56695E 28.682,70 2 00 20 52.42241S 132 24 43.48818E 3 00 18 24.52555S 132 24 27.45675E 4 00 18 12.93870S 132 25 25.56768E 5 00 19 13.94306S 132 43 29.58132E 6 00 25 25.82492S 132 55 04.60092E 7 00 27 53.12460S 132 54 56.49952E

8 Garis Pantai Garis Pantai

9 00 26 41.36228S 132 53 04.05353E 10 00 26 37.47502S 132 53 09.23673E 11 00 26 14.63926S 132 51 48.78005E 12 00 26 15.39697S 132 51 27.04723E 13 00 26 00.73223S 132 51 23.89381E 14 00 26 04.34883S 132 51 13.83760E 15 00 25 48.99012S 132 50 26.30802E 16 00 25 40.94935S 132 50 17.70090E 17 00 25 37.69238S 132 50 02.39306E 18 00 24 35.51498S 132 47 57.74043E 19 00 24 53.15638S 132 47 48.91384E

20 Garis Pantai Garis Pantai

21 00 21 21.71734S 132 37 01.43446E 22 00 21 15.22985S 132 37 01.93024E 23 00 21 10.75523S 132 36 04.34589E 24 00 21 06.97715S 132 36 04.64465E 25 00 21 03.54543S 132 35 56.81054E 26 00 21 05.85576S 132 35 45.20625E 27 00 21 18.62119S 132 35 28.20462E 28 00 21 18.19346S 132 34 54.53701E 29 00 21 22.38549S 132 34 43.44932E 30 00 20 55.14129S 132 32 36.64253E 31 00 20 56.93601S 132 32 29.71931E 32 00 20 52.30156S 132 32 05.46637E 33 00 20 52.96330S 132 31 53.81995E 34 00 21 00.88161S 132 31 38.99186E 35 00 21 09.80753S 132 31 03.01122E 36 00 21 02.96091S 132 29 45.14807E

(50)

46 No. Titik Lokasi Lintang (LU) Bujur(BT) Luas (Ha)

37 00 20 57.79434S 132 29 28.90239E 38 00 21 01.30077S 132 29 17.43805E 39 00 20 54.49072S 132 28 39.03545E 40 00 20 54.06444S 132 28 18.78565E 41 00 20 12.20959S 132 25 06.47149E 42 00 20 40.48935S 132 25 06.51900E

43 Garis Pantai Garis Pantai

1

Sub Zona Ekowisata 1 (Baturumah)

00 21 08.98340S 132 31 03.02178E

41,20 2 00 21 01.73424S 132 31 39.00161E

3 00 21 24.89546S 132 31 39.04644E

4 Garis Pantai Garis Pantai

5 00 21 33.24029S 132 31 03.24293E 1 Sub Zona Ekowisata 2 (Rak-Rak) 00 21 10.75523S 132 36 04.34589E 78,13 2 00 21 15.22985S 132 37 01.93024E 3 00 21 21.71734S 132 37 01.43446E

4 Garis Pantai Garis Pantai

5 00 21 30.18684S 132 36 02.95456E 1 Sub Zona Ekowisata 3 (Wau) 00 26 15.39697S 132 51 27.04723E 65,70 2 00 26 14.63926S 132 51 48.78005E 3 00 26 37.47502S 132 53 09.23673E 4 00 26 41.36228S 132 53 04.05353E

5 Garis Pantai Garis Pantai

6 00 26 25.84247S 132 51 29.19897E 1 Sub Zona Ekowisata 4 (Wembrak) 00 20 49.26510S 132 25 07.02588E 27,31 2 00 20 47.17157S 132 25 06.58524E 3 00 20 40.48935S 132 25 06.51900E

4 Garis Pantai Garis Pantai

5 00 20 43.96754S 132 25 46.46069E 6 00 20 49.67356S 132 25 44.41813E 7 00 20 44.33922S 132 25 16.92830E

(51)

47 3.3.2 Potensi

Selain itu terdapat berbagai jenis satwa dan tumbuhan yang unik, seperti jenis burung : cendrawasih (Paradisea minor), kakatua raja (Probosciger

canavalia), Kakatua jambul kuning (Cacatu a galerita), Maleo

(Megapodius sp), rangkong (Rhyticerus plicatus), untuk satwa lain seperti Kanguru tanah (Dendrolagus sp), rusa (Cervus timorensis), babi hutan (

Sus scrova), kus kus (Phalanger sp).

Vegetasi yang ada dalam zona diantaranya : Bitangur (Calophylum

innophylum), waru laut (Biscus tiliaceous), putat laut (Beringtonia cavalia),

ketapang (Terminalia catapa).

Sub-zona perikanan berkelanjutan memiliki potensi ekosistem terumbu karang dengan luas sekitar 122 hektar/apa sumber data dan jenis terumbu karangnya. Ada berbagai jenis ikan antara lain dari hiu atau cucut (Sphyrna lewini), pari, kerapu (Ephinephelus spp.), kakap (Lutjanidae spp.), ekor kuning (Caesio cuning), Sedangkan ikan pelagis terutama ikan pelagis besar dan kecil terdiri dari ikan tuna (Thunnus), tenggiri (Scomberomorus multiradiatus ) dan ikan cakalang (Katsuwonus). Ikan tuna terdiri dari madidihang (Thunnus albacares), albakor (Thunnus

alalunga), mata besar (Thunnus obesus), ada juga udang lobster,

kepiting, dan teripang. 3.3.3 Peruntukan/Tujuan Zona

Peruntukan zona pemanfaatan terbatas di dalam kawasan TP Jeen Womom bertujuan untuk perlindungan habitat dan populasi ikan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan serta kegiatan pemanfaatan terbatas untuk perikanan berkelanjutan atau perikanan tradisional (Gambar 8).

(52)

48 3.3.4 Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan

Tabel 9. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh di lakukan di zona Pemanfaatan terbatas

Kegiatan yang boleh Kegiatan yang tidak boleh penelitian (dasar maupun

terapan), pendidikan

lingkungan, pengawasan, aktivitas wisata, budidaya, berlayar melintas, berlabuh, dan kegiatan perikanan tradisional,

Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan meliputi rekreasi pantai, wisata tontonan, dan wisata minat khusus, wisata pendidikan, dan wisata budaya, Pembatasan jumlah kunjungan wisatawan, waktu kunjungan (temporal dan musiman), jenis kegiatan pariwisata dan usaha pariwisata alam akan disesuaikan dengan daya dukung kawasan, hal ini diperlukan untuk meminimalisasi tekanan kegiatan pariwisata serta mencegah terjadinya degradasi habitat penting.

aktivitas penangkapan ikan, pengambilan biota laut hidup atau pun mati.

Pada daerah hutannya yang tidak diperbolehkan adalah perburuan satwa dan penebangan hutan, kecuali

untuk kepentingan

pembangunan fasilitas pendukung ekowisata.

(53)

49 Di dalam Zona Pemanfaatan Terbatas merupakan kawasan atau daerah penyangga Zona Inti yang dapat dimanfaatkan secara terbatas. Hal ini disebabkan Zona Pemanfaatan Terbatas ada termasuk pantai peneluran penyu yang dialokasikan sebagai sub-zona ekowisata satu sampai empat.

Pada sub-zona ekowisata akan dibangun Jalan Setapak, Shelter, Pos Pengawasan Ekowisata dan Pondok Bermalam bagi wisatawan. Desain dan Rencana Pembangunannya akan disusun berdasarkan kajian lebih lanjut.

(54)

50 Zona Pemanfaatan Terbatas Taman Pesisir Jeen Womom

(55)

51 Gambar 9. Peta Sub Zona Ekowisata 1 (Baturumah) dan Ekowisata 2 ( Rak-rak) Pada Zona Pemanfaatan Terbatas Taman Pesisir Jeen

(56)

52 Gambar 10. Peta Sub Zona Ekowisata 3 (Wau) Pada Zona Pemanfaatan Terbatas Taman Pesisir Jeen Womom Lembar 2915-52

(57)

53 Gambar 11. Peta Sub Zona Ekowisata 4 (Wembrak ) Pada Zona Pemanfaatan Terbatas Taman Pesisir Jeen Womom Lembar 2915-42

(58)

54 3.4 Zona Lainnya

3.4.1 Zona Lainnya

Zona lainnya di TP Jeen Womom berjumlah 8 lokasi dengan luas total 1165,22 hektar atau 3,61 % dari luas kawasan. Zona lainnya terdiri dari sub-zona pemanfaatan tradisional 1, sub-zona pemanfaatan tradisional 2, sub-zona labuh 1 (Baturumah), sub-zona labuh 2 (Rak-rak), sub-zona labuh 3 (Wau), sub-zona permukiman 1 Saubeba, sub-zona permukiman 2 (Warmandi) , dan sub-zona permukiman 3 (Wau) (Lihat Gambar 12,13,14,dan 15).

Lokasi, titik koordinat batas dan luas zona lainnya sebagaimana terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nama lokasi, koordinat, dan luasan zona lainnya di Taman Pesisir Jeen Womom

No. Titik Lokasi Lintang (LU) Bujur(BT) Luas (Ha) 1 Sub Zona Pemanfaatan Tradisional 1 00 21 39.17903S 132 36 57.26240E 466,77 2 00 21 27.13883S 132 36 57.26036E

3 Garis Pantai Garis Pantai 4 00 21 21.71734S 132 37 01.43446E 5 00 22 03.34632S 132 38 38.77004E 6 00 22 09.00837S 132 38 38.72872E 7 00 22 01.87108S 132 37 42.46370E 8 00 21 59.17600S 132 39 02.81804E 9 00 21 55.46031S 132 38 59.76397E 10 Garis Pantai Garis Pantai 11 00 24 53.15638S 132 47 48.91384E 12 00 24 58.63181S 132 47 46.22591E 13 00 24 46.49467S 132 47 22.98774E 14 00 24 12.58414S 132 46 58.69534E 15 00 24 22.18340S 132 46 41.75640E 16 00 24 08.45968S 132 45 58.38651E 17 00 23 35.09322S 132 45 41.35810E 18 00 23 39.39432S 132 44 54.82713E 19 00 23 25.48838S 132 44 07.90588E 20 00 23 01.61086S 132 43 41.87350E

(59)

55 No. Titik Lokasi Lintang (LU) Bujur(BT) Luas (Ha)

21 00 22 57.72867S 132 43 24.79353E 22 00 22 19.21010S 132 42 59.72274E 23 00 21 55.29833S 132 43 08.52231E 24 00 21 49.72341S 132 42 58.19316E 25 00 22 00.77049S 132 42 40.99639E 26 00 21 55.04765S 132 42 22.57556E 27 00 22 18.44441S 132 42 02.36315E 28 00 22 22.08674S 132 41 14.71482E 29 00 22 16.03305S 132 40 18.89520E 30 00 21 56.23449S 132 39 07.22490E 1 Sub Zona Pemanfaatan Tradisional 2 00 27 14.88426S 132 53 11.51912E 68,87 2 00 27 08.96418S 132 53 16.94786E

3 Garis Pantai Garis Pantai 4 00 27 53.12460S 132 54 56.49952E 5 00 28 02.78737S 132 54 56.17248E 6 00 27 56.42370S 132 54 32.65582E 7 00 27 55.45390S 132 54 13.02897E 8 00 27 46.30506S 132 53 50.51023E 9 00 27 36.94803S 132 53 42.54742E 10 00 27 37.00880S 132 53 32.42028E 1 Sub Zona Labuh 1 Baturumah 00 21 08.98340S 132 31 03.02178E 77,36 2 00 21 01.73424S 132 31 39.00161E 3 00 21 24.89546S 132 31 39.04644E 4 Garis Pantai Garis Pantai 5 00 21 33.24029S 132 31 03.24293E 1 Sub Zona Labuh 2 Rak-rak 00 21 10.75523S 132 36 04.34589E 136,15 2 00 21 15.22985S 132 37 01.93024E 3 00 21 21.71734S 132 37 01.43446E 4 Garis Pantai Garis Pantai 5 00 21 30.18684S 132 36 02.95456E 1 Sub Zona Labuh 3 Wau 00 26 15.39697S 132 51 27.04723E 267,49 2 00 26 14.63926S 132 51 48.78005E 3 00 26 37.47502S 132 53 09.23673E 4 00 26 41.36228S 132 53 04.05353E 5 Garis Pantai Garis Pantai 6 00 26 25.84247S 132 51 29.19897E 1 Sub Zona Pemukiman 1 Saubeba 00 21 11.90646S 132 24 46.54943E 19,83 2 00 21 03.86126S 132 24 45.56695E

(60)

56 No. Titik Lokasi Lintang (LU) Bujur(BT) Luas (Ha)

4 (Resye) 00 20 40.48935S 132 25 06.51900E 5 00 20 47.17157S 132 25 06.58524E 6 00 20 49.26510S 132 25 07.02588E 7 00 20 55.96066S 132 24 54.10518E 1 Sub Zona Pemukiman Warmandi 2 (sukwo) 00 22 03.34632S 132 38 38.77004E 13,82 2 Garis Pantai Garis Pantai

3 00 21 55.46031S 132 38 59.76397E 4 00 21 59.17600S 132 39 02.81804E 5 00 22 09.48643S 132 38 47.37125E 6 00 22 09.00837S 132 38 38.72872E 1 Sub Zona Pemukiman 3 Wau (Banroy) 00 27 02.91916S 132 52 30.87995E 46,11 2 00 26 57.33987S 132 52 33.81276E

3 Garis Pantai Garis Pantai 4 00 27 08.96418S 132 53 16.94786E 5 00 27 14.88426S 132 53 11.51912E 6 00 27 08.38848S 132 53 10.39089E 7 00 26 52.02202S 132 53 17.31906E 8 00 26 47.15825S 132 53 07.52259E 9 00 27 00.35012S 132 53 00.48934E 3.4.2 Potensi

Zona lainnya di TP Jeen Womom mencakup sub zona labuh, sub zona pemukiman, dan sub zona pemanfaatan tradisional. Didalam zona ini lebih banyak terdapat satwa-satwa liar yang ada di darat, antara lain Kanguru tanah (Dendrolagus sp), rusa (Cervus timorensis), babi hutan ( Sus scrova), kus kus (Phalanger sp), tikus tanah ( Echymipera kalubu). Terdapat pula beberapa jenis burung seperti burung kakatua raja (Probosciger canavalia), Kakatua jambul kuning (Cacatua galerita), Maleo (Megapodius sp), rangkong (Rhyticerus plicatus). Selain itu dalam zona ini dapat melihat kebun-kebun sirih yang merupakan andalan masyarakat di Kampung.

3.4.3 Peruntukan/Tujuan Zona

Peruntukan/tujuan zona lainnya di TP Jeen Womom dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1. Lokasi Taman Pesisir Jeen Womom berdasarkan SK Bupati  Tambrauw No. 522/303/2015
Gambar 2. Jenis  penyu  yang  terdapat  di  Taman  Pe sisir  Jeen  Womom .
Tabel 1.  Kegiatan wisata dan lokasi wisata bahari di TP Jeen Womom,  Kabupaten Tambrauw
Tabel 2.   Jumlah penduduk di setiap Distrik di Kabupaten Tambrauw pada  tahun 2014  No  Distrik  Laki-laki  (Jiwa)  Perempuan (Jiwa)  Jumlah (Jiwa)  1  Fef  224  208  432  2  Syujak  110  102  212  3  Abun  186  174  360  4  Miyah  317  295  612  5  Kwoor
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kawasan Pesisir merupakan wilayah batasan antara daratan dengan perairan yang masih memiliki pengaruh dari keduanya.Kecamatan Pasekan merupakan kawasan pesisir yang memiliki

perpindahan antar moda transportasi; 12.Pangkalan udara adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan dalam wilayah Republik Indonesia yang dipergunakan untuk kegiatan

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) atau Marine Protected Area (MPA) adalah wilayah perairan laut termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan

Sub zona pariwisata alam perairan di TPK Kepulauan Guraici memiliki kriteria; daya tarik pariwisata alam berupa ekosistem perairan yang indah, luasan yang cukup untuk

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) atau Marine Protected Area (MPA) adalah wilayah perairan laut termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan

30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan (RPZ KKP). RPZ KKP merupakan salah satu instrumen pengelolaan dalam mendukung kawasan laut dan

Definisi : • Pemberian bantuan pemerintah kepada kelompok masyarakat konservasi di wilayah KKPN (Kawasan Konservasi Perairan Nasional) dan KKPD (Kawasan Konservasi

Pantai-pantai tersebut merupakan bagian utama dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang Kabupaten Belitung. Kawasan ini pun telah dikembangkan menjadi