BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki
peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. UMKM merupakan kelompok usaha terbesar dibandingkan kelompok usaha lainnya. UMKM dianggap sebagai salah satu alternatif penting yang mampu mengurangi
beban yang dihadapi perekonomian nasional maupun daerah.
Banyak pengusaha yang memulai bisnisnya dari jenis UMKM. Karena UMKM tidak memerlukan izin pendirian yang rumit, serta tidak membutuhkan
persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, dan modal yang dibutuhkan relatif sedikit, dan teknologi yang digunakan cenderung sederhana. UMKM sendiri pada
dasarnya sebagian besar bersifat informal dan karena itu cenderung lebih mudah untuk dimasuki oleh para pelaku usaha yang baru (Gunadi, 2003).
Pertumbuhan UMKM di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan jumlah UMKM lebih besar dibandingkan jumlah Usaha Besar. Hal ini dapat membantu menciptakan lapangan kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja
dalam negeri, sehingga mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. UMKM berkontribusi sebesar 97% terhadap penyerapan tenaga kerja
Mulai tahun 2010 Indonesia membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan
perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina yang disebut dengan ASEAN China Free Trade
Agreement (ACFTA).Produk-produk impor dari ASEAN dan Cina akan lebih mudah masuk ke Indonesia dan lebih murah karena adanya pengurangan tarif dan
penghapusan tarif akan menjadi nol persen dalam jangka waktu tiga tahun. ACFTA ini bisa menjadi ancaman ataupun menjadi peluang bagi UMKM di Indonesia.
Untuk menghadapi hal tersebut, para pelaku UMKM harus bisa meningkatkan kinerja usaha agar usahanya dapat bertahan. Kinerja usaha
mengacu pada kesuksesan yang dirasakan oleh pelaku usaha. Pelham dan Wilson (dalam Prakoso, 2005) mendefinisikan kinerja usaha sebagai sukses produk baru dan pengembangan pasar, dimana kinerja usaha dapat diukur melalui
pertumbuhan penjualan dan porsi pasar.
Kinerja perusahaan dan kemampuan untuk bertahan dalam persaingan ditentukan oleh kecepatan sebuah perusahaan mengembangkan kompetensi
berbasis pengetahuan. Dengan pengetahuan, sebuah perusahaan dapat tetap mempertahankan keunggulan bersaingnya dan meningkatkan kinerja perusahaannya untuk belajar lebih cepat daripada pesaingnya (Daud dan Yusoff,
Hingga saat ini, perusahaan di Indonesia sebagian besar masih mempunyai kecenderungan menggunakan conventional based dalam menjalankan aktifitas
bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkan masih mengandung teknologi yang belum berkembang. Abidin (2000) menyatakan bahwa jika perusahaan yang ada tersebut mengikuti perkembangan terkini, yaitu fokus pada pengelolaan
intellectual capital secara maksimal, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia
akan dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang
dimiliki oleh perusahaan. Inovasi yang ada akan mendorong terciptanya produk-produk yang menarik bagi konsumen.
Intellectual Capital (modal intelektual) adalah suatu aktiva tidak
berwujud. Menurut Hidayat dalam Dewi (2011) modal intelektual telah
menyebabkan pergeseran dalam paradigma melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi sosial seseorang menjadi
proses hubungan, dan dari kekuatan pemegang saham menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersifat
abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan bisnis. Oleh karena itu, modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.
usahanya (Khalique, et al., 2013). Para wirausaha harus bisa memanfaatkan elemen-elemen tersebut agar dapat bersaing dengan usaha lain. Contohnya dengan
memanfaatkan customer capital, para pelaku usaha dapat mengetahui apakah kualitas pelayanan dari usaha tersebut sudah baik atau tidak, sehingga para pelaku usaha bias meningkatkan kinerja usahanya. Semakin ketatnya persaingan antar
UMKM, untuk memenangi persaingan yang ada UMKM dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja dengan sumber daya yang dimiliki.
Kota Medan adalah ibukota provinsi terbesar ke tiga terbesar di Indonesia. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) termasuk dalam kelompok usaha ekonomi yang penting dalam perekonomian dan termasuk dalam prioritas dalam
program kerja pembangunan ekonomi di Kota Medan. Pertumbuhan perdagangan dikota Medan cukup tinggi. Pencapaian kinerja pembinaan UMKM di kota Medan
pada tahun 2010 sebesar 222.000 usaha dan 224.000 unit pada tahun 2013 daripemantauan yang dilakukan ada kecenderungan peningkatan UMKM pada setiap tahunnya (http://pemkomedan.go.id).
Fenomena yang menarik yang terjadi di Kota Medan adalah semakin pesatnya UMKM yang bergerak di bidang kuliner.Kota Medan merupakan salah
satu kota yang kaya akan kuliner dengan inovasi dan juga ciri khas dari kuliner itu sendiri. Terdapat sekitar 55-60% UMKM bergerak dibidang kuliner di Kota
yang ditawarkan membuat konsumen semakin sulit dalam menentukan arah pembelian karena banyaknya pilihan yang ditawarkan.
Komplek Asia Mega Mas atau yang sering disebut dengan Chinatown adalah salah satu tempat wisata kuliner yang terkenal di kota Medan. Setiap malam, komplek Asia Mega Mas pasti ramai dikunjungi oleh para penikmat
kuliner, terutama pada saat akhir pekan. Para pedagang berusaha membuat makanan semenarik mungkin, sehingga terciptalah produk inovatif yang membuat
para pengunjung tertarik untuk membeli.
Para pelaku UMKM kuliner Asia Mega Mas belum memanfaatkan social capital dan customer capital nya dengan baik. Dengan ramainya pengunjung
setiap harinya, para wirausaha sebaiknya memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan social capital dan customer capital usahanya. Misalnya dengan
mengenal karakteristik pelanggannya agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan pelanggan. Namun, para pelaku UMKM kuliner Asia Mega Mas terlihat sudah memanfaatkan technological capitalnya dengan baik. Dengan
memanfaatkan teknologi, produk yang ditawarkan memiliki inovasi dan ciri khas tersendiri dibandingkan dengan produk-produk di tempat lain yang masih
menggunakan alat tradisional dalam proses produksinya.
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka dapat ditarik
pertanyaan sebagai landasan penelitian ini, yaitu:
1. Apakah social capital berpengaruh terhadap kinerja usaha UMKM kuliner
Asia Mega Mas?
2. Apakah customer capital berpengaruh terhadap kinerja usaha UMKM kuliner Asia Mega Mas?
3. Apakah technological capitalberpengaruh terhadap kinerja usaha UMKM Kuliner Asia Mega Mas?
4. Apakah social capital, customer capital, technological capital secara bersama-sama (entrepreneurial intellectual capital) berpengaruh terhadap kinerja usaha UMKM kuliner Asia Mega Mas?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Pengaruh social capital terhadap kinerja usaha UMKM kuliner Asia Mega Mas.
2. Pengaruh customer capital terhadap kinerja usaha UMKM kuliner Asia
Mega Mas.
3. Pengaruh technological capital terhadap kinerja usaha UMKM kuliner
4. Pengaruh social capital, customer capital, technological capital secara bersama-sama (entrepreneurial intellectual capital)terhadap kinerja usaha
UMKM kuliner Asia Mega Mas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menjadi tambahan dan memperluas wawasan peneliti khususnya dalam bidang kewirausahaan dan pengaruh social capital, customer capital dan technological capital terhadap kinerja UMKM.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan menambah wawasan untuk mengetahui lebih jauh mengenaientrepreneurial intellectual capital dan kinerja usaha.
3. Bagi Wirausaha
Penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran untuk memanfaatkan entrepreneurial intellectual capital yang dimiliki untuk meningkatkan kinerja
usaha.
4. Bagi Akademisi