LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
Disusun Oleh Kelompok 4 :
NAMA NIM
Fauziah Astari 1407035007
Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056
Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021
Safridah Hannum Nasution 1407035018
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
1.Pemisahan dan pemurnian
2.Pembuatan larutan
3.Kromatografi
4.Stoikiometri
5.Laju Reaksi
6.Sifat-Sifat Unsur
Disusun Oleh : Kelompok 4 :
NAMA NIM
Fauziah Astari 1407035007
Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056
Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021
Safridah Hannum Nasution 1407035018
Samarinda, 6 Desember 2014
Pembimbing Praktikum Koordinator Asisten
Prof.Dr.Daniel Tarigan M.Si Ana Fakhrunnisa NIP.19661211 200012 1 001 NIM.1107035027
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Kimia Analitik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya “Laporan Resmi Praktikum Kimia Dasar 1” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan “Laporan Resmi Kimia Dasar 1” ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mengikuti ujian praktikum Kimia Dasar 1. Selain itu, semoga laporan ini dapat membantu rekan-rekan mahasiswa lain untuk dapat digunakan sebagai literatur tambahan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu selama praktikum hingga tersusunnya laporan ini khususnya kepada dosen pembimbing, koordinator praktikum, dan asisten praktikum yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum serta dalam penulisan laporan ini.
Apabila dalam penyajian laporan ini masih ada kekurangan, kritik dan saran yang membantu dari pembaca sekalian akan sangat diharapkan untuk perbaikan dalam pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.
Samarinda, 6 Desember 2014
PERCOBAAN 1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NAMA NIM
Fauziah Astari 1407035007
Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056
Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021
Safridah Hannum Nasution 1407035018
Samarinda, 6 Desember 2014 Mengetahui,
Dosen pengajar, Asisten Praktikum
Dr. Rudi Kartika, M.Si Bayu Iskandar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Biasanya zat murni telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk
campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang bergantung pada jenis
komponen yang tergantung didalamnya.
Zat murni ada dua, yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran merupakan
gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarang zat murni yang telah
tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair ataupun padatan.
Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam bentuk
campuran. Contohnya air laut terdiri dari air dan berbagai zat yang tercampur
didalamnya. Misalnya garam. Tanah terdiri atas berbagai senyawa dan unsur, baik
dalam wujud padat, cair atau gas. Udara yang kita hirup setiap hari mengandung
bermacam-macam unsur dan senyawa seperti oksigen, nitrogen, uap air dan
sebaginya.
Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari bahan-bahan
pencemar atau pencampran lainnya pada suatu campuran dengan sistem pemisahan
ataupun sistem pemurnian.
Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan
keterampilan terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat
kecil. Utnuk tujuan itu, dalam kimia dikembangkan berbagai cara pemisahan dan
pemurnian sederhana yang telah dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan
dan pemurnian yang kompleks atau tidak sederhana.
Banyak cara atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran. Hal
tersebut bergantung pada jenis wujud dan sifat komponen yang terkandung
didalamnya, seperti pemisahan zat padat dan suspensi, pemisahan zat padat dari
larutan, pemisahan campuran zat cair , pemisahan campuran dua jenis padatan.
Oleh karena itu dilakukan praktikum kimia dasar tentang pemisahan dan
pemurnian ini agar kita dapat mengetahui berbagai cara pemisahan dan pemurnian
berbagai jenis zat murni dan berbagai jenis zat campuran agar kita dapat melakukan
metode pemisahan dan pemurnianyang tepat, sesuai dengan jenis campuran yang
ada. Dengan adanya pengenalan pada prsoses pemisahan dan pemurnian serta
langsung dilakukan pada percobaan ini, diharapkan kita dapat mengatasi krisis
sumber air yang kini masih menjadi masalah besar dalam kehidupan sehari-hari kita
dan dan kita dapat memahami tentang metode-metode pemisahan dan pemurnian.
Dimana meode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dekantasi, kristalisasi,
sublimasi, ekstraksi, adsorbsi dan filtrasi. Dengan itu, kita juga dapat mengetahui
proses pemisahan dan pemurnian tersebut sehingga prinsipnya dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan
 Untuk mengetahui perubahan warna sirup setelah disaring menggunakan kertas saring dan norit yang telah dihaluskan dengan metode adsorbsi
 Untuk mengetahui hasil dari naftalena dengan garam dalam proses sublimasi
 Untuk mengetahui hasil yang didapatkan pada proses pemisahan dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ada tiga istilah yang harus dipahami dan diingat dalam ilmu kimia yaitu unsur, senyawa, dan campuran. Unsur adalah materi yang tidak dapat diuraikan dengan reaksi kimia menjadi zat yang lebih sederhana, contohnya adalah hydrogen, oksigen, besi, tembaga, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua zat atau lebih dengan perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur pembentukannya. Contohnya adalah air (H2O = hydrogen dan oksigen). Unsur dan
senyawa disebut zat tunggal karena partikel terkecilnya satu macam (Syukri, 1999). Berbeda dengan unsur dan senyawa, campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Contohnya adalah campuran antara unsur nitrogen dan oksigen, dan antara besi dan belerang (Chang, 1998).
Suatu campuran diklasifikasikan sebagai homogen dan heterogen. Campuran heterogen terdiri atas fasa-fasa tersendiri, dan sifat-sifat yan teramati adalah merupakan gabungan dari pada fasa-fasa tunggal. Campuran homogen terdiri atas fasa tunggal yang mempunyai sifat-sifat yang sama (Sastrohamidjojo, 2001).
Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas, cairan atau padatan. Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah solute (zat yang dilarutkan) dan solven ( zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka disebut solven dan untuk senyawa yang berada dalam jumlah yang kecil disebut solute. Meskipun demikian, pernyataan ini dapat dibalik bila ia lebih tepat. Sebagai contoh, larutan asam sulfat dan air. Asam sulfat seringkali dinyatakan sebagai solute dan air sebagai solven untuk senyawa yang lebih kecil (Sastrohamidjojo, 2001).
Pada mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan kuat, minyak akan menyebar ke dalam air berupa gelembung-gelembung kecil. Pada gelembung hanya tedapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Dengan kata lain, adalah campuran heterogen yang masih ada batas antara kedua komponen atau lebih dari satu fasa (Klainfelter, 1991).
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa materi dapat dibagi atas zat murni (tunggal) dan campuran (majemuk). Ada dua zat murni yaitu unsur dan senyawa. Senyawa terbentuk dari dua unsur atau lebih dengan komposisi tertentu, sedangkan campuran adalah gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarang. Campuran dapat diubah menjadi zat murni atau sebaliknya, zat murni dapat menjadi campuran. Kedua proses ini termasuk peristiwa fisika, demikian juga beberapa unsur dapat bersatu membentuk senyawa dan sebaliknya, senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya. Perubahan ini termasuk perubahan kimia (Sastrohamidjojo, 2001). Setiap zat murni baik unsur maupun senyawa terbentuk dari partikel kecil yang sama ukuran dan massanya. Partikel suatu unsur disebut atom dan partikel senyawa disebut molekul (Syukri, 1999).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Sedangkan secara kimia, suatu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan (Syukri, 1999).
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan zat serta sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air, maka dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari yang berpori halus contohnya kertas saring dan selaput semi perbal. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi perbal dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Chang, 1998).
Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan air ke tabung pendingin (Syukri, 1999).
Bila campuran mengandung komponen lebih dari dua, maka penguapan dan pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu. Dimulai dari titik didih yang paling rendah. Akan tetapi pemisahan campuran ini sulit dan biasanya hasil yang didapat sedikit tercampur komponen lain yang titik didihnya berdekatan (Klainfelter, 1991).
Yang dimaksud dengan filtrsi adalah pemisahan bahan secara mekanis berdasarkan ukuran partikelnya yang berbeda-beda. Filtrasi dilakukan dengan media filter dan beda tekanan. Molekul-molekul cairan atau gas dibiarkan menerobos lubang pada media filter, sedangkan partikel-partikel padat yang lebih besar akan tertahan oleh filter (Bernasconi, 1995).
Pada filtrasi cairan, di suatu pihak diharapkan agar filtrate (hasil filtrasi) yang diperoleh sedapat mungkin bebas dari bahan padat. Di lain pihak filter yang dapat diharapkan sekering mungkin. Namun biasanya masih mengandung banyak cairan, yang masih harus dihilangkan dengan pengeringan pada filtrat gas, diinginkan memperoleh gas yang dapat mungkin bebas dari debu (Chang, 1998).
Mekanisme pemisahan terutama ditentukan oleh difat media filter. Berdasarkan jenis, mekanisme, terdapat tiga jenis filtrasi yang berbeda. Ketiga jenis filtrasi ini digunakan sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam sebuah filter.
- Filtrasi ayak (Sieve filtration)
Filtrasi ayak mempunyai prinsip kerja seperti ayakan. Media filter menahan
semua partikel yang ukurannya lebih besar daripada lubang-lubang.
- Filtrasi nnggin dalam (Deep bed filtration)
Partikel-partikel padat masuk ke dalam pori-pori menjadi lebih kecil. Dengan
cara ini partikel-partikel yang sangat halus dapat dipisahkan juga dengan
menggunakan media filter yang menggunakan pori-pori relative besar namun
pada awal filter pemisahan belum sempurna sehingga cairan yang keruh atau
- Filtrasi kue
Pemisahan terjadi oleh kue filtrasi berpori yang terbentuk selam proses filtrasi
berlangsung. Cairan yang dihasilkan mula-mula biasanya juga keruh. Contoh
filter hisap (suction filter), press filter (filter press) (Bernasconi, 1995).
Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu) bergantung pada sejumlah factor antara lain:
- Luas penampang filter
- Beda tekanan antara kedua sisi media filter
- Tekan media filter
- Viskositas cairan
(Syukri, 1999). Ekstraksi adalah pemisahan suatu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan
yang berbeda-beda dari komponen-komponen dalam larutsn (Chang, 1998).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh factor-faktor berikut ini
yaitu:
- Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang didinginkan, bukan
komponen-komponen lain daru bahasan ekstraksi.
- Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin dapat melarutkan ekstrak yang besar.
- Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstrak cair-cair , pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstrasi.
- Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat bahan kerapatan
yang besar antara pelarut-pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar
kedua fasa dapat dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran.
- Reaktifitas
- Titik didih
- Pelarut harus murah, mudah, tidak beracun, tidak dapat terbakan, tidak korosif
Perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan, dan proses
kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan adalah
suhu pada saat fasa padat dan cair berada dalam kesetimbangan. Titik leleh normal
suatu zat adalah titik leleh yang diukur pada tekanan 1 atm. Kesetimbangan
cair-padat yang sangat dikenal adalah kesetimbangan air dan es. Energy yang dibutuhkan untuk melelehkan 1 mol padatan disebut kalor peleburan molar (∆Hfus) (Sastrohamidjojo, 2001).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud baik
padat, cair, maupun gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat dipisahkan
dengan cara yang lain. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap suatu zat
dengan zat lainnya. Jika komponen campuran (misalnya A, B, C) dialirkan dengan
suatu pelarut melalui padatan tertentu, maka A, B, dan C akan bergerak dengan
kecepatan berbeda karena daya serap padatan itu terhadap komponen tidak sama.
Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak disebut fasa bergerak,
sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorbsen atau fase tetap.
Syarat fase bergerak harus dapat melarutkan semua komponen dan dapat mengalir,
maka hasil akhir berupa cairan atau gas. Berdasarkan jenis fase bergerak dan
adsorbsennya, kromatografi dapat dibagi menjadi empat yaitu:
- Kromatografi kolom
- Kromatografi kertas
- Kromatografi tempeng tipis
- Kromatografi gas
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
 Gelas kimia atau gelas beker
 Corong gelas
 Corong pisah
 Cawan penguap
 Batang Pengaduk
 Hot plate
 Spatula
 Neraca ohaus
 Sikat tabung
 Lumpang
 Alu
 Tabung reaksi
 Pipet tetes  Penjepit tabung
 Labu erlenmeyer
3.1.2 Bahan
 Garam dapur
 Kapur tulis  Pasir
 Naftalena
 Minyak goreng
 CuSO4.5H2O  Norit
 Sirup
 Tissue  Kertas saring  Kertas label
3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Dekantasi
 Dimasukkan pasir dalam gelas beaker
 Ditambahkan aquadest 50 ml
 Diaduk
 Diamkan, hingga pasir mengendap
 Diamati
3.2.2 Filtrasi
 Dimasukkan kapur tulis kedalam gelas kimia
 Ditambahkan aquadest 50 ml
 Diaduk, disiapkan corong dan kertas saring
 Disaring larutan
 Diamati
3.2.3 Adsorbsi
 Dimasukkan sirup kedalam gelas kimia
 Disiapkan corong kaca dan gelas saring yang diatasnya telah ditaburi bubuk norit
 Disaring sirup hingga habis
 Diamati
3.2.4 Ekstraksi
 Dimasukkan aquadest 50 ml kedalam corong pisah
 Ditambahkan 25 ml minyak goreng
 Dikocok hingga tercampur
 Diamkan hingga campuran terpisah
3.2.5 Rekristalisasi
 Dimasukkan CuSO4.5H2O secukupnya kedalam gelas beker
 Ditambahkan aquades secukupnya
 Diaduk menggunakan batang pengaduk
 Dipanaskan diatas hot plate hingga air habis  Didinginkan, setelah itu diamati
3.2.6 Sublimasi
 Dimasukkan 2 gram bubuk naftalena kedalam cawan penguap
 Ditambahkan satu gram sendok garam
 Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil dan ditutup lagi dengan menggunakan corong kaca dengan posisi
terbalik dan lehernya disumbat dengan tissu  Dipanaskan diatas hot plate
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1 Dekantasi
- Dimasukkan satu sendok
pasir
- Diberi aquades dan diaduk
hingga larut
- Dibiarkan sampai pasir
mengendap
- Diamati
- Pasir berwarna coklat
- Aquades berwujud bening
- Pasir tidak terlarut
(mengendap) di air dan air
berwarna keruh 2 Rekristalisasi
- Dimasukkan kristal
CuSO4.5H2O secukupnya
kedalam beaker glass
- Ditambahkan aquades
- Dipanaskan
- Diamati
- Kristal CuSO4.5H2O berwarna biru
- Kristal CuSO4.5H2O menjadi larutan yang
berwarna biru
- Aquades mengalami
penguapan sehingga CuSO4
mengalami kristalisasi dan
berwarna biru 3 Sublimasi
- Dimasukkan garam dan naftalena kedalam cawan
penguap
- Ditutup cawan penguap
dengan kertas saring yang
dilubangi kecil-kecil
- Ditutup lagi dengan corong
kaca diatas kertas saring
dengan posisi terbalik dan
lehernya disumbat kertas
- Dibiarkan dan dipanaskan
sampai menguap
- Diamati
- Terbentuk kristal naftalena karena naftalena memiliki
titik didih yang lebih rendah
4 Adsorpsi
- Diamati satu sendok norit yang telah dihaluskan dalam
kertas saring dan corong
kaca
- Dialirkan sedikit demi sedikit sirup
- Diamati filtrat dan penyaringan tersebut
- Norit berbentuk serbuk, filtratnya perlahan-lahan
turun kedasar corong kaca
- Residu serbuk norit yang
tertahan pada kertas saring
- Filtrat berwarna orange kekuning-kuningan 5 Filtrasi
- Diambil satu sendok kapur
tulis lalu dimasukkan
kedalam gelas kimia
- Ditambahkan aquades
- Diaduk hingga larut
- Bubuk kapur berupa serbuk
- Aquades berwujud bening
- Campuran menyatu karena
- Disaring dengan kertas saring dan corong kaca
kedalam sebuah tabung
reaksi
- Diamati
- Didapatkan residu berupa
kapur
- Didapatkan filtrat bening
6 Ekstraksi
- Dimasukkan aquades
kedalam corong pisah
- Ditambahkan minyak
goreng dan dikocok
larutannya dan dibalik
- Diamkan dan amati
- Aquades berwujud bening
- Air dan minyak keruh
- Terdapat fase diatas minyak goreng dan fase dibawah
aquades, karena massa jenis
minyak lebih rendah
dibandingkan air
4.2 Reaksi
4.2.1 Struktur Naftalena
H H
C C
H C C C H
H C C C H
C C
4.2.2 Struktur Minyak Goreng O
CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3
O
CH O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3
O
CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3
4.2.3 Struktur Air
O
H
H
4.3 Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang pemisahan dan pemurnian dalam berbagai metode.
Unsur adalah zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat lain yang lebih sederhana. Contohnya yaitu, hidrogen dan oksigen karena jenis gas tersebut tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana, lain halnya jika air dapat diuraikan oleh listrik menjadi dua jenis gas yaitu hidrogen dan oksigen. Beberapa contoh unsur dalam kehidupan adalah besi, alumuniun, timah, emas, tembaga, perak, oksigen, niitrogen, belerang dan juga karbon. Unsur berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Unsur-unsur logam
2. Unsur-unsur nonlogam
3. Unsur-unsur semi logam
tersebut. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O) adalah sebuah senyawa yang
terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen. Umumnya, perbandingan ini harus tetap karena sifat fisiknya, bukan perbandingan yang dibuat manusia. Ciri-ciri yang membedakan senyawa adalah adanya rumus-rumus kimia. Rumus kimia memberikan perbandingan atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu rumus etena adalah C2H4 dan bukan CH2). Rumus kimia
tidak menyebutkan apakan senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya natrium klorida (garam dapu, NaCl) adalah senyawa ionik. Senyawa dapat terwujud dalam beberapa fase. Kenyakan senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi senyawa yang lebih kecil atau atom-atom individual bila dipanaskan sampai suhu tertentu.
merupakan campuran heterogen karena terdiri dari bahanbahan yang memiliki fase yang berbeda, pasir dalam fase padatan dan air dalam fase cairan.
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan menjadi lautan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik, karena zat terlarutnya didalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion. Suspensi adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya lebih besar 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi. Singkatnya, suspensi merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang dilarutkan. Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen , dimana suatu zat “didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan cukup besar, yaitu berkisar 1-100 nm sehingga terkena efek Tyndall. Koloid merupakan campuran dua zat atau lebih yang bersifat homogen, artinya partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak dijumpai pengendapan.
Zat murni adalah zat-zat yang memiliki komposisi kimia yang tetap dan senyawa di seluruh bagiannya, seperti air, udara, nitrogen, dan karbon dioksida. Zat yang memiliki kompisisi kimia yang seragam bukan merupakan zat murni.
Ada beberapa metode pemisahan dan pemurnian campuran, diantaranya:
 Filtrasi adalah metode pemisahan campuran yang digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan
penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel
 Dekantasi adalah pemisahan campuran berdasarkan prinsip pengendapan. Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan perlahan-lahan, dengan
 Rekristalisasi adalah pemisahan campuran dengan cara melarutkan material padatan dalam pelarut yang cocok untuk mendapatkan larutan yang jenuh.
Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena
kelarutan padatan menurun bila suhu diturunkan. Dari proses ini diharapkan
kristal dapat bebas dari pengotor
 Adsorpsi adalah pemisahan campuran dimana partikel zat yang akan dipisahkan hanya terjadi dipermkaan zat
 Sublimasi adalah pemisahan campuran yang didasarkan pada adanya
partikel padatan yang bercampur yang dapat berubah dari fase padat ke fase
gas
 Ekstrasi ada dua jenis yaitu ekstraksi padat dan ekstraksi zat cair. Ekstraksi padat didasarkan pada keadaan bahwa salah satu komponen campuran
tersebut larut kepada pelarut. Ekstraksi zat cair didasarkan pada salah satu
komponen zat cairan dari campuran tersebut larut dalam pelarut.
Pada praktikum kali ini, ada beberapa percobaan yang dilakukan. Yang pertama adalah dekantasi. Pasir dimasukkan kedalam gelas beker berisi air. Gelas beker berfungsi sebagai wadah air dan juga pasir yang dicampurkan. Lalu setelah pasir dimasukkan, campuran diaduk dan didiamkan. Yang terbentuk berdasarkan pengamatan adalah endapan pasir dibagian bawah dan air ada dibagian atas. Pasir dapat mengendap karena adanya perbedaan massa jenis, dalam hal ini massa jenis pasir lebih besar dibandingkan massa jenis air. Pada percobaan ini digunakan pula alat batang pengaduk yang digunakan untuk mengaduk campuran. Dari proses ini, dapat diketahui bahwa dekantasi adalah untuk memisahkan zat padat yang tidak larut dalam zat cair. Dalam hal ini untuk memisahkan pasir dari air.
Pada percobaan selanjutnya, dilakukan rekristalisasi CuSO4.5H2O dilarutkan
kedalam aquades sehingga terbentuk campuran homogen yang tidak bisa dipisah secara mekanis. Sehingga untuk memisahkan CuSO4.5H2O dengan aquades
Selanjutnya adalah proses pemurnian naftalena yang telah tercemar oleh garam. Naftalena jika dalam bentuk cair dapat menguap, dan juga dalam bentuk padat dapat menyublim. Dalam percobaan ini, garam dan naftalena diletakkan dalam cawan penguap, lalu ditutup dengan kertas saring yang dilubangi kecil-kecil, dan ditutup dengan corong kaca yang telah diletakkan terbalik dengan ujung corong disumbang dengan kertas. Kertas saring yang digunakan untuk menutup cawan penguap dilubangi kecil-kecil agar memberi jalan bagi uap naftalen keluar naik keatas corong. Ujung corong kaca disumbat dengan kertas, agar uap dari naftalena tidak keluar dari corong, sehingga uap tertahan dan melekat di corong, lalu saat dingin dapat berubah kembali menjadi padatan. Proses ini dilakukan untuk memurnikan naftalen yang telah tercemar oleh garam. Metode sublimasi dipilih karena dalam bentuk padatan, naftalen dapat menyublim dan dapat pula kembali ke betuk asalnya. Pada saat praktikum, ditemukan bahwa uap naftalena yang menempel di corong kaca berubah menjadi kristal-kristal putih yang merupakan naftalena itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena naftalena memiliki titik didih lebih rendah daripada garam, sehingga dapat menguap terlebih dahulu. Dengan cara itu, naftalena dapat dipisahkan dari garam.
Selanjutnya ada percobaan adsorbsi. Pada percobaan ini, norit yang telah digerus diletakkan ke dalam kertas saring dan corong kaca. Lalu digunakan untuk menyaring sirup. Setelah dilakukan penyaringan, diperoleh warna filtrat yang lebih muda. Hal ini dikarenakan sifat dari norit yang merupakan karbon yang dapat menyerap zat warna sehingga dengan cara ini dapat dipisahkan antara zat warna dan sirup.
partikel yang lebih besar dibandingkan pori kertas saring, maka kapur tertahan di kertas saring.
Lalu yang terakhir adalah ekstraksi, dimana minyak dan air dimasukkan ke dalam corong pisah. Saat dikocok dan didiamkan, terbentuk dua fase dimana air berada di bagian bawah dan minyak berada di bagian atas. Ini terjadi karena air memiliki massa jenis yang lebih besar dibandingkan minyak. Saat diamati, minyak tidak bercampur denga air karena air bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar sehingga air dan minyak tidak menyatu.
Adapun fungsi beberapa perlakuan dengan praktikum ini:
 Pegadukan, untuk mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut agar menjadi suatu campuran
 Pengocokan, pada ekstraksi untuk mencampurkan minyak dan air
 Mendiamkan campuran setelahdiaduk saat dekantasi adalah utnuk
menunggu zat terlarut pada campuran menegendap
 Pemanasan pada percobaan rekristalisasi adalah untuk menguapkan air yang ada
 Penyaringan pada filtrasi berguna untuk menyaring padatan yang ada pada larutan
 Pemanasan yang dilakukan pada percobaan sublimasi digunkaan untuk memisahkan campuran garam dan naftalena.
Fungsi bahan-bahan ada percobaan ini adalah:
 Garam dapur digunakan untuk percobaan sublimasi. Garam dapur dipilih
karena untuk menguji antara naftalena dan garam, bahan apa yang dapat
meyublim
 CuSO4.5H2O digunakan pada proses rekristalisasi, sebab bahan ini dapat bercampur secara homogen dengan air dan dapat mengkristal kembali
setelah dipanaskan.
 Sirup digunakan pada percobaan adsorpsi karena ingin dipisahkan dengan
 Air dan minyak digunakan pada percobaan ekstraksi. Sebab minyak dan air tidak dapat menyatu sehingga dapat dipisahkan dengan mudah
menggunakan corong pisah.
Fungsi alat-alat pada percobaan ini:
 Spatula digunakan untuk mengambil bahan padatan yaitu CuSO4.5H2O, serbuk kapur tulis dan bahan bahan lain yang digunakan
 Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk campuran pasir dan air
 Gelas beker berfungsi untuk menampung filtrat saat filtrasi, adsorbsi dan untuk wadah mencampur air dan pasir
 Hot plate digunakan untuuk memanaskan larutan CuSO4.5H2O dan juga untuk pemanasan saat sublimasi
 Cawan penguap digunakan untuk wadah naftalena dan garam
 Corong kaca digunakan untuk menyaring saat filtrasi, adsorbsi untuk menutup cawan penguap pada sublimasi
 Lumpang dan alu digunakan untuk menghaluskan norit dan kapur tulis
 Penjepit tabung reaksi digunakan untuk membantu mengangkat gelas beker
saat dianaskan di hot plate
 Tabung reaksi digunakan untuk menampung hasil penyaringan antara air
dan kapur tulis
 Corong pisah digunakan untuk memisahkan air dan minyak pada saat ekstraksi
Aplikasi proses pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari-hari
adalah:
 Pembuatan garam (kristalisasi)
 Proses terjadinya asam (sublimasi)
 Penjernihan air menggunakan tawas ( dekantasi)
 Pembuatan gula (kristalisasi)
 Pembutan minyak kayu putih (penyulingan)
 Pada sublimasi ujung corong tidak ditutup dengan rapat sehingga uap dari naftalena menyebar
 Pada saat adsorbsi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada sirup yang tidak tersaring melalui norit, tetapi tembus melalui bagian
samping kertas saring
 Pada saat filtrasi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada bagian kapur tulis yang masih ikut bersama dengan filtrat setelah disaring
Perbedaan adsorbsi dengan absorbsi adalah terletak di penyerapannya.
Adsorbsi didefinisikan sebagai penyerapan partikel dipermukaan zat, sedangkan
absorbsi merupakan penyerapan partikel sampai kebawah permukaan zat. Pada
perbedaan kristalisasi dan rekristalisasi terletak pada tujuannya. Kristalisasi
bertujuan untuk memurnikan zat dengan pelarut, dan kemudian dilanjutkan dengan
pengendapan. Sedangkan rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari
campuran atau pengotor dengan cara mengkristalkan kembali setelah dilarutan
dengan pelarut yang cocok.
Prinsip-prinsip percobaan ini adalah:
 Rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan pencemarnya
 Filtrasi adalah perbedaan ukuran partikel dari suatu zat dengan zat yang ingin dipisahkan
 Adsorbsi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap zat yang ingin dipisahkan
 Ekstraksi adalah berdasarkan kemampuan zat untuk terlarut dengan suatu pelarut
 Dekantasi adalah perbedaan kelarutan zat dengan zat yang ingin
dipisahkan
Struktur Naftalena
H H
C C
H C C C H
H C C C H
C C
H H
Struktur Air
O
H
H
Struktur Minyak Goreng O
CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3
O
CH O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3
O
BAB 5 PENUTUP
5.1Kesimpulan
 Setelah disaring dengan kertas saring yang dilapisi dengan norit, warna sirup menjadi warna kuning kecoklatan, ini disebabkan karena partikel norit terlalu
kecil dan juga norit merupakan zat karbonaktif yang berfungsi untuk menyerap
zat yaitu sirup
 Hasil yang didapatkan dalam proses sublimasi yang menggunakan daram dapur
dan naftalena adalah naftalena lebih cepat menyublim dibandingkan dengan
garam, sehingga didapatkan kristal-kristal naftalena yang menempel pada
kertas saring
 Hasil yang didapat pada percobaaan pemisahan dan pemurnian dengan metode
dekantasi adalah terdapat endapan dan air menjadi keruh
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Bandung: Bumi Aksara. Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa Aksara. Klienfleiter, Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
PERCOBAAN 2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NAMA NIM
Fauziah Astari 1407035007
Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056
Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021
Safridah Hannum Nasution 1407035018
Samarinda, 6 Desember 2014 Mengetahui,
Dosen pengajar, Asisten Praktikum
Dr. Rudi Kartika, M.Si Bayu Iskandar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari larutan. Banyak
sekali makanan maupun minuman yang kita konsumsi merupakan sebuah larutan.
Dalam ilmu kimia, larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia
terjadi dalam bentuk larutan. Contoh yang sederhana dari larutan dalam kehidupan
sederhana adalah pada saat kita mencampurkan gula dengan air, maka campuran
tersebut disebut larutan.
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat
ataupun lebih yang terdispersi menjadi molekul maupun ion-ion yang komposisinya
bervariasi. Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut
komponen-komponn penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi.
Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut dengan pelarut atau
solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat
terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute
yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam
beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas, dan sebagainnya.
Larutan terbagi dua, yaitu larutan homogen dan larutan heterogen. Larutan
homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih dalam fase
yang sama. Larutan heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan
ataupun lebih dalam fase yang berbeda.dalam pembuatan larutan, harus dilakukan
seteliti mungkin dan menggunakan perhiutngan yang tepat sehingga hasil yang
didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu percobaan tentang pembuatan larutan ini dilakukan yang
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan NaOH dengan menggunakan
larutan HCl, bagaimana cara dalam pengenceran suatu larutan yang pekat,
mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan melalui
bagaimana cara membuat larutan dengan konsentrasi sesuai yang diperlukan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, melalui percobaan ini
dapat juga diketahui apakah dala proses percampuran tersebut terjadi reaksi
endoterm ataupun eksoterm. Sehingga dengan ketetapan dasar itu kita dapat
mengaplikasikannya di laboratorium kimia maupun di kehidupan sehari-hari. 1.2 Tujuan Percobaan
- Menentukan konsentrasi NaOH setelah dilakukan titrasi
- Mengetahui reaksi yang terjadi pada larutan NaOH
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdipersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelrut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam
dimana solute terlarut (Gunawan, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain
air yang berfungsi sebagai adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak,
asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Larutan
gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas
bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen.
Larutan cair dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu cairan.
Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan
adalah padatan-padatan dalam dimana satu komponen terdistribusi tak beraturan
pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri, 1999).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur
tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh.
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih
banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur
tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh (Syukri, 1999).
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam
jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu
zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan.
Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, yaitu larutan biner.
Contoh larutan biner
Zat terlarut Pelarut Contoh
Gas Gas Udara, semua campuran
gas
Gas Cair Karbon dioksida dalam
air
Gas Padat Hydrogen dalam platina
Cair Cair Alcohol dalam air
Cair Padat Raksa dalam tembaga
Padat Padat Perak dalam platina
Padat Cair Garam dalam air
Faktor-faktor yang memperngaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut,
efek ion sejenis, efek ion berlainan, plt, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain
(Khokar, 1990).
Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya ketika kita ingin membuat teh manis. Kita menambahkan gula ke dalam air
dan kemudian tambahkan teh serta mengaduknya. Ternyata air teh tersebut masih
terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi air ke dalamnya. Sehingga air teh
yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih encer dan rasa
manisnya sedang. Itu semua adalah kegiatan dalam pembuatan larutan.
Mencampurkan air , teh dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan
campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam teh yang manis
dinamakan pengenceran. Dan kekentalan atau kepekatanya disebut konsentrasi atau
molaritas. Jadi, larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, molekul atom
dari suatu zat semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat
pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih besar sedangkan, senyawa
dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat terlarut (Gunawan, 2004).
Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut
dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari larutan garam bertambah seiring
bertambahnya jumlah partikel garam yang larut. Demikian pula rasa manis dari
larutan gula akan bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel gula yang larut.
Namun demikian, ada beberapa sifat larutan yang hanya bergantung pada jumlah
partikel zat terlarut. Ke dalam dua wadah yang masing-masing berisi 1 L air
ditambahkan gula ke wadah yang satu dan garam ke wadah yang lainnya jumlah
partikel yang sama. Hasil pengukuran dari masing-masing larutan menunjukkan
bahwa kedua larutan tersebut ternyata memiliki nilai penurunan tekanan uap,
kenaikkan titik didih, dan penurunan titik beku yang sama relatif terhadap pelarut
air. Pengukuran dengan osmometer menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut
yaitu larutan garam dan gula terseut yaitu larutan garam dan gula tersebut juga
mempunyai tekanan osmosis yang sama. Sifat larutan yaitu penurunan tekanan uap
(△P), kenaikan titik didih (△Pb), penurunan titik bekiu (△Tf), dan tekanan osmotik
(π) yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarutnya dikelompokkan
bersama dan disebut sebagai sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah
sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis
zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yanng bergantung pada
jumlah partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan dibedakan untuk larutan
elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dikarenakan kemampuan elektrolit unutk n
bergantung terlarutnya menjadi lebih besar (Achmad, 2001).
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur,campuran yang terjadi
jadi 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar,dispersi koloid, dan larutan sejati. Dua
jenis campuaran pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan secara mekanis.
Atas dasar ini laruran campuran didefinisikan sebagai campuran homogen antara
du zat atau lebih. Keadaan fisika larutan dapat berupa gas, cair, dan padat dengan
perbandingan yan berubah-ubah pada jarak yang luas. Ada dua komponen yang
penting dalam suatu larutan yiatu pelarut dan zat pelarut yang dilarutkan dalam
mengunakan aiarsebagai pelarut dinamakan larutan dalam cair. Larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika
jumlah zat terlarut sedikit larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas
sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan gas, karena
molekul-molekul gas yang berpisah jauh, molekul-molekul-molekul-molekul dalam capuran berbaur secara
acak, semua gas adalah larutan (karyadi, 1994).
Kenormalan (N) dalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter satuan
larutan. Ekivalen zat dalam larutam bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat
itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekivalen suatu
zat ada hubunganya dengan molarnya, dan hubngan itu bergantung pada jenis
reaksi, apakah asam-basa, atau redoks. Dalam reaksi ini asam basa, ekuivalen asam
dan basa bergantug pada jumlah H+ dan OH- yang dilepaskan (Syukri. 1999) Larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent) (Mulyono, 2006).
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya (Mulyono,2006).
Jenis Larutan Zat Penyusun
1. Larutan gas Campuran antara gas atau antara uap
(dalam semua perbandingan)
2. Larutan cair Contoh :”udara” dengan N2 sebagai
pelarut. Zat padat, zat cair, atau gas melarut ke dalam pelarut cair.
3. Larutan Padat
a.Zat terlarut dalam zat padat
b.Zat cair terlarut dalam zat padat
Gas H2 dalam logam paladium, gas N2
dalam titanium.
c.Zat padat terlarut dalam zat padat
(disebut aliasi)
kuningan); karbon dalam besi (disebut baja); timah dalam tembaga (disebut perunggu) dan sebagainya
Table 2.1 Jenis-jenis Larutan
Selain itu, masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap larutan. Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan, dikenal larutan biner (tersusun dari 2 jenis zat); larutan terner (tersusun dari 3 jenis zat penyusun);larutan kuarterner (4 jenis zat penyusun); dst (Mulyono,2006).
Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan nonelektrolit (larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan zat melarut ke dalam sejumlah pelarut tertentu dikenal :
1. Larutan tak-jenuh (unsaturated-solution); larutan yang masih dapat melarutkan
sejumlah zat terlarutnya/
2. Larutan jenuh (saturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah maksimal pada suhu tertentu.
3. Larutan lewat-jenuh (supersaturated-solution); adalah larutan yang
mengandung zat terlarut melebihi jumlah maksimalnya.
Larutan terkahir ini dpat terjadi pada zat padat yang kelarutannya sangat tinggi terutama pada garam berair kristal tinggi seperti Na2CO3.10H2O,
Na2S2O3.5H2O atau karena penurunan suhu yang cepat. Larutan lewat jenuh yang
tejadi akibat penurunan suhu bersifat kurang/tidak stabil (misalnya oleh guncangan) dan mudah berubah dengan membentuk larutan jenuhnya kembali sedangkan kelebihan zat terlarutnya muncul sebagai kristal zat semula (Mulyono,2006).
Apabila dibandingkan dengan suspensi, dpat dilihat dari ukuran partikel, maka larutan adalah kebalikan dari suspensi. dalam suatu larutan, semua partikel- baikdari zat terlarut maupun pelarut memiliki ukuran sebesar molekul atauion-ion. Partikel ini tersebar secara merata (Keenan,1992).
2.2 Macam-macam Larutan
Larutan yang paling umum ditemukan terdiri dari suatu zat terlarut yang dilarutkan dalam cairan sehingga perhatian kita akan dipusatkan pada larutan macam ini. larutan cairan dapat dibuat dengan cara melarutkan zat padat dlam suatu cairan (misalnya NaCl dalam air), cairan dalam cairan (misalnya etilena-glikol dalam air-suatu larutan antibeku) atau gas dala cairan (misalnya minuman ringan berkaronat yang mengandung CO2 terlarut) (Keenan,1992).
Selain itu ada juga kemungkinan untuk mendapatkan larutan dari gas dengan gas, seperti atmosfer yang menyelimuti bumi dan larutan dari zat padat, yang dibentuk apabila suatu zat dilarutkan dalam zat padat. Larutan zat padat dari logam-logam ada dua maam. Larutan zat padat substitusional terbentuk apabila atom-atom, molekul-molekul atau ion-ion suatu zat akan mengambil tempat partikel-partikel suatu zat lain dalam kisi kristalnya (Keenan,1992).
Larutan zat padat interstisial dibentuk dengan menempatkan atom-atom satu macam zat ke dalam ruangan yang terdapat antara atom-atom pada kisi kristal. Tungsten karbida (Wolfram Carbide, WC). Suatu zat yang sangat keras yang digunakan untuk memeotong alat-alat baja untuk membuat mesin-mesin adalah contoh dari lari=utan zat pada interstisial (Keenan,1992).
2.3 Elektrolit dan Nonelektrolit
Semua zat terlarut yang larut dalam air temasuk ke dalam salah satu dari dua golgongan berikut, elektrolit dan noneletrolit. Elektrolia adalah suatu zat, yang eletrolit. Elektrolia adalah suatu zat, yang ketika didalrutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang dapat megnhantarkan arus listrik. Nonelektrolit tidak menghantarkan arus listrikketika dilarutkan dalam air (Chang,2004).
Dengan membandingkan cahayagkan cahaya bola lampu pija dari zat-zat terlarut dengan jumlah molar yang sama dapat membantu kita untukmembedakan antara elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Ciri elektrolit kuat adalah apabila zat terlarut dianggap telah 100 persen terdisosiasi menjadi ion-ionnya dalam larutan. Disosiasi adalah penguraian senyawa menjadi kation dan anion (Chang,2004)
ositif (Atom H) dan ujung negative (atom O) atau “kutub” psotitif dan negatfgatf; karena itulah air sering dianggap sebagai pelarut polar. Ketika senyawa ionic seperti NaCl larut dalam air, jaringan tiga dimensi dari ion-ion padatan akan rusak, dan ino-ion Na= dan Cl- tepisahkan satu sama lain. Dalam larutam, setiap ion Na+
dikelilingi oleh sejulmah molekul air yang mengarahkan ujung negatifnya (Chang,2004).
2.4 Dasar Titrimetri
Titrimetri atau volumetric adalah analisis jumlah berdasarkan pangukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu (Peniter/titran/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut titrasi/peniteran; yaitu larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam lrutan contoh, sampai tejadi titik-setara (stoikiometri) yaitu saat diwaktu jumlah at yang dititer setara dengan jumlah peniter (Chon,1982). Dibandingkan dengan cara gravimetri, cara titrimetri ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
1. Pelaksanaannys lebih sederhana,cepat, dan kemungkinan kesalahan kecil
2. Penggunaan contoh dan pereaksi lebih hemat (Chon,1982).
Pada ttrasi, lartan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standar
atau larutan baku. Reaksi umum dalam titrasi adalah :
aA + Bb hasil reaksi
Dengan A adalah zat penitrasi/titran dan B adalah zat yang dititrasi, dan a serta b adalah jumlah mol dari masing-masing zat (Gumilar,1993).
Penetapan secara titrimetric meliputi : 1. Asidimetri dan Alkalimetri
2. Permanganometri
3. Iodometri dan iodimetri
4. Argentometri
5. Kompleksometri
Dari setiap penetapan, memiliki cara dan metode yang berbeda-beda dalam analisanya (Gumilar,1993).
Pada penetapan secara asidimetri dan alkalimetri dipakai larutan asam dan
larutan basa. Bila ditentukan berapa mL larutan asam yang titarnya dikethui,
diperlukan untuk menetralkan suatu larutan basa yang titarnya atau kadarnya dicari,
maka pekerjaan tersebut dinamakan titrasi secara asidimetri (Gumilar,1993).
Sebaliknya, penitaran dengan memakai basa yang titarnya diketahui untuk
menetapkan titar suatu asam, maka disebut alkalimetri. Raksi dasar diatas
(Arrhenius) disebut asam bila zat itu dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+ dan
basa bila menghasilkan ion OH- (Gumilar,1993).
Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa aadalah netralisasi/penetralan, yaitu
reaksi asam dan basa, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti
berikut :
H+ + OH- H2O
Bila kita mengukur berapa mL larutan asam bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yng kadar atau titernya beum diketahui, maka pekerjaan itu disebut :Asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut : Alkalimetri (Chon,1872).
2.6 Pemilihan Indikator
Pemilihan indikator merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam titrasi secara asidimetri dan alkalimetri. Penggunaan suat aindikator yang tepat dan benar dapat menentukan hasilnya. Indikator akan berubah warnanya secara beraturan sehingga diperoleh jarak/daerah eprubahn warna antara pH rendah sampai pH tinggi (Gumilar,1993).
Beberapa titrasi asam-basa serta indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:
Zat yang dititrasi Peniter Ph titik setara Indikator yang digunakan
Asam kuat Bas akuat 7 SM,MM,PP
Basa kuat Asam kuat 7 SM,MM,PP
Asam lemah
Basa lemah
(Kb=10-6) Asam kuat <7 (5-6) MM,SM
Garam asam,
lemah sekali Asam kuat 4-5 SM
Garam basa,
lemah sekali Asam kuat 9-10 PP
Tabel 2.2 titrasi Asam-basa dan indikator yang digunakan
Sedangkan untuk pH di titik setara, memiliki indikator yang benbeda pula. Beberapa indikator yang biasa digunakan untuk titrasi asam-basa adalah sebagai berikut :
Penunjuk Warna larutan Jarak perubahan pH
Asam Basa
Sindur Metil (SM) Merah Sindur 3,1 – 4,4
Merah metil (MM) Merah Kuning 4,2 – 6,2
Lakmus (L) Merah Biru 5,0 – 8,0
Merah Netral (MN) Merah Kuning 6,8 – 8,0 Phenolphjhalein(PP) Tak berwarna Merah 8,2 – 10,0 Thymolphthalein
(TP) Tak berwarna Biru 9,3 – 10,5
Tabel 2.3 Beberapa indikator untuk titrasi asam-basa
(Chon,1982) 2.7 Larutan Baku (Standard Solution)
Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku primer (primary standard solution) dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder (secondaru standard solution) (Chon,1982).
Larutan baku terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Larutan baku primer, larutan yang kepekantannya atau konsentrasinya
b. Larutan baku sekunder, adlah larutan yang kepekatannya ayau konsentrasinya
dapat diketahui melalu larutan baku primer.
Syarat-syarat bahan baku :
a. Harus murni atau mudah dimurnikan
b. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis
c. Harus mantap dalam keadaan murni maupun dalam larutan
d. Harus dapat bereaksi secara stoikiometri dengan larutan yang akan
distandarisasi atau ditetapkan kadarnya
e. Bobot setara hendaknya besar, agar pengaruh kekurangan ketelitian
sewaktu penimbangan menjadi sekecil-kecilnya (Chon,1982).
2.8 Cara Pelaksanaan Titrasi
Mula-mula buret diisi dengan titran hingga tanda garis nol (jangan ada gelembung udara). Dengan menggunakan piper, larutan contoh dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer bersih dan tambahkan ke dalamnya bebrapa tetes penunjuk yang cocok. Kemudian ke dalam larutan yang berada dalam erlenmeyer teteskan sedikit larutan primer dari buret, hingga warna larutan berubah. Bila telah mendekati titik akhir titrasi, penamabahan peniter diatur lebih pelan dan pada akhirnya tetee demi tetes. Selama peniteran, kran buret dipegang dengan tangan kiri sedangkan labu erlenmeyer berisi larutan contoh dipegang denan tangan kanan sambil digoyaqng-goyangkan, agar larutn bercampur dan bereaksi dengan baik secara sempurna (Chon,1982).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat
- Neraca Analitik
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Gelas kimia
- Corong kaca
- Spatula
- Batang pengaduk
- Botol reagen
- Labu Erlenmeyer
- Buret
- Botol semprot
- Gelas ukur
- Tiang statif
- Klem
- Power Supply
3.1.2 Bahan
- Aquades
- indikator PP
- Tisu
- Aluminium foil
- Padatan NaOH
- Larutan HCl 6N
3.2Prosedur Kerja
3.2 1 Pembuatan Larutan HCl
- Dimasukkan akuades sebanyak 50 mL ke dalam labu takar
- Diambil larutan HCl sebanyak 8,3 mL
- Ditambahkan aquades sampai batas tera
- Ditutup dan dihomogenkan
- Dihitung molaritasnya 3.2.2 Pembuatan Larutan NaOH
- Diambil 2,15 gr NaOH
- Ditambahkan 25 mL
- Dihomogenkan dengan cara diaduk
- Dipindahkan ke labu takar 50 mL
- Ditambahkan aquades lagi hingga tanda terra
- Dihomogenkan
3.3.3 Standarisasi NaOH
- Diambil 10 mL larutan HCl
- Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
- Ditambahkan indicator PP sebanyak 2 tetes
- Dititrasi menggunakan NaOH
- Diamati warnanya sampai berubah
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
- Konsentrasi HCl 1 M
1. Pembuatan Larutan HCl
-Dimasukkan aquades sebanyak
50 mL ke dalam labu takar
-Diambil larutan HCl sebanyak
8,3 mL
-Ditambahkan aquades sampai
batas tera
-Ditutup dan dihomogenkan
- Aquades berwarna bening
2. Pembuatan Larutan NaOH
- Diambil NaOH dan ditimbang
sebesar 2,15 gr
- Dipindahkan ke dalam gelas
kimia dan ditambahkan 25 mL
akuades
- Dihomogenkan dengan cara
mengaduk
- Ditambahkan aquades hingga
batas tera, lalu dihomogenkan.
3. Standarisasi NaOH
- Diambil 10 mL larutan HCl
- Dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer dan ditambahkan
indikator PP sebanyak 2 tetes
- Dititrasi HCL menggunakan
NaOH sampai warnanya berubah
menjadi merah lembayung
4.2 Reaksi
4.2.1 Larutan HCl
HCl + H2O H+ + Cl- + H2O
4.2.2 Larutan NaOH
- Larutan HCl berwarna bening
- NaOH berupa padatan putih
- Larutan NaOH bereaksi dengan
akuades dan bersifat eksoterm
- Larutan berwarna bening
- Larutan tetap berwarna bening
- Larutan berubah menjadi berwarna
merah lembayung setelah diberikan
OH OH
OH OH
NaOH + H2O Na+ + OH- + H2O
4.2.3 Standarisasi NaOH
NaOH + HCl NaCl + H2O
HCl +
NaOH +
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pembuatan Larutan HCl
- HCl 6 N
N = M x V 6N = M x 1 M= 6 M
- Pembuatan larutan HCl
V1M1 = V2M2
8,3 x 6 = 50 x M2
M2 = 1,0 M
4.3.2Pembuatan Larutan NaOH
- Pembuatan larutan HCl
M = ��
� �
= , = � , = 1,075 M
C C O O C C O O C C ONa ONa
+ 2H2O
Tidak bereaksi
- Standarisasi NaOH
V1M1 = V2M2
10 x 0,1 = 9,5 x M2
M2 = 1,05 M
4.4 Pembahasan
Larutan merupakan campuran homogen dari dua atau lebih zat yang terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan digunakan dlaam jumlah maksimum zat terlarut yang larut di dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut dapat berupa gas, cairan lain, ataupun padat. Kelarutan bervariasi, dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulut terlarut seperti perak klorida dalam air. Istilah “tak larut” (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Campuran homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan atau lebih dalam fase yang sama.campuran homogen komposisinya begitu seragam sehingga tidak dapat lagi diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Campuran hetrogen adalah campuran yang komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karen perbedaan sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antara dua xat tunggal atau lebih sehingga berbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Dan juga campuran ikatakan heterogen jika antara komponennya masih terdapat bidang batas dan seringkali dapat dibedakantanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta campuran memiliki 2 fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam.
1. Persen berat (w/w) adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gr larutan. Pesen
berat biasanya diguakan untuk menyatakn kadar komponen yang berupa zat
padat. Adapun rumus dalam penentuan persen berat adalah :
% berat= gr zat terlarutgr larutan x 100%
2. Persen volume (v/v) adalah jumlah volume (mL) zat erlarut dalam 100 mL
larutan. Persen volume biasanya digunakan untuk menyatakan kadar komponen
berupa zat cair atau gas. Adapun rumus dalam penentuan persen volume adalah:
% � = � �� � �� � � %
3. Persen berat per volume (w/v) menyatakan banyaknya gr zat terlarut dalam 100
mL larutan. Cara ini digunakan untuk menyatakan kadar zat padat dalam suat
cairan atau gas. Adalun rumus penentuan persen bobot per volume adalah :
% berat per volume = �� �� � ��
�� %
4. Molalitas adalah jumlah zat terlarut dalam 1000 gr (1kg) pelarut. Satuan molal
tidak bergantung pada suhu dan biasanya digunakan untuk menyatakan
banyaknya pertikel zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut. Rumus dari
molalitas adalah :
m = ��
�
5. Molaritas adalah banyaknya mol zat erlarut dlam satu liter larutan. Jika dalam
penggunaanya istilah molar gidunakan untuk zat-zat yan gberbentuk molekul
atau ion. Adapun rumus molaritas adalah :
M = ��
� �
6. Fraksi mol adalah jumlah mol zat erlarut terhadap jumlah mol seluruh zat
dalam larutan. Fraksi mol merupakan perbandingan mol salah satu komponen
dengan jumlah mol seluruh komponen. Bila suatu larutan mengandung zat P
dan Q dengan jumlah mol masing-masing nP dan nQ, maka rumus untuk
menentukan fraksi mol pada tiap komponen adalah :
XP =
7. PPm (part per million) adalah satuan yang digunakan pada larutan yang sangat
encer dengan satuan PPm. Satuan PPm ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam
1 liter larutan, dengan rumus :
PPm = � �� � ��
�� � %
8. Normalitas adalah jumlah gr ekivalen (grek) zat terlarut dalam satu liter larutan.
Satuan konsentrasi Normalitas sering digunakan untuk analisa volumetri,
terutama untuk reaksi asam-basa dan reduksi-oksidasi. Rumus Normalitas
adalah sebagai berikut :
N = M x a
Dari rumus tersebut keterangannya :
N : Normalitas
M : Molaritas
a : Valensi
larutan standard adalah larutan yang megnandung reagensia dengan
konsentrasi yang diketahui dlam suatu volume larutan larutan terbagi menjadi
standard primer yang dapat diketahui secara langsung konsentrsinya saat pembutan
bahan, dan jua ada standard sekunder yang harus distandarisasi terlebih dahul dngan
menggunakan standard primer.
Pada praktikum ini dilakukan pembuatn larutan HCl dan NaOH serta
standarisasi larutan NaOH. Pada praktikum petam adilakukan pembuatan laruan
HCl. Larutan HCl yang akan diencerkan memiliki konsentrasi 6N. Pertama,
dimasukkan akuades ke dalam labu ukur secukupnya. Hal ini dilakukan agar saat
HCl dimasukkan ke dalam labu ukur, langsung bercampur dengan akuades
sehingga kondisi di dalam labu ukur tidak terlaklu mengalami perubahan yang
ekstrim, karena HCl telah bercampur dengan aquades dan menjadi lebih encer.
Setelah itu, aquades dimasukkan kembali ked lam labu ukur sampai batas tera.
Batas tera merupakan skala di mana volume larutan telah sesuai dengan yang
tertulis di labu ukur. Lalu labu ukur ditutup dan dihomogenkan larutan yang ada di
dalam labu ukur. Pada pembuatan larutan HCl ini, diambil larutan HCl 6N sebanyak
menjadi konsentrasi dalam molaritas, maka diperoleh hasil 6N sama dengan 6M,
hal ini diperoleh dari rumus Normalitas :
N = M x a
Dimana a merupakan valensi yang diperoleh dari jumlah H+ dalam HCl. Jumlah H+
dalam HCl adalah 1, dilihat dari :
HCl H+ + Cl
-Setelah itu untuk mengetahui konsentrasi larutan HCl yang baru dibuat, maka dapat dipakai rumus pengenceran, yaitu :
V1M1 = V2M2
Sehingga jika data yang ada dimasukkan diperoleh hasil bahwa konsetrasi HCl yang dibuat 1M.
Pad praktikum ke dua dilakukan pembuatan larutan NaOH dari padatan NaOH. NaOH ditimbang sebesar 2,15 gram. Setelah itu NaOH dipindahkan ke gelas beker dan diberi aquades, lalu diaduk hingga larut. Pada saat pengadukan, suhu larutan menjadi pansa. Hal ini dikarenakan reaksi antara NaOH dan aquades menghasilkan reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang melepas panas ke lingkungan. Lalu, sebelum larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu ukur, labu ukur terlebih dahulu diisi dengan sedikit aquades. Hal ini dilakukan agar saat NaOH dimasukkan, langsung bercampur dengan aquades sehingga suhu NaOH menjadi turun dan tidak lagi panas. Dengan demikian, hal ini dilakukan untuk menghindarikerusakan alat akibat pengaruh suhu dari NaOH. Lalu dimasukkan aquades ke dalam labu ukur hingga tanda tera dan dihomogenkan. Dari hasil yang telah diperhitungkan, diperoleh konsentrasi dari larutan NaOH yang telah dibua. Konsentrasi NaOH dihitung dengan rumus :
M = ��
� �
Sehingga setelah setiap data dimasukkan ke dalam rumus diproleh konsentrasi
Pada praktikum ke tiga dilakukan standarisasi dari NaOH yang telah dibuat.
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan dengan pasti.
Dalam hai ini, NaOH yang telah dibuat, dihitung telah memiliki konsentrasi 1,075
M. namun, pada dasarnya, NaOH merupakan larutan yang tidak stabil. Ada
nenerapa faktor yang menyebabkan NaOH tidak stabil, slah satunya adlah sifat
higroskopis dari NaOH yang membuat bahan ini selalu mengikat air dan CO2 dari
udara. Selain itu dalam larutan encernya, NaOH mengandung pengotor Natrium
Karbonat. Bebrapa faktor di atas dapat mempengaruhi konsentrasi dari NaOH yang
telah dibuat. Untuk itulah dilakukn standariasasi. Standarisasi dilakukan dengan
cara dititrasi. Dimana NaOH dimasukkna ked lam buret dan HCl 1 M sebanyak 10
mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang kemudian dibubuhi indikator PP. Lalu
dilakukanlah proses titrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
lembayung. Ternyata, dibutuhkan 9,5 mL NaOH untuk menunjukkan perubahn
warna menjadi mrah lembayung. Dlam titrasi dikenal istilah Titik Ekivalen (TE)
dan Titik Akhir Titrasi (TAT) . TE adalah titik dimana terjadi kesetaraan mol antara
zat peniter dengan titran. Sedangakn TAT adalah titik dimana larutan kelebihan 1
tetes peniter, sehingga larutan mengalami perubahan warna. Jadi, yang dapat
diamati oleh mata saat titrasi, untuk mengidentifikasi titk setara adalah TAT, sebab
akan sulit untuk mengamati TE karena dalam TE tidak terjadi perubahan warna.
Pada saat titrasi NaOH dan HCl yang telah dilakukan, indicator PP mengalami
perubahan warna menjadi merah lembayung. Sebab, trayek pH untuk indikator PP
adalah 8,2 – 10. Berarti TAT dari tirasi ini terjadi pada pH 8,2 – 10. Konsentrasi
NaOH hasil standarisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
V1 M1 = V2M2
Setelah data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus diperoleh
konsentrasi NaOH adalah sebesar 1,05 M. Hasil ini berbeda dengan perhitungan
konsentrasi NaOH dari penimbangan. Sebab ada beberapa faktor yang
menyebabkan konsentrasi dari hasil perhitungan awal berbeda dari hasil titrasi :
1. Pada saat membuat larutan NaOH tidak digunakan aquades yang bebas CO2.
Hal ini menyebabkan CO2 dalam aquades diikat oleh NaOH membentuk
2. Sifat NaOH yang higroskopis, sehingga mengikat CO2 dan air di udara selama
proses penimbangan. Sehingga bobot yang diperoleh bukan bobot asli NaOH
melainkan bobot NaOH yang ditambahkan dengan bobot air dan CO2 yang
diikatnya.
Hal ini menyebabkan perbedaan konsentrasi antar NaOH yang dihitung langsung konsentrasinya dengan hasil titrasi.
Pada praktikum ini ada beberapa perlakuan. Setiap perlakuan memiliki fungsinya masing-masing. Beberapa perlakuan tersebut antara lain :
1. Menghomogenkan larutan dalam labu ukur. Hal ini bertujuan untuk membuat
larutan homogen, atau bercampur dengan baik sehingga komposisi larutan di
tiap bagian sama.
2. Pengadukan pada pembuatan NaOH brtujuan untuk mempercepat kelarutn
NaOH dalam aquades.
3. Pembilasan alat yang digunakan untuk membaut HCl dan NaOH bertujuan
untuk melsrutkansisa-s