• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum kimia dasar (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan praktikum kimia dasar (1)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH : RAHMAT HIDAYAT

FAKULTAS KEHUTAAN UNTAD

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biasanya zat murni telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang bergantung pada jenis komponen yang tergantung didalamnya.

Zat murni ada dua yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran merupakan gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarangan.Zat murni yang telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair, atau padatan. Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam bentuk campuran.Contohnya, air laut terdiri dari iar dan berbagai zat yang tercampur didalamnya, misalnya garam.Tanah terdiri dari berbagai senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair, atau gas.Udara yang kita hirup setiap hari mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa, seperti oksigen, nitrogen, uap air, karbon monoksida, dan sebagainya.

Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari bahan-bahan pencemar atau pencampuran lainnya pada suatu campuran dengan sistem pemisahan dan pemurnian.

Banyak cara atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran. Hal tersebut bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya, seperti pemisahan pemisahan zat padat dari suspensi, pemisahan zat padat dari larutan, pemisahan campuran zat cair, pemisahan campuran dua jenis padatan.

(2)

1.2 Tujuan Percobaan

 Untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur

 Untuk mengetahui zat murni yang dihasilkan lewat proses dekantasi

 Untuk mempelajari perubahan apa saja yang terjadi pada dua zat atu au

lebih yang telah dipisahkan

 Mempelajari jenis-jenis pemisahan dan pemurnian

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan heterogen (Ralph H Ptrucci,1996)

(3)

Sedangkan senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia tersebut. Contohnya dihidrogen monoksida (air,H2O) adalah sebuah

senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen. Contoh-contoh dari larutan dan unsur adalah larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Contoh unsur adalah hidrogen, dilambangkan dengan (H), termasuk kedalam kategori gas. Campuran merupakan suatu materi yang dibuat dari penggabungan dua zat berlainan atau lebih menjadi satu zat fisik.Tiap zat dalam campuran ini tetap mempertahankan sifat-sifat aslinya. Sifat-sifat asli campuran :

- Campuran terbentuk tanpa melalui reaksi kimia. - mempunyai sifat zat asalnya

- Terdiri dari dua jenis zat tunggal atau lebih. - Komposisinya tidak tetap.

Campuran terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen.

(4)

tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta campuran memiliki dua fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam (Ralph H.Petrucci,1987)

Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan.Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair , misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari yang porinya besar sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semi permiabel. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi permiabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Syukri S,1999)

Karena perbedaan keadaan agregasi (bentuk penampilan materi) sangat mempengaruhi metode pemisahan dan pemurnian yang diperlukan, maka diadakan pembedaan :

a. Memisahkan zat padat dari suspensi

Suspensi adalah sistem yang didalamnya mengandung partikel sangat kecil (padat), setengah padat, atau cairan tersebutr secara kurang lebih seragam dalam medium cair.Suatu suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan (filtrasi) dan sentrifugasi.

- Penyaringan (filtrasi)

Operasi ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya, sasarannya adalah agar endapan dan medium penyaring secara kuantitatif bebas dari larutan. Media yang digunakan untuk penyaring adalah:

- kertas saring

- penyaring asbes murni atau platinum

- lempeng berpori yang terbuat dari kaca bertahanan misalnya pyrex dari silika atau porselin.

- Sentrifugasi (pemusingan)

(5)

sentrifugal beberapa kali lebih besar daripada gorsa berat, digunakan untuk mengendapkan partikel tersuspensi.

b. Memisahkan zat padat dari larutan

Zat terlarut padat tidak dapat dipisahkan dari larutannya dengan penyaringan dan pemusingan (sentrifugasi).Zat padat terlarut dapat dipisahkan melalui penguapan atau kristalisasi.

- Penguapan

Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya meninggalkan zat terlarut.Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya.

- Kristalisasi

Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal.Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan.Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan lebih dahulu dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan yang lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.

- Rekristalisasi

Teknik pemisahan dengan rekristalisasi (pengkristalan kembali) berdasarkan perbedaan titik beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar, dan sebaiknya komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. c. Memisahkan campuran zat cair

Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui distilasi.Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan dekantasi dan corong pisah.

- Distilasi

(6)

menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen demi komponen secara bertahap.Pengmbunan terjadi dengan mengalirkan uap ketabung pendingin.

- Dekantasi (pengendapan)

Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan pada massa jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap, contohnya air dan pasir. selain itu zat terlarut (yang akan dipisahkan) diproses diubah menjadi bentuk yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan endapan: - suhu

- ph

- efek garam - kompleksasi

- derajat supersaturasi - sifat pelarut

(Husein H. Bahti,1998)

- Corong Pisah

Untuk pelarut-pelarut yang lebih ringan dari air, dapat digunakan corong pemisah yang dimodifikasi, yang dirancang untuk menyederhanakan penyingkiran fase yang lebih ringan.Setelah keadaan seimbang, lapisan yang lebih ringan dan lapisan air, didesak keatas dengan memasukkan merkurium melalui kran pada dasar bulatan corong, dengan bantuan sebuah bola pembantu pengatur permulaan merkurium.

- Ekstraksi

(7)

Diantara berbagai metode pemisahan, ekstraksi merupakan metode yang paling baik dan paling popular, alasan utamanya karena metode ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Pemisah tidak memerlukan alat khusus atau canggih, melainkan hanya memerlukan corong pisah.Pemisahan yang dilakukan sangat sederhana, bersih, cepat dan mudah.

- Sublimasi

Sublimasi adalah dimana suatu padatan diuapkan tanpa melalui peleburan dan hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya, langsung kembali dalam keadaan padat.

Syarat sublimasi :

- Padatan akan menyublin bila tekanan uapnya mencapai tekanan atmosfer di bawah titk lelehnya.

- Secara teoritis setiap zat yang dapat didestilasikan tanpa terurai, dapat di sublimasikan pada suhu dan tekanan yang cocok

(Syukri S,1999)

Senyawa-senyawa adalah zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana.Jumlah senyawa jauh lebih banyak dari jumlah unsur.Pada tahun 1799, seorang ilmuwan Perancis bernama Joseph Lovis Proust (1754-1826) menemukan suatu sifat yang terpenting dalam senyawa yaitu yang disebut hukum perbandingan tetap. Proust menyimpulkan bahwa pwebandingan massa unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sifat senyawa sebagai berikut :

a. Tergolong zat tunggal

b. Dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana

c. Terbentuk dari dua unsur jenis zat atau lebih zat dengan perbandingan tertentu

d. Mempunyai sifat tertentu dan berbeda dari sifat unsur penyusun

(8)
(9)

BAB 3

 Dimasukkan 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia  Ditambahkan aquades

 Dihomogenkan lalu diamati

3.2.2 Filtrasi

 Dimasukkan1 sendok kapur tulis ke dalam gelas kimia sebanyak  Ditambahkan aquades

 Dihomogenkan

 Disaring kedalam erlenmeyer lalu diamati

(10)

 Diambil CuSO4.5H2O

 Ditambah aquades

 Dipanaskan sampai kering lalu diamati

3.2.4 Sublimasi

 Diambil garam dan naftalena ke dalam cawan

 Ditutup dengan corong kaca yang sudah dilapisi kertas saring  Dipanaskan, lalu diamati

3.2.5 Ekstraksi

 Diambil aquades

 Dimasukkan ke dalam corong pisah  Ditambah minyak secukupnya  Dikocok corong pisah

 Diamati fase yang terbentuk

3.2.6 Kristalisasi

 Ditambahkan garam secukupnya  Dilarutkan dengan aquades

(11)

BAB 4

 Dimasukkan 1 sendok kapur tulis  Ditambahkan aquades

 Setelah disaring menggunakan

kertas saring dan air campuran

 Dimasukkan 1 sendok pasir ke

dalam gelas kimia

 camnpuran didiamkan beberapa waktu sehingga menghasilkan endapan

 karena massa pasir berada lebih

besar daripada air maka pasir berada diatas

 campuran pasir dan aquades

(12)

4. Sublimasi :

(13)

Struktur minyak (trigliserida)

4.2.3 Naftalena

4.2.4 NaCl + H2O NaOH⁻+ HCl+

4.3 Pembahasan

Pada prinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.

Teknik pemisahan atau pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar dapt dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

- Penyaringan, adalah proses pemisahan yang didasari pada perbedaan ukuran partikel

- Rekristalisasi adalah proses keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristal kembali

- Sublimasi adalah proses pemisahan dan pemurnian zat yang dapat menyublim dari suatu partikel atau zat yang tercampur

- Ekstraksi adalah proses pemurnian zat bercampur dengan menggunakan sifat kepolaran suatu zat yang menggunakan corong pisah

- Kristalisasi adalah proses yang membentuk kristal padat, baik gas, cairan atau molekul

- Rekristalisasi adalah proses pemisahan benda padat berbentuk kristalin - Filtrasi adalah proses sustansi/zat yang telah melewati penyaringan Yang dimaksud dengan :

- Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih zat. - Unsur adalah zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih

kecil

- Campuran adalah campuran suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat yang masih mempunyai sifat-sifat zat asalnya

(14)

- Campuran heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih dalam fase yang berbeda

Membahas hasil percobaan :

- Proses pemisahan campuran pasir dan air dilakukan dengan dekantasi. Pasir dilarutkan ke dalam air kemudian dibiarkan hingga pasir mengendap karena massa jenis pasir lebih berat dari air

- Proses filtrasi pemisahan suspensi kapur tulis dalam air dilakukan dengan filtrasi (penyaringan). Kapur tulis didalam air dilakukan dengan filtrasi (penyaringan). Kapur tulis yang dihaluskan dimasukkan kedalam air dan campuran tampak keruh. Kemudian disaring dan kapur tulis tertahan pada kertas saring karena kapur memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibanding ukuran pori-pori kertas saring

- Proses pemurnian naftalena dilakukan dengan cara sublimasi. Naftalena yang tercemar oleh garam pada cawan penguap ditutup oleh kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil. Kemudian ditutup lagi dengan corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat oleh tisu. Kemudian diuapkan hingga naftalena berubah menjadi gas dan dari wujud gas langsung ke padat pada pendinginan tidak menjadi cair terlebih dahulu - Proses pemurnian minyak dan air dilakukan dengan ekstraksi air dan

minyak goreng. Kedua dimasukkan kedalam corong pisah dan terbentuk pada dua fase karena air dan minyak tidak dapat saling melarutkan. Air bersifat polar dan minyak non-polar

- Minyak dan air tidak tercampur karena massa jenis dan sifat kepolarannya berbeda. Minyak bersifat hidrofobik dan air bersifat hidrofolik

Fungsi perlakuan adalah perubahan suhu dan reaksi karena adanya dua campuran yang berbeda bergabung menjadi satu sedangkan fungsi reagen adalah perlakuan selama percobaan dimulai dari penimbangan untuk menentukan jumlah berat larutan yang diperlukan dalam suatu percobaan.

(15)

molekul-molekul solven. Bila ada kesamaan misal momen dipole yang tinggi antara solven dan solut maka gaya tarik menarik yang terjadi antar solut dan solven adalah kuat. Namun, bila tidak ada kesamaan diantara keduanya maka gaya tarik akan cenderung lemah. Sehingga dengan begitu suatu senyawa polar H2O biasanya

merupakan solven yang baik untuk senyawa polar seperti alkohol, akan tetapi merupakan solven yang buruk untuk senyawa non-polar seperti minyak goreng. Oleh karena itu senyawa air dan minyak goreng pada perlakuan ekstraksi diatas merupakan salah satu bukti penerapan prinsip ‘like dissolved like’. Jadi ‘like dissolved like’ adalah sebuah prinsip kelarutan dimana, suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang sesuai.

Aplikasi pada kehidupan sehari-hari :

- Dekantasi : a. Pembuatan campuran air dan kopi b. Dalam pendulangan emas

c. Pengendapan campuran air dan pasir - Filtrasi : a. Pembuatan jus mangga

b. Penyaringan santan untuk masakan c. Penyaringan campuran air dan santan - Ekstraksi : a. Pemisahan minyak dan alkohol

b. Pemisahan minyak dan air c. Pemisahan oli dan minyak - Kristalisasi : a. Pembuatan kristal gula

b. Pembuatan garam dari laut

c. Pengolahan air laut menjadi air tawar - Sublimasi : a. Pemisahan naftalena dari pengotornya

b. Penguapan bahan pengawet dari pewangi padatan c. Pemisahan iodin dari campurannya

(16)

memisahkan kedua campuran padatan tersebut dengan menguapkan dahulu zat-zat yang mempunyai titik uap paling rendah.

Struktur minyak goreng :

CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)2-(CH2)6-COOH

Struktur naftalena (CHOH8) :

Struktur air H2O :

H-O-H

Masing-masing percobaan dilakukan karena untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan.

Perlakuan yaitu tindakan yang kita lakukan pada bahan yang akan kita reaksikan, range. Manfaat masing-masing percobaan adalah kita dapat mengetahui kinerja pembuatan dan pemisahan serta pemurnian dari semua cara yang ada sehingga dalam praktikum yang lainnya kita dapat lancar melakukan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi pengadukan dan pengocokan zat yang dicampur ialah membuat kedua zat yang dicampurkan dapat bersatu. Pemanasan dilakukan bertujuan menguapkan zat yang titik didihnya lebih rendah, sehingga dapat dipisahkan zat sisa dan hasil reaksi serta didapatkan hasil berupa zat murni. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan dan memurnikan zat atau filtrat sebagai hasil-hasil dari zat-zat sisa (residu).

Dalam proses pemisahan dan pemurnian dikenal dua metode penyerapan, adsorbsi dan absorsi. Perbedaan antara adsorbsi dan absorsi adalah merupakan pemisahan dengan cara penyerapan pada seluruh bagian permukaan. Sedangkan adsorbsi merupakan proses pemisahan dan pemurnian dengan cara penyerapan yang terjadi buih pada permukaan apa saja.

Aquades dalam percobaan ini digunakan sebagai pelarut universal, sebagai penyerap warna minyak. Digunakan sebagai larutan yang bersifat polar.

Zat-zat yang digunakan dalam praktikum ini adalah zat murni. Zat murni adalah zat yang belum tercampur apapun dan pada praktikum ini ada yang disebut pelarut dan larutan yang mempengaruhi semuanya.

(17)

memperhatikan semuanya, mulai dari metode-metode, prinsip-prinsip dan yang lainnya.

Pengaplikasian percobaan ini dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu adalah proses filtrasi digunakan pada kegiatan rumah tangga yaitu untuk menyaring teh dan pembuatan tahu, proses dekantasi pada industri besar yaitu untuk pengendapan limbah yang ada. Kristalisasi digunakan untuk penjernihan air dengan kaporit karena pada proses ini menggunakan prinsip adsorbsi dan absorsi serta penjernihan minyak. Sublimasi yaitu proses penyubliman dimana pada proses ini terjadi pada kapur barus, iodium dan belerang yang menyublim ketika dibiarkan pada suatu ruangan dengan sinar panas. Kapur barus digunakan untuk menghilangkan bau pada pakaian. Aplikasi-aplikasi diatas dapat kita temukan pada kehidupan sehari-hari.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Berdasarkan percobaan yang dilakukan, zat murni yang dihasilkan lewat dekantasi adalah endapan pasir yang telah bebas dari kotoran

 Setelah melakukan percobaan, kita dapat memisahkan dua zat atau lebih

yang bercampur dengan metode dekantasi, filtrasi, kristalisasi, rekristalisasi, sublimasi, dan ekstraksi

 Pada saat ekstraksi minyak goreng dengan aquades , warna minyak goreng

tidak lagi kuning cerah karena partikel air ikut larut dalam minyak. Begitu pula yang terjadi pada air, warna air menjadi keruh karena ada partikel minyak yang ikut larut dalam air

 Ada bermacam-macam jenis pemisahan dan pemurnian. Misalnya,

(18)

5.2. Saran

Bagi praktikum selanjutnya dapat menggunakan tekhnik yang lain-lain selain yang dipercobakan, seperti pemusingan (sentrifugal) agar didapat hasil yang berbeda dan lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Petrucci, Ralph H.1996.Kimia Dasar Jilid 1.Jakarta:Erlangga Petrucci, Ralph H.1987.Kimia Dasar Jilid 1.Jakarta:Erlangga S,Syukri.1999.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB

S,Syukri.1991.Kimia Dasar 1.Bandung:ITB

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainnya. Molaritas yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute dalam 1 liter larutan.

(20)

lainnya lagi. Misalnya larutan gula dengan air dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya, hal ini terjadi karena larutan sudah tercampur secara homogen. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi titak dapat dengan yang diinginkan untuk itu diperlukan praktikun dan pada praktikum kali ini akan dilaksanakan pembuatan larutan dan standarisasinya. Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang di dapatkan sesuai dengan yang diharapkan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan pembuatan larutan ini untuk membuat suatu larutan standar yang dibutuhkan dalam analisa kuantitatif suatu reagen untuk metode penelitian yang tepat, disamping pembuatan larutan ini menjelaskan bagaimana sifat dan karakter suatu larutan ini yang banya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tujuannya adalah untuk menatileen larutan yang lama kadaluarsa (tidak layak pakai) disuatu larutan.

1.2 Tujuan Percobaan

- Menghitung konsentrasi larutan dari masing-masing bahan yang digunakan(NaOH, HNO3)

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan mengenai cara pembuatan larutan sangat penting karena sebagian besar reaksi kimia terjadi melalui bentuk cairan atau larutan, terutama dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan sendiri merupakan suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut homogen jika zat-zat yang ada dalam sistem tersebut fasenya sama dan susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian atau fasenya terpisah (Baroroh,2004).

(22)

terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang dan diantara atom pelarut (Syukri S,1991).

Pada umumnya larutan berfase cair. Salah satu komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut (solven) komponen lain yang dapat dibentuk padat,cair ataupun gas, dianggap sebagai zat kedalam komponen pertama. Zat terlarut itu disebut solute. Faktor utama yang berpengaruh dalam kemampuan terjadi larutan adalah kemampuan atau gaya tarik-menarik antara partikel larutan dan pelarut yang menghasilkan bentuk partikel tertentu. Interaksi molekul-molekul pelarut dengan partikel zat terlarut dalam bentuk gugusan disebut solvasi. Jika pembentukan larutan dapat disebut sebagai proses hipotorus tahap pertama. Jarak antar molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang tampil pada larutan. Tahap ini memerlukan banyak energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Pada tahap ini disuntai dengan peningkatan entalpi dengan reaksi endoterm (penyerapan panas). Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus mengatakan hal-hal sebagai berikut:

a) Satuan yang digunakan untuk zat terlarut

b) Kuantitas jedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan c) Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi

Dalam perhitungan muncul masalah konsentrasi-konsentrasi yang menyatakan banyak solut dalam sejumlah larutan, misalkan 2 gelas air minum dan terisi air gula sama banyak (sama volume) tapi yang satu berisi gula yang lebih banyak, maka pada gelas pertama tadi memiliki konsentrasi yang lebih besar dari gelas kedua. Larutan ini disebut encer bila konsentrasinya kecil. Pengertian encer dan pekat relatif dan sukar dinyatakan kapan suatu larutan masih pekat, kapan sudah dapat dikatakan atau disebut encer (respati, 1992).

Untuk perhitungan kimia, masalah konsentrasi harus lebih eksak atau ilmiah pengertiannya. Ada dua cara menghitung konsentrasi yaitu:

(23)

b). Konsentrasi sebagai perbandingan banyakanya solut terdapat banyaknya larutan

Jadi banyaknya solut = n dan banyaknya pelarut = m (Baroroh, 2004)

Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan pelarut sedikit, maka dapat di katakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi sebaliknya bila zat yang terlarutnya sedikit sedangkan pelarutnya sangat banyak, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu encer atau konsentarasinya sangat rendah. Konsentrasi daoat dinyatakann dengan beberapa cara yaitu:

a). Persen volum

Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan, misalnya: alkohol 76%, berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni

b). Persen massa

Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Contohnya: sirup merupakan larutan gula 80 % artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula

c). Molaritas

Molaritas menyatakan bahwa banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut yang terkandung dalam suatu larutan molaritas (meter) tidak dapat dihitung dari konsentrasi molar (M) kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu diketahui

d). Molalitas

Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut setiap kilogram dalam 1 liter larutan. Contohnya NaCl berati 1 liter larutan terdapat 0,1 mol NaCl.

e). Normalitas

Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung didalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan satu-satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol.

(24)

Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah:

X (terlarut) = n (terlarut) n (terlarut) + n (pelarut) X (pelarut) = n (pelarut) n (teralrut) + n (pelarut)

Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen (Haryadi, 1990). Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk eksperimen volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian terlarut itu. Skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang di perlukan untuk bereaksi secara kimia. Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Konsentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bilangan tetap karena bobot molekul zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat terlarut. Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni ditimbang dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida (Ralph H Petrucci,1989).

Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat: 1) Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti. 2) Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.

3) Zat yang digunakan mudah dikeringkan.

4) Stabil diman larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar larutan yang tidak di ketahui (David W,2001).

(25)

atau M (molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku. Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu:

1). Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasinya larutannya dapat dihitung demi hasil penimbangan senyawa dan volume larutan yang dibuat. Contohnya: H2C2O4, 2H2O, asam benzoat

(CoH5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, A52O3, KbrO3, KlO3, NaCL, dll. Syarat-syarat

baku primer:

- Diketahui dengan pasti rumus molekulnya

- Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan - Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO2, cahaya dan uap air - Mempunyai Mr yang tinggi.

2). Baku skunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer karena sifatnya yang tidak stabil yang kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contohnya: larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium. Syarat-syarat baku skunder:

- Harus murni atau mudah dimurnikan - Susunan kimianya diketahui dengan pasti

- Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis

- Bobot ekuivalennya besar, agar pengaruh kesalahan penimbangan dapat diperkecil

- Stabil, baik dalam keadaan murni maupun dalam larutannya (Isfar Anshary,2002).

Titrasi adalah pentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya dengan cara mengukur volume preaksi yang diketahui kadarnya yang dapat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut. Titrasi asam basa terbagi dua yaitu:

1) Asidimetri

Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam

(26)

Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutam asam dengan menggunakan larutan baku asam basa.

Titik ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stoikiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, senyawa asam mempunyai rasa asam, sedangkan senyawa basa mempunyai rasa pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara mencipipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna pada berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa). Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah dicapai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator a2o dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan PH. Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa digunakan adalah indikator buatan dan indikator alami.

1) Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat dilaboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah dan biru. Indikator universal, fenolptalin dan metal jingga. Indikator universal, fenolptalin, dan metil jingga selain dapat mengidentifikasi sifat larutan asam basa juga dapat digunakan untuk menentukan derajat kesamaan (PH) larutan.

(27)

adalah senyawa holokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil kedalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi (PH) larutan tersebut (Kopkar S. M,1984).

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

- Neraca analitik - Labu takar 100 ml - Pipet tetes

- Pipet ukur 10 ml - Batang pengaduk - Gelas kimia 100 ml - Corong kaca - Labu erlenmeyer - Beaker glass - Buret

(28)

- HNO3 0,5 M

- NaOH - Indikator pp - H2SO4

- Tisu

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pembahasan larutan HNO3

- Dimasukan aquades kedalam labu takar 100 ml

- Ditambahkan HNO3 0,5 M 2 ml denagan digunakan pipet ukur

- Ditambahkan aquades lagi hingga tanda tera - Diukur dan dihomogenkan

- Dihitung molaritasnya

3.2.2 Pembuatan Larutan - Ditimbang 4 gr NaOH - Dipindahkan ke gelas kimia - Ditambahkan 25 ml aquades - Dihomogenkan

- Dipindah ke dalam labu takar 100 ml - Ditambahkan aquades hingga tanda tera - Dihomogenkan

- Dihitung molaritasnya

3.2.3 Standarisasi NaOH

- Diambil 35 ml larutan NaOH 1 M

- Dimasukan larutan kedalam labu erlenmeyer - Ditambahkan indikator pp 3 tetes

- Dititrasi digunakan HNO3

(29)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel pengamatan

No Perlakuan Pengamatan

1 Pembahasan larutan HNO3

- Dimasukkan aquades kedalam labu takar 100 ml

- Ditambahkan HNO3 0,5 M 2 ml

dengan menggunakan pipet ukur - Ditambahkan aquades lagi hingga

tanda tera

- Ditutup dan dihomogenkan - Dihitung molaritasnya

Larutan HNO3 ditambahkan aquades

tidak ada perubahan warna pada campuran, cairannya tetap bening. Molaritas HNO3:

M1 V1 = M2 . M2

0,15 . 2 = M2 . 98

1 = M2 . 98

M2 =

= 0,01 M 2 Pembuatan Larutan

- Ditimbang 4 gr NaOH - Dipindahkan ke gelas kimia - Ditambahkan 25 ml aquades

Campuran NaOH + aquades saat dihomogenkan menjadi sedikit kental. Molaritas NaOH:

(30)

- Dihomogenkan

- Dipindah ke dalam labu takar 100 ml

- Ditambahkan aquades hingga tanda tera

- Ditambahkan indikator pp 3 tetes - Dititrasi digunakan HNO3 lembayung, setelah dinetralisasi dengan nitran dan dihomogenkan

(31)

O H

C

O H

C

O

O OK

-C

O

C

O

+

(32)

+

Na+OH -O

4.3 Perhitungan 4.3.1 Molaritas HNO3

Dik: M1 = 0,5 M

V1 = 2 ml

V2 = 98 ml

Dit: M2 ...?

Jawab:M1 V1 = M2 V2

0,5 . 2 = M2 . 98

1 = M2 . 98

M2 = = 0,01 M

(33)

=

= 0,1 . 10 = 1 M 4.3.3 standarisasi NaOH

Dik: V1 = 35 ml V2 = - V1 = 45 - 35 = 10 ml

= 45 ml M1 = 1 M

Dit: M2...?

Jawab: M1 V1 = N2 . N2

1 . 35 = N2 . 10 . 2

35 = 20 N2

N2 = = 1,75 M

4.4 Pembahasan

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlah lebih sedikit didalam larutan disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan. Sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut atau solvasi. Contoh dari larutan adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan seperti garam atau gula dilarutkan dalam air.

Koloid adalah suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nm), sehingga tekanan efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak berpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya sehinga tidak terjadi pengendapan. Contoh-contoh koloid adalah susu, agar-agar, sampho, tinta.

(34)

suspensi yaitu: lumpur tanah dan lempung tersuspensi di air, tepung dapat tersuspensi di air, debu tersuspensi di atmosfer.

Larutan standar primer adalah larutan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat. Contohnya: H2C2O4, 2H2O4, asam benzoat

(C6H5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, As2O3, KBrO3, NaCL, dll.

Syarat-syarat terjadinya larutan standar primer:

1). Mudah diperoleh, dimurnikan atau dikeringkan (jika mungkin pada suhu ) dan disimpan dalam keadaan murni.

2). Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan diudara

3). Diketahui dengan pasti rumus molekulnya 4). Mempunyai Mr yang tinggi.

Larutan standar skunder adalah larutan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer atau standar. Contohnya: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.

Syarat-syarat larutan standar skunder:

1). Kemurnian derajat lebih kecil dari pada larutan standar primer

2). Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan 3). Larutan relatif stabil dalam penyimpanan

4). Harus murni atau mudah dimurnikan 5). Susunan kimianya diketahui dengan pasti

(35)

antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titrat adalah larutan yang ditambahi oleh titran.

Contoh-contoh titik ekuivalen: fenolftalen untuk melihat perubahan warna yang terjadi, jika warna indikator merah, itu adalah TA. Contoh titik akhir titrasi: untuk indikator phenolphthalein (pp) dan keadaan tidak terionisasi (dalam larutan asam) tidak akan berwarna dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi. Contoh: titran, larutan skunder NaOH dititrasi dengan 10 ml larutan HNO3 yang hasilnya menunjukan sifat asam dan basa.

Dari hasil percobaan diatas dapat dibahas yaitu pembuatan larutan HNO3

dimana pembuatan HNO3 dengan 0,5 ml massa dan volume 2 ml dan 98 ml tetapi

pada HNO3 tidak perlu ditimbang yang selanjutnya larutan itu dilarutkan dengan

sedikit air dalam beaker glass. Kemudian masukan pada labu takar pada saat didalam labu takar yang telah diisi air terjadi reaksi endoterm yaitu larutan menjadi terasa dingin kemudian ditambahkan lagi dengan air sampai tanda tera dengan menggunakan pipet tetes kemudian dihomogenkan dengan cara tutup labu takar kemudian diputar dibolak-balik hingga menjadi larutan homogen karena pada HNO3 akan terjadi pencampuran yang akan menghasilkan campuran dengan

jumlah molaritas adalah 0,01 M yang kita dapat. Pembuatan larutan NaOH dengan 100 ml, massa relatif 40 dan massa 4 gram. Hal pertama yang dilakukan yaitu menimbang dengan menggunakan neraca analitik yang selanjutnya dilarutkan dalam beaker glass. Kemudian dipindah pada labu takar, karena NaOH bersifat basa kuat maka harus terdapat air sebelum dimasukan NaOH dalamnya. Kemudian ditambahkan air hingga batas tera dan dihomogenkan maka akan terasa panas pada percobaan diatas didapati molaritas = 1 M dari hasil perhitungan dalam praktikum ini yang berfungsi sebagai larutan standar adalah HNO3 35 ml

larutan NaOH 1 m larutan NaOH ditambahkan 3 tetes larutan indikator pp. Indikator didefinisikan sebagai zat yang digunakan untuk menunjukan apakah suatu larutan saat larutan NaOH distandarisasi dan ditumpahkan 3 tetes pp indikator, larutan menjadi merah lembayung. Setelah dinetralisasi mol yang didapat dari hasil perhitungan zat larut ini = 1,75 M.

(36)

1). Pada saat penimbangan NaOH yang digunakan adalah 2109 gram sehingga larutan encer mengalami kenaikan suhu saat dihomogenkan yang akan menimbulkan kesalahan yang ada

2). Pada saat larutan diencerkan menggunakan aquades yang terjadi kelebihan aquades yang seharusnya diencerkan sampai tanda tera yang ada pada labu takar

Banyak lagi faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum. Keteledoran yaitu pemegangan tabung reaksi pada saat larutan NaOH di cairkan. Penggunaan pipet tetes yang kurang baik akan mengurai hasil yang kurang bagus, pemegangan dan pengambilan larutan NHO3 bila dilakukan dengan salah akan mengakibatkan fatal.

Fungsi reagen, fungsi bahan kimia yang digunakan atau dilarutkan pada pelarut yang ada pada praktikum kali ini.

Fungsi perlakuan yaitu tindakan yang kita lakukan pada bahan yang kita reaksikan pada praktikum kali ini.

Konsentrasi suatu larutan merupakan bobot atau volume zat terlarut yang berubah dalam pelarut, ataupun larutan yang banyak ditemukan. Terdapat beberapa metode yang lazim untuk mengungkapkan kualitas-kualitas ini, yaitu:

PPM adalah satuan konsentrasi yang sering dipakai dalam di cabang kimia analisa. Satauan ini sering sering digunakan untuk menujukan kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai atau biasanya kandungan yodium dalam garam juga dinyatakan dalam PPM.

PPB adalah satuan konsentrasi yang digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu kontaminan dalam tanah. PPB juga kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi kecil dalam air.

Normalitas yang bernotasi (N) adalah satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas di definisikan banyaknya zat dalam gram ekuivalen dalam satu liter larutan.

(37)

solute disini tidak diperbandingkan dengan larutannya tetapi dengan banyaknya pelarut.

Molaritas (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut setelah bercampur.

Fraksi mol adalah beberapa bagian jumlah mol zat dari keseluruhan jumlah mol semua komponen yang ada dalam larutan. Fraksimol terbagi menjadi 2, yaitu: a). Fraksi mol zat terlarut (Xt) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah total

mol yang bersangkuatan dengan zat terlarut

b). Fraksi mol zat pelarut (Xp) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah total

yang bersangkutan dengan pelarut

Persen berat adalah perbandingan massa larutan dikali 100%. Biasanya dipakai pada larutan padat-cair atau padat-padat.

Persen volume adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikalikan 100% (untuk campuran 2 cairan atau lebih).

Aplikasi percobaan dapat dilakukan untuk membuat produk dari campuran HNO3 dengan aquades dan larutan NaOH denagan aquades serta standarisasi

(38)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Konsentrasi adalah jumlah zat dalam setiap larutan atau pelarut, macam-macam konsentrasi yaitu: persen berat (% w/w), persen volume (% v/v), persen berat volume (% w/v), gram zat terlarut dalam 1 L larutan, miligram zat teralrut dalam 1 ml PPM dan PPB. Satuan kimia misalnya kemolaran (M), kemolalan (m), kenormalan (N), keformalan (f), fraksi Mol (x) dalam konsentrasi umum menggunakan satuan yang tertera diatas - Untuk menghitung molaritas dapat digunakan rumus-rumus antara lain:

V1.M1 = V2.M2 dan M = Massa/mr x 1000/VP dimana kedua larutan tersebut dipakai untuk larutan

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya dapat mencoba membuat larutan dengan pencampuran yang lebih bervariasi lagi. Seperti pembuatan larutan NH4Cl.

Larutan CH3COONH4 dan lain-lain. Agar pengetahuan mengenal pembuatan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Isfar. 2002. Kimia 1. Surakarta: Srikandi

David, W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga Haryadi, W. 1990. Kimia Analitik Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia Kopkar, S. M. 1980. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bandung. ITB Petrucci, Ralph H. 1989. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga

(40)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik, metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa yang sejenis. Metode-metode kromatografi tidak dapat dikelompokan dengan hanya meninjau satu macam sifat, artinya dapat dinyatakan teknik-teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi pelarut, penukar ion kedalam satu gelas.

Kromatografi bermanfaat untuk menguraikan suatu campuran. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori. Ini adalah sorpsi (penyerapan). Laju perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu di dalam kolom atau lapisan tipis zat penyerap secara langsung berhubungan dengan bagian-bagian molekul tersebut di antara fase bergerak dan fase diam. Jika ada perbedaan penahanan secara selektif, maka masing-masing komponen akan bergerak sepanjang kolom dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing penyerapan. Jika pemisahan terjadi, masing-masing komponen keluar dari kolom pada interval waktu yang berbeda, mengingat bahwa proses keseluruhannya adalah fenomena migrasi secara diferensial yang dihasilkan oleh tenaga pendorong

(41)

kromatografi. Dan juga dalam praktikum ini dapat mengetahui atau menyimpulkan teknik kromatografi yang ada dengan benar.

1.2.Tujuan Percobaan

 Mengetahui sifat–sifat zat pelarut dalam percobaan kali ini

 Memisahkan suatu zat yang didasarkan pada percobaan kecepatan migrasi

komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase diam dan fase gerak)

 Mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

(42)

(adsorption chromatography).Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi pembagian (partition chromatography).Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan–cairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 % (bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat campur dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah larutan itu sendiri (Underwood,1999).

Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas secara komersil tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas asam asetil dapat digunakan untuk zat–zat hidrofobik (Khopkar, 1990).

Selain kertas Whatman dalam teknik kromatografi dapat pula digunakan kertas selulosa murni.Kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca. Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing, pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending dan juga kertas seharusnya penolak air. Seringkali nilai Rf berbeda dari satu kertas ke kertas lainnya. Pengotor yang terdapat pada kertas saring adalah ion-ion Ca2+, Mg2+, Fe3+,

Cu2+. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase

(43)

selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda-nodanya dapat terlihat (Khopkar S.M,1990)

Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:

Rf = Jarak yang ditempuh sampel Jarak pelarut

Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar. Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2–3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik pelaksanaan analisis. Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler (Fatma Lestari,2009)

(44)

diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Georgia Svehla,1979)

- Jenis-Jenis Kromatografi

Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography.Masing-masing golongan dapat dibagi lagi seperti yang telah disebutkan pada definisi di atas.

Skema Pembagian Kromatografi

Pembagian ini selanjutnya dapat dibagi lagi seperti telihat pada skema berikut: Kromatografi : 1) Kromatografi Gas : a. GLC

b. GSC 2) Kromatogarafi Cair : a. HPLC

b. LLC-PC

c. LSC-TLC, Kolom d. Ion Excange e. Ekslusi : - GP

- GF Keterangan :

GLC = Gas Liquid Chromatography GSC = Gas Solid Chromatography LLC = Liquid Liquid Chromatography LSC = Liquid Solid Chromatography PC = Paper Chromatography

TLC = Thin Layer Chromatography GP = Gel Permeation

GF = Gel Filtration

(45)

Liquid Liquid Chromatography (LLC)

LLC adalah kromatografi pembagian dimana partisi terjadi antara fase gerak dan fase diam yang kedua-duanya zat cair.Dalam hal ini fase diam tidak boleh larut dalam fase gerak. Umumnya sebagai fase diam digunakan air dan sebagai fase gerak adalah pelarut organic (Rajbir Singh,2002)

Liquid Solid Chromatography (LSC)

(46)

ditentukan oleh tetapan kesetimbangan yang dikenal dengan koefisien distribusi. Faktor kapasitas adalah perbandingan molekul sampel dalam fase diam dengan fase gerak.Apabila bagian waktu yang dibutuhkan oleh molekul sampel pada fase gerak dikalikan dengan kecepatan linier (u) dari fase gerak maka diperoleh laju pemisahan (rate of travel) dari molekul rata-rata. Jadi, laju pemisahan ditentukan oleh :

1.Kecepatan fase gerak (sama untuk tiap komponen campuran).

2.Perbandingan dari volume fase diam dengan fase gerak (sama untuk tiap komponen campuran)(Basset J. Ef al,1994)

Faktor yang mempengaruhi dalam kromatografi :

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf.

2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.

3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.

4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.

(47)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1 Alat – alat

 Gelas kimia 100ml  Gunting

 Lidi

 Gelas beaker  Penjepit  Pipet tetes  Gelas ukur 10ml

3.1.2 Bahan – bahan

 Tinta hitam  Tinta merah  Tinta biru  Ekstrak mawar  Ekstrak kunyit  Ekstrak pandan  Aquadest  Alkohol  Aseton  Tisu

 Kertas saring

3.2 Prosedur percobaan

 Dibuat kertas kromatografi

 Diberi noda sampel pada garis bawah (ekstrak mawar, ekstrak kunyit, ekstrak

pandan, tinta hitam, tinta merah dan tinta biru)

 Dimasukkan ke dalam gelas beaker yang berisi pelarut (aquades,aseton dan

(48)

 Diamati

 Dicatat jarak yang dihasilkan oleh noda sampel

BAB 4

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Aquades

No. Jenis Sampel Jarak Sampel Jarak Pelarut Rf

1. Ekstrak Mawar 0 cm 9 cm 0

2. Ekstrak Pandan 0 cm 9 cm 0

3. Ekstrak Kunyit 0 cm 9 cm 0

4. Tinta Merah 0 cm 9 cm 0

5. Tinta Biru 0,5 cm 9 cm 0,056

6. Tinta Hitam 0 cm 9 cm 0

4.1.2 Alkohol

No. Jenis Sampel Jarak Sampel Jarak Pelarut Rf

1. Ekstrak Mawar 5,5 cm 9 cm 0,61

2. Ekstrak Pandan 4,5 cm 9 cm 0,5

3. Ekstrak Kunyit 4,5 cm 9 cm 0,5

(49)

5. Tinta Biru 5,5 cm 9 cm 0,61

6. Tinta Hitam 4 cm 9 cm 0,44

4.1.3 Aseton

No. Jenis Sampel Jarak Sampel Jarak Pelarut Rf

1. Ekstrak Mawar 4,5 cm 9 cm 0,5

2. Ekstrak Pandan 4,5 cm 9 cm 0,5

3. Ekstrak Kunyit 4,5 cm 9 cm 0,5

4. Tinta Merah 5 cm 9 cm 0,56

5. Tinta Biru 5 cm 9 cm 0,56

6. Tinta Hitam 4,5 cm 9 cm 0,5

4.2. Perhitungan 4.2.1 Aquades

4.2.1.1 Ekstrak mawar

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=0cm

9cm

Rf=0

4.2.1.2 Ekstak pandan

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=0cm

9cm

Rf=0

4.2.1.3 Ekstrak kunyit

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=0cm

9cm

Rf=0 4.2.1.4 Tinta merah

(50)

Rf=0cm

9cm

Rf=0

4.2.1.5 Tinta biru

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=0,5cm

9cm

Rf=0,056 4.2.1.6 Tinta hitam

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=5,5cm

9cm

Rf=0,61

4.2.2.2 Ekstrak pandan

Rf=Rf=jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=4,5cm

9cm

Rf=0,5 4.2.2.3 Ekstrak kunyit

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=4,5cm

9cm

(51)

4.2.2.4 Tinta merah

Rf=Rf=jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=5cm

9cm

Rf=0,56

4.2.2.5 Tinta biru

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=5,5cm

9cm

Rf=0,61

4.2.2.6 Tinta hitam

Rf=Rf=jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=Rf=jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=4,5cm

9cm

Rf=0,5

4.2.3.2 Ekstrak pandan

Rf=Rf=jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=4,5cm

9cm

Rf=0,5

4.2.3.3 Ekstrak kunyit

(52)

Rf=4,5cm

9cm

Rf=0,5 4.2.3.4 Tinta merah

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=5cm

9cm

Rf=0,56 4.2.3.5 Tinta biru

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=5cm

9cm

Rf=0,56 4.2.3.6 Tinta hitam

Rf= jarakyangditempu h sampel JarakPelarut

Rf=4,5cm

9cm

Rf=0,5

4.3. Pembahasan

(53)

kromatografinya untuk ‘German Botanical Society’. Menariknya, nama panggilan Mikhail’s “Цвет” berarti “warna” dalam bahasa Rusia, jadi ada kemungkinan bahwa penamaan dari prosedur kromatografi (secara harfiah “Menulis Warna”) merupakan cara yang dia lakukan untuk membuktikan bahwa dia adalah seorang rakyat biasa dari Kerajaan Rusia yang bisa menjadi abadi karena karyanya.Pada 1952 Archer John Porter Martin dan Richard Laurence Millington Synge memenangkan anugerah Nobel bidang Kimia untuk temuannya mengenai kromatografi partisi.* semenjak itu, teknologi berkembang dengan pesat.para peneliti menemukan bahwa prinsip yang dikemukakan oleh Tsvet dapat di aplikasikan pada banyak aplikasi yang berbeda. Pada 1987 Pedro Cuatrecasas dan Meir Wilchek memenangkan anugerah penghargaan Wolf dalam dunia medis untuk temuan dan pengembangan kromatografi afinitas dan aplikasinya dalam ilmu biomedis.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Definisi kromatografi menurut IUPAC adalah sebuah metode pemisahan yang komponen-komponennya dipisahkan dan didistribusikan diantara dua fase yang salah satu fasenya tetap (diam) dan yang lainnya bergerak dengan arah yang dapat diketahui.

Terdapat berbagai cara penggolongan metode kromatografi. Penggolongan kromatografi yang didasarkan pada jenis fase yang terlibat, dibedakan menjadi : a. Kromatografi gas-cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya

berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.

b. Kromatografi gas-padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa pdatan yang dapat menyerap/mengadsorbsi.

c. Kromatografi cair-cair, bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert d. Kromatografi cair-padat, bila fase geraknya berupa gas sedangkan fase

diamnya berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap

(54)

a) Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen terpisahkan berupa zona-zona pita. Pada kromatografi analitik setiap komponen yang keluar dari kolom akan dicatat oleh rekorder dan disajikan dalam bentuk puncak (peak) yang menunjukkan konsentrasi efluen maksimum, tinggi atau luasan puncak sebanding dengan konsentrasi komponen sampel. Pada kromatografi preparatif akan diperoleh sejumlah fraksi isolat dari komponen sampel dalam fase gerak.

b) Kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas), apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak selama fase gerak dalam sebuah bidang datar. Senyawa yang bergerak berupa bentuk noda (spot) yang dapat diketahui dengan bantuan metode fisika, kimia maupun biologis. Posisi noda menunjukkan identitas suatu komponen/senyawa sedangkan besar atau intensitasnya menunjukkan konsentrasinya. Pada kromatografi planar ini beberapa komponen dapat dipisahkan secara bersamaan maupun dipisahkan dengan dua langkah dimana langkah yang kedua tegak lurus arahnya dengan langkah yang pertama. Cara ini dikenal dengan kromatografi dua dimensi.

(55)

bersifat polar? Karena pada dasarnya aquades memiliki sifat yang polar dan hanya dapat terlarut dan melarutkan zat atau senyawa yang bersifat polar juga. Sedangkan alkohol bersifat semipolar yaitu dapat bercampur dengan polar maupun non-polar. Sedangkan aseton sendiri bersifat non-polar sehingga hanya dapat bercampur dengan larutan yang non-polar juga.

Sifat fisik dan kimia dari air adalah, air memiliki rumus molekul H2O, massa

molar 18,0153 g/mol. Densitas dan fase 0,998 g/cm3 (cairan pada 20˚C) 0,92

g/cm3 (padatan). Titik lebur 0˚C (273,15˚K), kalor jenis 4184 J/kg˚K (cairan pada

20˚C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat dibawah tekanan dan temperatur standard. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan)

dengan sebuah ion hidroksida (OH ) dan memiliki struktur molekulnya : H-O-H⁻

Sifat fisik dari alkohol yaitu alkohol monohidroksida suku rendah (jumlah atom karbon (-4) berupa cairan tidak berwarna dan dapat larut dalam air. Makin rendah bila rantai hidrokarbonnya makin panjang. Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya. Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat yang yang tidak berwarna. Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan kesan panas dalam mulut. Alkohol memiliki titik didih 82,5˚C (180,5˚F), titik leleh -88,5˚C (-127,3˚F), suhu kritis 235˚F (455˚F) dan memiliki sifat kimia, berupa liquid memiliki bau harum menyerupai bau dari campuran aseton dan etanol, memiliki PH 1% dalam air, mudah larut dalam air, metanol, dietil eter,n-octanol, aseton larut dalam larutan garam dan larutan benzena. Memiliki struktur molekul : H

H-C-O-H H

Aseton memiliki rumus molekul CH3COCH3. Sifat fisik dan kimia aseton

diantaranya adalah massa molar 50,08 g/mol, berat molekul 60,1 g/mol, densitas 0,79 g/cm3, titik leleh -94,9˚C (178,2˚K), titik didih 56,53˚C (329,4˚K). Viskositas

(56)

D, penampilan cairan tidak berwarna dan kelarutan dalam air larut dalam berbagai perbandingan. Stuktur molekulnya : HO O

C C

O OH

Hubungan kepolaran dengan percobaan kromatografi adalah dimana kromatografi sendiri menyatakan kepolaran suatu noda atau bahan yang di gunakan dalam percobaan. Dimana apabila sautu noda bersifat polar akan juga terlarut didalam pelarut yang bersifat non-polar, sedangkan pada noda yang bersifat semipolar akan terlarut dalam pelarut yang non-polar maupun polar. Karena dalam percobaan ini digunakan juga prinsip like dissolved like, adalah suatu prinsip dimana suatu zat polar yang terlarut akan menyukai pelarut yang bersifat polar juga, sedangkan senyawa non-polar akan menyukai pelarut yang bersifat non-polar.

Fungsi reagen dari :

1) Alkohol dari percobaan ini adalah sebagai pelarut yang bersifat semi polar 2) Aquades sebagai pelarut yang bersifat polar

3) Aseton sebagai pelarut yang bersifat non-polar

Fungsi reagen adalah suatu bahan yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau ditetapkan untuk tujuan analisa.

- Fungsi penambahan aquades pada percobaan kromatografi ini adalah sebagai bahan pelarut yang bersifat polar.

- Fungsi penambahan alkohol pada percobaan kromatografi ini adalah sebgai bahan pelarut yang bersifat semipolar

- Fungsi penambahan aseton pada percobaan kromatografi ini adalah sebgai bahan pelarut yang bersifat non-polar

Fungsi perlakuan yaitu sebuah tindakan yang diberikan pada bahan yang akan kita reaksikan, seperti perlakuan-perlakuan berikut :

- Pemberian garis sekitar 1cm dari bawah kertas saring dan juga dibagian atas kertas saring, sebagai batas mulai naiknya air dan juga sebagai batas berhentinya air didalam kertas saring

(57)

larutan polar. Semi polar dan non-polar dan juga agar dapat diukur jarak tempuh noda sampel di kertas saring tersebut.

- Memasukkan kertas saring yang telah diberi noda kedalam gelas beaker yang berisi pelarut (aquades, alkohol dan aseton) adalah apabila noda terlarut didalam pelarut aquades. Hal ini menyatakan noda tersebut bersifat polar. Dan apabila noda terlarut dalam pelarut aseton, itu menunjukkan noda bersifat non-polar. Sedangkan apabila noda terlarut pada ketiga pelarut, menyatakan bahwa noda tersebut bersifat semipolar.

Faktor kesalahan yang mungkin terjadi ialah pada saat pengukuran jarak noda tidak tepat dan menyebabkan ketidakpastian harga RF, sehingga RF menjadi berubah-ubah terus. Mungkin juga dikarenakan kesalahan saat mencelupkan kertas saring. Dimana larutan/pelarut merendam hingga melebihi batas noda. Atau kesalahan pada bahan noda karena terlalu banyak mengandung air sehingga sulit diamati.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Sifat pelarut pada zat pelarut pada percobaan ini adalah, untuk alkohol

adalah semi polar, aquades adalah polar dan untuk aseton adalah non-polar

 Untuk memisahkan komponen-komponen dari suatu zat, dapat dilakukan

dengan teknik kromatografi yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak

 Pada kromatografi kertas, senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat

diambil dari kertas dengan jalan memotong sampel yang kemudian melarutkannya secara terpisah

5.2. Saran

(58)

didapat hasil percobaan yang bervariasi dan dapat dibandingkan hasilnya dengan yang sebelumnya

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad.1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Basset,J,et al.1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Lestari, Fatma.2009. Bahaya Kimia sampling dan pengukuran kontaminan di udara. Jakarta: EGC

Singh, Rajbir.2002. Chromatography. New Delhi: Mittal Publications

Svehla, Georgia.1979.Analisis Anorganik Kualitif Makro dan Semi Makro Jilid I Edisi kelima. Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka

(59)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bahasa kimia, tiap zat murni yang diketahui baik unsur maupun senyawa mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memberikan suatu reaksi kimia adalah menulis rumus untuk setiap zat yang terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meningkatkan sejumlah besar informasi mengenai zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Persamaan itu tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan zat-zat yang terlibat. Proses pembuatan perhitungan yang di dasarkan pada rumus-rumus dan persamaan-persamaan berimbang di rujuk sebagai Stoikiometri (dari kota yunani : Stoichoion, unsur dan metria, ilmu pengukuran). Sebagai tahap pertama dalam perhitungan Stoikiometri akan di jelaskan sedikit penulisan rumus untuk zat-zat. Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa secara kimia dalam suatu satuan zat. Terdapat beberapa jenis rumus, di antaranya rumus molekul dan rumus empiris.

(60)

ini dapat juga diketahui apakah dalam proses pencampuran tersebut terjadi reaksi eksoterm dan endoterm.

1.2 Tujuan Percobaan

- Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan non-stoikiometri - Menentukan reaksi eksoterm dan endoterm dari percobaan - Menentukan reaksi pembatas dari percobaan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam ilmu kimia, Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Kata ini berasal dari bahasa yunani Stokheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan pembekuan senyawa yang biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia (Alfian,2009).

Persamaan kimia, suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula-mula terdapat dan kemudian diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi kimia menunjukkan rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi, dengan banyaknya atom tiap unsur di kiri dan di kanan anak panah sama misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan oksigen yang di hasilkan air di tuliskan sebagai berikut :

2H2+O2→2H2O

Rumus H2 mengatakan bahwa sebuah molekul hydrogen tersusun dari dua atom.

Itu adalah molekul di atom, sama seperti molekul oksigen, O2, molekul air, H2O

merupakan molekul tria atom karena terdiri dari tiga atom, dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hidrogen bereaksi dengan satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air (Keenan,1984).

Gambar

Tabel Persamaan

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian fruktosa dengan reagen tollens dan pemanasan, terbentuk cermin perak di dinding tabung reaksi, meskipun fruktosa termasuk kedalam golongan keton, namun pada

Serbuk belerang yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan diatas nyala spirtus termasuk perubahan kimia karena menghasilkan bau gas dan serbuk

Berbentuk tabung yang tidak berlubang di dalamnya, dipakai untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia,

perubahan suhu maka semakin besar pula kalor yang diserap atau diterima oleh suatu zat.Sisa kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh kalorimeter.Pada percobaan pencampuran

Salah stau campuran yang paling penting dalam kimia adalah larutan, yaitu campuran serbasama antara dua atau lebih zatyang memiliki komposisi dapat diukur dan

Reagen yang dapat digunakan dalam reaksi nitrasi yaitu asam nitrat pekat, maupun campuran asam nitrat dengan asam sulfat, asetat anhydrid, asam asetat, asam fosfat,

Kertas lakmus biasa digunakan untuk membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa dengan cara memberikan perubahan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa.. Asam adalah

Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem dan mempunyai harga perubahan entalpi