• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Polietilen Glikol 400 Terhadap Formulasi Oral Disintegrating Film Antalgin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Polietilen Glikol 400 Terhadap Formulasi Oral Disintegrating Film Antalgin"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antalgin

2.1.1 Uraian bahan Rumus bangun :

Gambar 2.1. Struktur kimia antalgin Nama Kimia :

Natrium2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-metilaminometanasulfonat Sinonim : - Metampiron

- Novaminsulfon - Metamizol - Novalgin - Dipiron

Rumus molekul : C13H16N3NaO4S.H2O

Berat Molekul : 351.37

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.

(2)

Antalgin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 105,0% C13H16N3NaO4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Penetapan kadar :

Timbang saksama lebih kurang 200 mg, larutkan dalam 5 ml air. Tambahkan 5 ml asam klorida 0,02 N dan segera titrasi dengan iodum 0,1 N, menggunakan indikator kanji, dengan sekali-sekali dikocok hingga terjadi warna biru mantap selama 2 menit, 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 16,67 mg C13H16N3NaO4S (Dirjen POM, 1995).

2.1.2 Analgetik-antipiretik

Analgetik-antipiretik adalah zat-zat yang mampu mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan panas tubuh.Nyeri adalah perasaan sensori yang tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan.Nyeri merupakan suatu perasaan yang pribadi dengan ambang toleransi yang berbeda.Nyeri dianggap sebagai tanda adanya gangguan di jaringan seperti peradangan dan infeksi.Sedangkan demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri (Rahardja dan Tan, 2003).

Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dihalangi dengan beberapa cara, yakni:

1. Menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan menggunakan analgetik perifer.

2. Menghalangi penyaluran rangsangan disaraf-saraf sensori, misalnya dengan menggunakan anastetika lokal.

(3)

Menurut Anwar dan Yahya (1973), analgetika dapat dibagi dalam dua golongan besar, yakni:

1. Analgetika non-narkotika, yaitu obat-obat yang dapat menghilangkan rasa sakit, nyeri somatis, dan tidak dapat menghilangkan rasa sakit organ dalam kecuali bila digabung dengan obat-obat lain, tidak menimbulkan adiksi, tidak berkhasiat terhadap rasa sakit yang hebat. 2. Analgetika narkotika, yaitu bahan-bahan yang dapat menimbulkan

analgesia yang amat kuat dan dapat menimbulkan adiksi/kecanduan. Pada umumya bahan-bahan ini didapat dari opium sehingga sering juga disebut analgetik-opiat.

2.1.3 Efek farmakologi antalgin

(4)

2.1.4 Farmakokinetik antalgin

Pada fase ini, antalgin mengalami proses ADME yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tak langsung melintasi sel membran (Anief, 1991).

2.1.5 Farmakologi antalgin

Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan cepat diserap kedalam tubuh.Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari prostaglandin F2α yaitu: suatu mediator

inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).

2.1.6 Efek samping antalgin

(5)

2.2 Oral Disintegrating Film (ODF) 2.2.1 Pengertian

Rute pemberian oral merupakan rute yang paling disukai untuk pemberian obat hingga saat ini karena memiliki keuntungan dibandingkan rute pemberian yang lain, akan tetapi rute pemberian oral masih memerlukan pengembangan lebih lanjut karena memiliki beberapa kelemahan terutama untuk pasien golongan tertentu seperti geriatrik, pediatrik, dan disfasia yang disebabkan kondisi medis tertentu sehingga mereka kesulitan dalam menelan atau mengunyah bentuk sediaan padat (Bhyan, et al., 2011).

ODF adalah sediaan film yang sangat tipis, ditempatkan di lidah pasien atau jaringan mukosa di mulut, kemudian langsung terbasahi oleh air liur sehinggacepat hancur dan larut untuk melepaskan obat di oromucosal maupun penyerapan di saluran intragastrik (Bhyan, et al., 2011).

2.2.2 Kelebihan dan kekurangan sediaan ODF

ODF memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari ODF diantaranya adalah :

a. ODF dapat diberikan tanpa bantuan air.

b. Memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga ODF terdisentegrasi dan terdisolusi secara cepat di rongga mulut.

c. Memiliki bentuk yang tipis, fleksibel, tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, mudah dibawa, ditangani dan disimpan.

(6)

e. Bermanfaat bagi penderita mabuk perjalanan, nyeri akut, alergi, dan batuk yang membutuhkan onset aksi yang cepat.

f. Stabil untuk waktu yang lama karena obat tetap dalam bentuk padat sampai saat hendak dikonsumsi. ODF memiliki keuntungan dari bentuk yang solid dalam hal stabilitas dan bentuk sediaan cair dalam hal bioavailabilitas.

g. Akurasi dosis yang lebih baik dibanding bentuk sediaan cair.

h. Mukosa oral ataupun bukal memiliki pembuluh darah yang banyak sehingga obat dapat langsung diserap dan mencapai sirkulasi sistemik tanpa melalui metabolisme lintas pertama di hati (Bhyan, et al., 2011). ODF memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah :

a. Memiliki tantangan tersendiri dalam hal keseragaman dosis.

b. Beberapa ODF memiliki sensitifitas terhadap temperatur dan kelembapan, sehingga diperlukan pengemasan yang khusus.

2.2.3. Karakteristik ideal ODF

ODF berbeda dari sediaan konvensional lainnya, oleh sebab itu ODF hendaknya memiliki karakteristik yang ideal yaitu :

a. ODF harus memiliki rasa yang dapat diterima.

b. Obat memiliki berat molekul yang kecil hingga sedang.

c. Obat memiliki stabilitas yang baik dan larut dalam air dan saliva.

(7)

2.3 Bahan Formulasi ODF 2.3.1 Bahan aktif

Komposisi zat aktif mengandung 5 hingga 30 % w/w, dimana dengan dosis kecil adalah yang terbaik untuk diformulasi dalam bentuk sediaan ODF. Zat aktif dengan ukuran mikro akan memperbaiki profil disolusi dan tekstur dari film. Bahan obat yang memiliki rasa pahit, maka rasa pahit tersebut harus ditutupi dengan baik.Metode sederhana untuk menutupi rasa pahit bahan aktif obat adalah mencampur dengan bahan tambahan yang memiliki rasa yang baik. Beberapa zat aktif dapat diformulasi ke dalam sediaan ODF, seperti obat batuk / pereda tenggorokan, obat disfungsi ereksi, antihistamin, antiparkinson dan obat-obat untuk gangguan gastrointestinal (Bhyan, et al., 2011)

2.3.2. Polimer film

Sediaan ODF harus terdisentegrasi di saliva pada rongga mulut, sehingga polimer film yang dibutuhkan harus larut air. Karakteristik ideal dari polimer film adalah :

a. Polimer harus larut dalam air.

b. Harus memiliki berat molekul yang rendah.

c. Polimer harus memiliki kemampuan yang baik dalam membentuk lapisan film.

d. Tidak mengiritasi, toksik, dan tanpa zat pengotor. e. Harus memiliki kemampuan pembasahan yang baik.

(8)

Polimer dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi untuk meningkatkan hidrofilisitas, fleksibilitas, rasa di mulut dan karakteristik kelarutan film.Kekakuan film tergantung pada jenis polimer dan jumlah yang digunakan dalam formulasi.Polivinil pirolidonmemiliki struktur yang rapuh sehingga kombinasi dengan krospovidone untuk membuat film dapat larut dengan cepat.Kombinasi dari mikrokristalin selulosa dan maltodextrin telah digunakan untuk formulasiODF.Selulosa mikrokristalin mengurangi waktu hancur dan meningkatkan disentegrasi obat dari film.Polimer larut air alami yang dapat digunakan adalah guar gum, xantham gum, akasia, tragakan, dan lain-lain (Bhyan, 2011).Polimer sintetis yang dapat digunakan adalah natrium karboksimetil selulosa, hidroksipropil metil selulosa, eter selulosa (Nagar, et al., 2011).

2.3.3 Plastisizer

(9)

Gliserol, Propilen glikol, polietilen glikol dengan berat molekul rendah, turunan ftalat seperti dimetil, dietil ftalat dan dibutil, derivatif sitrat seperti tributil, trietil, asetil sitrat, triacetin dan minyak jarak adalah beberapa plasticizer umum digunakan. Biasanya, plasticizer digunakan dalam konsentrasi 0-20 persen b / b dari berat polimer kering.Penggunaan yang tidak tepat dari plastisizer dapat menyebabkan film retak, pemecahan dan mengupasnya lapisan.Dilaporkan juga bahwa penggunaan plastisizer tertentu dapat mempengaruhi tingkat penyerapan obat (Bhyan, et al., 2011).

2.3.4. Zat pemanis

Pemanis adalah bagian penting dari formulasi yang dimaksudkan untuk hancur atau larut dalam rongga mulut.Umumnya pemanis digunakan dalam konsentrasi 3-6% w/w baik tunggal atau dalam kombinasi.Pemanis alami serta pemanis buatan memiliki kemampuan yang baik untuk digunakan dalam ODF.Alkohol polihidrat seperti sorbitol, mannitol, dan isomalt dapat digunakan secara kombinasi karena mereka memberikan tambahan rasa yang baik di mulut dan sensasi dingin. Perlu dicatat bahwa penggunaan gula alami dalam formulasi tersebut perlu dibatasi pada orang yang sedang diet atau dalam kasus pasien diabetes (Bhyan, et al., 2011).

2.3.5 Zat penstimulasi saliva

(10)

atau dalam kombinasi antara 2 sampai 6% w/w dari berat film (Bhyan, et al., 2011).

2.3.6 Zat perasa

Zat perasa sebaiknya ditambahkan hingga 10% w/w dalam formulasi ODF.Penerimaan dari sediaan ODF oleh seorang individu adalah sangat tergantung pada kualitas rasa awal yang dalam beberapa detik pertama setelah sediaan dikonsumsi. Pemilihan rasa tergantung pada jenis obat yang akan dimasukkan dalam formulasi. Usia memainkan peran penting dalam kesukaan rasa. Populasi geriatrik menyukai rasa mint atau orange sementara generasi yang lebih muda menyukai rasa fruit punch, raspberry dan lain-lain (Bhyan, et al., 2011).

Zat perasa dapat dipilih dari minyak sintetis, oleo resin, ekstrak yang berasal dari berbagai bagian tanaman seperti daun, buah dan bunga.Zat perasa dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi. Minyak peppermint, minyak kayu manis, minyak spearmint, minyak pala adalah contoh dari minyak rasa sementara vanili, kakao, kopi, cokelat dan jeruk adalah zat perasa dari buah. Apel, raspberry, ceri, nanas adalah beberapa contoh dari jenis essence buah (Bhyan, et al., 2011). 2.4 Metode Pembuatan

Satu atau kombinasi dari proses berikut ini dapat digunakan untuk memproduksi sediaan ODF (Arya, et al., 2012).

1) Solvent casting. 2) Semisolid casting. 3) Hot melt extrusion.

(11)

2.4.1 Metode solvent casting

Metode solvent casting dengan cara polimer larut air dilarutkan dalam air dan bersamaan dengan bahan obat. Eksipien lainnya dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian kedua larutan dicampur dan diaduk dan akhirnya dituang ke dalam cawan petri dan dikeringkan (Arya, et al., 2012).

2.4.2 Metode semisolid casting

Metode semisolid casting, pertama larutan polimer disiapkan.Larutan yang dihasilkan ditambahkan ke dalam larutan polimer tidak larut asam (misalnya selulosa asetat ftalat, selulosa asetat butirat), yang disiapkan di amonium atau natrium hidroksida. Kemudian sejumlah plastisizer yang tepat ditambahkan sehingga massa gel diperoleh. Akhirnya massa gel dituang ke dalam cetakan dengan panas dikontrol. Ketebalan film adalah sekitar 0,015-0,05 inci. Rasio polimer tidak larut asam denganpolimer pembentuk film harus 1: 4 (Arya, et al., 2012).

2.4.3 Metode hot melt extrussion

Obat dicampur dengan bahan pembawa dalam bentuk solid.Kemudian campuran tersebut ditekan dengan alat penekan yang memiliki panas.Akhirnya campuran tersebut mencair dan membentuk film.

Keuntungan :

1) Unit operasi yang lebih sedikit

(12)

2.4.4 Metode solid dispersion extrussion

Metode ini dengan mencampurkan komponen yang tidak dapat bercampur kemudian dikempa bersama dengan bahan obat, kemudian terbentuk dispersi solid.Akhirnya, dispersi solid dibentuk ke dalam film dengan cetakan (Arya, et al., 2012).

2.4.5 Metode rolling

Pembuatan ODF dengan metode ini dengan cara larutan atau suspensi yang mengandung obat di gulung ke dalam pembawa. Pelarut utamanya air dan campuran air dan alkohol.Film dikeringkan di atas penggulung dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan (Arya, et al., 2012).

2.5 Uraian Hidroksipropil Metil Selulosa

Hidroksipropil Methyl Cellulose (HPMC) atau hypromellose adalah O-Metilasi dan O-(2-hidroksipropilasi). HPMC dikenal sebagai polimerpembentuk film dan memiliki penerimaan yang sangat baik.Bahan yang memiliki kelas lebih rendah dari HPMC seperti Methocel E3, E5, dan E15 secara khusus digunakan sebagai pembentuk film karena viskositas yang rendah.

Gambar 2.2.Struktur kimia HPMC

(13)

akanberdampak pada hubungan suhu dan kelarutan. HPMC memiliki bentuk yang transparan, kuat, dan fleksibel (McGinity dan Felton, 2008).

2.6 Uraian Polietilen Glikol

Polietilen glikol (PEG) banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasi termasuk parenteral, topikal, mata, oral, dan sediaan untukrektal. PEG telah digunakan secara eksperimental dalam matriks polimer biodegradable yang digunakan dalam sistem controlled-release (Raymond, 2006).

Gambar 2.3.Struktur kimia PEG

Gambar

Gambar 2.1. Struktur kimia antalgin
Gambar 2.2.Struktur kimia HPMC
Gambar 2.3.Struktur kimia PEG

Referensi

Dokumen terkait

tepat untuk menghasilkan karakteristik biodegradable film dari ampas rumput laut.. Eucheuma cottonii

PENGARUH PENAMBAHAN LlLlN LEBAH DAN POLlETlLEN GLIKOL TERHADAP KARAKTERISTIK FILM EDIBEL DARl PROTEIN BUNGKIL KEDELAI, KARBOKSIMETILSELULOSA DAN METILSELULOSA.. Di

Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ODF cetirizin HCl yang diformulasi dengan polimer kombinasi HPMC dan pektin (1 : 3) memberikan karakteristik ODF yang

Ikan mas naniura dengan mutu terbaik yang dipilih berdasarkan karakteristik kimia dan uji organoleptik melalui nilai hedonik rasa yang diperoleh adalah perlakuan dengan

Ikan mas naniura dengan mutu terbaik yang dipilih berdasarkan karakteristik kimia dan uji organoleptik melalui nilai hedonik rasa yang diperoleh adalah perlakuan dengan

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh konsentrasi CMC terhadap karakteristik bioselulosa berbasis edible film yang mengandung ekstrak daun sirsak dan

Pada penelitian ini dilakukan studi literatur mengenai pengaruh jenis dan konsentrasi pemlastis (gliserol dan sorbitol) terhadap karakteristik WVTR edible film

Peningkatan penggunaan konsentrasi plasticizer pada edible film berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap kadar air, ketebalan, kecerahan (L*), kelarutan, transmisi uap air,