BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan oral merupakan cara paling umum digunakan dalam pemberian obat. Rute ini juga paling aman, nyaman dan murah (Hardman, dkk., 2012). Tetapi kelemahan bentuk sediaan oral seperti tablet dan kapsul adalah kesulitan menelan menyebabkan ketidakpatuhan pasien terutama pasien pediatrik dan geriatrik (Kaur, et al., 2012). Menurut Andersen, et al., (1995), formulasi obat yang dapat larut di mulut dalam waktu singkat tanpa minum air (Oral dissolfing film), dapat mengatasi masalahtersebut. Dibandingkan tablet konvensional, sediaan oral dissolfing film (ODF) lebih nyaman digunakan dan berpotensi meningkatkan kepatuhan pasien.
Sediaan ODF digunakan dalam kondisi akut seperti nyeri, emesis, migrain, hipertensi, gagal jantung kongestif, danasma (Kalyan and Bansal, 2012). Pemilihan polimer merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam keberhasilan pengembangan formulasi film.Polimer dapat digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi untuk mendapatkan sifat film yang diinginkan (Galgatte, et al., 2013).
Hidroksipropil metil selulosa (HPMC) membentuk film yang transparan, kuat dan fleksibel.Beberapa zat tambahan sering dicampurkan untuk mendapatkan sifat film yang diinginkan.Pektin adalah pembentuk film dengan kapasitas yang baik sebagai pembawa obat (Nagar, et al., 2011). Menurut Galgatte, et al., (2013),
kombinasi HPMC E15 dan pektin mampu menghasilkan film dengan penampilan yang halus dan transparan.
Cetirizin hidroklorida adalah serbuk berwarna putih yangmudah larut dalam air (British pharmacopoeia, 2002) merupakan antihistamin oral antagonis reseptor H1 selektif. Dosis penggunaan 5 mg hingga 10 mg satu kali sehari yang diindikasikan untuk rinitis alergi dan urtikaria kronik (Wells, et al., 2006).
Rinitis alergi didefinisikan sebagai peradangan selaput lendir hidung yang disebabkan oleh alergen sehingga menimbulkan respon imunologi spesifik. Gejala yang menyertai rinitis alergi antara lain; bersin, hidung tersumbat, batuk, tenggorokan sakit, suara serak, alergi konjungtivitis, mata, telinga atau hidung terasa gatal (Wells, et al., 2006).
Cetirizin hidroklorida akan sangat ideal dibuat dalam bentuk sediaan ODF. Uraian di atas mendorong peneliti untuk memformulasi sediaan ODF cetirizin hidroklorida menggunakan polimer kombinasi HPMC dan pektin.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah : a. apakah cetirizin hidroklorida dapat diformulasikan menjadi sediaan ODF
menggunakan polimer kombinasi HPMC dan pektin ?
b. bagaimana pengaruh perbandingan polimer kombinasi HPMC dan pektin terhadap karakteristik ODF cetirizin hidroklorida ?
1.3 Hipotesa
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. cetirizin hidroklorida dapat diformulasikan menjadi sediaan ODF menggunakan polimer kombinasi HPMC dan pektin.
b. terdapat pengaruh perbandingan polimer kombinasi HPMC dan pektin terhadap karakteristik ODF cetirizin hidroklorida.
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. memformulasi sediaan ODF cetirizin hidroklorida menggunakan polimer kombinasi HPMC dan pektin.
b. melihat pengaruh perbandingan polimer kombinai HPMC dan pektin terhadap karakteristik ODF cetirizin hidroklorida.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan menjadi rujukan bagi masyarakat tentang formulasi sediaan ODF menggunakan polimer kombinasi HPMC dan pektin.