• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Waktu Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu yang secara administratif berada di Kabupaten Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta (Gambar 4). Empat pulau di dua zona pengelolaan yang berbeda dipilih sebagai lokasi penelitian, masing- masing dengan dua titik pengamatan yang berbeda (di kedalaman 3-5 m). Lokasi pengamatan yaitu pulau Pramuka dan P. Panggang yang mewakili zona pemukiman, sementara P. Kayu Angin Bira dan P. Belanda mewakili zona inti (Gambar 5).

Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan adanya perbedaan kondisi lingkungan di kedua zona. Zona pemukiman merupakan kawasan yang dihuni oleh penduduk sehingga berbagai aktivitas yang dilakukan menyebabkan tekanan terhadap lingkungan cukup tinggi. Sementara itu, zona inti merupakan kawasan yang mutlak dilindungi dan tidak dihuni oleh penduduk sehingga tekanan lingkungan yang diterima tidak sebesar zona pemukiman. Secara teoritis, dengan kondisi lingkungan yang berbeda maka kondisi ekosistem terumbu karang maupun kelimpahan ikan di kedua zona dimungkinkan akan berbeda pula.

Pemilihan titik pengamatan dilakukan secara purposive dimana sebelum titik ditentukan, terlebih dahulu dilakukan pemantauan sebaran terumbu karang yang ada di pulau tersebut. Jumlah titik pengamatan yang diambil pada penelitian ini disesuaikan dengan jumlah personil dan waktu yang tersedia, Meskipun demikian, sampel yang terambil diharapkan cukup mewakili untuk memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Selain di lapangan, penelitian juga dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan informasi beberapa parameter biologi ikan menggaru seperti: mengetahui jenis makanan dan tingkat kematangan gonad dari sampel ikan yang tertangkap.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan April-Agustus 2009. Survei lapangan untuk pengambilan data terumbu karang, kelimpahan ikan dan sampel ikan dilaksanakan tanggal 19 Mei-3 Juni 2009.

(2)
(3)
(4)

Tabel 1 Letak geografis lokasi sampling di setiap pulau

Zona Lokasi (Kode) Koordinat

Pemukiman Utara P. Pramuka (TP. 1) S 05o 45' 00" E 106o 37' 07" Timur P. Pramuka (TP. 2) S 05o 44' 20" E 106o 36' 55" Selatan P. Panggang (TP. 3) S 05o 44'56" E 106o 35' 41" Barat P. Panggang (TP. 4) S 05o 44' 39" E 106o 35' 10"

Inti Barat P. Kayu Angin Bira (TP. 5) S 05o 36' 25" E 106o 33' 49" Timur P. Kayu Angin Bira (TP. 6) S 05o 36' 28" E 106o 34' 01" Utara P. Belanda (TP. 7) S 05o 36' 15" E 106o 36' 09" Selatan P. Belanda (TP. 8) S 05o 36' 06" E 106o 36' 06"

Keterangan: S = Lintang Selatan, E = Bujur Timur TP = Titik Pengamatan

Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran fisik perairan

Pengukuran kualitas perairan yang terdiri dari beberapa parameter fisika dan kimia di lokasi penelitian menggunakan alat-alat sebagai berikut :

a. Temperatur air laut diukur menggunakan Thermometer. b. Kecerahan diukur menggunakan Seicchi Disc.

c. Kecepatan arus diukur dengan menggunakan Floating Drough. d. Salinitas diukur menggunakan Refraktometer.

2. Pengumpulan data kondisi terumbu karang dan kelimpahan ikan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data terumbu karang dan kelimpahan ikan antara lain:

a. Peralatan selam dasar.

b. Peralatan SCUBA (Self Contain Underwater Breathing Aparatus). c. Kamera Underwater.

d. Global Positioning System (GPS). e. Transek Kuadrat 1 x 1 m dan roll meter. f. Buku identifikasi, sabak dan alat tulis lain.

(5)

3. Sampel ikan

Alat tangkap yang digunakan untuk pengambilan sampel ikan menggaru antara lain:

a. Jaring insang (Gillnet). b. Pancing ulur (Handline).

Alat dan bahan yang digunakan untuk analisis sampel ikan baik di lapangan maupun di laboratorium antara lain:

a. Pengukur panjang/mistar. b. Timbangan digital. c. Formalin 4%. d. Botol sampel. e. Alat bedah ikan. f. Mikroskop. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu suatu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fakta- fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang obyek yang diteliti.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei dengan langkah- langkah dan metode sebagai berikut :

a. Kondisi Perairan

Kondisi fisik perairan berupa temperatur air laut, kecerahan, salinitas, kekeruhan, dan kecepatan arus permukaan diukur langsung di lapangan (in situ). Sedangkan derajat keasaman (pH), kadar fosfat, nitrat, nitrit dan ammonia diukur di laboratorium berdasarkan sampel air yang diambil dari setiap titik pengamatan. b. Kondisi Terumbu Karang

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data kondisi terumbu karang adalah modifikasi transek garis yang dikembangkan oleh Loya (1978) dengan transek kuadrat (Rogers et al. 1994). Pada setiap titik pengamatan diletakkan

(6)

transek garis dengan panjang 50 meter sejajar garis pantai. Selanjutnya disepanjang transek garis tersebut diletakkan transek kuadrat ukuran 1 x 1 m dengan pengulangan sebanyak 20 kali. Cara kerja yang dilakukan untuk mendapatkan data terumbu karang disajikan pada Gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6 Transek kuadrat diletakkan sepanjang transek garis.

Pada saat diletakkan sepanjang transek garis, transek kuadrat difoto menggunakan kamera bawah air Nikon D80 sehingga diperoleh 20 foto. Hasil foto tersebut yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Coral Point Count with Excell Extension (CPCe) V3.6 untuk memperoleh gambaran tentang kondisi terumbu karang seperti persentase tutupan substrat dasar, persentase tutupan karang keras (hard coral), life form karang, dan tutupan genus karang.

Kategori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Chabanet et al. 1997; Williams & Pollunin 2001; Diaz-Pullido & McCook 2008 yaitu: Karang Keras (KK), Bercabang/Branching (BRA), Mengerak/Encrusting (ENC), Massive (MAS), Meja/Tabulate (TAB), Jamur/Mushroom (MSR), Karang mati dengan alga/Dead Coral Algae (DCA), Karang mati/Dead Coral (DC), Pasir (PSR), Rubble (RBL), Batu (BAT), Coralline Algae (CA), Macroalgae (MA), Turf Algae (TA), Red Algae (RED), Green Algae (GRN), Brown Algae (BRO), Non Karang Keras (NKK).

c. Ikan Karang

Pengamatan kelimpahan ikan karang menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC). Meskipun metode ini tidak sempurna, UVC merupakan metode paling praktis, tidak merusak dan masih diperbolehkan untuk memperkirakan kelimpahan jenis ikan di lapangan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, metode ini dapat diulang dan tidak mahal (Sale & Sharp 1983; Bell et al. 1985; English et al. 1994; Samoilys & Carlos 2000, diacu dalam Aktani 2003).

(7)

Prosedur dalam penggunaan metode sensus visual secara garis besar hampir sama dengan penggunaan metode Line Intersept Transect (LIT) dimana roll meter sepanjang 50 m dibentangkan sejajar dengan garis pantai berlawanan dengan arah arus. Ikan yang dijumpai pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan 2,5 m sebelah kanan garis transek dicatat jumlahnya. Cara pengamatan tersebut diilustrasikan Labrose (2002) dalam Gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7 Pencatatan data kelimpahan/sensus visual spesies ikan karang. Hasil pengamatan ikan karang ditabulasikan berdasarkan jenis dan frekuensi ditemukannya pada transek pengamatan. Identifikasi jenis ikan mengacu kepada Burgess dan Axelrod (1972), Masuda et al. (1984), Allen dan Steene (1987), Kuiter (1992), Lieske dan Myers (1997).

d. Sampel Ikan dan Lambungnya

Ikan menggaru sebagai sampel dalam penelitian, diambil (ditangkap) menggunakan jaring insang (Gill Net) dan pancing ulur (Hand Line) dengan bantuan nelayan setempat. Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan yaitu perairan di zona permukiman dan zona inti selama dua minggu. Sampel ikan diukur panjangnya dan ditimbang beratnya kemudian dibedah dan diambil saluran pencernaannya dari pangkal pharynx sampai anus.

Saluran pencernaan ikan tersebut kemudian diawetkan dengan formalin 4% dan dimasukkan ke dalam botol ukuran 50 ml serta diberi label. Setelah itu sampel dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi tingkat kematangan gonad dan jenis makanannya.

Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka dan informasi dari berbagai instansi seperti Balai TNKPs, P2O-LIPI, Dishidros TNI AL, IPB, LSM serta tulisan dan publikasi lain yang terkait dengan penelitian ini.

(8)

Analisis Data

a. Persentase Penutupan Substrat Dasar

Persentase penutupan substrat dasar dihitung berdasarkan hasil foto per transek yang diolah menggunakan perangkat lunak Coral Point Count with Excell extension (CPCe) V3.6. Perangkat lunak yang dikembangkan olehKohler dan Gill (2006) ini merupakan program visual basic yang berdasarkan metodologi penghitungan titik secara acak.

Analisis data untuk menentukan kondisi terumbu karang didasarkan pada persentase tutupan karang keras dan mengacu pada kategori Australian Institute of Marine Science (AIMS), yaitu: 1) hancur/rusak (0-24,9%); 2) sedang (25-49,9%); 3) baik (50-74,9%); dan 4) sangat baik (75-100%).

b. Kelimpahan Ikan

Analisis kelimpahan ikan menggaru (Lutjanus decussatus) di lokasi penelitian dihitung dengan me nggunakan rumus sebagai berikut:

c. Uji Beda N yata (Significance Test)

Uji beda nyata menggunakan One way ANOVA dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara beberapa parameter atau plot uji pada zona pemukiman dan zona inti seperti: parameter fisik dan kimia perairan, tutupan substrat dasar, tutupan life form karang, tutupan genus karang, ukuran panjang ikan hasil sensus, dan rata-rata berat serta panjang sampel ikan tangkapan.

d. Hubungan Panjang Berat Ikan

Analisis hubungan panjang berat ikan menggaru dilakukan terhadap sampel ikan yang tertangkap masing- masing sebanyak 21 ekor dari zona pemukiman dan 20 ekor dari zona inti. Penentuan hubungan panjang berat ikan mengikuti cara Hile 1936, diacu dalam Effendie 1997 dengan rumus: W = aLb (W = berat ikan, L = panjang ikan, a dan b = konstanta yang dicari).

dengan: X = Kelimpahan ikan

Ji = Jumlah ikan pada titik pengamatan ke- i A = Luas terumbu karang yang diamati (m2)

A Ji X =

(9)

Linierisasi dilakukan menggunakan logaritma persamaan yaitu log W = log a + b log L. Untuk memperoleh nilai log a dan b, digunakan teknik perhitungan panjang berat secara langsung menurut Rousefell dan Everhart (1960) dan Lagler (1961), diacu dalam Effendie (1997), menggunakan rumus sebagai berikut:

Setelah nilai a dan b diketahui maka analisis dilakukan berdasarkan nilai konstanta b yang diartikan sebagai berikut:

• Bila b = 3,0 berarti pertumbuhan bersifat isometrik (ideal).

• Bila b > 3 atau b < 3, berarti pertumbuhan ikan bersifat allometrik atau kurang baik karena pertumbuhan berat dan panjang tidak sebanding. Sifat allometrik ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

- Bila b < 3 berarti pertumbuhan panjang lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan berat sehingga ikan kelihatan kurus dan tidak normal, terlihat terlalu panjang.

- Bila b > 3 berarti pertumbuhan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjang sehingga ikan kelihatan gemuk dan tidak normal. e. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan terhadap 41 ekor ikan hasil tangkapan dengan rincian: 21 ekor dari perairan zona pemukiman dan 20 ekor dari perairan zona inti. Tingkat kematangan diduga menggunakan cara morfologi dan mengacu pada klasifikasi kematangan gonad ikan laut menurut Romimohtarto dan Juwana (2001) seperti disajikan pada Tabel 2.

Hasil pendugaan kematangan gonad ikan menggaru dianalisis secara deskriptif dikaitkan dengan lokasi dan waktu pengambilan sampel serta dibandingkan dengan tingkat kematangan gonad ikan kakap dari jenis lain yang masih dalam satu marga (Lutjanus). Digunakannya data TKG ikan kakap dari jenis yang berbeda dikarenakan data TKG ikan menggaru dari lokasi lain tidak dapat diperoleh.

(10)

Tabel 2 Klasifikasi tingkat kematangan gonad ikan laut

Tingkat Keadaan Gonad Deskripsi

I Tidak Matang Gonad memanjang, kecil dan hampir transparan. II Sedang Matang Gonad membesar, berwarna jingga

kekuning-kuningan, butiran telur belum terlihat dengan mata telanjang.

III Matang Gonad berwarna putih kekuningan, butiran telur sudah dapat terlihat dengan mata telanjang. IV Siap Pijah Butiran telur membesar dan berwarna kuning

jernih, dapat keluar dengan sedikit tekanan pada perut.

V Pijah (spent) Gonad mengecil, berwarna merah dan pembuluh darah dapat terlihat dengan mata telanjang. f. Jenis Makanan

Jenis makanan dia nalisis berdasarkan 41 sampel ikan hasil tangkapan dengan cara lambung dibuka, isi lambung ditimbang kemudian dipisahkan menurut jenisnya. Tiap jenis makanan dicatat frekuensi kejadiannya sehingga diperoleh gambaran mengenai jenis makanan utama, sifat dan penggolongan ikan menggaru sebagai obyek penelitian.

g. Hubungan Ikan Menggaru dan Terumbu Karang

Untuk mengetahui hubungan terumbu karang dan ikan menggaru, data yang diperoleh berupa persentase tutupan life form karang dan genus karang serta kelimpahan ikan menggaru, ditabulasi dan disajikan dalam bentuk gambar atau grafik sehingga dapat diketahui kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Selanjutnya data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan berpedoman pada hasil- hasil penelitian sejenis dan data sekunder lainnya.

Gambar

Gambar 4  Lokasi penelitian.
Gambar 5  Lokasi pengambilan contoh/sampling.
Tabel 1  Letak geografis lokasi sampling di setiap pulau
Tabel 2  Klasifikasi tingkat kematangan gonad ikan laut

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Sahara 2016 menggunakan Rhizopus oryzae untuk proses fermentasi yang menggunakan variasi volume inokulum 3, 5, 7 mL dan lama fermentasi 3, 6, 9 hari melaporkan

Untuk itu ditawarkan solusi yaitu dibuat oven yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan higienis serta dibuat rak penyimpanan sehingga wingko yang

Untuk itu ditawarkan solusi yaitu dibuat oven yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan higienis serta dibuat rak penyimpanan sehingga wingko yang

lancar, &gt; berdayaguna dan berhasilguna, tclah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pcmbentukan Dewan Penyantun Tim Penggerak

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk membangun sebuah sistem informasi yang dapat mengatasi permasalahan usul kenaikan pangkat, usul kenaikan

Telah dilakukan sintesis talk dari bahan baku lokal dolomit dan kuarsa dengan metode pemanasan/kalsinasi dan hidrotermal.. Proses pengadukan bahan baku secara konvensional dan

Form ini merupakan tampilan form yang akan muncul pertamakali pada saat program aplikasi dijalankan, dimana pada form ini user dapat memilih untuk langsung

Dengan adanya pabrik neopentana ini maka kebutuhan bahan baku industri kimia di Indonesia diharapkan akan terpenuhi dan mampu menekan ketergantungan sektor industri