• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

RETRIBUSI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang: a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab;

b. bahwa dengan diundangkannya Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka terhadap Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Retribusi perlu disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang–Undang dimaksud;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah;

Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950); 3. Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang

Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104);

(2)

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(3)

Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2010, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

15. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tahun 1987 Nomor 3 Seri D);

16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 4 Seri E);

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan DaerahProvinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Nomor 2 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2);

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Nomor 7 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

dan

GUBERNUR JAWA TIMUR MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI DAERAH.

(4)

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur.

4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unsur pelaksana teknis Dinas/Badan di lapangan untuk melaksanakan sebagian urusan Dinas/Badan Provinsi yang ada di Kabupaten/Kota.

6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

7. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Provinsi untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

8. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Provinsi berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

9. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Provinsi untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

(5)

Provinsi dengan menganut prinsip–prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

11. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Provinsi dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang

merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Provinsi.

14. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Gubernur.

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

17. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

(6)

dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang–undangan retribusi daerah.

19. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

OBJEK, GOLONGAN DAN JENIS RETRIBUSI Bagian Kesatu

Objek dan GolonganRetribusi Pasal 2

(1)Objek Retribusi adalah:

a. Jasa Umum;

b. Jasa Usaha; dan

c. Perizinan Tertentu.

(2)Retribusi yang dikenakan atas jasa umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

(3)Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

(4)Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

Bagian Kedua Jenis Retribusi

Pasal 3

(1)Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Provinsi untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

(7)

ayat (1) adalah:

a. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; b. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; dan c. Retribusi Pelayanan Pendidikan.

Pasal 4

(1) Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

a. pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

b. pelayanan oleh Pemerintah Provinsi sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

(2) Jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Tempat Pelelangan;

c. Retribusi Tempat Penginapan / Pesanggrahan / Villa; d. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

e. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; dan f. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Pasal 5

(1) Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Provinsi kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. (2) Jenis Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah:

a. Retribusi Izin Trayek; dan

b. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

(8)

RETRIBUSI JASA UMUM Bagian Kesatu

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 6

Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi.

Pasal 7

Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 adalah penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.

Pasal 8

(1)Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi. (2)Wajib Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah

orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 9

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta diukur berdasarkan jumlah penyediaan dan ukuran peta.

(9)

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 10

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta ditetapkan hanya dengan memperhitungkan biaya pencetakan dan pengadministrasian.

Bagian Kedua

Retribusi Pelayanan Tera /Tera Ulang Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 11

Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, dipungut retribusi atas pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya serta Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang yang berada pada UPT Kemetrologian dan Laboratorium Kalibrasi Kemetrologian di lingkungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, meliputi:

a. Tera Sah dan Tera Batal;

b. Tera Ulang Sah dan Tera Ulang Batal; c. Pengujian;

d. Penelitian;

e. Sertifikasi dan Tabel;

f. Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT); dan

g. Kalibrasi.

(10)

(1)Subjek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tera sah dan tera batal, tera ulang sah dan tera ulang batal, pengujian, penelitian, kalibrasi alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya serta pengujian barang dalam keadaan terbungkus.

(2)Wajib Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 14

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang diukur berdasarkan tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas, tempat pelayanan dan peralatan pengujian yang digunakan.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 15

(1)Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang ditetapkan dengan memperhatikan biaya operasional, jarak tempuh, biaya pemeliharaan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan kepastian hukum.

(2)Sarana dan prasarana untuk proses tera sah, tera batal, tera ulang sah, tera ulang batal dan kalibrasi di tempat pakai dipersiapkan oleh pemohon/pemakai/pemilik alat Ukur, Takar, Timbangan, dan Perlengkapannya (UTTP).

(11)

Retribusi Pelayanan Pendidikan Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 16

Dengan nama Retribusi Pelayanan Pendidikan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Provinsi.

Pasal 17

Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Provinsi yang berada pada:

a. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur;

b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur; dan

c. Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Timur. Pasal 18

(1)Subjek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis.

(2)Wajib Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 19

Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pelayanan Pendidikan diukur berdasarkan jangka waktu, jenis dan kelas pendidikan serta jumlah peserta pelatihan.

(12)

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 20

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pendidikan ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan.

BAB IV

RETRIBUSI JASA USAHA Bagian Kesatu

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 21

Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah.

Pasal 22

Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan daerah yang berada pada:

a. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur; b. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

c. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur; d. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur; e. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

Provinsi Jawa Timur;

f. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur;

g. Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur;

h. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur; i. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur;

j. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur;

k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur;

l. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur;

m.Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur;

(13)

o. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur;

p. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur;

q. Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur;

r. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur;

s. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur;

t. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Bojonegoro;

u. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Malang;

v. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Pamekasan; dan

w.Biro Administrasi Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.

Pasal 23

(1)Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pemakaian kekayaan Daerah.

(2)Wajib Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 24

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah diukur berdasarkan jangka waktu, jumlah, luas, fungsi dan keahlian serta jenis usaha pada pemakaian kekayaan daerah.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 25

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(14)

Retribusi Tempat Pelelangan Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 26

Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi atas pembayaran penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Provinsi.

Pasal 27

(1)Objek Retribusi Tempat Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Provinsi pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur untuk melakukan pelelangan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.

(2)Termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Provinsi dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.

Pasal 28

(1)Subjek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau badan yang memakai tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Provinsi untuk melakukan pelelangan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.

(2)Wajib Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 29

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Tempat Pelelangan diukur berdasarkan nilai transaksi lelang.

(15)

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 30

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Pelelangan didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

Bagian Ketiga

Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 31

Dengan nama Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/ Villa dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penggunaan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa.

Pasal 32

Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 adalah pelayanan tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Provinsi yang berada pada:

a. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur; b. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur; c. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

d. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur; e. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; dan

f. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Pasal 33

(1)Subjek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa.

(16)

adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan ketentuan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 34

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/Villa diukur berdasarkan jangka waktu dan jenis/kelas kamar.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 35

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa didasarkan pada tujuan memperoleh keuntungan yang layak.

Bagian Keempat

Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 36

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan jasa kepelabuhanan.

Pasal 37

(1) Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Provinsi pada Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur.

(17)

adalah pelabuhan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD dan swasta.

Pasal 38

(1)Subjek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa kepelabuhanan.

(2)Wajib Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 39

Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan diukur berdasarkan Jenis Pelayanan Pelabuhan.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 40

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan didasarkan pada tujuan memperoleh keuntungan yang layak.

Bagian Kelima

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 41

Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga.

(18)

Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Provinsi yang berada pada:

a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur;

b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur; c. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; dan

d. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Pasal 43

(1)Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga.

(2) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 44

Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga diukur berdasarkan frekuensi, jumlah dan jenis pelayanan pada tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 45

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(19)

Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 46

Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penjualan hasil produksi usaha Daerah.

Pasal 47

Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Provinsi yang berada pada: a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur;

b. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

c. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur;

d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur;

e. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; dan f. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.

Pasal 48

(1)Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ memanfaatkan hasil produksi usaha daerah pada:

a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur; b. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

c. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur; d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa

Timur;

e. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; dan f. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.

(2)Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

(20)

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 49

Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah diukur berdasarkan berat, volume, jumlah, jenis, mutu dan ukuran hasil produksi yang dijual.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 50

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah didasarkan pada tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang layak.

BAB V

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU Bagian Kesatu

Retribusi Izin Trayek Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 51

Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin trayek.

Pasal 52

Objek Retribusi Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu yang meliputi:

a. Pelayanan angkutan pada trayek tetap dan teratur; b. Pelayanan angkutan tidak dalam trayek; dan

c. Pelayanan angkutan yang menyimpang dari trayeknya karena keperluan tertentu.

(21)

(1)Subjek Retribusi Izin Trayek adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin trayek dari Pemerintah Provinsi.

(2)Wajib Retribusi Izin Trayek adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 54

Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Izin trayek diukur berdasarkan jenis kendaraan, tempat duduk dan masa berlaku izin trayek.

Paragraf 3

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 55

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Izin Trayek didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaran pemberian izin meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.

Pasal 56

(1)Masa berlaku izin trayek selama 5 (lima) tahun dan dikenakan retribusi setiap kendaraan.

(2)Untuk pengawasan dan pengendalian izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan kartu pengawasan yang berlaku selama 1 (satu) tahun.

(22)

Retribusi Izin Usaha Perikanan Paragraf 1

Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 57

Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin usaha perikanan.

Pasal 58

Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikanoleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, yang berupa:

a. Izin Pemasangan Rumpon; dan b. Izin Pembudidayaan Ikan.

Pasal 59

(1)Subjek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah setiap orang pribadi atau badan yang mendapat izin untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

(2)Wajib Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 60

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Izin Usaha Perikanan diukur berdasarkan atas jangka waktu, luas dan jenis usaha perikanan.

(23)

Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 61

Prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi Izin Usaha Perikanan didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 62

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VII

WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 63

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Provinsi. Pasal 64

(1)Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2)Dokumen lain yang dipersamakansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.

(3)Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Umum Daerah secara bruto.

(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur dengan Peraturan Gubernur.

(24)

TATA CARA PEMBAYARAN Bagian Kesatu

Ketentuan Pembayaran Pasal 65

(1)Pembayaran Retribusi oleh Wajib Retribusi dilakukan secara tunai dan sekaligus.

(2)Retribusi terutang yang ditetapkan dengan SKRD dibayar selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD.

(3)Pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran. Bagian Kedua

Tempat Pembayaran Pasal 66

(1)Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah atau tempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan.

(2)Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Umum Daerah secara bruto selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang telah ditentukan oleh Gubernur.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan dan tempat pembayaran diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB IX

MASA RETRIBUSI, SAAT RETRIBUSI TERUTANG DAN PENAGIHAN

Pasal 67

Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Provinsi.

Pasal 68

Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(25)

(1)Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar ditagih dengan menggunakan STRD.

(2)Penagihan retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB X

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 70

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XI KEBERATAN

Pasal 71

(1)Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 72

(1)Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(26)

untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Gubernur.

(3)Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(4)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Gubernur tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 73

(1)Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2)Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 74

(1)Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Gubernur.

(2)Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Gubernur tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4)Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(27)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6)Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Gubernur memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

(7)Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 75

(1)Gubernur dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi kepada Wajib Retribusi.

(2)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XIV

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 76

(1)Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di Bidang Retribusi.

(2)Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(28)

dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Provinsi.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 77

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Provinsi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat(1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XV PEMERIKSAAN

Pasal 78

(1) Gubernur berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan Retribusi.

(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:

a.memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi yang terutang;

b.memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(29)

retribusi diatur dengan Peraturan Gubernur. BAB XVI

INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 79

(1)Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. (2)Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan melalui APBD.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XVII

BAGI HASIL RETRIBUSI Pasal 80

(1) Beberapa pungutan retribusi yang diterima oleh Pemerintah Provinsi dilakukan Bagi Hasil dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.

(2) Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Hasil Pemungutan Retribusi Jasa Umum untuk Pelayanan Tera/Tera Ulang pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur:

1. sebesar 70% (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Provinsi; dan

2. sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk Pemerintah Kabupaten/Kota.

b. Hasil Pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk Pelayanan Jasa Keahlian Pemeriksaan Hewan pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur: 1.sebesar 40 % (empat puluh persen) untuk

Pemerintah Provinsi; dan

2.sebesar 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah Kabupaten/Kota.

(30)

Provinsi Jawa Timur meliputi:

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk Pengujian atau Pemeriksaan Lapangan dalam rangka pengukuran dan pengujian kayu:

a) apabila dilakukan oleh Pemerintah Provinsi:

1) sebesar 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Provinsi; dan

2) sebesar 30 % (tiga puluh persen) untuk Pemerintah Kabupaten/Kota.

b) apabila dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota:

1) sebesar 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Kabupaten/Kota; dan

2) sebesar 30 % (tiga puluh persen) untuk Pemerintah Provinsi.

2. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa, dan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga pada Tahura R. Soerjo:

a) sebesar 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Provinsi; dan

b) sebesar 30 % (tiga puluh persen) untuk Pemerintah Kabupaten/Kota.

BAB XVIII PENYIDIKAN

Pasal 81

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Provinsi diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Provinsi yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(31)

adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana Retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan

bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak Pidana Retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(32)

KETENTUAN PIDANA Pasal 82

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.

BAB XX

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 83

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah tentang Retribusi mengenai jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.

Pasal 84

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur.

(2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 85

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka terhadap:

a. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengaturan Pramuwisata di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tahun 1994 Nomor 3 Seri B);

(33)

2002 tentang Ijin Kerja Perpanjangan, Sementara dan Mendesak bagi Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 Nomor 1 Seri C);

c. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pertambangan Bahan Galian Strategis dan Vital di Propinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 Nomor 1 Seri E); d. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun

2002 tentang Pengelolaan Tahura R. Soerjo (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 Nomor 4 Seri C); e. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun

2003 tentang Perizinan Angkutan Penumpang Umum (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2003 Nomor 4 Seri C);

f. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2004 Nomor 1 Seri E);

g. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Pada Wilayah Sungai Di Propinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 1 Seri C);

h. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2005 tentang Usaha Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 3 Seri C);

i. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pemakaian Tanah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 4 Seri C); dan

j. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pengujian Tipe, Sertifikasi Spesifikasi Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor 1 Seri C),

sepanjang yang mengatur mengenai retribusi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(34)

a. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 14 Tahun 1998 tentang Retribusi Pasar Grosir Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tahun 1999 Nomor 4 Seri B);

b. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 Nomor 2 Seri C);

c. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2002 tentang Retribusi Biaya Tera/Tera Ulang dan Kalibrasi Alat-alat Ukur, Takar Timbang dan Perlengkapannya serta Pengujian Barang dalam Keadaan Terbungkus (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 Nomor 3 Seri C);

d. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2003 tentang Retribusi Pemeriksaan, Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2003 Nomor 1 Seri C);

e. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pemanfaatan Flora dan Fauna yang tidak dilindungi Lintas Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2003 Nomor 2 Seri C);

f. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1 Seri C); dan

g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 2 Seri C),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(35)

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 29 Pebruari 2012 GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd.

Dr. H. SOEKARWO

(36)

Pada tanggal 29 Pebruari 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR ttd. Dr. H. RASIYO, M.Si

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI B.

Sesuai dengan aslinya a.n. SEKRETARIS DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR Kepala Biro Hukum

ttd.

SUPRIANTO, SH, MH Pembina Utama Muda NIP 19590501 198003 1 010

(37)

NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

RETRIBUSI DAERAH I. UMUM

Bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab, pemerintah daerah diberikan hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah dimaksud diperlukan pembiayaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Pemerintah Daerah berhak untuk melakukan pungutan kepada masyarakat sebagai manifestasi dari kebijakan keuangan daerah yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan pemerintahan yang salah satunya bersumber pada retribusi daerah.

Banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, antara lain dengan memungut berbagai macam jenis pajak dan retribusi daerah, yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 memang dimungkinkan, karena undang-undang tersebut hanya mengatur prinsip-prinsip dalam menetapkan jenis pajak dan retribusi yang dapat dipungut daerah, sehingga pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan.

Pemberian peluang untuk menetapkan jenis retribusi baru yang semula diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah, pada kenyataannya tidak cukup untuk menutupi kekurangan pembiayaan, tetapi justru mengakibatkan ekonomi biaya tinggi karena banyak terdapat tumpang tindih (overlappping) dengan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan angka ketergantungan pembiayaan pada dana alokasi dari pemerintah pusat masih tetap tinggi.

(38)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang sekaligus mencabut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah beserta perubahannya, memberikan ketentuan baru bahwa jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanyalah yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun (close list) meskipun masih dibuka kemungkinan untuk ditetapkannya jenis retribusi baru dengan peraturan pemerintah sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Pemberian peluang tersebut selain untuk mengantisipasi penyerahan fungsi pelayanan dan perizinan dari pemerintah kepada daerah yang juga diatur dalam peraturan pemerintah, juga untuk menampung potensi yang dimiliki daerah guna memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tetapi belum diatur dalam undang-undang dimaksud.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 juga melakukan perubahan mekanisme pengawasan terhadap peraturan daerah tentang retribusi daerah, bahwa untuk meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap retribusi yang dipungut daerah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menerapkan sistem pengawasan preventif yaitu dengan cara bahwa setiap Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi sebelum dilaksanakan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pemerintah. Selain itu terhadap daerah yang menetapkan kebijakan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah yang melanggar ketentuan yang lebih tinggi dikenakan sanksi berupa penundaan dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil atau restitusi.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 juga mengamanatkan bahwa dalam waktu 2 (dua) tahun setelah undang-undang tersebut ditetapkan maka peraturan daerah tentang retribusi daerah harus sudah disesuaikan. Oleh karena itu, pembentukan Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah ini dimaksudkan untuk menyesuaikan retribusi yang dipungut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, sehingga dalam peraturan daerah ini terdapat ketentuan tentang pencabutan terhadap sebagian ketentuan dalam peraturan daerah yang mengatur masalah retribusi yang tidak lagi diatur dalam undang-undang tetapi pada prakteknya masih menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat serta pencabutan terhadap seluruh peraturan daerah tentang retribusi yang sudah ada.

(39)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 dipungut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur diatur dalam 1 (satu) Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah, yang didalamnya sekaligus mengatur mengenai 3 (tiga) objek retribusi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi PerizinanTertentu yang masing-masing dibagi dalam jenis-jenis retribusi yang dipungut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan struktur dan besaran tarif dicantumkan dalam lampiran yang dikelompokkan menurut obyek retribusi dan dikelompok masing-masing pemungut.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11

(40)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25

(41)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39

(42)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47

Yang dimaksud hasil produksi usaha Pemerintah Provinsi, antara lain berupa bibit atau benih tanaman, bibit ternak, bibit atau benih ikan dan bahan baku keramik.

Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Cukup jelas. Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 52

(43)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 Huruf a

yang dimaksud dengan “pelayanan angkutan pada trayek tetap” adalah pelayanan jasa angkutan orang yang memiliki asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, baik berjadwal maupun tidak berjadwal.

Huruf b

yang dimaksud dengan “pelayanan angkutan tidak dalam trayek” adalah pelayanan jasa angkutan orang yang sifat pelayanannya tidak dibatasi oleh wilayah administratif serta tidak berjadwal.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pelayanan angkutan yang menyimpang dari trayeknya untuk keperluan tertentu” adalah pelayanan jasa angkutan orang oleh perusahaan angkutan yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari izin trayek yang dimiliki.

Pasal 53 Cukup jelas. Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas. Pasal 57 Cukup jelas. Pasal 58 Cukup jelas. Pasal 59 Cukup jelas. Pasal 60 Cukup jelas. Pasal 61 Cukup jelas. Pasal 62

(44)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 Cukup jelas. Pasal 63 Cukup jelas. Pasal 64 Cukup jelas. Pasal 65 Cukup jelas. Pasal 66 Cukup jelas. Pasal 67 Cukup jelas. Pasal 68 Cukup jelas. Pasal 69 Cukup jelas. Pasal 70 Cukup jelas. Pasal 71 Cukup jelas. Pasal 72 Cukup jelas. Pasal 73 Cukup jelas. Pasal 74 Cukup jelas. Pasal 75 Cukup jelas. Pasal 76

(45)

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 Cukup jelas. Pasal 77 Cukup jelas. Pasal 78 Cukup jelas. Pasal 79 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan” adalah dinas/badan/lembaga yang melaksanakan pelayanan yang menjadi objek retribusi.

Ayat (2)

Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dengan Komisi yang membidangi keuangan. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 80 Cukup jelas. Pasal 81 Cukup jelas. Pasal 82 Cukup jelas. Pasal 83 Cukup jelas. Pasal 84 Cukup jelas. Pasal 85 Cukup jelas. Pasal 86 Cukup jelas. LAMPIRAN

(46)

NOMOR : 1 TAHUN 2012

TANGGAL : 29 PEBRUARI 2012

RETRIBUSI DAERAH

I.

RETRIBUSI JASA UMUM

A. RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta,struktur dan besarnya tarif meliputi:

1. Peta Ukuran A0 sebesar Rp. 300.000,00 per cetak;

2. Peta Ukuran A3 sebesar Rp. 75.000,00 per cetak; dan

3. Peta Ukuran A4 sebesar Rp. 30.000,00 per cetak.

B. RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR Retribusi Pelayanan Tera / Tera Ulangditetapkan sebagai berikut :

1. Biaya Retribusi Tera sah, Tera Batal dan Tera ulang sah dan Tera ulang Batal di Kantor dan di Tempat Sidang Tera Ulang (per buah) :

a. Ukuran Panjang (meter dengan pegangan; meter kayu; metermeja dari

logam; tongkat duga; meter saku baja; ban ukur; depthtape) :

1) Sampai dengan 2 m Rp. 4.000,00

2) Lebih dari 2 m sd 10 m Rp. 8.000,00

3) Lebih panjang dari 10 m dihitung sebagai berikut :

a) 10 m pertama Rp. 8.000,00

b) ditambah untuk tiap 10 m Rp. 4.000,00

c) bagian-bagian dari 10 m dihitung 10 m :

(1) Salib ukur Rp. 10.000,00

(2) Balok ukur Rp. 10.000,00

(3) Mikrometer Rp. 15.000,00

(4) Alat ukur tinggi orang Rp. 15.000,00

(5) Counter meter Rp. 25.000,00

(6) Rol tester Rp. 15.000,00

(7) Meter Taksi Rp. 25.000,00

b. Alat Ukur Permukaan Cairan (Level Gauge) Rp. 100.000,00

c. Takaran (basah/kering) :

1) Sampai dengan 2 L Rp. 500,00

2) 5 L s/d 25 L Rp. 1.000,00

d. Alat Ukur dari Gelas :

1) Labu ukur, buret , pipet , gelas ukur Rp. 10.000,00

2) Alat suntik Rp. 100,00

e. Bejana Ukur :

1) Sampai dengan 50 L Rp. 50.000,00

2) Lebih besar dari 50 L s/d 200 L Rp. 200.000,00

3) Lebih besar dari 200 L s/d 500 L Rp. 500.000,00

4) Lebih besar dari 500 L s/d 1000 L Rp. 750.000,00

f. Tangki Ukur Mobil setiap kompartemen Rp. 75.000,00

(47)

1) Neraca Emas dan Obat Rp. 20.000,00 2) Neraca Biasa Rp. 10.000,00 3) Dacin Rp. 5.000,00 4) Sentisimal Rp. 15.000,00 5) Desimal Rp. 20.000,00 6) Bobot Ingsut : a) Sampai dengan 500 kg Rp. 15.000,00

b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 50.000,00

7) Meja beranger Rp. 5.000,00 8) Pegas Rp. 10.000,00 9) Cepat :

a) Sampai dengan 500 kg Rp. 15.000,00

b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 50.000,00

10) Elektronik ( Kelas III dan IV ) :

a) Sampai dengan 500 kg Rp. 25.000,00

b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 75.000,00

11) Elektronik ( Kelas II ) :

a) Sampai dengan 1 kg Rp. 50.000,00

b) Lebih Besar dari 1 kg Rp. 100.000,00

h. Anak Timbangan :

1) Ketelitian biasa ( kelas M2 dan M3) :

a) Sampai dengan 1 kg Rp. 300,00

b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Rp. 600,00

c) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Rp. 1.000,00

2) Ketelitian khusus ( kelas F2 dan M1) :

a) Sampai dengan 1 kg Rp. 1.500,00

b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Rp. 5.000,00

c) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Rp. 10.000,00

i. Manometer :

1) Sampai dengan 100 kg/cm2 Rp. 25.000,00

2) Lebih dari 100 kg/cm2 s/d 1000 kg/cm2 Rp. 50.000,00

3) Lebih dari 1000 kg/cm2 Rp. 100.000,00

j. Tensimeter Rp. 10.000,00

k. Meter Bahan Bakar Minyak :

1) Meter arus Volumetrik, untuk setiap media uji : a) Meter induk :

(1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 100.000,00

(2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 200.000,00

(3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 500.000,00

b) Meter kerja :

(1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 50.000,00

(2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 75.000,00

(3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 100.000,00

(48)

a) Meter induk :

(1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 200.000,00

(2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 500.000,00

(3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 1.000.000,00

b) Meter kerja :

(1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 100.000,00

(2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 150.000,00

(3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 200.000,00

3) Meter air dingin : a) Meter induk :

(1) Sampai dengan 15 m3/jam Rp. 50.000,00

(2) Lebih dari 15 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 75.000,00

(3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 100.000,00

b) Meter kerja :

(1) Sampai dengan 15 m3/jam Rp. 25.000,00

(2) Lebih dari 15 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 50.000,00

(3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 75.000,00

c) Meter air rumah tangga Rp. 2.500,00

l. Meter Gas Rotari piston dan turbin Rp. 5.000,00

m. Meter Gas diaphraqma/basah Rp. 10.000,00

n. Meter Gas orifice Rp. 150.000,00

o. Meter Gas Vortex Rp. 500.000,00

p. Gas Mass flow meter Rp. 500.000,00

q. Magnetic Gas flow meter Rp. 500.000,00

r. Hot wire Gas flow meter Rp. 500.000,00

s. Ultrasonic Gas flow meter Rp. 1.000.000,00

t. Meter kWh 1 fase Rp. 3.500,00

u. Meter kWh 3 fase Rp. 4.000,00

v. Pemaras Rp. 500,00

w. Pencap kartu Rp. 5.000,00

x. Automatic temperature gravity Rp. 100.000,00

y. Automatic temperature compensator Rp. 100.000,00

z. CMOS Temperature compensator Rp. 100.000,00

aa. Plat orifice Rp. 100.000,00

bb. Pembatas arus listrik Rp. 1.500,00

cc. Pembatas arus air Rp. 10.000,00

dd. Pressure recorder Rp. 10.000,00

ee. Differential Pressure Recorder Rp. 10.000,00

ff. Temperature Recorder Rp. 10.000,00

gg. Pressure Transmitter Rp. 10.000,00

hh. Defferential Pressure Transmitter Rp. 10.000,00

ii. Temperature Transmitter Rp. 10.000,00

(49)

kk. Alat ukur Polusi Udara Rp. 50.000,00

ll. Meter Kadar air setiap komoditi Rp. 15.000,00

2. Biaya Retribusi Tera Sah , Tera Batal , Tera Ulang Sah dan Tera Ulang Batal di Tempat pakai atas dasar permintaan pemilik/pemakai per buah:

a. Ukuran Panjang: (meter dengan pegangan; meter kayu; metermeja dari

logam; tongkat duga; meter saku baja; ban ukur; depthtape)

1) Sampai dengan 2 m Rp. 10.000,00

2) Lebih dari 2 m sd 10 m Rp. 20.000,00

3) Lebih panjang dari 10 m :

a) 10 meter pertama Rp. 20.000,00

b) ditambah untuk tiap 10 m Rp. 10.000,00

c) bagian-bagian dari 10 m dihitung 10 m :

(1) Salib ukur Rp. 20.000,00

(2) Balok ukur Rp. 20.000,00 (3) Mikrometer Rp. 30.000,00 (4) Jangka sorong Rp. 20.000,00 (5) Alat ukur tinggi orang Rp. 30.000,00

(6) Counter meter Rp. 50.000,00

(7) Rol tester Rp. 50.000,00

(8) Komparator Rp. 300.000,00

(9) Dial indicator Rp. 300.000,00

(10)Meter Taksi Rp. 50.000,00

b. Alat Ukur Permukaan Cairan ( Level Gauge ) Rp. 1.000.000,00

c. Takaran ( basah / kering ):

1) Sampai dengan 2 L Rp. 500,00

2) 5 L s/d 25 L Rp. 1.000,00

3) Takaran pengisi Rp. 100.000,00

d. Alat Ukur dari Gelas :

1) Labu ukur, buret , pipet , gelas ukur Rp. 10.000,00

2) Alat suntik Rp. 10.000,00

e. Bejana Ukur :

1) Sampai dengan 50 L Rp. 500.000,00

2) Lebih besar dari 50 L s/d 200L Rp. 750.000,00

3) Lebih besar dari 200 L s/d 500 L Rp. 1.000.000,00

4) Lebih besar dari 500 L Rp. 1.500.000,00

f. Tangki ukur mobil setiap kompartemen Rp. 500.000,00

g. Tangki ukur tetap silinder tegak Rp. 7.000.000,00

h. Tangki ukur tetap silinder datar Rp . 3.000.000,00

i. Tangki ukur tetap bola Rp. 10.000.000,00

j. Tangki ukur tetap speroidal Rp. 10.000.000,00

k. Tangki ukur wagonsetiap kompartemen Rp. 500.000,00

l. Tangki ukur tongkang setiap kompartemen Rp. 500.000,00

m. Timbangan Penunjukan bukan otomatis :

1) Neraca Emas dan Obat Rp. 50.000,00

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui efektifitas hasil belajar siswa dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek pada materi pokok minyak bumi siswa kelas X SMA Negeri 5 Kupang

Untuk menjaga agar PLTG dapat berfungsi dengan baik sebagai pemasok energy listrik maka dilakukan pemeliharaan pada generator unit 2 PLTG Cilacap yang

Simpulan dari penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe AIR mampu meningkatkan penilaian ranah afektif, kognitif dan psikomotor dan

Penelitian IV untuk mengetahui dosis/level tepung daun beluntas dan lama pemberian pakan perlakuan terhadap performa itik betina tua (berumur 12 bulan), kandungan gizi

Sebagai satu bentuk kegiatan ilmiah, penelitian sastra memerlukan landasan kerja dalam bentuk teori. Teori sebagai hasil perenungan yang mendalam, tersistem, dan

Selain itu, perusahaan juga dapat dikatakan belum melaksanakan pengungkapan CSR dengan baik (Zhang, Yao, & Zheng, 2014) dimana pengungkapan CSR perlu

Ketika manusia itu dibenarkan maka ia memperoleh damai dengan Allah itu berarti ia tidak lagi hidup dalam dosa-dosanya, maka ia akan terbebas dan diselamatkan