• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka

1. Guru Profesional

Perkembangan globalisasi pada sekarang ini menuntut kesiapan bagi para lulusan pendidikan vokasi untuk memiliki kompetensi yang relevan, bermutu dan kompetitif (Rolly, 2014). Guru adalah suatu profesi yang atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan (Anwar, 2012). Dalam lingkup pendidikan guru sebagai figur sentral, guru sangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilan peserta didik, terutama kaitannya dengan proses mencapai hasil belajar yang berkualitas (Mulyasa, 2007). Dalam upaya untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas tersebut maka seorang calon guru harus memiliki kemampuan atau kompetensi yang memenuhi sebagai guru profesional. Guru profesional di dalam masyarakat yang semakin maju, demokratis dan terbuka menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik secara profesional. Hal ini dapat dilakukan oleh guru profesional, yaitu guru yang memiliki karakterisktik profesionalisme (Mulyadi, 2010).

Kusnandar (2010) menyatakan guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki banyak pengalaman di dalam bidangnya. Guru yang profesional akan tercemin dalam pelaksanaan tugas- tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi dan metode. Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggung jawab dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Senada dengan hal tersebut, Hamalik (2006) berpendapat bahwa setiap guru profesional harus mampu menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisasinya. Penguasaan pengetahuan merupakan syarat penting di samping keterampilan-keterampilan lainnya. Oleh sebab itu dia berkewajiban menyampaikan pengetahuan, pengertian, keterampilan, dan lain- lain kepada peserta didiknya. Kemudian, Mulyadi (2010) menjelaskan tentang profil guru profesional pada abad 21 sebagai berikut : a) Memiliki kepribadian

(2)

yang matang dan berkembang. b) Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat. c) Menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat dan potensi peserta didik. d) Pengembangan profesi yang berkesinambungan. Dari hal tersebut maka guru profesional adalah guru yang terus menerus mengembangkan kompetensi dirinya.

Selain profesionalisme, sisi kompetensi merupakan komponen mutlak yang harus dimiliki dan menjadi penentu keberhasilan sistem pembelajaran yang akan dilaksanakan nantinya. Artinya guru harus berupaya untuk cakap dan mampu melaksanakan kewajiban sebagai tenaga pendidik dan juga mampu mempertanggungjawabkannya (Mulyadi, 2010). Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tertera bahwa pendidik harus memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijasah atau sertifikat keahlian yang relevan, yang sesuai dengan bidang studi yang menjadi tugas pokoknya. Oleh karena itu, seorang pendidik, minimal memiliki : 1) kualifikasi akademik minimal sarjana atau diploma IV, 2) latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas pokok, dan 3) sertifikasi profesi.

Yusuf (2014) mengatakan bahwa kualifikasi akademik dan kompetensi syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Pasal 10 ayat 1 UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Penjabaran lebih lanjut mengenai keempat kompetensi dan indikator standar kompetensi diatur dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 tahun 2007 adalah sebagai berikut :

(3)

a) Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diampu secara luas dan mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan secara optimal.

b) Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

c) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab stabil, dewasa, arif, dan beribawa serta menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia.

d) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, rekan sejawat, orang tua/wali siswa dan masyarakat sekitar.

Dalam penelitian ini yang difokuskan pada beberapa kompetensi, mengingat subjek yang diamati adalah mahasiswa PTIK FKIP UNS Semester 6 yang sedang menjalani mata kuliah micro teaching.

Dari uraian tentang guru prefesional maka dapat disimpulkan bahwa guru prefesional adalah seorang guru yang memiliki kompetensi profesional, pedagogis, kepribadian, dan sosial, serta memenuhi kualifikasi akademik dan mampu mengembangkan potensinya.

2. Kompetensi Pedagogik

Penjelasan menurut Khofiatun (2016) dari keempat kompetensi guru yang menjadi standar guru profesional, kompetensi pedagogik menempati tempat yang paling penting dalam pendidikan pada umumnya serta dalam proses pelaksanaan pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan yang melibatkan aspek kompetensi guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan individu dalam mengkoordinasi dan mengkombinasikan sumber daya berwujud misalnya materi, buku, artikel, teknologi dengan sumber daya tak berwujud misalnya sepeti pengetahuan, keterampilan, pengalaman secara sinergis untuk mencapai tujuan dalam pedagogis (Madhavaram, 2010). Seorang guru yang berkompetensi pedagogik harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk

(4)

menerapkan sikap dan keterampilan secara teratur dalam membelajarkan peserta didik dengan cara terbaik agar lebih maju sesuai dengan tujuan yang telah ada (Ryegard, 2010).

Menurut Baharudin (2014) mengatakan bahwa kompetensi pedagogik seorang guru dapat diukur dalam proses pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan hasil belajar, dan membuat perencanaan pembelajaran, yang di dalamnya memiliki karakteristik dari kurikulum 2013. Salah satu yang mudah diukur adalah melalui pengamatan perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru.

Sundiawan (2008) menyatakan perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan peserta didik akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.

Manfaat dari perencanaan pembelajaran sebagai berikut : 1) sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan, 2) sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan, 3) sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid ,4) sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja, 5) sebagai bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja, 6) sebagai penghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya. Oleh sebab itu pembelajaran dilakukan sesuai dengan program pengajaran yang dibuat sebelumnya dalam bentuk rancangan pelaksanaan pembelajaran.

Kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh seorang guru memiliki beberapa aspek. Suhandani (2014) memaparkan aspek dalam kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain :

a. Kemampuan dalam memahami peserta didik, memiliki indikator sebagai berikut : 1) memahami karakteristik perkembangan peserta didik, seperti memahami tingkat kognisi peserta didik sesuai dengan usianya, 2)

(5)

memahami prisnsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik, seperti mengenali tipe-tipe kepribadian peserta didik, 3) mampu mengidentifkasi bekal ajar awal peserta didik, seperti mengukur potensi awal peserta didik, mengenali perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik.

b. Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, memiliki indikator sebagai berikut : 1) mampu merencanakan pengorganisasian bahan ajar, seperti mampu menelaah dan menjabarkan materi yang tercantun dalam kurikulum, mampu memilih bahan ajar yang sesuai dengan materi, mampu menggunakan sumber belajar yang memadai, 2) mampu merencanakan pengelolaan pembejaran, seperti merumuskan tujuan pembejaran yang ingin dicapai sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, memilih jenis strategi/metode pembelajaran yang cocok, menentukan langkah-langkah pembelajaran, menentukan cara yang dapat digunakan untuk memotivasi perserta didik, menentukan bentuk-bentuk pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik, 3) mampu merencankan pengelolaan kelas, seperti penataan ruang tempat duduk peserta didik, mengalokasikan waktu, 4) mampu merencanakan penggunaan media dan sarana yang bisa digunakan untuk mempermudah pencapaian kompetensi, 5) mampu merencanakan model penilaian proses pembelajaran, seperti menentukan bentuk, prosedur, dan alat penilaian.

c. Kemampuan melaksanakan pembelajaran, memiliki indikator sebagai berikut: 1) mampu menerapkan ketramplian dasar mengajar, seperti membuka pelajaran, menjelaskan, pola variasi, bertanya, memberi penguatan, dan menutup pelajaran, 2) mampu menerapkan berbagai jenis pendekatan, strategi, metode pembelajaran, seperti aktif learning, pembelajaran portofolio, pembelajaran konstekstual, 3) mampu menguasai kelas, seperti mengaktifkan peserta didik dalam bertanya, mampu menjawab dan mengarahkan pertanyaan peserta didik, kerja kelompok, kerja mandiri, 4) mampu mengukur tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

(6)

d. Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar, memiliki indikator sebagai berikut : 1) mampu merancang dan melaksanakan asessmen, seperti memahami prinsip-prinsip assessment, mampu menyusun macam-macam instrumen evaluasi pembelajaran, mampu melaksanakan evaluasi, 2) mampu menganalisis hasil assessment, seperti mampu mengolah hasil evaluasi pembelajaran, mampu mengenali karakteristik instrumen evaluasi, 3) mampu memanfaatkan hasil assessment untuk perbaikan kualitas pembelajaran selanjutnya, seperti memanfaatkan hasil analisis instrumen evaluasi dalam proses perbaikan instrumen evaluasi, dan mampu memberikan umpan balik terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

e. Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, memiliki indikator sebagai berikut : 1) memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi akademik, seperti menyalurkan potensi akademik peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan mengembangkan peserta didik, 2) mampu memfasilitasi peserta didik unutk mengembangkan potensi nonakademik, seperti menyalurkan potensi non- akademik peserta didik sesuai dengan kamampuannya, mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi non-akademik peserta didiknya.

Dari uraian tentang kompetensi pedagogik maka dengan demikian kompetensi pedagagik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, penerapan teknologi dan informasi dan pengembangan peserta didik untuk menerapkan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Hal ini berarti dalam pengelolaan pembelajaran sangatlah perlu seorang guru memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi supaya proses belajar mengajar tidak membosankan. Selain itu perancangan dan pelaksanaan pembelajaran perlu ada pengembangan agar terus sesuai dengan kebutuhan pendidikan negara ini.

(7)

3. Micro Teaching

Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching yang berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching didefinisikan dengan redaksi yang berbeda- bedam, namun memiliki subtansi makna yang sama.

Pengertian pembelajaran mikro menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

a. Menurut Brown (1975) mengemukakan bahwa “pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan lama”.

b. Menurut Roestiyah (1982) mengatakan bahwa “pembelajaran mikro merupakan suatu kegiatan mengajar dimana segala sesuatunya dikecilkan atau disederhanakan”.

c. Menurut Asmani (2011) mengatakan “ micro teaching is effective metode of learning to teach. Oleh sebab itu, micro teaching sama dengan teaching to teach atau learning to teach”.

d. Menurut Wallace (1995), mengatakan bahwa “pembelajaran micro merupakan pembelajaran yang disederhanakan. Situasi pembelejaran dikurangi lingkupnya, tugas guru dipermudah, mata pelajaran dipendekkan dan jumlah peserta didik dikecilkan”.

e. Menurut Cooper & Allen (1971) mengatakan bahwa “pembelajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang, bentuk pembelajaran di sederhanakan, guru memfokuskan diri pada beberapa aspek. Pembelajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja dislenggarakan dalam bentuk mikro”.

f. Menurut Hasibuan (1988) mengatakan bahwa “pembelajaran mikro adalah metode latihan yang dirancang sedemikian rupa dengan jalan

(8)

mengisolasi calon guru/pendidik dapat menguasai satu per satu dalam situasi mengajar yang disederhanakan.

Perbedaan pembelajaran micro dan pembelajaran makro dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Makro dan Mikro No Aspek yang

dibandingkan

Pembelajaran Makro

Pembelajaran Mikro

1 Murid 30 – 40 orang 5 – 10 orang

2 Waktu 35 – 45 menit 5 – 15 menit

3 Materi yang diajarkan

Luas Terbatas

4 Fokus Semua Aspek 1 atau 2

keterampilan

5 Tempat Di dalam kelas Di laboratorium

6 Media Sesuai kebutuhan

mengajar

Sesuai dengan kebutuhan mengajar dan dilengkapi alat perekam dan video

7 Tujuan Mencapai tujuan

pembelajaran

Melatih

keterampilan dasar mengajar guru/calon guru

(Sumber : Helmiati : 2013)

Pembelajaran mikro yang sebenarnya dilakukan dalam kelas khusus yang dirancang untuk kepentingan latihan mengajar. Maka tentu saja perencanaan dalam pembelajaran dibuat sesuai dengan kaidah prosedur pembuatan perencanaan pembelajaran.

Dalam peraturan pemerintah PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan “Setiap satuan pendidikan melakukan proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

(9)

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang aktif dan efisien” (Bab IV pasal 19 ayat 3).

Jenis-jenis perencanaan pembelajaran dalam Bab IV pasal 20 menyatakan “ perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode mengajar, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. Adapun langkah-langkah dalam membuat perencanaan pembelajaran menurut Helmiati (2013:41) adalah sebagai berikut :

a. Tuliskan identitas mata pelajaran meliputi : nama mata pelajaran, pokok bahasan, kelas, semester, waktu dan lain sebagainya sesuai kebutuhan.

b. Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

c. Materi pembelajaran. Sebutkan materi yang harus diajarkan untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan.

d. Kegiatan pembelajaran. Rumuskan kegiatan-kegiatan atau pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Tentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan alat/media pembelajaran yang digunakan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

f. Tentukan prosedur evaluasi. Yaitu merumuskan prosedur, bentuk dan jenis evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam evaluasi harus memperhatikan prinsip evaluasi yaitu validitas dan reliabilitasnya agar memperoleh informasi yang akurat dari hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa.

Dalam penelitian ini difokuskan bagaimana kemampuan TPACK mahasiswa PTIK FKIP UNS dalam pelaksanaan pembelajaran saat melaksanakan mata kuliah micro teaching.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa micro teaching berarti suatu metode latihan yang dirancang sedemikian rupa untuk memperbaiki keterampilan mengajar calon guru dan atau mengembangkan pengalaman profesional guru khususnya keterampilan mengajar dengan cara

(10)

menyederhanakan atau memperkecil aspek pembelajaran seperti jumlah murid, waktu, fokus bahan ajar, dan membatasi penerapan keterampilan mengajar, sehingga dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri guru maupun calon guru.

4. TPACK (Technological Paedagogical And Content Knowledge)

Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan sebuah pengembangan dari Paedagogical Content Knowledge (PCK) yang di usulkan oleh Shulman (1986).

Gambar 2.1 Model PCK

Sumber : Shulman (1986) model Paedagogical Content Knowledge Dari gambar tersebut, bisa dilihat bahwa Paedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan perpaduan antara content knowledge dan paedagogical knowledge yang diterapkan guru dalam pembelajaran dikelas dengan memperhatikan konteks yang ada (Rosyid, 2016).

Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan sebuah kerangka kerja untuk memahami atau mendiskripsikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh guru untuk diintergrasikan komponen teknologi dalam konten sehingga terintregasi antara aspek pedagogi, teknologi, dan materi.

Mishra, Koehler, Ackouglu, dan Rosenberg (2013) mengemukakan tiga kajian pengetahuan utama dalam Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK) antara lain Technological Knowledge, Content Knowledge, dan

(11)

Paedagogical Knowledge serta interaksi diantara dua pengetahuan tersebut dan diantara semua pengetahuan tersebut.

Gambar 2.2 Model TPACK

Sumber : Koehler’s (2013) TPACK Framework

Mishra, Koehler, Ackouglu, dan Rosenberg (2013) menggambarkan TPACK sebagai hubungan antara teknologi, pedagogik, dan konten. TPACK sendiri dibagi menjadi tujuh macam jenis interaksi diantaranya :

a. Technological Knowledge (TK), meliputi pemahaman bagaimana menggunakan software dan hardware komputer, peralatan presentasi seperti dokumen presentasi, dan teknologi lainnya dalam konteks pendidikan.

b. Content Knowledge (CK), mengarah kepada pengetahuan atau kekhususan disiplin ilmu atau materi pelajaran.

c. Paedagogical Knowledge (PK), mendiskripsikan tujuan umum kekhususan pengetahuan untuk mengajar. Pengetahuan ini meliputi

(12)

(namun tidak terbatas pada) pemahaman aktivitas pengelolaan kelas, peran motivasi peserta didik, rencana pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

d. Paedagogical Content Knowledge (PCK), pengajaran yang efektif memerlukan lebih dari sekedar pemisahan pemahaman konten dan pedagogi. Shulman (1986) mengatakan konten yang berbeda akan cocok dengan metode mengajar yang berbeda pula.

e. Technological Content Knowledge (TCK), mendiskripsikan pengetahuan dari hubungan timbal balik antara teknologi dan konten (materi).

Teknologi berdampak pada apa yang kita ketahui dan pengenalan terhadap hal-hal baru mengenai bagaimana kita bisa menggambarkan konten (materi) dengan cara yang berbeda yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.

f. Technological Paedagogical Knowledge (TPK), mengidentifikasi hubungan timbal balik antara teknologi dan pedagogi. Pengetahuan ini memungkinkan untuk memahami penggunaan teknologi apa yang tepat untuk mencapai tujuan pedagogis, serta memungkinkan guru untuk untuk memilih peralatan apa yang paling tepat berdasarkan pendekatan pedagogis tertentu.

g. Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK), mendiskripsikan pengetahuan yang disentesis dari setiap bidang pengetahuan yang telah diuraikan sebelumnya meliputi (Technological Knowledge, Content Knowledge, Paedagogical Knowledg, Paedagogical Content Knowledge, Technological Content Knowledge, dan Technological Paedagogical Knowledge), dengan fokus bagaimana teknologi bisa dibuat dengan khas untuk dihadapkan pada kebutuhan pedagogis untuk mengajar konten yang tepat dalam konteks tertentu.

Peneltian mengenai Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK) telah dilakukan oleh Chai, dkk (2013) dan secara tidak langsung menyatakan bahwa guru memerlukan Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK) untuk pembelajaran efektif di kelasnya. Senada dengan

(13)

hal tesebut Rosyid (2016) mengatakan kerangka Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK) juga sebagai fungsi sebuah teori dan konsep untuk peneliti dan pendidik dalam mengukur kesiapan calon guru dan guru dalam mengajar secara efektif dengan teknologi.

5. Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut peneliti ada beberapa penelitian yang diambil dengan topik yang dirasa cukup relevean dengan peneletian ini, yaitu :

Penelitian oleh Lestari (2015) menganalisa tingkat kemampuan TPACK guru biologi sekolah menengah atas dalam materi sistem saraf. Hasil dari analisis diketahui tingkat kemampuan TPACK pada guru SMA dalam materi sistem saraf tidak berbanding lurus dengan lamanya pengalaman mengajar seorang guru, karena ternyata hasil dari analisis data yang dilakukan menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok 1 dan 2 dalam tingkat kemampuan TPACK.

Penelitian oleh Lestiawan (2016) menganalisa Technological Content Knowledge (TCK) calon guru dalam menggunakan perangkat lunak geometri dinamis. Hasil dari penelitian tersebut berupa prosentase kemampuan TCK mahasiswa calon guru yang memiliki kriteria Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) rendah sebanyak 17%, Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) sedang sebanyak 62%, dan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) tinggi sebanyak 21%.

Penilitian oleh Wardani, dkk (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi guru Fisika SMA materi gelombang berdasarkan komponen Technological Content Knowledge (TCK), Technological Pedagogical Knowledge (TPK), Pedagogical Content Knowledge (PCK), dan Technological Paedagogical Content Knowledge (TPACK). Subjek dari penelitian ini adalah 3 guru Fisika SMA dan 6 orang peserta didik kelas XII pada 3 SMA di kota Makassar. Analisis data yang

(14)

diguanakan menggunakan Model Spradley. Hasil penelitian tersebut kemampuan TPCK merupakan kompetensi yang lebih baik diterapkan pada pembelajaran Fisika dengan pokok bahasan gelombang, hal ini dikarenakan kemampuan TPCK memuat ketiga aspek, yakni pedagogik, konten, dan teknologi.

Penelitian oleh Suryawati, dkk (2014) terdapat 35 item dari 7 domain Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK), penelitian dilakukan dengan cross sectional design Hasil dari penelitian tersebut secara keseluruhan keterampilan TPCK guru biologi SMA di Kota Pekan Baru (M=3,72) dikategorikan baik. Maka dapat disimpulkan bahwa mampu mengimplementasikan teknologi dalam pembelajaran biologi SMA di Kota Pekanbaru.

Peniltian oleh Sholihah, dkk (2016) menunjukan hasil bahwa pada awal penelitian kemampuan TPACK calon guru bernilai rendah dikarenakan calon guru fisika tersebut tidak mengetahui konsep fisika dengan baik, sehingga tidak dapat menentukan karakter materi tersebut. Hal ini mengakibatkan calon guru fisika tidak dapat memilih teknologi dan cara yang sesuai untuk mengajarkan materi tersebut. Akan tetapi kemampuan TPACK calon guru fisika mengalami peningkatan dengan kategori sedang. Meningkatnya kemampuan TPACK calon guru fisika diakibatkan penerapan model pembelajaran POST-PACK dalam perkuliahan P3f, pada akhirnya calon guru fisika dibiasakan untuk menggunakan teknologi berupa edmodo.

Adapun perbedaan ini dengan penelitian Lestiawan (2016) dan Suryawati, dkk (2014) yaitu pendekatan metode peneletian menggunakan gabungan dari peneletian kualitatif dan kuantitatif. Selain itu pengembangan instrumen dari Schmidt (2009) disesuaikan dengan kebutuhan peneliti pada penelitian ini. Peneliti juga memerlukan wawancara dan dokumentasi terhadap partisipan.

(15)

B. Kerangka Berpikir

Dari kajian pustaka dan beberapa dasar teori yang telah dikemukan oleh ahli terhadap penelitian yang relevan. Dengan berdasarkan model TPACK, maka dibentuk kerangka untuk mengetahui kemampuan TPACK calon guru mahasiswa PTIK FKIP UNS dalam mempersiapkan pembelajaran. Dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Mempersiapkan pembelajaran yang baik adalah salah satu bentuk dari kompetensi sebagai guru profesional. Mahasiswa pendidikan sebagai calon guru harus dapat mengembangkan rancangan pembelajaran sesuai dengan perkembangan jaman. TPACK merupakan salah satu kerangka atau konsep

(16)

yang menjadikan guru profesional. Manfaat lain dari penelitian dapat mengidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri guru maupun

calon guru dalam kosep TPACK.

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi merupakan pendorong yang berasal dari dalam diri atlet untuk melakukan sesuatu secara bersungguh- sungguh. Ketika atlet memiliki motivasi yang tinggi atlet akan

Cara membuat analisis tugas menurut Astati (2010: 44) adalah menentukan tujuan dengan menentukan kemampuan yang diharapkan dicapai anak tunagrahita pada akhir

Menurut Astriani (2018) beberapa prinsip memilih media ajar yaitu, 1) efektifitas dan efisiensi, 2) taraf berpikir peserta didik, maksudnya hendaknya memilih media

Berdasarkan beberapa kondisi kemampuan komunikasi anak autis yang diungkapkan oleh para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kemampuan anak autis satu dengan yang

Selain Ismawati, Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2013: 172) juga menyatakan bahwa kriteria bahan ajar, antara lain: (1) Relevan dengan standar kompetensi mata pelajaran

Buku ajar yang mengandung keempat level Representasi Tetrahedral Mahaffy akan mendukung Kurikulum 2013 dalam menciptakan buku ajar yang baik dengan tujuan

Dokumen lain yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan silabus di satuan pendidikan antara lain adalah: Contoh silabus, bahan ajar, model satuan kredit semester, model

Biaya lain yang dapat dipengaruhi oleh lokasi antara lain adalah pajak, upah, biaya bahan mentah, dan sewa.Lokasi sepenuhnya memiliki kekuatan untuk membuat (atau menghancurkan)