• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja. Inspektorat Jenderal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Laporan Kinerja. Inspektorat Jenderal"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

0 2 1 2

Laporan Kinerja

Inspektorat

Jenderal

(2)
(3)

ii

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal mempunyai kewajiban untuk membuat Laporan Kinerja (LKj) yang mengacu pada instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam mencapai visi dan misi berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan selama lima tahun yaitu tahun 2020-2024 yang dapat dijadikan lesson learnt untuk perencanaan strategis pengawasan lingkup Kementerian Kesehatan dalam lima tahun kedepan.

Sasaran program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan pada Inspektorat Jenderal adalah meningkatnya transparansi dan akuntabilitas tata kelola pemerintahan serta tercapainya sasaran reformasi birokrasi di Kementerian Kesehatan.” Pencapaiannya dinilai dengan capaian 3 (tiga) Indikator Kinerja Program (IKP) Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan yaitu: 1) Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan; 2) Persentase Satker KP/KD yang telah memenuhi predikat WBK/WBBM (Kemenkes/Nasional); 3) Tingkat Kapabilitas APIP/ Internal Audit Capability Model (IACM).

Pada tahun 2021 capaian kinerja Inspektorat Jenderal didasarkan pada 3 indikator kinerja program dan 41 indikator kinerja kegiatan dengan masing-masing target yang sudah ditetapkan, dengan Pagu anggaran sebesar Rp89.120.733.000,-. Pada pelaksanaannya terdapat efisiensi (refocusing) anggaran menjadi sebesar Rp71.663.039.000,- disebabkan adanya efisiensi belanja pegawai dan efisiensi belanja modal. Namun terdapat pula penambahan anggaran sebesar Rp61.947.461.000,- yang merupakan kegiatan hasil pengawasan pelaksanaan vaksinasi covid-19 (PEN). Sehingga pagu anggaran Inspektorat Jenderal sampai dengan akhir tahun anggaran sebesar Rp124.247.294.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp114.857.333.539,- atau 92,44 dari Pagu Anggaran revisi tahun 2021.

Cakupan kegiatan pengawasan secara langsung ke satuan kerja pada tahun 2021 mengalami keterbatasan dikarenakan adanya kebijakan pembatasan kegiatan perjalanan dinas baik dalam kota, dalam negeri maupun luar negeri selama masa

(4)

iii

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

adaptasi kebiasaan baru dan sikap waspada dan kehati-hatian pegawai dalam menghadapi potensi penyebaran dan penularan Covid-19 dalam perjalanan kedinasan menyebabkan kurang optimal. Seluruh kegiatan pengawasan, reviu, dan pendampingan sebagian besar dilakukan dalam bentuk online (daring)

Kerja keras tak kenal lelah telah dilakukan karena menjadi tanggungjawab Inspektorat Jenderal dalam mengawasi dan mencegah segala bentuk tindakan yang dapat mengarah kepada korupsi. Dengan dukungan seluruh unit terkait, upaya yang telah dilakukan membuahkan hasil yang membanggakan, ini terbukti dengan prestasi yang diraih oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2021 dimana Inspektorat Jenderal mempunyai andil dan memegang peranan penting dalam pencapaiannya. Prestasi yang telah dicapai oleh Kementerian kesehatan pada tahun 2021 yang diinisiasi oleh Inspektorat Jenderal beberapa diantaranya adalah Melaksanakan pengawasan dalam rangka mendukung percepatan penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh Auditor di Inspektorat (pengawasan terhadap Pengadaan APD, Alat Kesehatan, Klaim Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Covid-19), selain itu juga melaksanakan Pembinaan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah), Pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Negara (LHKPN), Pelaporan Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan melalui Unit Pengendalian Gratifikasi Kementerian Kesehatan, Pengelolaan sponsorship yang melapor baik secara mandiri maupun melalui instansi dalam memberi dan menerima sponsoship selama tahun 2021, melakukan pengawalan terhadap penyusunan laporan keuangan sehingga, Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan memperoleh opini Wilayah Tanpa Pengecualian (WTP) ke-8 pada tahun anggaran 2020.

Dalam menghadapi Pandemi Covid-19 Inspektorat Jenderal melakukan berbagai upaya untuk dapat memaksimalkan Pengawasan Intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap penanganan Covid-19 tersebut, salah satu diantaranya dengan Perubahan Strategi Pengawasan yang sebelumnya dilakukan secara langsung terhadap auditee menjadi secara daring/virtual. Selanjutnya untuk mendukung kegiatan pengawasan intern tersebut, dibutuhkan sarana dan prasaran yang memadai yaitu berupa alat pengolah data, Pengembangan aplikasi istem Informasi Pemantauan Hasil Audit (SIPEDIT), pembangunan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Audit Kinerja (SIMAK), pembangunan aplikasi -Monev RB, pembangunan Aplikasi Sistem Informasi Monitoring & Evaluasi Kinerja Inspektorat Jenderal dan aplikasi Hasil Pengawasan DAK Kesehatan.

(5)

iv

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. UMUM ... 1

B. ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL ... 2

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 6

A. RENCANA AKSI PROGRAM ... 6

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2021 ... 8

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 13

A. CAPAIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2021 ... 13

1. Perbandingan Antara Target dan Realisasi: ... 15

2. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2021 dan Tahun 2020 ... 23

3. Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Jangka Menengah... 23

4. Analisa Penyebab Ketidakberhasilan Pencapaian Target ... 24

5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ... 30

6. Kegiatan Penunjang Keberhasilan ... 31

B. REALISASI ANGGARAN ... 33

C. CAPAIAN KINERJA LAINNYA ... 40

1. Kinerja Inisiatif Pencegahan Korupsi ... 40

2. Penghargaan yang diterima ... 41

BAB IV PENUTUP ... 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 47

Lampiran 1 - Perjanjian Kinerja Tahun 2021 ... 48

Lampiran 2 - Dokumentasi Kegiatan Tahun 2021 ……….63

Lampiran 3 – Perbandingan Capaian Kinerja dan Anggaran per Inspektorat ………..77

(6)

1

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN

A. UMUM

Dalam rangka mendukung terlaksananya Reformasi Birokrasi pada Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) berperan untuk mengawal dan memastikan berjalannya proses Reformasi Birokrasi. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam memberikan keyakinan atas pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan, sekaligus sebagai sistem peringatan dini (early warning system) terhadap potensi penyimpangan/kecurangan yang terjadi karena kelemahan sistem maupun akibat tindak pelanggaran individu.

Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien serta telah sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahaan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2020 tanggal 23 September 2020, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelanggarakan pengawasan intern Kementerian Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan;

2. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

3. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;

(7)

2

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

4. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan;

5. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan 6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 Nomor 21 Tahun 2020 bahwa yang menjadi isu strategis adalah berdasarkan RPJMN diturunkan menjadi Permenkes menerapkan program-program prioritas nasional, dimana Inspektorat Jenderal yang menjadi pengawal dalam bentuk memberikan rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan program nasional kepada Pimpinan dalam rangka mendukung program tersebut, kemudian WBK/WBBM yang menjadi tolak ukur sebagai bentuk citra Kementerian Kesehatan selanjutnya tingkat kapabilitas APIP untuk menilai kinerja secara internal.

Namun di era pertengahan Renstra 2020-2024 terjadi evaluasi atas Renstra untuk menjawab tantangan dengan adanya pandemic covid-19, sehingga Inspektorat Jenderal banyak melakukan pengawasan terhadap sumber daya yang digunakan sesuai dengan peran Inspektorat sebagai strategic business partner dan trusted advisor.

B. ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2020 Tanggal 23 September 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi Inspektorat Jenderal terdiri dari 1 (satu) Sekretariat Inspektorat Jenderal dan 5 (lima) Inspektorat yaitu Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III, Inspektorat IV, dan Inspektorat Investigasi. Penjabaran Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Jenderal dapat dilihat sebagai berikut:

(8)

3

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Guna mewujudkan Misi Presiden dalam bidang kesehatan Tahun 2020-2024, Kementerian Kesehatan menetapkan 5 (lima) Tujuan Strategis yakni:

1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup 2. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

3. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat

4. Peningkatan sumber daya kesehatan

5. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif

Dalam mencapai tujuan strategis tersebut di atas, Inspektorat Jenderal memiliki andil dalam pencapaiannya yaitu di tujuan strategis nomor 5 yaitu peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif. Inspektorat Jenderal menetapkan 4 (empat) sasaran Pengawasan Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan yang dibagi ke lingkup satker binaan Inspektorat I, II, III dan IV, dan juga sasaran Meningkatnya Penanganan Pengaduan Masyarakat yang berindikasi kerugian negara di Inspektorat Investigasi. dengan penjelasan sebagai berikut

1. Inspektorat I: Klaim covid-19 “bermasalah”. Permasalahan yang timbul terkait klaim covid-19 tahun 2020 – 2021 dikarenakan dalam pendistribusian APD dan obat belum dilakukan pengurangan klaim dan ketidaksesuaian length of stay (LoS)/kelebihan hari rawat.

(9)

4

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

2. Inspektorat II: Darurat kualitas data aplikasi pencatatan dan pelaporan data gizi berbasis masyarakat secara elektronik (e-ppgbm) dan komunikasi data (komdat) kesmas.

3. Inspektorat III: Akuntabilitas Pencatatan Vaksin Covid-19. Vaksin yang tersedia harus dimanfaatkan sebesar-besarnya menjadi vaksin yang disuntikkan bagi masyarakat Indonesia menuju herd immunity. Mengingat keterbatasan volume vaksin yang dapat disediakan, pengelolaan vaksin harus akuntabel. Akuntabilitas ditunjukkan melalui perbandingan antara vaksin yang tersedia dengan jumlah suntikan vaksinasi.

4. Inspektorat IV: Tata Laksana Obat Covid-19 pada Direktorat Tata Kelola Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Direktirat Jenderal Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Ri

5. Inspektorat Investigasi: Meningkatnya Penanganan Pengaduan Masyarakat yang Berindikasi Kerugian Negara. Dalam rangka meningkatkan penyelesaian pengaduan masyarakat, Kementerian Kesehatan telah memiliki payung hukum atas pelaksanaan penyelesaian pengaduan masyarakat tersebut yaitu berdasarkan Permenkes Nomor: 13 tahun 2017 tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Permenkes ini memiliki maksud untuk menjadi acuan bagi Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam penanganan pengaduan masyarakat dan sebagai acuan dalam melakukan koordinasi antar unit kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam penanganan pengaduan masyarakat.

Dalam mendukung seluruh kegiatan, Inspektorat Jenderal memiliki sumber daya manusia berjumlah 193 orang yang terdiri dari Auditor Utama 2 orang, Auditor Madya 18 orang, Auditor Muda 53 orang, Auditor Pertama 74 orang, Auditor Terampil 2 orang, Auditor Kepegawaian Madya 2 orang, Auditor Kepegawaian Muda 6 orang, Auditor (Analis Bidang Pengawasan) JP 34 orang, dan Auditor (Pengelola Pengawasan) JP 2 orang.

(10)

5

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

2 18

53

74 2

2 6

34 2

0 10 20 30 40 50 60 70 80

AUDITOR AHLI UTAMA (JF) AUDITOR AHLI MADYA (JF) AUDITOR AHLI MUDA (JF) AUDITOR AHLI PERTAMA (JF) AUDITOR TERAMPIL (JF) AUDITOR KEPEGAWAIAN AHLI MADYA (JF) AUDITOR KEPEGAWAIAN AHLI MUDA (JF) AUDITOR AHLI / ANALIS PENGAWASAN (JP) AUDITOR / PENGELOLA PENGAWASAN(JP)

SDM Auditor Inspektorat Jenderal Tahun 2021

(11)

6

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA AKSI PROGRAM

Inspektorat Jenderal memiliki Program Dukungan Manajemen dengan sasaran program meningkatnya transparansi dan akuntabilitas tata kelola pemerintahan serta tercapainya sasaran Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan.

Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat Jenderal tahun 2020-2024 merupakan penjabaran dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan di tingkat Eselon I pada Inspektorat Jenderal yang berisikan Rencana Pengawasan Tahunan dan Rencana Strategis untuk 5 (lima) tahun. Strategi dalam rangka pencapaian sasaran program meliputi:

1. Peningkatan pengawasan internal atas penerapan tata kelola – manajemen risiko dan pengendalian internal;

2. Peningkatan pengawasan melalui audit investigasi dan penanganan pengaduan masyarakat;

3. Dukungan manajemen dan pelaksanaan program;

Aktifitas yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal dalam rangka mewujudkan Sasaran Program “Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan Serta Tercapainya Sasaran Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan” yaitu:

1. Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan, katalisator, dan quality assurance.

a. Memberikan masukan yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan (Consulting);

b. Mendorong/memacu terjadinya perubahan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian Kesehatan (Catalysator);

c. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan etektifitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan (Quality Assurance);

(12)

7

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

d. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan (Anti Corruption Activities).

2. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan dengan upaya:

a. Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas.

b. Penetapan sasaran/objek audit berbasis risiko.

c. Menerapkan pedoman pengawasan secara konsisten.

3. Mempertahankan Opini Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), melalui:

a. Peningkatan kualitas laporan keuangan melalui kegiatan reviu.

b. Reviu Realisasi Anggaran dan Pengadaan Barang/Jasa.

c. Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK).

d. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Risiko.

e. Reviu Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN).

f. Pendampingan/Konsultasi.

4. Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja

5. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran

6. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

7. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) lain.

8. Pengawasan Intern Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan

9. Partisipasi dalam Komite Telaah Sejawat 10. Penanganan Pengaduan Masyarakat.

11. Koordinasi Integrasi Program, fokus pengawasan yaitu:

a.

b. Darurat Kualitas Data Aplikasi Pencatatan Dan Pelaporan Data Gizi Berbasis Masyarakat Secara Elektronik (E-PPGBM) Dan Komunikasi Data (Komdat) Kesmas.

c. Akuntabilitas Pencatatan Vaksin Covid-19 d. Tata Laksana Obat Covid-19.

12. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik diantaranya:

a. Keterbukaan/Transparency.

(13)

8

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

b. Akuntabilitas/Accountability.

c. Responsibilitas/Responsibility d. Independensi/Independency e. Prediktabilitas/Predictability f. Dinamis/Dynamism.

13. Kegiatan Penunjang.

a. Peningkatan SDM bidang pengawasan.

b. Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan kegiatan penunjang pengawasan dengan teknologi informasi melalui Sistim Informasi Manajemen (SIM) Pengawasan.

c. Sosialisasi bidang pengawasan.

d. Penguatan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) pada satker Badan Layanan Umum (BLU).

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2021

Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.

Perjanjian Kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2021 merupakan kinerja tahun kedua dari Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024, yang didukung dengan anggaran sebesar Rp89.120.733.000,-. Pada pelaksanaannya terdapat efisiensi (refocusing) anggaran menjadi sebesar Rp71.663.039.000,- disebabkan adanya efisiensi belanja pegawai dan efisiensi belanja modal. Namun terdapat pula penambahan anggaran sebesar Rp61.947.461.000,- yang merupakan kegiatan hasil pengawasan pelaksanaan vaksinasi covid-19 (PEN). Berikut Indikator Kinerja Program tahun 2021 yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja antara Inspektur Jenderal dengan Menteri Kesehatan RI yang telah ditandatangani pada tanggal 28 Januari 2021

(14)

9

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

menyebutkan kesanggupan pihak pertama dalam hal ini Inspektur Jenderal untuk mewujudkan target kinerja yang seharusnya berdasarkan lampiran perjanjian dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan:

No Program Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2021

1.

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan

Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan Serta Tercapainya Sasaran Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan

Jumlah rekomendasi kebijakan

berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas

Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan

4

2.

Persentase Satker KP/KD yang telah memenuhi predikat WBK/WBBM (Kemenkes/Nasional)

50%

3. Tingkat Kapabilitas APIP/ Internal Audit

Capability Model (IACM) 3

Seluruh keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab Inspektur Jenderal. Selanjutnya, pihak kedua dalam hal ini Menteri Kesehatan RI akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Sedangkan Perjanjian Kinerja tahun 2021 untuk unit eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagaimana tertuang dalam perjanjian kinerja yang telah ditandatangani oleh Inspektur Jenderal dengan masing-masing Inspektur pada tahun 2020 mengalami perubahan dikarenakan Rencana Strategis 2020-2024 baru ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan diundangkan oleh Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kemenkum HAM pada bulan Agustus 2020 sebagai berikut:

Berikut ini Indikator Kinerja Kegiatan yang tertuang pada Perjanjian Kinerja

UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET 2021

Inspektorat I Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I

Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat I

1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat I

50

(15)

10

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai

Maturitas SPIP Level 3

20

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

65

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa

80

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92

Persentase Satker KP/KD yang

mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat I

60

Inspektorat II Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II

Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat II

1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat II

50

Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai Maturitas SPIP Level 3

20

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

45

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa

50

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92

Persentase Satker KP/KD yang

mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat II

60

Inspektorat III Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III

Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat III

1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat III

50

(16)

11

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai

Maturitas SPIP Level 3

20

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

50

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa

91

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92

Persentase Satker KP/KD yang

mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat III

60

Inspektorat IV Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV

Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat IV

1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat IV

50

Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai Maturitas SPIP Level 3

20

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

70

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa

50

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92

Persentase Satker KP/KD yang

mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat IV

60

Inspektorat Investigasi

Peningkatan Pengawasan melalui Audit Investigasi dan Penanganan Pengaduan Masyarakat

Persentase pengaduan masyarakat berkadar pengawasan yang ditindaklanjuti

100

Persentase rekomendasi hasil audit dengan tujuan tertentu yang ditindaklanjuti

50

Jumlah Satker yang telah memperoleh predikat WBK/WBBM Nasional

12

Sekretariat Inspektorat Jenderal

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan

Jumlah Hasil Analisis Rekomendasi Laporan Hasil Pengawasan per program Kementerian Kesehatan

8

(17)

12

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI dan Akuntabilitas Aparatur

Kementerian Kesehatan

Nilai Reformasi Birokrasi pada komponen pengungkit di lingkup Inspektorat Jenderal

34,40

Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud diatas berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Melalui perjanjian kinerja tersebut, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.

(18)

13

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2021

Pengukuran kinerja adalah kegiatan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Proses ini lebih lanjut dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan/program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran dengan menggunakan strategi yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) dan dituangkan dalam Penetapan Kinerja yang disusun setiap awal tahun berjalan.

Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pengungkapan informasi kinerja saat ini relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas keluaran (output) dari setiap kinerja dan hasil (outcome) dari setiap program.

Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pengukuran kinerja yang menjadi bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana disebutkan diatas setidaknya mencakup perkembangan keluaran dari masing- masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja yang menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi.

(19)

14

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, Inspektorat Jenderal melaksanakan 1 (satu) program dari 16 (enam belas) program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 yaitu program “Dukungan Manajemen”.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Inspektorat Jenderal dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator Inspektorat Jenderal yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi secara menyeluruh yang menggambarkan tugas, peran dan fungsi organisasi tersebut sebagai langkah yang rasional untuk menilai keberhasilan pelaksanaan. Indikator kinerja organisasi cukup dilaporkan beberapa indikator kinerja saja yang paling utama sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi.

Sesuai dengan dokumen Renstra/Penetapan Kinerja Inspektorat Jenderal, telah ditetapkan tiga indikator program dalam sasaran hasil program, yaitu: Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan dengan sasaran meningkatnya transparansi dan akuntabilitas tata kelola pemerintahan serta tercapainya sasaran reformasi birokrasi di Kementerian Kesehatan. Untuk penilaian indikatornya adalah:

No Indikator Kinerja Program Target

2021

1. Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan

4

2. Persentase Satker KP/KD yang telah memenuhi predikat WBK/WBBM (Kemenkes/Nasional)

50%

3 Tingkat Kapabilitas APIP/ Internal Audit Capability Model (IACM)

3

(20)

15

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Dalam mencapai indikator program tersebut di atas hal-hal telah dilakukan yaitu dengan terbitnya Policy Brief atas indikator “Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan” yaitu Rekomendasi Kebijakan yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di Lingkup Kementerian Kesehatan yang dilakukan oleh Inspektorat dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan. Untuk indikator “Persentase Satker KP/KD yang telah memenuhi predikat WBK/WBBM (Kemenkes/Nasional)” dapat diliat pada lampiran tabel satker penerima WBK dari Kemenkes maupun WBBM dari Kemenpan RB pada laporan ini.

Indikator ketiga “Tingkat Kapabilitas APIP/ Internal Audit Capability Model (IACM)”

hasil self assement atas penilaian mandiri IACM pada Inspektorat Jenderal Kemenkes untuk seluruh elemen dengan simpulan bahwa APIP berada pada level 3 (integrated) penuh.

Secara keseluruhan tingkat capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebesar 99,07% dari 100% target yang ditetapkan pada tahun 2021 yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian sasaran.

Evaluasi dan analisa capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan, diuraikan berdasarkan sasaran pada masing- masing program dan kegiatan sebagai berikut:

1. Perbandingan Antara Target dan Realisasi

Dilihat dari capaian indikator, untuk tahun 2021 Inspektorat Jenderal dapat melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan:

a) Indikator Kinerja Program (IKP)

Indikator pencapaian sasaran yang berasal Indikator Kinerja Program Inspektorat Jenderal pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2021 adalah sebagai berikut:

(21)

16

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

No Program Indikator Target

2021

Realisasi

2021 %

1. Peningkatan Pengawasan dan

Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan

Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan

4 4 100

2. Persentase Satker KP/KD yang

telah memenuhi predikat WBK/WBBM

(Kemenkes/Nasional)

50% 48,61% 97,22

3. Tingkat Kapabilitas APIP/ Internal Audit Capability Model (IACM)

3 3 100

Definisi operasional dari 3 Indikator Kinerja Program:

1) Indikator nomor 1:

Rekomendasi Kebijakan adalah policy brief yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di Lingkup Kementerian Kesehatan yang dilakukan oleh Inspektorat dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan.

2) Indikator nomor 2:

Satker KP/KD yang memenuhi predikat WBK adalah Satker KP/KD yang mendapatkan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dari Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI.

3) Indikator nomor 3:

Tingkat Kapabilitas APIP/ Internal Audit Capability Model (IACM) adalah Tingkat Kapabilitas APIP Kementerian Kesehatan hasil penilaian BPKP.

Penjelasan atas realisasi capaian Indikator Kinerja Program Inspektorat Jenderal tahun 2021 adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Stratetegi di lingkup Kementerian Kesehatan dilakukan oleh masing-masing Inspektorat, mempunyai realisasi output fisik sebanyak 4 (empat) atau sebanyak 100% dengan penjelasan sebagai berikut:

(22)

17

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

i. Inspektorat I. Klaim covid-19 “bermasalah”. Permasalahan yang timbul terkait Klaim COVID-19 tahun 2020 – 2021 dikarenakan dalam pendistribusian APD dan obat belum dilakukan pengurang klaim dan ketidaksesuaian length of stay (LoS)/kelebihan hari rawat yang menyebabkan klaim COVID-19 bermasalah sehingga pengajuan klaim yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit tidak sesuai dengan billing/tagihan yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit. Sampai dengan saat ini Pemerintah telah menyediakan anggaran pembayaran klaim COVID-19 tahun 2020 dan 2021 sebesar Rp121 triliun dan telah dilakukan pembayaran sebesar Rp79,4 triliun (data per 13 Desember 2021). Kebijakan pemerintah terdahulu yang mengatur tentang pengajuan klaim penggantian biaya pelayanan pasien COVID19 masih menggunakan mekanisme cost perday. Hal ini yang menjadi permasalahan atas timbulnya klaim biaya covid yang bermasalah yaitu antara billing Rumah Sakit dan Klaim yang diajukan berbeda nilainya.

Hal ini karena belum dilakukannya evaluasi terhadap kebijakan/pedoman tarif penggantian biaya pelayanan Covid-19 yang belum efisiendan belum dilakukannya pemetaan risiko terkait dengan pengajuan klaim dari rumah sakit. Berdasarkan hasil pengawasan dan analisa terhadap kebijakan saat ini, maka direkomendasikan kebijakan sebagai berikut:

- Menteri Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan melakukan evaluasi dan penyempurnaan Keputusan Menteri Kesehatan tentang penanggulangan Covid-19 danklaim penggantian biaya pelayanan pasien COVID-19 secara berkala khususnya yang terkait dengan Mekanisme bantuan APD dan obat serta kriteria jaminan Covid-19;

- Memperbaiki sistem/mekanisme RS dalam mengajukan klaim serta penyelesaian klaim oleh BPJS setelah perbaikan dari RS (pembatasan waktu pengajuan dan verifikasi klaim).

- Mengintegrasikan aplikasi informasi pengajuan klaim dan aplikasi pembayaran (e-klaim, v-klaim, SIM-RS).

ii. Inspektorat II. Darurat kualitas data aplikasi pencatatan dan pelaporan data gizi berbasis masyarakat secara elektronik (e-ppgbm) dan

(23)

18

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

komunikasi data (komdat) kesmas. Hasil audit kinerja aplikasi e- PPGBM dan Komdat Kesmas dengan uji petik di 7 Provinsi, 12 Kabupaten/Kota, dan 26 Puskesmas menemukan banyak permasalahan, antara lain:

- Belum dilakukan verifikasi dan validasi data;

- Tidak dapat diketahuinya status balita setelah intervensi melalui aplikasi;

- Adanya perbedaan antara data aplikasi dengan data manual;

- Tidak tersedianya data analytics secara otomatis;

- Adanya keterlambatan dan ketidaklengkapan penginputan data pada seluruh fitur;

- Pengembangan aplikasi pada masing- masing daerah.

Maka dengan ini, diberikan rekomendasi kebijakan atas permasalahan tersebut yaitu:

- Mengintegrasikan data e-PPGBM dan Komdat Kesmas dengan aplikasi satu data kesehatan yang akan dikembangkan oleh Digital Transformation Officer (DTO) Kementerian Kesehatan dengan berpedoman pada indikator kesehatan nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMN dan RPJMD Provinsi, Kabupaten/Kota;

- Menyediakan menu validasi-verifikasi data secara berjenjang dan automatic data analytics serta status balita paska intervensi gizi kedalam aplikasi yang akan diintegrasikan atau dikembangkan.

iii. Inspektorat III, dengan Policy Brief Akuntabilitas Pencatatan Vaksin Covid-19. Penanggulangan bencana merupakan tugas pemerintah yang dilaksanakan dengan prinsip cepat dan tepat namun tetap memperhatikan akuntabilitas. Vaksinasi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) sebagai upaya perlindungan masyarakat Indonesia dari bencana wabah infeksi SARS-CoV-2 juga perlu dilakukan secara akuntabel. Untuk mewujudkan akuntabilitas, berbagai tantangan dihadapi oleh pelaksana dan pengambil kebijakan. Melalui berbagai bentuk pengawasan atas pelaksanaan vaksinasi, telah diidentifikasi 4 hal menonjol yang berpengaruh dalam akuntabilitas yaitu:

- pengukuran logistik vaksinasi dalam satuan dosis;

(24)

19

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

- pemanfaatan overfilling vial vaksin;

- keterlibatan banyak pihak dalam pelaksanaan vaksinasi;

- kelemahan aplikasi pencatatan logistik (SMILE);

- permasalahan pencatatan hasil vaksinasi.

Atas permasalahan yang terjadi, perlu diupayakan penyelesaiannya demi pencapaian akuntabilitas. Alternatif solusi disajikan dalam 3 kelompok: pengendalian data vaksinasi, penyempurnaan sistem aplikasi dan perbaikan kebijakan terkait pencatatan data vaksinasi.

iv. Inspektorat IV dengan policy brief Tatalaksana Obat Covid-19 pada Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI.

Pelaksanaan pengawasan terhadap tatalaksana obat Covid-19 ini dilaksanakan pada setiap tahapan dari tatalaksana obat Covid-19 yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pencatatan pelaporan.

Pengawasan terhadap tatalaksana ini bertujuan agar pelaksanaan tatalaksana obat Covid-19 ini dapat berjalan sesuai ketentuan, efektif, efisen dan ekonomis. Masalah masalah tatalaksana obat covid-19 pada direktorat tata kelola obat publik dan perbekalan Kesehatan:

- Tatalaksan Pengadaan Obat Covid-19;

- Tatalaksana Pencatatan Obat Covid-19.

Akibat dan dampaknya yaitu:

- Akibat dari Tatalaksana Pengadaan Obat Covid-19 yang tidak sesuai ketentuan adalah secara umum dapat berpotensi menimbulkan Kerugian Negara, Inefektifitas dan Inefisiensi.

Dampaknya adalah pemenuhan kebutuhan obat covid-19 dalam rangka penanggulangan pandemic Covid-19, tidak tercukupi dan penanggulangan pandemic dapat berisiko gagal

Rekomendasi kebijakan:

Rekomendasi kebijakan terkait tatalaksana pengadaan dan pencatatan hasil pengadaan obat Covid-19, yaitu membuat aplikasi yang terintegrasi yang meliputi perencanaan, dan pelaksanaan pengadaan obat Covid-19 serta pencatatan hasil pengadaan obat Covid-19 yang melibatkan Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, dan Direktorat

(25)

20

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Pelayanan Kesehatan Rujukan serta Biro Keuangan dan BMN

2) Jumlah akumulasi satker KP/KD di lingkungan Kemenkes yang mendapat predikat WBK/WBBM baik dari Kemenkes maupun dari Kemenpan RB.

sampai dengan bulan Desember 2021 berjumlah 85 satker (WBK Kemenkes) dan 20 satker (WBK/WBBM Kemenpan RB) dari jumlah seluruh satker kemenkes 216 satker sehingga mencapai 48,61% dari target 50% atau 97,22%. Dengan perhitungan sebagai berikut:

85 satker WBK Kemenkes

+

20 satker WBK Nasional X 100%= 48,61%

216 total satker 216 total satker

Pencapaian target satker menuju WBK/WBBM sebesar 48,61% bukan menyatakan total jumlah satker yang dinilai melainkan jumlah predikat WBK/WBBM yang diperoleh oleh satker Kemenkes dimana terdapat satker yang mendapatkan penilaian lebih dari satu kali yaitu dari Kemenkes dan Kemenpan RB. Pada tahun 2021 Kementerian Kesehatan tidak menerima predikat WBK/WBBM Nasional, sehingga indikator kinerja program tidak tercapai 100%.

WBK adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/kawasan yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.

WBBM adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/kawasan yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.

Satuan kerja yang sudah mendapatkan WBK/WBBM mempunyai efek positif di lingkungan kerjanya antara lain:

a) Meningkatkan Transparansi dan akuntabilitas pelayanan;

b) Mendorong satker menciptakan inovasi-inovasi;

c) Nilai tambah bagi satker untuk mempromosikan layanannya kepada masyarakat.

Efek yang didapat di Inspektorat Jenderal menambah kompetensi assessor dan menambah lesson learned tatakelola dari satker-satker yang dapat predikat.

(26)

21

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

3) Hasil penilaian tingkat kapabilitas APIP oleh BPKP yang dilakukan pada bulan Desember 2021 berada pada level 3 berdasarkan hasil self assement Inspektorat Jenderal terhadap elemen-elemen yang diberikan oleh BPKP. Sedangkan QA oleh BPKP terhadap hasil self assessment dilaksanakan pada bulan Juli.

b) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Capaian kinerja Indikator Kinerja Program tahun 2021 tersebut di atas didukung oleh Indikator Kinerja Kegiatan yang terdapat pada Eselon II di lingkup Inspektorat Jenderal sebagai berikut:

1) Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satuan Kerja Binaan Inspektorat I

2) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat II

UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET

2021

REALISASI 2021 Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan

terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat I

1 1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat I

50 98,39

Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai Maturitas SPIP Level 3

20 36,84

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

65 27,85

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100 35,29

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa 80 52,33

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92 96,55

Persentase Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20 29,82

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat I

60 11,11

Inspektorat I

Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I

UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET

2021

REALISASI 2021 Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan

terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat II

1 1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat II

50 90,91

Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai Maturitas SPIP Level 3

20 18,18

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

45 19,04

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100 95,00

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa

50 81,11

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92 100,00

Persentase Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20 4,55

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat II

60 27,78

Inspektorat II

Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II

(27)

22

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

3) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III

4) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat IV

5) Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan

UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET

2021

REALISASI 2021 Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan

terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat III

1 1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat III

50 93,83

Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai Maturitas SPIP Level 3

20 3,63

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

50 36,29

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100 11,53

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa

91 44,55

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92 100,00

Persentase Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20 2,73

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat III

60 64,29

Inspektorat III

Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III

UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET

2021

REALISASI 2021 Jumlah rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan

terhadap 1 (satu) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup binaan Inspektorat IV

1 1

Persentase Satker KP/KD dengan nilai Persepsi Anti Korupsi minimal 75 pada lingkup binaan Inspektorat IV

50 100,00

Persentase Satker KP/KD yang memiliki nilai Maturitas SPIP Level 3

20 8

Persentase rekomendasi hasil pengawasan Inspektorat Jenderal yang ditindaklanjuti pada tahun berjalan

70 29,18

Persentase Laporan Keuangan Satker yang memenuhi SAP dan Pengendalian Intern yang memadai

100 52,17

Persentase DIPA Satker yang tidak memiliki Catatan Halaman IVa

50 96,43

Persentase Satker KP/KD yang memperoleh nilai hasil Evaluasi SAKIP dengan kategori "BB"

92 100

Persentase Satker KP/KD yang mengimplementasikan Manajemen Risiko dengan maturitas level 3 dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

20 1,72

Persentase pelaksanaan audit kinerja berbasis Teknologi Informasi lingkup Binaan Inspektorat IV

60 25,81

Inspektorat IV

Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV

UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET

2021

REALISASI 2021 Persentase pengaduan masyarakat berkadar pengawasan yang

ditindaklanjuti

100 83,00

Persentase rekomendasi hasil audit dengan tujuan tertentu yang ditindaklanjuti

50 21,00

Jumlah Satker yang telah memperoleh predikat WBK/WBBM Nasional

12 20

Inspektorat Investigasi

Peningkatan Pengawasan melalui Audit Investigasi dan Penanganan Pengaduan Masyarakat

(28)

23

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

6) Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan

2. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2021 dan Tahun 2020

Indikator Kinerja Program Inspektorat Jenderal

2020 2021

Target Realisasi Target Realisasi Jumlah rekomendasi kebijakan

berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan

2 2 4 4

Persentase Satker KP/KD yang telah memenuhi predikat WBK/WBBM (Kemenkes/Nasional)

40% 40,28% 50% 48,61%

Tingkat Kapabilitas APIP/ Internal Audit

Capability Model (IACM) 3 3 3 3

Jika melihat dari tabel diatas, realisasi IKP Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2021 tidak tercapai seluruhnya (99,07%) jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang tercapai 100%.

3. Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Jangka Menengah

Pada tahun 2021 merupakan tahun kedua dari Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024 dengan indikator yang berbeda dari Renstra sebelumnya, maka tidak dapat dibandingkan, namun jika dilihat target Renstra dalam 5 tahun maka dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET

2021

REALISASI 2021 Jumlah Hasil Analisis Rekomendasi Laporan Hasil Pengawasan

per program Kementerian Kesehatan

8 8

Nilai Reformasi Birokrasi pada komponen pengungkit di lingkup Inspektorat Jenderal

34,40 35,25

Sekretariat Inspektorat Jenderal

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan

(29)

24

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Grafik Indikator Kinerja Program

Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan 2020 – 2024

Capaian kinerja Inspektorat Jenderal pada tahun 2021 belum seluruhnya memenuhi dari target kinerja yang direncanakan pada tahun tersebut. Jika dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2020 yang tercapai seluruhnya.

4. Analisa Penyebab Ketidakberhasilan Pencapaian Target

Ketidakberhasilan pencapaian target sasaran Inspektorat Jenderal tahun 2021 dikarenakan tidak ada satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan yang mendapatkan predikat WBK/WBBM dari Kemenpan RB (Nasional), meskipun pada tahun 2021 terdapat 18 satuan kerja yang mendapatkan predikat WBK dari Kemenkes, namun pencapaian predikat WBK dari Kemenpan RB merupakan hal penting yang menjadi nilai tambah dalam pencapaian target sasaran Inspektorat Jenderal tahun 2021. Alasan ketidaktercapaian pada indikator WBK/WBBM antara lain:

a. Pendampingan kepada satuan kerja tidak maksimal;

b. Sebagian besar satuan kerja yang dilakukan penilaian masih fokus pada kegiatan penanganan COVID-19 dan vaksinasi bagi masyarakat;

c. Pencapaian WBK/WBBM pada satuan kerja belum menjadi tupoksi utama fungsional tertentu di satuan kerja;

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Target (%) Realisasi (%) Target (%) Realisasi (%) Target (%) Realisasi (%)

IKP I IKP I IKP II IKP II IKP III IKP III

2020 2021 2022 2023 2024

(30)

25

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

d. Adanya perbedaan persepsi penilaian antara TPN Kemenpan RB dengan TPI Kemenkes, sehingga terjadi perbedaan penilaian antara satuan kerja yang sudah dinilai WBK Kemenkes namun tidak mendapatkan predikat WBK/WBBM oleh Kemenpan RB;

e. Tidak ada feedback secara detail dari Kemenpan RB atas kekurangan yang menyebabkan satuan kerja tidak mendapatkan predikat WBK/WBBM, sehingga satuan kerja tidak dapat mengetahui kelemahan dalam sistem anti korupsi yang perlu diperbaiki.

Beberapa kegiatan telah dilaksanakannya sebagai upaya dalam pencapaian sasaran indikator kinerja program, yaitu:

a. Pendampingan pengawasan program prioritas nasional rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil pengawasan terhadap 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di lingkup Kementerian Kesehatan, Rekomendasi Kebijakan adalah policy brief yang dihasilkan dari analisis atas hasil Pengawasan 4 (empat) Program Prioritas Nasional/Program Strategis di Lingkup Kementerian Kesehatan yang dilakukan oleh Inspektorat dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan. Rancangan policy brief diajukan oleh Inspektorat I sampai IV,

b. Pendampingan WBK/WBBM satker KP/KD yang memenuhi predikat WBK adalah Satker KP/KD yang mendapatkan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dari Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI. Sampai dengan bulan Desember 2021 jumlah satker yang mendapat predikat WBK kemenkes yaitu 85 satker dan 20 satker mendapat predikat WBK/WBBM dari Kemenpan RB, dari jumlah seluruh satker kemenkes 216 satker sehingga mencapai 48,61% dari target 50% atau 97,22%.

c. Hasil self assesment tingkat kapabilitas APIP oleh Inspektorat Jenderal terhadap elemen-elemen AICM dilakukan pada bulan Januari 2021 berada pada level 3. Pelaksanaan QA oleh BPKP atas hasil self assessment akan dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2021.

(31)

26

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Selain itu pula terdapat beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai upaya dalam penunjang pencapaian target diantaranya sebagai berikut:

a. Reviu Laporan Keuangan

Dalam rangka mempertahankan opini laporan keuangan Kementerian Kesehatan, maka Inspektorat Jenderal melaksanakan kegiatan reviu atas laporan keuangan. Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan keyakinan tentang akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi yang disajikan pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

1) Reviu Pengadaan Barang/Jasa dan Penyerapan Anggaran

Guna meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara lain melalui government spending atau belanja pemerintah yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

2) Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Risiko

Pendampingan penyusunan laporan keuangan setiap satuan kerja diharapkan dapat tersusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), sehingga terselenggara laporan keuangan yang akuntabel dan berdasarkan bukti (evidence based).

3) Pengamanan Aset Kementerian Kesehatan

Pengamanan aset Kementerian Kesehatan dilakukan dalam upaya mendorong terselenggaranya penatausahaan dan tata kelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku, terutama pada satuan kerja penerima dana Tugas Pembantuan (TP) yang dialihkan ke Dana Alokasi Khusus (DAK).

4) Pendampingan/Konsultasi Pengadaan Barang/Jasa

Pendampingan/konsultasi pengadaan barang/jasa dilakukan dengan tujuan untuk memelihara tingkat kepercayaan publik dan peserta tender, meyakinkan keputusan yang dibuat terhindar dari tuntutan hukum, menciptakan akuntabilitas dalam proses pengadaan barang/jasa, dan menghindari terjadinya praktik korupsi.

5) Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja

(32)

27

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Dalam upaya meningkatkan akuntabilitas kinerja di setiap satuan kerja, Inspektorat Jenderal melakukan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Evaluasi ini dilakukan sebelum Kementerian PAN dan RB melakukan evaluasi SAKIP Kementerian Kesehatan. Selain itu, dilaksanakan pula reviu LAKIP.

6) Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran

Dalam rangka meningkatkan penyusunan perencanaan dan penganggaran Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal melaksanakan kegiatan reviu Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) di masing-masing unit utama atau satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini dilakukan sebelum dilakukan penelaahan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.

7) Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah memastikan bahwa satuan kerja telah menindaklanjuti rekomendasi atau saran hasil audit internal maupun eksternal. Oleh karena itu, Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam memantau percepatan tindak lanjut, sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat waktu sesuai ketentuan. Percepatan tindak lanjut dilakukan melalui pemantauan dan pemutakhiran data, serta dilakukan bimbingan teknis dalam rangka memberikan masukan kepada satuan kerja untuk penyelesaian tindak lanjut hasil audit yang dilakukan secara berkala.

8) Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) lain

Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat pengawasan lain yaitu Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

9) Penanganan Pengaduan Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan penyelesaian pengaduan masyarakat, Kementerian Kesehatan telah membentuk tim untuk menangani pengaduan masyarakat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.02.02/Menkes/239/2016 11 April 2016 tentang Tim

Referensi

Dokumen terkait

a) Bagi investor penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh eco-control dan kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi pada perusahaan

Dakwah yang dilakukan Jamaah Tabligh di Kabupaten Tabalong juga tidak kalahnya dengan dakwah di kota Banjarmasin, hal itu dapat terlihat dari setiap perkampungan,

Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur merupakan Tugas Pokok dan Fungsi Kemendikbud yang pelaksanaannya berada di bawah tanggungjawab Inspektorat

Private XNonota As String Private XTglnota As Date Private XNopsn As String Private XTglpsn As String Public XNmplg As String Dim cmd As OleDbCommand Dim baca As OleDbDataReader

Hasil dari perancangan sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode SAW (Simple Additive Weighting) untuk pengangkatan calon karyawan tetap ini dirancang dengan

Lampiran 8 Struktur diameter tegakan hutan rakyat di Kabupaten Ciamis Pola

‘Berkumpul kita menjelang siang di rumah yang bertuah ini sodorkan daun sirih kami daun sirih yang kembang dua serumpun agar terkabul permintaan dan rumpun musyawarah kepada orang