Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care Di Puskesmas
Tanah Tinggi Binjai
Nur Juliati Sianturi
Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, 2007
Judul : Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Peneliti : Nur Juliati Sianturi
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2006/2007
Pembimbing Penguji
……….. ………..……….Penguji 1
(Evi Karota Bukit, SKp, MNS) (Evi Karota Bukit, SKp, MNS)
NIP. 132 258 271 NIP. 132 258 271
………..……….Penguji 2 Ismayadi, S.Kep, Ns
NIP. 132 299 798
………...…Penguji 3 Mahnum L. Nasution, S.Kep,Ns
NIP. 132 299 796
Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.
………. ……….
Erniyati,SKp, MNS Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K)
NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363
Ketua PSIK Pembantu Dekan I FK USU
Judul : Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Peneliti : Nur Juliati Sianturi
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2006/2007
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi Peran dan Fungsi dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai dari 5 (lima) Puskesmas Pembantu, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 53 orang.
Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan teknik purposiv sampling dengan menggunakan kuisioner Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas perawat yang ada di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai berusia 31 – 40 tahun (38%), pengalaman kerja
> 5 tahun (77%) dan 72% responden tidak pernah mengikuti pelatihan tentang Perkesmas.
Berdasarkan hasil penelitian Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai yang terlaksana dengan baik hanya peran dan fungsi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan pada anamnese (72%) dan Role Model (100%).
Peran dan fungsi perawat yang belum terlaksana adalah peran dan fungsi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang tidak dilakukan pemeriksaan fisik ibu hamil (91%), diagnosa keperawatan (72%), perencanaan tindakan keperawatan (74%), implementasi (79%), dan evaluasi (73%). Berdasarkan peran dan fungsi perawat sebagai penemu kasus umumnya tidak dilaksanakan (94-98%).
Peran dan fungsi perawat sebagai penyuluh kesehatan juga mayoritas tidak terlaksana dengan baik (72 - 76%). Sedangkan peran dan fungsi perawat sebagai koordinator dan kolaborator : tidak melakukan koordinasi (85%), tidak bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan (77%), tidak berperan sebagai penghubung dengan institusi (91%). Dari peran dan fungsi perawat sebagai konselor umumnya belum terlaksana optimal (68- 89%).
Kata Kunci : Peran dan Fungsi Perawat, Ante Natal Care, Puskesmas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai”. Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan dalam Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan masukan-masukan yang berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, dan juga kepada Bapak Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) selaku Pembantu Dekan I dan Ketua Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Sri Eka Wahyunim S.Kep.NS selaku Penasehat Akademik, seluruh staf dosen dan administrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan berbagai ilmu yang bermanfaat sebagai bekal dalam menyelesaikan
Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns dan Ibu Mahnum L Nasution, S.Kep, Ns selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang berharga bagi penulis.
Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Drg. M. Jusuf Bangun selaku penanggung jawab Puskesmas Tanah Tinggi Binjai yang memberikan izin melakukan penelitian beserta seluruh petugas kesehatan dan staf puskesmas.
Terkhusus penulis mengucapkan terima kasih kepada suami tercinta Bripka. R.A. Tampubolon, SH atas dukungan moril dan material selama menyelesaikan skripsi ini, anak-anak yang menjadi pemberi semangat dan motivasi bagi penulis (Clarissa Eldora Tampubolon, Joshua Wilbert Tampubolon). Untuk teman-teman di kampus Program Studi Ilmu Keperawatan Stambuk 2006, yang berjuang bersama untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan informasi yang berharga di dunia kesehatan terutama keperawatan.
Medan, September 2007 Penulis
Nur Juliati Sianturi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1. Latar belakang ... 1
2. Pertanyaan penelitian ... 3
3. Tujuan penelitian ... 3
4. Manfaat penelitian ... 3
4.1 Praktek keperawatan ... 3
4.2 Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 3
4.3 Penelitian Keperawatan ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
1. Konsep dasar Puskesmas ... 4
1.1 Pengertian Puskesmas ... 4
1.2 Visi Puskesmas ... 4
1.3 Misi Puskesmas ... 5
1.4 Tujuan Puskesmas ... 5
1.5 Fungsi Puskesmas ... 6
1.6 Program Puskesmas di Era Desentralisasi ... 6
2. Kegiatan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di
Puskesmas ... 9
3. Peran dan fungsi perawat kesehatan masyarakat ... 10
3.1 Pengertian perawat kesehatan masyarakat ... 10
3.2 Peran dan fungsi perawat kesehatan masyarakat ... 11
4. Peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care... 17
4.1 Pengertian Ante Natal Care ... 17
4.2 Tujuan Ante Natal Care ... 17
4.3 Pemeriksaan ibu hamil ... 17
4.4 Nasihat-nasihat untuk ibu hamil ... 19
4.5 Peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan Ante Natal Care ... 25
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 28
1. Kerangka Konseptual ... 28
2. Defenisi Operasional. ... 29
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 30
1. Desain Penelitian ... 30
2. Populasi dan Sampel ... 30
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
4. Pertimbangan Etik ... 31
5. Instrumen Penelitian ... 32
6. Uji Reliabilitas ... 33
7. Pengumpulan Data ... 33
8. Analisa Data ... 34
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
1. Hasil Penelitian ... 35
2. Pembahasan ... 42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
1. Kesimpulan ... 50
2. Rekomendasi ... 50 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar persetujuan menjadi responden 2. Kuisioner penelitian
3. Surat izin penelitian
4. Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas Tanah Tinggi Binjai CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 35 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan
fungsi perawat, sebagai pemberi pelayanan kesehatan dalam pelaksanan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 37 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan
fungsi perawat sebagai penemu kasus dalam pelaksanan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 38 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan
fungsi perawat sebagai penyuluh kesehatan dalam pelaksanan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 39 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan
fungsi perawat sebagai koordinator dan kolaborator dalam pelaksanan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 40 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan
fungsi perawat sebagai konselor dalam pelaksanan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 41 7. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan
fungsi perawat sebagai panutan (role model) dalam pelaksanan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 42
DAFTAR SKEMA
Skema
1. Gambar peran dan fungsi minimal dan ideal perawat Kesehatan
masyarakat... 16 2. Peran dan fungsi perawat dalam program pelaksanan Ante Natal
Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai ... 28
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Pembangunan kesehatan sesuai dengan Indonesia Sehat 2010, bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan program kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu (Dep Kes RI, 2004).
Program kesehatan tersebut dapat dilakukan di Puskesmas melalui program kesehatan dasar yang terdiri dari Program Promosi Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga Berencana, Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan dan melalui program kesehatan pengembangan yang terdiri dari Program Penyuluhan Kesehatan, Program Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi (Muninjaya, 2004).
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk didalam Program kesehatan dasar karena hingga saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih yang paling tinggi di Asia Tenggara yakni 307/100.000 kelahiran hidup yang berarti 50.000 Ibu meninggal tiap hari, meskipun tahun 2005 telah turun menjadi 290,8/100.000 kelahiran hidup, namun kondisi itu belum merubah status Indonesia sebagai negara dengan angka kematian ibu – tertinggi di Asia Tengara, karena angka
kematian ibu di negara – negara Asia Tengara lainnya masih jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia (Suparmanto,2006)
Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah 2004 - 2009. Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan terutama di arahkan pada peningkatan jumlah, jaringan, dan kualitas Puskesmas disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan (Laporan Pembangunan Milenium Indonesia, 2005).
Puskesmas sebagai penangungjawab penyelengaraaan program kesehatan untuk jenjang tingkat pertama serta sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan di Indonesia. Melalui program pelayaanan Puskesmas, diharapkan akan tercapai masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan RI (Dep Kes RI, 2004)
Saat ini perhatian terhadap perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di Puskesmas masih sangat terbatas. Sementara kondisi dimasyarakat menunjukan secara kualitas dan kuantitas, perawat di Puskesmas belum memenuhi harapan, kurangnya kesempatan untuk mengikuti pelatihan, serta ketidakjelasan uraian tugas menyebabkan perawat di Puskesmas belum dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (Suparmanto, 2005 ).
Peran dan fungsi perawat khususnya dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas juga belum dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya . Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti bagaimana peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
3. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi peran dan fungsi perawat dalam pelaksanan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
4. Manfaat Penelitian
4.1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan untuk mengembangkan peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas guna meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas sesuai dengan harapan masyarakat.
4.2. Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Dengan diketahuinya peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas dapat dijadikan bahan masukan untuk pengambilan keputusan di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai dalam upaya perbaikan pelayanan keperawatan.
4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Puskesmas 1.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah kesatuan organisasi pelaksana pembangunan kesehatan yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam memelihara kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin (Dep Kes RI, 2001; Efendi, 1998)
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja kecamatan. (Dep Kes RI, 2004).
Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan diwilayah kecamatan (Muninjaya, 2004)
1.2. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan setempat.
1.3. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya,memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
1.4 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
1.5 Fungsi Puskesmas
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi yaitu pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dimana Puskesmas harus mampu membantu menggerakkan dan memantau pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya, pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
1.6 Program Puskesmas di Era Desentralisasi
Program Puskesmas terdiri dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga Berencana, Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan, dan program kesehatan pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Program Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi.
Promosi Kesehatan. Tujuan : meningkatkan perilaku hidup sehat. Sasaran : masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Ruang lingkup kegiatan : pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Program Kesehatan Ibu dan Anak akan dibahas pada kegiatan program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas.
Keluarga Berencana, tujuan jangka panjang program KB adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu. Sasaran: pasangan usia subur. Ruang lingkup: mengadakan penyuluhan KB, menyediakan dan memasang alat-alat kontrasepsi, mengadakan kursus keluarga berencana untuk para dukun bersalin.
Pemberantasan penyakit menular. Tujuan: menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin. Sasaran: ibu hamil, balita dan anak – anak sekolah untuk kegiatan imunisasi. Ruang lingkup kegiatan: surveilan epidemiologi, imunisasi dan pemberantasan vektor.
Peningkatan Gizi. Tujuan: meningkatkan status gizi masyarakat. Sasaran:
ibu hamil, ibu menyusui dan anak – anak yang berumur dibawah lima tahun.
Ruang lingkup kegiatan: menimbang berat badan balita, menimbang berat badan pada ibu hamil, pemberian makanan tambahan untuk balita yang kurang gizi, penyuluhan gizi, pembagian vitamin A untuk bayi, dan pemberian suplemen tablet besi untuk ibu hamil.
Kesehatan lingkungan. Tujuan: menanggulangi unsur – unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor timbulnya penyakit menular. Sasaran: tempat-tempat umum. Ruang lingkup kegiatan: memperbaiki sistem pembuangan kotoran manusia, menyediakan air bersih, pembuangan sampah, dan pengawasan tempat-tempat umum.
Pengobatan. Tujuan: memberikan pengobatan kepada masyarakat.
Sasaran: masyarakat diwilayah kerja Puskesmas. Ruang lingkup kegiatan:
menegakkan diagnosa, merujuk penderita dan meyelenggarakan Puskesmas keliling.
Penyuluhan kesehatan masyarakat. Tujuan: meningkatkan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan. Sasaran: kelompok masyarakat yang berisiko tertular penyakit. Ruang lingkup kegiatan: kegiatan penyuluhan.
Laboratorium. Tujuan: memeriksa sediaan (spicement) darah, sputum, faeces dan urin. Sasaran: pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Ruang lingkup kegiatan: mempersiapkan dan memeriksa sediaan (spicement) di Puskesmas, mengirimkan sediaan ketingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Usaha kesehatan sekolah. Tujuan: meningkatkan derajat kesehatan anak dan lingkungan sekolah. Sasaran: murid dan lingkungan sekolah. Ruang lingkup kegiatan: pemeriksaan kesehatan secara berkala, mengupayakan lingkungan sekolah yang sehat, pendidikan kesehatan, P3K dan imunisasi.
Perawatan kesehatan masyarakat. Tujuan: memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh dan memberikan konseling kepada anggota keluarga. Sasaran: kelompok masyarakat dengan risiko tinggi dan penderita penyakit kronis. Ruang lingkup kegiatan: melaksanakan perawatan kesehatan perorangan, keluarga dan kelompok masyarakat.
Kesehatan jiwa. Tujuan: untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal. Sasaran: penderita gangguan jiwa dan keluarganya.
Ruang lingkup kegiatan: mengenali penderita, memberikan pertolongan pertama, pengobatan, atau merujuk pasien ke Rumah Sakit Jiwa.
Kesehatan gigi. Tujuan: menghilangkan atau mengurangi gangguan kesehatan gigi dan mempertinggi kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi. Sasaran: ibu hamil, anak – anak SD dan masyarakat dengan keluhan gangguan kesehatan gigi. Ruang lingkup kegiatan: melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan perawatan gigi secara rutin untuk anak – anak sekolah dan ibu hamil, penyuluhan kesehatan gigi di sekolah.
2. Kegiatan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas
Tujuan umum dari Upaya Kesehatan Ibu dan Anak adalah menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbility) di kalangan ibu dimana kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan, pada saat bersalin dan saat ibu menyusui, meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Tujuan ini di tingkat Puskesmas harus dijabarkan lagi sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat dan faktor risiko yang berkembang diwilayahnya.
Sasaran, yang menjadi sasaran program Kesehatn Ibu dan Anak adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak sampai dengan umur 5 tahun. Kelompok- kelompok masyarakat ini sasaran primer program. Sasaran sekunder adalah dukun bersalin dan kader kesehatan.
Ruang lingkup kegiatan, kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak terdiri dari kegiatan pokok dan integratif. Kegiatan integratif adalah kegiatan program lain
(misalnya kegiatan imunisasi merupakan kegiatan pokok Pemberantasan Penyakit Menular) yang dilaksanakan pada program Kesehatan Ibu dan Anak karena sasaran penduduk Pemberantasan Penyakit Menular (ibu hamil dan anak-anak) juga menjadi sasaran program Kesehatan Ibu dan Anak.
Kegiatan pokok dari Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah memeriksa kesehatan ibu hamil, mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, integrasi dengan program gizi, memberikan nasihat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan, tambahan (vitamin dan garam yodium). Integrasi program PKM (konseling) dan Gizi , memberikan pelayanan KB kepada pasangan usia subur. Integrasi program KB, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan. Integrasi program pengobatan, memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas, integrasi dengan program perawatan kesehatan masyarakat mengadakan latihan untuk dukun bersalin dan kader kesehatan Posyandu. (Muninjaya, 2004).
3. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Masyarakat 3.1. Pengertian Perawat Kesehatan Masyarakat
Menurut The American Public Health Association perawat kesehatan masyarakat adalah praktek dari promosi dan perlindungan populasi dengan menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial dan kesehatan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2000)
Perawat Kesehatan di Puskesmas adalah semua perawat Puskesmas yang menjabat sebagai pejabat fungsional perawat dan bekerja di Puskesmas yang disebut dengan Perawat Puskesmas. (Dep Kes RI, 2004)
3.2. Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas
Dalam rancangan pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas tentang peran dan fungsi perawat di Puskesmas, Perawat Puskesmas yang profesional adalah perawat yang memiliki latar belakang pendidikan serta kompetensi dibidang keperawatan komunitas untuk dapat menerapkan 12 peran dan fungsinya.
Untuk dapat meningkatkan kinerjanya, perawat Puskesmas diharapkan minimal dapat melaksanakan enam perannya, yaitu memberi pelayanan kesehatan, sebagai pemberi pelayanan kesehatan perawat Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok/ masyarakat berupa asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang utuh, meliputi pemberian asuhan pada pencegahan tingkat pertama, tingkat kedua maupun tingkat ketiga. Asuhan keperawatan yang diberikan baik asuhan langsung kepada klien maupun tidak langsung diberbagai tatanan pelayanan kesehatan antara lain klinik Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, Posyandu, keluarga dan lain–lain.
Penemu Kasus, sebagai penemu kasus perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit. Dapat dilakukan dengan pengembangan sistem pencatatan dan
pelaporan rutin, survei khusus untuk penyakit menular tertentu, bekerjasama dengan masyarakat dan didukung program kesehatan lingkungan untuk memberantas vektor.
Pendidik/Penyuluhan Kesehatan, pembelajaran merupakan dasar dari pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan semua tingkat pencegahan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat Puskesmas mampu mengkaji kebutuhan pasien / klien, mengajarkan agar melakukan pencegahan tingkat pertama dan peningkatan kesehatan pasien / klien kepada individu, keluarga, kelompok / masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program penyuluhan / pendidikan kesehatan, baik untuk topik sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan / olah raga, manajemen stress, penyakit dan pengolahan penyakit, dan lain-lain, memberikan informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi yang tepat tentang penyakit, pengobatan dan lain – lain, serta menolong pasien / klien menyeleksi informasi kesehatan yang bersumber dari buku – buku, televisi, atau teman.
Koordinator dan Kolaboratur, perawat Puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua pelayan kesehatan yang diterima oleh keluarga dari berbagai program, dan bekerjasama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya.
Konselor Keperawatan, tujuan konseling adalah pencegahan masalah secara efektif. Konseling efektif dapat dilakukan bila didasari adanya hubungan yang positif antara konselor dengan pasien / klien dan kesediaan konselor untuk
membantu. Dalam fungsinya sebagai konselor, perawat Puskesmas membantu pasien/klien untuk mencari pemecahan masalah kesehatan atau perubahan perilaku yang terjadi dan dihadapi pasien / klien. Pemberian konseling dapat dilakukan di klinik Puskesmas, Puskesmas pembantu, rumah pasien / klien, posyandu dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok, masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat Puskesmas antara lain menyediakan informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi asuhan dan meyakinkan pasien / klien, menolong pasien / klien mengidentifikasi masalah dan faktor – faktor yang terkait, memandu klien menggali permasalahan dan memilih pemecahan masalah yang dapat dikerjakan.
Panutan atau Model Peran (role model), perawat Puskesmas sebagai panutan atau “Role Model” di maksudkan bahwa perilakunya sehari-hari dicontoh oleh orang lain. Panutan ini digunakan pada semua tingkatan pencegahan terutama Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memberi contoh praktek menjaga tubuh yang sehat baik fisik maupun mental seperti makan, makanan bergizi, menjaga berat badan, olah raga secara teratur, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat setiap hari, komunikasi efektif, dan lain – lain. Disamping itu, perawat Puskesmas juga harus menampilkan profesionalismenya dalam bekerja yaitu dengan menerapkan kode etik keperawatan, menggunakan pendekatan sistematik dan efektif dalam pengambilan keputusan .
Dengan meningkatkan pendidikan dan kompetensi perawat Puskesmas, secara bertahap peran dan fungsi perawat Puskesmas juga dapat ditingkatkan, yaitu sebagai pemodifikasi lingkungan, perawat Puskesmas melakukan kerjasama atau konsultasi dengan berbagai pihak terutama tenaga kesehatan lain untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat baik disarana kesehatan maupun dikeluarga/ masyarakat.
Konsultan, sebagai konsultan perawat Puskesmas memberikan nasehat profesional, pelayanan, atau informasi kepada pasien / klien untuk menolong memecahkan masalah spesifik atau meningkatkan keterampilan pasien / klien.
Konsultasi merupakan proses interaksi atau komunikasi sementara antara dua orang atau lebih. Dalam perannya sebagai konsultan, perawat Puskesmas dapat memberikan panduan untuk pemecahan masalah keperawatan, peningkatan keterampilan keperawatan, peningkatan kesehatan, dan lain – lain. Konsultasi dapat digunakan untuk semua tingkatan pencegahan.
Advokasi, perawat Puskesmas mampu melakukan advokasi dalam rangka pemberdayaan pasien / klien dan peningkatan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien / klien. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat Puskesmas antara lain merancang pelayanan kesehatan untuk pasien / klien yang tidak mampu melakukannya, berperan serta dalam perencanaan. Peningkatan sumber daya masyarakat untuk kesehatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain, menolong pasien / klien menggunakan sunberdaya kesehatan seoptimal mungkin.
Manajer Kasus, sebagai manajer perawat Puskesmas menggunakan kemampuan spesifik untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan lain untuk
mencapai tujuan asuhan. Manajemen yang efektif dapat menolong mencapai tujuan dalam setiap tingkat pencegahan. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan supervisi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien maupun terhadap anggota tim lainnya, seperti kader kesehatan.
Peneliti, perawat Puskesmas seharusnya mengidentifikasi masalah- masalah kesehatan yang ditemukan dan mencari solusi yang terbaik melalui proses penyelidikan yang ilmiah. Penelitian digunakan untuk menyelidiki topik yang terkait dengan pencegahan tingkat pertama, kedua, ketiga, baik pada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengajukan penelitian keperawatan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan yang terkait dengan praktik keperawatan, menggunakan kriteria yang ditetapkan untuk mengevaluasi hasil-hasil studi, membaca dan mengkritisi laporan penelitian secara teratur, berpartisipasi dalam penelitian lain seperti epidemiologi.
Pemimpin dan Pembaharu, perawat Puskesmas diharapkan mampu mempengaruhi klien dan pihak lain untuk mencapai tujuan pelayanan yang telah ditetapkan dan berupaya menciptakan perubahan. Perawat Puskesmas menggunakan kepemimpinannya untuk mencapai tujuan pelayanan dalam semua tingkat pencegahan. Kegiatan yang dilakukan antara lain memberi masukan proses pengambilan keputusan untuk pasien / klien dan anggota tim lain, menstimulasi minat terhadap promosi kesehatan melalui asuhan keperawatan pada ketiga tingkat pencegahan, memberikan informasi yang terkait dengan promosi kesehatan kepada pasien / klien dan tenaga kesehatan lain, mendukung program promosi kesehatan dan lain-lain.
Skema 1 : Gambar peran dan fungsi minimal dan ideal perawat kesehatan masyarakat.
Keterangan:
Peran dan fungsi minimal
Peran dan fungsi ideal (Dep Kes RI, 2004) Manajer kasus
Klien Pemimpin/
Pembaharuan
Role model Konsultan
Konselor
Pemodifikasi lingkungan Penemu kasus
Pemberi Pelayanan
pelayana Advokasi
Peneliti Pendidik
kesehatan
Koordinator penghubung
4. Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Ante Natal Care.
4.1. Pengertian Ante Natal Care
Ante Natal Care adalah kegiatan promosi dan penyuluhan, deteksi dan penatalaksanaan komplikasi secara dini (WHO, 2003)
Ante Natal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standart pelayanan yang dilaksanakan oleh tenaga profesional (Suparta, 2005)
4.2. Tujuan Ante Natal Care
Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
Tujuan khusus adalah mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin, menurunkan angka morbiditas dan mortabilitas ibu dan anak memberikan nasihat- nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
4.3. Pemeriksaan ibu hamil
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan, periksa ulang 1 x sebulan sempai kehamilan 7 bulan, periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan, periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan, periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
Pemeriksaan ibu hamil terdiri dari anamnesa identitas isteri dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan, alamat, dan sebagainya. Anamnesa umum tentang keluhan-keluhan makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan, tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai rumus Naegele : hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1, tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik, inspeksi / pemeriksaan umum meliputi pengukuran tinggi badan, menimbang berat badan yang dilakukan pada kunjungan pertama, tekanan darah, nadi, suhu dan sebagainya.
Palpasi, ibu hamil disuruh berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukan palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Manuver palpasi menurut Leopold I: pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus, konsistensi uterus. Leopold II : menentukan batas samping rahim dan kanan-kiri, menentukan letak punggung janin, pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin Leopold III : menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang. Leopold IV : pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu hamil, bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul.
Auskultasi digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut jantung janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah : Dari janin : djj pada bulan ke 4-5, bising tali pusat, gerakan dan tendangan janin Dari ibu : bising rahim (uterine souffle), bising aorta, peristaltik usus.
Pemeriksaan Dalam: Vaginal taocher (VT), Rectal toucer (RT). Indikasi pemeriksaan dalam adalah untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan, sebelum ditinggalkan oleh penolong, jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan, jika ada sangkaan kesempitan panggul, jika karena sesuatu, persalinan tidak maju-maju, jika diambil tindakan obstetri operatif.
4.4. Nasihat-nasihat untuk Ibu Hamil
Makanan (Diet) ibu hamil, wanita hamil dan menyusui harus betul-betul perhatikan susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, perdarahan pasca persalinan dan lain-lain. Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk dua orang, ibu dan janin dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar, dan sebagainya. Zat-zat yang diperlukan protein, karbohidrat, zat lemak, mineral, atau bermacam-macam garam terutama kalsium, fosfor, dan zat besi (Fe), vitamin, dan air.
Semua zat tersebut diatas kita peroleh dari makanan yang kita makan sehari-hari dan pengobatan tambahan yang diberikan bila ada kekurangannya.
Yang penting diperhatikan sebenarnya yaitu cara mengatur menu dan cara pengolahan menu makanan.
Menu disusun menurut petunjuk baku “4 sehat 5 sempurna” dan dapat diketahui bahwa makanan yang mahal harganya belum tentu tinggi nilai gizinya, sebaliknya banyak bahan makanan yang murah harganya, namun mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hendaknya selalu makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang berwarna, karena nilai gizinya tinggi untuk kesehatan.
Banyak wanita berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi. Karena mereka takut menjadi besar sehingga sulit melahirkan. Pendapat ini tidak mempunyai dasar, sebenarnya ibu hamil memerlukan tambahan beberapa zat-zat untuk pertumbuhan janinnya agar sehat, dan ini hanya bisa diperoleh dari makanan.
Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, buah dada, dan kenaikan metabolisme. Anak aterm memerlukan 400 g protein, 20 g lemak, 80 g karbohidrat, dan 40 mineral. Uterus dan plasenta membutuhkan masing-masing 500 g dan 55 g protein. Kebutuhan total protein 950 g, kalsium 30 g, Fe 0,8 g, dan asam folik 300 g per hari.
Sebagai pengawasan, kecakupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata antara 6,5 sampai 16 kg (10-12 kg). Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan itu turun setelah kehamilan triwulan kedua, haruslah menjadi perhatian.
Obat-obatan jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama dalam triwulan I. Perlu dipertanyakan mana yang lebih besar
manfaatnya dibandingkan bahayanya terhadap janin, oleh karena itu harus dipertimbangkan pemakaian obat-obatan tertentu.
Perubahan psikologis, ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan. Karena itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun peristiwa kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun banyak ibu-ibu yang tidak tenang, merasa khwatir akan hal yang fisiologis. Untuk itu perawat harus dapat menanamkan kepercayaan kepada ibu hamil dan menerangkannya apa yang harus diketahuinya karena ketidaktahuan, rasa takut, dan sebagainya dapat menyebabkan rasa sakit pada waktu persalinan, ini akan mengganggu jalannya partus, ibu akan menjadi lelah dan kekuatan hilang. Untuk menghilangkan cemas harus ditanamkan kerjasama pasien - penolong dan diberikan penerangan selagi hamil dengan tujuan menghilangkan ketidaktahuan, latihan-latihan fisik dan kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan bayi, berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologik (Muchtar,1998).
Merokok, merokok merupakan perbuatan yang potensial berbahaya bagi kehamilan. Ibu yang merokok lebih dari 10 batang sigaret perhari akan memiliki insidensi abortus, kematian perinatal dan retardasi. Ibu hamil harus berhenti merokok segera setelah diagnosis kehamilannya ditegakkan. Tindakan ini sangat penting terutama jika terdapat faktor risiko yang lain (misalnya, kondisi gizi yang tidak pasti).
Olahraga, olahraga yang tidak dipaksakan dianjurkan selama kehamilan.
Banyak orang yang berpandangan bahwa mereka sudah melakukan olahraga yang cukup kalau dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak kegiatan. Mereka cukup letih sehingga mereka enggan untuk menghabiskan banyak kalori lagi. Olahraga atau latihan yang tidak dipaksakan merupakan hal yang berbeda dengan kegiatan sehari-hari. Keputusan untuk melakukannya harus diambil secara sadar. Berjalan setiap hari atau berenang pada waktu tertentu akan melatih seluruh tubuh, membantu relaksasi, membantu paru berkembang lebih sempurna, memperbaiki sirkulasi darah dan mungkin pula akan membantu mengatur kegiatan rutin sehari- hari. Olahraga juga memberikan kesempatan yang baik bagi ibu hamil untuk keluar rumah. Beberapa aktivitas ternyata tidak cocok bagi ibu hamil dalam bulan-bulan terakhir kehamilannya dan juga tidak dianjurkan bagi ibu hamil dengan riwayat abortus dan persalinan. Segala kegiatan yang berbahaya atau yang tidak terkendali secara penuh oleh keseimbangan tubuh harus dihindari pada kehamilan.
Pekerjaan, kapan seorang wanita yang hamil harus berhenti bekerja di luar rumah sangat tergantung pada jenis pekerjaan, bahaya apa yang mengancam dalam lingkungan pekerjaannya, dan seberapa besar energi fisik serta mental yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan itu. Jika pekerjaannya tidak terlalu banyak menyita energi dan juga tidak banyak mempengaruhi kehamilan boleh terus bekerja selama ia menyukai pekerjaannya.
Sanggama, jika seorang wanita hamil memiliki riwayat abortus spontan atau persalinan prematur, maka sanggama tidak boleh dilakukan selama 2 – 3
bulan pertama kehamilannya dan juga dalam bulan terakhir. Kalau tidak terdapat riwayat seperti diatas, aktivitas seksual dapat dianjurkan untuk dilanjutkan menurut keinginan suami-isteri tersebut. Kepada pasangan suami-isteri diberitahukan bahwa efek hormonal kadang-kadang dapat mengubah gairah
mereka dalam bersanggama, umumnya gairah seksual lebih besar dalam bulan-bulan pertama dan terakhir kehamilan, kebutuhan fisik bayi dapat membuat
ibu hamil menjadi lebih letih dari pada biasanya, labilitas emosi sering ditemukan, sehingga pasangan harus siap untuk menghadapinya, pasangan suami-isteri yang ingin bersanggama harus mencoba posisi berbaring atau duduk sehingga sanggama dapat dilakukan dengan nyaman.
Higiene, baik mandi siram dengan gayung atau mandi pancur maupun mandi berendam dapat dianjurkan. Mandi berendam tidak membuat air masuk ke dalam vagina sehingga tidak berbahaya bagi janin. Mandi siram dianjurkan dalam 2 atau 3 bulan terakhir kehamilan karena ibu hamil dengan kandungan yang besar akan menghadapi kesulitan untuk keluar dari bak mandi rendam. Apakah melakukan mandi siram atau rendam, ibu hamil di anjurkan untuk tidak mengunci pintu kamar mandinya, jika ia terpeleset, tidak bisa bangkit dari bak mandi atau pingsan di kamar mandi, orang lain dapat membantunya. Hal yang sama juga harus dilakukan pada saat membuang hajat. Untuk menghindari perasaan tidak tenang karena membiarkan pintu kamar mandi tidak terkunci, ia dapat menggantungkan tulisan “isi” pada tombol pintu kamar mandi yang menunjukkan bahwa kamar mandi itu sedang dipakai. Kebersihan umum perorangan merupakan persoalan penting. Infeksi kulit harus segera diobati. Ibu hamil dianjurkan untuk
segera melaporkan setiap ruam, infeksi dasar – kuku, luka – luka dan bisul. Kuku jari kaki harus dijaga agar tetap pendek (mungkin ia memerlukan bantuan orang lain untuk memotong kuku jari kakinya pada bulan – bulan terakhir kehamilan) dan juga kuku jari tangan jangan dibiarkan tumbuh terlalu panjang. Wanita memiliki kecenderungan untuk memanjangkan kukunya, khususnya bila dalam pekerjaan diharuskan untuk memendekkannya. Namun demikian, calon ibu harus memotong pendek kuku jari tangannya karena akan merawat bayi yang kulitnya halus dengan ketahanan yang terbatas terhadap infeksi oleh kuman-kuman yang sering hidup dibalik kuku jari tangan. Juga pada saat persalinan, mungkin ia akan mencengkeram tangan seseorang.
Tindakan higiene vagina biasanya tidak diperlukan dan penyemprotan vagina (douching) harus dihindari selama kehamilan. Ibu hamil cukup membersihkan daerah vulvanya dengan membasuhnya pada saat mandi, buang hajat atau sesudah senggama. Deodoran vaginal juga tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dermatitis alergika. Jika berbau kurang enak, penyebabnya harus dicari dan diobati. Apabila penyebabnya tidak ada dan bau tersebut sebenarnya tidak lebih dari bau badan yang alami, wanita dengan keluhan ini mungkin hipersensitif terhadap masalah seksual dan memerlukan diskusi lebih lanjut tentang persoalan tersebut.
Pakaian, pakaian atau busana kini menjadi bisnis yang besar dan calon ibu menghadapi pilihan berbagai ragam pakaian hamil yang menarik. Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman, pakaian juga tidak boleh terlalu ketat dileher.
Pakaian hamil harus ringan dan longgar, hal ini penting karena tubuh wanita hamil akan tumbuh menjadi besar.
Sepatu harus terasa pas, enak dan nyaman. Sapatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik bagi kaki, sepatu yang alasnya licin atau berpaku juga bukan sepatu yang aman bagi wanita hamil.
BH, disain BH harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara dan memudahkan ibu ketika akan menyusui bayinya. BH harus mempunyai tali yang lebar sehingga tidak terasa sakit pada bahu. Pemakaian BH dianjurkan terutama pada kehamilan dari bulan keempat sampai kelima. Sesudah wanita hamil terbiasa dengan tubuhnya sendiri, ia boleh menggunakan BH tipis yang biasa dipakainya.
Perjalanan, wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan yang cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang lama dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta edema tungkai karna tergantung.
Perawatan payudara, penyuluhan serta nasihat yang diberikan dalam masa ante natal tentang perawatan payudara harus sederhana dan mendorong wanita yang hamil untuk memberikan ASI kepada bayinya.
4.5. Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care Pemberi pelayanan kesehatan, perawat Puskesmas mengumpulkan data tentang ibu dan kehamilannya melalui anamnese, dalam pengumpulan data perawat melakukan pemeriksaan fisik, membuat diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan berdasarkan diagnosa keperawatan, melakukan implementasi berupa pelayanan 5T yaitu timbang berat badan dan pengukuran
tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus melalui leopod 1 – 4, pemberian vaksinasi tetanus toxoid dan pemberian tablet tambah darah, melakukan rujukan bila ada indikasi untuk dirujuk, kemudian perawat melakukan evaluasi.
Penemu kasus, perawat Puskesmas melakukan kunjungan rumah (home visite) untuk mencari dan menemukan ibu hamil serta ibu yang lalai mengunjungi Puskesmas untuk pemeriksaan selanjutnya
Pendidik / penyuluhan kesehatan, perawat Puskesmas menjelaskan kepada ibu yang telah dilakukan pemeriksaan tentang hasil pemeriksaan, perubahan- perubahan yang terjadi pada ibu. pentingnya imunisasi, pentingnya tablet darah merah, jenis resiko yang ditemukan, bahaya dari resiko kehamilan yang ditemukan, alasan ibu dirujuk bila ada indikasi dirujuk, dan kapan harus datang untuk periksa ulang. Memberikan penyuluhan tentang nutrisi, obat-obatan, pentingnya kesehatan jiwa, merokok, olahraga, pekerjaan, senggama, higiene, pakaian, perjalanan dan perawatan payudara pada ibu hamil.
Koordinator dan kolaborator, perawat Puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan yang diterima oleh ibu hamil dari berbagi program, dan bekerjasama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya.
Konselor, perawat Puskesmas memberikan pujian kepada ibu atas keputusannya untuk datang ke Puskesmas, menyediakan informasi-informasi tentang ibu hamil, mendengarkan keluhan, memberikan dukungan, meyakinkan
ibu hamil tentang kehamilannya, membantu ibu hamil untuk menggali dan mengetahui permasalahan, serta memilih pemecahan masalah yang dapat dikerjakan.
Panutan atau Role Model, perilaku sehari-hari perawat Puskesmas harus dapat dicontoh oleh ibu hamil misalnya tidak merokok, istirahat yang cukup, menjaga berat badan, menghargai dan menghormati ibu hamil dan sebagainya.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini disusun berdasarkan peran dan fungsi perawat dalam pelaksanakan program Ante Natal Care (ANC) di Puskesmas yaitu sebagai pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus, pendidik / penyuluhan kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor, panutan atau role model. (Depkes RI, 2004). Peran dan fungsi perawat dapat dikembangkan menjadi 2 kategori yaitu terlaksana dan tidak terlaksana.
Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan maka dapat digambarakan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Skema 2: Peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Perawat Puskesmas
Peran dan fungsi Perawat di Puskesmas
* Pelayanan Kesehatan
* Penemu Kasus
* Penyuluhan Kesehatan
* Koordinator dan Kolaborator
* Konselor
*Panutan (Role Model)
Ante Natal Care di Puskesmas
* Terlaksana
* Tidak Terlaksana
2. Defenisi Operasional.
Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal dalam bidang ilmu keperawatan yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang keperawatan, yang bertanggungjawab untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan perawatan orang sakit yang ada diwilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
Peran dan fungsi perawat
Peran dan fungsi perawat adalah penampilan, sikap, perilaku, nilai-nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien sesuai dengan tugas – tugas di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
Ante Natal Care
Ante Natal Care adalah perawatan ibu hamil dengan tujuan agar ibu dan anak sehat meliputi pengumpulan data ibu hamil, pelayanan kesehatan, melakukan kunjungan rumah, melakukan penyuluhan kesehatan, koordinator terhadap semua pelayanan yang diterima ibu hamil dari berbagai program, mendukung dan meyakinkan ibu tentang kehamilannya, memberikan contoh perilaku sehari-hari yang sehat kepada ibu hamil yang dilaksanakan oleh perawat diwilayah kerja Puskesmas Tanah Tanah Tinggi Binjai.
Puskesmas
Puskesmas adalah suatu organisasi fungsional kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerja Kecamatan Tanah Tinggi Pemerintahan Kota Binjai.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskripif eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
2. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai dimana Puskesmas ini memiliki lima Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Mencirim, Tunggurono, Sumber Mulyo Rejo, Dataran Tinggi dan Sumber Karya, bersedia menjadi responden dengan latar belakang pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan dan D-III Keperawatan.
Penentuan besar jumlah sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria penelitian didasarkan pada rumusan menurut
Zainudin dalam Nursalam (2002), yaitu : n =
p.q z.
1) - (N d
q . p z . N 2
+ Keterangan:
n = Perkiraan jumlah sampel N= Perkiraan jumlah populasi
z = Nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 – p (100% - p)
D= Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05) atau n =
(d)² N 1
N + Keterangan:
n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi
d = Tingkat signifikansi (Nursalam, 2002).
Dengan demikian jumlah sampel dibutuhkan sebanyak 53 orang.
3. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Binjai pada bulan Mei – Juni 2007. Adapun pertimbangan pemilihan Puskesmas Tanah Tinggi Binjai adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang peran dan fungsi perawat dalam program Ante Natal Care dan merupakan institusi peneliti di Dinas Kesehatan Binjai. Disamping itu Puskesmas ini menjalankan program Puskesmas sesuai dengan penelitian.
4. Pertimbangan etik
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian.
Apabila calon responden bersedia, maka responden akan menandatangani informed consen. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon
responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan data responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian. Data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
5. Instrumen penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Kuisioner penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu kuisioner data demografi meliputi nomor responden, umur responden, jenis kelamin, agama, pendidikan, kuisioner peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas meliputi pelayanan kesehatan, penemu kasus, penyuluhan kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor dan panutan.
Kuisioner terdiri dari 23 pertanyaan tertutup dengan dua kemungkinan jawaban “ya” (skor = 2) dan “tidak” (skor = 1)
Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (1992)
kelas Banyak
Rentang P =
dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 23. menggunakan P = 11 dan nilai terendah 23 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka peran dan fungsi perawat dalam
pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas dikategorikan sebagai berikut:
23 – 34 = tidak terlaksana 35 – 46 = terlaksana
6. Uji reabilitas
Kuisioner peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care disusun oleh peneliti sendiri, maka perlu untuk dilakukan uji reabilitas. uji reabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah apabila beberapa kali dipakai sebagai alat ukur pada kelompok yang sama.
Uji reabilitas untuk kuisioner peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas telah dianalisa menggunakan rumus formula KR – 20 yang telah diperoleh hasil uji reabilitasnya terhadap 10 responden yaitu
r
11 = 0,93 .Menurut Polite & Huengler bahwa instrumen penelitian yang diuji realibilitasnya dengan hasil ≥ 0,70 maka kuisioner tersebut layak untuk digunakan. Dengan demikian kuisioner ini dapat dikatakan reliabel.
7. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU, kemudian surat permohonan izin yang diperoleh
diajukan ke Kepala Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Binjai. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti melakukan pengumpulan data.
Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent. Responden yang bersedia menjadi objek penelitian diwawancarai selama 10 menit dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai wawancara, peneliti memeriksa kelengkapan data dan jika ada data yang kurang lengkap dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.
8. Analisa data
Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode pada kuisioner untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data.
Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS versi 12,0.
Pengolahan data dengan menggunakan statistik deskriptif meliputi distribusi frekuensi dan presentase untuk mendeskripsikan tentang data demografi, peran dan fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
BAB 5
HASIL DAN PENELITIAN
1. Hasil Penelitian
Dalam Bab ini diuraikan hasil penelitian tentang Peran dan Fungsi Perawat dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 11 Juni 2007 sampai dengan tanggal 23 Juni 2007.
1.1.Karakteristik Responden
Data tabel 1 adalah karakteristik responden (53 orang) meliputi umur, jenis kelamin, pengalaman kerja dan pelatihan tentang perkesmas. Data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden berumur 31 – 40 tahun (38%), seluruhnya adalah perempuan (100%), pengalaman kerja > 5 tahun (77%) dan pelatihan tentang perkesmas tidak pernah dilakukan (72%).
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (n = 53)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Umur Responden 21 – 30 31 – 40 41 – 50
> 50 tahun
16 20 9 8
30 38 17 15
Tabel 1.(Lanjutan)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
- 53
- 100 Pengalaman Kerja
< 1 tahun 1 – 5 tahun
> 5 tahun
4 8 41
8 15 77 Pelatihan tentang perkesmas
Pernah Tidak pernah
15 38
28 72
1.2 Peran dan Fungsi Perawat Sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa (72%) responden melakukan anamnese untuk mengumpulkan data dan hanya sebagian kecil responden melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil (9%), membuat diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan (28%), merencanakan tindakan berdasarkan diagnosa keperawatan (26%), melakukan implementasi berupa pelayanan 5T yaitu timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus, pemberian vaksinasi Tetanus Toxoid dan pemberian tablet tambah darah, melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan haemoglobin darah ibu hamil, merujuk ibu hamil (21%) dan melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan (17%).
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan fungsi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai (n = 53) Peran dan fungsi perawat sebagai pemberi
pelayanan kesehatan
Frekuensi Persentase
Melakukan anamnese untuk mengumpulkan data Ya
Tidak
38 15
72 28 Melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil
Ya Tidak
5 48
9 91 Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan Ya
Tidak
15 38
28 72 Merencanakan tindakan berdasarkan diagnosa
keperawatan Ya Tidak
14 39
28 74 Melakukan implementasi berupa pelayanan 5T,
melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan haemoglobin dan merujuk ibu hamil
Ya Tidak
11 42
21 79 Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
Ya Tidak
9 44
17 83
1.3. Peran dan Fungsi Perawat Sebagai Penemu Kasus Dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak melakukan kunjungan rumah untuk mencari dan menemukan ibu hamil (98%) dan tidak melakukan kunjungan rumah bila ada ibu yang tidak mengunjungi Puskesmas untuk pemeriksaan lanjutan (94%).
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan fungsi perawat sebagai penemu kasus dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai (n = 53)
Peran dan fungsi perawat sebagai penemu kasus Frekuensi Persentase Melakukan kunjungan rumah untuk mencari dan
menemukan ibu hamil Ya
Tidak
1 52
2 98 Melakukan kunjungan rumah bila ada ibu yang
tidak berkunjung ke Puskesmas untuk pemeriksaan lanjutan
Ya Tidak
3 50
6 94
1.4. Peran dan Fungsi Perawat Sebagai Penyuluh Kesehatan Dalam Pelaksanaan
Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
Pada tabel 4 digambarkan hasil penelitian untuk kategori peran dan fungsi perawat sebagai penyuluh kesehatan didapatkan bahwa (66%) responden tidak menjelaskan pentingnya pemeriksaan ibu selama hamil (76%) tidak menjelaskan tentang kondisi kehamilan ibu, (70%) tidak menjelaskan tentang perubahan yang
dari resiko kehamilan, (68%) tidak memberikan penyuluhan tentang nutrisi, olah raga dan perawatan payudara, (72%) tidak menjelaskan alasan dirujuk bila ada indikasi dirujuk, dan (74%) tidak memberitahu/mengingatkan kapan harus datang ke Puskesmas untuk diperiksa ulang.
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan fungsi perawat sebagai penyuluh kesehatan dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai (n = 53)
Peran dan fungsi perawat sebagai penyuluh kesehatan
Frekuensi Persentase Menjelaskan pentingnya pemeriksan ibu hamil
Ya Tidak
18 35
34 66 Menjelaskan tentang kondisi kehamilan ibu
Ya Tidak
13 40
24 76 Penjelasan tentang perubahan yang terjadi pada ibu
karena kehamilannya Ya
Tidak
16 37
30 70 Menjelaskan tentang bahaya dari resiko kehamilan
Ya Tidak
14 39
26 74 Memberikan penyuluhan tentang nutrisi, obat-obatan,
perubahan psikologis ibu hamil, merokok, olah raga dan perawatan payudara
Ya Tidak
17 36
32 68 Menjelaskan alasan dirujuk bila ada indikasi dirujuk
Ya Tidak
15 38
28 72 Memberitahu/mengingatkan kapan harus datang ke
Puskesmas untuk diperiksa ulang Ya
Tidak
14 39
26 74
1.5. Peran dan Fungsi Perawat Sebagai Koordinator dan Kolaborator Dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Berdasarkan tabel 5 distribusi frekuensi dan persentase responden didapatkan bahwa hanya (15%) yang menyatakan melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan yang diterima ibu, (23%) bekerjasama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan dan (9%) menyatakan sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya.
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan fungsi perawat sebagai koordinator dan kolaborator dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai (n = 53) Peran dan fungsi perawat sebagai
koordinator dan kolaborator
Frekuensi Persentase Melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan
yang diterima ibu Ya
Tidak
8 45
15 85 Bekerjasama dengan keluarga dalam perencanaan
pelayanan keperawatan Ya
Tidak
12 41
23 77 Sebagai penghubung dengan institusi pelayanan
kesehatan dan sektor terkait lainnya Ya
Tidak
5 48
9 91
1.6. Peran dan Fungsi Perawat Sebagai Konselor dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Tabel 6 menunjukkan mayoritas responden tidak menyediakan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan ibu (85%), tidak mendengarkan keluhan ibu hamil ketika ibu datang memeriksakan kehamilannya (68%), tidak memberikan dukugan moril berupa motivasi terhadap ibu pada waktu memeriksakan kehamilannya (70%), dan tidak turut serta dalam memilih pemecahan masalah yang dihadapi selama kehamilannya (89%).
Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan fungsi perawat sebagai konselor dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai (n = 53)
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor Frekuensi Persentase Menyediakan informasi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kehamilan ibu Ya
Tidak
8 45
15 85 Mendengarkan keluhan ibu hamil ketika ibu
datang memeriksakan kehamilannya Ya
Tidak
17 36
32 68 Memberikan dukungan moril berupa motivasi
terhadap ibu pada waktu memeriksakan kehamilannya
Ya Tidak
16 37
30 70 Turut serta dalam memilih pemecahan masalah
yang dihadapi selama kehamilannya Ya
Tidak
6 47
11 89
1.7. Peran dan Fungsi Perawat Sebagai Panutan (Role Model) Dalam Pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa seluruh responden (100%) menyatakan bahwa perawat Puskesmas dapat dijadikan contoh oleh ibu-ibu hamil dalam perilaku hidup bersih sehat misalnya tidak merokok dan gaya hidup sehat.
Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan peran dan fungsi perawat sebagai panutan dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai (n = 53)
Peran dan fungsi perawat sebagai panutan Frekuensi Persentase Perawat Puskesmas dapat dijadikan contoh oleh
ibu-ibu hamil dalam perilaku hidup bersih sehat misalnya tidak merokok dan gaya hidup sehat
Ya Tidak
53 0
100 0
2. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan akan berfokus pada peran dan fungsi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus,
pendidik/penyuluhan kesehatan, koordinator dan kolaborator, panutan (Role Model) dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah
Tinggi Binjai.
Data dari hasil penelitian diketahui bahwa perawat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Binjai mayoritas berusia 31 – 40 tahun (38%).
Data ini memberi gambaran bahwa mayoritas staf yang ada di Puskesmas Tanah