i
PENGELOLAAN PROGRAM LAYANAN KONSULTASI
KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA BERMASALAH DI LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3)
SEKARSARI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ribka Ambarwati
NIM 13102241033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah keberhasilan. (Henry Ford)
There is no such thing as a “broken family”. Family is family, and is not determined by marriage certificate, divorce papers, and adoption documents.
Families are made in the heart. (C. JoyBell C.)
vi
PERSEMBAHAN
Atas berkat kasih dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Orang tuaku, Bapak Suradal dan Ibu Jumini serta Kakung Trisno Utomo yang telah memberikan kasih sayang, doa dan semangat yang tidak pernah berhenti.
vii
PENGELOLAAN PROGRAM LAYANAN KONSULTASI
KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA BERMASALAH DI LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3)
SEKARSARI YOGYAKARTA Oleh
Ribka Ambarwati NIM 13102241033
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari. (2) Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari dan (3) Hasil pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Subyek penelitian ini adalah pengurus, anggota tim profesional dan klien di LK3 Sekarsari. Penentuan subyek dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik yang diguakan untuk menjelaskan keabsahan data adalah dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga di LK3 Sekarsari melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan dengan melakukan rapat rutin secara internal dan eksternal, pengorganisasian dengan penyusunan struktur organisasi dan pembagian kerja, pelaksanaan dengan berdasarkan SOP dan kebutuhan klien, koordinasi baik itu secara internal lembaga dan menjalin jejaring kerja, serta pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin lembaga dan dinas sosial. (2) Faktor pendukung yaitu : (a) dukungan dari mitra kerja dan instansi terkait, (b) pelayanan yang baik, (c) komitmen dan dukungan dari pengurus dan tim profesional. (3) Faktor penghambat yang mempengaruhi pengelolaan adalah terbatasnya sarana penunjang kegiatan. (4) Hasil pengelolaan program layanan yang diterima oleh klien belum sepenuhnya mampu mempertahankan keutuhan keluarga yang dibuktikan dengan penyelesaian kasus oleh LK3 Sekarsari yang masih banyak mengarah ke perceraian.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Bermasalah Di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta” dengan baik. Terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah beserta Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.
3. Ibu Dra. Nur Djazifah ER, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
4. Ibu Sri Iswanti, M.Pd. selaku penguji utama, Bapak R.B. Suharta, M.Pd selaku sekretaris penguji dan Ibu Dra. Nur Djazifah ER., M.Si selaku ketua penguji yang telah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.
5. Bapak Hiryanto, M.Pd., dosen penasehat Akademik yang membantu dalam masa studi atas bimbingan dan dorongan yang diberikan.
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ……… ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK……… ... vii
KATA PENGANTAR……. ... viii
DAFTAR ISI ………... ... x
DAFTAR TABEL………… ... xiv
DAFTAR GAMBAR…………. ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
xi
1. Tinjauan Tentang Pengelolaan ... 13
a. Pengertian Pengelolaan ... 13
b. Fungsi Pengelolaan... 15
2. Tinjauan Tentang Keluarga ... 21
a. Pengertian Keluarga ... 21
b. Sifat-sifat Keluarga... 23
c. Peran dan Fungsi Keluarga ... 25
d. Keluarga Yang Ideal ... 31
3. Permasalahan Dalam Keluarga ... 32
4. Tinjauan Tentang Pelayanan Sosial ... 36
a. Pengertian Pelayanan Sosial ... 36
b. Karakteristik Pelayanan Sosial... 37
c. Fungsi Pelayanan Sosial ... 38
d. Bidang Pelayanan Sosial... 39
6. Tinjauan tentang Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ... 40
a. Pengertian Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ... 40
b. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga sebagai bentuk pelayanan sosial ………..42
c. Tujuan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ... 43
d. Fungsi Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ... 43
e. Sasaran Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ... 44
f. Program Pelayanan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga .... 44
g. Landasan Hukum Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga ... 45
B. Penelitian Yang Relevan ... 45
xii
D. Pertanyaan Penelitian... 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 52
B. Setting dan Waktu Penelitian ... 53
C. Subyek Penelitian ... 54
D. Teknik Pengumpulan Data ... 56
E. Instrumen Penelitian ... 59
F. Teknik Analisis Data ... 59
G. Teknik Keabsahan Data ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64
1. Profile Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari ... 64
2. Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 72
a. Perencanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... ……….72
b. Pengorganisasian Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga padaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 79
c. Pelaksanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 86
d. Koordinasi Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga padaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 92
e. Pengawasan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 98
3. Faktor Pendukung dan Penghambat program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 103
xiii
b. Faktor Penghambat Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 110
4. Hasil pengelolaan program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 112
B. Pembahasan ... 115
1. Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 115
a. Perencanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga padaa Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 115
b. Pengorganisasian Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluargaa pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 118
c. Pelaksanaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga padaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 121
d. Koordinasi Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga padaaaKeluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 124
e. Pengawasan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 127
2. Faktor Pendukung dan Penghambat program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 130
a. Faktor Pendukung Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 130
b. Faktor Pendukung Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 134
3. Hasil pengelolaan program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluargaapada Keluarga Bermasalah di LK3 Sekarsari ... 136
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. ... 139
B. Saran………...………....143
DAFTAR PUSTAKA………. ... 144
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Angka Gugatan Cerai di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 4
Tabel 2. Proses Kegiatan Pengumpulan Data ... 53
Tabel 3. Sumber Data Penelitian (key informan) ... 55
Tabel 4. Sumber Data Penelitian (informan) ... 55
Tabel 5. Sumber Data Penelitian (informan) ... 56
xv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Fungsi Manajemen Luar Sekolah ... 16 Gambar 2. Kerangka berfikir dan alur pemikiran tentang pengelolaan program
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 147
Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 148
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 149
Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 151
Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 163
Lampiran 6. Catatan Wawancara ... 184
Lampiran 7. Analisis Data ... 206
Lampiran 8. Data Klien LK3 Sekarsari ... 223
Lampiran 9. Foto Kegiatan ... 226
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Membangun keluarga sejahtera merupakan salah satu pencapaian yang diinginkan oleh setiap individu, khususnya bagi individu dewasa yang akan atau telah membina suatu rumah tangga. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1994). Perkawinan merupakan cara yang ditempuh oleh individu untuk membangun sebuah keluarga yang sah.
2
Tak jarang seorang perempuan harus menyandang peran ganda, dimana ia harus mengurus rumah tangga dan harus melakukan perannya sebagai anggota masyarakat sedangkan dalam sisi lain ia juga harus melakukan suatu pekerjaan. Terlebih dengan adanya pembangunan yang berprefektif gender membuat kaum perempuan lebih memilih untuk mejadi wanita karier. Berkaitan dengan hal tersebut, tak jarang seorang wanita mengesampingkan perannya sebagai seorang ibu. Fungsi biologis merupakan salah satu fungsi dari lembaga keluarga, fungsi biologis cenderung menekankan pada reproduksi atau penerusan keturunan. Sejalan dengan itu, anak juga memiliki perannya sendiri dalam keluarga yaitu melaksanakan peranannya sesuai dengan tingkat perkembangannya baik itu secara fisik, mental (psikososial) maupun secara spiritual (religious). Kepempimpinan yang tepat dari seorang kepala keluarga serta kesadaran dari masing-masing anggota keluarga untuk menjalankan peranannya dapat menciptakan suatu keluarga yang sejahtera. Dalam Undang-Undang No. 52 tahun 2009 mendefinisikan bawha ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik serta materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.
3
manusia tak jarang mengalami pasang surut permasalahan. Fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik memicu timbulnya permasalahan, tidak terpenuhinya fungsi dan tidak terlaksanakannya peran anggota keluarga menjadi gambaran umum mengapa masalah muncul dalam suatu keluarga. Jika tidak diatasi dengan baik maka keluarga akan mengalami masa krisis, dimana tidak adanya lagi keharmonisan dan kerukunan antar anggota keluarga. Permasalahan dalam keluarga ditimbulkan dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, bisa berupa interaksi yang tidak baik, faktor ekonomi, faktor kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau permasalahan yang lain yang datang dari dalam keluarga itu sendiri. Sedangkan faktor ekternal lebih mengarah pada faktor dari pihak luar, misalnya adalah perselingkuhan dengan orang ke tiga, hamil di luar nikah ataupun adat dan kebiasaan.
4
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dijuluki sebagai kota pendidikan dan budaya ini pun tidak lepas dari permasalahan perceraian. Berdasarkan data yang dihimpun oleh LK3 Sekarsari, tahun 2011 di Kabupaten Bantul tercatat terdapat 1000 lebih kasus perceraian dan merupakan prosentase tertinggi angka perceraian di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan pada tahun 2015, angka perceraian tertinggi berada di Kabupaten Sleman degan angka mencapai 1593 kasus. Diketahui, bahwa kebanyakan kasus perceraian tersebut dilakukan oleh pasangan yang berusia di bawah 35 tahun. Berikut ini merupakan sajian data yang dihimpun peneliti melalui Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Pengadilan Agama di lima Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 1. Angka Gugatan Cerai di Daerah Istimewa Yogyakarta
No Kabupaten/Kota Jumlah Gugatan 2015 Jumlah Gugatan 2016*
1. Kota Yogyakarta 695 kasus 604 kasus
2. Kab. Bantul 407 kasus 1499 kasus
3. Kab. Sleman 1593 kasus 1504 kasus
4. Kab. Gunung Kidul 1469 kasus 1523 kasus
5. Kab. Kulon Progo 651 kasus 550 kasus
tanda
(*) merupakan data dari bulan Januari 2016-28 November 2016
5
tertinggi perceraian saat ini. Chaplin dalam Rita Eka Izzaty, (2013)
menyatakan bahwa : “Kematangan merujuk pada istilah dalam perkembangan manusia yaitu proses pencapai kemasakan atau usia masak”. Dalam teori
tugas perkembangan, kematangan individu akan diperoleh saat seseorang memasuki usia dewasa awal, yaitu pada saat menginjak usia 18-40 tahun. Kisaran usia ini merupakan masa transisi dimana merupakan usia banyak masalah (problem stage). Dapat disimpulkan bahwa gagalnya pernikahan yang ada saat ini dikarenakan ketidakmampuan individu untuk melaksanakan tugas perkembangannya dan pemudaran makna pernikahan yang hanya mengikuti trend tanpa adanya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga serta pandangan bahwa pernikahan adalah selayaknya hubungan percintaan biasa yang dapat diakhiri kapanpun ketika diinginkan.
6
7
kabupaten/kota saja, sedangkan LK3 berbasis masyarakat cenderung dikelola untuk melayani masalah psikososial di lingkup yang lebih luas yaitu tingkat provinsi, sedangkan LK3 berbasis perguruan tinggi merupakan LK3 yang bersifat umum yang dimiliki suatu perguruan tinggi untuk melayani masyarakat secara umum dan sebagai media belajar bagi mahasiswa secara khusus.
LK3 Sekarsari merupakan salah satu lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga yang berbasis masyarakat yang memberikan layanan konsultasi, konseling, informasi, advokasi, rujukan dan penjangkauan bagi keluarga yang mengalami masalah psikososial pada tingkat provinsi. LK3 membantu peran pemerintah dengan memberikan layanan konsultasi dan pembinaan bagi yang bermasalah dengan melakukan pendekatan awal, asesmen masalah, penyususnan rencana pemecahan masalah, pemecahan masalah, monev, terminasi hingga bimbingan lanjutan. Para pekerja di lembaga ini termasuk ke dalam pekerja sosial dan para konsultan dengan jejaring kemitraan yang akan dipertimbangan sebagai bahan rujukan dalam mengatasi permasalahan.
8
sebagai langkah evaluasi dilakukan secara komprehensif untuk mewujudkan ketahanan keluarga seperti yang menjadi tujuan LK3. Klien diberikan layanan sesuai dengan kebutuhannya, bahkan tak jarang harus melibatkan pihak lain (mitra) yang lebih profesional untuk membantu menyelesaiakan permasalahan. Namun tidak semua permasalahan dapat dituntaskan, kesejahteraan dan ketahanan keluarga yang menjadi tujuan dari program layanan ini tidak mampu dipenuhi seutuhnya. Berdasarkan data dari LK3 Sekarsari, setidaknya ada 60% kasus yang mampu diselamatkan dan 40% kasus permasalahan keluarga tidak dapat diatasi dan/atau berujung pada kasus perceraian. Perceraian bukan menjadi salah satu akhir dari permasalahan, pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Bahkan ranah meja hijau, tempat rehabilitasi, psikoterapi, tempat pemulihan trauma centre menjadi alternative pemecahan masalah terbaik untuk membangun kesejahteraan keluarga.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat penelitian yang berjudul “Pengelolaan Program Layanan
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Bermasalah Di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitan ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
9
3. Masyarakat masih enggan untuk melaporkan permasalahan keluarganya kepada LK3.
4. Sosialisasi belum berjalan optimal dibuktikan dengan masyarakat belum sepenuhnya tahu dan paham dengan adanya LK3 Sekarsari.
5. Pelayanan Program Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari belum sepenuhnya mampu memulihkan keluarga yang bermasalah.
6. Beberapa kasus yang ditangani oleh LK3 Sekarsari masih berpotensi untuk berujung ke perceraian.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah melalui beberapa uraian di atas, maka dalam hal ini permasalahan yang dikaji perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada penelitian agar diperoleh kesimpulan yang benar dan mendalam pada aspek yang diteliti. Cakupan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di
Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masal maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
10
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta?
3. Bagaimana hasil pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan proses pengelolaan program layanan konsultasi
kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta.
11 F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat atau keguanaan secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Bahwa hasil penelitian ini memberikan sumbangan keilmuan yang dapat dijadikan referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Bahwa penelitian ini memberikan sumbangan pikiran kepada : a. Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan sebagai suatu proses pembelajaran secara ilmiah dan semakin memperdalam kemampuan dalam menulis karya ilmiah.
b. Bagi Lembaga
Hasil penelitian dapat memberikan masukan/sumbangan pemikiran bagi lembaga dalam meningkatkan perannya secara optimal untuk membangun ketahanan suatu keluarga.
c. Bagi Klien (Keluarga Bermasalah)
12 d. Bagi Universitas
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori
1. Tinjauan Tentang Pengelolaan a. Pengertian Pengelolaan
Sudjana (2004: 16) mendefinisikan : “pengelolaan atau manajemen
adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi”. Senada dengan hal tersebut, Hersey dan Blanchard
dalam Sudjana (2004: 16) memberi arti pengelolaan sebagai berikut :
“management as working with through individuals and groups to
accomplish organizational goals”. Lebih lengkapnya Sudjana mengungkapkan bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Kata “pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, hal ini
juga sesuai dengan yang diutarakan oleh Muljani A. Nurhadi dalam
Suharsimi Arikunto (2008:3) bahwa “manajemen adalah suatu kegiatan
atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencari tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar lebih
14
Arikunto (2008:3) menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian yang terkandung dalam definsisi tersebut sebagai berikut.
1) Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi manusia.
2) Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya; tujuan kegiatan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
3) Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu.
4) Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dalam hal ini meluuti tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).
5) Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Tatang M. Amirin (2013:8) juga memberikan penjelasan bahwa manajemen bukan sekedar menyelenggarakan atau melaksanakan sesuatu, melainkan menyelenggarakan atau melaksanakannya dengan lebih baik, yaitu dengan ditata atau diatur. Penataan pengaturan itulah yang kemudian dalam bahasa Indonesia disebut dengan pengelolaan. Mengelola artinya menata atau mengatur penyelenggaraan atau pelaksanaan sesuatu dengan baik. Pendapat lain juga dikemukakan dalam jurnal Pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pada Era Otonomi Daerah oleh Fattah dalam Widodo (2015) yang memberikan arti manajemen sebagai berikut:
“Manajemen sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Manajemen sebagai ilmu
15
mempelajari dengan seksama sehingga menghasilkan teori, prinsip-prinsip maupun kaidah-kaidah dalam keilmuan. Adapun manajemen sebagai kiat yaitu cara-cara atau metode maupun strategi mengatur orang lain dalam menjalankan tugas dengan sukarela. Manajemen sebagai kiat merupakan wilayah praktis yang dilakukan oleh para manajer untuk mempengaruhi bawahan agar mau bekerja mencapai
tujuan tertentu … Sedangkan manajemen sebagai profesi menjelaskan adanya dasar keahlian yang secara khusus dimiliki oleh manajer untuk mencapai suatu prestasi pekerjaan yang mempunyai kode etik dalam melaksanakan tugas-tugasnya.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah suatu kegiatan yang mengatur secara sistematis baik itu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian dan pengembangan atau bahkan hingga evaluasi pada seluruh komponen dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.
b. Fungsi Pengelolaan
16
Gambar 1. Fungsi Manajemen Luar Sekolah
Lebih berfokus pada manajemen program, Umberto Sihombing (2000 : 58) menjelaskan bahwa fungsi yang akan digunakan sebagai acuan dalam manajeman strategi pendidikan luar sekolah adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengontrolan. Fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1) Perencanaan
Perencanaan pada pendidikan luar sekolah berarti menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung tujuan, menentukan tenaga dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat oleh penyelenggara pendidikan tersebut. Sondang P. Siagian (2011: 41) mengatakan bahwa perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan. Ernie Tisnawati Sule dkk (2005: 96) mendefinisikan perencanaan dari tiga hal, yaitu :
“Dari sisi proses, fungsi perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan bagaimana
Perencanaan
Pengorganisasian
Penggerakan Pembinaan
Penilaian
17
tujuan tersebut akan dicapai. Dari sisi fungsi manajemen, perencanaan adalah fungsi di mana pimpinan menggunakan pengaruh atas wewenangnya untuk menentukan atau mengubah tujuan dan kegiatan organisasi. Dari sisi pengambilan keputusan, perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana dan siapa yang akan melakukannya, dimana keputusan yang diambil belum tentu sesuai, hingga implementasi perencanaan tersebut dibuktikan
kemudian hari.”
2) Pengorganisasian
Longeecker mendefinisikan pengorganisasian secara umum, yaitu :
“Aktivitas menetapkan hubungan antara manusia dan
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan uapaya melibatkan orang-orang ke dalam kelompok, dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan di dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Sudjana 1992: 77).”
Lebih lengkap Sudjana (1992 : 79) mengatakan bahwa
“pengorganisasisan pendidikan luar sekolah adalah usaha
mengintegrasikan sumber-sumber manusiawi dan non-manusiawi yang diperlukan ke dalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana telah direncanakan untuk mecapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.”
18
Organisasi pelaksanaan yang baik, teratur dan disiplin akan menunjang usaha pencapaian tujuan. Pengorganisasian pelaksanaan program pendidikan luar sekolah sebaiknnya dirancang secara dinamis dalam arti fleksibel dan berorientasi ke masadepan, dengan memperhatikan hasil analisis kekuatan, kelemahan, hambatan dan tantangan tentang organsiasi yang selama ini ada.
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan sebagai salah satu fungsi manajemen bukan hanya mengelola pelaksanaan program namun mencakup bagian yang luas meliputi manusia, uang, material dan waktu. Dalam teori fungsi manajemen menurut GR Terry, pelaksanaan dapat diartikan sebagai penggerakan, senada dengan itu Didin Kurniadin (2012: 287) mendefinisikan penggerakan (actuating) sebagai “tindakan untuk memulai, memprakarsai, memotivasi dan mengarahkan, serta mempengaruhi para pekerja mengerjakan tugas-tugas untuk mencaai
tujuan organisasi.”
Untuk menjamin pelaksanaan yang tepat dari suatu rencana tentu perlu dukungan baik itu secara administrative maupun secara teknis. Hal penting yang terdapat dalam proses pelaksanaan program pendidikan luar sekolah adalah sebagai berikut.
19
diartikan sebagai kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang sudah ditentukan serta budaya kerja yang dianut dan diterapkan oleh organisasi.
b) Metode atau pendekatan yang digunakan dalam proses pelaksanaan program harus sesuai. Pada umumnya sasaran program pendidikan luar sekolah adalah berasal dari latar belakang yang beragam, oleh karena itu untuk memberikan pelayanan harus sesuaikan dengan keadaan warga belajar atau masyarakat.
c) Pada tahap pelaksanaan diperlukan satu prosedur yang tidak kaku, hal ini bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan program pendidikan luar sekolah sesuai dengan visi dan misinya.
d) Pengelolaan aspek-aspek dalam pelaksanaan yang meliputi pelaksanaan program, manusia, uang, maerial dan waktu memerlukan sikap terbuka, jujur dan bersedia memberikan pelayanan yang terbaik bagi sasaran program.
4) Koordinasi
20
Selama ini koordinasi hanya diwujudkan dengan mengungkapkan atau mengemukakan kepentingan sector-sektor masing masing dalam pengambilan keputusan ataupun rapat. Dalam program pendidikan luar sekolah, koordinasi atau jaringan kerja harus menjadi dasar. Jaringan kerja bukan hanya di antara kelompok tertentu, tetapi benar-benar antar lintas. Keberhasilan program pendidikan luar sekolah akan sangat dipengaruhi dan tergantung dari keberhasilan menciptakan jaringan kerja dan memberdayakannya.
5) Pengawasan
Didin Kurniadin dkk (2012:367) menyatakan bahwa “pengawasan
adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan kepastian tentang pelaksanaan program atau pekerjaan/kegiatan yang sedang atau telah dilakukan sesuai
dengan rencana yang ditentukan.”
Pengawasan yang ketat dimaksudkan, bahwa tujuan harus dicapai secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pengawasan ada dua jenis yang masing-masing mempunyai otoritas sendiri dalam bidang yang berbeda-beda pula. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Didin Kurniadin dkk (2012:369). Pengawasan itu antara lain :
21
(a) Menjembatani hubungan pimpinan dengan para manajer dan staf untuk memperkecil ketimpangan informasi.
(b) Mendapat informasi keuangan dan penggunaan yang tepat. (c) Menghindari atau mengurangi resiko organisasi.
(d) Memenuhi standar yang memuaskan.
(e) Mengetahui penerimaan/ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur internal.
(f) Mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya organsasi. (g) Efektifitas pencapaian organisasi.
(2) Pengawasan eksternal, yaitu pengawasan yang dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas keberhasilan dan kemajuan organisasi. Pelaksana pengawasan eksternal dilakukan dengan prinsip kemitraan (partnership). Pengawasan dalam program pendidikan luar sekolah dilakukan oleh masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. 2. Tinjauan Tentang Keluarga
a. Pengertian Keluarga
22
hubungan darah atau perkawinan. Sudardja Adiwikarta dalam Syamsu Yusuf (2007:36) mendefinisikan keluarga sebagau unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem sosial yang lebih besar.
Dari sudut pandang psikologi, keluarga selain mempertanyakan sejauhmana interaksi antar anggota keluarga dapat terlaksana tanpa hambatan, juga sejauh mana suatu keluarga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan struktur keluarga dan perubahan lingkungan yang berpengaruh pada keberadaan dan fungsi keluarga, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukaan oleh Kusdwiratri Setiono (2011:24).
Pembentukan keluarga oleh individu dapat dilakukan melalui perkawinan yang sah baik itu secara agama maupun Negara. Serupa dengan gagasan tersebut Pujosuwarno dalam Sutirna (2013:125) keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian atau tanpa anak-anak baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Keluarga merupakan salah satu kelompok yang berada ditengah-tengah masyarakat yang menjalankan fungsi dan perannya sebagai lembaga sosial. Hal ini juga disampaikan oleh hartomo dkk (2001:79)
bahwa “keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam
23
perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banya berlangsung lama untuk mencptakan dan membesarkan anak-anak.” Munandar Soelaeman (2005: 115) mengartikan keluarga sebagai satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam lingkup masyarakat yang dibentuk oleh pernikahan yang sah dan saling berinteraksi serta menjalankan fungsi dan perannya sebagai bagian dari suatu masyarakat.
b. Sifat-Sifat Keluarga
Seperti pendapat yang dikutip oleh Hartomo dkk (2001:79), terdapat 5 sifat penting keluarga, yaitu :
1) Hubungan Suami-Isteri
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungki dalam waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk monogami, ada pula
yang poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat “group
married”, yaitu sekelompok wanita kawin dengan sekelompok laki -laki.
2) Bentuk perkawinan
24
yang berbentuk indogami (didalam golongan sendiri), adapula yang berbentuk exogami (diluar golongannya sendiri).
3) Susunan nama dan istilah termasuk cara menghitung keturunan.
Dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki misalnya di Batak. Ini disebut Patrilineal. Ada yang melalui garis wanita, misalnya di Minangkabau, ini disebut matrilineal. Di Minangkabau laki-laki tidak mempunyai hak apa-apa bahkan hartanya pun tidak diurusi oleh laki-laki itu, melainkan diurus oleh adik atau saudara perempuannya, sistem ini disebut Avonculat.
4) Milik atau harta benda keluarga.
Di manapun keluarga itu pasti mempunyai milik untuk kelangsungan hidup para anggota-anggotanya.
5) Pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat tinggal bersama/rumah bersama.
Apabila keluarga suami meningkuti isteri disebut sistem matrilokal. Sedangkan jika isteri mengikuti ke dalam keluarga suami, sistem ini disebut patrilokal.
Sutirna (2013: 125) juga memberikan penjelasan tentang sifat-sifat keluarga yang kemudian dikategorikan kedalam unsure-unsur dalam keluarga, yaitu sebagai berikut.
25
2) Perserikatan itu paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin.
3) Perserikatan itu berdasar atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi. 4) Adakalanya keluarga hanya terdiri dari seorang laki-laki saja atau
perempuan saja dengan atau tanpa anak-anak. c. Peranan dan Fungsi Keluarga
Syamsu Yusuf (2007:38) membagi fungsi keluarga dari perspektif psikososiologis dan perspektif sosiologis. Dari sudut pandang psikososiologis, keluarga memiliki fungsi sebagai :
1) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya 2) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis 3) Sumber kasih sayang dan penerimaan
4) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat
5) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku secara sosial yang tepat
6) Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan
7) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyeuaian diri
8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat
26
10) Sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah.
Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan ke dalam fungsi berikut.
1) Fungsi biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi (a) pangan, sandang, dan papan, (b) hubungan seksual suami-istri, dan (c) reproduksi atau pengembangan keturunan (keluarga yang dibangun melalui
pernikkahan merupakan tempat “penyemaian” bibit-bibit insane yang fitrah).
2) Fungsi ekonomis
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya (istri dan anak). Dalam Al-Qur’an (Surat Al -Baqarah: 223) dikemukakan bahwa kewajiban suami member makan dan pakaian kepada para istri dengan cara yang ma’ruf (baik). Seseorang (suami) tidak dibebani (dalam memberi nafkah), melainkan menurut kadar kesanggupannya.
3) Fungsi pendidikan (edukatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi
anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator”
27
Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Bab IV Pasal 10 Ayat 4: “Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan”. Syamsu Yusuf merangkum
fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan, atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.
4) Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan buaian atau penyemaian bagi masyarakat masa depan, dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu (determinant factor) yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Keluarga berfungsi sebagai miniature masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang memperngaruhi perkambangan kemampuan anak untuk mentaati peraturan (disiplin), mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleran, menghargai pendapat gagasan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen (etnis, ras, budaya dan agama).
5) Fungsi perlindungan (protektif)
28 6) Fungsi rekreatif
Untuk melaksanakan fungsi ini, keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya. Sehubungan dengan hal itu, maka keluarga harus ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, hubungan komunikasi yang tidak kaku (kesempatan berdialog bersama sambil santai), makan bersama, bercengkrama dengan penuh suasana humor dan sebagainya.
7) Fungsi agama (religious)
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-niai agama keapda anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari beban-beban psikologis dan mempu menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan atau kesejahteraan masyarakat.
Benokraitis dalam Fatchiah E. Kertamuda (2009:53) mengemukakan lima fungsi keluarga yaitu:
29
yang melanggar hukum dan norma yang berlaku di masyarakat tertentu.
2) Sebagai tempat untuk anak bersosialisasi (bermasyarakat). Keluarga merupakan tempat pertama anak belajar bersosialisasi. Anak menyerap banyak hal dari keluarga seperti sikap, keyakinan, serta nilai-nilai dalam keluarga, dan anak juga belajar kemampuan dalam berinteraksi yang kelak dapat bermanfaat dalam kehidupannya dimasa mendatang.
3) Sebagai jaminan dan keamanan serta ekonomi. Keluarga sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan baik itu keamanan dan stabilitas financial seperti makanan, perlindungan, pakaian dan sumber-sumber materi untuk kelangsungan hidup.
4) Sebagai pemberi dukungan emosional. Keluarga merupakan kelompok utama yang penting karena keluarga memberikan dukungan, cinta dan kebutuhan emosional yang membuat keluarga terpenuhi kebutuhannya.
5) Sebagai tempat status sosial. Kelas sosial dapat dikategorikan sama dengan tingkat dalam kemasyarakatan yang terkait dengan kekayaan, pendidikan, kekuatan, prestise, dan sumber-sumber nilai.
Munandar Soelaeman (2005 : 115) juga mendefinisikan fungsi keluarga secara umum yang meliputi :
30 3) Sosialisasi
4) Pemeliharaan
5) Penempatan anak dalam masyarakat 6) Pemuas kebutuhan perseorangan, dan 7) Kontrol sosial
Lutfi Wibawa (2016: 27) mengemukakan bahwa keluarga sering dipandang sebagai sumber kekuatan, memberikan pengasuhan dan dukungan untuk anggota individu serta menjamin stabilitas dan kontinuitas generasi untuk masyarakat dan budaya. Setidaknya ada 4 (empat) pandangan konseptual tentang keluarga yang dirangkum dari beberapa ahli yaitu :
1) Keluarga dilihat sebagai tempat yang tepat untuk melindungi dan mempertahankan seluruh anggota, membantu mereka untuk mengatasi stress dan patologi yang biasa mendera dan dialami oleh anggota keluarga.
2) Keluarga dapat menjadi sumber penyelesai dan benteng pertahanan dari ketegangan.
3) Keluarga dapat dilihat sebagai mekanisme untuk anggota keluarga dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok sosial dan masyarakat yang lebih luas.
31 d. Keluarga yang ideal
Menurut Alexander A. Schneiders dalam Syamsu Yusuf (2007:43) mengemukakan bahwa keluarga yang ideal ditandai oleh ciri-ciri :
1) Minimnya perselisihan antar orangtua atau orangtua dengan anak 2) Ada kesempatan untuk menyatakan keinginan
3) Penuh kasih sayang
4) Penerapan disiplin yang tidak keras
5) Ada kesempatan unruk bersikap mandiri dalam berfikir, merasa dan berperilaku
6) Saling menghormati, menghargai (mutual respect) di anatar orangtua dengan anak
7) Menjalin kebersamaan (kerjasama antara orang tua dan anak) 8) Orangtua memiliki emosi yang stabil
9) Berkecukupan dalam bidang ekonomi
10) Mengamalkan nilai-nilai moral dan agama
Senada dengan hal tersebut, Syamsu Yusuf (2007:42) juga mengungkapakan bawa keluarga yang fungsional atau normal merupakan keluaraga yang mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya. Keluarga fungsional ditandai oleh karakteristik sebagai berikut.
1) Saling memperhatikan dan mencintai 2) Bersikap terbuka dan jujur
32
4) Ada “sharing” masalah aatau pendapat di antara anggota keluarga 5) Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya
6) Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi 7) Orangtua melindungi (mengayomi) anak
8) Komunikasi antar anggota keluarga berlangsung dengan baik
9) Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan wariskan nilai-nilai budaya
10) Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. 3. Permasalahan Dalam Keluarga
Syamsu Yusuf (2007:43), keluarga dikatakan dalam kondisi tidak normal atau bermasalah (disfungsi) apabila tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi-fungsi utama keluarga yang pada gilirannya akan merusak kekohohan konstelasi keluarga (khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak). Menurut Dadang Hawari dalam Syamsu Yusuf (2007:43) ciri-ciri keluarga yang mengalami disfungsi itu adalah :
“ (a) Kematian salah satu atau kedua orangtua; (b) kedua orangtua
berpisah atau bercerai (divorce); (c) hubungan kedua orangtua tidak baik (poor marriage); (d) hubungan orangtua dengan anak tidak baik (poor parent-child relationship); (e) suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan (high tension and low warmth); (f) orangtua sibuk dan jarang berada di rumah (parent’s absence); dan (g) salah satu atau kedua orangtua mempunyai kelianan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).”
33
a) Orangtua kehilangan pekerjaan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar di keluarga terutama yang terkait dengan kebutuhan sandang, pangan dan rumah.
b) Anak terkena narkoba yang dikarenakan hubungan yang tidak harmonis dan kualitas yang tidak baik dalam keluarga.
c) Anak hamil diluar nikah sebagai akibat dari pergaulan bebas.
d) Kematian anggota keluarga yang menyebabkan guncangan sangat berat bagi individu. Terlebih bagi keluarga yang kehilangan salah satu pasangannya yang dapat menimbulkan perasaan kesepian dan ketidakseimbangan emosi.
e) Permasalahan harta warisan yang menimbulkan banyak persoalan mulai dari pecahnya keluarga dan kekerabatan, perselisihan, hingga tindakan kriminalitas seperti pembunuhan.
f) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat yang mengalami permasalahan baik itu melalui sosialisasi ataupun interaksi.
Sofyan S. Willis (2011 : 148) menjelaskan tentang gejala perpecahan dan gejolak keluarga yang disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a) Ketidakberfungsian Sistem Keluarga
Dikutip dari sumber yang sama, Aponte dan Ban Deusen mengungkapan bentuk ketidakberfungisan keluarga sebagai berikut. 1) Tembusnya batas-batas dan aturan dalam keluarga
34
terhambatnya perkembangan-perkembangan anggota keluarga adalah bentuk dari tembusnya batas-batas aturan keluarga. Contohnya adalah masing-masing anggota keluarga bertindak sendiri-sendiri, tidak ada kebersamaan, artinya aturan keluarga sudah hilang sama sekali.
2) Terjadi blok-blok dalam keluarga
Dalam keluarga yang tak fungsional sering terjadi blok-blok. Misalnya istri membentuk blok dengan ibunya untuk melawan suaminya.
3) Menurunnya kewibawaan
Jika kewibawaan orangtua/suami isteri hilang, atau orangtua/suami isteri yang terlalu otoriter, maka keluarga itu tak akan berfungsi lagi. Contohnya, isteri menjadi penguasa di rumah tangga dimana suami patuh saja dengan segala kehendaknya.
b) Keluarga Materialistik
Keluarga materialistik dipandang sebagai keluarga yang memiliki tujuan dan ambisi untuk mengumpulkan harta benda dengan asumsi bahwa hal itu akan membahagiakan keluarganya. Suami-isteri terjun ke luar rumah untuk mencari nafkah, akibatnya anak diasuh oleh orang lain dan cenderung kurang kasih sayang.
c) Isteri berkuasa
35
derajat dan penghasilan menjadi bulan-bulan isteri. Rumah tangga yang demikian sering menjadi ajang pertentangan dan pertengkaran.
d) Keharmonisan hubungan seksual
Rata-rata keluarga setress menyebabkan hubungan seksual tidak harmonis dan tidak memuaskan. Mereka jarang membicarakannya karena malu, atau menganggap tidak perlu. Suami isteri sering mendiamkan saja persoalan yang penting itu, akibatnya jarak antara mereka makin membesar.
Sofyan S. Willis (2011:13) mendefinisikan keluarga bermasalah sebagai keluarga yang mengalami krisis. Krisis keluarga artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orangtua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya dan terjadi pertengkaran terus menerus antara ibu dengan bapak. Faktor-faktor penyebab terjadinya krisis keluarga menurut Sofyan S. Willis yaitu :
1) Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga 2) Sikap egosentrisme
36 4. Tinjauan Tentang Pelayanan Sosial
a. Pengertian tentang pelayanan sosial
Adi Fahrudin (2012:17) memberikan definisi bahwa “secara
substantive bidang kesejahteraan sosial bisa disebut bidang usaha kesejahteraan sosial atau bidang pelayanan sosial dan dirumuskan sebagai
wadah atau tempat praktik pekerjaan sosial.”
Isbandi Rukminto Adi (2015: 107) memberikan definisi pelayanan sosial sebagai layanan sosial (social service) yaitu suatu progam yang ataupun kegiatan yang didesain secara konkret untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat. Layanan sosial itu sendiri dapat ditujukan pada individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam komunitas, ataupun komunitas sebagai suatu kesatuan.
37
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan sosial merupakan program atau kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial dan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau organisasi dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu terpenuhinya kebutuhan masyarakat serta mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh masyarakat.
b. Karakteristik Pelayanan Sosial
Budhi Wibhawa dkk (2010:76) menjelaskan beberapa karakteristik yang melekat pada pelayanan sosial, diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Didasarkan pada nilai sosio-budaya dan agama masyarakat.
2) Adaptif terhadap perubahan masyarakat.
3) Berfungsi memperkuat, mendukung, dan/atau mengantikan fungsi dan struktur lembaga sosial.
4) Ditekankan pada upaya pencegahan (preventive) tumbulnya masalah dan pengembangan (developmental) kemampuan orang untuk mengatasi masalahnya sendiri; daripada kepada upaya penyembuhan (kuratif, represif, rehabilitatif).
5) Voluntary, artinya dibentuk dan diselenggarakan dari dan oleh masyarakat tanpa mengandalkan lembaga-lembaga pemerintah (public social service).
c. Fungsi Pelayanan Sosial
38
pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Fungsi pencegahan (Preventive)
Fungsi ini ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta lembaga-lembaga sosial tertentu.
2) Fungsi penyembuhan (Curative)
Fungsi ini ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial. Dalam fungsi ini juga mencakup fungsi pemulihan atau rehabilitasi.
3) Fungsi pengembangan (Development)
Fungsi ini adalah untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber daya sosial dalam masyarakat.
4) Fungsi penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sector atau bidang pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial yang lain.
39 1) Mengkaji keadaan sosial masyarakat.
2) Mengantisipasi perubahan sosial masyarakat, dengan prediksi terhadap chain-effectnya.
3) Mengendalikan (mendorong atau menahan) perubahan sosial pada masyarakat.
d. Bidang Pelayanan Sosial
Ali Fahrudin (2012:17) membagi bidang-bidang pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial kedalam beberapa cakupan yang saling terkait erat antara lain:
1) Kesejahteraan anak dan keluarga,
2) Kesejahteraan remaja dan generasi muda, 3) Kesejahteraan orang lanjut usia,
4) Pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial umum (public social welfare service),
5) Pelayanan rekreasional, 6) Pelayanan sosial koreksional, 7) Pelayanan kesehatan mental, 8) Pelayanan sosial medis,
9) Pelayanan sosial bagi penyandang cacat, 10)Pelayanan sosial bagi wanita,
40
Senada dengan pendapat tersebut, Isbandi Rukminto Adi (2015:91) juga memberikan beberapa bidang dari pelayanan konsultasi kesejahteraan sosial, diantaranya adalah:
1) Bidang yang terkait dengan sistem penyampaian layanan 2) Bidang yang terkait dengan layanan sosial terhadap keluarga
3) Bidang yang terkait dengan pelayanan terhadap anak-anak dan generasi muda
4) Bidang yang terkait dengan kesejahteraan sosial untuk lanjut usia (lansia)
5) Bidang yang terkait dengan kelompok khusus
6) Bidang yang terkait dengan jaminan sosial (bantuan sosial dan asuransi sosial)
7) Bidang yang terkait dengan pengentasan kemiskinan 8) Bidang yang terkait dengan layanan kesehatan masyarakat 9) Bidang yang terkait dengan lembaga koreksional
10)Bidang yang terkait dengan lembaga pendidikan 11)Bidang yang terkait dengan area lain.
5. Tinjauan tentang Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) a. Pengertian Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
41
individu, anggota keluarga, masyarakat yang menghadapi gangguan terhadap fungsinya.
Sebagai suatu lembaga, LK3 memberikan layanan yang berupa konsultasi kesejahteraan keluarga. Permensos No 16 Tahun 2003 mendefiniskan konsultasi sebagai pemberian bantuan penasehatan secara profesional kepada suatu organisasi, kelompok, masyarakat, keluarga atau individu oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kualifikasi profesional dibidangnya. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Budhi Wibhawa dkk (2010: 119) yang menyatakan
bahwa “konsultasi adalah interaksi antara orang-orang profesional yang mengeksplorasi suatu permasalahan untuk mencari suatu solusi terbaik
yang dibutuhkan klien.”
Sedangkan menurut Jeanette Murad Lesmana (2005:156)
“konsultasi adalah aktivitas dimana konselor bekerja dengan pihak ketiga
untuk membantu klien.” Konsultasi merupakan salah satu aktivitas yang
dilaksanakan pada program bimbingan dan konseling. Menurut Robert L.
Gibson dkk (2011:55) konsultasi adalah “proses membantu klien melalui
pihak ke tiga atau membantu sistem memperbaiki layanannya terhadap
klien mereka.” Pendapat lain dikemukan oleh Kurpius dalam Samuel T.
Gladding (2012;325) yang memberikan definisi konsultasi sebagai berikut:
42
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsultasi adalah kegiatan atau hubungan yang melibatkan pihak lain yang lebih profesional dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh individu, keluarga, kelompok/organisasi, dan masyarakat luas.
Kesejahteraan keluarga adalah kondisi tentang terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota keluarga secara material, sosial, mental dan spiritual sehingga dapat hidup layak sebagai manusia yang bermanfaat. Dengan demikian, Lembaga Kesejahteraan Keluarga berupaya membangun kesejahteraan dan ketahanan keluarga dengan memberikan layanan yang berupa konsultasi baik itu kepada individu, keluarga maupun masyarakat yang mengalami masalah dalam menjalankan fungsinya (disfungsi).
b. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) sebagai bentuk dari pelayanan sosial
43
adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
c. Tujuan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
1) Mengatasi masalah psikososial keluarga, yaitu dengan melakukan tindakan deteksi dan antisipasi terhadap keluarga yang diindikasi mengalami resiko dan ancaman masalah atau gangguan relasi di dalam keluarga.
2) Memulihkan kondisi psikososial keluarga, dengan melakukan dukungan terhadap keluarga dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah psikososial yang dihadapi keluarga.
3) Memperkuat ketahanan keluarga yaitu dengan upaya meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengelola sumber daya yang dimiliki baik ekonomi, pendidikan, akhlak/agama, relasi sosial anggota keluarga sehingga memiliki kekuatan mengatasi dan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang dihadapi.
d. Fungsi Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
1) Pencegahan, menghindarkan terjadinya, berkembangnya dan terjadinya kembali masalah yang dialami oleh anggota keluarga. 2) Pengembangan, meningkatkan kemampuan anggota keluarga dalam
44
3) Rehabilitasi, memilihkan dan meningkatkan kdudukan dan peranan sosial anggota keluarga.
4) Perlindungan, mempertahanakan, memperbaiki, mningkatkan kualitas kondisi yang sudah ada, sehingga tidak terjadi penurunan yang berdampak pada tumbuh berkembangnya masalah.
5) Penunjang, mendukung upaya yang dilakukan lembaga lain dalam rangka tercapainya peningkatan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat.
e. Sasaran Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sasaran utama LK3 ditujukan kepada keluarga yang mengalami masalah psikososial.
1) Keluarga yang membutuhkan bantuan karena masalah yang dialaminya.
2) Keluarga yang membutuhkan informasi untuk mengatasi masalah, atau untuk meningkatkan taraf hidupnya.
3) Keluarga, kelompok, instansi, organisasai yang membutuhkan informasi karena kepedulian, kepentingan atau tugasnya untuk mengatasi masalah sosial keluarga.
f. Program pelayanan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
1) Konsultasi 2) Konseling 3) Informasi
45 4) Perlindungan
5) Pendampingan
9) Penjangkauan
g. Landasan hukum Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
3) Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 16 Tahun 2013 tentang Lembaga Kesejahteraan Keluarga.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Afrina Nurul Fitrianti (2015) Laporan penelitian Afrina Nurul Fitrianti berjudul Pengelolaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Taman Penitipan Anak Dharma Wanita Persatuan (DWP) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Pengelolaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Taman Penitipan Anak Dharma Wanita Persatuan melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan dan penilaian.
46
instansi dan dinas terkait, komitmen pengurus TPA, dan adanya dukungan msayarakat atau karyawan. Sedangkan faktor penghambat yang mempengaruhi proses pengelolaan program adalah kurangnya tenaga pengajar sehingga pengurus harus rangkap jabatan, hal ini membuat pelayanan di TPA kurang maksimal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti teliti adalah penggunaan pendekatan penelitian yaitu secara deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu tentang pengelolaan program. Penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki perbedaan dalam pengambilan obyek penelitian, jika penelitian tersebut meneliti Satuan Pendidikan Pendidikan Non Formal yaitu Pendidikan Anak Usia Dini sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah berfokus pada layanan yang diberikan oleh Lembaga Sosial yang dalam hal ini adalah Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
47
dengan menerapkan konsep BCCT, peningkatan kualitas tutor, peningkatan sarana dan pemanfaatan yang ada.
Dalam penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa ada hambatan pengelolaan sarana yaitu kurangnya keamanan sarana pembelajaran karena banyak hewan seperti tikus dan kecoa yang merusak sarana pembelajaran, tenaga pengajar, kemampuan tutor dalam mengelola kelas, pengawasan yang dilakukan pihak luar dan kurangnya ruangan pembelajaran. Namun hambatan tersebut mampu diatasi oleh pengelola PAUD Putra Sanggar I.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti teliti adalah penggunaan pendekatan penelitian yaitu secara deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu tentang pengelolaan program. Penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki perbedaan dalam pengambilan obyek penelitian, jika penelitian tersebut meneliti pengelolaan sarana di Pendidikan Anak Usia Dini sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah berfokus pada pengelolaan layanan yang diberikan oleh Lembaga Sosial yang dalam hal ini adalah Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari.
C. Kerangka Berfikir
48
salah satu penyebab, di mana anggota keluarga tidak mampu menjalankan peran dan fungsi yang seharusnya diemban. Permasalahan dalam keluarga tak jarang berujung pada perceraian apabila tidak dapat diatasi. Tidak semua keluarga mampu mengatasi permasalahannya secara mandiri, tak jarang dan justru harus melibatkan orang ke tiga yang mampu menyelesaikan permasalahan dalam keluarga.
49
klien yang dalam hal ini adalah keluarga bermasalah untuk mendapatkan kesejahteraan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
[image:65.595.112.519.245.672.2]Untuk dapat mengetahui hubungan dan alur pemikiran dalam penelitian ini, maka kerangka berfikir yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Kerangka berfikir dan alur pemikiran tentang pengelolaan program layanan.
Program Layanan Konsultasi
Kesejahteraan Keluarga di LK3 Sekarsari:
- Konsultasi - Konseling - Informasi - Perlindungan - Pendampingan - Rujukan - Penjaringan - Jejaring, - Penjangkauan Keluarga Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pengelolaan Program Layanan oleh LK3 :
50 D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut dan sebagai panduan penelitian ini, maka perlu adanya pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian yang merupakan arahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan yang dilaksanakan pada program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
2. Bagaimana pengorganisasian yang dilaksanakan pada program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
3. Bagaimana pelaksanaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
4. Bagaimana koordinasi yang dilaksanakan pada program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
5. Bagaimana pengawasan yang dilaksanakan pada program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
51
7. Apa saja faktor penghambat yang mempengaruhi dalam pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah di LK3 Sekarsari Yogyakarta?
52 BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:15) penelitian kualititatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Sependapat dengan gagasan tersebut, Lexy J Moleong (2012:6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
53
peneliti membuat kategori perilaku, mengamati serta mencatat dalam buku observasi.
B. Setting dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul Pengelolaan Program Layanan Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Bermasalah Di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari Yogyakarta dilaksanakan di LK3 Sekarsari yang beralamatkan di Gang Flamboyan 4, Wiyoro Kidul, Banguntapan, Bantul, DIY. Pertimbangan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa LK3 Sekarsari merupakan salah satu LK3 terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta.
[image:69.595.148.512.564.722.2]Kegiatan penelitian dilakukan pada saat jam operasional LK3 Sekarsari sehingga peneliti dapat mengamati proses pengelolaan program layanan konsultasi kesejahteraan keluarga pada keluarga bermasalah. Waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan, yaitu pada tanggal 18 Desember 2016 – 17 Februari 2017. Adapun proses kegiatan dapat dirinci sebagai berikut.
Tabel 2. Proses Kegiatan Pengumpulan Data
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Observasi dan Pengamatan Oktober 2016
2. Tahap Penyusunan Proposal Oktober 2016 –November 2016
3. Tahap Perizinan Desember 2016
4. Tahap Pengumpulan Data 18 Desember 2016 – 17 Februari 2017
5. Tahap Analisis Data Januari 2017 –Februari 2017
6. Penyusunan Laporan Februari 2017
54 C. Subyek Penelitian
Penentuan subyek penelitian dilaksanakan dengan teknik pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling). Menurut Sugiyono (2010 : 300) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Peneliti menentukan secara mandiri subyek penelitian yang akan digunakan untuk mencari informasi yang terkait dengan penelitian. Pemilihan subyek penelitian ini dipilih berdasarkan keterlibatan subyek pada pengelolaan program yang di LK3 Sekarsari sehingga mampu memberikan informasi dan berbagai data yang valid dan dapat diakui kebenarannya. Sumber data dalam penelitian ini terdapat dua informan, yaitu sumber informasi (key i