• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KOORDINASI KEPALA PERPUSTAKAAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN PEMUSTAKA PADA SMA PASUNDAN 3 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS KOORDINASI KEPALA PERPUSTAKAAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN PEMUSTAKA PADA SMA PASUNDAN 3 BANDUNG."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN

PEMUSTAKA PADA SMA PASUNDAN 3 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh

Bella Muhammad Anugrah

1001874

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

Program Bimbingan Pemustaka

Pada SMA Pasundan 3 Bandung

Oleh

Bella Muhammad Anugrah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Bella Muhammad Anugrah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

1001874

EFEKTIVITAS KOORDINASI KEPALA PERPUSTAKAAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN PEMUSTAKA

PADA SMA PASUNDAN 3 BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Hj. Yooke Tjuparmah S K, M.Pd NIP. 19500417198003 2001

Pembimbing II

Hana Silvana, M,Si NIP. 197303242010122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua

Program Studi

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Perpustakaan dan Informasi

Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. Dr. Laksmi Dewi, M.Pd

(4)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN PEMUSTAKA PADA SMA PASUNDAN 3 BANDUNG

Oleh

Bella Muhammad Anugrah 1001874

Bella Muhammad Anugrah (1001874). Kegiatan pengelolaan perpustakaan Sekolah saat ini masih belum berjalan dengan baik, terutama dalam pelaksanaan program perpustakaan. Hal itu disebabkan karena kurang efektifnya kepala perpustakaan dalam melakukan koordinasi. Program perpustakaan sekolah yang dimaksud yaitu pada SMA Pasundan 3 Bandung,. Kurang efektifnya koordinasi yang dilakukan kepala perpustakaan kepada pimpinan sekolah, staff sekolah dan juga guru pengajar menjadi penyebab utama permasalahan program ini belum berjalan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana efektivitas koordinasi kepala perpustakaan dalam pelaksanaan bimbingan pemustaka pada SMA Pasundan 3 Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, metode ini bersifat menggambarkan pengaruh dari kedua variabel yaitu, koordinasi sebagai variabel bebas dan bimbingan pemustaka sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan kepada pimpinan dan staff pengajar SMA Pasundan 3 Bandung. Dari data yang diperoleh mengenai gambaran variabel bebas, bahwa kegiatan koordinasi yang efektif dilakukan sebesar 72,35% artinya kepala perpustakaan cukup efektif melakukan koordinasi, kemudian untuk gambaran mengenai variabel terikat yaitu keberhasilan program bimbingan pemustaka yang dilakukan kepala perpustakaan didapat hasil sebesar 79,61% artinya pelaksanaan program bimbingan pemustaka berhasil dilakukan setelah menilai kompetensi yang dimiliki para siswa mengenai pemanfaatan perpustakaan, maka dapat dihubungkan antara koordinasi dan bimbingan pemustaka yang hasilnya berdampak pada keberhasilan dalam pelaksanaan program dengan persentase sebesar 28,94% yang artinya berpengaruh cukup kuat. Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa koordinasi cukup berpengaruh kuat dalam pelaksanaan program perpustakaan khususnya program bimbingan pemusaka.

(5)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

ABSTRACT

Bella Muhammad Anugrah (1001874). School library management activities are still not going

well, especially in the implementation of the program library. It is caused due to a lack of effective coordination in the head librarian. School library program is meant that the Bandung Pasundan 3 high school. Lack of effective coordination is done head to the leadership of the school library, school staff and teachers have become the main cause of the problem the program is not running. The purpose of this study is to determine how effective coordination in the implementation of the head librarian at the Bandung Pasundan 3 high school user guidance. The method used in this study uses descriptive research method with a quantitative approach, this method is describe the effect of two variables, that is coordinating as an independent variable and the guidance of the visitors as the dependent variable. The study was carried out to the leadership and faculty Bandung Pasundan 3 high school. From the data obtained regarding the description of the independen variables, that the effective coordination of activities carried out at 72,35% means that the head is quite effectuve to coordinate the library, then to a description of the dependent variable is the success of the mentoring program made chief librarian user can results of 79,61% means that the mplementation of the user guidance program successfully done after assessing the competency of the students regarding the use of the library, it can be connected between the coordination and guidance of the visitors that the results have an impact on the success of the implementation of the program with a persentage of 28,94%, which means the effect is strong enough. From the explanation it can be concluded that coordination is a strong influence in the implementation of programs, especially library user guidance program.

(6)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di zaman yang modern ini sifat keterbukaan, komunikasi massa, masyarakat informasi, demokratisasi (kebebasan) informasi semakin merasuk

meliputi semua aspek kehidupan masyarakat sekarang ini. Fenomena yang secara kasat mata terlihat adalah makin meningkatnya percepatan pertumbuhan

informasi. Hal ini mengakibatkan dampak yang cukup besar bagi perkembangan Ilmu pengetahuan di dunia. Masyarakat saat ini dihadapkan pada arus komunikasi dan informasi yang sangat luas, tidak menutup kemungkinan setiap detik seseorang membutuhkan sebuah informasi. Tanpa adanya informasi seseorang tidak akan bisa berkembang mengikuti zaman, begitu juga dengan perkembangan suatu negara, pemanfaatan informasi merupakan salah satu faktor berkembangnya kemajuan negara tersebut, seperti artikel yang telah dilansir oleh (http//m.portal.paseban.com pada, 5 September 2014), beberapa contoh negara maju saat ini yang menguasai dan menerapkan pemanfaatan teknologi informasi ialah negara Amerika Serikat dan Jepang sebagai negara penyumbang informasi terbesar hingga mempengaruhi ilmu pengetahuan di dunia. Adapun pemanfaatan informasi perlu diterapkan dalam kehidupan bernegara sejak usia dini guna memupuk ilmu pengetahuan yang lebih luas pada saat tua nanti. Penting adanya pemanfaatan suatu informasi memicu kegiatan dalam pengelolaan kepemilikan informasi tersebut dengan cara mengelola, maka informasi akan selalu terjaga dan lestari serta memudahkan pada saat mengaksesnya kembali seperti yang

diungkapkan oleh Schramm, 1970 (dalam Sinaga,1997:7 ) bahwa, ”kemampuan

menguasai, mengarahkan dan memilih informasi dapat menjadi sumber kekuasaan

yang pengaruhnya sebanding dengan penguasaan sumber daya alam, teknologi

dan ekonomi”.

(7)

tersebut, maka wajib hukumnya bagi perpustakaan untuk meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan.

Menurut Undang-undang tentang perpustakaan dalam Bab 1 pasal 1,

“perpustakaan merupakan institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan”. Dengan melihat perspektif tersebut semakin menegaskan bahwa perpustakaan merupakan salah satu wadah untuk mengelola dan mengakses informasi dalam

format apapun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak.

Dalam pengertian perpustakaan dewasa ini tersirat fungsi perpustakaan secara umum yang dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Basuki, 1991 (dalam

Suwarno, 2010: 13) bahwa “Perpustakaan sebagai tempat penyimpanan, penelitian, informasi, pendidikan, dan kultural”. Akan tetapi Saleh dan Rita Komalasari (2009: 1.13) menambahkan terdapat satu fungsi lagi yaitu sebagai tempat rekreasi. Namun secara khusus, setiap jenis perpustakaan mempunyai fungsi masing-masing, yang berbeda antara satu dan lainnya, karena berbeda-beda, maka masing-masing perpustakaan memiliki tujuan yang berbeda untuk dicapai oleh masing-masing jenis perpustakaan. Menurut Bafadal (2009:4),

“Apabila ditinjau dari fungsi, tujuan dan penggunanya secara garis besar

ada lima macam perpustakaan; (1) Perpustakaan Nasional, (2) Perpustakaan Umum, (3) Perpustakaan Khsus, (4) Perpustakaan

Perguruan Tinggi dan (5) perpustakaan Sekolah”.

(8)

secara umum yang berfungsi sebagai sarana belajar mengajar dan membantu mengembangkan minat bakat murid selain itu, menjadikan suatu unit yang menyediakan sumber-sumber dan pelayanan bagi pencapain atau pengembangan tujuan dari sekolah yang bersangkutan.

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor

0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, perpustakaan sekolah mempunyai fungsi sebagai :

a.Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah.

b.Pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.

c.Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang.

Sedangkan menurut Yusuf dan Yaya Suhendar (2005:4) bahwa, “Fungsi perpustakaan sekolah dibagi ke dalam empat fungsi umum yaitu edukatif,

informatif, rekeasi dan riset atau peneitian sederhana”. Fungsi tersebut

menjadikan ideal dalam setiap pengembangannya karena sudah mencangkup semua aspek dari tujuan perpustakaan sekolah yang tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar peserta didik (siswa), serta mempersiapkan bekal untuk mengikuti ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Sebagai lembaga pendidikan dan lembaga penyedia informasi perpustakaan perlu memiliki kinerja yang baik pula seperti didukung adanya manajemen yang memadai, sehingga seluruh aktivitas lembaga akan mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah dicanangkan. Pada perpustakaan sekolah manajemen yang dijalankan sama seperti manajemen perpustakaan pada

umumnya yaitu, “Suatu sistem informasi yang dalam kegiatannya meliputi

aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian, penyajian dan

penyebaran informasi” (Lasa Hs, 2005:18).

(9)

tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu dalam proses manajemen diperlukan adanya suatu fungsi untuk mengaturnya, seperti yang di kemukakan oleh Terry, 1962 (dalam Prastowo,

2012: 32) bahwa “Suatu proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (Actuating), dan pengendalian (controlling) upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada

organisasi untuk mencapai tujuan”. Dari proses tersebut kegiatan pengelolaan tugas-tugas di perpustakaan akan jauh lebih tersusun dan terstruktur sehingga

meminimalisir kesalahan dari fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perpustakaan sekolah.

Adapun Struktur organisasi di perpustakaan yang menggambarkan struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja di perpustakaan. Perpustakaan sebagai lembaga informasi dalam menyusun struktur organisasinya mencakup beberapa elemen seperti unsur pimpinan, unsur administrasi, unsur layanan, yang masing-masing mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda namun mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Pada perpustakaan sekolah organisasi bertujuan untuk mengkoordinasi segala kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah dan kegiatan ini umumnya diwadahi dalam suatu struktur organisasi yang lebih dikenal strukur organisasi perpustakaan sekolah. Menurut Suwarno, 2011 (dalam Sutarno, 2005:57) bahwa:

“Salah satu bentuk atau figur suatu struktur organisasi adalah garis komunikasi,

perintah dan laporan serta kerjasama, maksudnya organisasi yang sehat memiliki komunikasi yang dilakukan tidak hanya satu arah, tetapi paling tidak ada dua arah,

yaitu perintah dan laporan”.

Di samping itu juga komunikasi yang lancar akan berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas dan meminimalisasi hambatan yang tejadi. Dengan

(10)

Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pada bagian Pelaksanaan rencana kerja dibidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan poin sepuluh (hlm.326) menyebutkan bahwa, “Tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk melaksanakan pengelolaan sumber belajar di

perpustakaan”.

Melihat struktur organisasi perpustakaan sekolah sangatlah penting juga

untuk melihat peran dari pada kepala perpustakaan yang ada di sekolah tersebut, karena keberhasilan pelaksanaan suatu tujuan dan fungsi sebuah perpustakaan

sekolah tidak terlepas dari keahlian kepala perpustakaan sekolah dalam mengelola perpustakaan tersebut. Di sekolah kepala perpustakaan merupakan seseorang yang diberi tanggung jawab dalam mengelola perpustakaan sekolah, jabatan ini biasanya dipegang oleh salah seorang guru pengajar yang berkompeten mampu menyelenggarakan perpustakaan sekolah dengan mengintegrasikan proses belajar mengajar di sekolah. Akan tetapi banyak dari tugas dan kewajiban seorang kepala perpustakaan yang masih terabaikan, padahal kegiatan tersebut akan menentukan tingkat keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan program-program yang ada di perpustakaan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Bafadal (2009:177), kepala perpustakaan sekolah berkewajiban dan bertanggung jawab melaksanakan tugas seperti:

a. Membuat perencanaan pembinaan dan pengembangan perpustakaan sekolah

b. Mendayagunakan semua sumber yang ada baik sumber manusia atau sumber material.

c. Mengadakan koordinasi dan pengawasan terhadap semua kegiatan perpustakaan sekolah

d. Melaksanakan tugas dibantu oleh beberapa orang staf dan bertanggung jawab atas pembinaan semua anggota stafnya.

e. Membuat kebijaksanaan tertentu dalam pembinaan dan pengembagan perpustakaan sekolah.

f. Mengadakan hubungan kerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah juga semua guru guna meningkatkan efesiensi dan efektivitas. g. Mengadakan hubungn kerja sama dengan pihak luar

(11)

Dengan adanya tugas dan tanggung jawab dari kepala perpustakaan tersebut membuat kegiatan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan sekolah dapat berjalan dengan semetinya yaitu sesuai dengan visi, misi dan tujuan dari pada perpustakaan.

Kehadiran perpustakaan di sekolah hendaknya memberikan visi dan misi yang relevan artinya yang mendasari tujuan diselenggarakannya perpustakaan

sekolah atau lembaga pendidikan yang bersangkutan karena visi merupakan pemikiran atau gagasan yang melampaui keadaan yang sudah ada. Keadaan yang

diinginkan tersebut belum pernah terwujud maka penetapan visi penting dalam pengembangan perpustakaan sekolah sedangkan misi sendiri merupakan penjabaran dari visi dengan rumusan-rumusan kegiatan yang akan dilaksanakan dan hasilnya dapat diukur, dirasakan, dilihat didengar atau dapat dibuktikan karena sifatnya tidak terlihat.

Dewasa ini kegiatan pengelolaan perpustakaan sekolah selalu terabaikan, hal ini terlihat dari fungsi manajemen yang tidak berjalan dengan seharusnya. Hal ini mengingatkan kita pada fungsi dari manajemen itu sendiri seperti yang telah dikemukakan oleh Terry (1962), maka keberhasilan pengelolaan suatu perpustakaan dipengaruhi oleh kemampuan manajemen yang baik agar arah dan kegiatan tujuan berjalan dengan baik. Pelaksanaan manajemen yang buruk membuat visi dan misi perpustakaan yang dirancang tidak sesuai dengan pelaksanaannya di lapangan sehingga program dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan tidak berjalan dengan baik. Dalam pencapaian keberhasilan pelaksanakan suatu kegiatan manajemen salah satunya diperlukan unsur koordinasi yang baik dalam setiap fungsinya, koordinasi yang baik merupakan merupakan koordinasi yang efektif dengan koordinasi yang efektif semua fungsi yang ada dalam manajemen dapat terlaksana, begitupun terhadap visi dan misi

(12)

(dalam Moekijat, 1994:32)bahwa, “Jenis koordinasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Koordinasi intern yang terdiri dari koordinasi vertikal atau struktural, koordinasi horizontal atau fungsional serta koordinasi diagonal. Sedangkan untuk

koordinasi ekstern terdiri atas koordinasi bersifat horizontal dan vertikal”.

Dalam kasus permasalahan ini peneliti hanya mengambil koordinasi intern saja karena permasalahan yang dihadapi mencangkup lingkungan satu sekolah dan tidak dalam konteks luar sekolah. Adanya peran koordinasi yang efektif dari seorang kepala perpustakaan dapat mempengaruhi kualitas dari fungsi manajemen perpustakaan sekolah untuk mencapai pelaksanaan visi dan misi yang sempurna dari perpustakaan tersebut. Apabila visi dan misi terlaksana dengan tujuannya maka tidak menutup kemungkinan pelaksanaan program dapat terwujud. Adanya visi dan misi dapat membantu koordinasi berbagai kegiatan untuk mengarah pada

tujuan yang ditetapkan dari sebuah program.

Program perpustakaan sekolah hendaknya bertitik tolak dari program sekolah secara keseluruhan. Artinya, program perpustakaan sekolah hendaknya berangkat dan dikembangkan berdasarkan tujuan sekolah tempat perpustakaan sekolah itu bernaung. Dalam penyusunan program perpustakaan sekolah hendaknya ada kerjasama yang harmonis antara pihak kepala perpustakaan sekolah dengan masyarakat sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru dan siswa atau organisasi yang mewakilinya, oleh karena itu program perpustakaan sekolah haruslah berupa program terukur yang berdasarkan kebutuhan hakiki dari sekolah yang bersangkutan. Program perpustakaan tentunya bergantung pada garis kebijakan dan kebutuhan perpustakaan sekolah yang bersangkutan dengan landasan status, tujuan dan fungsi perpustakaan, serta kontribusi dalam proses belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan.

(13)

penyelenggara perpustakaan di sekolah, dan seorang pelaksana fungsi manajemen pada perpustakaan. Melihat hal tersebut adanya penyebab dari peran manajemen perpustakaan sekolah yang tidak berfungsi dengan baik dan berpengaruh besar pada program kerja. Salah satu penyebab masalah yaitu karena minimnya peran koordinasi kepala perpustakaan sekolah dengan pimpinan dan guru-guru yang ada di sekolah tersebut sehingga program kerja belum terlaksana sesuai tujuan.

Program kerja perpustakaan tersebut terbagi menjadi 3 kegiatan program utama yaitu program jangka panjang, program jangka pendek dan program bulanan,

yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pada program kerja bagian ketiga yaitu program bulana. Program bulanan tersebut peneliti mengambil salah satu

poin program yang berada pada poin pertama yaitu, “membimbing para siswa dalam memanfaatkan perpustakaan dengan baik” atau bisa dikatakan

membimbing pengguna perpustakaan dan biasa disebut juga bimbingan pemustaka.

Bimbingan pemustaka merupakan salah satu sifat dari pelayanan yang ada di perpustakaan, dengan adanya bimbingan pemustaka ini diharapkan dapat membantu pengguna perpustakaan dalam meminimalisir terlewatnya suatu informasi serta ketidak efektifan melakukan penelusuran. Bimbingan pemustaka dapat membuat perpustakaan menjadi tempat yang menarik karena koleksi yang disediakan mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para siswa juga guru dalam memenuhi materi kegiatan belajar mengajar seperti yang telah dijelaskan. Menurut Yusuf (2005:81) bahwa.

“Dilihat dari sifatnya pelayanan perpustakaan bisa dikelompokan kedalam

dua kategori, pelayanan langsung dan pelayanan tidak langsung. Adapun

bentuk dari pelayanan ini meliputi”;

a. Menerangkan kepada para pengunjung atau pembaca bagaimana cara menggunakan perpustakaan dengan baik.

b. Menerangkan kepada para siswa dan guru mengenai keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan melalui peristiwa yang tepat.

c. Mengadakan kegiatan pameran sederhana tentang masalah perpustakaan, perbukuan, pendidikan dan sejenisnya dengan melibatkan para guru dan siswa sekolah.

(14)

e. Secara berkala diadakan perlombaan yang berkaitan dengan hal kepustakaan.

f. Setiap petugas perpustakaan harus bersifat membantu dalam pencarian informasi di lingkungan sekolah.

Peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tentang efektivitas koordinasi oleh kepala perpustakaan dalam pelaksanaan program bimbingan pemustaka pada Perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung, karena faktor dari permasalahan yang terjadi disebabkan oleh belum efektifnya peran dari kepala perpustakaan dalam mengkoordinasikan program kerja yang menjadikan program bimbingan pemustaka kurang terlaksana dengan baik. Penelitian ini perlu dilakukan karena dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut cukup besar, yaitu seperti pemanfaatan koleksi perpustakaan sekolah kurang maksimal, minimnya pengetahuan siswa dalam penelusuran informasi serta semua hal yang berkaitan dengan dunia kepustakaan, khusus untuk guru materi yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar menjadi kurang maksimal, serta menghambat proses penerimaan informasi yang banyak. Seperti yang diketahui, zaman semakin modern tingkat pemanfaatan informasi dalam pendidikan semakin tinggi, melihat keadaan tersebut menjadi belum sesuai dengan yang seharusnya. Maka perlu dijalankannya program bimbingan pemustaka agar dapat mengurangi permasalahan tersebut dengan meninjau kembali keefektifan cara yang dilakukan

kepala perpustakaan dalam mengkoordinasikan kegiatan itu. Dengan terciptanya koordinasi yang efektif maka diharapkan kegiatan pelaksanaan bimbingan pemustaka berjalan dengan baik. Adanya program bimbingan pemustaka pada SMA Pasundan 3 Bandung diharapkan dapat menumbuhkan kegemaran, kebiasan dan kebutuhan untuk mengunjungi perpustakaan guna memanfaatkan bahan koleksi dengan baik yang ada di sekolah.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

(15)

perencanaan program kerja bimbingan pemustaka yang belum terlaksanakan yang disebabkan kurangnya koordinasi yang efektif dari kepala perpustakaan dalam mengkoordinasikan program kerja tersebut. Pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas koordinasi yang dilakukan kepala perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung sudah berjalan dengan baik atau tidak, karena peneliti melihat adanya salah satu program di perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung

yang belum terlaksana, maka perlu adanya penelitian yang mendalam untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jenis koordinasi sendiri meliputi koordinasi

secara intern yaitu, berada pada wilayah satu organisasi. Dalam penelitian ini permasalahannya terfokus pada koordinasi secara intern yang meliputi satu wilayah yaitu pada SMA Pasundan 3 Bandung. Peneliti akan menilai kualitas dari efektivitas koordinasi yang dilakukan oleh kepala perpustakaan kepada kepala sekolah, wakasek kurikulum dan wakasek sarana prasarana, wali kelas, guru pengajar dan staf tata usaha. Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program bimbingan pemustaka akan dilihat dari penilaian guru-guru pengajar terhadap kompetensi yang dimiliki oleh para siswa dari tes yang telah dilakukan.

Program bimbingan pemustaka ini sangat penting bagi para siswa di kemudian hari guna memudahkan dalam mengetahui penelusuran dan pemanfaatan suatu informasi. Melihat salah satu tugas dan peran dari tenaga perpustakaan sekolah sendiri yaitu, melayani dan membimbing para pengguna perpustakaan di lingkungan sekolah dalam memanfaatkan informasi yang lebih efektif. Dewasa ini tenaga perpustakaan sekolah telah berinovasi, bukan hanya bertugas untuk melayani peminjaman dan pengembalian atau menjaga koleksi di perpustakaan melainkan melakukan kegiatan bimbingan pengajaran mengenai pengorganiasian informasi disela-sela jam sekolah. Pada program bimbingan pemustaka ini peneliti bermaksud meneliti tingkat keberhasilan dalam

(16)

perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung dengan optimal serta semua hal yang berkaitan dengan dunia kepustakaan.

Dari hasil uraian tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas koordinasi yang dilakukan oleh kepala perpustakaan dalam pelaksanaan program bimbingan pemustaka pada SMA Pasundan 3 Bandung, artinya efekivitas koordinasi dapat mempengaruhi pelaksanaan program

bimbingan pemustaka. Keberhasilan pelaksanaan program kerja terlihat dari masing-masing variabel yang telah diungkapkan, dari koordinasi sendiri akan

dinilai keefektifan koordinasi yang dilakukan oleh kepala perpustakaan, sedangkan tercapainya pelaksanaan bimbingan pemustaka dinilai dari tingkat kompetensi yang dimiliki para siswa dalam memanfaatan perpustakaan. Dari keterangan tersebut maka variabel yang akan diteliti yaitu koordinasi sebagai variabel X dan bimbingan pemustaka sebagai variabel Y dimana kedua variabel ini jika dihubungkan akan berdampak ataukah tidak.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan maka secara umum didapat masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana dampak dari efektivitas koordinasi kepala perpustakaan dalam pelaksanaan program bimbingan

pemustaka pada SMA Pasundan 3 Bandung?”. Adapun rumusan masalah khusus dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran dari efektivitas koordinasi yang dilakukan kepala perpustakaan dalam pelaksanaan program bimbingan pemustaka?

2. Bagaimana gambaran dari pelaksanaan program bimbingan pemustaka setelah menilai kompetensi siswa dalam pemanfaatan perpustakaan? 3. Apakah efektifmya koordinasi kepala perpustakaan berdampak terhadap

keberhasilan pelaksanaan program bimbingan pemustaka?

(17)

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak dari efektivitas koordinasi kepala perpustakaan dalam pelaksanaan program bimbingan pemustaka pada SMA Pasundan 3 Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran dari efektivitas koordinasi yang dilakukan oleh kepala perpustakaan dalam pelaksanaan program bimbingan

pemustaka.

2. Untuk mengetahui gambaran dari pelaksanaan program bimbingan

pemustaka setelah menilai kompetensi siswa mengenai pemanfaatan perpustakaan.

3. Untuk mengetahui dampak dari efektifnya koordinasi kepala perpustakaan terhadap keberhasilan pelaksanaan program bimbingan pemustaka.

E. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait dalam kegiatan penelitian ini, diantaranya:

1. Peneliti

Sebagai pengetahuan bahwa efektivitas koordinasi dapat berpengaruh signifikan dalam keberhasilan pelaksanaan program bimbingan pemustaka di sekolah khususnya.

2. Program Studi Perpustakaan dan Informasi

Sebagai masukan bahwa pentingnya efektivitas koordinasi yang dilakukan oleh kepala perpustakaan dalam melaksanakan program bimbingan pemustaka.

3. Sekolah

(18)

F. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut ini merupakan sistematis tentang urutan penuisan setiap bab dan bagian bab dalam penelitian ini.

1. Bab I di dalam skripsi ini berisi uraian tentang pendahuluan, yang merupakan bagian awal dari suatu skripsi. Pendahuluan ini memberikan

penjelasan mengenai sub bab yaitu, latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian dan

manfaat penelitian

2. Bab II skripsi berisi Kajian Pustaka, Kerangka penelitian, dan Hipotetis Penelitian. Kajian pustaka mempunyai peran penting dalam memperkuat

suatu penelitian karena didalam kajian pustaka ditujukan memgenai teori yang sedang dikaji dalam bidang ilmu yang diteliti. Dari kajian pustaka tersebut akan memudahkan penyusunan kerangka pemikiran dan juga hipotesis penelitian ini.

3. Bab III berisi penjabaran yang rinci dari metode penelitian yang digunakan, selain itu penjelasan mengenai komponen lainnya seperti, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisikan penjelasan mengenai sub bab seperti, profil lembaga yang diteliti, karakteristik responden, deskripsi data hasil penelitian, analisis data dan uji hipotesis dan juga pembahasan hasil penelitian

5. Bab V Simpulan dan Saran yang berisikan penjelasan mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis yang telah

(19)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung yang beralamat di

jalan Kebonjati No. 31 Bandung. Perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung merupakan salah satu sarana fasilitas yang dimiliki oleh SMA Pasundan 3 Bandung. Perpustakaan ini didirkan pada tahun 1981 bersamaan dengan didirikannya SMA Pasundan 3 Bandung ini. Selama beberapa periode sebelumnya, perpustakaan ini telah berganti-ganti penanggung jawab dalam pengelolaannya, untuk saat ini pemegang tanggung jawab dalam pengelolaan perpustakaan yaitu Bapak Drs. Yono Sumaryono yang saat ini menjabat sebagai Koordinator perpustakaan, selain menjabat sebagai koordinator perpustakaan Bapak Yono pun menjabat sebagai salah satu guru penjas di sekolah tersebut. Ada juga penanggung jawab pelaksanaan teknis dalam kegiatan perpustakaan yaitu seorang staf perpustakaan. Saat ini Staf perpustakaan dipegang oleh Ibu Odas Jubaedah, staf yang ada di perpustakaan sekolah ini hanya memiliki satu staf saja yaitu Ibu Odas sendiri, Beliau tidak merangkap 2 jabatan seperti halnya koordinator perpustakaan akan tetapi murni staf perpustakaan. Untuk jadwal kegiatan harian perpustakaan yaitu jam buka pada Senin-Sabtu, Pagi Pukul 06.30

– 12.45 WIB, kecuali hari Jum’a Pukul 06.30 – 11.30 WIB. Letak perpustakaan ini berada pada lantai 2 SMA Pasundan 3 Bandung tepat dipusat gedung sekolah. Perpustakaan sekolah memiliki sistem pelayanan open acces yaitu para pemakai

(20)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh elemen atau individu yang ada di dalam suatu lingkungan, populasi dibagi kedalam dua kategori yaitu populasi homogen dan populasi heterogen. Menurut Noor (2013:147), populasi homogen merupakan,

“Keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi memiliki sifat yang relatif sama antara yang satu dan yang lain dan mempunyai ciri tidak terdapat perbedaan

hasil tes dari jumlah tes populasi yang berbeda”, sedangkan populasi heterogen

merupakan, “keseluruhan individu anggota populasi relatif mempunyai sifat-sifat individu dan sifat ini yang membedakan antara individu anggota populasi yang

satu dengan yang lain”.

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi seluruh pengajar dan staf teknis SMA Pasundan 3 Bandung yang bersangkutan dan berdasar data pada kurikulum tahun ajaran 2013-2014. Populasi warga belajar sendiri meliputi Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru-guru, staf teknis dan para siswa/siswi SMA Pasundan 3 Bandung. Peneliti mengambil populasi pada SMA Pasundan 3 Bandung karena permasalahan yang terjadi hanya dalam lingkungan sekolah ini saja, sedangkan untuk jumlah responden yang akan diteliti akan dibagi lagi kedalam beberapa sampel.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel menurut Sugiyono (2008:218) dibagi menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling. Teknik pengambilan pada sampel penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability sampling, artinya “teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel” (dalam Sugiyono, 2013:122). Salah satu jenis teknik

nonprobability sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh. Menurut

Sugiyono (2013:124) sampling jenuh merupakan “teknik penentuan sampel bila

(21)

Berdasarkan jumlah populasi yang telah dihitung maka didapat sampel penelitian yang akan diambil yaitu berfokus pada pimpinan sekolah, guru-guru dan staff sekolah yang bersangkutan dengan keterangan 45 orang sebagai poulasi Sampel. Riduwan (2010:253) “Berkaitan dengan penentuan sampel sebagai ancer -ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua,

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi” pernyataan ini sama

dengan teknik pengambilan sampel yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013) yaitu

“teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi untuk

dijadikan sampel yang disebut dengan sampling jenuh”.

Dari data tersebut jika populasi kurang dari 100 subjek maka untuk teknik pengambilan sampelnya menggunakan sampling jenuh yaitu mengambil keseluruhan sampel dari semua anggota populasi,

Dari hasil penghitungan maka jumlah sampel yang diambil yaitu 45 orang untuk jumlah sampel pada variabel, seluruh sampel terebut berada di SMA Pasundan 3 Bandung. .

C. Metode Penelitian

Melihat tujuan serta permasalahannya (Bungin, 2010:35) menjelaskan penelitian kuantitatif dibagi menjadi dua format, yaitu deskriptif dan eksplanasi, Maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2001)

menyebutkan, “Metode penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian yang

melihat suatu kebenaran dengan melihat sifat, tempat kajian, tujuan, analisis dan kehadiran variabel sebagai sesuatu yang tunggal dengan menekankan analisis

pada data angka statistika dalam pengujiannya”.

Menurut Purwanto (2008:75) “Metode penelitian tergantung pada rumusan

masalahnya, penelitian tersebut dapat berupa, deskriptif, korelasi dan

perbandingan”. Maka sesuai rumusan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan jenis metode deskriptif, karena metodenya bersifat menggambarkan deskripsi dari kedua variabel yaitu, koordinasi sebagai variabel X bebas

(22)

(Dependent Variable), kedua variabel tersebut akan dideskripsikan dengan mengukur keefektifan koordinasi yang diterapkan apakah berdampak kepada keberhasilan pelaksanaan program bimbingan pemustaka di SMA Pasundan 3 Bandung.

D. Desain Penelitian

Menurut Noor (2013:107) “Desain penelitian merupakan, suatu prosedur

penting untuk informasi yang dibutuhkan dalam menyusun pemecahan masalah

penelitian”. Desain penelitian yang akan digunakan ialah desain experimental.

Menurut Silalahi (2012:183) dalam penelitian experimental peneliti memanipulasi variabel bebas dan variabel kontrol melalui extraneous variables dan memonitor apakah variabel terikat yang dihipotesiskan terpengaruh oleh manipulasi variabel bebas tersebut. Desain experimental yang digunakan oleh peneliti menggunakan salah satu dari jenis desain eksperimen yaitu pre-experimental design (nondesign). Bentuk pre-experimental design ada beberapa macam, salah satu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu one-shot case study, menurut Sugiyono (2013:110). Melihat jenis permasalahan yang diteliti yaitu variabel X (Koordinasi) dan variabel Y (Bimbingan pemustaka) maka peneliti menetapkan penggunaan desain penelitian Pre-Experimental karena dalam Sugiyono (2008:74) desain ini belum merupakan eksperimen yang sungguh–sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Maka bentuk yang digunakan yaitu One-Shot Case Study karena terdapat 2 kelompok yang akan diberikan perlakuan, dan selanjutnya dianalisis sesuai variabel masing-masing, dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan kepada 2 kelompok yang dimaksud adalah penerapan koordinasi yang efektif dan tingkat kompetensi yang dimiliki siswa yang nantinya merujuk pada berhasilnya

(23)

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Bimbingan pemustka (Y)

Koordinasi (X)

XY

E. Definisi Oprasional

Untuk menghindari kesalahan multi tafsir, peneliti membuat definisi oprasional yang diwajibkan dalam penelitian ini. Adapun definisi oprasional peneliti tetapkan sebagai berikut:

1. Efektivitas

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan keefektifan yang diakukan kepala perpustakaan dalam melakukan koordinasi kepada pimpinan, guru-guru dan karyawan yang ada di SMA Pasundan 3 Bandung.

2. Koordinasi

Koordinasi merupakan pengintegrasian tujuan yang digunakan kesebagai alat kepala perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung kepada satuan-satuan yang terpisah dalam suatu lembaga untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

3. Program

Program disini merupakan rancangan kegiatan yang dibuat kepala

perpustakaan sebagai alat pencapaian tujuan dari visi misi perpustakaan yang telah di tetapkan oleh sekolah.

Variabel Terikat

(24)

4. Bimbingan Pemustaka

Bimbingan pemustaka merupakan salah satu jenis program perpustakaan pada kurikulum 2013/2014. Program bimbingan pemustaka terdapat pada poin ke 3 dari program bulanan yaitu membimbing para siswa untuk menggunakan perpustakaan dengan baik.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian akan diterapkan sesuai dengan teknik pengumpulan

data yang diakukan. Menurut Kerlinger, 1973 (dalam Juliansyah Noor, 2013:101)

“Menyatakan bahwa instrumen secara garis besar dapat dibedakan ke dalam test dan skala”. Untuk penelitian ini peneliti akan menggunakan skala dalam menentukan alat atau instrumen yang digunakan, jenis skala yang dipakai yaitu skala Likert untuk mengukur kedua variabel X dan Y.

Skala Likert (dalam Sugiyono, 2011:93) bahwa, “Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel”.

Dalam skala Likert ada dua bentuk instrumen yang terapkan yaitu bentuk checklist dan bentuk pilihan ganda (Sugiyono, 2011:94). Bentuk dari checklist

dari skala Liket sendiri berupa pertanyaan yang berisikan indikator, contoh Skala Likert yaitu: Sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RG), Tidak setuju (TS), dan Sangat tidak setuju (STS). Dengan masing-masing jawaban diberikan skor sebagai berikut

Tabel 3.2 Skala Penilaian Jawaban Angket

Alternatif Jawaban Skor Positif

Skor Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

(25)

Sumber: (Sugiyono, 2011:94)

Kemudian instrumen ini dimasukkan dalam sampel dari lingkungan penelitian. Peneliti berniat menggunakan bentuk checklist dari skala Likert karena melihat tingkat kefesienan dari responden yang akan diambil datanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 angke yang dibedakan sesuai dengan status responden, karena perbedaan status responden maka angket yang disebabarkan dibagi menjadi 2 format. Angket format yang pertama yaitu dikhususkan untuk bagian pimpinan sekolah seperti, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, sedangkan format yang kedua yang dikhususkan untuk bagian yang sejajar atau dibawah jabatan kepala perpustakaan seperti guru-guru dan staff sekolah di SMA Pasundan 3 Bandung. Adapun kisi-kisi untuk ujicoba instrumen dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Variabel X Format 1

Variabel X

Sub

Variabel X Indikator Penilaian No Item

(26)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Variabel X Format 2

Variabel X

Sub

Variabel X Indikator Penilaian No Item

Jumlah

Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Variabel Y

(27)

Minat -34, 35, -36, -37, 38, 39, -40

Setelah penyusunan instrumen maka dilakukan pengujian konstrak (expert judgement), sesuai dengan judul penelitian ini maka pengujian dilakukan oleh

Kepala Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Pengujian ini dilakukan sebelum dilakukannya uji validitas untuk memastikan bahwa pernyataan tersebut telah absah digunakan.

G. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum penelitian menggunakan tes, hendaknya peneliti mengukur terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliable maka perlu dilakukan pengujian validitas dan reabilitas instrumen. Angket yang diujicobakan dalam penelitian ini terdiri dari angket untuk mengukur variabel koordinasi dan angket untuk mengukur variabel bimbingan pemustaka. Jumlah dari keseluruhan uji coba instrument ini sebanyak 45 orang responden.

1. Uji Validitas

Uji validitas berkaitan dengan ketepatan atau kesesuaian alat ukur terhadap konsep yang diukur, shingga alat ukur benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam menguji validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0, dengan memakai rumus korelasi product moment:

Keterangan :

r = Koefesien korelasi product moment antara X dan Y x = Variabel bebas

y = Variabel terikat

(28)

Berdasarkan perhitungan menggunakan program SPSS 16.0, maka diperoleh perhitungan Validitas sebagai berikut:

a. Koordinasi (Variabel X)

Tabel 3.6

Validitas Item Variabel X

(29)

Indikator Aspek Penilaian Pernyataan R

Sumber: hasil perhitungan reliabilitas dari program SPSS 16.0

Tabel 3.6 menunjukan bahwa nilai rhitung lebih besar dari rtabel dengan tingkat

kepercayaan 90% dari tabel uji r maka soal valid. Nilai rtabel adalah 0,294

(30)

b. Bimbingan Pemustaka (Variabel Y)

Tabel 3.7

Validitas Item Variabel Y

Indikator Aspek Penilaian Pernyataan R Hitung R Tabel Hasil

(31)

Indikator Aspek Penilaian Pernyataan R Hitung R Tabel Hasil

30 0,296 0,294 Valid

31 0.460 0,294 Valid

32 0,311 0,294 Valid

33 0,372 0,294 Valid

Minat

34 0,371 0,294 Valid

35 0,259 0,294 Tdk Valid

36 0,286 0,294 Tdk Valid

37 0,363 0,294 Valid

38 0,375 0,294 Valid

39 0.500 0,294 Valid

40 0,312 0,294 Valid

Sumber: hasil perhitungan reliabilitas dari program SPSS 16.0

Tabel 3.7 menunjukan bahwa apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel dengan

tingkat kepercayaan 90% dari tabel uji r maka soal valid. Nilai rtabel adalah

0,220 dari n=45. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setelah diuji cobakan kepada 45 orang, maka item pernyataan yang berjumlah 40

soal yang telah dibuat oleh peneliti terdapat 7 soal yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 4, 12, 18, 21, 25, 35, 36. Pernyataan yang tidak valid

tersebut akan dibuang karena terdapat pengganti dari pernyataan tersebut.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas merupakan alat yang mengukur sejauhmana tingkat

kekonsistenan pengukuran dari suatu responden yang lain atau dengan kata lain sejauhmana pernyataan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pernyataan tersebut. Untuk menguji reliabilitas peneliti menggunakan SPSS 16.0 dengan memakai rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2010: 240):

(32)

K = Jumlah instrumen pertanyaan

∑ = Jumlah Variansi dari tiap instrumen = Varians dari keseluruhan instrumen

Sedangkan untuk koefisien reliabilitas yang dihasilkan variabel X dan Y digambarkan dengan menggunakan pedoman kriteria dari Sugiyono (2013: 257) di bawah ini.

Tabel 3.8

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

± 0,00 - ± 0,199 Sangat rendah

± 0,20 - ± 0,399 Rendah

± 0,40 - ± 0,599 Sedang

± 0,60 - ± 0,799 Kuat

± 0,80 - ± 0,999 Sangat kuat

Berdasarkan perhitungan uji reabilitas menggunakan program SPSS 16.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Koordinasi (Variabel X)

Tabel. 3.9

Reliabilitas Variabel X

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.915 37

(33)

Nilai rtabeldari n=45 pada α=5% adalah 0,294 dengan jumlah pernyataan

angket 45 pernyataan. Berdasarkan hasil pengujian dengan program SPSS 16.0 diketahui bahwa nilai koefisien alpha sebesar 0,915 dan nilai Rtabel 0,294.

Dengan demikian 0,915 > 0,294, sesuai dengan ketentuan bahwa apabila Rhitung > Rtabel, maka instrumen yang digunakan dinyatakan reliabel sangat

kuat. Dari tabel perhitungan uji reliabilitas angket dapat disimpulkan bahwa angket variabel X yang telah disusun oleh peneliti, reliabel artinya apabila

angket tersebut digunakan lagi maka tingkat kekonsistenan dalam menjawab soal tersebut tersebut sangat kuat dan dapat dipergunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpulan data.

b. Bimbingan Pemustaka (Variabel Y)

Tabel 3.10

Reliabilitas Variabel Y

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.842 33

Sumber: hasil perhitungan reliabilitas dari program SPSS 16.0

Nilai rtabel dari n=45 pada α=5% adalah 0,220 dengan jumlah pernyataan

angket 40 pernyataan. Berdasarkan hasil pengujian dengan program SPSS 16.0 diketahui bahwa nilai koefisien alpha sebesar 0,843 dan nilai Rtabel 0,220.

Dengan demikian 0,842 > 0,220, sesuai dengan ketentuan bahwa apabila Rhitung > Rtabel, maka instrumen yang digunakan dinyatakan reliabel dan sangat

(34)

soal tersebut tersebut sangat kuat dan dapat dipergunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpulan data.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan upaya peneliti untuk mencari data empirik yang kelak akan diolah dan menjadi jaaban dari suatu penelitian. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan studi kepustakaan.

1. Kuesioner atau Angket

Kuesioner atau Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket kepada responden, data yang diperoleh didapat dari respon yang diberikan dari masing-masing responden. Untuk kuesioner sendiri alat yang biasa digunakan dalam pengumpuan seperti pertanyaan isian, checklist, atau skala. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan kuesioner atau angket karena melihat jumlah responden yang cukup banyak mengakibatkan penggunaan teknik ini dengan begitu peneliti dapat mengefisienkan waktu, data, serta tenaga.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan data dengan mencari atau melihat sumber-sumber rujukan teori yang telah ada. Peneliti bermaksud menggunakan studi kepustakaan guna membantu mengurangi kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam menghimpun informasi yang relevan dengan membandingkan keadaan yang diharapkan dengan kenyataan yang ada juga melihat penelitian yang sejenis. Melihat jumlah respon yang cukup banyak

serta kelengkapan data yang akan diambil maka peneliti akan mengumpulkan data dengan menggunakan teknik Observasi, kuesioner dan studi kepustakaan.

(35)

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan cara statistik maka sebelum melangkah pada analisis data harus ditentukan terlebih dahulu teknik statistik yang akan digunakan. Menurut Sugiyono (2008:147) Dalam penelitian ada beberapa macam teknik dalam penggunaan statistik yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Berkaitan dengan penelitian kali ini, peneliti menggunakan statistik deskriptif karena melihat teknik pengambilan sampel yang

digunakan, maka menurut cara pengambilan data tersebut statistik deskriptif yang

cocok digunakan dalam penelitian ini. Sugiyono (2013: 207), “Statistik deskriptif,

merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi”. Analisis data terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Prosedur Pengolahan Data

Proses analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Setelah memperoleh data dari hasil penyebaran angket, langkah selanjutnya dalam prosedur pengolahan data menurut Bungin (2011: 174) “...pengolahan data terbagi menjadi tiga, yaitu editing, coding, dan tabulating”. Penjelasan lebih lengkapnya, yaitu sebagai berikut.

a. Editing

Kegiatan yang dilakukan setelah peneliti selesai menghimpun dan mengolah data di lapangan. Kegiatan tersebut berkaitan dengan memeriksa kelengkapan angket secara menyeluruh.

b. Coding

Pemberian skor untuk setiap pilihan dari setiap item angket berdasarkan ketentuan yang ada, yaitu dengan menggunakan skala Likert.

c. Tabulating

(36)

Setelah menyelesaikan proses pengolahan data maka selanjutnya dilakukan analisis data.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yaitu dengan menguji hipotesisnya. Sebelum menguji hipotesis peneliti terlebih dahulu mendeskripsikan hasil data yang telah terkumpul dari masing variabel. Sesuai dengan rumusan masalah, peneliti membagi ke dalam dua cara statistik, yaitu untuk rumusan masalah khusus 1 dan 2 menggunakan statistik deskriptif, yaitu data yang telah terkumpul dideskripsikan atau digambarkan tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. sedangkan untuk rumusan masalah khusus 3 menggunakan statistik inferensial, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan kepada populasi untuk dibuat kesimpulan. Menurut sugiyono (2011: 147) bahwa “Bila peneliti dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik

deskriptif maupun inferensial”. Tujuan dari analisis data sendiri, yaitu untuk menyederhanakan seluruh data yang telah terkumpul kemudian disajikan ke dalam susunan yang sistematis, untuk memudahkan pengolahan serta penafsiran data yang sebelumnya telah terkumpul. Dalam kegiatan analisis data, peneliti melakukan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis yang telah disusun. Berikut adalah teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis untuk

(37)

apa yang yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu parametrik atau non parametric. (Sugiyono,2012: 79) menyatakan bahwa “Sebelum peneliti menggunakan teknik statistik parametris, maka kenormalan data harus diuji terlebih dahulu. Bila data tidak normal, maka statistik parametris tidak dapat

digunakan, untuk itu digunakan statistik nonparametris”. Pengujian normalitas dapat menggunakan uji Kolmogorov Smirnova dengan bantuan

SPSS 16.0. Hasil pengujian ini dikatakan normal apabila bilangan signifikansi pada kolom > taraf signifikansi α, pada uji normalitas ini nilai α

= 0,05 sedangkan untuk taraf yang tidak normal bisa dikatakan sebaliknya.

b. Analisis Perindikator

Analisis data deskripsif perindikator ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah khusus satu dan dua karena hanya menggambarkan keadaan kedua variabel X dan Y , selain itu digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden dengan mengukur nilai dari setiap aspek penilaian. Adapun Langkah-langkah dalam perhitungannya yang digunakan dalam anlisis data deskriptif perindikator yaitu, sebagai berikut.

 Untuk mencari persentase rata-rata setiap skor pernyataan dari masing-masing indikator maka menggunakan (Bungin, 2005: 172), sebagai berikut.

Keterangan:

P = Presentase

f = Frekuensi

n = Jumlah Responden

Setelah persentase rata-rata setiap skor pernyataan dari masing-masing indikator didapat, maka tahap selanjutnya mencari kriteria dari

(38)

masing variabel dengan mengguakan rating scale untuk kemudian dinilai dan dianalisis. Berikut langkah pengerjaannya.

Langkah 1. Jumlah Skor Item minimum = jumlah indikator x skor

minimum yang ditetapkan x jumlah responden

Langkah 2. Kemudian Jumlah Skor Item Maksimum = jumlah

indikator x skor maksimum yang ditetapkan x jumlah responden hasil skor ini dianggap sebagai skor ideal.

Langkah 3. Interval = Jumlah Skor Maksimum – Jumlah Skor item minimum

Langkah 4. Jarak Interval = Interval : Jenjang

Langkah 5. Untuk memudahkan penilaian hasil skor, maka

digunakan skala penilaian (Sugiyono, 2012: 183) sebagai berikut:

STS TS R S SS

Skor Skor Skor Skor Skor Skor jumlah ∑Skor

Langkah 6. Dan dilanjutkan dengan menggunakan rumus persentase untuk mencari tingkatankriteria presentase (skor yang diperoleh : jumlah skor ideal) x 100% = tingkat presentase

Langkah 7. Untuk memudahkan dalam menganalisis data yang diperoleh dari penyebaran angket untuk di interpretasikan dengan kriteri yang dikemukakan Nugraha (Kartasasmita, 2005: 107) yaitu:

Tabel 3.11

Kriteria Tingkat Persentase

Persentase Kategori

(39)

80% - 89% Tinggi

70% - 79% Cukup Tinggi

60% - 69% Sedang

50% - 59% Rendah

49% kebawah Sangat Rendah

c. Uji Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat diskriptif atau berdasarkan pengaruh serta jenis data yang diperoleh berbentuk interval. Cara menguji hipotesisnya dalam pnelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari hubungan kedua variabel yang pada akhirnya akan diambil kesimpulan penerimaan atau penolakan dari pada hipotesis yang telah dirumuskan. Sesuai dengan teknik analisis data yang telah diuraikan berikut .

1. Hipotesis Khusus 3

Hipotesis akan dijawab dengan menggunakan rumus perhitungan korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS 16.0 karena data tersebut bersifat parametrik. Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui “Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat“ (Wijaya, 2009:91). Perhitungan selanjutnya dengan menghitung signifikansi dari kedua variabel setelah itu untuk mengukur kuatnya pengaruh antara variabel X terhadap Y maka peneliti menggunakan Koefesien determinasi untuk mengkatogorikan kuatnya pengaruh antara kedua variabel tersebut. Berikut rumus yang digunakan yaitu,

(40)

setelah didapat hasll dari koefesien korelasi maka data tersebut di interpretasikan kedalam pedoman koefesien koreasi untuk melihat kuatnya hubungan antara kedua variabel.

Tahap selanjutnya melakukan pengujian signifikansi hubungan, agar mampu digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. Rumus uji

signifikansi korelasi product moment (dalam Sugiyono, 2008: 184) yaitu sebagai berikut:

Keterangan: t = signifikansi

r = Koefesien korelasi n = nilai

Langkah terakhir untuk menghitung kuatnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y maka digunkan rumus penghitungan Koefesien determinasi (KD), berikut rumus yang digunakan dalam pnelitian ini.

Hasil pegujian koefesien determinasi dimasukan kedalam pedoman koefesien determinasi (tingkat pengaruh) menurut pedoman Sugiyono (2008: 127) yaitu,

Tabel 3.12

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefesien

Determinasi

Persentase Kategori

0 % - 4% Pengaruh rendah atau lemah sekali

5% - 16% Pengaruh rendah tapi pasti

t =

(41)

17% - 48% Pengaruh cukup kuat

49% - 81% Pengaruh tinggi

82% - 100% Pengaruh sangat tinggi/kuat

(42)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan rumusan masalah umum bahwa perolehan data dari penelititan mengenai efektivitas koordinasi kepala perpustakaan dalam pelaksanaan program bimbingan pemustaka pada SMA Pasundan 3 Bandung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat dampak yang cukup signifikan dari efektifnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala perpustkaan dalam

menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan pemustaka pada SMA Pasundan 3 Bandung. Hal ini ditunjukan dari data yang sebelumnya diperoleh dari temuan fakta dilapangan bahwa terdapat hubungan antara koordinasi dan bimbingan pemustaka yang hasilnya berdampak pada keberhasilan dalam pelaksanaan program. Apabila diinterpensikan ke dalam pedoman koefisien determinasi termasuk kedalam penaruh yang cukup kuat, data tersebut

memperkuat dengan adanya pernyataan bahwa variabel koordinasi mempengaruhi variabel bimbingan pemustaka dengan persentase sebesar 28,94%.

2. Simpulan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah khusus penelitian maka diperolehan data, secara khusus yang disimpulkan menjadi tiga hasil data yang diperoleh dari perhitungan yaitu;

(43)

kepemimpinan, efektif dilakukan dengan besar tingkat persentasi sebesar 72,35%.

b. Sedangkan untuk keberhasilan dalam pelaksanaan program bimbingan pemustaka yang dinilai dari tingkat kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMA Pasundan 3 Bandung dengan persentase sebesar 79,61%. Dari aspek yang diuji meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, nilai

dan minat. Data persentase dari tersebut mengartikan bahwa pelaksanaan program bimbingan pemustaka dikatakan sudah cukup berhasil dilakukan.

c. Dari hasil perhitungan yang telah diinterpretasikan kedalam pedoman koefesien determinasi maka dapat diketahui bahwa hasil persentase yang menunjukan 28,94%, yang artinya efektifnya koordinasi yang diakukan kepala perpustakaan akan berdampak kepada keberhasilan program-program perpustakaan khususnya program-program bimbingan pemustaka, dengan demikian efektivitas koordinasi perpustakaan secara sidgnifikan berdampak terhadap keberhasilan pelaksanaan program bimbingan pemustaka

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, bahwa efektivitas koordinasi kepala perpustakaan berdampak terhadap keberhasila pelaksanaan progam bimbingan pemustaka. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran untuk waktu yang akan datang sebagai berikut:

1. Kepala sekolah, Guru dan Staff

Koordinasi merupakan sebuah alat penggerak suatu fungsi manajemen. Dengan koordinasi diharapkan semua pelaksanaan kegiatan program-program yang direncanakan akan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin

(44)

lainnya lebih aktif lagi dalam membantu kepala perustakaan untuk mengkoordinasikan program-program kerja perpustakaan. Selain itu sebaiknya apabila perencanaan program didiskusikan terlebih dahulu oleh semua bagian-bagian sebelum dilaksanakan agar semua mengerti maksud dan tujuan program tersebut, Karena itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan program perpustakaan. Oleh sebab itu sebaiknya koordinasi maupun konsultasi

dalam pelaksanaan setiap program perpustakaan dilakukan dengan lebih efektif, Karena dengan koordinasi yang efektif akan mempermudah proses pelaksanaan

program menjadi lebih berhasil khususnya pada program bimbingan pemustaka.

2. Pengelola Perpustakaan

Diharapkan untuk ke depannya seorang penelola perpustakaan sekolah mampu melakukan kegiatan belajar mengajar kepada siswa mengenai tata cara pemanfaatan bahan koleksi di perpustakan yang biasa disebut dengan bimbingan pemustaka, dengan cara tersebut akan membantu proses pengenalan dan pemahaman pentingnya memanfaatkan perpustakaan dengan optimal sekaligus menjadikan ajang promosi kepada para siswa untuk menumbuhkan minat berkunjung dalam rangka memanfaatkan koleksi perpustakaan. disamping hal tersebut faktor yang paling utama dalam membantu kegiatan tersebut yaitu dengan adanya koordinasi yang baik antara pimpian sekolah, guru-guru hingga para staff sekolah dengan pengelola perpustakaan. Koordinasi merupakan alat penting yaga digunakan untuk menggerakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan manajerial, koordinasi yang baik disini adalah yaitu koordnasi yang efektif dalam pelaksanaannya. Diharapkan dengan adanya koordinasi dapat membantu proses pelaksanaan program-program perpustakaan khususnya program bimbingan

(45)

fasilitas yang ada di perpustakaan SMA Pasundan 3 Bandung serta semua hal yang berkaitan dengan dunia kepustakaan.

3. Kepada Peneliti

Berdasarkan data yang didapat dari hasil temuan penelitian ini, menyatakan bahwa koordinasi kepala perpustakaan cukup efektif dilakukan,

(46)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

Buku Materi

Arikunto, Suharsimi. (2010. Prosedur Penelitian: Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bafadal, Ibrahim. (2005). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah.Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, M. Burhan. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Hs, Lasa. (2007). Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta : Pinus Book Publisher.

Hs, Lasa. (2008). Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta:Gama Media.

Hs, Lasa. (2009). Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Martono, Nanang. ( 2011). Metode Penelitian Kuantitatif (analisis isi dan analisis data sekunder). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Moekijat. (1994). Koordinasi (suatu tinjauan teoritis). Bandung: Mandar Maju.

Noor, Juliansyah. (2013). Metodologi Penelitian (skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

NS, Sutarno. (2006). Manajemen Perpustakaan (suatu pendekatan praktik). Jakarta: Sagung Seto.

NS, Sutarno. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.

Prastowo, Andi. (2012). Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional. Yogyakarta: DIVA Press.

Prawirosentono, Suyadi. (1999). Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE

Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psiklogi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan dan Akdon. (2010). Rumusan dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta.

(47)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

Universitas Terbuka.

Sanjaya, Wina. (2011). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Replika Aditama

Sinaga, Dian. (1997). Ilmu Perpustakaan dan Profesi Pustakawan. Bandung: Binacipta.

Sinaga, Dian. (2009). Mengelola Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bejana.

Stoner, James A. F. and Charles Wankel. (1986). Management. New Jersey: Englewood Cliffs.

Sudarsono, FX. (1988). Analisis Data 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (research and

development). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumantri, MT. (2002). Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.Bandung : PT. Remadya Rosdakarya.

Susetyo, Budi. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Reflika Aditama.

Suwarno, Wiji. (2009). Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.

(48)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

Umar, Husein. (2008). Desain Penelitian MSDM (manajemen sumber daya manusia) dan

Perilaku Karyawan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. (2008). Himpunan Perundang- Undangan Republik Indonesia Tentang Sistem pendidikan Indonesia. Bandung:

Nuansa Aulia.

Usman, Husaini. (2013). Manajemen (teori, praktik, dan riset pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara

Wahmuji. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya, Tony. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) . Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran (filosofi, teori dan aplikasi). Bandung: Pakar Raya.

Yusuf, Pawit M dan Yaya Suhendar. (2007). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana.

Skripsi

Kartasasmita, Komariah. (2005). Kontribusi fasilitas Perpustakaan dan Kinerja Pustakawan

terhadap kepuasan Pengguna di Universitas Pasundan. Tesis FIP UPI: Tidak Diterbitkan.

Putri, Priyanka Permata. (2013). Hubungan Antara Pemanfaatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah dengan Minat Belajar Siswa. Skripsi S1 Pada FIP UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Ramadhani, Susani Moh Shahreza. (2014). Hubungan Antara Penyelenggaraan

Perpustakaan Sekolah Dengan Minat Baca Siswa Pada Sekolah Menengah Atas.

(49)

Bella Muhammad Anugrah, 2014

Warna dan Ukuran. Skripsi S1 Pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Penelitian Terdahulu

Tawatuan, Serly Rosali. (2013). Koordinasi Camat Secara Vertikal Dalam Menunjang Keberhasilan Pembangunan Di Wilayah Kecamatan Nanusa Kabupaten Talaud.

Jurnal Vol 2, No 1 (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/2812).

Tidore, Irnawati. (2013). Koordinasi Camat Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Tobelo Utara Kecamatan Halmahera Utara. Jurnal Vol. 2, No. 3

(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/2583/2115).

Yandiana, Benni. (2013). Pengaruh Pelaksanaan Fungsi Koordinasi Camat Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Program Kerja UPTD Dalam Rangka Peningkatan

Partisipasi Lembaga Kemasyarakatan Desa Dan Peningkatan Partisipasi Partai

Politik Dalam Pembangunan Desa Di Kabupaten Garut. Jurnal Ilmu Sosial Vol. 01,

No. 01: Insan Akademika Publication.

Website

Trimiyati. (2012). PENDIDIKAN PEMAKAI PERPUSTAKAANBBPPKS YOGYAKARTA. Artikel. http://bbppksjogja.depsos.go.id (diakses 13 April, 2014).

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Skala Penilaian Jawaban Angket
Tabel 3.6 Validitas Item Variabel X
Hasil Tabel 0,294 Tdk
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa strategi pembelajaran Service Learning berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi

 Dalam hal terdapat lebih dari satu partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara DPRD Kab/Kota ditentukan secara musyawarah

• Pada awalnya studi mengenai perkembangan ini bermula dari Baby Biographies , yaitu jurnal yang mencatat perkembangan awal seorang anak1. Jurnal tersebut diterbitkan pada

panalungtikan nyaéta video drama jeung naskah transkripsi drama Juragan Hajat.. karya

Jenis kelamin, ras, kelas sosial dan keimanan menciptakan interaksi yang kompleks yang berkontribusi dalam proses penuaan setiap individu (Tyson, 1999). Berdasarkan

and student naturally interact in the learning process, especially in the feedback episodes.. To achieve the purposes, the interactions in the conversation classes

Selain krisis politik yang disebabkan karena konflik antar negara-negara yang ada di Timur Tengah, konflik juga terjadi dalam internal mereka antara pemerintah

4 Saya akan melakukan pembelian ulang terhadap kalkulator merek karce sebab karce memiliki track record yang baik..