PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN FEEDING RATE DAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
FANY NUR HIDAYAH NINGSIH 160302017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN FEEDING RATE DAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
FANY NUR HIDAYAH NINGSIH 160302017
Skripsi Sebagai Salah Satu diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fany Nur Hidayah Ningsih NIM : 160302017
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan dengan Feeding Rate dan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, Desember 2020
Fany Nur Hidayah Ningsih NIM. 160302017
ABSTRAK
FANY NUR HIDAYAH NINGSIH. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Feeding Rate dan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Dibimbing oleh Ir. SYAMMAUN USMAN, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein dan feeding rate yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu kadar protein dan feeding rate. Interaksi yang disusun ialah P1F1 (kadar protein 39% dengan feeding rate 3%), P1F2 (kadar protein 39%
dengan feeding rate 4%), P1F3 (kadar protein 39% dengan feeding rate 5%), P2F1 (kadar protein 31% dengan feeding rate 3%), P2F2 (kadar protein 31% dengan feeding rate 4%), P2F3 (kadar protein 31% dengan feeding rate 5%), P3F1 (kadar protein 26% dengan feeding rate 3%), P3F2 (kadar protein 26% dengan feeding rate 4%), P3F3 (kadar protein 26% dengan feeding rate 5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar protein yang tinggi (39%) dengan feeding rate 3% dari biomassa ikan menghasilkan pertumbuhan yang cenderung lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan kadar protein 31% dan 26%, sedangkan feeding rate 3%
memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi (p<0,05) jika dibandingkan dengan feeding rate 4% dan 5%. Kadar protein dan feeding rate yang berbeda menghasilkan pertambahan panjang dan peningkatan bobot dengan range yang mendekati sama dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) (p<0,05).
Kata kunci : Ikan nila, kadar protein, feeding rate, kelangsungan hidup.
ABSTRACT
FANY NUR HIDAYAH NINGSIH. Effect of Feeding with Feeding Rate and Different Protein Levels on Growth and Survival of Tilapia (Oreochromis niloticus).
Supervised by Ir. SYAMMAUN USMAN, M.Si.
The purpose of this study was to determine the effect of feeding with different protein levels and feeding rates on the growth and survival of tilapia (Oreochromis niloticus). This study used an experimental method with a factorial randomized block design (RBD) consisting of 2 treatment factors, namely protein content and feeding rate. The interactions arranged were P1F1 (39% protein content with a feeding rate of 3%), P1F2 (39% protein content with a 4% feeding rate), P1F3 (39% protein content with a feeding rate of 5%), P2F1. (31% protein content with 3% feeding rate), P2F2 (31% protein content with 4% feeding rate), P2F3 (31%
protein content with 5% feeding rate), P3F1 (26% protein content with feeding rate 3) %), P3F2 (26% protein content with a feeding rate of 4%), P3F3 (26% protein content with a 5% feeding rate). The results of this study indicated that high protein content (39%) with a feeding rate of 3% of fish biomass resulted in higher growth (p
<0.05) compared to protein content of 31% and 26%, while feeding The 3% rate gave higher growth (p <0.05) when compared to the 4% and 5% feeding rates.
Protein content and different feeding rates resulted in length gain and weight gain with a nearly the same range and survival rate for tilapia (Oreochromis niloticus) (p <0.05).
Key words: Tilapia, protein content, feeding rate, survival.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Medan pada tanggal 03 Juni 1998 dari Bapak Poniman dan Ibu Salamah. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK dan SDS Pembangun Didikan Islam Medan pada tahun 2010. Penulis meneruskan pendidikan menengah pertama tahun 2013 di MTs Negeri 2 Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di MAN 2 Model Medan dengan jurusan IPA pada tahun 2016.
Penulis melanjutkan Pendidikan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2016. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Teluk Nibung, Tanjung Balai pada bulan Juli – Agustus 2019. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Ikan Kota Binjai pada tanggal 16 Januari – 05 Februari 2020.
Selain mengikuti perkuliahan penulis juga aktif menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) tahun 2016-2020 dan aktif sebagai asisten di beberapa praktikum yaitu asisten praktikum Ikhtiologi pada tahun 2017-2019, asisten praktikum Dasar Oseanografi pada tahun 2017-2020, asisten praktikum Fisiologi Hewan Air pada tahun 2017-2018, dan asisten Biologi Perikanan pada tahun 2018. Penulis juga pernah mengikuti Ekspedisi Negeri Sejuta
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Pakan dengan Feeding Rate dan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Ungkapan terima kasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada ayahanda Poniman dan ibunda Salamah dan keempat abang saya atas kasih sayang, dukungan, doa, dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar S.Pi., M.Si selaku sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
3. Bapak Ir. Syammaun Usman, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan Bapak Rizky Febriansyah, S.Pi., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan ilmu yang berharga bagi
4. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Sumatera Utara, dan staf tata usaha Bapak Fikri.
5. Sahabatku tercinta Atikah Hasanah dan Desi Ariyani yang selalu memberikan semangat dan selalu ada untuk penulis saat kapanpun.
6. Teman-temanku M. Hafizh Farhan, Fathurrahman Ash Shadiq dan Vilia Oktavia Marbun yang telah membantu penulis sejak awal hingga mendapatkan gelar sarjana ini.
7. Maulida Pratiwi yang selalu memberikan semangat, dukungan dan menjadi teman sharing sejak awal penyusunan skripsi hingga mendapatkan gelar sarjana ini.
8. Fauzi Septian Wijaya yang selalu memberikan semangat dan memberikan bantuan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
9. Vera Melinda Silaban, Ikhsan Fiqri Parinduri dan Bayu Samudra yang sudah bersedia menemani dan mengantar penulis ketempat tujuan selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
10. Para pejuang transkrip Maulida Pratiwi, Nurul Awaliyah dan Yuliyanti Lorenza yang telah sama-sama berjuang untuk menyelesaikan transkrip nilai dan seluruh pemberkasan menuju sidang sehingga sidang skripsi ini dapat terlaksana.
11. Teman-teman MSP 2016 yang sama sama berjuang mendapatkan gelar sarjana ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Desember 2020
Fany Nur Hidayah Ningsih
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 3
Kerangka Pemikiran ... 3
Tujuan Penelitian ... 5
Hipotesis ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 6
Feeding Rate ... 7
Makan dan Kebiasaan Makan Ikan ... 8
Pakan Ikan ... 9
Kebutuhan Nutrisi Ikan ... 12
Feed Convertion Ratio (FCR) ... 14
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 15
Laju Pertumbuhan Spesifik (specific growth rate/SGR) ... 16
Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 17
Parameter Kualitas Air ... 18
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
Alat dan Bahan Penelitian ... 22
Rancangan Percobaan ... 23
Prosedur Penelitian ... 24
Menyiapkan wadah penelitian ... 24
Menyiapkan air media ... 24
Menyiapkan ikan uji ... 25
Menyiapkan pakan uji ... 25
Memelihara ikan uji ... 25
Mengambil ikan uji ... 26
Pengamatan Hasil ... 26
Peningkatan bobot ... 26
Pertambahan panjang ... 27
Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate/sgr) ... 27
Feed convertion ratio (FCR) ... 27
Kelangsungan hidup ikan ... 28
Pengukuran kualitas air ... 28
Analisa Data ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 29
Peningkatan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 29
Pertambahan panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 34
Laju pertumbuhan spesifik ikan nila ... 39
Kelangsungan hidup ikan nila ... 43
Feed Convertion Ratio (FCR) ... 49
Kualitas Air ... 53
Pembahasan ... 55
Peningkatan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 55
Pertambahan panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 57
Laju pertumbuhan spesifik ikan nila ... 60
Kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 61
Feed convertion ratio (FCR) ... 63
Kualitas Air ... 64
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67
Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian ... 4
Gambar 2. Ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 6
Gambar 3. Diagram peningkatan bobot ikan nila pada tiap perlakuan ... 30
Gambar 4. Grafik laju peningkatan bobot ikan nila selama 61 hari ... 31
Gambar 5. Diagram pertambahan panjang ikan nila pada tiap perlakuan ... 35
Gambar 6. Grafik laju pertambahan panjang ikan nila selama 61 hari ... 36
Gambar 7. Diagram laju pertumbuhan spesifik ikan nila secara keseluruhan 40 Gambar 8. Diagram laju pertumbuhan spesifik ikan nila per 10 hari ... 41
Gambar 9. Diagram tingkat kelangsungan hidup ikan nila pada tiap perlakuan ... 44
Gambar 10. Grafik tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama 61 hari ... 45
Gambar 11. Diagram feed convertion ratio (FCR) ikan nila secara keseluruhan... 50
Gambar 12. Diagram feed convertion ratio (FCR) ikan nila per 10 hari ... 53
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kebutuhan asam amino esensial ikan nila ... 13
Tabel 2. Persyaratan media air untuk budidaya ikan nila ... 19
Tabel 3. Kombinasi perlakuan pada penelitian ... 23
Tabel 4. Kandungan nutrisi pada pakan uji (komersial) ... 25
Tabel 5. Bobot rata-rata ikan nila pada tiap perlakuan ... 29
Tabel 6. Analisis variansi terhadap bobot (g) ikan nila selama masa pemeliharan ... 31
Tabel 7. Mean dan standart error terhadap peningkatan bobot ikan nila ... 33
Tabel 8. Analisis variansi keseluruhan terhadap bobot ikan nila ... 34
Tabel 9. Panjang rata-rata ikan nila pada tiap perlakuan ... 34
Tabel 10. Analisis variansi terhadap panjang (cm) ikan nila ... 36
Tabel 11. Mean dan standart error terhadap pertambahan panjang ikan nila . 38
Tabel 12. Analisis variansi keseluruhan terhadap panjang (cm) ikan nila ... 39
Tabel 13. Data perhitungan laju pertumbuhan spesifik ikan nila... 39
Tabel 14. Mean dan standart error terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan nila ... 42
Tabel 15. Analisis variansi keseluruhan terhadap laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila ... 43
Tabel 16. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata ikan nila pada tiap perlakuan 43
Tabel 17. Analisis variansi terhadap tingkat kelangsungan hidup (%) ikan nila 45
Tabel 18. Mean dan standart error terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila... 47
Tabel 19. Analisis variansi keseluruhan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila ... 48
Tabel 20. Frekuensi kematian ikan nila selama penelitian ... 48 Tabel 21. Data feed convertion ratio (FCR) ikan nila pada tiap perlakuan ... 49 Tabel 22. Mean dan standart error terhadap feed convertion ratio (FCR)
ikan nila ... 51 Tabel 23. Analisis variansi keseluruhan terhadap feed convertion ratio (FCR)
ikan nila ... 52 Tabel 24. Data kualitas air selama penelitian... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Denah penempatan ember yang berisikan ikan
nila dengan masing-masing perlakuan ... 75
Lampiran 2. Data Bobot (g) rata-rata Ikan Nila ... 76
Lampiran 3. Hasil analisis variansi terhadap bobot ikan nila ... 77
Lampiran 4. Data panjang (cm) rata-rata ikan nila ... 79
Lampiran 5. Hasil analisis variansi terhadap panjang ikan nila ... 80
Lampiran 6. Laju pertumbuhan spesifik (SGR) ... 81
Lampiran 7. Data kelangsungan hidup ikan nila ... 82
Lampiran 8. Hasil analisis variansi terhadap kelangsungan hidup ... 83
Lampiran 9. Jumlah pemberian pakan ... 85
Lampiran 10. Feed convertion ratio (FCR) ... 94
Lampiran 11. Data pengukuran kualitas air ... 96
Lampiran 12. Dokumentasi ... 97
Lampiran 13. Hasil SPSS terhadap peningkatan bobot ikan nila... 102
Lampiran 14. Hasil SPSS terhadap pertambahan panjang ikan nila ... 103
Lampiran 15. Hasil SPSS terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan nila ... 104
Lampiran 16. Hasil SPSS terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila ... 105
Lampiran 17. Hasil SPSS terhadap feed convertion ratio (FCR) ikan nila ... 106
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai nile tilapia. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai dibudidayakan pada tahun 2000 SM. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jendral Perikanan, nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus (Mulyani, 2014).
Budidaya ikan nila saat ini sedang berkembang pesat dikarenakan teknologi budidaya yang mudah, modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta pemasarannya juga relatif mudah namun salah satu kendala dalam budidaya ikan nila adalah mahalnya biaya pakan. Pakan merupakan salah satu input budidaya yang sangat penting karena hampir 60% biaya produksi berasal dari pakan. Pakan yang diberikan dalam budidaya tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhan (Handajani, 2008).
Salah satu unsur penting yang terdapat pada pakan yaitu protein. Protein memiliki peranan dalam menunjang pertumbuhan ikan. Apabila pakan yang diberikan terlalu sedikit, maka pertumbuhan ikan menjadi lambat akibat persaingan antar ikan dalam memperoleh pakan. Jika pakan yang diberikan berlebih dapat mempengaruhi lingkungan hidup karena sisa pakan (NRC, 1977).
Ikan nila saat masih benih, pakannya berupa plankton dan lumut sedangkan jika sudah dewasa akan diberi makanan tambahan, seperti pelet dan daun talas. Untuk pemeliharaan ikan nila, diberikan pakan buatan (pelet) yang mengandung protein antara 20-25 %. Menurut penelitian sebelumnya, untuk
memacu pertumbuhan ikan nila, pakan yang diberikan hendaknya mengandung protein 25-35 % (Pujiastuti, 2015).
Feeding rate juga merupakan faktor yang sangat penting untuk
menentukan keberhasilan suatu kegiatan budidaya. Feeding rate ialah jumlah pakan yang diberikan setiap hari pada ikan dan dihitung berdasarkan biomassa (Savitri et al., 2015). Feeding rate pada ikan nila menurut Lasena et al. (2016) dengan ukuran 2 – 3 cm yaitu sebesar 4 - 6%. Nilai feeding rate yang tinggi dan tidak sebanding dengan pertumbuhan ikan nila disebabkan oleh rendahnya kemampuan daya cerna pakan oleh ikan dan kandungan protein dalam pakan.
Sesuai dari uraian di atas, bahwa ikan nila memiliki nilai ekonomis yang tinggi dipasaran. Upaya untuk memenuhi kebutuhan pasar ikan nila tersebut dapat dimulai dengan melakukan penelitian mengenai jenis pakan dengan perbedaan merek dagang sehingga diperoleh kandungan protein yang berbeda untuk mendapatkan pakan yang efektif dalam memacu pertumbuhan ikan nila.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
”Pengaruh Pemberian Pakan dengan Feeding Rate dan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)”.
Sumber protein yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 3 (tiga) perusahaan pakan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan kadar protein pada tiap jenis pakan. Kadar protein yang terdapat pada ketiga pakan tersebut ialah pakan A dengan kadar protein 39%, pakan B dengan kadar protein 31%, dan pakan C dengan kadar protein 26%. Untuk taraf feeding rate yang diberikan sebesar 3%, 4%, dan 5%. Sebagaimana dosis tersebut merupakan hasil terbaik
dari penelitian-penelitian terdahulu. Pada penelitian ini hasil yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila dengan feed convertion ratio (FCR) yang rendah sehingga meningkatkan harga jual, selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani ikan dan memberi kepuasan bagi konsumen.
Rumusan Masalah
Pada umumnya, para pembudidaya ikan nila menggunakan pakan berdasarkan ketersediaan dan jumlah yang dibutuhkan tanpa melihat merek dagangnya. Pertumbuhan pada ikan nila akan mengalami peningkatan apabila pakan yang dikonsumsi secara kuantitas dan kualitas terpenuhi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ikan nila, dilakukan pemberian pakan dengan 3 (tiga) merek dagang yang berbeda untuk mendapatkan perbedaan kadar protein, yaitu menggunakan pakan A, B, dan C. Dengan perbedaan kadar protein tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan kandungan protein pada pakan A, B, dan C memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila?
2. Adakah pakan dengan protein yang tinggi memberikan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila?
3. Adakah feeding rate yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada ikan nila?
Kerangka Pemikiran
Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Menurut kebiasaan tempat makan, Ikan nila termasuk floating feeder, yaitu pemakan di permukaan, namun terkadang bottom feeder yaitu pemakan di dasar perairan. Ikan nila termasuk ikan
yang bergerak aktif dan bergerak cepat ketika diberi pakan. Faktor penunjang keberhasilan budidaya ikan nila yaitu pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan.
Kebutuhan protein pada ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energi. Pakan dengan kandungan protein yang tinggi dan jumlah pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan optimum dan konversi pakan yang baik. Feeding rate merupakan persentase pakan yang diberikan setiap hari pada ikan yang dibudidayakan dan dihitung dari biomassa ikan. Oleh karena itu, pemberian pakan dengan feeding rate yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimum dan penggunaan pakan yang efisien.
Gambar 1. Kerangka pemikiran
Pakan komersil budidaya ikan nila Harga pakan relatif tinggi
Pakan A (Protein 39%) Pakan B (Protein 31%) Pakan C (Protein 26%)
FR 3%
FR 4%
FR 5%
Peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila
Kombinasi perlakuan jenis pakan dan FR terbaik
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian pakan A, B, dan C dengan kadar protein dan feeding rate yang berbeda terhadap pertambahan panjang ikan nila
(Oreochromis niloticus).
2. Mengetahui pengaruh pemberian pakan A, B, dan C dengan kadar protein dan feeding rate yang berbeda terhadap peningkatan bobot ikan nila
(Oreochromis niloticus).
3. Mengetahui pengaruh pemberian pakan A, B, dan C dengan kadar protein dan feeding rate yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan nila
(Oreochromis niloticus).
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga pemberian 3 (tiga) pakan dengan kadar protein yang berbeda akan mempengaruhi nilai feeding rate. Pakan dengan protein yang tinggi maka feeding rate rendah, dan jika pakan dengan protein yang rendah maka feeding rate tinggi untuk menyeimbangkan pertumbuhan dengan perlakuan yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan serta untuk mengetahui cara meningkatkan pertumbuhan ikan nila dengan pemberian 3 (tiga) pakan dengan kadar protein yang berbeda serta penerapan feeding rate yang tepat untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila berasal dari Sungai Nil, Mesir. Ikan nila berpotensi besar sebagai ikan budidaya terkait potensinya sebagai ikan yang toleran terhadap kondisi lingkungan, survive pada kerapatan tinggi, dan mengandung 65 % hingga 75 % protein dari biomassanya. Oreochromis niloticus merupakan nama ilmiah ikan nila yang resmi digunakan sekitar 30 tahun yang lalu (Arafat et al., 2015).
Gambar 2. Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Sumber : Dokumentasi pribadi
Menurut Pujiastuti (2015), ikan nila memiliki ciri-ciri yang menyerupai ikan mujair, namun secara sistematik atau taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Osteichtyes Ordo : Percomorphi Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar dan menonjol. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut. Ikan nila memiliki rupa yang mirip dengan ikan mujair, tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih tebal, ciri khas lain adalah garis-garis kearah vertikal disepanjang tubuh yang lebih jelas dibanding badan sirip ekor dan sirip punggung. Sebagian besar tubuh ikan ditutupi oleh lapisan kulit dermis yang memiliki sisik. Jumlah sisik pada gurat sisi sebanyak 34 buah (Ridho, 2015).
Habitat merupakan lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau hewan hidup dan berkembang biak. Ikan nila besifat eurihaline yang menyebabkan Ikan nila dapat hidup di dataran rendah yang berair tawar hingga perairan bersalinitas, sehingga pembudidayaannya sangat mudah. Ikan nila dapat hidup pula pada perairan yang dalam dan luas maupun dikolam yang sempit dan dangkal, Nila juga dapat hidup di perairan sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, sawah, tambak air payau, ataupun di dalam jaring terapung di laut. Termasuk di kolam beton dan kolam terpal. Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat (Pujiastuti, 2015).
Feeding Rate
Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan per hari yang ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan. Secara berkala, jumlah pakan harian ikan disesuaikan dengan penambahan bobot ikan dan perubahan populasi. Informasi bobot rata-rata dan populasi diperoleh dari kegiatan pemantauan ikan dengan cara sampling (Effendi, 2004).
Salah satu upaya untuk efisiensi pakan dalam budidaya ikan adalah dengan penerapan manajemen pemberian pakan yang baik. Tujuannya agar pakan yang diberikan pada ikan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pertumbuhan yang tinggi sehingga didapatkan laju pertumbuhan tinggi dan nilai ratio konversi pakan yang rendah, serta meminimalkan sisa pakan dan feses serta ekskresi hasil metabolik ke lingkungan budidaya (Bokau et al., 2014).
Dalam pemberian pakan ikan perlu memperhatikan beberapa aspek penting yaitu, penggunaan pakan yang berkualitas baik sesuai dengan kebutuhan ikan, menentukan berapa jumlah minimal pakan yang diberikan setiap hari (feeding rate) dan menentukan berapa kali minimal ikan yang dipelihara harus diberi pakan dalam sehari (feeding frekuensi). Aspek-aspek yang berkaitan dengan pemberian pakan ikan tersebut harus mempertimbangkan beberapa aspek budidaya terutama tingkah laku makan ikan (kebiasaan dan cara makan) dan kondisi optimal lingkungan hidupnya (Helpher, 1990).
Makan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Makanan sangat penting untuk pertumbuhan ikan karena makanan berfungsi dalam pertumbuhan sel organisme. Makanan adalah organisme,bahan, maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan organ tubuhnya.
Kebiasaan makan adalah tingkah laku ikan saat mengambil dan mencari makanan.
Prinsip yang kemudian dikembangkan adalah dengan mengidentifikasi pencernaan (makanan yang telah dimakan ikan) (Anhar, 2015).
Makanan alami ikan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di perairan. Keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanan dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan.
Ikan nila memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan tumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap. Oleh karena itu Ikan nila digolongkan ke dalam omnivora (pemakan segala) (Az Zahra, 2019).
Ikan nila saat masih benih, pakannya berupa plankton dan lumut sedangkan jika sudah dewasa akan diberi makanan tambahan seperti pelet. Untuk memelihara ikan nila, diberikan pakan pelet yang mengandung protein 20 – 26 - 28%. Menurut penelitian sebelumnya, nila yang diberikan pelet yang mengandung protein 26 - 28% akan tumbuh secara optimal. Untuk memacu pertumbuhan ikan nila, pakan yang diberikan hendaknya mengandung protein 25 – 39 - 41%
(Kordi, 2010).
Frekuensi pemberian pakan untuk benih berbeda (lebih sering) dengan ikan yang sudah dewasa. Hal ini disebabkan larva atau benih lebih banyak membutuhkan energi untuk pemeliharaan, perkembangan, serta penyempurnaan organ-organ di dalam tubuhnya (Affandi et al, 2005). Untuk ikan nila, frekuensi pemberian pakannya lebih sering karena ukuran lambungnya relatif lebih kecil seperti tabling lurus. Menurut Gwither dan Grove (1981), makin kecil kapasitas lambung maka makin cepat waktu pengosongan lambung sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering.
Pakan Ikan
Pakan ikan harus memiliki sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Karakteristik pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada ikan serta menetukan tingkat penerimaan pada para pembudidaya ikan. Syarat pakan yang berkualitas tinggi adalah yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, mudah dicerna oleh ikan dan tidak mengandung
zat-zat berbahaya bagi ikan. Di samping itu, pakan harus memiliki bentuk fisik yang tahan lama serta mampu bertahan selama proses penanganan dan pengangkutan (Yunaidi et al., 2019).
Salah satu bentuk pakan ikan yang paling banyak digunakan adalah pelet.
Pelet tersedia dalam mengandung berbagai macam bahan mentah yang dicampur untuk menghasilkan makanan seimbang. Pelet harus mengandung kualitas dan kuantitas yang tepat dalam berbagai kandungan gizi yakni protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Romansyah, 2015).
Pelet adalah bentuk pakan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil dengan ukuran tertentu. Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak berupa larutan. Pelet dikenal sebagai bentuk massa dari bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dengan cara menekan melalui lubang cetakan secara mekanis (Yunaidi et al., 2019).
Jenis pakan yang diberikan pada ikan nila yaitu pakan jenis pelet dengan kandungan protein sekitar 14 – 16 %. Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan. Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging. Nilai konversi pakan menunjukkan bahwa sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan oleh ikan peliharaan. Oksigen secara tidak langsung mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan (Amalia et al., 2018).
Pelet adalah pakan yang melaui mekanisme pabrik atau campur tangan manusia yang diolah sedemikian rupa. Adapun kebutuhan protein ikan nila untuk tumbuh optimal berkisar 28-35 %. Pelet berkode B memiliki keunggulan yaitu
menggunakan bahan baku yang berkualitas tinggi dan dipilih untuk tumbuh secara selektif, memiliki nutrisi yang tinggi dengan kandungan protein yang sesuai untuk pertumbuhan ikan. Mempunyai atractant yang kuat, merangsang nafsu makan ikan dan ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan sehingga mudah dicerna dengan baik, diformulasikan khusus untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan dan menghasilkan pertumbuhan yang maksimum, diproduksi di bawah pengawasan kontrol kualitas yang ketat untuk menjamin hasil produk yang terbaik (CP Pertiwi, 2017).
Pakan berkode A adalah pakan larva dan benih ikan kualitas terbaik.
Pakan ini dibuat dari bahan baku kualitas premium dengan nutrisi yang efektif untuk pertumbuhan ikan lebih cepat, diproses dengan teknologi terkini dengan pengawasan mutu yang ketat sehingga kualitas pakan lebih terjamin. Keunggulan pakan ikan A adalah memiliki komposisi bahan kualitas terbaik, menseragamkan ukuran ikan, memperpanjang umur ikan dan menjaga kualitas air (MS, 1988).
Pakan dengan kode C merupakan perusahaan pakan ternak yang menduduki peringkat kedua dalam penguasaan pangan pasar pakan ternak di Indonesia. Perusahaan selalu menjaga kualitas pakan ternak yang diproduksi. Baik buruknya kualitas dari pakan ternak ini hanya dilihat dari kandungan nutrisi pakan yang sesuai dengan spesifikasi tanpa adanya pengendalian kualitas secara statistik.
Salah satu produk dari perusahaan ini adalah pelet C yang merupakan pelet terapung pada ikan nila. Pelet ini dapat menaikkan berat ikan secara optimal dengan nilai FCR yang baik. Pelet ini dapat mengoptimalkan kelangsungan hidup pada ikan nila dengan limbah sisa pelet yang minimum (Comfeed, 2018).
Kebutuhan Nutrisi Ikan
Ikan membutuhkan energi untuk dapat tumbuh dan berkembang, dimana energi tersebut berasal dari nutrisi yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut Lovell (1989), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada ikan diantaranya adalah jumlah dan jenis asam amino esensial, kandungan protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan. Campuran yang seimbang dari bahan penyusun pakan serta kecernaan pakan merupakan dasar untuk penyusunan formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan pakan ikan.
Ikan nila akan memperlihatkan pertumbuhannya yang baik apabila diberi pakan dengan formulasi yang seimbang, dimana didalamnya terkandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan serat (Fitzsimmons, 1997).
Halver (1989) menyebutkan bahwa protein merupakan komponen organik terbesar pada jaringan tubuh ikan, karena sekitar 65-75% dari total bobot tubuh ikan terdiri dari protein. Protein digunakan untuk mempertahankan kondisi tubuh, memperbaiki jaringan tubuh yang rusak dan untuk pertumbuhan. Menurut Webster dan Lim (2002), kadar protein yang optimal dalam menunjang pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus berkisar antara 28% - 50%, nilai ini akan menjadi lebih rendah apabila pemeliharaan dilakukan di kolam dengan mempertimbangkan kehadiran pakan alami yang juga dapat memberikan kontribusi protein dalam jumlah tertentu. Hal ini disebabkan sifat ikan nila yang omnivor. Untuk pemeliharaan ikan nila yang ukurannya mencapai 50 gram per ekor perlu diberi pakan berupa pelet dengan kandungan protein antara 25 – 31%, agar dapat tumbuh dengan baik (Suyanto, 1998).
Kemampuan nila dalam mencerna pakan alami cukup tinggi seperti fitoplankton, zooplankton, detritus serta organisme bentik. Selain itu, melalui hasil analisa Schroeder (1983) dalam Lovell (1989) terhadap usus tilapia yang dipelihara pada kolam intensif, ditemukan bahwa 50% isi usus merupakan pakan alami. Sementara itu kebutuhan beberapa asam amino esensial bagi tubuh Ikan nila dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Asam Amino Esensial Ikan Nila
Asam Amino Esensial % Dalam Protein
Arginin 4,20
Histidin 1,72
Isoleusin 3,11
Leusin 3,39
Lisin 5,12
Methionin** 2,68
Penilalanin*** 3,75
Treonin* 3,75
Triptopan 1,00
Valin 2,80
Sumber : *) Santiago dan Lovell (1998) dalam Webter dan Lim (2002) **) ditambah Cystin, kebutuhan sebesar 3,21% dalam pakan
***) ditambah Tyrosin, kebutuhan sebesar 5,54% dalam pakan
Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan ikan berbeda menurut jenis dan ukurannya. Pada nutrisi ikan, protein merupakan komponen organik utama yang bahannya dari jaringan tubuh hewan, 65-75% protein berperan sebagai sumber energi dan sebagai zat pembangun dan pengatur untuk pertumbuhan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Halver (2002), bahwa protein berperan sebagai sumber berbagai zat yang menentukan pertumbuhan ikan. Berdasarkan penelitian dari Nioede et al. (2016) nilai komposisi nutrisi pakan yang diberikan diketahui bahwa tingginya pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila yang diberi perlakuan pakan A disebabkan oleh kandungan protein pada pakan tersebut yang lebih besar dibanding pakan lainnya.
Feed Convertion Ratio (FCR)
Feed convertion ratio adalah rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan daging ikan. Semakin kecil nilai FCR, maka menunjukkan indikasi baik dari pakan berkualitas tinggi. Pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari dengan dosis 3% dari bobot ikan mampu meingkatkan berat tubuh ikan nila secara optimal. Sesuai dengan hasil penelitian Popma dan Lovshin (1994), berat tubuh ikan meningkat secara optimal jika diberi pakan sebanyak 2,5 – 4% dari berat tubuh ikan (Salsabila dan Suprapto, 2018).
Jumlah dosis pakan yang dibutuhkan untuk ikan nila berkisar 3 – 7% dari berat biomassa, karena pemberian dosis pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan budidaya ikan nila. Menurut penelitian dari Nuraeni (2004), budidaya ikan nila membutuhkan pakan dengan kandungan protein 25 – 41%. Namun dari pakan yang diberikan hanya 26 - 28% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan sisanya terbuang sebagai limbah. Hal ini berdampak terhadap penurunan kualitas air sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu.
Untuk mencapai produksi semaksimal mungkin maka perlu diperhatikan tingkat pemberian pakan (feeding rate) yang tepat untuk pertumbuhan yang optimal.
Efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan. Hal ini sangat berguna untuk membandingkan nilai pakan yang mendukung pertambahan bobot. Efisiensi pakan berubah sejalan dengan tingkat pemberian pakan dan ukuran ikan. Efisiensi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan kualitas air (Amalia et al., 2018).
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Pertumbuhan merupakan proses utama dalam hidup ikan, selain reproduksi. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu, ukuran ini bisa dinyatakan dalam satuan panjang, bobot maupun volume.ikan tumbuh terus sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan bahwa ikan mempunyai sifat pertumbuhan tidak terbatas (Rahardjo et al., 2011).
Terdapat dua macam pertumbuhan yaitu petumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan bobot atau panjangikan pada saat umur tertentu, sedangkan pertumbuhan relatif adalah perbedaan antara ukuran pada akhir interval dengan ukuran pada awal interval dibagi dengan ukuran pada awal interval. Pertumbuhan merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu adalah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis.
Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energy dan asam amino (protein) berasal dari makanan (Effendie, 1997).
Ditinjau dari segi pertumbuhan, ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai bobot tubuh yang jauh lebih besar dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi. Menurut Khairuman dan Amri (2003), pertumbuhan ikan ini tergolong cepat karena pada umur 4-5 bulan sudah mencapai fase dewasa. Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suyanto (2010), bahwa ikan nila akan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan nila dewasa.
Pertumbuhan akan mengalami peningkatan dengan meningkatnya jumlah pemberian pakan. Tingkat pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan akan memberikan pertumbuhan yang optimum. Pertumbuhan sangat erat hubungannya dengan pakan karena pakan memberikan nutrisi dan energi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi apabila terdapat kelebihan energi setelah energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme standar, pencernaan, dan aktivitas (Pratiwi et al., 2011).
Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate/SGR)
Pertumbuhan menurut Mudjiman (1998) yang dikutip oleh Hermawan et al. (2012) didefenisikan sebagai perubahan ikan dalam berat ukuran maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor menurut Harper dan Pruginin (1981) dalam Utami (2001) yaitu hubungan dengan keadaan ikan itu sendiri seperti genetik dan keadaan fisiologis, kemudian lingkungan tempat hidup ikan, kualitas air seperti sifat fisika kimia air, suhu, sisa metabolisme, oksigen dan pakan. Maryam (2010) mengemukakan bahwa ikan memiliki batas tertentu (carrying capacity) dimana pertumbuhannya akan terhenti sama sekali. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain kualitas air, pakan dan ukuran ikan.
Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate) merupakan kecepatan pertumbuhan seiring pertambahan waktu (Rasidi, 2012). Laju pertumbuhan spesifik menjelaskan bahwa ikan mampu memanfaatkan nutrisi pakan untuk disimpan dalam tubuh dan mengkonversinya menjadi energi. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain umur, ukuran ikan dan kepadatan.
Masing-masing jenis ikan mempunyai nilai SGR tertentu yang tergantung pada kualitas air (Putri, 2014).
Pertumbuhan terjadi apabila ikan hidup pada lingkungan yang optimum serta kebutuhan makanan yang mencukupi. Kekurangan pakan akan memperlambat laju pertumbuhan ikan dan ruang gerak merupakan faktor luar yang mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik, dengan adanya ruang gerak yang cukup luas ikan dapat bergerak secara maksimal. Padat penebaran yang tinggi ikan mempunyai daya saing di dalam memanfaatkan makanan dan ruang gerak, sehingga akan mempengaruhi laju pertumbuhan ikan (Herawati et al., 2018).
Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Kelangsungan hidup merupakan peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu. Kelangsungan hidup ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air, serta perbandingan antara jumlah pakan dan padat tebar. Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diproleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan (Amalia et al., 2018).
Kelangsungan hidup yaitu persentase jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Padatnya populasi akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan sehingga ikan mengalami stress. Terganggunya proses fisiologis menyebabkan penurunan pemanfaatan makanan oleh tubuh, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup (Hepher dan Pruginin, 1981).
Kelangsungan hidup ikan nila pada setiap perlakuan merupakan rata-rata persentase dari jumlah ikan yang hidup dan jumlah ikan yang ditebar selama
pemeliharaan. Berdasarkan penelitian (Aliyas et al., 2018), peningkatan salinitas dari 0 ppt sampai 30 ppt tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila.
Kondisi ini disebabkan ikan nila bersifat euryhaline sehingga mampu mentoleransi salinitas sampai 30 ppt. Sesuai pendapat (Kordi, 2013), ikan nila dapat hidup dengan salinitas 0 ppt sampai 35 ppt.
Menurut Nugroho et al. (2012), pada sistem akuaponik faktor padat tebar tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila. Kepadatan 200, 400 dan 600 ekor yang diteliti dengan ukuran kolam sebesar 2 m2 (setara dengan 0,2; 0,4; 0,6 ekor per liter) masih layak untuk dikembangkan dalam pendederan ikan nilaistem akuaponik. Ikan nila mengalami stres saat pemindahan dari lingkungan lama ke lingkungan baru merupakan salah satu penyebab kematian ikan. Kepadatan tebar ikan 1 ekor per 2 liter (atau setara dengan 0,5 ekor per liter) masih layak untuk sistem akuaponik.
Parameter Kualitas Air Suhu
Wijayanti et al. (2019) menyebutkan bahwa pengukuran suhu dan pH dilakukan pada awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan dan pengukurannya dilakukan setiap hari dengan tujuan untuk mengetahui perubahan suhu pada air setiap harinya. Pengukuran dilakukan dengan menenggelamkan bagian badan sensoris dari termometer, posisi thermometer dipertahankan sampai nilai yang tertera di layar digital stabil.
Menurut Mahendra (2018), suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Secara umum laju pertumbuhan
meningkatkan sejalan dengan kenaikan suhu dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebebkan kematian bila peningkatan suhu eksrim. Suhu menjadi faktor pembatas bagi kegiatan budidaya karena mampu mempengaruhi berbagai reaksi fisika dan kimia di lingkungan dan tubuh ikan. Suhu terkait pula dengan parameter air lainnya, diantaranya adalah oksigen terlarut. Pada level suhu yang meningkat, kandungan oksigen berkurang karena proses metabolisme lebih cepat.
Adanya peningkatan suhu pada air media pemeliharaan disebabkan oleh penempatan wadah pemeliharaan. Selama penelitian lokasi pemeliharaan benih ikan nila berada di luar ruangan. Berdasarkan Effendi (2003), bahwa cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan energi panas. Sehingga wadah pemeliharaan terpapar langsung pada sinar matahari dan mengakibatkan nilai suhu air media pemeliharaan mengalami perubahan pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Kisaran suhu untuk produksi ikan nila kelas pembesaran di kolam air tenang adalah 25-320C (BSNI, 2009) dan menurut Kordi (2009), suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu 25-300C.
Menurut SNI:7550-2009, Kordi (2010) dan PP No 82 tahun 2001 (kelas II), persyaratan media air untuk budidaya ikan nila dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persyaratan media air untuk budidaya ikan nila
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Suhu °C 25 – 32a
pH - 6,5 – 8,5b
Oksigen Terlarut Mg/L Min. 5a
Amoniak Mg/L Maks. 0,02a
Nitrat Mg/L Maks. 50c
Nitrit Mg/L Maks. 0,2c
Sumber : a. SNI:7550-2009; b. Kordi (2010); c. PP no. 82 tahun 2001 (kelas II)
pH (Derajat keasaman)
Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran asam basa dalam suatu perairan. Menurut Boyd (1982) pH ideal untuk kehidupan ikan yaitu 6.5-9.0.
Sedangkan Alabaster and Lloyd (1982) menyatakan bahwa pH ideal ialah 6,7-8,6.
Selanjutnya disampaikan bahwa pH yang rendah dapat menyebabkan kenaikan toksisitas dalam suatu perairan yang lama kelamaan akan menyebabkan penurunan nafsu makan ikan (Alabaster and Lloyd, 1982). Nilai pH di bawah 4 dan di atas 11 menyebakan kematian pada ikan.
Kenaikan pH terjadi pada siang hari menunujukkan terjadinya proses kimia dan biologi berupa proses fotosintesis dari fitoplankton, mikroalga, dan tanaman air lainnya yang menghasilkan O2, sehingga nilai pH air kolam tersebut naik. Sedangkan, pada waktu malam hari sampai menjelang pagi hari, semua biota di dalam air termasuk ikan yang sedang dibudidayakan mengalami respirasi, sehingga menghasilkan senyawa CO2 yang menyebabkan pH air kolam tersebut turun. Selain itu, pada siang hari banyaknya daun, sampah, dan kotoran binatang masuk ke dalam kolam pemeliharaan benih menyebabkan nilai pH naik. Dampak perubahan pH secara ekstrem dan melebihi standar acuan, dapat menyebabkan terganggunya metabolisme, pertumbuhan menurun, dan ikan mudah terserang penyakit dan stres (Pramleonita et al., 2018).
Menurut Mahendra (2018), air yang mendekati basa dapat lebih cepat proses pembongkaran bahan anorganik menjadi garam mineral seperti amonia, nitrat dan phosfat. Garam mineral tersebut akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan dalam air, yang menjadi makanan alami bagi ikan. Pada umumnya perairan yang basa lebih produktif dari perairan yang asam (Soeseno, 1983). Jadi apabila dilihat
pada kisaran pH, perairan yang digunakan untuk penelitian ini termasuk produktif.
Hal ini karena pH pada air kolam yang digunakan untuk penelitian mendekati basa.
Oksigen terlarut (disolved oxygen/DO)
Oksigen terlarut (DO) dalam suatu perairan merupakan parameter pengubah kualitas air yang paling kritis dalam budidaya ikan, karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang dipelihara (Hasim et al., 2015).
Menurut Alabaster and Lloyd (1982) setiap jenis ikan memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap kandungan oksigen terlarut. Disamping itu perbedaan sensitivitas terhadap oksigen terlarut juga terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan ikan. Pengukuran pH dan DO diukur setiap tujuh hari sekali, suhu diukur setiap hari, dan pengukuran amonia dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan (Sari et al., 2017).
Menurut Apriliza (2012) bahwa kisaran oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan nila sebesar 5 mg.L-1. Menurut BSNI (2009) nilai oksigen terlarut untuk produksi ikan nila pada kolam air tenang adalah ≥3 mg.L-1 dan konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 4 mg.L-1 dapat menimbulkan efek yang kurang menguntungkan bagi hampir semua organisme akuatik (Effendi, 2003). Konsentrasi oksigen yang masih dalam kisaran optimum tersebut diduga karena adanya pengadaan oksigen yang tercukupi dengan penerapan sistem aerasi pada media pemeliharaan, sehingga dapat mempertahankan nilai oksigen terlarut. Menurut Soetomo (1988) jumlah oksigen terlarut dalam media dapat mengalami perubahan dikarenakan pengaruh proses penguraian bahan organik oleh bakteri di dalam media pemeliharaan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2020 yang berlokasi di Jalan Saudara Gang. Rasmi No. 11, Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Beringin 20156 Provinsi Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 27 buah ember berdiameter 36 cm dan tinggi 17 cm yaitu sebagai wadah pemeliharaan ikan.
Timbangan digital untuk menimbang bobot ikan uji. Kertas milimeter block dan penggaris untuk mengukur panjang ikan uji. Tanggok untuk menangkap ikan uji yang akan diamati. Aerator sebagai pensuplai oksigen. Termometer, pH meter, DO meter, untuk mengukur kualitas air. Selang Sipon untuk melakukan penyiponan. Waring hitam untuk mengatur intensitas cahaya matahari. Kawat jaring untuk menutupi ember. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan dan kamera digital untuk mengambil dokumentasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan berat 18 gram sebanyak 300 ekor. Detergen untuk
membersihkan wadah pemeliharaan. Air bersih untuk media hidup ikan uji. Pakan ikan ukuran ± 2 mm dari 3 (tiga) pabrik yang berbeda dengan kode pakan A, B, dan C untuk sumber energi bagi ikan nila, dan tisu untuk membersihkan permukaan yang kotor.
Rancangan Percobaan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor yaitu faktor pertama perbedaan kadar protein pakan (39%, 31%, dan 26%) dari pakan A, B, dan C dan faktor kedua feeding rate yang berbeda dengan 3 (tiga) taraf masing masing 3%, 4%, dan 5% dengan 3 (tiga) kali pengulangan. Menurut Hanafiah (1997) model linear yang digunakan adalah :
Keterangan :
Hijk = Hasil akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i π = Nilai tengah umum
Pj = Pengaruh faktor perlakuan ke-j Pk = Pengaruh faktor perlakuan ke-k
Pj x Pk = Interaksi perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k
Eijk = Eror akibat perlakuan ke-j dan perlakuan ke-k pada ulangan ke-i Kombinasi perlakuan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kombinasi perlakuan pada penelitian
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
P1F1U1 P1F1U2 P1F1U3
P1F2U1 P1F2U2 P1F2U3
P1F3U1 P1F3U2 P1F3U3
P2F1U1 P2F1U2 P2F1U3
P2F2U1 P2F2U2 P2F2U3
P2F3U1 P2F3U2 P2F3U3
P3F1U1 P3F1U2 P3F1U3
P3F2U1 P3F2U2 P3F2U3
P3F3U1 P3F3U2 P3F3U3
Hijk = π + Pj + Pk + (Pj x Pk) + eijk
Dengan perlakuan seperti berikut :
P1F1U1 , 2, 3 : pakan A kadar protein 39% dengan feeding rate 3%.
P1F2U1 , 2, 3 : pakan Akadar protein 39% dengan feeding rate 4%.
P1F2U1 , 2, 3 : pakan Akadar protein 39% dengan feeding rate 5%.
P2F1U1 , 2, 3 : pakan B kadar protein 31% dengan feeding rate 3%.
P2F2U1 , 2, 3 : pakan B kadar protein 31% dengan feeding rate 4%.
P2F3U1 , 2, 3 : pakan B kadar protein 31% dengan feeding rate 5%.
P3F1U1 , 2, 3 : pakan C kadar protein 26% dengan feeding rate 3%.
P3F2U1 , 2, 3 : pakan C kadar protein 26% dengan feeding rate 4%.
P3F3U1 , 2, 3 : pakan C kadar protein 26% dengan feeding rate 5%.
Prosedur Penelitian
Menyiapkan wadah penelitian
Wadah media uji yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah ember yang berjumlah 27 unit yang memiliki diameter 36 cm dengan volume 17 liter.
Ember yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan cara disikat kemudian dikeringkan. Ember yang sudah bersih dan kering disusun sesuai tata letak percobaan.
Menyiapkan air media
Air merupakan media hidup dalam pemeliharaan ikan, sehingga diperlukan persiapan air media yang baik sebelum dilakukan penelitian. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang berasal dari PDAM. Air diendapkan dan diaerasi sampai kadar keasaman air mencapai 7, hal ini bertujuan agar air sesuai dengan kehidupan ikan. Selanjutnya, air diisi kedalam ember sebanyak 10 liter sehingga menyisakan 7 cm dari tinggi ember. Selanjutnya air
terus diaerasi agar kadar oksigen dalam air meningkat. Setelah itu air dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan.
Menyiapkan ikan uji
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan berat 18 gram. Jumlah ikan untuk setiap ember perlakuan adalah 10 ekor, maka total jumlah ikan untuk keseluruhannya adalah 300 ekor beserta cadangannya. Ikan diletakkan ke dalam wadah sementara dan sebelum dimasukkan ke dalam media pemeliharaan, ikan di aklimatisasi sampai ikan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak mati dan tidak mengalami stres.
Menyiapkan pakan uji
Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan komersil dari pakan dengan kadar protein yang berbeda yaitu dengan kode pakan A, B, dan C yang akan diberikan pada ikan dengan ukuran butiran ± 2 mm dan dosis feeding rate (FR) yang berbeda untuk melihat pertumbuhan ikan nila. Adapun kandungan protein dari pakan-pakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nutrisi pada pakan uji (komersial) Kode Pakan Ukuran Pakan
(mm)
Analisa Nutrisi Protein Lemak Serat Kadar
Abu
Kadar Air
A 1,7 39% 5% 6% 12% 10%
B 1,9 31% 5% 6% 12% 12%
C 2 26% 5% 6% 10% 11%
Memelihara ikan uji
Ikan nila (Oreochromis niloticus) dimasukkan ke masing- masing ember sebanyak 10 ekor dengan volume air 10 liter atau dengan kepadatan 1 ekor/1 liter air. Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 61 hari. Ikan nila diberi pakan dengan
feeding rate yang berbeda yaitu 3 %, 4 %, dan 5 % dari bobot tubuh. Frekuensi
pemberian pakan sebanyak 3 kali yaitu pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Pakan diberi sedikit demi sedikit, jika ada pakan yang tidak termakan oleh ikan maka pakan tersebut diambil agar air dalam wadah uji tidak keruh. Penyiponan dilakukan setiap 2 hari. Volume air yang di sifon yaitu ¼ dari volume awal.
Kemudian ditambah dengan air bersih yang sudah diendapkan dan tetap diaerasi.
Sedangkan untuk pergantian air dilakukan saat sampling.
Mengambil ikan uji
Metode pengambilan ikan uji dilakukan dengan cara sampling dari 270 ekor ikan diambil 3% dari jumlah total ikan per ember yang dilakukan setiap 10 hari. Sampling dilakukan pada pagi hari agar tidak mudah stres. Pada saat sampling dilakukan penimbangan serta pengukuran panjang dan lebar ikan. Pada 10 hari sekali, juga dilakukan pergantian air pada ember untuk menghindari air yang keruh.
Pengamatan Hasil Peningkatan bobot
Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan analitik. Bobot ikan yang telah di timbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari sekali.
Pertumbuhan bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut Wulandari (2019) yaitu :
Keterangan:
ΔW = pertumbuhan mutlak (gr) Wt = bobot akhir (gr)
W = bobot awal (gr)
Pertambahan panjang
Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengukuran dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas kertas millimeter kemudian di catat panjang ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang menurut Effendie (1997) yaitu :
Keterangan:
ΔL = pertumbuhan mutlak (cm) Lt = panjang akhir (cm)
L0 = panjang awal ikan (cm)
Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate/SGR)
Perhitungan laju pertumbuhan spesifik dilakukan menggunakan rumus Castel dan Tiews (1980) dalam Robisalmi (2010) :
Keterangan :
SGR = laju pertumbuhan spesifik Wt = bobot ikan pada hari ke-t W0 = bobot ikan pada awal penelitian t = waktu penelitian
Feed convertion ratio (FCR)
Menurut Kordi (2009), rasio konversi pakan dapat dihitung menggunakan rumus :
∆
Keterangan :
FCR = feed convertion ratio (%)
F = jumlah pakan yang diberikan (gram) Wt = bobot rata-rata pada akhir penelitian (gram) W0 = bobot rata-rata pada awal penelitian (gram) Kelangsungan hidup ikan
Menurut Zulkhasyni et al (2017), tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
SR = survival rate (%)
Nt = jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor) N0 = jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor) Pengukuran kualitas air
Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, pH, dan DO. Pengukuran suhu dan pH dilakukan setiap hari selama penelitian. Pengukuran DO dilakukan setiap seminggu sekali selama penelitian.
Analisa Data
Hasil perhitungan data dianalisis menggunakan program Microsoft Excel untuk tabulasi data dan penyajian grafik. Dilanjutkan dengan program SPSS untuk analisis variansi (anova) dan uji F pada selang kepercayaan 95% dan diuji menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT). Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk parameter kualitas air dianalisa secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengambilan sampel ikan nila dilakukan setiap 10 hari sekali selama 61 hari pemeliharaan. Adapun parameter yang diamati yaitu perbedaan kadar protein pada pakan dan taraf feeding rate yang menghasilkan berat rata-rata, panjang rata- rata, laju pertumbuhan spesifik, feed convertion ratio (FCR), tingkat kelangsungan hidup serta data kualitas air. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah P1 (pakan dengan protein 39%), P2 (pakan dengan protein 31%), P3 (pakan dengan protein 26 %) dengan perlakuan F1 (feeding rate 3%), F2 (feeding rate 4%) dan F3 (feeding rate 5%).
Peningkatan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus)
Data pengamatan terhadap peningkatan bobot ikan nila selama 61 hari masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Untuk melihat peningkatan bobot rata-rata ikan nila disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot rata-rata ikan nila pada tiap perlakuan
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
1 2 3
P1F1 12,06 12,02 12,07 36,15 12,05
P1F2 11,69 9,59 9,54 30,82 10,27
P1F3 10,30 9,91 10,45 30,66 10,22
P2F1 9,80 9,81 9,88 29,49 9,83
P2F2 11,45 11,92 11,19 34,56 11,52
P2F3 9,34 9,33 9,63 28,30 9,43
P3F1 8,40 8,16 8,92 25,48 8,49
P3F2 10,40 9,67 9,06 29,13 9,71
P3F3 10,16 11,19 11,44 32,79 10,93
Total 93,60 91,60 92,18 277,38 92,46
Data pada Tabel 5 diperoleh dari hasil perhitungan data mentah yang dijumlahkan kemudian dirata-ratakan. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa
Selanjutnya, data pada Tabel 5 dapat dilihat pada Gambar 3 yang disajikan dalam bentuk diagram batang untuk melihat peningkatan bobot ikan nila secara keseluruhan.
Gambar 3. Diagram peningkatan bobot ikan nila pada tiap perlakuan Hasil pada Gambar 3 menunjukkan laju peningkatan bobot rata-rata ikan nila pada tiap perlakuan. Peningkatan bobot tertinggi berada pada interaksi P1F1 sebesar 12,05 g dan terendah pada interaksi P3F1 sebesar 8,49 g. Bobot ikan nila pada interaksi P1F1 di H1 penelitian berkisar pada 18,53 g hingga akhir penelitian mencapai 30,58 g. Kemudian diikuti oleh interkasi P2F2 pada H1 penelitian berkisar pada 18,55 gr hingga akhir penelitian sebesar 30,07 g, dan interaksi P3F3 pada H1 penelitian sebesar 18,43 g hingga akhir penelitian mencapai 29,36 g.
yang terendah berada pada interaksi P3F1 yang pada H1 penelitian sebesar 18,43 g hingga akhir penelitian hanya mencapai 26,93 g. Untuk melihat laju peningkatan bobot ikan nila selama 61 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4 yang disajikan dalam bentuk grafik.
Gambar 4. Grafik laju peningkatan bobot ikan nila selama 61 hari
Hasil pada Gambar 4 menunjukkan laju peningkatan bobot ikan nila yang pada seluruh perlakuan mengalami peningkatan dari hari ke hari. Diketahui bahwa interaksi P1F1 mengalami peningkatan bobot yang paling cepat dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh dari tiap variabel terhadap bobot ikan nila, dilanjutkan dengan uji anova yang hasilnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis variansi terhadap bobot (g) ikan nila selama masa pemeliharaan Sumber
Variansi
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 0,05 (5%) 0,01 (1%)
Pakan 2 5,816 2,908 8,630* 3,63 6,22
Feeding rate 2 0,722 0,361 1,072** 3,63 6,22 Interaksi 4 22,059 5,515 16,366* 3,01 4,77
Galat 16 5,392 0,337
Total 26
KK 5,72%
Keterangan : * Berpengaruh nyata
** Tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan Tabel 6, pengaruh dari perlakuan yang diberikan selama 61 hari dapat dilihat dari nilai Fhitung. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari perlakuan terhadap variabel yang diamati,