• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dica- nangkan (Satria, 2005).

Kriteria efektivitas pembelajaran menurut Wicaksono (2008) sebagai berikut:

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang- kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar .

b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius dan merupakan pembelajaran yang didasarkan paham konstruktivisme. Panen, Mustafa, dan

(2)

Sekarwinahyu (2001) mengemukakan bahwa ”Belajar kooperatif kolaboratif

merupakan proses konstruktivisme sosial yang menjadi salah satu proses konstruksi pengetahuan yang relatif dominan dalam diri individu sebagai makhluk sosial”.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari azas gotong royong yang sesuai dengan kehidupan bangsa Indonesia yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif.

Menurut Robert E. Slavin dalam Nurulita (2008:4):

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Selanjutnya Ibrahim dkk. (2000:9) menyatakan:

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerjasama saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Sedangkan Abdurrahman, (1999:122) mengatakan:

Nilai hasil belajar kelompok ditentukan oleh rata-rata hasil belajar individu Pembelajaran kooperatif menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok. Dalam belajar kooperatif anak tidak diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada orang lain, tiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan urunan bagi keberhasilan kelompok.

Menurut Lie (2007:27):

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur, di mana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

(3)

Dalam pengertian lain, Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:42) menyatakan

“Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.”

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bekerja sama dengan teman sebaya yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa mempunyai peran ganda yaitu sebagai siswa maupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Manusia merupakan individu yang mempunyai potensial, latar belakang histori, serta masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itulah manusia membutuhkan manusia lainya untuk menjalani hidup sehingga manusia sering disebut mahluk sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi, B.

Yasin, dan A.G. Senduk (2004):

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan siste- matis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, saling menya- yangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan untuk hidup dalam masyarakat nyata, sehingga sumber belajar bukan hanya dari guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Dari pengertian di atas terlihat jelas bahwa siswa dilatih untuk saling bekerjasama dan saling membantu dengan temannya dalam rangka saling mencerdaskan, saling menyayangi, dan saling menghargai satu sama lainnya. Sehingga siswa akan terlatih

(4)

hidup dalam masyarakat sesuai dengan kodrat manusia adalah sebagai mahluk sosial yang artinya saling membutuhkan satu sama lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang yang heterogen untuk bekerjasama, saling membantu di antara anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa belajar berkolaborasi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana belajar kelompok yang nantinya dapat mencapai potensi yang optimal. Akan tetapi para pengajar sangat enggan menerapkan pembelajaran di kelas dengan azas gotong royong. Lie (2007) mengemukakan beberapa alasan mengapa para pengajar enggan menerapkan azas tersebut, demikian diantaranya:

a. Kekhawatiran akan terjadinya kekacauan di kelas.

b. Adanya siswa yang tidak suka belajar berkelompok, lebih memilih belajar secara individu.

c. Siswa yang malas lebih mengandalkan temannya yang tekun dan siswa yang tekun merasa dituntut bekerja secara ekstra dalam kelompoknya.

d. Adanya perasaan minder bagi siswa yang kurang mampu belajar bersama siswa yang lebih pandai.

Hal-hal tersebut di atas dapat dikendalikan oleh pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur tertentu untuk memungkinkan proses belajar dan pembelajaran di kelas secara efektif. Roger dan David Johnson dalam Lie (2007) mengemukakan, “Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif”.

(5)

Untuk mencapai hasil yang maksimal, kerja kelompok harus memiliki unsur-unsur di bawah ini:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, tugas harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dan harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Berarti setiap anggota harus bertanggung jawab agar yang lain bisa berhasil. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang kurang mampu

memberikan sumbangan kepada teman sekelompoknya sehingga mereka tidak merasa minder dan terpacu untuk meningkatkan usaha mereka menjadi lebih baik, sedangkan siswa yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena temannya yang kurang mampu juga telah memberikan sumbangan.

2. Tanggung jawab perseorangan

Dalam pembelajaran kooperatif, pada saat seorang pengajar akan melaksa- nakan kegiatan belajar mengajar tidak boleh tanpa persiapan. Seorang tenaga pengajar harus mempersiapkan sedemikian rupa sehingga masing- masing anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dan harus bertanggung jawab agar bisa menyelesaikan tugas selanjutnya.

3. Tatap muka

Dalam pembelajaran kelompok setiap anggota diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertatap muka. Sehingga untuk memperoleh kesimpulan tidak berasal dari satu kepala namun dari hasil pemikiran beberapa kepala. Dimana masing-masing kepala menyumbangkan hasil pemikirannya yang berasal dari latar belakang keluarga, sosial, ekonomi, agama, ras, dan suku yang berbeda.

Dari proses yang demikian mereka dapat memperoleh hasil yang maksimal karena berasal dari beberapa pendapat tidak dari satu pendapat saja. Selain itu dari masing-masing anggota kelompok timbul sikap mampu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan orang lain untuk mengisi kekurangannya masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Tidak semua siswa memiliki keahlian untuk mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan dari suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengeluarkan pendapat. Selain itu pada pembelajaran kooperatif siswa juga diajarkan bagaimana menyatakan sanggahan dan ungkapan positif dengan ungkapan yang baik dan halus.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengevaluasian proses kerja kelompok tidak perlu diadakan setiap ada kerja kelompok. Namun pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus untuk kelompok yang hendak dievaluasi. Pengevaluasian berfungsi untuk meningkatkan efektifitas kerja sama antar anggota kelompok.

(6)

Dari uraian di atas, maka dengan pembelajaran kooperatif akan lebih mampu memotivasi siswa untuk menjadi aktif dalam pembelajaran. Dengan kelompok belajar akan terjadi saling tukar pikiran, tidak ada lagi kesenjangan antar siswa karena semuanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Karena anggotanya bersifat

heterogen, siswa yang pandai dapat memberikan masukan bagi temannya yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan rendah memperoleh banyak keuntungan belajar dengan rekannya yang pandai. Di dalam kelompok akan terlaksana kerjasama yang maksimal sehingga dapat menutupi kekurangan dari anggota kelompok.

Menurut Lungdren dalam Ibrahim, dkk (2000), manfaat dari pembelajaran kooperatif bagi siswa yang berprestasi rendah antara lain

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2. Rasa harga diri lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah 4. Memperbaiki kehadiran

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6. Perselisihan antar pribadi kurang

7. Sikap apatis kurang

8. Pemahaman lebih mendalam 9. Motivasi lebih mendalam 10. Hasil belajar lebih baik.

Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan siswa lebih aktif dalam mendiskusikan konsep tentang pelajaran mereka. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada tugas bersama untuk mencapai suatu penghargaan bersama.

(7)

Menurut Ibrahim dkk (2000) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut

1. Siswa bekerjasama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT)

Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembe- lajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2007). Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Teknik ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai ganti guru mengajukan pertanyaan atau tugas kepada seluruh kelas guru menggunakan empat struktur langkah utama yaitu

1. Penomoran

Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atau tim yang beranggotakan empat hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.

(8)

2. Pengajuan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan atau memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Berpikir bersama

Setiap anggota kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya dan mengetahui jawabannya.

4. Pemberian jawaban

Guru memanggil satu nomor tertentu dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyampaikan jawaban kepada seluruh kelas secara bergiliran. Setelah semua siswa dari tiap kelompok memberikan jawabannya dan saling menanggapi, guru kemudianpenguatan terhadap jawaban siswa menuntun siswa untuk menarik kesimpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut : Kelebihan:

1. Mudah dalam pembagian dan penyelesaian tugas.

2. Siswa belajar bertanggung jawab terhadap hasil belajar pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya.

3. Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran serta semua tingkatan usia anak didik.

4. Setiap siswa diharapkan menjadi siap semua

5. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

6. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

(9)

Kekurangan:

1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

3. Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep- konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di-

(10)

dukung oleh Djamarah dan Zain (1996) yang mengatakan bahwa belajar pada haki- katnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Materi pelajaran kimia terdiri atas konsep- konsep yang cukup banyak jumlahnya dan antara konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan, dalam mempelajari ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.

Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

(11)

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

E. Kerangka Pemikiran

Sebagian siswa menganggap kimia sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran ini, maka perlu digunakan suatu metode pembelajaran yang tepat. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya mengedepankan keterlibatan siswa secara langsung dan aktif ke dalam pembelajaran. Menyikapi kenyataan ini, dinilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu membagi siswa

(12)

dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya rendah. Setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan suatu masalah atau soal – soal dalam kelompoknya secara berdiskusi. Dengan adanya pemberian tanggung jawab

kelompok dalam menyelesaikan tugas maka menuntut adanya kerja sama kelompok sehingga seluruh anggota kelompok dapat bertukar fikiran. Masing – masing anggo- ta kelompok bebas mengeluarkan pendapat dan berpartisipasi untuk memecahkan soal – soal yang diberikan tanpa merasa takut salah. Saat berdiskusi itulah diharap- kan penguasaan konsep siswa dapat berkembang. Berdasarkan uraian diatas, guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan materi kesetimbangan kimia yang diharapkan model pembelajaran NHT tersebut dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemam- puan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Perbedaan penguasaan konsep semata-mata karena perbedaan perlakuan.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

(13)

G. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni teori terkait nilai — nilai pendidikan al — akhla>q al — kari>mah, yang

Dari hasil analisis kelangsingan penampang pada sub bab 2.6.1 diketahui bahwa profil yang digunakan merupakan penampang kompak, maka berlaku :. Mn

Berdasarkan berbagai kerangka landasan hukum, pemikiran dan tantangan, fenomena yang akan dihadapi di masa mendatang, serta visi LPPM Unisri untuk menjadi lembaga

Risiko kredit adalah risiko dimana Grup akan mengalami kerugian yang timbul dari pelanggan, klien atau pihak rekanan yang gagal memenuhi liabilitas

Untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia defesiensi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe di Desa Pulau Banyak Barat

10: - preventivno zagotavljanje kakovosti – kakovost mora biti zagotovljena že v zgodnjih fazah nastajanja izdelka na primer v razvoju in v konstrukciji, tako da se napake sploh

Beberapa isu kritis berkenaan dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang harus segera diatasi diantaranya adalah mengenai: pembagian urusan pemerintahan antara

itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang.. semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak