• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. Inspektur Jenderal Kemristekdikti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. Inspektur Jenderal Kemristekdikti"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum.

Inspektur Jenderal Kemristekdikti

27 Agustus 2015

Disampaikan Dalam Kegiatan Workshop Pengendalian Risiko

Pada PTN BH dan PTN PK BLU

Di IPB International Convention Center (IICC)

1

(2)

LATAR BELAKANG

Di Amerika Serikat pada tahun 2001 terjadi skandal Enron,

sebuah perusahaan perdagangan energi menggunakan Neraca perusahaan untuk menyembunyikan jumlah hutang terbesarnya dalam laporan keuangannya. Transaksi dalam neraca diatur

dengan mencampurkan keuntungan pribadi yang dibuat dari transaksi fiktif.

Pada saat yang hampir bersamaan, banyak perusahaan di

Amerika Serikat yang dituduh melakukan kecurangan, antara lain perusahaan telekomunikasi Worldcom, Global Crossing,

Xerox, Kmart, Tyco International, Merc &Co, Stanley Works, dan ImClone

(3)

Bahaya…?

Konsekuensi…?

Ancaman…?

Probabilitas…?

Ketidakpastian…?

(4)

PENGERTIAN RESIKO

Kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan menghambat pencapaian tujuan

(AS/NZS 4350:2004)

Pengaruh Ketidakpastian terhadap tujuan (ISO 31000 :2009)

Kemungkinan kejadian yang menganacm tujuan dan sasaran instansi pemerintah

(PP 60/2008 pasal 3 ayat 1b)

(5)

DEFINITION OF RISK

USA:

Risk is the posibility that an event will occur and adversely affect the achievement of objective (COSO, 2004).

Australia:

The chance of ssomething happening that will have an impact upon objectives (AS/NZS 4360:2004).

Japan:

A combination of the probability of an event and its consequence (JIS Q 2001).

Uncertainty of occurence of an event

Indonesia:

Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya (Permenkeu 191/pmk.09/2008).

(6)

RISK MANAGEMENT REGULATIONS

AMERIKA SERIKAT:

* Sarbanes-Oxley Act (2002);

* COSO Internal Control Integrated Framework (1992);

* COSO Enterprise Risk Management Integrated Framework (2004).

INGGRIS:

* The Combined Code on Corporate Governance (2006);

* Turnbull Report: Internal Control (2005).

Australia:

* Principle of Good Corporate Governance and Best Practice Recommendations (2003);

* AS/NZS 4360:2004 Risk Management (2004).

Jepang:

* Guidelines for Development and Implementation of Risk Management System (2001);

* Guidelines for Internal Control that Functions Together with Risk Management (2003).

INDONESIA:

* PP No.60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;

* Permenkeu No. 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di

(7)

Pengertian

Risiko adalah setiap hal yang mencegah suatu entitas mencapai tujuannya.

Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap tujuan.

Risiko adalah konsep yang digunakan untuk menyatakan ketidakpastian atas kejadian dan atau akibatnya yang dapat berdampak secara material bagi tujuan organisasi.

Risiko adalah ketidakpastian terjadinya sesuatu yang dapat

berpengaruh pada pencapaian tujuan. Risiko dinyatakan dalam ukuran konsekuensi dan kemungkinan

(8)

SUMBER RISIKO (Pasal 16 huruf b)

Peraturan perundangan-undangan baru

• Perkembangan teknologi

• Bencana alam dan

• Gangguan keamanan

EKSTERNAL

• Keterbatasan dana operasional,

• Sumber daya manusia yang tidak kompeten

• Peralatan yang tidak memadai

• Kebijakan dan prosedur yang tidak jelas, dan

• Suasana kerja yang tidak kondusif

INTERNAL

(9)

NO RISIKO AKAN BERAKIBAT…

ILUSTRASI 1 Tujuan lebih lama tercapai

2 Tujuan tercapai sebagian saja (<100%)

3 Tujuan tidak tercapai sama sekali

4 Tujuan tercapai namun lebih mahal biayanya

5 Tujuan melenceng

Waktu lebih lama

A B

A B

A B

Biaya lebih mahal

A B

A B

Keterangan: C

= RISIKO

(10)

TUJUAN PENILAIAN RISIKO

1. Mengidentifikasi dan menguraikan semua risiko-risiko potensial yang berasal baik dari faktor internal maupun faktor eksternal;

2. Memeringkat risiko-risiko yang memerlukan perhatian manajemen instansi dan yang memerlukan penanganan segera atau tidak memerlukan tindakan lebih lanjut; dan

3. Memberikan suatu masukan atau rekomendasi untuk meyakinkan bahwa terdapat risiko-risiko yang menjadi prioritas paling tinggi untuk dikelola dengan efektif.

(11)

Tahapan Penilaian Risiko (PP 60/2008)

PENETAPAN TUJUAN

• Tujuan IP

• Tujuan tingkat kegiatan

IDENTIFIKASI RISIKO

• Sumber risiko internal dan eksternal

IDENTIFIKASI RISIKO

•Pengaruh/dampak risiko terhadap

pencapaian tujuan

PENILAIAN RISIKO

(12)

JENIS RISIKO

Risiko Melekat (Inherent Risk),

Risiko Pengendalian (Control Risk),

Risiko Deteksi (Detection Risk)

(13)

IDENTIFIKASI RISIKO

Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan cara retrospektif (retrospectively) dan prospektif (prospectively)

Risiko retrospektif (retrospective risks)

Adalah risiko-risiko yang sebelumnya telah terjadi, seperti insiden atau

kecelakaan

Identifikasi risiko retrospektif biasanya merupakan cara yang sangat

umum dan mudah untuk mengidentifikasi risiko

Risiko prospektif (prospective risks)

Adalah risiko-risiko/sesuatu yang belum terjadi, tetapi mungkin terjadi

beberapa waktu yang akan datang

Biasanya lebih sulit untuk diidentifikasi

(14)

SUMBER INFORMASI RESIKO

Sumber informasi risiko retrospektif :

Metode untuk mengidentifikasi risiko prospektif

• Daftar atau register insiden/bahaya;

• Laporan audit, hasil evaluasi, dan penilaian lainnya

• Keluhan pelanggan/stakeholders;

• Dokumen dan laporan;

• Staf lama atau survai pelanggan; dan

• Media profesional atau surat kabar, seperti jurnal atau websites

• Brainstorming dengan staf atau pemangku kepentingan eksternal.

• Riset ekonomi, politik, legislatif, dan lingkungan operasi.

• Wawancara dengan orang-orang atau organisasi yang relevan

• Survai staf atau pelanggan untuk mengidentifikasi isu-isu atau problem yang diantisipasi

• Bagan arus suatu proses

• Mereviu desain sistem atau membuat teknik-teknik analisis sistem

• Analisis SWOT

(15)

SUMBER INFORMASI RESIKO

Sumber informasi risiko retrospektif:

• daftar atau register insiden/bahaya;

• laporan audit, hasil evaluasi, dan penilaian lainnya;

• keluhan

pelanggan/stakeholders;

• dokumen dan laporan;

• staf lama atau survai pelanggan; dan

• media profesional atau surat kabar, seperti jurnal atau websites.

Metode untuk mengidentifikasi risiko prospektif

• brainstorming dengan staf atau pemangku kepentingan eksternal.

• Riset ekonomi, politik, legislatif, dan lingkungan operasi.

• wawancara dengan orang-orang atau organisasi yang relevan.

• survai staf atau pelanggan untuk

mengidentifikasi isu-isu atau problem yang diantisipasi.

• Bagan arus suatu proses.

• Mereviu desain sistem atau membuat teknik-teknik analisis sistem.

• Analisis SWOT.

(16)

METODE PENILAIAN RISIKO

KUALITATIF

SEMI

KUANTITATIF

KUANTITATIF

menggunakan bentuk verbal atau skala deskriptif untuk menjelaskan besaran kemungkinan dan dampak risiko.

memberi nilai pada skala kualitatif sehingga menghasilkan urutan prioritas yang lebih rinci daripada yang dapat dicapai analisis kualitatif.

menggunakan nilai numerik untuk menyatakan kemungkinan dan dampak dengan menggunakan data dari berbagai sumber.

(17)

TEKNIK PENILAIAN RISIKO

identifikasi risiko menggunakan salah satu dari keempat metode

berikut, atau digunakan secara

bersama-sama agar saling melengkapi

Metode 1

Metode 4 Metode 3 Metode 2

• Analisis Data Historis

• Pengamatan dan Survei

• Pengacuan (Benchmarking)

• Pendapat Ahli

(18)

TEKNIK PENILAIAN RISIKO - Cont

Metode Kualitatif

curah pendapat (brainstorming) evaluasi kelompok

multidisiplin/Focused Group Discussion (FGD)

pertimbangan ahli dan spesialis

wawancara terstruktur

Metode Kuantitatif

analisis dampak

analisis biaya siklus hidup analisis jaringan (network)

analisis probabilitas simulasi/model komputer

analisis statistik/numerik survai kepuasan masyarakat

Selanjutnya, analisis risiko dilakukan dengan:

(19)

Proses Manajemen Risiko:

Penetapan konteks;

Identifikasi risiko;

Analisis risiko;

Evaluasi risiko;

Penanganan risiko;

Monitoring dan reviu;

Komunikasi dan konsultasi.

(20)

KEBIJAKAN RISIKO

 Membangun kebijakan risiko dan mekanisme

pendukungnya −› kerangka bagi pelaksanaan rencana penilian risiko yang efektif

 Pimpinann instansi menyatakan kebijakannya secara tertulis tentang pengelohaan risiko, yaitu: tujuan dan komitmen terhadap pengelolaan risiko

 Kebijkan pimpinan relevan dengan konteks strategik, yujuan, sasaran, serta sifat kegiatan instansi

 Manajemen harus memastikan bahwa kebijakan tersebut dipahami, diimplementasikan, dan dipelihara pada setiap level pejabat atau pegawai.

(21)

PROGRAM IMPLEMENTASI

1

• Dukungan dari Jajaran Pimpinan

2

• Membangun Kebijakan Institusional

3

• Mengkomunikasikan Kebijakan

4

• Mengelola Risiko pada Tingkat Instansi

5

• Mengelola Risiko pada Tingkat Kegiatan

6

• Monitor dan Reviu Risiko

(22)

KESIMPULAN MANAJEMEN RISIKO

Manajemen Risiko merupakan tugas pimpinan organisasi;

Pimpinan membentuk Unit Manajemen Risiko dalam lingkungan kerjanya;

Unit Manajemen Risiko melakukan identifikasi risiko, pemetaan risiko, penaksiran risiko, penetapan risiko yang dapat diterima, penyusunan prioritas risiko, dan penanganan risiko.

Auditor melakukan Audit Berbasis Risiko berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Unit Manajemen Risiko;

(23)

REKOMENDASI MANAJEMEN RISIKO

 Perlu juklak/juknis/POS Manajemen Risiko;

 PTN/Politeknik/Kopertis menugasi BAPSI/Bg

Perencanaan atau membentuk Unit Manajemen Risiko;

 SPI dapat membantu merumuskan manajemen risiko.

 SPI mengecek/memastikan bahwa risiko telah dimitigasi;

 Inspektorat Jenderal dan auditor eksternal menguji

keandalan manajemen risiko.

(24)

KEMRISTEKDIKTI

PERPRES NOMOR 13 TAHUN 2015

KEMRISTEKDIKTI:

Menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan

negara

PERPRES NO. 13 TAHUN 2015

UUD 45:

sebagian fungsi pendidikan dengan -/- 20% dari APBN dan mencerdaskan kehidupan bangsa

150

satker

120.000

orang pegawai

Rp41,507 T

APBN P

Rp92,478 T

Aset

Mengendalikan

Penerimaan dan penggabungan

(25)

PENGENDALIAN INTERN

PP NOMOR 60 TAHUN 2008

Menristekdikti wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan

kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP

SPIP memberikan keyakinan yang memadai bagi:

1. Tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara,

2. Keandalan laporan keuangan, 3. Pengamanan aset negara, dan 4. Ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan

Dilakukan Pengawasan Intern Oleh Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah (APIP)

Definisi Pengawasan Intern:

Seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang

memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan

yang baik.

(26)

Rp. 1.994,89 T

Belanja Negara APBNP 2015

Rp.406,70 T

Anggaran Pendidikan

(20.39%)

Belanja Pemerintah Pusat

152.451,7

1. Kementerian Ristek dan

Dikti 41.507,7

2. Kementerian Dikbud 53.278,5 3. Kementerian Agama 48.662,0

Belanja Transfer Daerah 254.252,3

1. Anggaran Pendidikan dalam DBH 1,337.7

2. DAK Pendidikan 10,041.3

3. Anggaran Pendidikan dalam DAU 134,970.3 4. Dana Tambahan Penghasilan Guru

PNSD

1,096.0 5. Tunjangan Profesi Guru 70,252.7

(62,5%) (37,5%) (Rp. Milyar)

(Rp. Milyar)

(27)

KEBIJAKAN PELAKSANAAN TUGAS ITJEN KEMRISTEKDIKTI

TUGAS DAN FUNGSI KEMENRISTEK DAN DIKTI

Mencegah dan melindungi sesuatu Dari ketidaknyamanan dan

kehancuran Mencegah

Mengarahkan Menghentikan PENGAWALAN

TUGAS ITJEN:

Menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kemristek

dan Dikti

PERPRES NO. 13 TAHUN 2015

KEGIATAN 1. AUDIT

2. REVIU 3. EVALUASI

4. PEMANTAUAN

5. PENGAWASAN LAINNYA Mendorong

PERAN DAN POSISI ITJEN 1. PEMBERI PERINGATAN DINI 2. KATALISATOR

3. KONSULTAN

(28)

TUJUAN STRATEGIS ITJEN KEMRISTEKDIKTI

NO USULAN TUJUAN STRATEGIS Indikator Tujuan Strategis

1.1 Meningkatkan Kualitas dan Nilai Tambah Pengawasan Internal

Opini LK – WTP Skore SAKIP- 80 2.1 Meningkatkan Kualitas dan Integritas SDM Pengawasan

Internal

80% Auditor bersertifikat keahlian

3.1 Meningkatkan Akuntabilitas Manajemen Pengawasan Internal Level 4 IACM

(29)

RISIKO UTAMA INSPEKTORAT JENDERAL

NO SUMBER RISIKO PERNYATAAN RISIKO

1 SDM Jumlah SDM Itjen yang belum memadai Kualitas SDM Itjen yang belum memadai

2 DANA

Belum teralokasikan dana Satker Itjen yang memadai

Belum tersedianya alokasi dana untuk peningkatan kesejahteraan pegawai secara memadai

3 PERALATAN Belum tersedianya komputer yang memadai

Belum tersedianya Alat Tulis Kantor yang memadai

4 SISDUR

Belum tersedianya sistem dan prosedur pengawasan intern yang memadai

Belum tersedianya sistem dan prosedur pertanggungjawaban keuangan yang memadai

Belum tersedianya sistem dan prosedur pelaporan kinerja yang memadai

5 SARPRAS

Belum tersedianya ruangan kerja yang memadai Belum tersedianya alat transportasi yang memadai

Belum tersedianya perumahan dinas bagi pejabat secara memadai

(30)

STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO ITJEN KEMERISTEKDIKTI

3. Mengoptimalkan Kapasitas Inspektorat Jenderal:

a. Mengoptimalkan peran dan layanan Inspektorat Jenderal audit kinerja, pemberian peringatan dini, dan konsultasi.

b. Mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia Inspektorat Jenderal dengan kuantitas dan kualitas yang memadai.

c. Menerapkan praktik-praktik pemeriksaan intern yang profesional.

d. Meningkatkan akuntabilitas dan manajemen kinerja Inspektorat Jenderal secara baik.

e. Membangun hubungan dan budaya organisasi yang baik dengan pihak-pihak lain yang terkait.

f. Menerapkan struktur tata kelola yang baik.

4. Mengoptimalkan Kapasitas dan Peran Satuan Pengawas Intern (SPI) PTN:

a. Meningkatkan peran dan fungsi SPI sebagai pengawal PTN b. Mengupayakan penegasan struktur organisasi SPI PTN

1. Membangun komitmen seluruh jajaran Kemristekdikti, mulai dari pimpinan sampai staf terbawah.

2. Membangun sinergitas dengan pihak-pihak terkait (BPKP, Auditi, dan pihak ekternal lainnya)

(31)

CONTOH MENTERI TERLIBAT KASUS KORUPSI

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Mantan Menteri Agama

(32)

SEKIAN

&

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

BPRS PNM Binama Semarang dilakukan dengan pemberian motivasi kerja kepada karyawan, pemberian pelatihan ( training ) dan promosi jabatan..

Untuk itu, keyakinan terhadap arah kiblat masjid yang didirikan oleh wali dan meyakini sampai sekarang tentang kebenaran arah tersebut tanpa melihat disiplin

Judul Penelitian :Hubungan Tingkat Konsumsi Protein, Vitamin A, Zat Besi dari Pangan Hewani dengan Status Gizi Anak Bawah Dua Tahun di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta..

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen

Buku ini memiliki banyak keunggulan yang disajikan dibandingkan dengan buku lain yakni, memiliki daftar simbol yang merupakan kumpulan simbol atau rotasi beserta penjelasannya

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN METODA DEMONSTRASI INITIAL ASSESMENT TERHADAP PENINGKATAN KOGNITIF DAN.. PSIKOMOTOR IDENTIFIKASI

(2) Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pelayanan rawat jalan rawat inap, rawat darurat,

 Bahwa setelah sampai Terdakwa dan Saksi Korban kemudian duduk di pasir di pinggir pantai, Terdakwa kemudian memeluk Saksi Korban dari belakang dan mengisap leher Saksi