• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. jaringan-jaringan yang saling berhubungan. Jaringan ini termasuk jutaan perusahaan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. jaringan-jaringan yang saling berhubungan. Jaringan ini termasuk jutaan perusahaan,"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Internet dan word Wide Web

Menurut Strauss dan Frost (2009, p6) internet adalah jaringan global dari jaringan-jaringan yang saling berhubungan. Jaringan ini termasuk jutaan perusahaan, pemerintah, organisasional dan jaringan pribadi. Banyak komputer-komputer dalam jaringan ini menyimpan arsip seperti halaman web, dan video-video yang dapat diakses oleh semua jaringan komputer lain.

Menurut Kotler dan Amstrong (2010, p49), pengertian internet memungkinkan komunikasi antara jutaan komputer di seluruh dunia yang saling terhubung. Internet merujuk pada jaringan fisik yang menghubungkan komputer-komputer lintas dunia. Jaringan tersebut terdiri dari infrastruktur server jaringan dan hubungan komunikasi antara mereka yang digunakan untuk menjaga dan mengirimkan informasi di internet.

Menurut McLeod dan Schell (2007, p60), pengertian internet dapat diartikan sebagai koleksi jaringan komputer terbesar didunia, masing-masing terdiri dari jaringan yang lebih kecil.

Berdasarkan O’Brien (2008, p265) terhadap internet, penggunaan bisnis dari internet telah meluas dari pertukaran informasi secara elektronik kepada aplikasi strategi bisnis. Perusahaan telah menggunakan teknologi internet untuk melakukan pemasaran, penjualan dan aplikasi manajemen hubungan pelanggan, serta aplikasi bisnis lintas fungsi, dan alpikasi dalam bidang teknik, manufaktur, sumber daya, dan akuntansi.

(2)

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pengertian internet (international network) merupakan sebuah jaringan komputer yang sangat besar dan terdiri dari sub-jaringan (jaringan kecil) yang saling terhubung serta menjangkau seluruh penjuru dunia yang digunakan untuk memperoleh pemasaran, penjualan dan manajemen hubungan pelanggan.

2.1.1 Manfaat Internet

Pada penggunaan internet saat ini dapat dilihat terus meningkat dan mengembang, karena internet telah banyak memberikan keuntungan bagi para penggunanya terutama berkaitan dengan informasi. Menurut Laudon dan laudon (2010, p89), Manfaat internet dan teknologi web bagi perusahaan :

- Menghubungkan jangkauan global. - Mengurangi biaya komunikasi. - Biaya transaksi lebih rendah. - Mengurangi biaya agen

- Meningkatkan interaktif, fleksibilitas - Mempercepat penyebaran dari pengetahuan.

2.2 Pemasaran, Jasa, Pemasaran Jasa

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika atau AMA (The American Marketing Assocation) yang dikutip Ma’ruf Hendro (2006, p10) dimana anggota AMA terdiri dari sejumlah besar profesional pemasaran di amerika serikat dan kanada, mendefinisikan pemasaran sebagai :

(3)

“The process of planning and executing the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, good and service to create exchanges that satisfy individual and organizational objectives”

(Proses dari perencanaan dan penjalanan konsep, harga, promosi, dan pendistribusian ide-ide barang dan jasa untuk menciptakan kepuasan pelanggan dan pemenuhan tujuan perusahaan)

Menurut kotler dan Armstrong (2010, p29) pemasaran dalam arti yang lebih luas merupakan proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup penciptaan hubungan pertukaran nilai dengan pelanggan yang menguntungkan. Karena itu pemasaran merupakan proses dimana organisasi menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan yang bertujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

2.2.2 Pengertian Jasa

Menurut Kotler dan Keller (2012, p978) menjelaskan bahwa jasa adalah tindakan atau kinerja dimana dalam satu pihak dapat menawarkan sesuatu yang intangible kepada orang lain, dan tidak menghasilkan kepemilikan terhadap sesuatu.

2.2.3 Pemasaran Jasa

Menurut Hoffman dan Bateson (2006, p28) menjelaskan perbedaan antara pemasaran barang dan pemasaran jasa menjadi empat karakteristik, Yaitu :

(4)

1. Intangibility, yang berarti bahwa jasa tidak memiliki bentuk fisik sehingga tidak dapat disentuh layaknya seperti barang.

2. Inseparability, Dimana pelanggan terlibat dalam proses produksi sehingga memerlukan adanya interaksi antara pelanggan dengan penyedia jasa.

3. Heterogenity, variasi yang bersifat konsisten dikarenakan standariasasi dan pengawasan kualitas yang sulit antara jasa satu dengan yang lainnya.

4. Perishabilty, jasa mempunyai sifat tidak dapat disimpan.

2.2.4 Pengenalan E-Marketing

Pengertian pemasaran itu sendiri sebenarnya merupakan proses perenacanaan dan eksekusi dari kegiatan pembentukan konsep, penetapan harga, penetapan strategi promosi dan strategi distribusi dari ide-ide, produk dan jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan untuk menciptakan suatu pertukuran yang memuaskan baik bagi customer maupun perusahaan, dimana untuk dapat mencapai tujuan ini akan dilakukan prose analisis mengenai kondisi target pasar, perencanaan dan perumusan strategi berdasar hasil analisis, disertai implementasi strategi dan kontrol untuk mencapai tujuan marketing yang telah ditetapkan (Mohammed, Fisher, Jworski, & Paddison, 2009, p.3)

Sedangkan E-Marketing (electronic marketing) merupakan suatu proses pemasaran yang menggunakan teknologi komunikasi elektronik (Chaffey, Chadwick, Jhonston, & Mayer, 2006, p. 9), khususnya internet.

(5)

E-Marketing merupakan bagian dari E-Business (Eleltronic business). Definisi E-business itu sendiri merupakan segala kegiatan yang dapat mendukung keseluruhan proses bisnis perusahaan, yang dilakukan melalui meida elektronik seperti E-Commerce, E-CRM (Customer Relationship Management), E-SCM (Supply Chain Management), E-Procurement dan termasuk E-Marketing didalamnya (Chaffey, Chadwick, Jhonston, & Mayer, 2006, p.11).

Ciri E-Marketing yang baik adalah E-Marketing yang mampu memanfaatkan Website untuk melakukan (Chaffey & Smith, 2008, p. 18):

1. Identifikasi kebutuhan customer dengan memanfaatkan komentar, request dan complaint dari pelanggan yang disampaikan melalui e-mail, bulletin board, chat room. Selain itu juga dengan menggunakan hasil analisis dari web analytic dan survey online. Semua Informasi ini dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan kualitas situs, produk dan layanan, serta meramalkan kebutuhan customer di masa yang akan datang. 2. Antisipasi mengenai adanya kebutuhan lain dari customer, dengan

menanyakan pertanyaan secara online kepada customer, atau memberikan rekomendasi kepada pelanggan berdasarkan pembelian terdahulu, yang memungkinkan pelayanan secara individual berdasarkan pola perilaku pelanggan yang telah dianalisis.

3. Pemuasan kebutuhan customer secara mudah, karena dengan adanya Website, perusahaan dapat memberikan pelayanan after

(6)

berkesinambungan yang mendukung terciptanya hubungan jangka panjang dengan customer.

Ada beberapa tingkatan pembangunan Website yang mungkin bisa dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan E-Marketing nya (Chaffey, Chadwick, Jhohnston, & Mayer, 2006, p.162) yaitu :

1. Level 0, pada tahap ini perusahaan belum mempunyai Website sama sekali

2. Level 1, pada tahap ini perusahaan hanya mendaftarkan nama perusahaannya ke dalam Website seperti yellow Pages (www.yell.co.uk), sehingga pelanggan bisa mengetahui bahwa perusahaan tersebut ada. Pelanggan juga bisa mengetahui bahwa informasi produk atau jasa apa saja yang dijual oleh perusahaan tersebut, walaupun hanya berupa informasi singkat. Pada tahap ini pun perusahaan belum mempunyai Website

3. Level 2, pada tahap ini perusahaan telah mempunyai Website tetapi hanya berupa static web (brochureware), yang hanya memuat nama perusahaan dan informasi produk secara terbatas. Dalam tahap ini belum memungkinkan adanya komunikasi dua arah.

4. Level 3, pada tahap ini perusahaantelah mempunyai Website yang mengizinkan interaksi namun masiih sederhana seperti email.

5. Level 4, Pada tahap ini perusahaan mempunyai Website yang tidak hanya mempunyai fitur interaksi dan pembelian online walaupun tidak semua produk/jasa yang dijual secara online. Mempunyai fungsi customer service online, testimonial, review, social network, dan lain sebagainya.

(7)

6. Level 5, full interactive site yang sudah menyediakan relationshi marketing terhadap setiap individual customer, dan juga menyediakan fungsi transaksi secara lengkap.

2.3 Desain Penelitian

2.3.1 Populasi

Menurut Riduwan & Kuncoro (2008, p. 37), populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik sampelnya.

Menurut Nazir (Riduwan & Kuncoro, 2008, p. 37), Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang, atau bendanya.

Menurut Nawawi (Riduwan & Kuncoro, 2008, p. 38), Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.

keseluruhan dari semua karakteristik atau unit hasil dari pengukuran yang menjadi objek penelitian atauPopulasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Keuntungan sampel antara lain memudahkan untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan

(8)

menggunakan populasi, di samping itu, lebih efisien (dalam arti penghematan dalam uang, waktu,dan tenaga),dan tentu saja lebih teliti dalam pengumpulan data(Riduwan & Kuncoro, 2008, p. 40).

2.3.3 Jumlah Sample

Rumus untuk menentukan jumlah sample dari populasi yaitu dengan menggunakan rumus slovin (Riduwan & Kuncoro, 2008, p. 49):

1 . 2+ = d N N n Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Presisis Tingkat kesalahan (0,05)

2.3.4 Tipe Model Skala Sikap

Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008, pp. 19-30), tipe skala dalam penelitian sosialadalah menggunakan skala sikap. Skala sikap yang sering digunakan adalah:

• Skala Likert.

Skala Likert biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapatdan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial.

• Skala Guttman.

Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan, karena hanya terdiri dari dua jawaban.

(9)

• Diferensial Semantik.

Yaitu serangkaian karakteristik dua kutub dengan keadaanyang bertentangan dan digunakan untuk menilai persepsi seseorang terhadap objek sosial.

• Rating Skala.

Pada skala ini, responden menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang disediakan dan ditafsirkan sebagai data kualitatif.

• Skala Thurstone.

Skala ini meminta responden memilih pertanyaan yang diasetujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda.

2.4 Perencanaan Pembangnnan Aplikasi E-Marketing menggunakan Kerangka SOSTAC

Mengacu pada penjelasan yang terdapat pada BAB I Pendahuluan, masalah yang sering terjadi dalam penerapan E-Marketing yang dibuat tanpa perencanaan dan tujuan yang jelas, dengan begitu E-Marketing yang dihasilkan juga tidak efektif dan tidak mampu memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan kualitas marketing perusahaan. Tentu saja hal tersebut menjadi salah satu masalah yang krusial, dikarenakan pembuatan E-Marketing juga membutuhkan biaya dan sumberdaya namun dengan begitu hasil yang didapat sia-sia.

Untuk membantu perusahaan menerapkan E-Marketing ada instrumen kerangka perencanaan yang bisa dipakai, yaitu SOSTAC. SOSTAC merupakan model kerangka perncanaan yang sederhana dan mudah diikuti, namun mampu mengidentifikasi semua hal-hal yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan. Kerangka SOSTAC awal mulanya ikembangkan pada tahun 1990-an oleh Paul R. Smith, dimana didalamnya terdapat tahapan-tahapan berikut ini (Chaffey & Smith, 2008, p.442) :

(10)

a. Situation analysis (where are we now?)

Situation Riview atau Sytuation Analysis merupakan tahapan awal yang harus dilakukan dalam menyusun perencanaan pembangunan E-Marketing. Dimana dalam tahapan ini ada kegiatan dalam menganalisis mengenai kondisi atau tingkat ke-efektifan dari aktifitas marketing yang sedang berjalan pada suatu perusahaan. Hasil analisa yang diperoleh akan digunakan sebagai bahan mendefinisikan strategi marketing yang baru (Chaffey, Chadwick, Johnston, & Mayer, 2006, p.160).

Pada tahap ini, tugas yang dilakukan adalah menganalisis dan memahami kondisi perusahaan di dalam marketplace, dengan cara mengumpulkan informasi mengenai keadaan lingkungan eksternal perusahaan (macro environment dan micro environment) dan keadaan internal perusahaan (Chaffey, Chadwick, Johnston, & Mayer, 2006, p.160).

Analisis terhadap kondisi internal perusahaan meliputi analisis mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan (dari segi resource, tingkat kekuatan brand, tingkat keefektifan strategi marketing yang sekarang, dan lain sebagainya). Sedangkan analisis terhadap kondisi eksternal perusahaan meliputi analisis terhadap micro environment dan macro environtment.

Analisis terhadap kondisi micro environment perusahaan biasanya meliputi analisis mengenai interaksi perusahaan dengan intermediaries, supplier, customer dan competitor didalam marketplace, misalnya analisis mengenai karakteristik customer, tingak permintaan dan customer behaviour, aktivitas yang dilakukan competitor, dan interaksi lainnya yang dapat menghasilkan dampak tertentu bagi performa perusahaan. Sedangkan analisis

(11)

terhadap macro environment perusahaan biasanya meliputi analisis terhadap faktor-faktor di luar kendali perusahaan yang bisa menimbulkan opportunity atau threats tidak hanya bagi satu perusahaan tetapi juga semua perrsahaan yang berada dalam satu marketplace yang sama, seperti faktor alam, ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lain sebagainya.

Gambar 2-1 Environment yang dianalisis dalam tahap Situation Analysis (Sumber : Chaffey, 2010, )

Seluruh informasi yang telah didapatkan selanjutnya dirangkum ke dalam tabel SWOT. Tabel SWOT merupakan tabel yang digunakan untuk mendata strength dan weakness yang dimiliki pada internal perusahaan sekaligus mendata opportunities dan threats yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Tabel SWOT yang powerful adalah tabel yang tidak hanya memuat mengenai data strength, weakness, opportunities dan threats saja, tetapi juga dapat dipakai untuk merumuskan strategi. Contoh tabel SWOT ayng mampu mensinergikan antara hasil analisis dengan usulan strategi yang mungkin dapat dilakukan.

(12)

Gambar 2-2 Tabel SWOT Dengan Kolom Penyusunan Strategi (Sumber : smartinsight.com )

b. Objectives (Where Do We Want to Be?)

Setelah perusahaan mengetahui psosisi mereka secara tepat dalam marketplace, sekarang saatnya menentukan tujuan. Adanya penetapan tujuan dapat membantu mengarahkan perusahaan supaya tetap terfokus pada hal yang ingin dicapai. Pembuatan tujuan bukanlah hal yang mudah, akan tetapi panduan SMART dapat dijadikan sebagai pedoman dalam membuat tujuan yang spesifik.

SMART merupakan singkatan dari Specific, Measureable, Actionable, Relevant, dan Time-Related, dimana definisinya adalah sebagai berikut (Chaffey, Chadwick, Johnston, & Mayer, 2006, p. 170 :

- Specific : Tujuan yang dibuat harus mempunyai cukup detail sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pembuatan strategi yang tepat sasaran. - Measureable : Tujuan yang ditetapkan harus dapat diukur secara

kuantitatif maupun kualitatif, sehingga perusahaan bisa mengontrol secara berkala apakah tujuan tersebut sudah tercapai atau belum.

(13)

- Actionable : Tujuan yang dibuat harus realistis dan dapat dilaksanakan secara nyata. Perbandingan kemampuan yang dimiliki dengan tujuan yang ingin dicapai merupakan cara untuk mengukur konteks ini. Tentu saja apabil kemampuan yang dimiliki tidak dapat mencukupi pencapaian tujuan , hal tersebut menunjukan tujuan tersebut tidak bersifat actionable. - - Relevant : Tujuan yang dibuat harus relevan dengan masalah yang ingin

diselesaikan. Apabila tujuan keluar konteks dari permasalahan yang ingin diselesaikan maka tujuan tersebut dinilai tidak relevant.

- - Time-Related : Tujuan yang telah dibuat harus dilengkapi dengan target waktu atau dateline yang telah ditentukan. Sehingga bisa mendorong perusahaan mencapai tujuan tersebut tepat pada waktunya.

Pada intinta bila perusahaan mempunyai tujuan jelas dan spesifik, daftar tujuan akan membantu perusajaan supaya lebih terarah dalam pelaksanaan perencanaan dan memudahkan perusahaan dalam proses evaluasi untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dalam mencapai tujuan.

Terdapat lima kriteria dalam penerapan E-Marketing yang disingkat dengan 5 S. 5S ini dapat dijadikin acuan dasar dan pedoman bagi perusahaan yang ingin menerapkan E-Marketing. Berikut penjelasan dari 5S tersebut (Chaffey & Smith, 2008, p.451) :

- Sell : Salah satu manfaat dari adanya penerapan E-Marketing pada perusahaan adalah dapat membantu dalam meningkatkan penjualan, dikarenakan promosi online dapat menjangkau masyarakat yang tersebar luas. Apabila tujuan perusahaan dalam menerapkan E-Marketing untuk meningkatkan penjualan, maka dari itu promosi haruslah dibuat secara

(14)

online yang dapat meyakinkan calon customer untuk membeli produk perusahaan.

- Serve : Manfaat dengan adanya peerapan E-Marketing adalah

penambahan value bagi perusahaan. Jika tujuan perusahaan menerapkan Marketing adalah untuk menambah value bagi customer, maka E-Marketing dibuat dengan mengutamakan peningkatan kulaitas pelayanan. - Speak : Jika penerapan E-Marketing perusahaan mempunyai tujuan untuk

memelihara customer dan lebih dekat dengannya, maka E-Marketing dibuat menjadi sarana komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan customer.

- Save : Apabila dalam penerapan E-Marketing mempunyai tujuan untuk meminimalisasi anggaran biaya promosi, maka E-Marketing harus dibuat untuk memenuhi kebutuhna promosi agar dapat meminimalkan biaya promosi yang kurang efesien dan efektif.

- Sizzle : Apabila dalam penerapan E-Marketing perusahaan bermaksud untuk meningkatkan brand awareness dan recognition melalui online media, maka E-Marketing harus dapat memuat dan mampu menyebarluaskan informasi mengenai brand, dari produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

c. Strategy Formulation (How Do We Get There?)

Setelah tujuan yang ingin dicapai telah terusmuskan pada tahap sebelumnya, maka penyusunan strategi yang efektif dapat dilakukan. Perbedaan dari strategi dan taktik pada tahapan kerangka SOSTAC menurut Dave Chaffey dan P.R. Smith dalam bukunya E-Marketing Excellece (2008, p. 454), strategi itu sendiri hanya merupakan panduan umum untuk mencapai

(15)

tujuan. Perbedaannya adalah bahwa taktik diharuskan penjelasan secara lebih mendetail mengenai cara atau tools spesifik yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan, disesaikan dengan strategi yang telah ditetapkan.

Cara yang dapat digunakan dalam pembentukan strategi E-Marketing yang efektif adalah dengan memakai pedoman pada akronim STOP (Chaffey & Smith, 2008, p.459). Pertama, strategi yang dibuat harus difokuskan untuk mencapai objectives (O) yang telah ditentukan sebelumnya. Identifikasi segala kemungkinana segmen (S) yang mungkin dapat dimiliki oleh perusahaan. Segmentation merupakan pengelompokan customer ke dalam beberapa kategori berbeda untuk dapat mengetahui kebutuhan produk atau jasa spesifik dari masing-masing kategori. Mengingat segment customer yang telah ada pada jalur offline, mungkin akan diperlukan adanya pemelihan ulang mengenai Target Market (T) atau segment yang ingin dikuasai melalui marketing online.

Bagian penting lainnya seperti positioning (P) juga harus diperhatikan dalam pembentukan strategi E-Marketing. Hal tersebut dikarenakan produk atau jasa yang ditawarkan melalui jalur online harus ditentukan dengan seksama secara tepat melalui penetapan harga dan penawaran value seperti yang dijanjikan kepada calon customer dengan adanya E-Marketing. Dengan begitu perbandingan dengan pihak kompetitor dapat dilakukan dan menghasilkan analisa strong proposition yang menjadi competitive advantage bagi perusahaan.

Strong value proposition atau value proposition yang efektif harus mampu menarik minat target customer untuk menggunakan dan membeli

(16)

suatu produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan, bahkan untuk mempengaruhi tingkat loyalitasnya.

Online Value propostion itu sendiri dapat diartikan sebagai customer Value Proposition yang ditawarkan oleh perusahaan kepada customer melalui channel online (Chaffey, 2010. 1). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membangun online Value Proposition yang efektif, diantaranya adalah dengan penggunaan pendekatan 7P seperti berikut :

- Product (Content, Customisation, community), untuk memberikan pengalaman yang positif bagi customer mengenai produk atau jasa diikuti dengan brand perusahaan, pelayanan baru harus diberikan berasa dengan media E-Marketing yang telah dibangun. Pelayanan tersebut dapat berupa customer service online, penyediaan informasi tentang produk atau jasa yang lengkap (termasuk testimonial dan review) dan pembentukan komunitas melalui jalur online, untuk menambah value pada produk atau jasa yang ditawarkan.

- Price (Cost Reduction), pemberian potongan harga, dan harga spesial melalui chanel online, contohnya dengan memberikan diskon tertentu karena telah membeli dalam partai banyak.

- Place, dengan pemakaian jalur online maka customer lebih mudah untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan perusahaan. Hal tersebu dikarenakan customer tidak perlu repot untuk mengunjungi secara langsung di tempat perusahaan tersebut ada.

- Promotion, promosi yang dilakukan melalui jalur online lebih efektif, dikarenakan akses kemudahan, dan tanpa adanya batasan ruang dan waktu selama periode promosi tersebut aktif/berlaku.

(17)

- Physical Evidence, People, Process, P pada konteks ini merupakan bagian yang sangat penting pada mix promotion dalam membentuk kesan yang positif bagi customer. People berperan penting dalam mensukseskan customer service, kualitas process sangat berpengaruh dengan kecepatan akses yang sederhana melalui online. Begitu pula dengan Physical Evidence yang menampilkan berbagai review yang positif mengenai perusahaan yang dapat dilihat oleh semua orang yang terhubung dengan Website.

d. Tactics (How Exactly Do We Get There?)

Pada Intinya perbedaan strategi dengan taktik adalah : strategi merumuskan panduan umum yang akan dilakukan perusahaan dalam mencapai tujuan, sedangkan taktik merumuskan detail langkah atau tahap seperti apa yang akan dilakukan untuk pelaksanaan strategi tersebut (Chaffey, Chadwick, Johnston, & Mayer, 2008, p.460).

Pada tahapan taktik dalam perencanaan SOSTAC dapat menggunakan kerangka RACE Model. Dimana kerangka RACE Model merupakan kerangka pembentukan taktik yang pertama kali diperkenalkan oleh Steve Jackson dalam bukunya yang berjudul Cult of Analytics. RACE Model terdiri atas empat langkah aktifitas yang dirancang untuk membantu pembentukan brands engagement. Berikut penjabaran dari rangkaian aktifitas marketing yang ada pada kerangka RACE (Chaffey, 2010, What is RACE? Section, para, 1) :

- Tahap 1, Reach : Reach merupakan taktik yang harus dilakukan dalam emmbangun brand awareness dari produk atau jasa yang dijual, dengan memperkenalkannya melalui berbagai media online atau offline.

(18)

- Tahap 2, Act : Act merupakan taktik dalam mempengarhi pengunjung Website supaya tertarik untuk mencari tahu lebih jauh mengenai perusahaan melalui konten yang menarik dan fitur yang menarik.

- Tahap 3 Convert, : Convertion merupakan taktik untuk menarik target customer agar bersedia menjalin hubungan dengan perusahaan, serta tertarik untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

- Tahap 4, Engage : pada tahap ini adalah upaya penjagaan hubungan pada customer yang telah terjalin agar hubungan antara perusahaan dengan customer bertahan lama.

(19)

Gambar 2-3 : Kerangka RACE

(20)

e. Action (What is Our Plan?)

Setelah berhasil merumuskan taktik, saatnya untuk memecah taktic tersebut menjadi suatu rangkaian rencana kerja yang terstruktur dan terjadwal (Chaffey & Smith, 2008, p. 496). Pada tahap ini dapat dibuat suatu jadwal kerja dalam bentuk Flow chart, Gantt Chart, membuat perencanaan budget alokasi sumber daya secara mendetail, membuat risk management plan, dan lain sebagainya.

f. Control (Did We Get There?)

Pada tahap terakhir SOSTAC ini adalah upaya untuk memonitor dan mengevaluasi secara berkesinambungan apakah aplikasi E-Marketing yang telah diterapkan perusahaan berhasil mencapai tujuan. Terdapat berbagai Corrective action untuk dilakukan sebagai perbaikan E-Marketing.

Gambar 2-4 : Kerangka Perencanaan SOSTAC (Sumber : Chaffey, 2011, SOSTAC Planning)

(21)

Dengan landasan teori diatas mengenai penjelasan SOSTAC maka dapat dibuat kerangka berpikir untuk menjadi acuan penelitian pada skripsi ini. Adapun kerangka berpikir tersebut dapat dilihat dibawah ini :

Gambar

Gambar 2-1 Environment yang dianalisis dalam tahap Situation Analysis (Sumber : Chaffey,  2010, )
Gambar 2-2 Tabel SWOT Dengan Kolom Penyusunan Strategi (Sumber : smartinsight.com )
Gambar 2-3 : Kerangka RACE
Gambar 2-4 : Kerangka Perencanaan SOSTAC  (Sumber : Chaffey, 2011, SOSTAC Planning)

Referensi

Dokumen terkait

a. Individual or separate family brand names: perusahaan barang kemasan konsumen mempunyai tradisi lama dengan memberi nama brand yang berbeda pada produk yang berbeda.

Konsep produk akan dikembangkan dengan disain produk, pada tahap perkembangan produk dari konsep menjadi prototype, maka orang- orang teknis (R&D) akan menjalankan aktivitas

Sedangkan pada tahap input untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dari proses pembuatan produk tersebut, tahap process dimana tahap tersebut memiliki alur

• Ketika perusahaan memiliki produk yang berhasil yang berada pada tahap dewasa dalam siklus hidup produk, idenya adalah untuk menarik pelanggan yang puas

 Ketika organisasi memiliki produk-produk berhasil yang berada di tahap kematangan dari siklus hidup produk, gagasannya disini adalah menarik konsumen yang terpuaskan

Secara umum adalah suatu produk yang berupa barang atau jasa yang berbeda dengan yang telah ada, maka baru dapat didefinisikan sebagai produk baru bagi perusahaan yaitu perusahaan

Bisnis yang secara khusus menjual produk dan jasa ke konsumen pada website e-commerce, menyediakan halaman website yang menarik, katalog multimedia, menerima dan memproses

Pengendalian mutu mempunyai arti yang sangat penting dalam kegiatan produksi suatu perusahaan karena apabila mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan konsumen