• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Kajian Pustaka

1. Entitas Akuntansi dan Pelaporan Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010:

Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.

Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentutan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

a. Pemerintah pusat; b. Pemerintah daerah;

c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undnagan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset,

(2)

yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013:

Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan.

Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

Entitas pelaporan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan. Sedangkan, Entitas akuntansi wajib menyampaikan Laporan Keuangan selaku kuasa pengguna anggaran/barang secara periodik dan berjenjang kepada entitas pelaporan.

2. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah media utama bagi suatu entitas untuk mengkomunikasikan informasi keuangan oleh manajemen kepada para pemangku kepentingan (Hans, Rosita, Merliyana dan Sylvia, 2012).

(3)

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Tujuan Pelaporan Keuangan

Secara umum tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Menurut Doddi Nordiawan (2008:35) pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

1) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

2) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

(4)

3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

5) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

6) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan tertentu.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

c. Peranan Pelaporan Keuangan

Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan digunakan juga untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi

(5)

suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan: 1) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

(6)

4) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

d. Jenis – jenis Laporan Keuangan Pemerintah

Laporan Keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Menurut Muindro (2008:179) laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

LRA menyajikan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing dapat diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. LRA menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan:

a) Telah dilaksanakan secara efisiensi dan efektif; b) Telah sesuai dengan anggarannya; dan

(7)

Menurut Ulum (2004:192) bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsure pendapatan, belanja dan pembiayaan. Masing-masing komponen didefinisikan sebagai berikut: a) Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang

menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat/daerah, yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat/daerah;

b) Belanja adalah semua pengeluaran kas umum negara/kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah;

c) Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar, atau akan diterima kembali yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup deficit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

2) Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu. Menurut Ulum (2004:213) bahwa masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:

a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi/

(8)

sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan sejarah dan budaya;

b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya baru wajib dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan;

c) Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) Ekuitas dana lancar, yaitu selisih antara aset lancer dan kewajiban jangka pendek;

(2) Ekuitas dana investasi, yaitu selisih antara aset non lancer dan dana cadangan atas kewajiban jangka panjang;

(9)

(3) Ekuiutas dana cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

CaLK meliputi penjelasan, daftar rinci dan analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA dan Neraca. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintah serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Menurut Ulum (2004:235), CaLK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiscal/keuangan, ekonomi, makro pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan;

c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan standar akuntansi pemerintah yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

(10)

e) Informasi yang menjelaskan pos-pos laporan keuangan seusai dengan urut sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan

f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Kementerian Negara/Lembaga (K/L) yang menggunakan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan, disamping wajib menyusun laporan keuangan atas bagian anggarannya sendiri, juga wajib menyusun Laporan Keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara terpisah.

Atas Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang dilimpahkan/ dialokasikan oleh K/L kepada Pemerintah Daerah, laporan keuangannya merupakan satua kesatuan/tidak terpisah dari laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

Untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Khusus yang diterima melalui Rekening Bendahara Umum Negara seperti penerimaan Minyak dan Gas Bumi (Migas) dan PNBP Migas lainnya, PPh Migas, Pungutan ekspor dan penerimaan laba BUMN Perbankan dan Non Perbankan diproses melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) oleh satker tersendiri pada unit organisasi pada Kementerian Keuangan yang mengelola PNBP yang selanjutnya laporan keuangan tersebut merupakan satu kesatuan dengan laporan keuangan Kementerian Keuangan.

(11)

Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkala disampaikan kepada unit akuntansi diatasnya. Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud dihasilkan oleh Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) yang dikompilasi.

3. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.

SAP yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual (cash towards accrual). Basis ini mengharuskan penyajian aset, kewajiban, ekuitas dengan basis akrual, sedangkan pendapatan dan belanja menggunakan basis kas. Sedangkan SAP yang ditetapkan PP Nomor 71 Tahun 2010 sudah menggunakan basis akrual.

Dalam rangka mengetengahkan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, maka pemerintah pusat membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) bertugas menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku baik untuk Pemerintah

(12)

Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi yang berlaku umum, yaitu (Barata dan Trihartanto 2005:73):

a. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) bekerja untuk menetapkan proses penyiapan standard an meminta pertimbangan mengenai substansi standar kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

b. Proses penyiapan standar dimaksud mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) agar dihasilkan standar yang objektif dan bermutu.

c. Terhadap pertimbangan yang diterima dari BPK, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) memberikan tanggapan, penjelasan, dan/atau melakukan penyesuaian sebelum Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah dengan SAP.

Ruang lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah sebagai berikut (Bastian 2006 : 135):

a. SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Satuan Organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat/Daerah, jika

(13)

menurut peraturan perUndang-Undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

b. Keterbatasan dari penerapan SAP akan dinyatakan secara eksplisit pada setiap standar yang diterbitkan.

c. Proses penyiapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan mekanisme procedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam setiap penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAP) oleh komite.

d. Proses penyiapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ini berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dam melaksanakan standar yang ditetapkan.

SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP, sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I SAP berbasis akrual, terdiri dari:

PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan

PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas PSAP 03 Laporan Arus Kas

PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan PSAP 05 Akuntansi Persediaan

PSAP 06 Akuntansi Investasi PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap

(14)

PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban

PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akutansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan

PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian PSAP 12 Laporan Operasional

Sedang pada PP Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran II SAP berbasis kas menuju akrual, terdiri dari:

PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran PSAP 03 Laporan Arus Kas

PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan PSAP 05 Akuntansi Persediaan

PSAP 06 Akuntansi Investasi PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap

PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban

PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa

(15)

4. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) a. Pengertian SAPP

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat (PMK No.233/PMK.05/2011).

b. Tujuan SAPP

Menurut Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan RI (2008:3) SAPP bertujuan untuk:

1) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar praktek akuntansi yang diterima secara umum;

2) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegaitan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna senagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;

3) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan sustu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;

4) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

(16)

c. Ciri-ciri Pokok SAPP

Ciri-ciri pokok SAPP menurut Kementerian Keuangan RI adalah: 1) Basis Akuntansi

Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis accrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

2) Sistem Pembukuan Berpasangan

Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntansi yaitu: Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebat sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.

a) Dana Tunggal

Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana pendapatan dan belanja pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal. b) Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.

c) Bagan Akun Standar

SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

(17)

d) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam melakukan pengakuan, penelitian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi dan pelaporan keuangan.

d. Ruang Lingkup SAPP

SAPP berlaku untuk seluruh unit organisasi Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan yang dananya bersumber dari APBN serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (Muindro, 2008 dalam Nanik Widayanti, 2012).

e. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Prinsip akuntansi menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 59/PMK.06/2005, adalah:

1) Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang artinya pendapatan diakui dan dicatat pada saat kas diterima oleh Kas Umum Negara (KUN) dan belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikerluarkan dari KUM. Sedangkan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca basis akuntansi yang digunakan adalah basis akrual yang artinya aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat

(18)

terjadinya transaksi atau pada saat kejasian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, bukan pada saat kas/setara kas diterima atau dibayar.

2) Prinsip nilai historis, penilaian ini lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat diverifikasi, aset dicatat sebesar pengeluaran kas/setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperolehnya pada saat perolehan, kewajiban dicatat sebesar jumlah kas/setara kas yang diharapkan akan dibayar untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan keuangan pemerintah.

3) Prinsip realisasi, prinsip ini mengandung pengertian bahwa pendapatan yang tersedia telah diotorisasi melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiscal akan digunkan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut.

4) Prinsip Substansi mengungguli bentuk formal, maksudnya demi kewajaran penyajian transaksi maupun peristiwa yang harus disajikan maka kedua hal tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonominya, bukan hanya aspek formalitasnya saja.

5) Prinsip Periodisitas, artinya kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan suatu entitas perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode yang utama adalah tahunan, namun dianjurkan periodesasi bulanan, triwulan dan semesteran.

(19)

6) Prinsip konsistensi, mengandung pengertian bahwa perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian serupa yang terjadi dari period eke periode, oleh suatu entitas pelaporan.

7) Prinsip pengungkapan lengkap, laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.

8) Prinsip penyajian wajar, laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

f. Kerangka Umum SAPP

SAPP dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Umum SAPP (PMK No.233/PMK.05/2011) SAI SAK SIMAK-BMN SiA SA-UP SA-PP SA - SA-BSB SA -IP SA-TK SAP BL SAKU SAU SA-BUN DJKN SAPP SIKU BAH

(20)

1) Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)

Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN dan Pengguna Anggaran Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP). SA-BUN terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu:

a) Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) terdiri dari:

Ø Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN); dan Ø Sistem Akuntnasu Umum (SAU).

b) Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP); c) Sistem Akuntansi Hibah (SIKUBAH);

d) Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP); e) Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP); f) Sistem Akuntansi Transfer Daerah (SA-TD);

g) Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL); h) Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL); dan

i) Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK).

Dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BUN, pengolahan data dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN yang terdiri dari: a) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa

Bendahara Umum Negara Pusat (UAKBUN-P KPPN);

b) Kantor Wilayah DJPBN selaku Unit Akuntansi Kuasa Koordinator Bendahara Umum Negara Kantor Wilayah (UAKKBUN-KANWIL);

(21)

c) Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat (UAKBUN-P);

d) Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN) dan Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN);

e) Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

f) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

g) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

h) Direktorat Jenderal Anggaran selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

i) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN); dan

j) Badan Lainnya selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN).

2) Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga (K/L), yang memproses data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sesuai dengan PEB-57/PB/2013 tentang Pedoman

(22)

Penyusunan Laporan Keuangan K/L, dalam pelaksanaan sistem akuntansi, K/L wajib membentuk unit akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang.

5. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) a. Pengertian Sistem Akuntansi Instansi

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) adalah salah satu subsistem dari Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007, SAI adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Ketua Lembaga Teknis yang melakukan pemrosesan data transaksi keuangan baik arus uang maupun barang untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Gade (2002:115) dalam Nanik Widayanti (2012) menjelaskan Sistem Akuntansi Instansi sebagai berikut:

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) merupakan sistem akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan Instansi. Untuk melaksanakan sistem tersebut, instansi membentuk unit-unit akuntansi sesuai dengan hierarki

(23)

organisasi. Unit-unit akuntansi ini melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan instansi.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 SAI memiliki dua subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:

b. Kerangka SAI

SAI dilaksanakan oleh K/L dengan memproses transaksi keuangan yang meliputi arus uang maupun barang. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

1) Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)

Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan bagian dari Sistem Akuntansi Instansi yang digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem Akunatnsi Keuangan (SAK)

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik

Negara (SIMAK-BMN) Gambar 2.2

Kerangka Umum SAI (PMK No. 171/PMK.05/2007)

(24)

realisasinya, sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. SAK dilaksanakan oleh Kementerian Negara atau Lembaga. Berdasarkan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Perdirjen Nomor PER 51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan SAK K/L membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam organisasinya, yang terdiri dari:

a) Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA)

MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS KOMPUTER KEPALA BIRO/PUSAT YANG

MEMBIDANGI KEUANGAN/ PEJABAT YANG DITUNJUK PEJABAT ESELON I YANG

MEMBIDANGI

KESEKRETARIATAN/PEJABAT YANG DITUNJUK

KABAG/KABID KEUANGAN/KABAG/KABID VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/ PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan Gambar 2.3

Struktur UAPA pada tingkat K/L (PER-57/PB/2013)

(25)

b) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1) Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS KOMPUTER SEKRETARIS ESELON I (SESDITJEN/SEKBAN)/PEJABAT YANG DITUNJUK PEJABAT ESELON I (DIRJEN/KA.BADAN)/PEJABAT YANG DITUNJUK KABAG/KABID KEUANGAN/KABAG/KABID VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/ PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK Gambar 2.4

Struktur UAPPA-E1 pada tingkat Eselon I Pusat (PER-57/PB/2013)

(26)

c) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W)

Gambar 2.5

Struktur UAPPA-E1 pada tingkat Wilayah (PER-57/PB/2013) Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS KOMPUTER KEPALA KANTOR WILAYAH/KEPALA SATUAN KERJA YANG DITETAPKAN

KABAG/KABID KEUANGAN/KABAG/KABID VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/ PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK

(27)

d) Koordinator Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran- Wilayah Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama (UAPPA-W DK/TP/UB)

Gambar 2.6

Struktur UAPPA-W DK/TP/UB di Daerah (PER-57/PB/2013) Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS KOMPUTER PEJABAT ESELON II YANG

MEMBIDANGI KEUANGAN/ PEJABAT YANG DITUNJUK PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ PEJABAT YANG DITUNJUK

PEJABAT ESELON III KABAG/KABID KEUANGAN/ KABAG/KABID VERIFIKASI DAN

AKUNTANSI/ PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/

PEJABAT YANG DITUNJUK KEPALA DAERAH

(28)

e) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

Unit-unit akuntansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan.

Gambar 2.7

Struktur UAKPA pada tingkat Satker Pusat/Daerah (PER-57/PB/2013) Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi Keuangan PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER KEPALA SATUAN KERJA/KEPALA

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

KASUBBAG TU/PEJABAT YANG MENANGANI

KEUANGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG

(29)

2) Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)

SIMAK-BMN (dahulu SABMN) merupakan subsistem dari SAI, yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN serta pengelolaan/pengendalian Barang Milik Negara (BMN) yang dikuasai oleh suatu unit akuntansi barang. Di samping menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan Neraca Kementerian Negara/Lembaga, SIMAK-BMN juga menghasilkan informasi-informasi untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pengelolaan BMN dan kebutuhan-kebutuhan manajerial Kementerian Negara/Lembaga lainnya.

SIMAK-BMN dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan Perdirjen Nomor PER 51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kemneterian Negara/Lembaga dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan SIMAK-BMN Kementerian Negara/Lembaga membentuk dan menunjuk unit akuntansi di dalam organisasinya , yang terdiri dari:

1) Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB) pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga;

2) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Eselon 1 (UAPPB-E1) pada tingkat Eselon I;

3) Koordinator Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W) Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan/Urusan Bersama;

(30)

4) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W) pada tingkat Wilayah; dan

5) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) pada tingkat satuan kerja. Laporan BMN Kementerian Negara/Lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari:

1) Laporan BMN

Menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu periode serta mutasi BMN yang terjasi selama periode tersebut.

2) Laporan BMN Intrakompatibel

Laporan BMN intrakompatibel digunakan untuk melaporkan BMN non persediaan dan non Konstruksi Dalam Pengerjaan yang memenuhi syarat kapitalisasi.

3) Laporan BMN Ekstrakompatibel

Digunakan untuk melaporkan BMN non persediaan dan non Konstruksi Dalam Pengerjaan yang tidak memenuhi syarat kapitalisasi.

4) Catatan Ringkas BMN

Menyajikan gambaran yang menjelaskan BMN yang dikuasai unit organisasi akuntansi BMN, berguna untuk mendukung Catatan atas Laporan Keuangan.

(31)

c. Mekanisme Pelaporan SAI

Gambar 2.8

Mekanisme Pelaporan SAI (PMK No. 233/PMK.05/2007) 6 14 15 19 20 21 22 23 24 25 26 1 2 3 7 9 11 12 13 16 17 18 4 5 8 10 KPKNL UAKPB UAKPA KPPN KANWIL DJKN UAPPB-W UAPPA-W BLU Kanwil Ditjen PBN UAPPB-E1 UAPPA-E1 DJA Dit A3

UAPB UAPA Ditjen

PBN (Dit.APK) Ditjen PBN (Dit. PBMKN) 27 28 30 29 31 32 Keterangan:

: arus data dan laporan (termasuk DK dan TP) : rekonsiliasi data

: pencocokan laporan BMN dengan laporan keuangan : arus data laporan APP (BA 062 dan BA 069)

(32)

Penjelasan:

1. UAKPA menyampaikan dokumen sumber perolehan Aset Tetap kepada UAKPB setiap terdapat transaksi perolehan Aset.

2. UAKPB mengirimkan ADK aset setiap bulan ke UAKPA sebagai bahan penyusunan neraca.

3. UAKPB menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap Triwulan ke KPKNL sebagai bahan pemutakhiran data BMN.

4. UAKPA menyampaikan secara bulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca dan ADK termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CaLK.

5. BLU menyampaikan secara triwulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca dan ADK dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CaLK.

6. KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke KPPN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.

7. KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke Kanwil DJKN sebagai bahan penyusunan laporan BMN tingkat wilayah. 8. KPPN menyampaikan Laporan Keuangan Kuasa BUN termasuk Bagian

Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap bulan dan mengirimkan ADK setiap hari ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang AKLAP.

9. BLU menyampaikan menyampaikan ADK, LRA dan neraca kepada UAPPAE1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN

(33)

setiap triwulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan Catatan Atas Laporan.

10. UAKPA menyampaikan ADK, LRA dan neraca termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan kepada UAPPA-W untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan. 11. UAKPA Kantor Pusat menyampaikan ADK, LRA dan neraca termasuk

Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan kepada UAPPA-E1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan apabila untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.

12. UAKPB menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke UAPPB-W untuk digabungkan setiap semester.

13. UAKPB Kantor Pusat menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke UAPPBE1 untuk digabungkan setiap semester.

14. UAPPB-W menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-W setiap semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPPA-W. 15. UAPPB-W melakukan rekonsiliasi data BMN dengan Kanwil DJKN setiap

semester.

16. UAPPA-W menyampaikan ADK termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang AKLAP, dan menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap triwulan dalam rangka

(34)

rekonsiliasi tingkat wilayah. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CaLK.

17. UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara triwulanan kepada UAPPA-E1 untuk digabungkan di tingkat eselon I. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CaLK.

18. Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke Kanwil DJPBN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.

19. UAPPB-W menyampaikan ADK transaksi BMN dan laporan BMN ke UAPPBE1 untuk digabungkan di tingkat eselon I setiap semester.

20. UAPPB-E1 melakukan rekonsiliasi data BMN UAKPB Kantor Pusat dengan Kanwil DJKN setiap semester.

21. Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke Kantor Pusat DJKN sebagai bahan penyusunan laporan BMN tingkat pemerintah pusat.

22. Kanwil Ditjen PBN mengirim ADK setiap hari dan Laporan Keuangan Kuasa BUN setiap triwulan termasuk data Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan ke Kantor Pusat Ditjen PBN cq Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai bahan rekonsiliasi dengan kementerian negara/lembaga di tingkat pusat.

23. UAPPB-E1 menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-E1 setiap semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPPA-E1.

(35)

24. UAPPB-E1 menyampaikan ADK dan laporan BMN ke UAPB untuk digabungkan di tingkat kementerian negara/lembaga setiap semester.

25. UAPPA-E1 menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk BLU dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap triwulan ke UAPA sebagai bahan penyusunan laporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga. Untuk laporan semesteran dilengkapi dengan CaLK.

26. Apabila diperlukan UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasi laporan keuangan tingkat eselon I dengan Ditjen PBN cq. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester.

27. UAPB menyampaikan laporan BMN kepada UAPA setiap semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPA.

28. UAPA menyampaikan LRA dan neraca anggaran pembiayaan dan perhitungan ke Ditjen Anggaran c.q Dit. Anggaran III yang bertindak sebagai Biro Keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

29. UAPA menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada Ditjen PBN cq. Dit. APK termasuk BLU dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan dalam rangka rekonsiliasi dan penyusunan Laporan Keuangan pemerintah pusat setiap semester.

30. DJA cq. Dit Anggaran III menyampaikan laporan keuangan dan ADK dalam rangka rekonsiliasi dengan Ditjen PBN cq. Dit. APK setiap semester.

31. UAPB menyampaikan laporan BMN tingkat kementerian negara/lembaga ke Ditjen KN.

(36)

32. Ditjen KN menyampaikan laporan BMN Pemerintah Pusat ke Ditjen PBN c.q. Dit.APK sebagai bahan penyusunan neraca Pemerintah Pusat.

6. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (UU Nomor 15 Tahun 2004)

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena satu-satunya badan/lembaga yang mempunyai tanggungjawab dalam pemeriksaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah .untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa

(37)

keadilan dan kepatutan. BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.

Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang telah disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi dengan pemerintah. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.

Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan, serta dapat juga mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral dan masyarakat. Dalam

(38)

menyelenggarakan pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah. Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat:

a. meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

b. mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset, lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dan entitas yang menjadi obyek pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas pemeriksaannya;

c. melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen pengelolaan keuangan negara;

d. meminta keterangan kepada seseorang; dan

e. memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.

Dalam rangka meminta keterangan untuk suatu kegiatan, BPK dapat melakukan pemanggilan kepada seseorang. Pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah, untuk pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, sedangkan untuk mengungkapkan adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana, pemeriksa melaksanakan pemeriksaaan investigatif.

(39)

Setelah selesai pemeriksaan, pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan. Apabila diperlukan, pemeriksa dapat menyusun laporan interim pemeriksaan. Laporan yang dihasilkan oleh pemeriksa, antara lain: (1) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah yang memuat opini; (2) Laporan hasil pemeriksaan atas kinerja memuat yang temuan, kesimpulan, dan rekomendasi; (3) Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang memuat kesimpulan serta (4) Tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas temuan, kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa, dibuat sebagai lampiran.

Sejauh ini, audit kinerja terhadap lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan yang dikeluarkan oleh BPK. Standar Audit Pemerintahan memuat tata cara melakukan audit atas semua kegiatan pemerintah yang meliputi APBN, APBD, pelaksanaan anggaran tahunan BUMN dan BUMD serta yayasan yang didirikan oleh Pemerintah, BUMN dan BUMD.

Dalam bukunya, Mardiasmo (2009) standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap lembaga pemerintah sesuai dengan Standar Audit Pemerintahan adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum

1) Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan.

(40)

2) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/lembaga audit dan auditor, baik pemerintah maupun akuntan publik harus independen.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. 4) Setiap organisasi/lembaga audit yang melaksanakan audit yang

berdasarkan SAP ini harus memiliki sistem pengendalian intern yang memadai dan sistem tersebut harus di review pihak lain yang kompeten. b. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja

1) Perencanaan, pekerjaan harus direncanakan secara memadai. 2) Supervisi, staf harus diawasi (supervise) dengan baik.

3) Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan. 4) Pengendalian Manajemen.

c. Standar Pelaporan Audit Kinerja

1) Bentuk, auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengkomunikasikan hasil setiap audit.

2) Ketepatan waktu, auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak lain yang berkepentingan.

3) Isi laporan, mencakup tujuan lingkup metodologi audit, hasil audit, rekomendasi, pernyataan standar audit, kepatuhan terhadap perundang-undangan, tanggapan pejabat yang bertanggungjawab.

(41)

4) Penyajian laporan, laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan serta jelas dan ringkas sepanjang hal ini dimungkinkan.

5) Distribusi laporan, laporan tertulis audit diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit, pihak yang meminta audit, dan yang mempunyai tanggung jawab atas pengawasan secara hukum dan pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima laporan tersebut.

7. Penelitian Terdahulu

Kusumah (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah terhadap kualitas Laporan Keuangan menyimpulkan bahwa penerapan SAP pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tasikmalaya baik dan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal serupa juga dilakukan oleh Indra Setia Priyatno (2013) dengan penelitiannya yang berjudul Evaluasi Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang menyimpulkan bahwa penyajian laporan keuangan pada SKPD Bappeda Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari penyajian LRA, penyajian Neraca dan penyajian CaLK telah mengadopsi atau sesuai cdengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP. Sedangkan Ihwan Kema (2013) dalam penelitiannya mengenai penyajian laporan keuangan daerah berdasarkan SAP pada Pemerintah

(42)

Kota Manado disimpulkan bahwa dalam penyajian laporan keuangan belum mengacu pada SAP dalam beberapa hal penyajian pos-pos dalam neraca, meskipun secara keseluruhan laporan keuangan pemerintah Kota Manado telah berpedoman pada SAP.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Nanik Widayanti (2013) dengan judul Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah pada Satuan Kerja (Satker) Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan di Kementerian Kehutanan Tahun 2012 yang memperoleh kesimpulan laporan keuangan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan telah berpedoman pada SAP dan penyusunan laporan keuangannya telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga serta laporan keuangan dimaksud telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan kaidah peraturan perundang-undangan, baik laporan keuangan pusat maupun daerah perlu adanya monitoring, analisa dan evaluasi dari berbagai pihak. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2010) menyimpulkan bahwa praktik akuntansi suatu daerah yang sesuai SAP mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan dan kemandirian keuangan.

(43)

Tabel 2.1

Rekapitulasi Penelitian Terdahulu

Peneliti Thn Judul Hasil

Kusumah 2012 Pengaruh Penerapan

Standar Akuntansi Pemerintah terhadap kualitas Laporan Keuangan

(Study Kasus Pada SKPD Kota Tasikmalaya)

Penerapan standar akuntansi pemerintahan pada SKPD pemerintah Kota Tasikmalaya baik dan telah menerapkan SAP.

Indra Setia Priyatno 2013 Evaluasi Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) (Study Kasus di Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan)

penyajian laporan keuangan pada SKPD Bappeda Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari penyajian LRA, penyajian Neraca dan penyajian CaLK telah mengadopsi atau sesuai cdengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP.

Nanik Widayanti 2013 Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah pada Satuan Kerja (Satker) Sekretariat Direktorat Jenderal Binas Usaha Kehutanan di Kementerian Kehutanan Tahun 2012

Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan Tahun 2012 telah berpedoman pada SAP dan telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga serta telah diaudit oleh BPK.

Ihwan Kema 2013 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Kota Manado

Penyajian Laporan Keuangan belum mengacu pada SAP dalam beberapa hal penyajian pos-pos dalam neraca, meskipun secara keseluruhan laporan keuangan pemerintah Kota Manado telah berpedoman pada SAP. Sumber: Hasil Olahan Penulis dari Beberapa Referensi

(44)

B. Rerangka Pemikiran

Sesuai dengan Agenda Prioritas NawaCita Presiden ke-2, yaitu membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, salah satunya dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sehingga terwujud tata kelola pemerintahan yang baik, yang ditandai dengan: terwujudnya sistem pelaporan kinerja instansi pemerintah dan meningkatnya akses publik terhadap informasi kinerja instansi pemerintah; meningkatnya implementasi open government pada seluruh instansi pemerintah serta makin efektifnya penerapan e-government untuk mendukung manajemen birokrasi secara modern.

Salah satu upaya konkrit yang dilakukan Pemerintah untuk mewujudkan sistem pelaporan kinerja instansi pemerintah yang transparan dan akuntabel dalam bidang pengelolaan keuangan, yaitu dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan (APBN) pemerintah yang disusun dengan mengikuti paraturan perundang-undangan. Oleh karenanya, pada tahun 2005 Pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan disempurnakan melalui penerbitan PP Nomor 71 Tahun 2010.

Laporan keuangan Pemerintah terdiri dari LRA, Neraca dan CaLK. LRA menyajikan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing dapat diperbandingkan dengan

(45)

anggarannya dalam satu periode. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu. Selanjutnya CaLK meliputi penjelasan, daftar rinci dan analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA dan Neraca.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Sehingga laporan keuangan Pemerintah harus mempunyai kualitas yang: (1) Relevan, dimana informasi didalamnya dapat mengevaluasi dan mengkoreksi hasil evaluasi peristiwa masa lalu dan memprediksi masa depan; (2) Andal, dimana penyajian laporan keuangan bersifat apa adanya atau jujur, dapat diverifikasi dan netral atau tidak memihak manapun; (3) Dapat dibandingkan, informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya; dan (4) Dapat dipahami, Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Dengan penerapan SAP diharapkan Pemerintah dapat menyusun laporan keuangannya yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami sehingga transparansi dan akuntabilitas laporan pertanggungjawaban Pemerintah dimaksud dapat diwujudkan.

(46)

Gambar 2.9 Rerangka Pemikiran

Sumber: Hasil Olahan Penulis dari Beberapa Referensi PP Nomor 24 Tahun 2005 disempurnakan dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Kebijakan Akuntansi Pemerintah

Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Neraca 3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Analisis Penerapan SAP dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Pemerintah 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat dibandingkan 4. Dapat dipahami Agenda prioritas

Pemerintah saat ini (tata kelola pemerintahan

yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya)

Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah yang transparan, tertib, efektif, dan efisien dan sesuai perUU

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Umum SAPP  (PMK No.233/PMK.05/2011) SAI SAK SIMAK-BMN SiASA-UP SA-PP SA-SA-BSBSA-IP   SA-TK  SAPBL SAKUSAU SA-BUN DJKN SAPP SIKUBAH
Gambar 2.9  Rerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Pokok-pokok kebijakan tarif cukai 2013 antara lain: Mempertegas sistem tarif cukai hasil tembakau dengan penerapan tarif cukai full spesifik; mencabut Peraturan

Dokumen pelaksanaan seminar penelitian mandiri (daftar hadir, daftar panitia dan dokumen lainnya) dapat dijadikan dokumen jurusan atau peneliti atau research groups yang

Strategi-strategi yang dilakukan antara lain melakukan buzzing melalui media sosial maupun personal chat kepada teman-teman maupun saudara sebelum acara dimulai,

Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah peneliti peroleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya pembentukan keluarga sakinah yang telah dilakukan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Jika Anda menjawab “Tidak” pada pertanyaan pada Gambar 25, Anda akan dapat lanjut menuju halaman 15 yang berisi pertanyaan tentang kerja sama perguruan tinggi Anda dengan

Mendeskripsikan bagaimana hasil belajar, aktivitas siswa, respon siswa, minat siswa dan keterlibatan siswa dalam penerapan model kooperatif tipe learning together

pemenuhan pesanan pada penelitian rantai pasok sayuran Al-Ittifaq, diketahui dari nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan ritel dalam satu