• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Analisis Semen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Analisis Semen"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEMEN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEMEN

Tujuan Praktikum : Tujuan Praktikum :

 Untuk mengamati sperma secara makroskopis dan mikroskopis.Untuk mengamati sperma secara makroskopis dan mikroskopis. 

 UntUntuk uk memembmbandandingingkakan n spspermerma a yayang ng diadiamamati ti dendengan gan karkaraktakterierististikk sperma normal berdasarkan WHO.

sperma normal berdasarkan WHO.

Waktu dan Tempat : Waktu dan Tempat :

 WWaakkttuu : : RRaabbuu, , 226 6 MMeei i 22001100 

 TeTempmpatat : : LaLaboboraratotoririum um H, H, kakammpupus s A A UnUniviverersisitatas s NeNegegeri ri JaJakakartrtaa

Alat dan Bahan : Alat dan Bahan :

 Gelas Ukur Gelas Ukur  

 Botol kacaBotol kaca 

 Pipet tetesPipet tetes 

 Object glassObject glass 

 Indikator pHIndikator pH 

 MikroskopMikroskop 

 Semen (sperma)Semen (sperma)

Cara Kerja : Cara Kerja :

1. Melakukan Pengamatan Makroskopis 1. Melakukan Pengamatan Makroskopis

 Mengambil sampel semen dan disimpan dalam botol Mengambil sampel semen dan disimpan dalam botol kaca.kaca. 

 Mengukur volume semen dengan gelas ukur.Mengukur volume semen dengan gelas ukur. 

 Mencium bau semen dengan cara dibaui.Mencium bau semen dengan cara dibaui. 

 Mengamati warna semen.Mengamati warna semen. 

 Mengukur pH dengan cara Mengukur pH dengan cara mencocokkamencocokkannya dengan indikator pH.nnya dengan indikator pH.

2. Melakukan Pengamatan Mikroskopis 2. Melakukan Pengamatan Mikroskopis

 MenMengagambimbil l semsemen en dendengan gan pippipet, et, kemkemududian ian melmeletaetakkakkannynnya a padpadaa object glass.

(2)

 Meletakkan object glass di mikroskop, kemudian diamati motilitas dan morfologinya.

 Mencatat hasil yang diamati.

Hasil Pengamatan :

Pengamatan Makroskopis

Volume 1.7 mL

Bau khas, tajam,dan tidak busuk Warna putih kelabu

Viskositas tidak terlalu kental Lama Likuifaksi ± 20 menit pH 8 Pengamatan Mikroskopis Motilitas

Perbandingan sperma mati : hidup = 20% : 80% Dari 80% sperma hidup, terdiri dari 50% kelas B dan 30% kelas A

Morfologi Bentuk kepala oval, ekornya lurus panjang. 60% sperma berbentuk normal.

Analisis : 1. Volume VOLUME Analisis Hasil Pengamatan Standar  WHO 1.7 mL 2-5 mL

Berdasarkan hasil pengamatan, volume yang terukur  sebesar 1.7 mL.

Menurut WHO, volume tersebut di bawah standar  normal (2-5 mL).

Hal ini disebabkan pendonor sperma saat melakukan ejakulasi dalam kondisi

tegang, sehingga menyebabkan semen yang dikeluarkan dalam jumlah sedikit.

Selain itu, pendonor sperma kurang rapat dalam menutup botol kaca,

(3)

pembungkusnya.

2. Bau

Berdasarkan hasil pengamatan, bau yang dihasilkan khas, tajam, dan tidak berbau busuk. Bau tersebut sudah memenuhi standar WHO.

3. Warna

Berdasarkan hasil pengamatan, warna semen yang teramati putih kelabu. Warna tersebut sudah memenuhi standar WHO, yaitu putih dan abu-abu. 4. pH pH Analisis Hasil Pengamatan Standar  WHO 8 7.2-7.8

Berdasarkan hasil pengamatan, pH yang terukur sebesar  8.

Menurut WHO, volume tersebut di atas standar normal (7.2-7.8).

Hal ini disebabkan indikator pH tidak memberikan hasil yang ajeg,

karena pengukuran hanya mengandalkan ketepatan visual dalam menyocokkan warna di indikator.

Selain itu, kemungkinan botol kaca basah sehingga semen tercampur dengan air.

5. Viskositas dan Lama Likuifaksi

Berdasarkan hasil pengamatan, semen yang dihasilkan tidak terlalu kental dan lama likuifaksi adalah sekitar 20 menit. Namun, pengamatan ini

(4)

hanya perkiraan pengamat karena pengamat tidak mengetahui waktu ejakulasi pendonor. Berdasarkan literatur (Wildan Yatim, 1994), likuifaksi terjadi pada semen normal 15-20 menit post-eyakulasi.

6. Motilitas

Berdasarkan hasil pengamatan, perbandingan sperma mati : hidup = 20% : 80%. Dari 80% sperma hidup, terdiri dari 50% kelas B dan 30% kelas A. Berdasarkan WHO, kelas A merupakan sperma yang berenang maju dengan cepat dalam garis lurus seperti peluru kendali. Sedangkan kelas B, merupakan sperma yang berenang maju tetapi dalam garis melengkung atau bergelombang, atau dalam garis lurus tetapi lambat. Setelah dianalisis, pendonor memiliki sperma normal karena memproduksi ± 50% sperma kelas A dan B (menurut standar WHO).

7. Morfologi

Menurut WHO, sperma normal memiliki bentuk kepala oval beraturan dengan ekor lurus panjang di tengahnya. Berdasarkan pengamatan, sperma yang teramati selain memiliki bentuk kepala oval, juga berbentuk bulat dengan ekor lurus pendek. Sperma yang bentuk kepala bulat adalah sperma abnormal dan tidak dapat membuahi telur. Jumlah sperma normal 60% dari   jumlah keseluruhan sperma. Pada pengamatan, tidak ditemukan adanya : sperma berkepala dua (bicephalic), sperma berekor dua atau bercabang (bicaudal), sperma berkepala sangat kecil (microcephalic), dan sperma berkepala sangat besar (macrocephalic).

8. Perhitungan Sperma (Sperm Count )

Dalam pengamatan, pengamat tidak menghitung jumlah sperma karena pengamat tidak mengetahui cara sederhana menghitung sperma.

(5)

Berdasarkan literatur yang pengamat dapatkan, cara sederhana perhitungan sperma yaitu dengan menentukan lapangan pandang.

Lapangan pandang diperiksa secara sistematik dan motililas sperma yang dijumpai dicatat. Kategori yang dipakai untuk mengklasifikasi motilitas sperma disebut (a), (b), (c), (d), dan didefinisikan sebagai berikut:

Kategori

(a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka.

(b) jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus. (c) jika tidak bergerak maju.

(d) jika sperma tidak bergerak.

Biasanya empat sampai enam lapangan pandang yang diperiksa untuk memperoleh seratus sperma secara berurutan yang kemudian diklasifikasi sehingga menghasilkan persentase setiap kategori motilitas. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang dengan tetesan sperma kedua yang diperlakukan dengan tatacara sama.

Pemeriksaan mikroskopik berikutnya adalah memeriksa jumlah sperma. Pemeriksaan dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara kasar dan penghitungan dalam kamar hitung. Penentuan secara kasar dilakukan dengan menghitung jumlah spermatozoa rata-rata pada beberapa lapangan pandang pembesaran objektif 40 kali, kemudian mengalikan angka tersebut dengan 106. Jika ada 40 sperma/lapangan maka jumlah sperma secara kasar 

kira-kira 40 juta/ml.

Setelah menghitung jumlah sperma secara kasar, dilanjutkan pemeriksaan selular yang bukan sperma. Elemen bukan sperma juga dilihat antara lain sel epitel gepeng dari saluran uretra, sel spermatogenik, dan lekosit. Jumlah sel tersebut ditaksir dalam setiap lapangan pandangan pada sediaan basah seperti penghitungan jumlah sperma.

Jika jumlah sel tersebut melebihi 1 juta/ml atau satu setiap lapangan pandangan dengan pembesaran objektif 40 kali, dilakukan pemulasan khusus untuk membedakan antara lekosit yang peroksidase positif dengan sel lain. Jika lekosit lebih dari 1 juta/ml mungkin perlu pemeriksaan untuk menentukan apakah orang tersebut menderita infeksi. Walaupun tidak ada sel lekosit, tidak mengesampingkan kemungkinan infeksi.

(6)

Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8  juta diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita).

Hasil pemeriksaan biasanya disajikan dalam istilah sebagai berikut : * Polyzoospermia : Konsentrasi sperma sangat tinggi

* Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml * Hypospermia : Volume semen < 1,5 ml

* Hyperspermia : Volume semen > 5,5 ml * Aspermia : Tidak ada semen

* Pyospermia : Ada sel darah putih pada semen

* Hematospermia : Ada sel darah merah pada semen

* Asthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 40%.

* Teratozoospermia : > 40% sperma mempunyai bentuk yang tidak normal * Necozoospermia : sperma yang tidak hidup

* Oligoasthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 8 juta/ml

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Hermanto H.H. dan Hadiwidjaja DB http://kamuseliz.wordpress.com/2008/07/26/analisis-sperma-pada-infertilitas-pria/. Diunduh tanggal 30 Mei 2010, pukul 12. 25 WIB.

M. Barnet dkk.

http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/01485017908988405. Diunduh tanggal 30 Mei 2010, pukul 12.05 WIB.

Warta Medika. http://google.com/pemeriksaan-sperma.html. Diunduh tanggal 30 Mei 2010, pukul 11. 45 WIB.

WHO. http://google.com/standar-sperma-normal-who.html. Diunduh tanggal 24 Mei 2010, pukul 20.37 WIB.

(8)

PERKEMBANGAN HEWAM

ANALISIS SEMEN

KELOMPOK

Fina Lidyana

(3415081961)

Dwi Lusi Riadona (3415081974)

Regina Novelga

(3415081987)

PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER 2008

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada metode Alkalimetri digunakan Oksalat sebagai larutan baku primer, dan NaOH sebahai larutan baku sekunder untuk menentukan konsentrasi dari HCl yaitu

Bila dibandingkan dengan literatur (Roberto, dkk) hasil yang diperoleh telah sesuai, glukosa, fruktosa dan maltosa memiliki atom C yang dapat mengikat –OH,

Besar pindahannya seberkas cahaya tadi tergantung pada arus (i) yang mengalir titik ini untuk menentukan jari-jari pada perhitungan e/m yang disebabkan adanya gaya

Metode penelitian yang digunakan adalah melakukan studi literatur dan persiapan perlatan yang berhubungan dengan penelitian ini, serta melakukan observasi di lapangan untuk

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif

Jika dibandingkan antara hasil pengukuran dan perhitungan hasilnya cukup baik dan dapat disimpulkan teori Hukum Kirchoff II dapat dipakai untuk menentukan kuat arus yang

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat molekul dari dua senyawa volatil. Nilai BM hasil perhitungan hampir mendekati nilai yang sebenarnya

Hasil analisis unsur harus sama dengan nilai hasil perhitungan berdasarkan rumus molekul, dan konstanta fisik harus juaga sama dengan nilai yang dilaporkan di