Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT Vol. 5, No 2, Juni 2020: 97 - 106 P-ISSN 2527–7502 E-ISSN 2581-2165
PERAN
ENTREPRENEURIAL
COMMUNITY
DAN
DIGITAL
ENTREPRENEURIAL ORIENTATION TERHADAP ENTREPRENEURAL
PROCESS
DALAM
MENGHASILKAN
ENTREPRENEURIAL
PERFORMANCE
Siti Nurjanah*, Triyono Arief Wahyudi
Fakultas Bisnis, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Jakarta, Indonesia
Article Information ABSTRACT
Category: Business and Management Research Paper Corresponding author: siti.nurjanah@kalbis.ac.id Reviewing editor: Hendryadi, Management, STEI Indonesia, Jakarta, Indonesia
Received 20 Dec 2019 Accepted 20 Apr 2020 Accepted author version posted online 23 Jun 2020
Published by Economics Faculty of Attahiriyah Islamic University
Purpose- This study aims to examine the role of the entrepreneurial community and digital entrepreneurial orientation towards the entrepreneurial process in producing entrepreneurial performance
Design/methodology/approach- The quantitative research design was used through field research in Wonogiri District, Baturetno District, Watuagung Village, Sendang Hamlet. A total of 31 respondents were randomly selected through questionnaires.
Findings- The results of this study indicate that the entrepreneurial community does not affect the entrepreneurial process, digital entrepreneurial orientation influences the entrepreneurial process, entrepreneurial process influences entrepreneurial performance,
Implication- Related parties need to make efforts to improve entrepreneurial performance through mentoring members of the community in directing and developing their businesses; conduct interactive communication between management and members of the association; and forming SME groups in the context of operational and development cost efficiency (production training, managerial finance, marketing, and others)
Keywords: entrepreneurial community, digital entrepreneurial orientation, entrepreneural process,entrepreneurial performance
© 2020 The Author(s). This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY-NC-SA) 4.0 license
To link this article
PERAN ENTREPRENEURIAL COMMUNITY DAN DIGITAL
ENTREPRENEURIAL ORIENTATION TERHADAP ENTREPRENEURAL
PROCESS DALAM MENGHASILKAN ENTREPRENEURIAL
PERFORMANCE
Siti Nurjanah*, Triyono Arief Wahyudi
Fakultas Bisnis, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Jakarta, Indonesia Email: Siti.nurjanah@kalbis.ac.id
Abstrak
Tujuan- Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa peran entrepreneurial communitydan digital entrepreneurial orientation terhadap entrepreneural process dalammenghasilkan entrepreneurial performance.
Desain / metodologi / pendekatan- Desain penelitian kuantitatif digunakan melalui riset lapangan di Kabupaten Wonogiri Kecamatan Baturetno, Desa Watuagung Dusun Sendang. Sebanyak 31 orang responden dipilih secara acak melalui penyebaran kuesioner.
Temuan- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa entrepreneurial community tidak berpengaruh terhadap entrepreneural process, digital entrepreneurial orientation berpengaruh terhadap entrepreneural process, entrepreneural process berpengaruh terhadap entrepreneurial performance.
Implikasi- Upaya untuk meningkatkan entrepreneurial performance perlu mendapatkan perhatian melalui mentoring terhadap anggota paguyuban dalam mengarahkan dan mengembangkan usaha mereka; melakukan komunikasi yang interaktif antara pengurus dan anggota paguyuban; dan membentuk kelompok kelompok UKM dalam rangka efisiensi biaya operasional dan pengembangan (pelatihan produksi, manajerial keuangan, pemasaran dan lainnya)
Kata kunci: entrepreneurial community, digital entrepreneurial orientation, entrepreneurial process, entrepreneurial performance
1. PENDAHULUAN
Perkembangan pembangunan di Indonesia diproyeksikan akan cukup pesat sehingga diharapkan dapat menghasilkan tatanan kehidupan sosial yang mapan dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Seiring proyeksi yang cukup optimis di sisi lain, pembangunan di sektor pertanian masih terbelit masalah, kekurangmampuan para petani untuk menghasilkan produk yang berkualitas maupun menjual hasil panennya. Dalam menghasilkan produk yang berkualitas mereka masih menggunakan pengelolaan yang tradisional serta mereka masih tergantung kepada pihak ketiga untuk menjual produk mereka, yang berdampak pada harga jual yang kurang menguntungkan. Sementara, sistem koperasi atau toko Komunitas atau Badan Usaha Milik Desa yang berkembang di pedesaaan tidak didukung manajemen yang modern sehingga sulit bersaing. Peran entrepreneurial community yang akan memiliki peran penting. Diantaranya:
Manfaat ekonomi yang dirasakan dari community entrepreneurship pada budidaya tanaman rakyat salah satunya adalah menciptakan lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini tentunya berkaitan dengan penjualan produk-produk kreatif dan inovatif.
2, Mengembangkan Inovasi dan Kreasi
Berbagai inovasi dan kreasi terhadap jasa kemasyarakat yang selama ini tidak tertangani oleh pemerintah dapat dilakukan oleh community entrepreneurship. Seringkali standar pelayanan yang dilakukan pemerintah tidak mengena sasaran karena terlalu kaku mengikuti standar yang ditetapkan. Sedangkan community entrepreneurship mampu untuk mengatasinya karena memang dilakukan dengan penuh dedikasi
3. Modal Sosial
Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal yang dapat diciptakan oleh community entrepreneurship karena walaupun dalam kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai-nilai saling pengertian (shared value), kepercayaan (trust), dan budaya kerjasama (a culture of cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial
4. Peningkatan Kesejahteraan
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dan melalui community entrepreneurship tujuan tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang maksimal dari pengolahan sampahnya, selanjutnya akan tergerak pula untuk memikirkan pemerataan pendapatannya ke pada komunitas agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan atau dengan kata lain harus menginvestasikan keuntungan kembali kepada kegiatan komunitas.
Selain peran Entrepreneurial Community fenomena Entrepreneurial Orientation sebagai salah satu kekuatan yang dimiliki organisasi untuk meningkatkan jalannya kewirausahaan dalam UKM dan dapat menumbuhkan pola perilaku kewirausahaan yang diterapkan untuk mempertahankan UKM. Aspek dalam Entrepreneurial Orientation diantarnya Inovativeness, Proactiveness dan Risk Taking. Aspek-aspek diatas yang tidak dimiliki oleh warga yang tergabung dalam paguyuban Jahe Merah di desa Watuagung, Kab. Wonogiri. Diharapkan dengan Entrepreneurial Communitydan Entrepreneurial Orientation akan berpengaruh terhadap entrepreneurial process dan dampaknya dapat meningkatkan kinerja dari para wirausaha itu sendiri dan diperkuat dengan proses kewirausahaan yang benar. Studi ini bertujuan untuk untuk menganalisis pengaruh entrepreneurial community dan digital entrepreneurial orientation terhadap entrepreneural process dan dan pengaruh entrepreneural process terhadap entrepreneurial performance
2. KAJIAN PUSTAKA
Kewirausahaan merupakan kemampuan untuk menjadi mandiri dan tidak tergantung oleh orang lain dengan memiliki sifat dan mental untuk selalu mengembangkan jiwa inovasi dan kreratifitas dalam mengelola bisnis sehingga mampu menjalankan fungsi fungsi bisnis untuk mencapai dari tujuan bisnis tersebut. Peter F Drucker (2015;16) menyatakan
bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) .Dalam kewirausahaan dibutuhkan suatu inovasi, salah satu strategi dari kewirausahaan adalah bagaimana mengelola inovasi itu sendiri.
Entrepreneurial Community
Wibowo (2015: 24) menyatakan bahwa Community entrepreneurship adalah suatu usaha yang memiliki tujuan sosial, sebagai nilai mereka yang paling utama. Mereka melaksanakan kegiatan (produksi atau jasa) yang memiliki nilai ekonomi dan berbasis dalam suatu komunitas, bersifat demokratis, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan . Kewirausahaan yang dimaksud merujuk kepada wirausaha dan usaha yang dimiliki, dengan aktifitas untuk menghasilkan pendapatan melalui produksi atau pemberian nilai tambah suatu produk atau jasa.
Digital Entrepreneurial Orientation
Miller (1983:29) menjelaskan orientasi kewirausahaan sebagai "salah satu yang terlibat dalam inovasi produk-pasar, melakukan sedikit usaha berisiko, dan pertama kali datang dengan 'proaktif' inovasi, serta memberikan pukulan untuk mengalahkan pesaing". Dalam pandangannya, Miller (1983:29) menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan dapat ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu proactive, innovative dan risk – Taking. Covin dan Slevin (1991:32) mengemukakan suatu model yang terintegrasi dan terpadu yang menjelaskan hubungan antara perilaku kewirausahaan perusahaan dengan lingkungan, strategi, faktor internal perusahaan dan dengan kinerja perusahaan. Dalam pandangannya, Covin dan Slevin (1991:32) menyatakan kewirausahaan akan menunjukkan perilaku standar tertentu, tercermin dalam filosofi strategis dalam praktek manajemen yang efektif.
Digital Entrepreneurial
Menurut Hair (2012:40) Kewirausahaan digital dapat didefinisikan sebagai kewirausahaan di mana beberapa atau semua usaha kewirausahaan terjadi secara digital bukan dalam format yang lebih tradisional. Produk, distribusi, tempat kerja semua ini dan lainnya dapat dilakukan bentuk digital dalam usaha wirausaha. Usaha seperti itu menghadapi tantangan dan tantangan yang berbeda peluang dan menggunakan model bisnis yang berbeda.
Entrepreneurial performace
Kinerja (business performance) adalah merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu (Suci, 2009,46-58), sedangkan menurut Moeheriono (2009:15), pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang diraihnya (Jauch dan Glueck, 1988:78). Keeh, Tat, Nguyen, dan Ping (2007, 592-611) menjelaskan kaitan antara kinerja bisnis dan pendapatan, di mana kinerja
adalah keinginan untuk tumbuh yang tercermin dalam pendapatan. Pada penelitian ini, kinerja yang digunakan adalah pendapatan, volume penjualan, dan wilayah pemasaran. Entrepreneurial Process
Wibowo (2015: 80) proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru untuk diwujudkan dan diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber daya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunanaan. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti: locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti: pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
3. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode kausal adalah riset yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaan utama dengan metode lain yaitu adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi. Penelitian ini dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan.
Tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Wonogiri Kecamatan Baturetno, Desa Watuagung Dusun Sendang. Waktu penelitian Bulan September 2018 sd Juli 2019. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota paguyuban Desa Watuagung yang berjumlah 60 anggota . Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah Probability Sampling dalam hal ini semua berkesempatan untuk dijadikan sampel. Dari 60 anggota terpilih 31 responden Model penelitian ini akan dianalisis menggunakan alat SPSS dengan beberapa uji dimulai dari uji validitas, Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik, Uji T
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden Penelitian
Dari total responden 31 orang yang berusia 30-40 sebanyak 8 orang atau sekitar 26%, untuk yang berusia 41-50 sebanyak 14 orang atau sekitar 45%, untuk yang berusia 51-60 sebanyak 9 orang atau sebesar 29%. Dari data tersebut dibawah ini menunjukkan bahwa rata rata yang tergabung dalam paguyuban ini adalah usia yang masih cukup produktif dan masih dapat untuk dikembangkan dilihat dari sisi kinerja. Dari data responden sebesar 31 orang menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan SD sebesar 22% (7orang), tingkat pendidikan SMP sebesar 29% (9 orang), tingkat pendidikan SMA sebesar 39% (12 orang), tingkat pendidikan S1 sebesar 10% (3 orang). Dari data diatas menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan yang tergabung dalam paguyuban ini mayoritas adalah berpendidikan SMA. Dari data responden sebesar 31 orang berdasarkan pekerjaan yang mereka jalankan menunjukkan bahwa 32 % berwirausaha, 39 % Petani, 29% ibu rumah tangga.Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas mereka berwirausaha ataupun sebagai petani.
Analisis Hasil Uji Hipotesis Tabel 1. Hasil Sub Model 1 dan 2
Variabel B Std. Error Beta t Sig.
Model 1: entrepreneurial process. sebagai dependen
X1 ,272 ,208 ,216 1,308 ,202
X2 ,377 ,112 ,556 3,366 ,002
Model 2: Entrepreneurial Performance sebagai dependen
Z ,361 ,063 ,729 5,733 ,000
Sumber: diolah dengan SPSS Hipotesis 1 (H1)
Pada hipotesis 1 dapat dilihat bahwa nilai pada kolom B untuk Entrepreneurial Community (X1) adalah 0.272 bernilai positif artinya setiap penambahan 1 satuan nilai entrepreneurial community akan meningkatkan entrepreneurial process sebesar 0.272 (berpengaruh positif). Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka nilai koefisien regresi pada variabel entrepreneurial community akan diuji signifikansinya. Hipotesis dugaan dalam uji t pertama adalah: Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung entrepreneurial communitylebih sebesar 1,308 yang mana lebih kecil dari t tabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansi (sig) entrepreneurial community adalah 0,202 lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian variabel entrepreneurial community tidak berpengaruh signifikan terhadap entrepreneurial process.
Hipotesis 2 (H2)
Pada hipotesis 2 dapat dilihat bahwa nilai pada kolom B untuk digital entrepreneurial orientation (X2) adalah 0.377 bernilai positif artinya setiap penambahan 1 satuan nilai digital entrepreneur orientation maka meningkatkan entrepreneur process sebesar 0.377 (berpengaruh positif). Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka nilai koefisien regresi pada variabel digital entrepreneur akan diuji signifikansinya. Hipotesis dugaan dalam uji t pertama adalah:
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung Digital Entrepreneurial orientation sebesar 3,366 yang mana lebih besar dari t tabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansi (sig) Digital Entrepreneurial orientation adalah 0.02 lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian variabel Digital Entrepreneurial orientation berpengaruh signifikan terhadap entrepreneur process. Hipotesis 3 (H3)
Pada hipotesis 3 dapat dilihat bahwa nilai pada kolom B untuk Entrepeneurial Process (Z) adalah 0.361 bernilai positif artinya setiap penambahan 1 satuan nilai minat beli akan meningkatkan Entrepreneurial Performance sebesar 0.361 (berpengaruh positif). Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka nilai koefisien regresi pada variabel minat beli akan diuji signifikansinya. Hipotesis dugaan dalam uji t pertama adalah: Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung Entrepreneurial process sebesar 5,733 yang mana lebih besar dari t tabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansi (sig)
minat beli adalah 0 lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian variabel Entrepreneurial process berpengaruh signifikan terhadap Entrepreneurial Performance.
Pembahasan
Hipotesis 1 melihat pengaruh antara variabel entrepreneurial community denganentrepreneurial process. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung entrepreneurial communitylebih sebesar 1,308 yang mana lebih kecil dari t tabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansi (sig) entrepreneurial community adalah 0,202 lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian variabel entrepreneurial community tidak berpengaruh signifikan terhadap entrepreneurial process. Hal tersebut menunjukkan bahwa entrepreneurial community belum sepenuhnya memberikan peran dalam entrepreneurial process. Sebuah Entrepreneurial Community akan lebih berperan apabila :
Community mampu memberikan kesempatan untuk lapangan kerja Community menfasilitasi untuk peningkatan kompetensi anggota Community mampu memberikan ide ide baru
Community mampu membangun kepercayaan, budaya kerjasama, nilai nilai Community mampu memberikan peran terhadap peningkatan kesejahteraan.
Hipotesis 2 untuk melihat pengaruh antara variabel digital entrepreneurial denganentrepreneurial process. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung digital entrepreneur sebesar 3,366 yang mana lebih besar dari t tabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansi (sig) digital entrepreneur adalah 0.02 lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian variabel digital entrepreneurial orientation berpengaruh signifikan terhadap entrepreneur process. Dari hasil temuan diatas menunjukkan perubahan teknologi yang ada saat ini sangat mempengaruhi entreprenueial process dalam hal ini adalah :
Unsur inovatiness yang dalam hal ini ditunjukkan dengan pengembangan produk baru. Kemampuan anggota untuk menemukan peluang dan menghadapi perubahan seiring
dengan perubahan teknologi
Kemampuan anggota untuk menjalankan usaha secara mandiri
Kemampuan anggota untuk bersaing dan mampu menciptakan keunggulan
Hipotesis 3 untuk melihat pengaruh antara variabel Entrepreneurial processdengan entrepreneurial performance. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung Entrepreneurial process sebesar 5,733 yang mana lebih besar dari t tabel sebesar 2,048 dan nilai signifikansi (sig) minat beli adalah 0 lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian variabel Entrepreneurial process berpengaruh signifikan terhadap Entrepreneurial Performance. Hal tersebut menunjukkan bahwa Entrepreneurial process yang dilakukan dengan baik akan mempengaruhi Entrepreneurial performance yang ditandai dengan pendapatan anggota akan naik, keberhasilan setiap hasil panennya serta mampu mengembangkan wilayah pemasaran.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan menjawab permasalahan penelitian yang melihat apakah ada pengaruhEntrepreneurial Community, Digital Entrepreneurial orientation berpengaruh terhadap Entrepreneur Process yang berdampak pada Entrepreneur Performance.. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Entrepreneurial Community tidak berpengaruh terhadap Entrepreneur Process; (2) Digital Entrepreneurial orientationberpengaruh terhadap Entrepreneur Process; dan (3) Entrepreneur Process berpengaruh terhadap Entreprenur Performance.
Implikasi Manajerial
Dari hasil nilai mean bisa dikatakan variabel Entreprenurial Community yang memiliki rata-rata tertinggi adalah paguyuban membantu anggota dalam menghadapi tantangan yang berubah hal tersebut menunjukkan bahwa peran Paguyuban sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan anggota paguyuban. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah membuat kemandirian dari anggota paguyuban dikarenakan selama ini paguyuban sangat memberikan dukungan terhadap anggota dalam membentuk mereka menjadi seorang yang mandiri. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk anggota menjadi mandiri adalah : a. Melakukan mentoring terhadap anggota paguyuban dalam mengarahkan dan
mengembangkan usaha mereka.
b. Melakukan komunikasi yang interaktif antara pengurus dan anggota paguyuban. c. Membangun kelompok kelompok UKM dalam rangka efisiensi biaya operasional dan
pengembangan (pelatihan produksi, manajerial keuangan, pemasaran dll) d. Membangun hubungan untuk menjalin rantai pasokan
e. Melakukan bechmarking terhadap komunitas lain dalam meningkat kinerja
Dari hasil nilai mean bisa dikatakan variabel Digital Entrepreneur yang memiliki variabel yang tertinggi adalah membantu anggota dalam menghadapi tantangan yang berubah, hal tersebut menunjukkan bahwa anggota paguyuban membutuhkan dukungan dari sesama anggota maupun paguyuban dalam menghadapi perubahan. Yang dapat dilakukan dalam pengembangan digital Entrepreneurial adalah:
a. Pengembangan kemampuan anggota paguyuban
b. Membuat produk yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk lainnya c. Mengembangkan ide ide kreatif dalam menemukan peluang-peluang baru
d. Meningkatkan kemampuan anggota dalam penggunaan teknologi e. Mengembangkan inovasi-inovasi serta kemampuan mengelola inovasi
Hasil rata-rata mean menunjukkan bahwa dalam variabel entrepreneurial process yang memiliki rata-rata tertinggi adalah paguyuban memberikan kontribusi dalam memberikan pelatihan terhadap anggota paguyuban. Hal tersebut perlu lebih sering dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada para anggota paguyuban. Hal hal lain yang perlu dilakukan adalah :
a. Komunitas perlu memberikan pengetahuan atau pelatihan tentang mencari peluang pemasaran.
b. Paguyuban perlu memberikan kesempatan untuk memberikan keberlanjutan pasokan kepada anggota dengan melakukan kerjasama dengan pihak perusahaan.
Dalam hal ini bintang toedjo sudah bersedia memjadi mitra dalam membantu anggota paguyuban dalam menjalankan usaha pengembangan jahe merah
c. Perlu pelatihan proses hasil panen, seperti pembuatan simplisia dll.
Rata-rata mean untuk variabel Entrepreneurial Performance menunjukkan bahwa dengan menjalankan usaha jahe merah mereka yakin pendapatan akan meningkat. Pendapatan meningkat dikarenakan faktor dari hasil panen jahe. Dari hasil panen jahe perlu dikembangkan wilayah pemasaran untuk memasarkan hasil panen mereka. Hal hal yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan Entrepreneurial Performance adalah
a. Paguyuban perlu meningkatkan kinerja dengan cara meningkat kualitas dari hasil panen jahe
b. Paguyuban dan anggota perlu mengembangkan wilayah pemasaran untuk mendistribusikan hasil dari
REFERENSI
Adisasmita. H.R. (2005). Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta: Graha Ilmu.
Covin, JG. dan Dennis P. Slevin, 1991, A Conceptual Model of Entrepreneurship As Firm Behavior, Baylor University.
Drucker, P (2015) Innovation and Entrepreneurship, New York : Routledge Classic
Durbin, AJ. & R. Duane Ireland. 1993. Management and Organization.Second Edition, Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing, Co.
Irawan dan Suparmoko.(2002). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE.
Jauch, L. R., and Glueck, W. F. (1988). Business Policy and Strategic Management. New York : McGraw Hill.
Jhingan, M. L .(2000). Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan. Edisi Kesembilan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Kathleen (2011). Entrepreneurship for Dummies, ed.1, Amazon Digital Service LLC
Keeh, Tat, H, Nguyen, M., and Ping. (2007). The Effects of Entrepreneurial Orientation and Marketing Information on the Performance of SMEs. Journal of Business Venturing. 592-611.
Miller, D., (1983), The Correlates Of Entrepreneurship In Three Types Of Firms, Management Science, 29: 770-791.
Nail, H, Lyle R Wetsch (2012) Market orientation in digital entrepreneurship: advantages and challenges in a web 2.0 networked world. International journal of innovation and technology management vol. 9, no. 6 (2012) 1250045 (18 pages) doi: 10.1142/s0219877012500459
Robbins, Stephen P. and Nancy Langton. 2001.Organization Behavior. 2nd ed. PearsonEducation, Canada
Rostiana, O., Taryono, A.A., & Haddad, E.A. (2005). Jenis-jenis Tanaman Jahe, Edisi khusus Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, VII (1), 7-10.
Sholeh, Ahmad (2017). Strategi Pengembangan Potensi desa. Jurnal Penelitian Pertanian, 5(1)
Wibowo, H (2015). Kewirausahaan Sosial: Merevolusi pola piker menginisiasi mitra pembangunan. Bandung : Unpad Press
About The Authors
Dr.Siti Nurjanah, SE, MM adalah seorang dosen pada program studi Magister Manajemen Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis dan saat ini menjabat sebagai Deputy Warek 1 di Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis. Pengalaman cukup banyak sebagai pengelola pendidikan dengan berbagai jabatan yang diduduki. Pengalaman selain sebagai seorang dosen, pengelola pendidikan, peneliti juga sebagai seorang entrepreneur yang aktif dalam pengembangan usaha UKM. Topik penelitian yang beliau geluti diantaranya entrepreneurial marketing, social marketing, Change behavior dll.Penulis dapat dihubungi melalui email: siti.nurjanah@kalbis.ac.id