PENGARUH PEMECAHAN SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN
(Penelitian Pada Perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI) Yeni Herlinawati
(093403120)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pemecahan saham, volume perdagangan saham, likuiditas saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI; (2) Pengaruh pemecahan saham dan volume perdagangan saham secara simultan maupun parsial terhadap likuiditas saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI; (3) Hubungan pemecahan saham dengan volume perdagangan saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemecahan saham tiap perusahaan berbeda dilihat dari rasio pemecahan sahamnya. Akan tetapi, pada dasarnya setiap perusahaan manufaktur yang melakukan pemecahan saham ingin memberitahukan kepada publik bahwa kinerja perusahaan sedang dalam keadaan baik dan memiliki prospek cerah sehingga saham yang ditawarkan akan lebih diminati; Tingkat volume perdagangan saham masing-masing perusahaan manufaktur yang melakukan kebijakan pemecahan saham bersifat fluktuatif, baik pada saat sebelum maupun sesudah pemecahan saham; Likuiditas saham masing-masing perusahaan manufaktur pada periode pemecahan saham bervariasi, dan yang paling tinggi adalah PT. Astra Internasional, Tbk. sedangkan yang paling rendah adalah PT. Sorini Corporation, Tbk; serta terdapat pengaruh signifikan secara simultan dan parsial antara pemecahan saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI yang melakukan pemecahan saham pada periode 2007-2012. Serta terdapat hubungan berkategori rendah antara variable pemecahan saham dengan volume perdagangan saham. Disarankan kepada perusahaan yang akan melakukan pemecahan saham, disarankan untuk mempertimbangkan berbagai aspek terlebih dahulu baik internal maupun eksternalnya. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mencari faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas saham selain pemecahan saham dan volume perdagangan saham sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan dengan hasil penelitian penulis.
THE INFLUENCE OF THE STOCK SPLIT
AND STOCK TRADING VOLUME TO COMPANY’S STOCK LIQUIDITY (Research in The Company of Manufacturing Industry Its Listing on the Stock
Exchange)
Yeni Herlinawati (093403120)
ABSTRACT
This research objectives were to know (1) stock split, stock trading volume, stock liquidity in the Company of Manufacturing Industry Its Listing on the Stock Exchange; (2) The effect of stock splits and stock trading volumes simultaneously and partially on the stock liquidity in the Company of Manufacturing Industry The Listing on the Stock Exchange; (3) The correlation of the stock split with stock trading volume in the Company of Manufacturing Industry Its Listing on the Stock Exchange. The method used in this research is descriptive quantitative. Data was collected through library and internet study. The analysis tools are path analysis. The results showed that the implementation of each company's about stock split ratio have different views of the shares. However, basically every company which is implement stock split wishes to advise the public that the performance of the company is in good condition and have a bright future so that the shares offered would be desirable; Stock trading volume levels of each manufacturing company that performs stock split policy was fluctuated, either at the time before and after the stock split; Liquidity of shares of each company during the period stock splits was varied, and the highest is PT. Astra International, Tbk. while the lowest is PT. Sorini Corporation, Tbk; and significant effects simultaneously and partially between stock splits and and stock trading volume on stock liquidity in The Company of Manufacturing Industry Its Listing on the Stock Exchange. As well there is a relationship between the low category variable stock split stock trading volume. It is advisable to consider the various aspects of prior internal and external. As for further research, it is advisable to look for other factors that may affect the stock liquidity other than stock splits and stock trading volume so that research results can be compared with the results of this research.
1. Pendahuluan
Pasar modal di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang. Seiring fungsinya yang semakin vital yaitu pasar modal menjadi instrument penting dalam sistem perekonomian sebagai lembaga investasi dan penghimpun dana. Sebagai lembaga investasi dan penghimpun dana tentu pasar modal akan mempunyai hubungan yang erat dengan investor selaku pihak yang akan berinvestasi. Oleh sebab itu calon investor memerlukan informasi terkait dengan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
Harga saham dapat
mempengaruhi penawaran dan permintaan di pasar modal. Apabila dinilai terlalu tinggi maka jumlah permintaannya akan berkurang. Perusahaan dengan kinerja baik mempunyai harga saham yang terus meningkat. Beberapa perusahaan publik memilih melakukan corporate action untuk menambahkan jumlah saham yang beredar di pasar supaya harga saham menurun sehingga menarik minat investor untuk membeli. Salah satu caranya dengan pemecahan saham.
Pemecahan saham ialah memecah lembar saham menjadi n lembar saham. Harga per-lembar saham baru sesudah pemecahan saham ialah sebesar 1/n dari harga saham sebelumnya. Dengan demikian, sebetulnya pemecahan saham tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis (Jogiyanto, 2003:415).
Perusahaan melakukan pemecahan saham disebabkan harga saham yang terlalu tinggi sehingga menurunkan tingkat permintaan dan kemampuan investor untuk dapat membeli saham tersebut. Tingkat harga saham berpengaruh pada tingginya
permintaan dan penawaran akan saham tersebut.
Harga suatu saham yang terlalu tinggi maka akan menyebabkan jumlah permintaan terhadap saham tersebut akan berkurang, sehingga kemampuan investor untuk membeli saham tersebut berkurang. Pemecahan saham merupakan salah satu cara yang dilakukan emiten untuk menjaga agar saham tetap berada pada kisaran perdagangan yang maksimal, sehingga paracalon investor masih memiliki daya beli terhadap saham tersebut. Pada umumnya perusahaan yang melakukan pemecahan saham merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja baik, hal tersebut bisa dilihat dari harga saham yang tinggi (Muharam, 2009). Pemecahan saham akan menyebabkan harga saham menjadi lebih rendah sehingga calon investor kecil dapat menjangkau harga saham sesudah pemecahan saham hal tersebut akan berdampak pada permintaan yang semakin meningkat akibatnya saham akan menjadi lebih likuid.
Pemecahan saham merupakan strategi perusahaan yang dilakukan di pasar modal untuk menarik minat calon investor. Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan pemecahan saham menurut Scott, et al.,1999 (dikutip dari Harsono, 2004): (1.) Agar harga saham tidak terlalu
mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. (2.) Untuk mengembalikan harga dan
ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan.
(3.) Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.
Pemecahan saham mengakibatkan harga saham menjadi lebih murah sehingga akan menarik calon investor untuk membeli saham tersebut. Menurut Copeland alih bahasa oleh Jaka Wasana (1979), semakin banyak investor yang melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume perdagangan saham akan meningkat. Volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya reaksi pasar terhadap suatu informasi berkaitan dengan suatu saham. Reaksi tersebut dilihat dari aktivitas perdagangan saham bersangkutan. Perubahan volume perdagangan saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan perbandingan antara jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Besar kecilnya perubahan rata – rata TVA sebelum dan sesudah pemecahan saham merupakan ukuran besar kecilnya akibat yang ditimbulkan dari informasi pemecahan saham.
Volume perdagangan saham juga mempengaruhi likuiditas saham perusahaan. Volume perdagangan saham yang besar mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan. Likuiditas saham merupakan salah satu indikator untuk melihat pasar bereaksi terhadap suatu pengumuman. Likuiditas menurut Bursa Efek Indonesia (informasi umum pasar modal, stock exchange) adalah kelancaran yang menunjukan tingkat kemudahan dalam mencairkan modal investasi. Likuiditas saham dapat dilihat dari volume perdagangan yang terjadi pada suatu saham.
Harga saham yang tinggi tidak mampu dijangkau oleh calon investor maka dilakukanlah pemecahan saham oleh perusahaan. Jika harga saham menjadi lebih murah maka ada kemungkinan akan menyebabkan transaksi terhadap saham tersebut meningkat sehingga harga saham sering berubah dan dapat memberikan peluang untuk memperoleh abnormal return (Fama,Fisher dan Jensen, 1969)
Alasan mengapa perusahaan melakukan pemecahan saham kemungkinan dikarenakan harga saham yang terlalu tinggi sehingga saham tersebut tidak likuid, jika saham tidak likuid maka transaksi perdagangan terhadap saham tersebut akan semakin sedikit. Sedikitnya transaksi perdagangan yang terjadi menyebabkan harga tidak bergerak fluktuatif, sehingga harapan untuk mendapatkan abnormal return juga akan semakin sedikit.
Pemecahan saham telah banyak dilakukan oleh perusahaan yang go publik di BEI mulai tahun 1995. Pemecahan saham tersebut dilakukan supaya harga sahamnya tidak terlalu tinggi sehingga dengan harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas saham. Perusahaan manufaktur yang melakukan pemecahan saham periode tahun 2007 s.d. 2012 adalah PT. Semen Gresik, Tbk., PT. Sorini Corporation, Tbk., PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk., PT. Jaya Pari Steel, Tbk., PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk., PT. Malindo Feedmill, Tbk., PT. Pan Brothers, Tbk., PT. Astra Otopart, Tbk., Astra Internasional, dan PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk. Adapun alasan memilih perusahaan manufaktur unt uk diteliti karena perusahaan manufaktur merupakan jenis usaha yang berkembang pesat dan memiliki ruang lingkup yang sangat
besar serta banyak perusahaan manufaktur yang melakukan pemecahan saham khususnya pada periode 2007 sampai 2012.
Maraknya aksi pemecahan saham yang dilakukan sejumlah emiten Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 merupakan fenomena positif yang dapat meningkatkan likuiditas saham emiten yang bersangkutan. Investor tentunya akan menyambut baik fenomena aksi pemecahan nilai nominal saham ini. Selain meningkatkan likuiditas, para investor juga dapat lebih mudah membeli saham-saham besar dengan harga terjangkau.
Ada banyak sekali pendapat mengenai pemecahan saham, tetapi pada dasarnya pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, pemecahan saham hanya merupakan perubahan yang bersifat “kosmetik”. Kedua, pemecahan saham dapat mempengaruhi keuntungan pemegang saham, resiko saham dan sinyal yang diberikan kepada pasar. Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk menguji kembali sampai sejauh mana pemecahan saham dan volume penjualan saham mempengaruhi likuiditas.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian berusaha untuk mengkaji tentang “PENGARUH PEMECAHAN
SAHAM DAN VOLUME
PERDAGANGAN SAHAM
TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN (Penelitian Pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI).”
2. Kerangka Pemikiran
Pemecahan saham merupakan tindakan memecah saham yang dilakukan oleh manajer perusahaan dengan tujuan untuk menata kembali harga pasar saham supaya harga saham
tidak terlalu mahal, dapat meningkatkan jumlah pemegang saham atau likuiditas perdagangan saham pada ukuran perdagangan rata-rata saham. Harga merupakan salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham. Dengan adanya harga saham, maka dapat diketahui berapa return yang akan diperoleh investor.
Menurut Abdul Halim (2007: 98), “Pemecahan saham adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan perubahan jumlah saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor).”
Indikator pemecahan saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio pemecahan saham. Menurut Jogiyanto (2002: 68), pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham sehingga harga per lembar saham baru setelah pemecahan saham adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Pemecahan saham pada umumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan dilakukannya pemecahan saham maka harga saham akan turun dan diharapkan dapat menarik investor-investor kecil. Tindakan pemecahan saham mengakibatkan jumlah saham yang beredar (trading volume activity) bertambah.
Menurut Suad Husnan (2005: 282), “Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham yang beredar pada waktu tertentu”.
Volume perdagangan saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus TVA merupakan perbandingan saham perusahaan (i) yang diperdagangkan
pada waktu (t) dengan saham perusahaan (i) yang beredar (listing) pada waktu (t) (Suad Husnan, 2005: 282).
Pemecahan saham merupakan fenomena pasar modal yang menarik. Tujuan utama emiten melakukan pemecahan saham adalah untuk meningkatkan likuiditas saham dan menempatkan saham pada trading range yang optimal. Bagi investor, pengumuman pemecahan saham dapat dianggap sebagai sinyal positif dari manajemen tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Pemecahan saham menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang bagus sehingga akan memberikan keuntungan pada investor dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang optimal bila investor melakukan transaksi.
Bila pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari perubahan volume perdagangan saham, hal ini disebabkan karena pemecahan saham membuat harga saham menjadi lebih rendah yang akan mendorong investor melakukan transaksi. Besarnya pengaruh tersebut tercermin dalam besarnya perubahan yang terjadi dalam volume perdagangan saham. Perubahan volume perdagangan saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) dengan membandingkan jumlah saham yang diperdagangkan periode tertentu, setelah itu rata-rata Trading Volume Activity (TVA) sebelum pemecahan saham dibandingkan dengan Trading Volume Activity (TVA) sesudah pemecahan saham. Bila terdapat perbedaan yang signifikan berarti pemecahan saham berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Hal tersebut menunjukkan pemecahan saham mempengaruhi volume perdagangan saham.
Likuiditas saham merupakan salah satu pertimbangan investor selain tingkat pengembalian dan risiko dalam melakukan investasi (Hidayah, 2005). Hasil survey di pasar modal Amerika menunjukkan bahwa unsur likuiditas merupakan motivasi utama bagi manajer perusahaan dalam melakukan pemecahan saham.
Menurut Koentin (2002: 106), “Likuiditas saham adalah mudahnya saham yang dimiliki seseorang dapat diubah menjadi uang tunai melalui mekanisme pasar modal”.
Terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas
saham. Menurut Suta dalam Fitriani (2009: 9), salah satu yang bisa digunakan untuk mengukur likuiditas saham adalah frekuensi perdagangan, yang merupakan frekuensi saham suatu emiten yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu.
Likuiditas saham adalah seberapa cepat sekuritas tersebut dapat dikonversi menjadi uang kas. Semakin cepat sekuritas tersebut dapat berubah menjadi uang kas, maka semakin tinggi likuiditasnya. Sekuritas yang likuid berarti sekuritas tersebut cepat laku terjual. Apabila suatu sekuritas tidak likuid, maka perusahaan atau pihak yang mempunyai sekuritas akan menurunkan harganya agar laku terjual. Penurunan harga tersebut akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh
akan berkurang atau bahkan akan menderita kerugian jika penurunan harganya melebihi harga perolehannya (Martono dan Harjito, 2003: 112).
Pemecahan saham menjadi penting karena jika saham perusahaan tidak likuid, maka dapat mengakibatkan terjadinya kondisi under valued terhadap saham perusahaan (kondisi harga saham dinilai berada di bawah
harga pasar yang seharusnya). Hal ini akan menyebabkan kerugian bagi para pemegang saham tersebut. Pemegang saham akan sulit memperdagangkan saham yang dimilikinya mengakibatkan pemegang saham tidak mendapatkan keuntungan karena transaksi yang kurang frekuentif dimana sangat sulit menemukan calon pembeli saham perusahaan dan kepercayaan investor terhadap perusahaan juga akan berkurang.
Dengan adanya pemecahan saham akan menaikkan unsur pedorong likuiditas. Unsur yang mendorong tingkat likuiditas saham menurut Verni Juita (2001: 27) adalah:
1. Frekuensi transaksi perdagangan saham semakin tinggi frekuensi transaksi perdagangan suatu saham semakin tinggi tingkat likuiditas saham tersebut.
2. Fluktuasi harga saham, dapat berupa kenaikan atau penurunan harga saham.
Pemecahan saham dapat menjadikan harga saham menjadi lebih murah. Beberapa pelaku pasar khususnya para emiten berpendapat bahwa aktivitas pemecahan saham diyakini dapat memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Manfaat pada umumnya yang diperoleh dari peristiwa pemecahan saham adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah kemampuan dan daya tarik bagi investor untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham lebih likuid diperdagangkan dan mengubah para investor odd lot menjadi round lot. Odd lot adalah kondisi dimana investor memiliki saham di bawah seratus lembar (1 lot), sedangkan investor round lot adalah investor yang memiliki saham minimal 100 lembar (1 lot) (Mc. Gough dalam Sukardi, 2003: 134).
3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dirumuskan suatu hipotesis yaitu:
1. Terdapat hubungan pemecahan saham dengan volume perdagangan saham.
2. Terdapat pengaruh pemecahan saham secara parsial terhadap likuiditas saham perusahaan.
3. Terdapat pengaruh volume perdagangan saham secara parsial terhadap likuiditas saham perusahaan
4. Terdapat pengaruh pemecahan saham dan volume perdagangan saham secara simultan terhadap likuiditas saham perusahaan.
4. Objek dan Metode Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pemecahan saham, volume perdagangan saham dan likuiditas saham perusahaan, penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI yang melakukan kebijakan pemecahan saham tahun periode 2007-2012.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut M. Subana (2005: 27) Metode deskriptif adalah penelitian tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek yang sedang diteliti. Metode ini mengamati secara seksama mengenai sifat serta hubungan antara masing-masing variabel yang diteliti, kemudian dianalisis serta diambil kesimpulan. Hasil akhir penelitian ini merupakan hasil pengujian teori atau hipotesis melalui perhitungan statistik, data yang diperoleh tersebut akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan statistik parametrik untuk menguji hipotesis yang diajukan penulis.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2007: 68). Adapun pertimbangan yang digunakan pada penelitian ini antara lain:
1. Perusahaan yang go public
2. Perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia)
3. Perusahaan yang termasuk ke dalam jenis perusahaan manufaktur
4. Perusahaan yang melakukan pemecahan saham periode tahun 2007 s.d. 2012.
5. Saham dari perusahaan tersebut aktif diperdagangkan di bursa
6. Memiliki tanggal pelaksanaan pemecahan saham yang tercantum dalam pengumuman yang diterbitkan oleh BEI serta diumumkan kepada publik.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dari perusahaan manufaktur yang listing ke BEI, terdapat 10 perusahaan yang memenuhi kriteria/ pertimbangan untuk menjadi sample akhir dalam penelitian ini. Berikut adalah perusahaan yang memenuhi kriteria/ pertimbangan untuk menjadi sample:
1. PT. Semen Gresik, Tbk. 2. PT. Sorini Corporation, Tbk. 3. PT. Charoen Pokphand Indonesia,
Tbk.
4. PT. Jaya Pari Steel, Tbk.
5. PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk. 6. PT. Malindo Feedmill, Tbk. 7. PT. Pan Brothers, Tbk. 8. PT. Astra Otopart, Tbk. 9. Astra Internasional 10. PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk.
Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang
digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang digunakan.
Sesuai dengan judul yang diajukan adalah “Pengaruh pemecahan saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham perusahaan”, maka gambaran Paradigma Penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar
Paradigma Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Tujuan digunakan analisis jalur (path analysis) adalah untuk mengetahui pengaruh seperangkat variabel X (independent variable) terhadap variabel Y, serta untuk mengetahui pengaruh antar variabel X. 5. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi serta memenuhi kriteria yang telah diuraikan sebelumnya, maka dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada BEI, terdapat 10 perusahaan yang menjadi sample peneliti. Berikut ini adalah Pemecahan saham pada perusahaan di Industri Manufaktur yang listing di BEI. (Y) (X1)
Tabel Pemecahan Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI Periode 2007-2012
No Kode
Efek Nama Emiten
Tanggal Pemecahan saham Jumlah Lembar Saham Sebelum Jumlah Lembar Saham Sesudah Penambahan Jumlah Lembar Saham Setelah Pemecahan saham Perbandingan Saham 1 SMGR PT. Semen Gresik, Tbk. 07 Agustus 2007 533.836.800 5.338.368.000 4.804.531.200 1:10 2 SOBI PT. Sorini Corporation, Tbk. 22 Agustus 2007 144.000.000 720.000.000 576.000.000 1:5 3 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. 01 November 2007 821.140.352 1.642.280.704 821.140.352 1:2 4 JPRS PT. Jaya Pari Steel, Tbk. 12 Desember 2007 120.000.000 600.000.000 480.000.000 1:5 5 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk. 12 November 2010 280.000.000 560.000.000 280.000.000 1:2 6 MAIN PT. Malindo Feedmile, Tbk. 15 Juni 2011 271.200.000 1.356.000.000 1.084.800.000 1:5 7 PBRX PT. Pan Brothers, Tbk. 15 Juni 2011 574.473.750 2.297.895.000 1.723.421.250 1:4 8 AUTO PT. Astra Otopart,
Tbk. 24 Juni 2011 616.925.824 3.084.629.120 2.467.703.296 1:5 9 ASII Astra Internasional 05 Juni 2012 4.048.355.314 40.483.553.140 36.435.197.826 1:10 10 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk. 07 Juni 2012 691.319.603 1.382.639.206 691.319.603 1:2 Sumber: Pojok Bursa FE-Unsil.
Gambar Jumlah Lembar Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI periode 2007-2012
0 5.000.000.000 10.000.000.000 15.000.000.000 20.000.000.000 25.000.000.000 30.000.000.000 35.000.000.000 40.000.000.000 45.000.000.000
SMGR SOBI CPIN JPRS DVLA MAIN PBRX AUTO ASII IMAS Series2
Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas, dapat dianalisis bahwa perbandingan kenaikan jumlah lembar saham tiap perusahaan berbeda, untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Pada tanggal 7 Agustus 2007 PT. Semen Gresik, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:10 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 533.836.800 lembar saham menjadi 5.338.368.000 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 10 lembar saham yang baru.
2. Pada tanggal 22 Agustus 2007 PT. Sorini Corporation, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:5 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 144.000.000 lembar saham menjadi 720.000.000 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 5 lembar saham yang baru.
3. Pada tanggal 1 November 2007 PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:2 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 821.140.352 lembar saham menjadi 1.642.280.704 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 2 lembar saham yang baru. 4. Pada tanggal 12 Desember 2007
PT. Jaya Pari Steel, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:5 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 120.000.000 lembar saham menjadi 600.000.000 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 5 lembar saham yang baru.
5. Pada tanggal 12 November 2010 PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk.
melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:2 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 280.000.000 lembar saham menjadi 560.000.000 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 2 lembar saham yang baru.
6. Pada tanggal 15 Juni 2011 PT. Malindo Feedmile, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:5 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 271.200.000 lembar saham menjadi 1.356.000.000 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 5 lembar saham yang baru. 7. Pada tanggal 15 Juni 2011 PT. Pan
Brothers, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:4 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 574.473.750 lembar saham menjadi 2.297.895.000 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 4 lembar saham yang baru. 8. Pada tanggal 24 Juni 2011 PT.
Astra Otoparts, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:5 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 616.925.824 lembar saham menjadi 3.084.629.120 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 5 lembar saham yang baru. 9. Pada tanggal 5 Juni 2012 PT. Astra
Internasional, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:10 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 4.048.355.314 lembar saham menjadi 40.483.553.140 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama
menjadi 10 lembar saham yang baru.
10. Pada tanggal 7 Juni 2012 PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk. melakukan pemecahan saham dengan perbandingan 1:2 sehingga jumlah lembar saham sebelumnya sebanyak 691.319.603 lembar saham menjadi 1.382.639.206 lembar saham, atau dengan kata lain setiap 1 lembar saham lama menjadi 2 lembar saham yang baru.
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham yang beredar pada waktu tertentu. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham dibursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Volume perdagangan saham yang besar mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi serta memenuhi kriteria yang telah diuraikan sebelumnya, maka dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada BEI, terdapat 10 perusahaan yang menjadi sample peneliti.
Untuk mempermudah dalam perhitungan, maka data yang diperoleh dikembangkan dengan mencari volume perdagangan saham 10 hari sebelum dan sesudah pemecahan saham, kemudian dicari rata-rata dari volume perdagangan saham sebelum dan
sesudahnya, setelah didapat rata-ratanya kemudian diselisihkan, untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Semen Gresik, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,0000903 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,000856 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,0007657%.
2. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Sorini Corporation, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,001383 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,005541 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,004158 %.
3. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,001308 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,007764 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,006456 %.
4. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Jaya Pari Steel, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,000501 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,00678 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap
volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,006279 %.
5. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,000153 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,000375 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,000222 %.
6. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Malindo Feedmile, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,009093 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,003993 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh negatif terhadap volume perdagangan dengan penurunan volume sebesar 0,0051 %.
7. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Pan Brothers, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,001721 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,003654 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,001933 %.
8. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Astra Otopart, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,0000373 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,000662 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif
terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,0006247 %.
9. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Astra Internasional, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,000947 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,000963 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,000016 %.
10. Rata-rata tingkat volume perdagangan saham PT. Astra Internasional, Tbk 10 hari sebelum pemecahan saham adalah 0,000947 % sedangkan rata-rata tingkat volume perdagangan saham selama 10 hari sesudah pemecahan saham adalah 0,000963 %. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif terhadap volume perdagangan dengan peningkatan volume sebesar 0,000016 %.
Berikut ini volume perdagangan saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI periode 2007-2012:
Tabel Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI Periode 2007-2012
No Kode
Efek Nama Emiten
Tanggal Pemecahan Saham TVA Sebelum Pemecahan Saham (%) TVA Sesudah Pemecahan Saham (%) Perkembangan (%) 1 SMGR PT. Semen Gresik, Tbk. 07 Agustus 2007 0,0000903 0,000856 0,0007657 2 SOBI PT. Sorini Corporation, Tbk. 22 Agustus 2007 0,001383 0,005541 0,004158 3 CPIN PT. Charoen Pokphand
Indonesia, Tbk. 01 November 2007 0,001308 0,007764 0,006456 4 JPRS PT. Jaya Pari Steel,
Tbk. 12 Desember 2007 0,000501 0,00678 0,006279 5 DVLA PT. Darya-Varia
Laboratoria, Tbk. 12 November 2010 0,000153 0,000375 0,000222 6 MAIN PT. Malindo Feedmile,
Tbk. 15 Juni 2011 0,009093 0,003993 (0,0051) 7 PBRX PT. Pan Brothers, Tbk. 15 Juni 2011 0,001721 0,003654 0,001933 8 AUTO PT. Astra Otopart,
Tbk. 24 Juni 2011 0,0000373 0,000662 0,0006247 9 ASII Astra Internasional 05 Juni 2012 0,000947 0,000963 0,000016 10 IMAS PT. Indomobil Sukses
Internasional, Tbk. 07 Juni 2012 0,000391 0,012459 0,012068 Sumber: Pojok Bursa FE-Unsil.
Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI periode 2007-2012
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014
SMGR SOBI CPIN JPRS DVLA MAIN PBRX AUTO ASII IMAS Series2
Likuiditas saham merupakan salah satu indikator untuk melihat pasar bereaksi terhadap suatu pengumuman. Likuiditas saham adalah mudahnya saham yang dimiliki seseorang dapat diubah menjadi uang tunai melalui mekanisme pasar modal. Likuiditas saham baik, berarti bahwa setiap saat ia dapat datang ke pialang dan menjual sahamnya. Likuiditas saham pada penelitian ini diindikasikan oleh frekuensi perdagangan saham.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi serta memenuhi kriteria yang telah diuraikan sebelumnya, maka dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada BEI, terdapat 10 perusahaan yang menjadi sample peneliti. Berikut ini adalah likuiditas saham pada perusahaan di Industri Manufaktur yang listing di BEI.
Tabel Likuiditas Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur
Yang Listing di BEI Periode 2007-2012 No Kode Efek Frekuensi Perdagangan Saham 1 SMGR 4.207 2 SOBI 4 3 CPIN 23.903 4 JPRS 2.422 5 DVLA 1.173 6 MAIN 4.599 7 PBRX 8.334 8 AUTO 776 9 ASII 61.324 10 IMAS 15.997 Sumber: Pojok Bursa FE-Unsil.
Gambar Likuiditas Saham Pada Perusahaan Di Industri Manufaktur
Yang Listing Di BEI Periode 2007-2012
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa likuiditas saham yang paling tinggi pada periode pemecahan saham yang dilakukan perusahaan bersangkutan adalah PT. Astra Internasional, Tbk. Dengan frekuensi perdagangan saham sebanyak 61.324. Sedangkan yang paling rendah adalah PT. Sorini Corporation, Tbk. sebanyak 4.
Pengaruh Pemecahan Saham Dan Volume Perdagangan Saham Secara Simultan Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI
Besarnya pengaruh pemecahan saham ( ) dan volume perdagangan saham ( ) secara simultan terhadap likuiditas saham (Y) pada Perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI, dapat dilihat dari indikator yang digunakan masing-masing variabel, dengan menggunakan analisis jalur. Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000
maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan.
Analisis jalur digunakan untuk mencari koefisien jalur yang menggambarkan nilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam perhitungan analisis jalur digunakan SPSS versi 16.0 untuk menghitung korelasi antar variable independen, dan untuk mencari koefisien jalur. Adapun hasil perhitungan analisis jalur dapat dilihat pada diagram jalur pada gambar dibawah ini:
Gambar
Hubungan Kausalitas antara Variabel X1, X2 Terhadap Y
Dari gambar diatas, dapat diketahui nilai koefisien jalur antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun untuk perhitungan nilai koefisien jalur antara variable independen dengan variabel dependen dapat dilihat pada table Coefficients output SPSS (terlampir). Sedangkan nilai korelasi antar variable independen dapat dilihat pada table correlation output SPSS (terlampir). Nilai koefisien jalur variabel pemecahan saham (X1)
terhadap likuiditas saham (Y) sebesar 0,762, nilai koefisien jalur variabel volume perdagangan saham (X2)
terhadap likuiditas saham (Y) sebesar 0,259, dan nilai korelasi antara pemecahan saham (X1) dengan volume
perdagangan saham (X2) sebesar 0,238.
Dari nilai koefisien jalur dan korelasi tersebut, kemudian digunakan untuk mencari pengaruh langsung dan tidak langsung setiap variabel independen terhadap variabel dependen, rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung X1 dan X2 Terhadap Y
No Nama Variabel 1 Pemecahan Saham
a. Pengaruh Langsung X1 Terhadap Y 0,581 b. Pengaruh Tidak Langsung X1 Melalui X2 0,047 Pengaruh X1 Total Terhadap Y 0,628 2 Volume Perdagangan Saham
c. Pengaruh Langsung X2 Terhadap Y 0,067 d. Pengaruh Tidak Langsung X2 Melalui X1 0,047 Pengaruh X2 Total Terhadap Y 0,114 Total Pengaruh X1 & X2 terhadap Y 0,742
Pengaruh lain yang tidak diteliti 0,258 Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa total pengaruh secara proporsional variabel pemecahan saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham sama dengan nilai koefisien determinasi (R2) pada tabel tersebut nilai koefisien determinasi yaitu 0,628 + 0,114 = 0,742. Dari nilai koefisien determinasi tersebut diketahui bahwa pengaruh variabel pemecahan saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham secara simultan atau bersama-sama adalah sebesar 74,2%, sedangkan 25,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian teruji, artinya variabel pemecahan saham dan volume perdagangan saham berpengaruh terhadap likuiditas saham.
YX1 =0,762 YX2 =0,259 rX1X2 = 0,238
X
1X
2Y
Ɛ =0,258Pengujian Hipotesis
Untuk melihat apakah pengaruh pemecahan saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham signifikan secara simultan atau tidak maka dilakukan Uji F dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Dengan kriteria tolak Ho jika F
hitung > F tabel dan terima Ho jika F hitung
F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui nilai F hitung sebesar 24,038 (Tabel Anova terlampir), sedangkan F tabel sebesar 4,10, yang diperoleh dari F tabel dengan df 1 = k – 1 = 2, dimana k adalah jumlah variabel dependen dan variabel independen, dan df 2 = n = 10. Oleh karena itu, tolak Ho jika F hitung >
F tabel atau 24,038 > 4,10. Artinya,
terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara pemecahan saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pemecahan saham atau tindakan memecah saham yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur diantaranya PT. Semen Gresik, Tbk., PT. Sorini Corporation, Tbk., PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk., PT. Jaya Pari Steel, Tbk., PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk., PT. Malindo Feedmill, Tbk., PT. Pan Brothers, Tbk., PT. Astra Otopart, Tbk., Astra Internasional, dan PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk. Pada periode 2007 sampai dengan 2012 dan volume perdagangan saham pada perusahaan tersebut terbukti dapat meningkatkan likuiditas saham dengan signifikan.
Pengaruh Pemecahan Saham Secara Parsial Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI
Untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham secara parsial terhadap likuiditas saham pada perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI, maka dilakukan uji statistic koefisien jalur. Koefisien jalur ini akan menentukan tingkat keeratan pengaruh antar variable pemecahan saham dengan likuiditas saham. Pengaruh pemecahan saham secara parsial terhadap likuiditas saham perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI dapat dilihat pada sub struktur berikut ini:
=0,258 762 , 0 1Y X 1 X Y Gambar
Pengaruh Struktural X1 dengan Y
Hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 tabel coefficients (terlampir) menunjukkan bahwa koefisien jalur hubungan variabel pemecahan saham dengan likuiditas saham adalah sebesar 0,762. Berdasarkan gambar 4.5 dan Tabel 4.4 diketahui bahwa secara ekonomi dapat diartikan bahwa pemecahan saham secara langsung akan dapat berpengaruh pada likuiditas saham sebesar 58,1%, sedangkan pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham melalui hubungannya dengan volume perdagangan saham sebesar 4,7%, dengan demikian secara parsial variabel pemecahan saham akan dapat mempengaruhi likuiditas saham sebesar 62,8%.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian teruji, artinya tindakan pemecahan saham
berpengaruh terhadap likuiditas saham perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI. Adapun untuk melihat apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak maka dilakukan perbandingan nilai perhitungan signifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat keyakinan yang ditentukan yaitu sebesar 5% atau 0,05, dengan demikian pengaruh antara pemecahan saham terhadap likuiditas saham signifikan. Selain itu, tingkat signifikansi bisa pula diukur dengan menggunakan uji t. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Dengan kriteria tolak Ho jika t hitung > t tabel dan terima Ho jika t hitung t tabel. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui nilai t hitung pemecahan saham sebesar 6,930 (Tabel Coefficient terlampir), sedangkan t tabel sebesar 2,228, yang diperoleh dari t tabel dengan α=5% dan n = 10. Oleh karena itu, tolak Ho jika t hitung > t tabel
atau 6,930 > 2,228. Artinya, terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara pemecahan saham terhadap likuiditas saham.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pemecahan saham atau tindakan memecah saham yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur diantaranya PT. Semen Gresik, Tbk., PT. Sorini Corporation, Tbk., PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk., PT. Jaya Pari Steel, Tbk., PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk., PT. Malindo Feedmill, Tbk., PT. Pan Brothers, Tbk., PT. Astra Otopart, Tbk., Astra Internasional, dan PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk. Pada periode 2007 sampai dengan 2012 terbukti dapat meningkatkan likuiditas saham dengan signifikan. Pemecahan saham dapat menjadikan harga saham menjadi lebih murah yang selanjutnya menambah kemampuan dan daya tarik bagi investor untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham lebih
likuid diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham dapat menaikkan unsur pedorong likuiditas saham. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Fatmawati dan Marwan Asri (1999) yang berjudul “Pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas diukur dengan besarnya bid ask spread”; penelitian yang dilakukan juga oleh Wang Sutrisno (2000) yang berjudul “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta”; serta penelitian yang dilakukan oleh Rusliati dan Farida (2010) yang berjudul “Pemecaham Saham Terhadap Likuiditas Dan Return Saham”, dimana ketiga penelitian tersebut menyebutkan hasil penelitian yang sama dengan hasil penelitian penulis yaitu terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara pemecahan saham terhadap likuiditas saham.
Pengaruh Volume Perdagangan Saham Secara Parsial Terhadap Likuiditas Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI.
Untuk mengetahui pengaruh volume perdagangan saham secara parsial terhadap likuiditas saham pada perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI, maka dilakukan uji statistic koefisien jalur. Koefisien jalur ini akan menentukan tingkat keeratan pengaruh antar variable volume perdagangan saham dengan likuiditas saham. Pengaruh volume perdagangan saham secara parsial terhadap likuiditas saham perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI dapat dilihat pada sub struktur berikut ini:
=0,258 259 , 0 2Y X 2 X Y Gambar
Pengaruh Struktural X2 dengan Y
Hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 tabel coefficients (terlampir) menunjukkan bahwa koefisien jalur hubungan variabel volume perdagangan saham dengan likuiditas saham adalah sebesar 0,259. Berdasarkan gambar 4.6 dan Tabel 4.4 diketahui bahwa secara ekonomi dapat diartikan bahwa volume perdagangan saham secara langsung akan dapat berpengaruh pada likuiditas saham sebesar 6,7%, sedangkan pengaruh volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham melalui hubungannya dengan pemecahan saham sebesar 4,7%, dengan demikian secara parsial variabel pemecahan saham akan dapat mempengaruhi likuiditas saham sebesar 11,4%.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian teruji, artinya volume perdagangan saham berpengaruh terhadap likuiditas saham perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI. Adapun untuk melihat apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak maka dilakukan perbandingan nilai perhitungan signifikansi sebesar 0,004 dengan tingkat keyakinan yang ditentukan yaitu sebesar 5% atau 0,05, dengan demikian pengaruh antara volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham signifikan. Selain itu, tingkat signifikansi bisa pula diukur dengan menggunakan uji t. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Dengan kriteria tolak Ho jika t hitung > t tabel dan terima
Ho jika t hitung t tabel. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui nilai t hitung
volume perdagangan saham sebesar 2,865 (Tabel Coefficient terlampir), sedangkan t tabel sebesar 2,228, yang diperoleh dari t tabel dengan α=5% dan n = 10. Oleh karena itu, tolak Ho jika t
hitung > t tabel atau 2,865 > 2,228. Artinya,
terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa volume perdagangan saham perusahaan manufaktur yang melakukan pemecahan saham diantaranya PT. Semen Gresik, Tbk., PT. Sorini Corporation, Tbk., PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk., PT. Jaya Pari Steel, Tbk., PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk., PT. Malindo Feedmill, Tbk., PT. Pan Brothers, Tbk., PT. Astra Otopart, Tbk., Astra Internasional, dan PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk. pada periode 2007 sampai dengan 2012 terbukti mempengaruhi likuiditas saham dengan signifikan. Frekuensi transaksi perdagangan saham semakin tinggi, maka semakin tinggi tingkat likuiditas saham tersebut.
Hubungan Pemecahan Saham Dengan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan di Industri Manufaktur Yang Listing di BEI.
Untuk mengetahui hubungan pemecahan saham dengan volume perdagangan saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI, maka dilakukan uji statistic koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini akan menentukan tingkat keeratan hubungan antar variable pemecahan saham dengan volume perdagangan saham. Hubungan pemecahan saham dengan volume perdagangan saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI dapat dilihat pada sub struktur berikut ini:
rX1X2 = 0,238
Gambar
Hubungan Korelasional X1 dengan X2
Hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 tabel correlations menunjukkan bahwa koefisien hubungan variabel pemecahan saham dengan volume perdagangan saham adalah sebesar 0,238 yang mana hubungan antar variable pemecahan saham dengan volume perdagangan saham termasuk kategori rendah. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa hubungan antara variable pemecahan saham dengan volume perdagangan saham termasuk kategori rendah sebesar 23,8%. Artinya, pemecahan saham berhubungan dengan volume perdagangan saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sadikin Ali (2011) yang berjudul “Analisis Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Sebelum Dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Studi Pada Perusahaan Yang Go Public Pada Bursa Efek Indonsia) yang menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap volume perdagangan saham dan return saham sebelum dan setelah pemecahan saham. Hasil penelitian tersebut menyebutkan hasil penelitian yang sama dengan hasil penelitian penulis yaitu hubungan antara variable pemecahan saham dengan volume perdagangan saham termasuk kategori rendah.
Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa, pengumuman pemecahan saham yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur diantaranya PT. Semen Gresik, Tbk., PT. Sorini Corporation, Tbk., PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk., PT. Jaya
Pari Steel, Tbk., PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk., PT. Malindo Feedmill, Tbk., PT. Pan Brothers, Tbk., PT. Astra Otopart, Tbk., Astra Internasional, dan PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk. Pada periode 2007 sampai dengan 2012 dianggap sebagai sinyal positif dari manajemen tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Pemecahan saham menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang bagus sehingga akan memberikan keuntungan pada investor dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang optimal bila investor melakukan transaksi. Pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan maka akan berpengaruh terhadap saham yang terlihat dari perubahan volume perdagangan saham, hal ini disebabkan karena pemecahan saham membuat harga saham menjadi lebih rendah yang akan mendorong investor melakukan transaksi. Dengan dilakukannya pemecahan saham maka harga saham akan turun dan diharapkan dapat menarik investor-investor kecil. Tindakan pemecahan saham mengakibatkan jumlah saham yang beredar (trading volume activity) bertambah.
6. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pemecahan saham tiap perusahaan berbeda dilihat dari rasio pemecahan sahamnya. Akan tetapi, pada dasarnya setiap perusahaan manufaktur yang melakukan pemecahan saham ingin memberitahukan kepada publik bahwa kinerja perusahaan sedang dalam keadaan baik dan memiliki prospek cerah sehingga saham yang ditawarkan akan lebih
diminati. Tingkat volume perdagangan saham masing-masing perusahaan manufaktur yang melakukan kebijakan pemecahan saham bersifat fluktuatif, baik pada saat sebelum maupun sesudah pemecahan saham. Likuiditas saham masing-masing perusahaan manufaktur pada periode pemecahan saham bervariasi, dan yang paling tinggi adalah PT. Astra Internasional, Tbk. sedangkan yang paling rendah adalah PT. Sorini Corporation, Tbk.
2. Terdapat pengaruh signifikan secara simultan dan parsial antara pemecahan saham dan volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham pada Perusahaan di Industri Manufaktur yang Listing di BEI yang melakukan pemecahan saham pada periode 2007-2012.
3. Terdapat hubungan antara variable pemecahan saham dengan volume perdagangan saham. Dan tingkat hubungan termasuk kategori rendah.
Berdasarkan simpulan yang dikemukan di atas, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Kepada perusahaan yang akan melakukan pemecahan saham,
disarankan untuk
mempertimbangkan berbagai aspek terlebih dahulu baik internal maupun eksternalnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mencari faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas saham selain pemecahan saham dan volume perdagangan saham sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan dengan hasil penelitian penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia.
Bandi dan J. Hartono, 2000. Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap Pengumuman Dividen, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 2, hal. 203-213.
Eduardus Tandelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPEE.
Fatmawati Sri, Marwan Asri. 1999. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham Diukur Dengan Besarnya Bid-Ask Spread Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 4 Oktober, 1999. Fitriana Aghita Pratama. 2009.
Pengaruh Depth to Relative Spread dan Risk Premium Terhadap Imbal Hasil Saham. lontar.ui.ac.id
Hendy M. Fakhruddin. 2008. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: Elex Media Komputindo
Irfan Fahmi. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.
Jogiyanto. 2002. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Keown, Scot, Martin and Petty.2000.”Dasar-dasar
Manajemen Keuangan”,alih bahasa Chaerul D. Djakman, SE., Ak., M.B.A. Jakarta: Salemba Empat
Koentin, E.A. 2002. Analisis Pasar Modal. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Kurniawati, Indah, 2003, Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris pada Non-synchronous Trading. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6, No. 3, September, 2003.
Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.
Reilly, Frank dan Keith C. Brown. 2003. Investment Analysis and Portfolio Management Seventh Edition.
Ruslianti Ellen, Esti Nur Farida. 2010. Pemecaham Saham Terhadap Likuiditas Dan Return Saham. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. Vol. 12, No. 3, Desember, 2010 : 161-174.
Sadikin Ali. 2011. Analisis Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Sebelum
Dan Sesudah Peristiwa
Pemecahan Saham (Studi Pada Perusahaan Yang Go Public Pada Bursa Efek Indonsia. Jurnal Manajeman Dan Akuntasi. vol.12, no.1, april, 2011.
Suad Husnan. 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta: YKPN. Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Taufik Hidayat. 2010. Buku Pintar Investasi Reksa Dana, Saham, Opsi Saham, Valas & Emas. Jakarta: Media Kita.
Tjiptono Darmadji & Hendy Fakhruddin. 2006. Pasar modal di indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Van Horne, James C. dan Wachowitz. 1999. Fundamental of Financial Management dialihbahasakan oleh Ir. Kusnul Hadi. Peason Education dan Salemba Empat, Jakarta.
Wang Sutrisno. 2000. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 2 No. 2, September, 2000.
Weston, Fred., Thomas E. Copeland. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan dialihbahasakan oleh Marianus Sinaga. Jakarta: Binarupa Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
Muslim. Volume Perdagangan Saham. www.ekonomi.kabo.biz