• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT. DINAS KESEHATAN Jl. Perintis Kemerdekaan No.65 A Padang- Sumatera Barat Telpon : , Fax

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT. DINAS KESEHATAN Jl. Perintis Kemerdekaan No.65 A Padang- Sumatera Barat Telpon : , Fax"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

2015

PROVINSI SUMATERA BARAT

DINAS KESEHATAN

Jl. Perintis Kemerdekaan No.65 A Padang- Sumatera Barat Telpon : 0751-25642, Fax 0751-33437

(2)

i

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan

hidayah-NYA telah dapat disusun Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan data dan informasi untuk landasan pengambilan keputusan dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, ketersedian data dan informasi sangat diperlukan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Penyusunan Profil Kesehatan ini menggambarkan seluruh program yang ada di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Pemerintah maupun Swasta dan lintas sektor terkait di Provinsi Sumatera Barat. Penyusunannya berdasarkan pada format yang diberikan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam bentuk tabel yang disajikan secara sistematis sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan. Langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam proses kualitas Profil Kesehatan selalu diupayakan dari waktu ke waktu dalam hal keakuratan data, ketepatan waktu dan kesesuaian dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.

Untuk meningkatkan mutu penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat berikutnya, kami sangat mengharapkan sumbang saran, tanggapan peran serta dari semua pihak terkait sumber data, terutamanya para pengelola program kesehatan di semua tingkatan administrasi, sehingga penyusunan akan menjadi lebih baik lagi. Semoga Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2015 ini dapat memenuhi tuntutan ketersedian data dan informasi untuk menjadi landasan pengambilan keputusan yang evidence-based dalam pembangunan kesehatan Provinsi Sumatera Barat

PADANG, APRIL 2016 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Dr. Hj. ROSNINI SAVITRI, M.KES NIP 19561207 198310 2 001

(3)

ii

TI

Halaman

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN / TABEL iii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

a. Keadaan penduduk ... 5

b. Administrasi ... 6

c. Keadaan kesehatan lingkungan & perilaku ... 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN a. Meningkatkan umur harapan hidup (UHH) ... 10

b. Angka kematian bayi (AKB) ... 11

c. Angka kematian ibu (AKI) ... 12

d. Jumlah kematian neonatal ... 13

e. Jumlah kematian bayi ... 14

f. Jumlah kematian anak balita ... 14

g. Menurunnya angka gizi kurang BB/TB ... 15

h. Morbiditas ... 16

1. Tuberkulosis ... 16

2. HIV dan AIDS ... 18

3. ISPA ... 20

4. Penanggulangan dan pemberantasan diare dan ISPL ... 21

BAB IV PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG a. Penanggulangan & pemberantasan DBD ... 22

b. Penanggulangan & pemberantasan malaria ... 24

c. Penanggulangan& pemberantasan filariasis ... 26

(4)

iii

BAB V SITUASI UPAYA KESEHATAN

a. % Ibu Hamil yang mendapat pelayanan Antenatal care/K1

... 29 b. % Ibu Hamil mendapatkan pelayanan

antenatal (K4)

... 30 c. % ibu bersalin yang ditolong oleh

nakes Terlatih

... 31 d. % Ibu Hamil, Bersalin, Nifas yang

dapat Penanganan Komplikasi Kebidanan (PK)

... 31

e. % Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Aktif %

... 32 f. Jumlah Kematian Ibu di Prov. Sumbar

tahun 2014

... 33

g. Imunisasi Rutin ... 33

h. Wanita Usia Subur (15-39 tahun), Bumil dan Catin

... 37

i. Desa UCI ... 38

j. Promosi Kesehatan ... 40

BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

a. Pembiayaan kesehatan ... 44

b. Tenaga kesehatan ... 45

c. Sarana & prasarana ... 46

BAB VII PENUTUP

(5)

iv

TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH

PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN

KELOMPOK UMUR

TABEL 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK

HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN BALITA MENURUT

JENIS KELAMIN

TABEL 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR

TABEL 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA

ANAK DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU

BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU

BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS DAN SYPHILIS MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV

MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 13 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2

MENURUT JENIS KELAMIN

(6)

v MENURUT TIPE/JENIS, MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE

FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO)

TABEL 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN

IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN

IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN (LANJUTAN)

TABEL 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT

JENIS KELAMIN

TABEL 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT

JENIS KELAMIN

TABEL 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 24 CAKUPAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 25 CAKUPAN PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN

METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)

TABEL 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT

JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

TABEL 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG

DITANGANI < 24 JAM

TABEL 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG

TENAGA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS

TABEL 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL

TABEL 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA

SUBUR

TABEL 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN

FE3

TABEL 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI

(7)

vi

TABEL 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI

TABEL 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI

TABEL 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF

TABEL 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI

TABEL 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA

BAYI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK,

DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 44 'CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA,

DAN IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 45 JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT

PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD

& SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN

TABEL 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS

KELAMIN

TABEL 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD

DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN

(8)

vii JENIS KELAMIN

TABEL 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS JAMINAN

DAN JENIS KELAMIN

TABEL 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN , RAWAT INAP, DAN

KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

TABEL 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

TABEL 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

TABEL 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH

DAN SEHAT (BER-PHBS)

TABEL 58 'PERSENTASE RUMAH SEHAT

TABEL 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR

MINUM BERKUALITAS (LAYAK)

TABEL 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR

MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

TABEL 61 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS

MASYARAKAT

TABEL 62 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI

YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN

TABEL 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT

KESEHATAN

TABEL 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS

HIGIENE SANITASI

TABEL 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK

TABEL 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN

TABEL 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN

TABEL 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN RS DENGAN KEMAMPUAN

PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR) LEVEL I

TABEL 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA

TABEL 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA

(9)

viii

TABEL 71 JUMLAH DESA SIAGA

TABEL 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KESEHATAN

TABEL 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN

KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 77 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN

TABEL 78 JUMLAH TENAGA TEKNISI MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI

FASILITAS KESEHATAN TABEL 79

TABEL 80 TABEL 81

JUMLAH JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN PENGELOLA PROGRAM KESEHATAN

JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

(10)

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan manfaat dan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin.

Pembangunan Kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama pada Tahun 1969 diera orde baru dan Rencana pembangunan Reformasi Bidang Kesehatan tahun 1999 pasca dimulainya era Reformasi setelah era Orde Baru berakhir tahun 1998, yang secara nyata telah berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, serta melaksanakan upaya kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dengan mengacu kepada peraturan di bidang kesehatan yaitu :

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia sehat 2010, Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten / Kota Sehat.

(11)

2 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 741 / Menkes / Per / VII / 2008 Tentang

Standar pelayanan Minimal ( SPM ) Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja serta kontribusi positif dari berbagai sektor lainnya. Didalam SKN disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh ketersediaan data dan informasi kesehatan. Dengan berlakunya Sistem Kesehatan Nasional tersebut, dilaksanakan pengumpulan data dan pengolahan data yang dituangkan secara teratur setiap tahunnya.

Salah satu bentuk penyajian data yang dapat menggambarkan hasil Pembangunan Kesehatan adalah penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota, yakni membandingkannya antara pencapaian program dengan Indikator Indonesia Sehat 2010, indikator kinerja dan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM Kesehatan). Indikator Indonesia Sehat berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003, sedangkan Indikator kinerja dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 serta revisinya yakni Kepmenkes 741/VII/2008, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Profil Kesehatan Kabupaten/Kota pada intinya berisi berbagai data /informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian Kabupaten/Kota Sehat dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan SPM bidang kesehatan.

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015, diharapkan dapat menjadi salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan

(12)

3 pembangunan kesehatan di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta memberikan data yang dibutuhkan oleh para penentu kebijakan sebagai suatu bukti untuk dapat dilakukannya pengambilan keputusan berdasarkan fakta (evidence based decision

making).

Untuk itu p`enyusunan profil kesehatan yang berkualitas, terbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten dan sesuai kebutuhan, menjadi harapan kita bersama. Selain itu, Profil Kesehatan ini dapat digunakan sebagai sarana penyedia data dan informasi dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelaksanaan upaya kesehatan di kabupaten/kota sebagai mana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maupun yang telah diuraikan dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dimana kesehatan merupakan salah satu urusan Wajib Pemerintah Daerah.

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat membahas beberapa topik yang terdapat dalam setiap bab yang disajikan dalam urutan sebagai berikut :

BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Sumatera Barat, yang meliputi letak geografis, administrasi dan informasi umum lainnya. Bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku dan lingkungan.

BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. Angka kematian pada bayi, balita, dan

(13)

4 maternal pada profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat ini menggunakan data laporan dari seluruh sarana pelayanan kesehatan yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Angka kematian neonatal, bayi dan balita bersifat fluktuatif selama 5 tahun terakhir.

BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya

BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya pembangunan kesehatan lainnya.

BAB 6. KESIMPULAN

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2013. Selain keberhasilan-keberhasilan, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

LAMPIRAN

Pada lampiran berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten/kota dengan 81 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender, dan berdasarkan definisi operasional petunjuk tekhnis Profil 2013 dari Kementerian Kesehatan RI

(14)

5 Sumatera Barat yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera mempunyai letak geografis yang strategis antara kawasan sebelah utara dan kawasan timur pulau Sumatera dengan pulau Jawa di sebelah selatan. Provinsi Sumatera Barat mempunyai luas 42.229.730 km2 dengan topografi yang datar dan bergelombang sampai bergunung yang merupakan bagian dan jajaran pegunungan Bukit Barisan dengan luas perairan laut diperkirakan ± 186.500 Km2.

Batas wilayah Provinsi Sumatera Barat terletak disepanjang pinggiran pantai barat pulau Sumatera yang berada antara 0 - 54’ Lintang Utara sampai 3 - 30’ Lintang Selatan serta antara 98 36’ sampai 101 53’ Bujur Timur. Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari 19 kabupaten/kota (12 Kabupaten dan 7 Kota) diantaranya Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6.001,00 Km2 atau sekitar 14,21 % dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,00 Km2 (0,05 %). Provinsi Sumatera Barat terletak di sebelah barat pulau Sumatera dan sekaligus berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera barat

Iklim Sumatera Barat tergolong iklim tropis dengan rata-rata suhu 25,5 derajat Celcius dan rata-rata kelembaban yang tinggi yaitu 86,17 % dengan tekanan udara rata-rata berkisar 997,03 mb.

A. KEADAAN PENDUDUK

Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 tercatat sebesar 5.195.561 jiwa, dengan

(15)

6

tingkat kepadatan 123 jiwa per km2 (tabel 1). Kepadatan penduduk Provinsi

Sumatera Barat tidak merata, kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota

Bukittinggi dengan kepadatan penduduk 4.858 jiwa/km2.

Komposisi penduduk Provinsi Sumatera Barat menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (<15 tahun) sebesar 30,43 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 69,57 % dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 8,45 %. Komposisi penduduk perempuan berusia produktif 15 – 35 tahun 1.671.483 jiwa.

B. ADMINISTRASI

Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 mempunyai wilayah administrasi terdiri atas 12 (dua belas) Kabupaten dan 7 (tujuh) Kota, dengan 176 kecamatan, jumlah nagari sebanyak 755 nagari, 260 kelurahan, 125 desa dan 3.640 jorong / kampung * (SDBA).

C. KEADAAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus karena lingkungan merupakan media penularan penyakit. Untuk itu maka penanganan lingkungan perlu dilakukan. Disini dapat dilihat gambaran keadaan lingkungan terutama dari indikator-indikator persentase rumah sehat dan persentase tempat-tempat umum serta tempat pengelolaan makanan sehat. Disamping itu ada juga indikator lain yang sangat menunjang keadaan suatu lingkungan yang sehat antara lain persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih, gambaran masing-masing indikator lingkungan diantaranya Cakupan Rumah Sehat, Cakupan

(16)

7 Tempat-Tempat Umum (TTU) Sehat, Cakupan Tempat Pengelolan Makanan (TPM) Sehat.

GRAFIK 2.1 CAKUPAN RUMAH SEHAT PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

Dari tabel 58 (lampiran) terlihat cakupan rumah yang memenuhi syarat 71 % masih jauh dari target 87 % pada umumnya semua Kab/Kota masih dibawah target, Rumah sehat ini banyak faktor yang mempengaruhinya tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi dari perilaku masyarakat itu sendiri dan masyarakat lebih mementingkan untuk kehidupannya untuk makan dari pada kebersihan diri dan lingkungannya (Rumah sehat, limbah, sampah dan jamban keluarga serta air bersih). Sebagaiman kita ketahui bahwa rumah yang dikatakan memenuhi syarat kesehatan selain keadaan rumah, lingkungan disekitar rumah juga termasuk harus memenuhi syarat kesehatan seperti pegelolaan sampah, pengelolaan limbah, jamban dan kandang ternak yang ada disekitar rumah. Kalau dilihat keadaan rumah seperti ventilasi pada umumnya sudah memenuhi syarat akan tetapi untuk pemcemaran disekitar rumah pada umumnya yang belum memenuhi syarat kesehatan seperti sampah, limbah yang belum dikelola dengan baik dan kandang ternak yang

(17)

8 dekat dengan rumah, ini yang akan berdampak terhadap rumah menjadi tidak sehat. Untuk meningkatkan cakupan rumah sehat ini perlu dilakukan peningkatan penyuluhan dan pemantauan ke lapangan dengan menggunakan kartu rumah, sehingga dapat merobah perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan rumah

GRAFIK 2.2 CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) SEHAT PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

Tempat-tempat umum ini merupakan tempat berkumpulnya orang banyak sehingga agak susah untuk pengelolaannya terutama untuk kebersihan lingkungannya seperti pasar, tempat wisata, bioskop hotel , penginapan dan lain-lain. Untuk tempat-tempat umum ini yang menjadi masalah terutama air bersih dan sanitasi dasar (jamban, sampah dan limbah). Untuk TTU cakupan tahun 2015 mencapai 70 % dengan target 87 % Pada umumnya untuk kota sudah mendekati target, dipengelolanya, Tempat-tempat umum ini yang paling susah mengelolanya adalah sampah, ini sangat tergantung juga dengan perilaku dari masyarakat pengunjungnya dimana telah disediakan tempat sampah akan tetapi masyarakat masih membuang sampah disembarangan tempat seperti di pasar dan daerah wisata. Dan juga penyediaan air bersih yang masih banyak yang kurang sehinga mengakibatkkan jamban umum akan kotor, karena air tidak mencukupi, serta perilaku masyarakat

(18)

9 dalam penggunakan jamban umum tidak merasa tanggung jawab terhadap kebersihan jamban (WC umum ) ini mengingat kebersihan WC umum ini ada yang mengelolanya

Untuk meningkatkan cakupan ini lebih ditingkatkannya koordinasi lintas sektor terkait dengan tempat dan adanya Perda dalam penertiban pengelolaan tempat – tempat umum penyuluhan kepada masyarakat pengguna Tempat-Tempat Umum

GRAFIK 2.3 CAKUPAN TEMPAT PENGELOLAN MAKANAN (TPM) SEHAT PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

Yang termasuk dalam Tempat Pengelolaan makanan ini antara lain : restoran/rumah makan, jasa boga, depot air minum, makanana jajanan. Cakupan untuk tahun 2015 baru mencapai 37 % dengan target 85 %, hal ini juga masih didominasi oleh kota yang pada umumnya sudah mencapai target. Tempat pengelolaan makanan ini yang sering menjadi masalah adalah perilaku pengelola TPM untuk menyediakan tempat sampah, limbah dan kamar mandi/jamban. Hal ini berdasarkan hasil tinjauan / pengawasan lapangan sangat erat hubungannya dengan

(19)

10 perilaku dari pengelola tempat makanan tersebut. Untuk TPM ini masih dikelola oleh masing-masing pribadi, disini para pelaku TPM masih mementingkan faktor keuntungan penjualan dari pada faktor kesehatan lingkungannya, mengingat umumnya TPM ini merupakan mata pencarian golongan ekonomi menengah

(20)

11

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, ada beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada Bab ini, akan di bahas Jumlah Kematian Neonatal, Jumlah Kematian Bayi (AKB), Jumlah Kematian Balita (AKABA), Jumlah Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa macam penyakit di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.

A. ANGKA KEMATIAN

1. Kasus Kematian Neonatal

Kematian Bayi adalah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Kematian bayi ini dapat dikelompokkan menjadi bayi lahir mati, kematian 0 -7 hari (Perinatal), kematian 8 – 28 hari (neonatal) dan kematian 1- 12 bulan. Kematian Bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan kejadian kematian bayi.

Kematian 0 – 6 hari neonatal merupakan gambaran pelayanan kesehatan. Resiko terbesar kematian neonatal terjadi 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupan. Bayi yang berusia kurang dari 1 bulan

(21)

12 merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi.

Kematian Neonatal menurun sebanyak 2 kasus dari tahun sebelumnya, dimana terdapat 689 kasus di tahun 2014 dan 687 kasus di tahun 2015. Jika dilihat berdasarkan gender, maka lebih banyak Kematian Neonatal laki laki (428 orang) dibanding Kematian Neonatal perempuan (259 orang). Grafik berikut ini menunjukkan bahwa jumlah kematian neonatal 0-28 hari di Prov. Sumbar sebesar 687 orang.

GRAFIK.3.1 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL PROV SUMBAR TAHUN 2015

2. Kasus Kematian Bayi

Kematian Bayi di Propinsi Sumatera Barat sebanyak 702 orang yang tersebar di 19 Kab/Kota dengan penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak 96 orang. Faktor yang mempengaruhi meningkatnya Jumlah kematian bayi di Provinsi Sumatera Barat antara lain disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap perawatan kehamilan sesuai standar, rendahnya tingkat pendidikan dan status ekonomi masyarakat terhadap perawatan kehamilan sesuai yang dianjurkan, kurangnya partisipasi

(22)

13 keluarga, masyarakat dan lintas program dalam program kesehatan ibu dan anak, belum optimalnya pelayanan kesehatan terhadap ibu, bayi dan balita serta kurangnya

kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu, bayi dan balita. Grafik berikut ini

menunjukkan Kematian Bayi Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015.

GRAFIK. 3.2 JUMLAH KEMATIAN BAYI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

3. Kasus Kematian Balita.

Kematian Balita di Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 sebanyak 907 orang, dimana kematian balita laki-laki (541 orang) lebih banyak dari pada balita perempuan (364 orang). Kasus kematian balita ini meningkat dibanding tahun 2014 (856 orang). Penyumbang kematian Balita tertinggi dari Kota Padang sebanyak 122 orang. Grafik berikut ini menunjukkan Kematian Anak Balita Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015.

(23)

14

GRAFIK.3.3 JUMLAH KEMATIAN ANAK BALITA PROV. SUMBAR 2015

4. Kasus Kematian Ibu.

Kematian Ibu juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan.

Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Kasus kematian Ibu meliputi kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Pada tahun 2015, kasus kematian Ibu berjumlah 111 orang, menurun jika dibanding tahun 2014 (118 orang). Adapun rincian kematian ibu ini terdiri dari kematian ibu

(24)

15 hamil 25 orang, kematian ibu bersalin 49 orang dan kematian ibu nifas 37 orang. Sementara jika dilihat berdasarkan umur, kurang dari 20 tahun 9 orang, 20 s/d 34 tahun sebanyak 65 orang dan diatas 35 tahun 37 orang. Trend kasus kematian ibu setiap tahun bervariasi, secara umum mengalami naik turun, seperti terlihat pada grafik berikut :

GRAFIK 3.4. TREND KASUS KEMATIAN IBU DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014 - 2015

B. ANGKA KESAKITAN

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Pola 10 Penyakit Terbanyak

Berdasarkan laporan dari seluruh Kab/Kota, pada tahun 2015 penyakit ISPA dan Gastritis masih menduduki peringkat atas dan kedua dari 10 penyakit terbanyak di Propinsi Sumbar yaitu sebanyak 438.610 kasus (34,08%) dan 198.731 kasus Gastritis (15,44) . Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh lingkungan dan gaya hidup yang salah

(25)

16 TABEL .3.1 10 PENYAKIT TERBANYAK PROV. SUMBAR 2015

NO JENIS PENYAKIT JUMLAH %

1 ISPA 438.610 34.08

2 GASTRITIS 198.731 15.44

3 REMATIK 151.243 11.75

4 HIPERTENSI 140.930 10.95

5 DIARE 89.392 6.95

6 PENYAKIT KULIT ALERGI 79.717 6.19

7 COMMOND COLD 63.972 4.97

8 PENYAKIT KULIT INFEKSI 54.422 4.23

9 ASMA 44.250 3.44

10 KECELAKAAN 25.750 2.00

Jumlah 1.287.017

2. Status Gizi

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya : kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya: mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Pada Tahun 2015 Kasus Balita Gizi Buruk Ditemukan sebanyak 489 orang di Prov Sumbar & yang mendapat perawatan sebesar 100 %

(26)

17

GRAFIK.3.5 KASUS BALITA GIZI BURUK DITEMUKAN PROV SUMBAR 2015

(27)

18 Dalam Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, disebutkan bahwa Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.

Situasi upaya kesehatan masyarakat di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 dapat diuraikan sebagai berikut :

1.Pelayanan Kesehatan

a. Cakupan Kunjungan K1 dan K4

PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya serta kesehatan anaknya. Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga kesehatan/masyarakat, Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan yang ditolong dukun.

Target pencapaian program untuk K1 = 99 % dan K4 = 89 %. Tahun 2015 ibu hamil yang ada di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 121.622 orang dengan capaian K1 sebanyak 109.925 orang (90.4 %) dan K4 sebanyak 97.590 orang (80.2%). Jika dibanding tahun 2014 capaian ini lebih besar, yakni K1 = 94.5 % dan K4 = 83,0 %.

(28)

19 GRAFIK 4.1 CAKUPAN KUNJUNGAN K1 DAN K4

DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

b. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Ibu hamil Resti adalah ibu hamil yang mengalami resiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu hamil maupun bersalin, jika dibanding ibu hamil normal. Sasaran ibu hamil resti adalah 20 % dari jumlah ibu hamil. Sasaran ibu hamil resti tahun 2015 adalah 24.324 orang, Sementara temuan Ibu hamil Restinya sebanyak 15.572 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 ada peningkatan jumlah temuan kasus ibu hamil Resti ini, dimana tahun 2014 ditemukan dan ditangani kasus Bumil Resti sebanyak 12.993 orang. Ibu hamil yang melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan adalah 92.301 orang dari 105.883 orang ibu bersalin (87,2%).

(29)

20 GRAFIK 4.2 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA

KESEHATAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

c. Cakupan Pelayanan Nifas dan Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Ibu yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas sebanyak 73.2%, masih di bawah target tahun 2015 (91%). Untuk capaian pemberian vitamin A pada ibu nifas jauh meningkat dari 84.3% 89.307 orang) di tahun 2014 menjadi 74.4% di tahun 2015 (93.793 orang).

GRAFIK 4.3. CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

(30)

21

d. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS

Untuk pencegahan terjadinya Tetanus Toksoid pada ibu hamil dilakukan imunisasi TT. Cakupan Imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil pada tahun 2015 adalah TT-1 = 18,2%, TT-2 = 18,3 %, TT-3 = 14,3%, TT-4 = 12,2 %, TT-5 = 10,7 % dan TT2+ = 55,6 %. Pada tahun 2014, cakupan TT-1 = 14,8%, TT-2 = 14,4 %, TT-3 = 11.2%, TT-4 = 9.8 %, TT-5 = 8.6 % dan TT2+ = 44%. Secara keseluruhan, cakupan di tahun 2015 lebih besar dibanding tahun 2014. Imunisasi TT juga diberikan pada Wanita Usis Subur (WUS) dan lebih banyak dilakukan untuk imunisasi TT-1.

e. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe

Untuk mencegah terjadinya Anemia pada ibu hamil, dilakukan pendistribusian tablet Fe pada ibu hamil selama tiga bulan. Pada tahun 2015, dari 121.622 orang ibu hamil, yang mendapat Fe1 sebanyak 104.408 orang atau 85.8 % dan Fe3 sebanyak 96.784 atau 79,6 %. Capaian ini meningkat dari tahun 2014 yaitu Fe1 sebanyak 50,64% dan untuk Fe3 sebanyak 84,03 %.

GRAFIK 4.4 CAKUPAN PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE 1 & FE 3 DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

(31)

22

f. Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani

Pada tahun 2015, penanganan komplikasi kebidanan sebanyak 15.572 orang dari 24.324 perkiraan bumil dengan komplikasi yang ditangani atau sebesar 64,1%. Cakupan ini jauh meningkat dari tahun 2014, besarnya cakupan 58.1%. Sementara itu Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebesar 7.091 orang dari 16.203 orang perkiraan neonatal komplikasi (43,1 %), cakupan ini jauh meningkat dari tahun 2014, besarnya cakupan 34,2%.

GRAFIK 4.5 CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI PROV SUMBAR 2015

g. Persentase KB Aktif dan KB Baru

Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 15-49 tahun. Pada tahun 2015, Pasangan Usia Subur (PUS) di Provinsi Sumatera Barat berjumlah 861.964. Peserta KB baru adalah PUS yang baru pertama kali

(32)

23 menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi, sementara KB aktif adalah akseptor yang sedang memakai kontrasepsi. Pada tahun 2015, jumlah peserta KB baru 121.125 orang (11,7%) dan perserta KB aktif sebanyak 553.497 orang (64,2%). Jenis kontrasepsi ini bisa dikatagorikan atas 2, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) terdiri dari IUD, MOP/MOW, Implan dan non MKJP terdiri dari suntik,pil, kondom dan obat vagina. Peserta KB baru yang menggunakan MKJP sebanyak 23.945 orang dan non MKJP sebanyak 77.180 orang. Untuk pesera KB aktif yang menggunakan MKJP sebanyak 132.523 orang dan non MKJP 420.974 orang.

Kondisi tahun 2014 adalah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 880.704 orang. PUS yang merupakan peserta KB aktif mengunakan MKJP adalah 127.393 orang dan Non MKJP 409.054 orang. Alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB baru dengan MKJP sebanyak 37.470 orang dan non MKJP sebanyak 116.592 orang.

(33)

24

h. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah

Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Dari semua bayi yang ditimbang pada tahun 2015, ditemukan 2.3% bayi BBLR atau sebesar 2.203 orang . Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2014 BBLR sebesar 2,2%.

GRAFIK 4.7 PERSENTASE BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH PROV. SUMBAR 2015

i. Cakupan Kunjungan Neonatus

Jumlah bayi tahun 2015 adalah sebanyak 109.581 orang. Bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 90.999 orang atau 84,6 %, sedikit menurun bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2014 (88,7%).

Untuk kunjungan Neonatus 1 kali (KN1) adalah kunjungan neonatal pertama pada 6-48 jam setelah lahir sesuai dengan standar dan Kunjungan neonatal 3 (KN3)

(34)

25 adalah pelayanan kunjungan neonatal lengkap, minimal 1 x usia 6-48 jam, 1 x pada 3-7 hari dan 1 x pada 8-28 hari sesuai dengan standar.

KN1 sedikit turun dari 92,9% di tahun 2014 menjadi 86,9% di tahun 2015, demikian pula dengan KN3 menurun dari 89.1 % di tahun 2014 menjadi 85 % di tahun 2015.

GRAFIK 4.8 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS PROV SUMBAR 2015

2. Penyakit Menular a. TB Paru

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet yang telah terinfeksi basil TB. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah cas detection rate (CDR), yaitu jumlah pasien baru positif yang ditemukan dan ditemukan dan diobati terhadap perkiraan jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan dalam wilayah tersebut.

(35)

26

Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat,

angka insidensi semua tipe kasus TB dan Kasus baru TB Paru BTA Positif dapat dilihat bahwa insidensi semua tipe TB sebesar 131.65 per 100.000 penduduk atau sekitar 6.603 kasus semua tipe TB, Insidensi kasus baru TB BTA Positif sebesar 102.35 per 100.000 penduduk atau sekitar 4.790 kasus baru TB Paru BTA Positif sedangkan kematian TB 3.56 per 100.000 penduduk atau 0.48 orang per hari.

b. Demam berdarah

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus

Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.Epidemiologi DBD cenderung

semakin meningkat jumlah penderitanya serta sangat luas penyebarannya. Sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, penyakit DBD selalu ditemukan tiap tahun sehingga penyakit ini perlu mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat.

(36)

27 Jumlah kasus DBD Tahun 2014 di Provinsi sumatera Barat sebanyak 2282 orang dan Tahun 2015 meningkat sebanyak 3886 orang.

c. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Jumlah penderita pneumonia balita yang ditemukan dan ditangani Tahun 2015 adalah sebanyak 25 %.

GRAFIK 4.10 CAK. PNEUMONIA BALITA YG DITANGANI PROV SUMBAR 2015

(37)

28

d. Diare

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dinyatakan menderita diare bila buang air besar tiga kali atau lebih atau buang air besar berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Pada Tahun 2015 di Provinsi sumatera Barat jumlah kasus diare yang ditemukan dan dilayani sebanyak 110.122 orang (99 %)

(38)

29 Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1. Sarana Kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat selalu melakukan peningkatan

sarana dan prasarana pelayanan kesehatan terus diupayakan untuk meningkatkan akses pemerataan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Sumatera Barat. Sarana kesehatan yang dimiliki sampai saat ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi sampai dengan tahun 2015, untuk pelayanan kesehatan dasar Puskesmas yang beroperasional sebanyak 262 unit Puskesmas (88 unit Puskesmas rawatan, 174 unit Puskesmas non rawatan), Puskesmas Pembantu sebanyak 907

unit, Puskesmas Keliling 259 unit, Polindes 1.761 unit dan

Posyandu 7.230 unit, Dokter Praktek Swasta 953 dan Bidan Praktek Swasta 1286.

Untuk sarana pelayanan kesehatan rujukan saat ini telah ada 66 Rumah Sakit dengan perincian a. Rumah Sakit Pemerintah termasuk TNI/Polri 26 unit dengan type rincian :

RS pemerintah kelas A : 1 unit, yaitu RSJ HB Saanin

RS pemerintah kelas B : 4 unit, yaitu RSUP Djamil, RSAM, RSUD Solok, RS

Stroke

RS pemerintah kelas C : 16 unit

(39)

30 Rumah Sakit Umum Swasta sebanyak 40 unit meliputi Rumah Sakit Umum : 14 unit, Rumah Sakit Khusus : 26 unit.

Jumlah kapasitas tempat tidur pada Rumah Sakit yang di

miliki telah mencapai 5.592 tempat tidur, 3.876 tempat tidur pada RS

Pemerintah dan 1.716 tempat tidur pada RS Swasta

Posyandu

Posyandu merupakan kependekan dari Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partispasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Posyandu ini terbagi atas 4 strata ,yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Pada tahun 2015, Provinsi Sumatera Barat mempunyai Posyandu sebanyak 7.481 buah. Berdasarkan stratanya, Posyandu Pratama 1.8 %, Posyandu Madya 24.4 %, Posyandu Purnama 51.8 % dan Posyandu Mandiri 22,1 %. Dilihat dari angka diatas posisi Posyandu terbanyak berada pada tingkat Purnama

2. Tenaga Kesehatan

a. Jumlah dan rasio tenaga medis di sarana kesehatan

Tenaga medis terdiri dari dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi. Sarana kesehatan terdiri dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Jumlah Dokter spesialis di Provinsi Sumatera Barat 435 orang (288 laki-laki dan 147 perempuan), Jumlah Dokter umum 699 orang (178 laki-laki dan 521 perempuan), dan Jumlah Dokter gigi 323 orang (43 laki-laki dan 280 perempuan)

(40)

31

b. Jumlah dan rasio bidan dan Perawat di Sarana Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat mempunyai 4.179 bidan, 4.447 orang perawat dan

390 orang perawat gigi.

c. Jumlah dan rasio tenaga kefarmasian di sarana kesehatan

Tenaga Farmasi terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Di beberapa fasyankes ada tenaga Apoteker, S1 Farmasi, D-III Farmasi dan Asisten Apoteker.

Pada tahun 2015 tenaga teknis kefarmasian di Provinsi Sumatera Barat

berjumlah 635 orang dan Apoteker berjumlah 126 orang.

d. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di sarana kesehatan

Tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari sarjana kesehatan masyarakat dan D-III kesehatan kesehatan lingkungan. Tenaga kesehatan masyarakat di Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 berjumlah 431 orang dan Kesehatan Lingkungan berjumlah 323 orang.

e. Jumlah dan rasio tenaga gizi disarana kesehatan

Tenaga gizi terdiri dari Nutrisiois dan dietisien. Jumlah nutrisionis Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 berjumlah 389, sedangkan dietisien 42 orang

3. Jaminan Kesehatan

Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) program Jaminan Kesehatan

Sumatera Barat Sakato iuran dibayarkan sharing dana provinsi dan

kabupaten/kota. Kepesertaan ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Jumlah

kepesertaan tahun 2015 pada awalnya adalah 739.307 jiwa, setelah

dilakukan rekonsiliasi terjadi perubahan kepesertaan, karena

(41)

32

didaftarkan ke BPJS Kesehatan selanjutnya diikutkan dalam perjanjian

kerjsama 711.907 jiwa. Dengan pendanaan sharing Provinsi 40 % dan

Kab/Kota 60 % dimana dana sharing Provinsi :Rp 65.601.998.110,- dan

dana sharing Kabupaten/Kota (60%)Rp.98.402.997.165,-. Sehingga jumlah dana :

Rp. 164.004.995.275,- . Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini

TABEL 5.1 PESERTA PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

(42)

33 Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen. Oleh karena itu penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.

Keberhasilan dan kekurangberhasilan pembangunan kesehatan mempunyai posisi sebagai kontributor sebanding bidang-bidang lain. Sedangkan untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh jajaran kesehatan lebih banyak tercermin dari beberapa indikator sensitif tiap-tiap program dan kegiatan. Dalam pencapaiannya tidak ditentukan oleh urusan kesehatan semata, misalnya proporsi persalinan oleh tenaga kesehatan yang juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan budaya, menyangkut perilaku dan pemberdayaan. Beberapa hal yang perlu disampaikan bahwa dalam mengatasi masalah kesehatan tidak hanya ditentukan oleh sektor kesehatan semata. Berdasar teori Bloom, derajat kesehatan tidak hanya dipengaruhi oleh mutu pelayanan kesehatan, namun juga faktor perilaku, lingkungan, dan faktor keturunan/kependudukan. Beberapa determinan itu sendiri juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Upaya pencarian dan pemanfaatan fasilitas kesehatan juga sangat dipengaruh keadaan lingkungan dan perilaku. Perilaku juga dipengaruhi oleh keadaan sosial, lingkungan fisik, ekonomi sosial dan budaya setempat .

Dengan adanya Profil Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat ini diharapkan

dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Dan untuk capaian program dan

kegiatan pembangunan kesehatan di di Provinsi Sumatera Barat yang lebih

(43)

34 dan perlu adanya bimbingan dan pengawasan terhadap petugas pelaksana program dan petugas dilapangan (tenaga di puskesmas). Selain itu perlu peningkatan kerja sama lintas sektor dan instansi terkait, sehingga tercapai kemajuan dan hasil yang lebih baik sesuai dengan target yang ditetapkan.

Dan Profil Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat ini juga merupakan

salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Millenium Development Goals 2015.

Semoga Profil Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat ini bermanfaat dalam

rangka penyusunan serta pengendalian program kesehatan dan menjadikan informasi penting yang dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun mayarakat. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan data maupun foto yang diperlukan dalam rangka penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2015

(44)
(45)

#REF! #REF! TAHUN 2015

L P L + P Satuan

A. GAMBARAN UMUM

1 Luas Wilayah 42.250 Km2 Tabel 1

2 Jumlah Desa/Kelurahan 4420 Desa/Kel Tabel 1

3 Jumlah Penduduk 2.379.274 2.412.499 4.791.773 Jiwa Tabel 2

4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4,1 Jiwa Tabel 1

5 Kepadatan Penduduk /Km2

123,0 Jiwa/Km2 Tabel 1

6 Rasio Beban Tanggungan 62,4 per 100 penduduk produktif Tabel 2

7 Rasio Jenis Kelamin 98,6 Tabel 2

8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi

a. SMP/ MTs 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

b. SMA/ SMK/ MA 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

c. Sekolah menengah kejuruan 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

d. Diploma I/Diploma II 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

e. Akademi/Diploma III 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

f. Universitas/Diploma IV 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

g. S2/S3 (Master/Doktor) 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian

10 Jumlah Lahir Hidup 48.220 47.976 96.196 Tabel 4

11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 7 6 7 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4

12 Jumlah Kematian Neonatal 428 259 687 neonatal Tabel 5

13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 9 5 7 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5

14 Jumlah Bayi Mati 411 291 702 bayi Tabel 5

15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 9 6 7 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5

16 Jumlah Balita Mati 541 364 907 Balita Tabel 5

17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 11 8 9 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5

18 Kematian Ibu

Jumlah Kematian Ibu 111 Ibu Tabel 6

Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 115 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6

B.2 Angka Kesakitan

RESUME PROFIL KESEHATAN

ANGKA/NILAI

(46)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

19 Tuberkulosis

Jumlah kasus baru TB BTA+ 3.104 1.686 4.790 Kasus Tabel 7

Proporsi kasus baru TB BTA+ 64,81 35,19 % Tabel 7

CNR kasus baru BTA+ 120,43 64,39 92,19 per 100.000 penduduk Tabel 7

Jumlah seluruh kasus TB 4.055 2.548 6.603 Kasus Tabel 7

CNR seluruh kasus TB 157,32 97,32 127,09 per 100.000 penduduk Tabel 7

Kasus TB anak 0-14 tahun 6,54 % Tabel 7

Persentase BTA+ terhadap suspek 11,86 9,52 10,46 % Tabel 8

Angka kesembuhan BTA+ 84,78 85,60 85,09 % Tabel 9

Angka pengobatan lengkap BTA+ 7,42 7,23 7,35 % Tabel 9

Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 92,20 92,83 92,44 % Tabel 9

Angka kematian selama pengobatan 4,31 1,91 3,10 per 100.000 penduduk Tabel 9

20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 34,10 32,76 24,89 % Tabel 10

21 Jumlah Kasus HIV 176 54 230 Kasus Tabel 11

22 Jumlah Kasus AIDS 100 41 141 Kasus Tabel 11

23 Jumlah Kematian karena AIDS 20 5 25 Jiwa Tabel 11

24 Jumlah Kasus Syphilis 139 139 278 Kasus Tabel 11

25 Donor darah diskrining positif HIV 0,22 0,04 0,19 % Tabel 12

26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0,00 0,00 0,00 % Tabel 13

27 Kusta

Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 38 30 68 Kasus Tabel 14

Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 0,00 0,00 0,00 per 100.000 penduduk Tabel 14

Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 7,35 % Tabel 15

Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 13,24 % Tabel 15

Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0,17 per 100.000 penduduk Tabel 15

Angka Prevalensi Kusta 0,00 0,00 0,00 per 10.000 Penduduk Tabel 16

Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 37,50 28,57 33,33 % Tabel 17

Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 36,36 32,26 34,67 % Tabel 17

28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

AFP Rate (non polio) < 15 th 1,49 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18

Jumlah Kasus Difteri 62 43 105 Kasus Tabel 19

Case Fatality Rate Difteri 1 % Tabel 19

Jumlah Kasus Pertusis 5 9 51 Kasus Tabel 19

Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 2 0 14 Kasus Tabel 19

Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 19

Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 1 1 2 Kasus Tabel 19

Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 50 % Tabel 19

(47)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20

Jumlah Kasus Polio 2 0 2 Kasus Tabel 20

Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 20

29 Incidence Rate DBD 0,00 0,00 0,00 per 100.000 penduduk Tabel 21

30 Case Fatality Rate DBD 0,68 0,82 0,75 % Tabel 21

31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0,00 0,00 0,00 per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22

32 Case Fatality Rate Malaria 0,00 0,00 0,00 % Tabel 22

33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 23

34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 14,82 16,05 15,51 % Tabel 24

35 Persentase obesitas 17,94 36,03 30,10 % Tabel 25

36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 6,00 % Tabel 26

37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 2,95 % Tabel 26

38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam 28,72 % Tabel 28

C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan

39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 90 % Tabel 29

40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 80,24 % Tabel 29

41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 75,19 % Tabel 29

42 Pelayanan Ibu Nifas 73,21 % Tabel 29

43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 74,40 % Tabel 29

44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 55,57 % Tabel 30

45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 79,58 % Tabel 32

46 Penanganan komplikasi kebidanan 64,02 % Tabel 33

47 Penanganan komplikasi Neonatal 47,99 38,34 43,14 % Tabel 33

48 Peserta KB Baru 11,73 % Tabel 36

49 Peserta KB Aktif 64,21 % Tabel 36

50 Bayi baru lahir ditimbang 100 97 99 % Tabel 37

51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2,32 2,22 2,27 % Tabel 37

52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 87,58 83,86 85,71 % Tabel 38

53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 83,60 83,93 83,77 % Tabel 38

54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 72,71 67,21 69,97 % Tabel 39

55 Pelayanan kesehatan bayi 84,03 82,75 83,38 % Tabel 40

56 Desa/Kelurahan UCI 73,80 % Tabel 41

57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 80,20 76,31 78,25 % Tabel 43

58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 74,99 72,05 73,51 % Tabel 43

59 Bayi Mendapat Vitamin A 53,26 52,19 53,30 % Tabel 44

(48)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

61 Baduta ditimbang 78,44 78,51 78,47 % Tabel 45

62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 1,63 1,80 1,71 % Tabel 45

63 Pelayanan kesehatan anak balita 72,40 72,37 71,50 % Tabel 46

64 Balita ditimbang (D/S) 71,85 70,64 71,24 % Tabel 47

65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 0,99 1,09 1,04 % Tabel 47

66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100,00 100,00 100,00 % Tabel 48

67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 72,24 76,06 74,02 %

Tabel 49

68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0,33 Tabel 50

69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 63,19 sekolah Tabel 51

70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 86,28 sekolah Tabel 51

71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 34,78 40,80 37,56 % Tabel 51

72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 55,93 56,74 56,34 % Tabel 51

73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan

mulut 55,93 56,74 56,34 % Tabel 51

74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 52,79 64,13 58,82 % Tabel 52

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Persentase

75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 13,39 13,72 82,37 % Tabel 53

76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan - - - % Tabel 54

77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap - - - % Tabel 54

78 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS 3,27 #REF! 2,77 per 100.000 pasien keluar Tabel 55

79 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS 1,66 #REF! 1,40 per 100.000 pasien keluar Tabel 55

80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 37,56 % Tabel 56

81 Bed Turn Over (BTO) di RS 32,80 Kali Tabel 56

82 Turn of Interval (TOI) di RS 6,95 Hari Tabel 56

83 Average Length of Stay (ALOS) di RS - Hari Tabel 56

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat

87 Rumah Tangga ber-PHBS 56,69 % Tabel 57

C.4 Keadaan Lingkungan

(49)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 65,91 % Tabel 59

90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 71,97 % Tabel 60

91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 45,03 % Tabel 61

92 Desa STBM #REF! % Tabel 62

93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 69,61 % Tabel 63

TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 51,13 % Tabel 64

TPM tidak memenuhi syarat dibina 74,04 % Tabel 65

TPM memenuhi syarat diuji petik 34,53 % Tabel 65

D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan

94 Jumlah Rumah Sakit Umum 63,00 RS Tabel 67

95 Jumlah Rumah Sakit Khusus 32,00 RS Tabel 67

96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 105,00 Tabel 67

97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 154,00 Tabel 67

Jumlah Puskesmas Keliling 207,00 Tabel 67

Jumlah Puskesmas pembantu 926,00 Tabel 67

98 Jumlah Apotek - Tabel 67

99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 100,00 % Tabel 68

100 Jumlah Posyandu 7.481,00 Posyandu Tabel 69

101 Posyandu Aktif 73,85 % Tabel 69

102 Rasio posyandu per 100 balita - per 100 balita Tabel 69

103 UKBM

Poskesdes 1.530,00 Poskesdes Tabel 70

Polindes 816,00 Polindes Tabel 70

Posbindu 918,00 Posbindu Tabel 70

104 Jumlah Desa Siaga 2.035,00 Desa Tabel 71

105 Persentase Desa Siaga 55,18 % Tabel 71

D.2 Tenaga Kesehatan

106 Jumlah Dokter Spesialis 288,00 147,00 435,00 Orang Tabel 72

107 Jumlah Dokter Umum 178,00 521,00 699,00 Orang Tabel 72

108 Rasio Dokter (spesialis+umum) - per 100.000 penduduk Tabel 72

109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 49,00 264,00 310,00 Orang Tabel 72

110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) - per 100.000 penduduk

111 Jumlah Bidan 4.179,00 Orang Tabel 73

112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk - per 100.000 penduduk Tabel 73

(50)

L P L + P Satuan ANGKA/NILAI

NO INDIKATOR No. Lampiran

114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk - per 100.000 penduduk Tabel 73

115 Jumlah Perawat Gigi 90,00 337,00 390,00 Orang Tabel 73

116 Jumlah Tenaga Kefarmasian 75,00 684,00 759,00 Orang Tabel 74

117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan 120,00 311,00 431,00 Orang Tabel 75

118 Jumlah Tenaga Sanitasi 82,00 241,00 323,00 Orang Tabel 76

119 Jumlah Tenaga Gizi 25,00 399,00 424,00 Orang Tabel 77

D.3 Pembiayaan Kesehatan

120 Total Anggaran Kesehatan 1.844.113.572.178,00 Rp Tabel 81

121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 10,20 % Tabel 81

(51)

TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN

TAHUN 2015

LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN

WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK

(km2) TANGGA TANGGA per km2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 PADANG 695 0 104 104 902.413 208.578 4 1.298 2 PESISIR SELATAN 5.750 182 480 662 450.186 103.217 4 78 3 DHARMASRAYA 2.961 52 0 52 223.112 54.168 4 75 4 SIJUNJUNG 3.131 1 62 63 222.512 65.850 3 71 5 SOLOK SELATAN 3.346 39 269 308 159.796 45.047 4 48 6 PAYAKUMBUH 80 0 62 62 127.826 27.723 5 1.589 7 SAWAHLUNTO 273 27 10 37 60.186 19.075 3 220 8 50 KOTA 3.354 79 407 486 368.985 88.257 4 110 9 BUKITTINGGI 25 0 24 24 122.621 29.499 4 4.858 10 KOTA SOLOK 58 0 13 13 66.106 16.386 8 2.351 11 PARIAMAN 71 55 16 71 84.709 17.665 5 1.198 12 PASAMAN BARAT 3.888 19 212 231 410.307 93.469 4 106 13 PADANG PARIAMAN 1.329 445 60 505 408.612 103.281 4 308 14 AGAM 2.232 82 478 560 476.881 114.090 4 214 15 KAB. SOLOK 3.738 74 414 488 361.095 89.807 4 97 16 TANAH DATAR 1.336 75 395 470 344.828 83.837 4 258 17 PADANG PANJANG 23 0 16 16 50.208 11.173 4 2.183 18 MENTAWAI 6.011 43 0 43 85.295 21.150 4 14 19 PASAMAN 3.948 225 0 225 269.883 63.654 4 68 JUMLAH (KAB/KOTA) 42.250 1.398 3.022 4.420 5.195.561 1.255.926 4 123 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

NO KABUPATEN

DESA KELURAHAN DESA + KELURAHAN

(52)

TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2015

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN

1 2 3 4 5 6 1 0 - 4 279.901 269.306 549.207 103,93 2 5 - 9 266.106 254.796 520.902 104,44 3 10 - 14 250.601 241.205 491.806 103,90 4 15 - 19 238.400 232.894 471.294 102,36 5 20 - 24 215.001 213.302 428.303 100,80 6 25 - 29 33.679 30.000 63.679 112,26 7 30 - 34 181.601 186.497 368.098 97,37 8 35 - 39 176.794 178.695 355.489 98,94 9 40 - 44 162.103 164.095 326.198 98,79 10 45 - 49 142.194 147.799 289.993 96,21 11 50 - 54 126.901 135.104 262.005 93,93 12 55 - 59 109.899 115.600 225.499 95,07 13 60 - 64 79.098 81.799 160.897 96,70 14 65 - 69 48.398 56.099 104.497 86,27 15 70 - 74 34.298 45.506 79.804 75,37 16 75+ 34.300 59.802 94.102 57,36 JUMLAH 2.379.274 2.412.499 4.791.773 98,62

ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 62

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)

(53)

DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2015

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+

PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

LAKI-LAKI+ PEREMPUAN

1 2 3 4 5 6 7 8

1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 0

2 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG

MELEK HURUF 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

3 PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN:

a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

b. SD/MI 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

c. SMP/ MTs 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

d. SMA/ MA 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

g. AKADEMI/DIPLOMA III 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: ……… (sebutkan) TABEL 3

JUMLAH PERSENTASE

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF

(54)

TABEL 4 TAHUN 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 PADANG 8.545 37 8.582 8.555 23 8.578 17.100 60 17.160 2 PESISIR SELATAN 4.628 8 4.636 4.419 15 4.434 9.047 23 9.070 3 DHARMASRAYA 1.955 16 1.971 1.966 20 1.986 3.921 36 3.957 4 SIJUNJUNG 2.118 21 2.139 3.177 14 3.191 5.295 35 5.330 5 SOLOK SELATAN 1.584 10 1.594 1.514 3 1.517 3.098 13 3.111 6 PAYAKUMBUH 1.339 11 1.350 1.294 7 1.301 2.633 18 2.651 7 SAWAHLUNTO 534 5 539 511 1 512 1.045 6 1.051 8 50 KOTA 3.185 33 3.218 2.920 19 2.939 6.105 52 6.157 9 BUKITTINGGI 1.233 7 1.240 1.174 9 1.183 2.407 16 2.423 10 KOTA SOLOK 696 5 701 637 6 643 1.333 11 1.344 11 PARIAMAN 884 6 890 827 6 833 1.711 12 1.723 12 PASAMAN BARAT 3.962 26 3.988 3.753 27 3.780 7.715 53 7.768 13 PADANG PARIAMAN 3.526 26 3.552 3.864 18 3.882 7.390 44 7.434 14 AGAM 3.886 36 3.922 3.693 40 3.733 7.579 76 7.655 15 KAB. SOLOK 3.155 31 3.186 3.317 40 3.357 6.472 71 6.543 16 TANAH DATAR 2.647 22 2.669 2.467 8 2.475 5.114 30 5.144 17 PADANG PANJANG 513 3 516 483 2 485 996 5 1.001 18 MENTAWAI 975 14 989 885 13 898 1.860 27 1.887 19 PASAMAN 2.855 30 2.885 2.520 14 2.534 5.375 44 5.419 JUMLAH (KAB/KOTA) 48.220 347 48.567 47.976 285 48.261 96.196 632 96.828 7,1 5,9 6,5

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN

NO KABUPATEN

HIDUP

PEREMPUAN

HIDUP MATI HIDUP + MATI

JUMLAH KELAHIRAN

ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN)

MATI HIDUP + MATI

LAKI-LAKI LAKI-LAKI + PEREMPUAN

(55)

TABEL 5

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 PADANG 43 60 15 75 19 36 11 47 62 96 26 122 2 PESISIR SELATAN 22 29 3 32 9 13 2 15 31 42 5 47 3 DHARMASRAYA 36 52 10 62 20 27 5 32 56 79 15 94 4 SIJUNJUNG 15 38 1 39 19 32 4 36 34 70 5 75 5 SOLOK SELATAN 11 12 0 12 2 4 0 4 13 16 0 16 6 PAYAKUMBUH 8 6 1 7 8 5 1 6 16 11 2 13 7 SAWAHLUNTO 6 7 3 10 4 5 0 5 10 12 3 15 8 50 KOTA 42 22 8 72 18 18 10 44 60 40 18 118 9 BUKITTINGGI 9 10 2 12 13 16 0 16 22 26 2 28 10 KOTA SOLOK 5 1 2 3 2 1 2 3 7 2 4 6 11 PARIAMAN 11 12 5 17 6 10 2 12 17 22 7 29 12 PASAMAN BARAT 42 57 9 66 26 38 4 42 68 95 13 108 13 PADANG PARIAMAN 20 6 4 10 20 6 4 10 40 12 8 20 14 AGAM 50 13 4 17 35 11 4 15 85 24 8 32 15 KAB. SOLOK 35 41 7 48 33 45 3 48 68 86 10 96 16 TANAH DATAR 41 9 7 16 14 8 1 9 55 17 8 25 17 PADANG PANJANG 1 1 0 1 4 6 0 6 5 7 0 7 18 MENTAWAI 11 9 5 14 5 6 4 10 16 15 9 24 19 PASAMAN 20 26 2 28 2 4 0 4 22 30 2 32 JUMLAH (KAB/KOTA) 428 411 88 541 259 291 57 364 687 702 145 907 9 9 2 11 5 6 1 8 7 7 2 9

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi - a : kematian bayi termasuk kematian pada neonatal

LAKI - LAKI + PEREMPUAN JUMLAH KEMATIAN

ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)

BAYIa BALITA BAYIa ANAK

BALITA BALITA NEONATAL NO KABUPATEN BALITA ANAK BALITA BAYI a ANAK BALITA NEONATAL NEONATAL

Referensi

Dokumen terkait

Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang diberi kepada apoteker, farmasis pengelola apoteker atau farmasis pengelola apotek untuk

Yaitu kata ganti ini digunakan untuk mendukung headline dan mengarahkan pembaca untuk menolak atas kebijakan Pembatasaan BBM Bersubsidi yang tidak menjual solar bersubsidi

Madrasah Tsanawiyah Al Irsyad ingin menjadikan para peserta didiknya paham dengan sebenarnya akan hak dan kewajiban seorang hamba Allah Ι, melalui pendidikan aqidah yang

Bagaimanapun, ketentuan diatas bukanlah satu definisi yang berguna untuk diterapkan dengan alasan yang sangat sederhana bahwa setiap zat kimia yang dikenal memiliki kekuatan

Maka Timur Tengah adalah wilayah yang akan kita sebut pertama kalinya, Invasi AS ke Afganisthan dan Iraq dapat dikatakan sebagai titik balik perpindahan peta konflik dunia masa

Pada spektrum 1 H-NMR, Gambar 8, tidak terlihat sinyal singlet tajam proton amina primer H D yang terletak di pergeseran kimia 6,01 ppm dalam pelarut DMSO-d 6 (Huschek et

besar yang dimiliki oleh desa ini, karena terdapat beberapa pulau yang masih merupakan tempat obyek wisata yang telah banyak dikunjungi oleh masyarakat Desa

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.. Ketelitian