• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kondisi Umum 2.1.1 Wilayah Administratif 2.1.1.1 Letak Geografis - DOCRPIJM 7a428a48b1 BAB IIBAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Kondisi Umum 2.1.1 Wilayah Administratif 2.1.1.1 Letak Geografis - DOCRPIJM 7a428a48b1 BAB IIBAB II"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

II - 1

2.1

Kondisi Umum

2.1.1

Wilayah Administratif

2.1.1.1

Letak Geografis

Kabupaten Teluk Wondama terletak pada bagian leher kepala burung pulau dan merupakan bagian dari Provinsi Papua Barat. Wilayah Kabupaten ini sebagian berada di daratan Pulau Papua, dan pulau-pulau dan sebagian lainnya adalah wilayah perairan (Taman Nasional Teluk Cenderawasih). Secara geografis, wilayah kabupaten terletak antara

132°35’ - 134°45’ BT dan 0°15’ - 3°25’ LS. Letak geografis Kabupaten Teluk Wondama

(2)

(3)

II - 3

2.1.1.2

Batas-batas Administrasi Wilayah

Kabupaten Teluk Wondama yang memiliki luas wilayah daratan dan lautan sebesar 1.272.833 ha, lebih dari 50 % wilayahnya berupa lautan yaitu berkisar 777.711 ha yang merupakan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

Kabupaten Teluk Wondama memiliki luas wilayah daratan sekitar ± 4.996 Km2 dan

beribukota di Rasei di Distrik Wasior Selatan. Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari 7 distrik/kecamatan yaitu: Distrik Wasior, Distrik Wasior Utara, Distrik Wasior Selatan, Distrik Wasior Barat, Distrik Windesi, Distrik Wamesa, dan Distrik Rumberpon. Batas-batas wilayah Kabupaten Teluk Wondama, seperti diatur dalam undang-undang pembentukannya, adalah :

 Sebelah Utara : Distrik Ransiki Kabupaten Teluk Wondama dan Teluk Cenderawasih

 Sebelah Selatan : Distrik Yaur Kabupaten Nabire

 Sebelah Barat : Distrik Kuri dan Distrik Idoor Kabupaten Teluk Bintuni

 Sebelah Timur : Teluk Cendrawasih dan Distrik Yaur Kabupaten Nabire

Pembagian distrik yang ada di Kabupaten Teluk Wondama beserta luas masing-masing distrik dan jumlah kampungnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut :

Tabel 2.1.

Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2007

No. Distrik Ibukota Banyaknya Kampung Kelurahan Kampung Kelurahan Jumlah

1. Wasior Barat Wosimo 7 - 7

2. Wasior Selatan Wondiboi 14 - 14

3. Wasior Wasior 11 - 11

4. Wasior Utara Aisandami 6 - 6

5. Windesi Windesi 6 - 6

6. Wamesa

Sabubar Wamesa Tenggara

5 - 5

7. Rumberpon Yembekiri 7 - 7

Jumlah 56 - 56

Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Gambar 2.2. Peta Batas Administrasi Wilayah

(4)

II - 4

2.1.2

Kondisi Fisik Wilayah

2.1.2.1

Klimatologi

Kabupaten Teluk Wondama termasuk beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata tahunan di sebagian besar wilayah antara 2.000 – 4.000 mm/tahun. Pada kawasan yang berada pada ketinggian >2.000m di atas permukaan laut, yaitu di Pegunungan Wondiboy (bagian barat Semenanjung Wandamen), curah hujan rata-rata tahunan dapat mencapai lebih dari 4.000 mm/tahun.

Hasil pencatatan curah hujan selama tahun 2004 oleh stasiun pencatat di Wasior menunjukkan bahwa jumlah curah hujan sepanjang tahun tersebut adalah sebesar 3.141 mm dengan 185 hari hujan. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Februari dan Mei (masing-masing 412 mm dan 416 mm; 16 dan 26 hari hujan) sedangkan terendah pada bulan Desember (162 mm dengan 13 hari hujan). Rata-rata suhu minimum 21,2°C dan maksimum 33°C. Rata-rata Kelembaban udara 82%.

2.1.2.2

Topografi

Kabupaten Teluk Wondama mempunyai topografi daerah pantai, dataran rendah sampai dengan pegunungan. Topografi wilayah Kabupaten Teluk Wondama bervariasi mulai dari datar dengan lereng <2% hingga berbukit dan bergunung dengan lereng > 40%. Daerah datar terutama terdapat di sekitar aliran Sungai Wosimi (Distrik Wasior Barat dan Wasior Selatan) dan dalam luasan sempit di pesisir pantai.

Ketinggian lahan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam proses pemanfaatan lahan karena akan mempengaruhi kemampuan lahan untuk mendukung aktivitas pada lahan serta berkaitan erat dengan upaya pelestarian alam secara umum. Wilayah Kabupaten Teluk Wondama berada pada ketinggian 0 - > 2.000 m di atas

permukaan laut, dengan sebagian besar wilayah berada pada ketinggian 100 – 500 m di atas pemukaan laut. Tempat tertinggi di Kabupaten terletak pada puncak Pegunungan Wondiboy dengan ketinggian 2.252 m di atas permukaan laut. Dataran pegunungan ini merupakan cagar alam yang luasnya sekitar 73.002 ha. Dataran pegunungan ini membujur ke sebelah Utara membentuk semenanjung. Selain itu terdapat beberapa gunung lainnya yaitu Gunung Waropen dengan ketinggian 541 m dpl dan Gunung Waisa dengan ketinggian 957 m dpl yang terdapat di Kawasan Wasior dan Gunung Wamiaru dengan ketinggian 865 m dpl dan Gunung Tasubar 868 m dpl yang terdapat di kawasan Windesi.

Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten Teluk Wondama dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Ketinggian 0 – 100 m dpl

Merupakan dataran rendah yang sebagian besar berada di pesisir pantai dalam luas yang sempit

 Ketinggian 100 – 1.000 m dpl

Kawasan ini merupakan kawasan perbukitan yang hampir terdapat di seluruh wilayah.

 Ketinggian di atas 1.000 m dpl

Kawasan dengan ketinggian ini merupakan dataran tinggi pegunungan seperti pegunungan Wondiboi

Topografi wilayah Kabupaten Teluk Wondama bervariasi mulai dari datar dengan lereng <2% hingga berbukit dan bergunung dengan lereng > 40%. Daerah datar terutama terdapat di sekitar aliran Sungai Wosimi (Distrik Wasior Barat dan Wasior Selatan) dan dalam luasan sempit di pesisir pantai.

(5)

II - 5 Gambar 2.3. Peta Kelerengan

RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA

(6)

II - 6

2.1.2.3

Geologi

2.1.2.3.1

Kondisi Geologi

Kepulauan Auri tersusun oleh terumbu karang yang membentang mulai dari arah pantai di sebelah selatan sampai ke sebelah utara. Pulau Maransabadi dan Pulau Anggrameos (dua pulau dalam gugus Kepulauan Auri) terbentuk oleh batu pasir dan batuan lumpur metamorfa kwartose.

Pulau Rumberpon merupakan perbukitan karang tinggi yang terbentuk dari endapan terumbu gamping (calcareous) zaman silurian, yang diapit oleh batuan Quartenary di bagian timur. Pada Pulau Mioswar, perbukitan di bagian tengah terbentuk dari batu sabak hitam dan kwarsit pada Zaman Jura. Adapun Tanjung Wandamen dan Pulau Roon terbentuk dari batuan metamorfosa anomali berkadar amfibolit, genes wandamen. Sedangkan sebagian besar daerah di kabupaten Teluk Wondama merupakan jenis tanah gamping imskin, yang terdiri dari gamping pelagos.

2.1.2.3.2

Kandungan Mineral/Bahan Galian

Kabupaten Teluk Wondama mengandung potensi bahan galian/tambang, antara lain: batuan gamping, batuan malihan: sekis, genes, kuarsit, sedimen tersier dan endapan permukaan. Untuk lebih rinci. Bahan galian tersebut terdiri dari: Mika, batu bara, Cuprum, dan batu gamping. Cadangan mika terdapat di Distrik Wasior Utara dan Windesi. Cadangan mika di Wasior Utara sebesar 90,11 juta metrik ton, terdiri dari: Genis Maskovit sebanyak 17,31 juta metrik ton, genis kuarsa 61,21 juta metrik ton, dan genis pragmatic 11,59 juta metrik ton. Cadangan batubara terdapat di Wasior, sedangkan Cuprum di Windesi.

Gambar 2.5. Peta Geologi

(7)

II - 7

Ditinjau dari ketersediaan kandungan mineral yang ada di kabupaten Teluk Wondama, maka sektor pertambangan merupakan sektor yang perlu dipertimbangkan untuk dapat dikembangkan di masa yang akan dating. Meskipun demikian, dampak dari kegiatan pertambangan terhadap lingkungan merupakan faktor utama yang perlu dikaji lebih lanjut dalam rangka upaya pelestarian hutan lindung dan suaka alam yang merupakan bagian terbesar dari wilayah ini.

2.1.2.4

Hidrologi

Sungai utama di Kabupaten Teluk Wondama adalah Sungai Wosimi. Panjang sungai ini sekitar 55 Km, mengalir dari selatan ke utara dan bermuara di Teluk Wandamen. Sungai ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai jalur transportasi.

Selain sungai utama tersebut, masih banyak terdapat sungai-sungai kecil maupun besar yang tersebar di wilayah Kabupaten yang saat ini dimanfaatkan penduduk untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Ketersediaan air sungai ini sangat tergantung pada kondisi hutan yang saat ini kerusakannya relatif rendah. Kerusakan hutan baik karena kegiatan dalam hutan maupun alih fungsi untuk kegiatan lain perlu diantisipasi untuk menjaga pasokan air serta kualitasnya.

Potensi air sungai yang ada di Kabupaten Teluk Wondama ini juga dapat dimanfaatkan bagi pengembangan sumber pembangkit energi listrik.

Adapun mengenai kondisi drainase tanah, umumnya berdrainase baik (tidak pernah tergenang) kecuali di beberapa tempat dalam luasan sempit yang tergenang periodik yaitu di sekitar daerah cekungan Teluk Wondamen yang berupa rawa.

Sumberdaya air di daerah kajian dapat dikatakan cukup besar. Hal ini terbukti dengan banyaknya sungai skala besar dan kecil yang menyebar hampir di seluruh Kabupaten. Potensi sumberdaya air dipengaruhi juga oleh keadaan curah hujan yang tinggi.

Cu Cu CuCuCuCuCuCuCu

Mika Mika MikaMikaMikaMikaMikaMikaMika

Marm er Marm er Marm er Marm er Marm erMarm erMarm erMarm er Marm er

BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TELUK WONDAMA (2007 - 2027)

SUMBER DAYA MINERAL Universal T ransverse Mercator WGS 84,

location South Zone 53

Sumber Peta - Peta T opografi Dittop skala 1:100.000, sumber BAKOSURT ANAL - Citra Landsat 7 T hn 2004 : BIOT ROP T RAINING & INFORMAT ION CENT RE) - Peta Eksplorasi Sumber Daya Mineral & Bahan Galian 1 : 500.000, - Pusat Penelitian & Pengembangan Geologi Bandung

Sumber Data

- Buku Profil Kabupaten Wondama T hn. 2005

ORIENT ASI LOKASI

DIREKTORAT JEN DERAL PEN ATAAN RU AN G D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M

Sumber Daya Mineral Non Logam Sumber Daya Mineral Logam

Cu Mg

RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA

(8)

II - 8

Ketersediaan air yang melimpah juga ditunjang oleh adanya potensi sumberdaya hutan sekitar 97% dari luas wilayah Kabupaten yang akan memberikan kontribusi yang besar pula terhadap kandungan dan pengaturan tata air. Dengan tingkat curah hujan rata-rata tahunan 4.000 mm, di daerah kajian yaitu setara dengan debit air sekitar 1.687.925 x 106 m3/tahun. Ketersediaan air tersebut cukup bagi keperluan masyarakat dan

pembangunan di Kabupaten ini hanya perlu dikelola lebih baik untuk menjamin keberlanjutannya.

2.1.2.5

Jenis Tanah

Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Teluk Wondama meliputi: asosiasi Podsolik Merah Kuning

dan Hidromorf Kelabu, kompleks Podsolik Merah

Kuning, Renzina, dan Latosol.

 Podsolik Merah Kuning merupakan tanah-tanah yang terbentuk dibawah vegetasi hutan di daerah beriklim tropis basah. Tanah ini umumnya bereaksi masam. Adapun tanah Renzina adalah tanah-tanah yang bersolum dangkal yang berkembang dari bahan induk berkapur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Teluk Wondama memiliki jenis tanah asosiasi Podsolik Merah Kuning dan Renzina. Asosiasi Podsolik Merah Kuning dan Hidromorf Kelabu terdapat di wilayah kawasan lindung Pegunungan Wondiboy dan pada luasan yang sempit di bagian selatan Distrik Wasior Selatan.

 Latosol terdapat di bagian barat Distrik Windesi dan Wamesa. Tanah ini terbentuk di bawah vegetasi hutan tropis basah dan umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ratio silika-seskuioksida pada fraksi liat rendah, kapasitas tukar kation rendah, aktivitas liat rendah, dan kandungan mineral-mineral primer rendah.

Gambar 2.7. Peta Daerah Aliran Sungai

(9)

II - 9

Tekstur tanah di Kabupaten Wondama secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu halus dan sedang. Tanah-tanah bertekstur halus umumnya karena kadar liat yang relatif tinggi pada tanah-tanah tersebut. Kedalaman efektif tanah menentukan penggunaannya. Di sebagian besar wilayah Kabupaten Wondama kedalaman tanah berkisar antara 25 – 50 cm. Kedalaman efektif tanah antara 50 – 100 cm dan > 100 cm terutama dijumpai di Distrik Wasior Barat dan Selatan (di sekitar aliran Sungai Wosimi) dan di Distrik Wamesa serta Windesi.

2.1.2.6

Sumber Daya Hutan

Sebagian besar wilayah kabupaten Teluk Wondama merupakan hutan lahan kering primer dan sekunder.

Hutan lahan primer mendominasi tutupan lahan. Area permukiman sendiri tersebar mengelompok di beberapa bagian wilayah kabupaten sesuai dengan suku adat masing-masing.

Kabupaten Teluk Wondama memiliki hutan lindung di beberapa bagian wilayah seperti wasior, bagian utara windesi dan bagin selatan kabupaten Teluk Wondama. Hutan suaka alam dan pelestarian alam sendiri terdapat di semenanjung atau teluk wandamen. Sedangkan hutan produksi baik hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap terdapat desa Babo dan Teluk Arguni. Luas hutan lindung adalah 130.373 ha, hutan Produksi Terbatas 213.233 ha, hutan produksi tetap 43.128 ha, hutan produksi yang dapat dikonversi 188.169 ha dan lain-lain 801.229 ha (Kabupaten Teluk Wondama Dalam Angka 2007).

RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA

(10)

II - 10

Sebagian besar wilayah daratan (+ 97%) wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah merupakan hutan, baik hutan lindung, hutan suaka alam dan Wisata (cagar alam dan Taman Nasional), Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan yang dapat dikonversi. Hutan lindung terdapat di beberapa bagian wilayah seperti Wasior, bagian utara Windesi dan bagian selatan kabupaten Teluk Wondama. Hutan suaka alam dan pelestarian alam sendiri terdapat di semenanjung atau teluk wandamen. Sedangkan hutan produksi baik hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap terdapat desa Babo dan Teluk Arguni. Kecilnya Areal Penggunaan Lahan (APL) merupakan permasalahan utama bagi daerah ini dalam merencanakan pemanfaatan ruang untuk kepentingan pembangunan secara umum.

Luas hutan dan status hutan yang ada di wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Status Hutan

STATUS HUTAN LUAS (Ha) % Hutan Suaka Alam dan Wisata

(Cagar Alam dan Taman Nasional)

92.470 19,89

Hutan Lindung (HL) 130.373 17,37

Hutan Produksi Terbatas (HPT) 213.233 25,04 Hutan Produksi Tetap (HP) 43.128 6,41 Hutan Produksi yang dapat

dikonversi (HPK)

188.169 29,17

Areal Penggunaan Lain (APL) 14.694 2,17

Di Kabupaten Teluk Wondama terdapat dua kawasan konservasi, yaitu: Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih dan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy.

Gambar 2.9. Peta Fungsi Hutan

(11)

II - 11 A. Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih

Kawasan Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih semula merupakan Kawasan Cagar Alam Laut berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 58/Kpts-II/1990 tanggal 3 Februari 1990. Pada tahun 1993, kawasan konservasi ini dinyatakan sebagai Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 472/Kpts-II/1993 tanggal 2 September 1993.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.185/Kpts-II/1997, organisasi pengelola

TNTC adalah Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BTNTC). Adapun struktur

organisasi dan Tata Kerja Balai ini mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan No.

6186/Kpts-II/2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.185/Kpts-II/1997, organisasi pengelola

TNTC adalah Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BTNTC). Adapun struktur

organisasi dan Tata Kerja Balai ini mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan No.

6186/Kpts-II/2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional.

Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (TNTC), dengan luas 1.453.500 Ha,

merupakan Taman Nasional Laut terluas di Indonesia. Secara geografis kawasan ini

terletak antara 1° 43’- 3°22’ LS dan 134°06’ – 135°10’ BT. Secara administratif kawasan

ini berada dalam wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Teluk Wondama dan

Kabupaten Nabire. Luas kawasan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Teluk

Wondama adalah sekitar 80 persen dari luas TNTC secara keseluruhan.

Kawasan TNTC membentang dari rangkaian Kepulauan Auri dari arah timur Tanjung Kwatisore di sebelah selatan sampai ke utara di atas Pulau Rumberpon. Tercakup di dalamnya 500 Km garis pantai Pulau Induk Papua dengan terumbu karangnya dan daerah pesisir pantai dan terumbu karang dari ke 18 pulau yang berada di dalam zona inti, zona pelindung dan zona pemanfaatan terbatas. Ke 18 pulau itu adalah: Pulau

Nuburi, Pepaya, Nutabari, Kumbur, Anggromeos, Kabuoi, Rorado, Kuwom, Matas, Rouw, Iwaru, Rumarakon, Nusambier, Maransabadi, Nukup, Paison, Numerai, dan Wairundi.

Pulau-pulau atau obyek-obyek wisata di dalam kawasan TNTC dapat dicapai dengan menggunakan kapal motor atau motor tempel dari kota Manokwari, Ransiki, Wasior, atau Nabire (tergantung pulau atau obyek wisata yang akan dikunjungi).

Luas daratan dan perairan dalam kawasan TNTC dapat dirinci sebagai berikut :

 Daratan = 68.200 Ha, terdiri dari: Pesisir Pantai = 12.400 Ha (0,9%) Daratan Pulau-pulau = 55.800 Ha (3,8%)

 Perairan/laut = 1.385.300 Ha, terdiri dari Terumbu Karang = 80.000 Ha (5,5%)

Laut = 1.305.300 Ha (89,8%)

Tipe-tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi: ekosistem hutan tropis daratan pulau, ekosistem pantai, dan ekosistem perairan laut yang terdiri dari terumbu karang, padang lamun dan dataran dangkal yang kurang dari 20 meter.

Pada ekosistem pesisir pantai didapati hutan/vegetasi mangrove, antara lain:

Rhizophora sp. (Bakau bakau), Sonneratia sp. (Tancang), Avicennia sp. (Api-api),

Ceriops sp. (Tingi), Bruguiera sp., Xylocarpus sp., dan Heritiera sp. Kelompok vegetasi

(12)

II - 12

Pada tipe ekosistem perairan laut terdapat hamparan karang alami yang sangat indah dan luas yang dapat dikelompokkan dalam lima bentuk pokok hamparan, yaitu: terumbu karang yang berbentuk potongan-potongan (Patch Reef), terumbu karang pantai

(Fringging Reef), terumbu karang penghalang (Barrier Reef), terumbu karang berbentuk

cincin (Atol), dan terumbu karang perairan dangkal (Shallow Water Reef). Terumbu karang tersebut terdiri dari sekitar 67 genera dan sub genera, mencakup 145 jenis karang Scleractinia yang terdapat sampai pada kedalaman 35 meter.

Prosentase penutupan karang hidup bervariasi antara 30,40 % sampai 65,64 %. Variasi ini dipengaruhi antara lain oleh tingkat intervensi masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam.

Ekosistem terumbu karang umumnya terbagi menjadi dua zona, yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan zona lereng terumbu (reef slope). Zona rataan terumbu pada sisi sekat garis pantai didominasi oleh substrat pasir dan lamun. Pada zona ini dapat dilihat beberapa jenis karang terutama dari keluarga Porites, Acropora, Poccilopora, dan Favites. Pada beberapa pulau, pada zona rataan terumbu dapat dilihat: koloni karang biru

(Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.), famili Faviidae dan Pectiniidae, serta

berbagai jenis karang lunak.

Zona lereng terumbu di kawasan TNTC terdiri dari dua tipe, yaitu: lereng terumbu yang landai dan yang berbentuk tubir (drop-off). Pada zona lereng terumbu ini terdapat jenis-jenis karang, antara lain: Leptoseris spp., Montiphora spp., Oxyphora spp., Mycedium

elephantathus dan Piristesrus.

Hamparan-hamparan karang tersebut merupakan habitat, tempat berlindung dan pembiakan berbagai jenis ikan dan molusca yang hidup menempel pada terumbu karang tersebut. Selain itu juga menjadi tempat pencaharian makanan bagi berbagai jenis penyu, lumba-lumba, duyung, dan aneka jenis ikan lainnya.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih dikelola dengan sistem zonasi. Pembagian zonasi kawasan dapat dilihat pada gambar/peta dengan uraian singkat sebagai berikut:

• Zona Inti

Merupakan zona perlindungan yang ketat, yang berfungsi melindungi jenis-jenis dan daerah-daerah dengan nilai pelestarian tinggi, seperti habitat dan species langka atau terancam kerusakan atau terancam punah; habitat peka yang lemah terhadap gangguan; daerah-daerah yang digunakan untuk melindungi stok perkembangbiakan dari jenis yang boleh dimanfaatkan, dan contoh-contoh yang masih baik/utuh dari tipe-tipe habitat alamiah.

• Zona Pelindung

Letak zona pelindung mengelilingi zona inti. Maksudnya adalah untuk melindungi

zona inti dan merupakan penyangga dari kegiatan-kegiatan pada zona-zona lainnya

sehingga tidak berdampak langsung pada zona inti.

• Zona Pemanfaatan Terbatas

Merupakan daerah pemanfaatan sumberdaya alam oleh penduduk setempat secara

tradisional untuk kepentingan hidup sehari-hari maupun oleh pengunjung/pendatang

tetapi dengan pengawasan dan pembatasan-pembatasan tertentu sehingga tidak

merusak habitat atau mengambil jenis yang dilindungi, langka atau terancam punah.

• Zona Penyangga

Merupakan daerah di luar zona-zona tersebut di atas dan diperuntukkan untuk

(13)

II - 13

Gambar 2.10

Zonasi Taman Nasional laut Teluk Cendrawasih

Jenis-jenis vegetasi daratan pulau yang diketahui hingga saat ini adalah sebanyak 64

jenis, mulai dari jenis-jenis vegetasi hutan pantai sampai vegetasi hutan pegunungan

daratan pulau (ketinggian 467 m dpl). Dari 64 jenis tersebut 14 jenis diantaranya

dilindungi. Jenis-jenis vegetasi yang diketahui meliputi antara lain: beberapa jenis bakau

(Rhizophora sp., Avicennia sp., Bruguiera sp., Sonneratia sp., Ceriops sp.), nipah (Nypa

fructican), sagu (Metroxylon sp.), pandan (Pandanus sp.), Cemara pantai (Casuarina

equisetifolia), ketapang (Terminalia catapa), Xylocarpus granatum, dan lain-lain.

Adapun keanekaragaman fauna yang terdapat di dalam kawasan TNTC meliputi antara

lain: terumbu karang sebanyak 200 jenis, ikan 209 jenis, moluska 196 jenis, reptil 5 jenis,

mamalia air 3 jenis, burung (Aves) 37 jenis, dan fauna darat 183 jenis.Jenis ikan yang

diketahui hingga saat ini sebanyak 209 jenis dari 65 Famili. Ikan-ikan tersebut dapat

dikelompokkan secara garis besar menjadi: ikan muara, ikan hutan mangrove, ikan

karang, dan ikan-ikan pelagis. Jenis-jenis ikan karang yang banyak dijumpai adalah

butterfly fish, angelfish, damselfish, parrotfish, rabbitfish, anemonefish, surgeanfish,

triggerfish, dan beberapa jenis lainnya.Di dalam kawasan TNTC juga banyak terdapat

jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi, antara lain: kakap (Lutjanida), kerapu

(Serranida), kuweh (Carangida), jenis-jenis tenggiri (Scromberomorus sp.), cakalang

(Katsuwonus sp.), tongkol (Eythumnus sp.), dan ikan napoleon (Chellinus undulatus

ruppell).

Molusca yang tercatat terdiri dari 196 jenis dari 3 klas dan 56 famili, dengan rincian: dari

klas Gastropoda atau keong 153 jenis, bivalvia (moluska katup ganda atau kerang) 40

jenis, dan Cephalopoda 3 jenis. Diantara jenis-jenis molusca tersebut yang dilindungi

antara lain: dari famili Tridacnidae, yaitu Kima Raksasa (Tridacna gigas), Kima Besar

(Tridacna maxima), Kima Tapak Kuda (Hippopus hippopus), dan Kima Lubang

(Tridacna coreacea); dari famili Cymatidae, yaitu Triton Trompet (Charonia tritonis); dari

famili Cassidae, yaitu Kima Kepala Kambing (Cassis cornuta); dari famili Trochidae,

yaitu Lola (Trochus niloticus); dan dari famili Trubinidae, yaitu Batu Laga (Turbo

marmoratus). Adapun jenis-jenis penyu yang sering dijumpai, antara lain: Penyu Sisik

(Eretmochelys imbricata), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik Semu/Lekang

(Lephidochelys olivaceae), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea).

Pada perairan TNTC juga sering dijumpai Duyung (Dugong Dugon), Lumba-lumba leher

botol (Delphinus delphinus), ketam kelapa (Birgus latro), ikan kakatua besar (bumphead

parrotfish; Bolbomethopon nuricatum), pari rajawali totol (Aetobatus narinari), pari

manta (Manta birostris), hiu reef whitetip (Triaenodon obesus), hiu blacktip (Charcarinus

melanopterus), paus biru (Balaenoptera musculus), dan buaya muara (Crocodylus

porosus).

Dari sekitar 37 jenis burung yang terdapat di kawasan

TNTC, 18 jenis diantaranya dilindungi. Jenis yang

dilindungi antara lain: Elang Laut (Heliaectus leucogaster)

dan Junai Mas (Chaloenas nicobarica). Adapun untuk

fauna darat, dari 183 jenis yang sudah diketahui 37 jenis

(14)

II - 14

Karena keindahan dan kekayaan alamnya, kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata. Banyak

kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan ini. Mulai dari menikmati keindahan

pulau-pulau dengan pantainya, menikmati keindahan alam bawah laut yang menakjubkan,

mengamati satwa (seperti: ikan paus, lumba-lumba, burung, dan lain-lain), berselancar,

memancing, menikmati sumber air panas, hingga wisata budaya dan sejarah.

Pulau-pulau yang memiki obyek-obyek wisata tersebut, khususnya yang termasuk dalam

wilayah Kabupaten Teluk Wondama, antara lain: P. Rumberpon, P. Nukusa, P. Nusrowi,

P. Mioswar, P. Roon, P. Yoop dan Perairan Windesi, dan P. Anggrameos.

B. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy

Cagar Alam Pegunungan Wondiboy ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 595/Kpts-II/1992 tanggal 6 Juni 1992. Cagar Alam seluas 73.022 ha ini terletak di Semenanjung Wandamen, memanjang dari utara ke selatan dan termasuk dalam wilayah Distrik Wasior Utara, Wasior dan Wasior Selatan. Cagar Alam ini di sebelah utara berbatasan dengan Distrik Wasior Utara/P.Roon, sebelah selatan berbatasan dengan hutan lindung, dan sebelah barat berbatasan dengan hutan produksi terbatas.

Hutan kawasan cagar alam Pegunungan Wondiboy terdiri dari tiga lingkungan utama,

yaitu dataran rendah, kaki perbukitan dan zona pegunungan dengan vegetasi menutup

lapisan batuan metamorfis alpidik yang masih utuh. Jenis-jenis tumbuhan yang banyak

dijumpai antara lain: Intsia bijuga dan Pometia pinnata. Adapun jenis-jenis fauna yang

dijumpai antara lain: tiga jenis kanguru pohon (a.l. Dendrolagus dorianus), walabi hutan,

kuskus ekor kait, oposum, bandikut, kucing, kasuari gelambir dua (Casuarius

casuarius), tiga jenis tikus serta sejumlah rodentia lainnya, enam jenis kelelawar dan

sejumlah serangga (a.l. Delias tessei, Delias Thompsoni, Delias mariae mariae, Delias

caroli wandammenensae).

Para peneliti dari WWF juga menemukan sedikitnya 169 jenis burung yang 55

diantaranya bersifat endemik. Diantara jenis-jenis burung tersebut terdapat 12 jenis

burung dewata seperti Astrapia nigra dan parotissefilata, Amblyorais inornatus,

Melipotes gymnops, Ralliozla leucosila, dan Paradisaeae minor. Selain itu juga

ditemukan burung kakatua raja (Probosciger aterrimus), kakatua koki (Cacatua

galerita), mambruk (Goura cristata), dan nuri kepala hitam (Lorius lory).

Banyak diantara flora/fauna yang terdapat di Kabupaten Teluk Wondama berstatus

dilindungi, baik karena langka, jarang, terancam punah, maupun karena

keendemikannya. Jenis fauna yang dilindungi dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Luasnya hutan bahkan hampir di seluruh wilayah di Kabupaten dapat merupakan

potensi maupun masalah pengembangan. Potensi hutan antara lain karena fungsinya

menjaga sistem tata guna air maupun sebagai paru – paru dunia. Sementara itu,

luasnya hutan yang ada apalagi dengan statusnya sebagai hutan lindung dan hutan

suaka alam akan membatasi pembangunan lingkungan buatan maupun kegiatan

(15)

II - 15

Tabel 2.3

Jenis-jenis Fauna Dilindungi yang Terdapat Di Kabupaten Teluk Wondama

No. Jenis Fauna Dilindungi

Nama Indonesia Nama Ilmiah Nama Lokal Mamalia 1. Karang hitam Anthiphates spp. Bivalvia

2.1.2.7

Sumber Daya Pertanian

2.1.2.7.1

Pertanian Tanaman Pangan

Kabupaten Teluk Wondama memiliki iklim dan lahan yang potensial untuk pengembangan pertanian tanaman pangan. Namun, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Usaha tani yang ada umumnya masih berupa usaha tani sederhana atau belum intensif sehingga produktivitasnya pun masih relatif rendah.

Jenis tanaman yang diusahakan oleh masyarakat, antara lain: ubi-ubian, padi sawah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, sayuran, dan buah-buahan. Diantaranya, produksi yang menonjol adalah ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan kacang-kacangan. Luas panen dan produksi beberapa tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.

2.1.2.7.2

Perkebunan

Seperti halnya dengan pertanian tanaman pangan, potensi perkebunan di Kabupaten Teluk Wondama juga belum tergarap sepenuhnya. Di dataran Wosimi – Inyora (wilayah Distrik Wasior Selatan dan Wasior Barat) masih tersedia lahan untuk pengembangan perkebunan seluas 40.000 Ha.

(16)

II - 16

Tabel 2.4

Luas Panen dan Produksi Beberapa Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2007

No. Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi (Ton)

Produktvitas (Ton/Ha)

1. Ubi Kayu 3,00 135,00 45,00

2. Ubi Jalar 2,00 90,00 45,00

3. Padi Sawah 2,00 6,60 3,30

4. Keladi 2,00 60,00 30,00

5. Jagung 3,00 14,70 4,90

6. Kacang Tanah 6,00 8,40 1,40

7. Kacang Hijau 1,00 0,80 0,80

8. Kacang Panjang 10,00 29,00 2,90

9. Kubis 1,00 49,00 24,30

10. Petsai/Sawi 15,00 147,00 9,80

11. Lombok/Cabai 3,00 35,00 11,90

12. Tomat 08,00 75,00 10,00

13. Kangkung 13,00 130,00 10,00

14. Bayam 16,80 25,20 1,50

15. Terung 4,00 40,00 10,00

16. Bawang Merah 2,00 9,50 4,80

17. Pisang * 1.291 *

18. Nenas * 10,70 *

19. Pepaya * 20,00 *

Sumber: Kabupaten Teluk Wondama Dalam Angka, 2005

Tabel 2.5

Luas Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2007

No. Jenis Tanaman Perkebunan

Luas Tanam

(Ha) Produksi (Ton)

1. K a k a o 371 243

2. K e l a p a 502,3 97,94

3. K o p i 0,5 1,77

4. Pinang 57 136,8

Sumber: Kabupaten Teluk Wondama Dalam Angka, 2007

2.1.2.7.3

Peternakan

Jenis ternak yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar dan kecil meliputi: sapi, kambing, dan babi. Sedangkan unggas antara lain: ayam kampung, itik, dan entog.

Tabel 2.6

Jenis dan Populasi Ternak Tahun 2007

No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)

1. Sapi 120

2. Kambing 132

3. Babi 344

4. Ayam kampung 4.544

5. I t i k 96

(17)

II - 17

2.1.2.7.4

Kehutanan

Hasil Hutan Kabupaten Teluk Wondama meliputi antara lain: kayu bulat dari jenis Merbau, Matoa dan kayu indah untuk meubelair. Hasil hutan ikutan lainnya antara lain: rotan, gaharu, masoi, kayu lawang, bambu dan sagu.

Tabel 2.7

Produksi Hasil Hutan Tahun 2002

No. Jenis Hasil Hutan Produksi (m3)

1. Merbau 310.812

2. Matoa 508.620

3. Rimba Campuran 573.330

4. Gaharu 42.106

5. Lawang 93.367

6. Masoi 86.413*

7. Rotan 127.006

8. Bambu 215.320

9. Tepung Sagu basah 90.600* Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Teluk Wondama

2.1.2.7.5

Sumber Daya Kelautan

Sumber daya kelautan di Kabupaten Teluk Wondama merupakan sumber daya potensial yang hingga saat ini belum dikelola dengan baik. Selain memiliki luas lautan yang melebihi luas daratannya, kondisi laut di kabupaten ini masih baik dengan panorama yang indah serta kaya dengan potensi perikanan lautnya.

Sektor perikanan, khususnya perikanan laut, sangat potensial di Kabupaten Teluk Wondama karena keuntungan letak geografisnya yang berada pada diantara Teluk Cendrawasih dan Teluk Bintuni. Ini karena kawasan perairannya yang luas dan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Komoditas perikanan yang bernilai ekonomi antara lain: ikan tuna, pelagis, teripang, bia lola, lobster, dan sirip hiu.

Produksi perikanan laut yang tercatat pada tahun 2004 secara keseluruhan sebesar 345,3 ton dengan nilai sekitar Rp 1.726.500.000,-.

2.1.2.8

Potensi Pariwisata

Salah satu potensi alam yang sangat menjanjikan bagi masa depan Kabupaten Teluk Wondama adalah Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Panorama Taman Nasional ini merupakan primadona bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten ini. Wilayah Taman Nasional Teluk Cendrawasih yang masuk dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama sangat luas terbentang dari arah Timur semenanjung Kwatisore sampai bagian Utara Pulau Rumberpon. Panjang garis pantai Taman Nasional ini 500 km serta luas daratan 68.200 ha terdiri dari pesisir pantai 12.400 ha dan daratan pada pulau-pulau seluas 55.800 ha. Dari luas taman nasional sebesar 1.385.300 ha yang ditumbuhi terumbu karang seluas 80.000 ha. Potensi pariwisata lain yang dapat dikembangkan dimasa datang adalah cagar alam Wondiboi.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Teluk Wondama yang mana hal ini sesuai dengan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten. Keanekaragaman flora dan fauna, serta pemandangan alam yang indah, unik dan khas, baik di darat maupun

(18)

II - 18

beberapa peninggalan sejarah masa lalu juga potensial untuk menarik wisatawan untuk berwisata budaya dan sejarah.

Potensi kepariwisataan di Kabupaten Teluk Wondama, antara lain: menikmati keindahan pulau-pulau dan pantainya; pengamatan burung dan kelelawar; pengamatan ikan paus dan lumba-lumba; wisata mangrove; menikmati sumber air panas dan air terjun; diving/snorkeling, pengamatan terumbu karang, dan keindahan alam bawah laut lainnya serta goa dalam air pada kedalaman 100 kaki; pengamatan budaya masyarakat dan sejumlah peninggalan abad 19 yang bisa dijumpai di beberapa tempat (Windesi, Wasior) dan gereja tua di Yende dengan Kitab Suci terbitan tahun 1898, serta goa peninggalan suku Biak Numfor dimana terdapat tengkorak manusia serta piring-piring antik dan peti berukir.

Beberapa lokasi obyek wisata di Kabupaten Teluk Wondama terdapat baik di dalam maupun di luar kawasan Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih yang potensial untuk dikembangkan adalah :

1. Pulau Rumberpon

Pulau Rumberpon terletak di bagian utara Kabupaten Teluk Wondama, berbatasan dengan Kabupaten Teluk Wondama. Pulau ini memiliki pantai yang indah, yaitu

Pantai Pasir Panjang, dari pasir kuarsa putih, tidak berkarang, dan panjangnya mencapai 6.000 meter.

Air laut di sekitar pulau ini jernih dan terdapat rataan terumbu (reef flat) di sepanjang

tepi pantai dengan profil dasar laut yang landai hingga sepanjang 100 meter ke

tebing. Karang berkelas dunia tumbuh disini. Hamparan terumbu karang hampir

tersebar merata mengelilingi pulau ini.

Di kawasan perairan ini dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti: snorkeling, scuba

diving, selancar angin, ski air, dan memancing. Kegiatan lain yang dapat dilakukan

adalah pengamatan burung (misal: elang laut) dan satwa khas lainnya, seperti: kuskus.

Di pulau ini juga terdapat padangan alam cukup luas dimana terdapat satwa buru rusa. Pada habitat mangrove dan padang lamun dapat ditemukan duyung dan

penyu laut.

Untuk mencapai Pulau Rumberpon dapat langsung dari Manokwari melalui laut

dengan menggunakan longboat selama 5,5 jam atau melalui jalan darat dari

Manokwari ke Ransiki (memakan waktu sekitar 3 jam) yang kemudian dilanjutkan

melalui laut dari Ransiki ke Pulau Rumberpon dengan menggunakan longboat

selama sekitar 2 jam.

2. Pulau Nusrowi

Pulau Nusrowi terletak di sebelah barat laut P. Rumberpon. Pulau kecil seluas 4 Ha ini dikelilingi perairan dangkal yang penuh dengan terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias. Di perairan sekitar pulau ini banyak dijumpai komoditas laut, seperti: ikan kerapu, teripang, dan lobster. Kegiatan yang dapat dilakukan di pulau ini antara lain: wisata pantai, diving/selam, pengamatan terumbu karang dan aneka ikan hias, serta memancing.

(19)

II - 19

Cara mencapai lokasi sama seperti ke Pulau Rumberpon. Dari Ransiki ke lokasi dengan longboat sekitar 1,5 jam.

3. Pulau Nukusa

Pulau Nukusa terletak di sebelah selatan dan tidak jauh dari Pulau Rumberpon. Perairan pulau ini merupakan tempat diving yang indah. Air lautnya biru jernih dan memiliki terumbu karang yang unik dan indah yang terlihat jelas hingga kedalaman 6

– 8 meter melekat pada substrat zona lereng terumbu (reef slope), seperti: Astroba

granulatus, Acropora tabulate, dan lain-lain.

Cara mencapai lokasi ini sama seperti ke Rumberpon. Dari Ransiki ke lokasi dengan

longboat sekitar 1,5 jam.

4. Pulau Mioswar

Pulau Mioswar termasuk dalam wilayah Distrik Wamesa. Pulau ini memiliki sumber air panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam dan mengalir ke pantai yang berjarak sekitar 300 meter dari sumber air panas.

Di pulau ini juga terdapat gua bersejarah peninggalan masyarakat Numfor dimana didalamnya terdapat antara lain tengkorak manusia, piring-piring antik, dan peti berukir.

Selain menikmati sumber air panas dan mengunjungi gua bersejarah, kegiatan lain yang dapat dilakukan di pulau ini adalah diving menikmati keindahan alam bawah laut, air terjun, dan pengamatan satwa, khususnya kelelawar (Pteropus sp.).

5. Pulau Roon

Pulau Roon terletak di utara Semenanjung Wandamen dan termasuk dalam

wilayah Distrik Wasior Utara. Di pulau ini terdapat Desa Yende dengan perumahan

penduduknya yang unik yang berada di atas air. Di tempat ini terdapat sebuah

Gereja tua yang memiliki Kitab Suci terbitan tahun 1898.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan di kawasan ini, antara lain: diving/ snorkeling

menikmati keindahan alam bawah laut, menikmati air terjun dan pengamatan

satwa, khususnya burung. Pulau Roon dapat dicapai dengan menggunakan

longboat dari Wasior dengan waktu tempuh antara 1,5–2 jam. Di pulau ini tersedia

fasilitas Pondok Wisata.

6. Pulau Yoop dan Perairan Windesi

Pulau Yoop dan perairan Windesi terletak di Distrik Windesi. Objek wisata yang potensial adalah pengamatan ikan Paus dan Lumba-lumba serta pengamatan Burung.

7. Bukit Aitumeri

Pemandangan alam dari Bukit Aitumeri ke arah laut sangat indah. Bukit ini melambangkan moralitas yang tinggi dari masyarakat raimune (kampung) Wondama. Di lokasi ini juga terdapat peninggalan sejarah/budaya. Aitumeri dahulu merupakan pusat pendidikan di Papua dan pernah mencatat tinta

emas sebagai “penghasil” putra-putra terbaik Papua.

(20)

II - 20

2.1.2.9

Rawan Bencana Alam

Kabupaten Teluk Wondama berada di jalur gempa, berdasarkan letak wilayahnya yang berada di Kawasan Samudera Pasifik. Wilayah pantai barat Papua berasal dari lempeng tektonik Australia. Kepulauan Auri diduga merupakan garis pertemuan antara antara lempeng Pasifik dan lempeng Australia, dimana sesar Ransiki memanjang di bawah laut Teluk Cenderawasih mengikuti garis Kepulauan Auri ke arah sebelah timur zona sesar Wandamen. Jalur karang di Kepulauan Auri diduga berasal dari kerucut lava di bawah permukaan laut yang diakibatkan oleh benturan kedua lempeng tersebut maka Kabupaten Teluk Wondama berpotensi rawan bencana gempa.

Potensi wilayah rawan bencana daerah penyelidikan terdiri atas 2 zona daerah rawan bencana gempa bumi (mengacu kepada peta isoseismal, dengan intesitas skala mercalli – MMI), yaitu :

a. MMI V-VI , yaitu dimulai dari gempa dapat dirasakan diluar rumah, manusia tidur terbangun, pintu-pintu terbuka tertutup, pigura dinding bergerak sampai banyak orang lari keluar rumah karena terkejut, jendela berderit, barang pecah belah pecah, plester dinding yang lemah pecah, lonceng gereja berbunyi dan pohon-pohon bergoyang.

b. MMI VI-VII, yaitu dapat dirasakan oleh pengemudi kendaraan bermotor, orang yang sedang berjalan akan sulit berjalan dengan baik, cerobong asap pecah, konstruksi bangunan yang kurang kokoh akan hancur, lonceng besar berbunyi dan selokan

Potensi Wisata P. Roon : - Pengamatan air terjun

- Wisata air ; snorkeling, scuba diving, mancing penelitian satwa ( burung elang laut )

Potensi Wisata P. Yoop dan Perairan Windesi : - Pengamatan ikan paus dan lumba-lumba - Pengmatan dan penelitian satwa ( burung elang llaut )

Potensi Wisata Bukit Aitumeri : - Pemandangan Alam Bukit Aitumeri

Potensi Wisata P. Mioswar : - Sumber air panas

- Gua bersejarah budaya masyarakat Potensi Wisata P.Nukusa :

- Wisata air ; diving Potensi Wisata P.Nusrowi :

- Pengamatan terumbu karang dan ikan hias - Wisata pantai ; snorkeling, scuba diving, mancing Potensi Wisata P. Rumberpon :

- Pemandangan Pantai Pasir

- Wisata air ; snorkeling, scuba diving, mancing penelitian satwa ( burung elang laut, kuskus)

BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TELUK WONDAMA (2007 - 2027)

SEBARAN PARIWISATA Universal T ransverse Mercator WGS 84,

location South Zone 53

Sumber Peta - Peta T opografi Dittop skala 1:100.000, sumber BAKOSURT ANAL - Citra Landsat 7 T hn 2004 : BIOT ROP T RAINING & INFORMAT ION CENT RE)

Sumber Data

- Buku Profil Kabupaten Wondama T hn. 2005

ORIENT ASI LOKASI

KAB. RAJ A AM PAT

KAB. FAK FAK Fa k Fa k KAB. SORONG SEL ATAN

L A U T S E R A M

DIREKTORAT JEN DERAL PEN ATAAN RU AN G D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M

RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA

(21)

II - 21

Gambar 2.12 Pola Tektonik Wilayah Indonesia

Gambar 2.13 Sebaran Gempa Di Pulau Papua

RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA

(22)

II - 22

2.1.3

Kondisi Sosial Budaya

2.1.3.1

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Teluk Wondama pada tahun 2008 tercatat 22.731 jiwa terdiri dari 4.652 Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah penduduk tersebut 11.856 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan 10.875 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata 1,87 jiwa/Km2 dengan laju pertumbuhan 3,65 % per tahun. Sebagian besar penduduk Kabupaten Teluk Wondama termasuk dalam kelompok berusia muda. Jumlah dan kepadatan penduduk menurut distrik selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 2.8

Distribusi Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Teluk Wondama

No. Nama Distrik Luas wilayah (Ha)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 2 3 4 5

1 WASIOR BARAT 1.775,48 1.241 0,70

2 WASIOR SELATAN 741,16 4.268 5,76

3 WASIOR 1.461,16 6.024 4,12

4 WASIOR UTARA 3.041,52 2.941 0,97

5 WINDESI 1.187,56 2.666 2,25

6 WAMESA 1.890,87 1.993 1,05

7 RUMBERPON 4.856,05 3.598 1,76

Luas Daratan 436.920 Luas Lautan 777.742

Total 14.953,80 22.731 1,52

Sumber : Bagian Pemerintahan dan BPM

Tabel 2.9

Jumlah Penduduk Di Kabupaten Teluk Wondama

No. Nama Distrik Jumlah Penduduk (jiwa)

2004 2005 2006 2007 2008

1 2 5 6 7 6 7

1 Wasior 5,286 5,479 5,679 5,886 6,101

2 Windesi 2,339 2,425 2,514 2,607 2,702

3 Wasior Utara 2,581 2,675 2,772 2,873 2,977

4 Wasior Selatan 3,745 3,882 4,024 4,171 4,324

5 Wamesa 1,748 1,812 1,947 2,018 2,092

6 Rumberpon 3,158 3,273 3,392 3,515 3,643

7 Wasior Barat 1,089 1,129 1,170 1,213 1,257

JUMLAH 19,946 20,675 21,498 22,731 23,098

Sumber : BPS Kab. Teluk Wondama

a. Struktur Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

(23)

II - 23

Tabel 2.10

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Teluk Wondama

No. Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Ket.

Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5 6

1 0 - 4 1.485 1.454 2.939 -

2 5 - 9 1.443 1.447 2.890 -

3 10 - 14 1.347 1.222 2.569 -

4 15 - 19 1.222 1.061 2.283 -

5 20 - 24 1.061 997 2.058 -

6 25 - 29 993 997 1.990 -

7 30 - 34 929 965 1.894 -

8 35 - 39 900 868 1.768 -

9 40 - 44 804 707 1.511 -

10 45 - 49 643 482 1.125 -

11 50 - 54 482 290 772 -

12 55 - 59 289 161 450 -

13 60 - 64 129 96 225 -

14 65 - 69 64 33 97 -

15 70 - 74 33 31 64 -

16 75 + 32 64 96 -

JUMLAH 11.856 10.875 22.731

b. Struktur Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Struktur pendudkuk berdasarkan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui jenjang pendidikan di kabupaten Teluk Wondama. Semakin tinggi jumlah populasi dan jenjang pendidikan mengindikasikan bahwa pola pikir masyarakat di daerah tersebut semakin maju. Sebagai gambaran tingkat pendidikan di Kabupaten Teluk Wondama, jumlah penduduk yang bersekolah di Kabupaten Teluk Wondama pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

 SD : 90,73% (20.957 Jiwa)

 SLTP : 37,42% ( 8.643 Jiwa)

 SMU : 20,69% ( 4.779 Jiwa)

2.1.3.2

Budaya/Adat Istiadat Setempat

Suku besar yang mendiami wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah suku Wamesa. Selain itu terdapat suku asli lainnya, yaitu suku Sough. Adapun suku pendatang di wilayah ini berasal baik dari Papua mupun luar Papua, antara lain dari Biak , Sorong, Merauke, Serui, Key, Bugis Makassar, Manado, dan Jawa. Jumlah suku pendatang sekitar sembilan persen dari jumlah keseluruhan penduduk.

Hampir seluruh (99 %) penduduk Kabupaten Teluk Wondama menganut agama Kristen

Protestan, sisanya Katolik dan Islam. Distribusi berdasarkan distrik dapat dilihat pada

Gambar berikut :

(24)

II - 24

Gambar 2.15

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2007

Total

0 0 139

141

12.208

Kristen Protestan Katolik Islam Hindu Budha

Sumber: Kabupaten Teluk Wondama Dalam Angka 2007

Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat setempat masih banyak bergantung pada alam sekitarnya. Mereka memanfaatkan hutan dan laut sekitar untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, maupun perumahan. Umumnya mereka mengambil atau memanfaatkan sumberdaya alam sekitar seperlunya saja.

Pada masyarakat adat Wamesa di wilayah pesisir, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil studi pt. Yalhimo (2004), pemanfaatan sumberdaya alam sekitar adalah sebagai berikut:

Mangrove, bagian yang dimanfaatkan meliputi batang, dahan, ranting, serta kulit.

Batang/dahan mangrove dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan rumah, untuk membuat tiang belo, dan untuk kayu bakar. Kulit manggrove dipakai sebagai bahan obat tradisional untuk pengobatan penyakit kulit (kudis).

Pohon Nipah, bagian yang dimanfaatkan adalah daun yang digunakan untuk membuat

atap rumah. Penyaringan sari nipah juga sering dilakukan untuk diminum karena mengandung alkohol.

Pohon Sagu, bagian yang dimanfaatkan adalah batang, pelepah dan daunnya. Batang

sagu diproses untuk diambil patinya. Pati sagu ini menjadi bahan makanan pokok bagi

masyarakat. Adapun pelepahnya digunakan untuk bahan dinding rumah dan daunnya untuk bahan atap rumah. Pohon sagu yang ditebang umumnya yang telah berbunga karena pohon sagu yang demikian mengandung banyak pati.

Kabupaten Teluk Wondama termasuk salah satu daerah potensial hutan sagu. Hutan sagu di daerah ini masih utuh, dibanding kabupaten lain yang punah oleh pembangunan. Di sepanjang pantai Wondama ditumbuhi sagu selain kayu, demikian pula sepanjang sungai seperti Sungai Wosimi, dipadati pohon sagu.

Sampai hari ini hutan sagu masih utuh. Masyarakat menebang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan di penduduk di Kabupaten Teluk Wondama tidak atau belum mengenal sistem budidaya pertanian. Ada sekitar 61 jenis sagu di Papua, di antaranya 39 jenis di Wondama terutama di Wosimi, Wasior, Aropen, Iriaki, Wamesa Timur dan Wamesa Barat, Windesi dan Wondoswar. Dari 39 jenis yang biasa dikenal masyarakat adalah jenis Ana uwabu, Anangga suanau, Ananggemo, Anaraumarera, Anatuba sianggono, dan Bibutumewi. Nama jenis-jenis ini diberikan masyarakat sesuai ciri khas sagu.

(25)

II - 25

2.2

Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya

2.2.1

Sub Bidang Air Minum

Sistem pelayanan air bersih di Kabupaten Teluk Wondama, belum memadai hal ini disebabkan keterbatasan infrastruktur air bersih serta sumber air baku yang kurang baik. Masyarakat diperkotaan pun, sampai saat ini masih belum secara keseluruhan menikmati pelayanan air bersih.

Penggunaan leding sebagai air minum hanya untuk 536 KK (11,77%). Pelayanan air bersih yang ada saat ini menggunakan sumber air sungai yang berasal dari pegunungan Wondiboi yang kemudian ditampung dengan menggunakan sistem gravitasi untuk kemudian dialirkan ke kampung-kampung. Sampai dengan tahun 2005 baru sekitar 37 kampung (dari 56 kampung) yang terlayani air bersih.

Sumber air minum yang paling banyak digunakan adalah sumur terlindung yaitu 948 KK (21,62%) dan sungai 924 KK (20,30%). Selengkapnya distribusi penggunaan sumber air minum dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.11

Sumber Air Minum yang digunakan rumah tangga di Kabupaten Teluk Wondama

Sumber Air Minum Rumah Tangga (KK) Prosentase Air dalam Kemasan

Leding Pompa

Sumur Terlindung Sumur Tidak Terlindung Mata Air terlindung Mata Air Tidak Terlindung Air Sungai

Air Hujan

21 536

11 984 803 586 606 924 282

0,46 11,78

0,24 21,62 17,64 12,87 13,31 20,30 6,20

Sumber: Susenas, 2005

Gambar 2.16

Sumber Air Minum yang digunakan rumah tangga di Kabupaten Teluk Wondama

Prosentase Sumber Air Minum

6,2; 6% 0,46; 0% 11,78; 11%

0,24; 0%

21,62; 22%

17,64; 17% 12,87; 12%

13,31; 13% 20,3; 19%

Air dalam Kemasan Leding Pompa

Sumur Terlindung Sumur Tidak Terlindung Mata Air terlindung

Mata Air Tidak Terlindung Air Sungai Air Hujan

(26)

II - 26

Pada saat ini, sumber air minum tidak memenuhi masalah baik dari kuantitas maupun kualitasnya, karena penduduk yang harus terlayani masih sedikit dan pencemaran air sungai belum terjadi. Di masa yang akan datang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan SPAM (Sistem Pengolahan Air Minum) yang dapat menjamin baik dari segi ketersediannya maupun kualitas air bakunya.

Sumber air yang melimpah di Kabupaten ini sangat tergantung pada keberadaan hutan yang ada. Kemungkinan terjadinya hutan di masa yang akan datang akibat eksploitasi perlu dihindari guna menjamin ketersediaan air bersih di masa yang akan datang.

2.2.2

Sub Bidang Persampahan

Kondisi prasarana dan sarana persampahan di Kabupaten Teluk Wondama hingga saat ini belum tersedia secara baik dan lengkap. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan prasarana pengumpul sampah yang belum memadai seperti :

 Mobil pengangkut sampah (arm roll truck)

 Kontainer sampah

 TPS (Transfer Depo)

 TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

Sistem pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat yang di Kabupaten Wondama masih dilakukan secara alamiah yaitu membakar sendiri sampah yang ada, dan sebagian lagi dibuang ditempat-tempat yang sesuai seperti sungai dan laut. Dalam perkembangan kedepan perlu dicarikan alternatif untuk pembuangan sampah di Kabupaten Teluk Wondama , karena dikuatirkan kalau sebagian masyarakat masih membuang sampah ke laut akan memcemari perairan di Teluk Wondama, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Untuk itu sistem pengolahan persampahan perlu dilakukan secara cepat dan tepat yaitu dari :

 Aspek Kelembagaan

 Aspek Teknik Operasional

 Aspek Pembiayaan

 Aspek Pengaturan

 Aspek peran Serta Masyarakat

2.2.3

Sub Bidang Air Limbah

Jenis air limbah yang banyak terdapat di Kabupaten Teluk Wondama adalah jenis air limbah domestik yang merupakan air bekas yang tidak dipergunakan lagi dan mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas dapur, kamar mandi dan cuci. Adapun dari aktifitas air limbah tersebut berkisar antara 50 – 70% dari rata-rata pemakaian air bersih.

Sedangkan sistem pembuangan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Teluk Wondama masih menggunakan sistem pembuangan air limbah setempat (on site

system), yaitu dengan menggunakan septik tank dan cubluk sebagai wadah utamanya.

Permasalahan Air Limbah di Kabupaten Teluk Wondama diantaranya :

 Sebagian pembuangan kakus masyarakat masih langsung ke sungai

 Di beberapa wilayah masih rendah tingkat sanitas lingkungan

 Perlu adanya sosialisasi tentang penggunaan septik tank komunal sebagai alternatif lain sistem pengolahan air limbah dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Presentase tempat pembuangan yang digunakan di Kab. Teluk Wondama :

 Tanah atau Perairan Terbuka 24%

 Cubluk, Kakus sederhana 19%

 Septik Tank dengan bidang Resapan 47%

(27)

II - 27

2.2.4

Sub Bidang Jalan Lingkungan

Jaringan jalan merupakan suatu kumpulan dari ruas-ruas jalan yang disatukan dalam suatu simpul (persimpangan). Jaringan jalan di kawasan perencanaan merupakan kumpulan dari fungsi jalan.

Untuk pola jaringan jalan di Kabupaten Teluk Wondama merupakan gabungan antara jalan arteri sekunder, kolektor, dan jalan lokal yang membentuk pola linier. Jaringan jalan ini merupakan bagian dari sistem jaringan jalan Kabupaten Teluk Wondama, dimana pola sistemnya berkaitan satu sama lain dengan beberapa jaringan jalan antar distrik. Sedangkan untuk pola jaringan jalan di sekitar lingkungan permukiman sebagian besar membentuk pola grid.

Kondisi geometrik jalan di wilayah perencanaan yang terbagi berdasarkan kelas jalan yang ada di wilayah perencanaan, yaitu Jalan Saberi yang merupakan jalan utama, dan beberapa jalan-jalan lingkungan yang masuk dalam wilayah perencanaan secara garis besar dalam kondisi yang cukup baik.

Pada jalan lingkungan belum terdapat trotoar, sehingga jalur pejalan kaki menjadi satu dengan jalur kendaraan. Hal ini menimbulkan rasa kurang nyaman dan rasa tidak aman karena menjadi satunya antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan.

2.2.5

Sub Bidang Drainase

Sistem drainase yang ada di Kabupaten Teluk Wondama khususnya di daerah perkotaan atau padat permukiman masih menggunakan sistem drainase mikro, dimana saluran pembuangan mengalirkan air sebagian besar masih di dalam wilayah kota. Namun ada sebagian drainase telah mengalirkan air menuju laut.

Saluran drainase ini pada umumnya dalam kondisi baik, dikarenakan topografi kawasan yang relatif datar. Kondisi ini juga ditunjang oleh jenis tanah yang baik artinya jenis tanah yang ada mendukung resapan tanah yang baik sehingga kemungkinan akan adanya genangan dan banjir sangat kecil. Permasalahan yang munsul saat ini adalah kondisi drainase yang tercemar oleh sampah padat yang dihasilkan oleh kegiatan penduduk sehingga pada musim penghujan kemungkinan dapat terjadi hambatan aliran air serta pada titik-titik tertentu masih terlihat ada saluran drainase yang rusak. Dilihat dari segi konstruksi sistem drainase atau saluran yang ada di Kabupaten Teluk Wondama menggunakan sistem saluran terbuka. Secara keseluruhan di Kabupaten Teluk Wondama masih belum semua kawasan yang memiliki sistem drainase atau saluran.

2.2.6

Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan

(28)

II - 28

aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan , baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru.

Tipologi bangunan permukiman (rumah tinggal) di kabupaten Teluk Wondama pada uimumnya merupakan bangunan seserhana dan bangunan tua. Kebanyakan hal ini ditunjukkan dengan bentuk atap dan material bangunan yang digunakan.

Menurut hasil pengamatan di lapangan, konstruksi bangunan pada kawasan ini secara umum dapat diidentifikasikan menjadi 3 macam, yaitu permanen, semi permanen, dan temporer dengan jenis material pada umumnya terdiri atas batu tela untuk bangunan permanen serta perpaduan plesteran dan kayu untuk beberapa bangunan semi permanen, dan kayu beratapkan daun sagu untuk bangunan temporer

Fungsi dan klasifikasi bangunan merupakan acuan untuk persyaratan teknis bangunan gedung untuk Kota Wasior dan Kabupaten Teluk Wondama pada umumnya. Ditinjau dari segi intensitas bangunan, arsitektur dan lingkungan keselamatan dan keamanan telah dilaksanakan dengan adanya IMB dan RAPERDA tentang bangunan gedung (gedung

perkantoran, bangunan pendidikan, pelayanan kesehatan, perumahan dll).

Dinas PU telah melaksanakan pengendalian bangunan gedung di kota daerah banjir ,aliran sungai, dan lokasi yang kondisi fisik dasarnya berkontur tajam /terjal tidak diberikan ijin untuk membangun, pada lokasi yang berkontur sedang diberikan pesyaratan teknis untuk membangun, dan untuk kawasan-kawasan yang pengembangannya ke depan diatur oleh rencana kota diberikan ijin yang sifatnya sementara.

Kondisi Tata Lingkungan di kawasan kota Wasior dan Kabupaten Teluk Wondama dilihat dari segi pemanfaatannya ditinjau dari segi kualitas lingkungan, adanya Ruang Terbuka Hijau berupa Hutan Mangrove dan lahan belum terbangun serta lapangan olahraga, Namun Kawasan Hutan Mangrove ini mulai beralih fungsi menjadi kawasan perumahan disebabkan karena keterbatasan lahan untuk pembangunan perumahan, lokasi hutan ini berada di jalan Utama Kota (Jln. Saberi), serta ternyata tanah dikawasan hutan ini masih merupakan tanah adat.

2.2.7

Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Teluk Wondama saat ini diarahkan pada pengembangan perumahan dan permukiman pada masyarakat yang berada di daerah terpencil dengan pendapatan atau penghasilan yang rendah. Pembangunan perumahan dan permukiman serta prasarana dan sarananya dilaksanakan dengan bantuan pemerintah daerah dan swadaya.

(29)

II - 29

Kawasan permukiman perkotaan direncanakan dikembangkan di setiap ibukota Kabupaten dan ibukota Distrik yang ada yaitu Rasiei, Wasior, Windesi, Wondiboy, Wosimi, Aisandami, Sambuar, dan Yambekiri. Sarana dan prasarana yang tersedia meliputi transportasi, pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih, telekomunikasi, drainase, telekomunikasi dan persampahan yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Luas kawasan permukiman perkotaan adalah 9.893 ha.

Gambar

Gambar 2.2. Peta Batas Administrasi Wilayah
Gambar 2.3. Peta Kelerengan
Gambar 2.5. Peta Geologi
Gambar 2.6. Peta Sumber Daya Mineral SUMBER DAYA MINERAL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Sarolangun untuk mewujudkan visi “ Terwujudnya Kabupaten yang maju dan mandiri berbasis ekonomi kerakyatan, agribisnis yang berdaya saing tinggi dan SDM

Tujuan kelompok adalah keadaan atau hal-hal yang inginkan dapat dicapai oleh kelompok dan para anggotanya. Tujuan kelompok tersebut dapat dilihat dari sifat dan

Berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013, penduduk Kabupaten Aceh Jaya berjumlah 84.928 jiwa yang terdiri dari 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa

Kondisi topografi Kabupaten Labuhanbatu pada umumnya memiliki ketinggian yang rendah dengan kelerengan yang relatif datar dari Kecamatan Panai Hilir hingga Kecamatan

[r]

Kondisi perumahan dan permukiman yang ada di Kabupaten Sorong masih. didominasi oleh perumahan dengan jenis konstruksi non permanen

Selain telekomunikasi, jalan juga menjadi penilaian wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada di Bawean, untuk mendukung pariwisata pulau Bawean maka

Sumbangan terbesar pada tahun 2015 dihasilkan oleh lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, merupakan sektor yang memberikan