• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ORGANONOLOGI KUCAPI PAKPAK BUATAN BAPAK KAMI CAPAH DI KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN ORGANONOLOGI KUCAPI PAKPAK BUATAN BAPAK KAMI CAPAH DI KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

0

KAJIAN ORGANONOLOGI KUCAPI PAKPAK BUATAN

BAPAK KAMI CAPAH DI KECAMATAN KERAJAAN

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI SARJANA

O L E H

NAMA: BATOAN L SIHOTANG NIM: 070707005

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pakpak adalah salah satu etnis yang mendiami daerah geografis sumatera utara. Secara umum Pakpak digolongkan sebagai bagian dari suku batak, seperti halnya toba, simalungun, karo dan mandailing(Pasaribu, 1978; Bangun, 1980; Daeng, 1976; Coleman, 1983). Etnis pakpak memiliki budaya yang sudah diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang masyarakat Pakpak. Salah satu bentuk dari warisan budaya tersebut adalah kesenian. Kesenian yang diwariskan oleh leluhur masyarakat pakpak dalam bebrapa bentuk. Diantaranya adalah seni tari (tatak), seni ukir, seni tekstil, seni patung dan seni musik.

Bagi suku Pakpak, musik mempunyai peranan yang sangat penting dalam aspek kehidupan masyarakatnya, karena hampir seluruh kegiatan adat, ritual, dan hiburan selalu menggunakan musik. Masyrakat Pakpak mempunyai budaya musikal sendiri. Dalam penyajiannya ada yang menggunakan alat musik, ada vokal, gabungan vokal dengan musik, dalam penggunaan alat musik nya ada yang dimainkan secara ensambel ada juga yang secara solo.

(3)

2

cara dipukul), Sisempulen (alat music yang dimainkan dengan cara ditiup) dan Sipiltiken (alat music yang dimainkan dengan cara dipetik).

Ensambel Genderang sisibah terdiri dari Genderang sisibah (Conis Drum single head yang terdiri dari Sembilan buah gendang yang berbentuk konis), gung sada rabaan (idiophone yang teridiri dari empat buah gung yaitu panggora, poi, tapudep dan pong-pong), sarune (double reed oboe) dan cilatcilat (concussion idiophone). Dalam penyajiannya, ensambel ini dipakai pada jenis upacara sukacita (kerja mbaik) saja pada tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja.

Ensambel Genderang sipitupitu dan Genderang si lima terdiri dari alat musik yang terdapat pada ensambel Genderang sisibah, perbedaannya hanya terdapat pada penggunaan genderang saja. Genderang sipitu-pitu menggunakan 7 dari 9 gendang yang terdapat pada Genderang sisibah, sedangkan Genderang si lima menggunakan 5 dari 9 buah gendang (gendang yang digunakan gendang pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar). Ensambel ini digunakan pada upacara duka cita (kerja njahat), seperti upacara kematian, mengongkal tulan (menggali tulang-belulang).

(4)

3

hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.

Ensambel yang terakhir adalah Oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (lut long neck). Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan dan untuk mengiringi tarian.

Kucapi adalah satu jenis alat musik yang dipakai dalam bentuk solo instrumen dan juga digabungkan dalam ensambel musik tradisional Pakpak. Kucapi merupakan alat musik petik yang terbuat dari kayu dan memiliki dua buah senar yang terbuat dari nilon dan memiliki fred. Alat musik ini termasuk kedalam klasifikasi alat musik chordophone, sumber klasifikasi lut long neckyang sumber penghasil bunyinya berasal dari senar. Kucapi dimainkan dengan cara memetik bagian senar dengan menngunakan kuku. Kayu yang digunakan untuk membuat kucapi adalah kayu purbari dan kayu ngeccih (Shizopheae sperrum). Kayu yang digunakan harus berasal dari pohon yang berukuran besar dan sudah tua. Hal ini dimaksudkan agar batang pohon dapat di belah dua, sehingga kucapi dapat dibentuk satu badan. Kucapi dibentuk sedemikian rupa menyerupai bentuk bungki1 dan memiliki badan yang berfungsi sebagai resonator bunyi dan leher yang berfungsi untuk pembentukan nada. kucapi Pakpak memiliki bentuk yang hampir sama dengan alat musik sejenis yang dimiliki oleh kebudayaan suku bangsa Batak lain, seperti : Hasapi pada masyarakat Toba, Kulcapi pada masyarakat Karo dan Husapi pada masyarakat Simalungun.

1

(5)

4

Menurut wawancara dengan bapak Dayo Sinamo2, pada awalnya kucapi adalah alat musik pribadi yang digunakan sebagai hiburan pribadi atau self amusement. Namun pada perkembangannya, alat musik ini dimasukkan kedalam ensambel oning-oningen. Pembuat alat musik kucapi biasanya adalah pemain alat musik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh fungsi awal dari alat musik ini pada awalnya.

Saat ini pembuat kucapi tidak banyak lagi. Bapak Kami Capah adalah seorang yang dapat membuat alat music kucapi. Selain membuat kucapi, beliau juga berprofesi sebagai pemain kucapi. kucapi buatan beliau sudah banyak digunakan oleh pemain kucapi di sanggar Ninanola3 yang berada di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dimana beliau termasuk dalam sanggar ini. Selain untuk dimainkan, kucapi buatan beliau sudah di gunakan sebagai cenderamata. Menurut wawancara dengan beliau, banyak pemusik tradisi Pakpak khususnya pemain kucapi tidak dapat membuat alat musiknya sendiri lagi sesuai dengan kebiasaan. Hal ini di sebabkan oleh kemajuan zaman dan sudah berkurangnya minat untuk mempelajari musik tradisi. Saat ini pembuat alat musik Pakpak khususnya pembuat kucapi hanya tinggal sedikit dan bisa di hitung dengan jari karena banyak dari pembuat alat musik tradisi Pakpak sudah tidak mampu lagi membuat alat music dikarenakan usia yang sudah semakin tua dan meninggal.

Dalam proses pembuatan kucapi ini, bapak Kami Capah mennggunakan alat-alat yang yang masih tergolong sederhana yakni berupa parang, ketam mesin,

2

Bapak Dayo sinamo adalah seorang pemain kucapi yang sudah sangat di kenal di masyarakat pakpak.

3

(6)

5

gergaji, pahat besar dan pahat kecil, kertas pasir dan meteran. Teknik pembuatan kucapi beliau termasuk unik karena beliau menggabungkan teknik pembuatan yang pernah didapatnya dari orang tua dan juga teknik bapak itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari proses pengukuruan dari bahan pembuat kucapi itu sendiri.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, serta menuliskanya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul

”KAJIAN ORGANOLOGIS KUCAPI PAKPAK BUATAN BAPAK KAMI

CAPAH DI KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK

BHARAT ”

1.2Pokok Pemasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topic bahasan dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan kucapi pakpak buatan bapak Kami Capah di Kecamatan Kerajaan.

2. Bagaimana teknik permainan kucapi pakpak sebagai pembawa melodi. 3. Bagaimana eksistensi dan fungsi kucapi pakpak pada masyarakat

Pakpak.

1.3Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian rangka penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan kucapi pakpak di kecamatan kerajaan, kabupaten pakpak bharat.

2. Untuk mengetahui menganalisa organologi serta teknik permainan kucapi pakpak sebagai pembawa melodi.

(7)

6

1.3.2 Manfaat penelitian

Sebagai usaha untuk memperluas informasi mengenai kebudayaan pakpak, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :

a. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai kucapi pakpak di Departemen Etnomusikologi, Fakultas sastra, Universitas Sumatera Utara.

b. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi yang memerlukan untuk penelitian selanjutnya.

c. Sebagai bahan pendokumentasian terhadap kesenian tradisional pakpak.

d. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti proses perkuliahan di Departemen etnomusikologi.

1.4Konsep dan teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit (Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 431).

Kajian merupakan kata jadian dari kata ”kaji” yang berarti mengkaji, mempelajari, memeriksa, mempertimbangkan secara matang, dan mendalami. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pengertian kata ”kajian” dalam hal ini adalah suatu penelitian atas pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti. (Badudu. 1982 : 132).

(8)

7

Dari kedua konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian kucapi pakpak buatan bapak kami capah di kecamatan kerajaan, kabupaten pakpak bharat, adalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi instrumen, juga mengenai teknik-teknik pembuatan, cara memainkan, dan fungsi dari instrumen kucapi pakpak tersebut.

Kucapi pakpak adalah sebuah instrumen yang pada awalnya hanya digunakan oleh seseorang untuk menghibur diri saat melakukan kegiatan bertani. Kucapi dimainkan sendiri tanpa pengiring pada saat seseorang itu sedang istirahat di ladang. Namun seiring perkembangannya, kucapi Pakpak dalam penyajiannya dimasukkan dalam kelompok Oning-oningen. Dalam bentuk penyajian ini, kucapi pakpak memainkan nada-nada yang dimainkan oleh kalondang secara bersamaan. Atau dengan kata lain, kucapi meiliki fungsi sebagi pembawa melodi dalam oning-oningen. Kucapi merupakan instrumen musik pakpak yang mengalami perubahan dari segi pembuatannya dan penyajiannya.

1.4.2 Teori

Teori merupakan landasan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa. (Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 1041). Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa landasan teori yang berkaitan (relevan) dengan tulisan ini.

(9)

8

Dalam tulisan ini, penulis juga membahas tentang pendeskripsian alat musik, dan penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima (1978 : 74), yaitu:

” Dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu; aspek fisik instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam, serta menggambar bentuk instrumen, ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai. Dan secara fungsional, yaitu ; fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara, meneliti, melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang diproduksi, ( dalam kaitannya dengan komposisi musik) dan kekuatan suara”

Untuk mengetahui sistem permainan atau teknik permainan kucapi pakpak maka penulis menggunakan dua pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl (1963 : 98) yaitu:

” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.”

(10)

9

Menurut teoriyang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu: ”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:

Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musin itu sendiri, Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara, Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran, Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Mengacu pada teori tersebut, maka kucapi pakpak adalah instrumen musik kordofon yang terdiri dari dua buah senar yang dibunyikan dengan memetik senar dengan kuku atau sebagai sumber bunyinya.

1.5Metode penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Koentjaraningrat 1997:16). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memproleh fakta-fakta dan prinsip –prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran.

Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian Kualitatif yaitu : rangkaian kegiatan atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada obyeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sample dan populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif (Nawawi dan Martini,1994:176).

(11)

10

dan analisis laboratorium (laboratory analisis). Data yang diperoleh kemudian dianalisis di laboratorium dan dikelompokan sesuai kepentingan,kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir (Merriam, 1964 : 37).

1.5.1 Studi kepustakaan

Pada tahap pra lapangan, sebelum mengerjakan penelitian, penulis terlebih dahulu mengadakan studi pustaka. Penulis membaca buku-buku yang relevan dengan objek penelitian. Penulis juga membaca literatur, pencarian di situs internet, majalah, tulisan ilmiah dan berbagai catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan untuk mendukung penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja lapangan 1.5.2.1Observasi

Penulis melakukan kerja lapangan dengan observasi langsung terhadap objek penelitian dan juga melakukan wawancara dengan informan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disusun sebelumnya, agar memproleh data-data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan.

1.5.2.2Wawancara

(12)

11

Sedangkan data yang terkumpul dalam suatu wawancara bebas sangat beraneka ragam, tetapi tetap materinya berkaitan dengan topik penelitian.

Menurut Harja W. Bachtiar (1985 : 155), wawancara adalah untuk mencatat keterangan-keterangan yang dibutuhkan dengan maksud agar data atau keterangan tidak ada yang hilang.

Sebelum melakukan wawancara penulis terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan yang telah disusun mengenai pokok permasalahan yang ingin penulis ketahui.

Namun kenyataan di lapangan pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan pembicaraan dengan informan, walaupun demikian pertanyaan tersebut masih tetap dalam pokok permasalahan seputar penelitian yang ingin dikerjakan.

1.5.2.3Pemotretan dan perekaman

Pemotretan dan Perekaman data dilakukan agar data yang diperlukan tidak lupa,sekaligus agar proses kerja laboratorium lebih mudah.Penulis menggunakan alat perekam audio dan Kamera Canon EOS D1100 untuk perekaman dan pemotretan data-data yg diperlukan.

1.5.3 Kerja laboratorium

(13)

12

1.5.4 Lokasi penelitian

(14)

13

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT BAPAK KAMI CAPAH

2.1 Wilayah Budaya Etnik Pakpak

Etnis Pakpak adalah salah satu suku pribumi di Provinsi Sumatera Utara dan provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Kabupaten Dairi ibukota Sidikalang yang terdiri dari 15 Kecamatan dan 184 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Keppas dan Pegagan.

2. Kabupaten Aceh Singkil ibukotana Singkil yang terdiri dari 15 Kecamatan dan 148 Desa. Kelurahannya meliputi seluruh daerah Suak Singkil Boang. 3. Kabupaten Pakpak Bharat ibukotanya Salak yang terdiri dari 8 kecamatan

dan 59 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Simsim dan sebagian daerah Keppas.

4. Kotamadya subbul sallam ibukotanya Salak yang terdiri dari 5 kecamatan dan (64) Desa/Kelurahan yang merupakan pemekaran dari Aceh Singkil dan masih termasuk Suak Singkil Boang.

(15)

14

6. Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotany Dolok Sanggul yang terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pakkat, Parlilitan, dan Kecamatan Tara Bintang dan masih termasuk kedalam Suak Kelasen.

Luas wilayah yang menjadi wilayah persebaran masyarakat Pakpak keseluruhan adalah 8.331,12 km2 yang terdiri dari 52 Kecamatan dan 471 Desa/Kelurahan.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang penulis ambil terletak di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dimana daerah ini merupakan salah satu daerah atau wilayah bermukimnya suku Pakpak yang disebut dengan Suak Simsim dan sebagian daerah keppas.

Luas Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah 121.830 Ha. (1.218,30 Km2), terletak di wilayah pantai barat Sumatera Utara yaitu pada 2.000 – 3.000 Lintang Utara dan 96.000 – 98.000 Bujur Timur dengan ketinggian berkisar antara 250 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Kabupaten pakpak Bharat terbentuk dari dari hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi. Secara administratif Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 52 Desa dalam 8 (delapan) Kecamatan dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 48.520. Kabupaten Pakpak Bharat adalah : (1) Kecamatan Salak, (2) Sitellu Tari Urang Jehe, (3) Pangindar, (4) Sitellu Tali Urang Julu, (5) Pargeteng-geteng Sngkut, (6) Kerajaan, (7) Tinada, dan (8) Siempat Rube.

Adapun batas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:

(16)

15

 Sebelah barat berbatasan dengan : Kabupaten Aceh Singkil Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

 Sebelah utara berbatasan dengan : Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

 Sebalah selatan berbatasan dengan : Kecamatan Tara Bintang Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah.

Desa Sukaramai yang merupakan tempat dimana bapak Kami Capah Tinggal dan sekaligus menjadi tempat bengkel instrumen beliau berada pada wilayah Kecamatan Kerajaan. Adapun batas-batas wilayah dari desa sukaramai adalah :

 Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Kuta Saga.

 Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Surung Mersada.

 Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Pardomuan.

 Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Kuta Meriah.

2.3 Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Pakpak khusunya yang berada di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian pribadi yang dimiliki oleh seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja. Banyak warga Pakpak yang bekerja sebagai pedagang, petani, PNS (pegawai negeri sipil), guru, pegawai swasta, dan lain-lain.

(17)

16

palawija, durian dan jeruk jeruk. Menurut penuturan beliau, banyak diantara pegawai negeri sipil maupun pegawai suasta menekuni pekerjaan bercocok tanam selain dari pekerjaan utamanya. Begitu juga dengan para pedagang maupun pengusaha kecil memiliki ladang bercocok tanam serta menekuni kegiatan tersebut sebagai penopang hidup.

2.4 Sistem Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan Kerajaan adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk disana adalah suku Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari- hari penduduk disana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.

Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, Nias dan Jawa yang datang kedaerah Kecamatan Kerajaan, tetapi setelah tinggal beberapa lama disana, masayarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor Kelurahan.

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Pakpak, yaitu :

1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.

(18)

17

3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan,

4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah-tengah kampong karena dianggap tidak sopan, dan

5. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa mantera oleh guru (Naiborhu, 2002:51).

2.5 Sistem Kesenian 2.5.1 Seni Musik

(19)

18

sidua-dua, gerantung, mbotul dan gung. Sedangkan istilah oning-oningen digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone), yang pada penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik seperti upacara pernikahan (merbayo).

a. Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian

Gotchi adalah isntrumen musik yang disajikan dalam bentuk seprangkat (ansambel) yang terdiri dari : ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen.

Genderang sisibah adalah seperangkat gendang satu sisi yangterdiri dari Sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut siraja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang di iringinya karena ramai dan besarnya acara tersebut. Masing-masing nama dari kesembilan gendang tersebut dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah sebagai berikut :

a. Genderang I, Si raja gumeruhguh (suara bergemuruh) dengan pola ritmis menginang-inangi atau megindungi (induk).

b. Genderang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan pola ritem menjujuri atau mendonggil-donggili (mengangungkan, mentakbiri, menghantarkan).

(20)

19

d. Genderang VIII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi (menyeimbangkan).

e. Genderang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki atau tabil sondat (menghalang-halangi).

Untuk lebih jelas, dapat kita lihat pada gambar berikut :

Gambar 1 : Genderang Sisibah

Keterangan : Nomor pada penjelasan diambil dari gendering terbesar sampai terkecil seperti pada gambar.

Dalam bentuk sseperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah, yaitu panggora (penyeru), poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat) dan pong-pong (yang menetapakan). Instrumen lain yang digunakan adalah sarune (double reed oboe) dan cilat-cilat (simbal concussion). Dalam penyajiannya, ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara suka cita (kerja mbaik) saja pada tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja.

(21)

20

dalam genderang sisibah. Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik dalam tingakatan tertentu saja.

Selanjutnya adalah ensambel genderang Si lima yaittu seperangkat gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri darai lima buah gendang. Kelima gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII dan IX. Fungsi dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masing-masing seperti pada genderang sisibah. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam genderang sisibah.

Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja njahat) saja, seperti upacara kematian, mengongkal tulan (mengangkat tulang-tulang) pada tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.

Selanjutnya terdapat ensambel gendang sidua-dua. Ensambel gendang ini terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barrel drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang ibu) yaitu gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan) yaitu gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam instrument ini adalah empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat (simbal).

Ensambel ini biasanya digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendeger uruk) dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.

(22)

21

diatas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya, instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan.

Selanjutnya adalah ensambel oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari gendang sitelu-telu(membranophone single head), gung sada rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone). Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan (merbayo) dan untuk mengiringi tarian (tatak).

b. Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya.

Untuk melihat pembagian alat musik tradisional Pakpak dari cara memainkannya, dapat kita lihat dari tabel berikut.

Tabel 2.5.1 Pembagian alat musik berdasarkan cara memainkannya No Cara memainkan Alat Musik

1 Sipaluun Genderang, kalondang, gung, cilat-cilat, ketuk, mbotul, deng-deng, doal, gerantung, gendang si dua-dua.

2 Sisempulen Sarune, lobat, sordam

3 Sipiltiken Kucapi

2.5.2 Seni Suara

(23)

22

(i) tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian ratapan (lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi karena hal-hal mengharukan yang terdapat didalam hati penyajinya akan ditutur-tuturkan (dalam bahasa Pakpak: ibilang-bilangken, milangi) dengan gaya menangis (Pakpak : Tangis). Ada beberapa jenis tangis milangi yang terdapat pada masyarakat Pakpak, yaitu sebagai berikut.

a. tangis sijahe adlah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female song) menjelang pernikannya. Teks nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihannya karena akan meninggalkan keluarganya dan memasuki lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan agar orang-orang tua yang mendengar merasa iba dan member petuah-petuah tentang hidup berumah tangga. Nyanyian ini disajikan dalam bentuk melodi yang berubah-ubah (repetitif) dengan teks yang berubah-ubah. b. Tangis anak melumang, nyanyian ini disajikan oleh pria ataupun

wanita. Nyanyian ini berisi tentang kesedihan seseorang yang ditinggal mati orang tuanya. Nyanyian ini biasanya disajikan pada saat-saat tertentu, seperti ketika berada di hutan, di ladang, di sawah atau tempat-tempat sepi lainnya. Teksnya berubah-ubah dengan melodi yang sama. c. Tangis si mate adalah nyanyian ratapan (lament) kaum wanita ketika

(24)

23

ini adalah nyanyian strofik yang lebih mementingkan isi teks daripada melodi.

(ii) ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak bermain. Jenisnya terdiri dari , oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian jenis nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang diulang-ulang (repetitif).

a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si anak digendong sambil i orih-orihken (sambil menina bobokan si anak dalam gendongan) dengan nyanyian yang liriknya berisi tentang nasehat, cita-cita, harapan maupun curahan kasih sayang terhadap si anak.

b. Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya adalah cara menidurkannya, jika orih-orih disajikan dengan cara menggendong, maka oah-oah disajikan sambil mengayun si anak dalam ayunan.

c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain. Tujuannya adalah agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu sehingga si anak merasa terhibur dan tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan biasanya berisi tentang harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna.

(25)

24

terssebut di sajikan dengan cara bernyanyi. Ucapan tokoh yang dinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.

Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang pedoman-pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita. Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna nangen.

Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja Bayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya.

(iv) Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan daikalangan anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi secara chorus (koor) maupun solo chorus (nyayian solo yang disambut dengan koor). Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta kesuburan tanah kampungnya dan dinyanyikan dengan pengulangan melodi (repetitif) serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang disampaikannya.

(26)

25

muro (menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter dan gumpar4 yang dilambai-lambaikan ketengah sawah sambil menyanyikan ende-ende memuro rohi.

2.5.3 Seni Tari

Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak. Tatak pada masyarakat pakpak erat hubungannya dengan kegiatan upacara ataupun kerja dan juga sebagai hiburan atau pertunjukan. Tatak digunakan dalam kerja mbaik ataupun yang muda kepada yang lebih tua.

Suyuk

Gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun menghormati.

Memasu-masu

Gerakan ini digunakan oleh kula-kula kepada beru yang menyimbolkan pemberian berkat.

Mengembur

Gerakan ini digunakan untuk menyembah atau member hormat oleh beru kepada kula-kula.

4

(27)

26

Mengeleap

Gerakan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa kegiatan kerja sudah berhasil dilaksnankan.

Adapun beberapa jenis tatak yang digunakan untuk hiburan atau pertunjukan adalah sebagai berikut :

Tatak Menabi pange

Tatak ini dilakukan oleh para muda-mudi di ladang dan menggambarkan kegembiraan dari para muda-mudi. Hal ini terjadi karena pada zaman dahulu, para muda-mudi di daerah Pakpak hanya dapat bertemu dan berbicara lebih dekat pada saat masa panen. Tatak ini menggambarkan tentang kegembiraan dalam memanen padi.

Tatak Mendedah

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana seorang ibu mengasuh bayinya. Tatak ini hanya dilakukan oleh para perempuan.

Tatak Renggisa

Tatak ini menggambarkan tentang sepasang muda-mudi yang sedang kasmaran atau sedang jatuh cinta satu sama lain.

Tatak Garo-garo

Tatak ini mengambarkan tentang kegembiraan muda-mudi dalam masa panen. Tatak ini memiliki kemiripan dengan tatak menabi pange, namun dalam tatak garo-garo, hal yang digambarkan tidak hanya dalam memanen padi, melainkan mulai dari proses menanam sampai memanen padi tersebut.

(28)

27

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana proses memetik kopi yang dilaksanakan oleh para petani di daerah Pakpak.

Tatak Perampuk-ampuk

Tatak ini menggambarkan tentang keharmonisan yang terjalin antara kaum muda-mudi yang ada dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.

Tintoa serser

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Pakpak dalam membuka atau memulai suatu ladang pertanian yang dalam hal inj adalah persawahan.

Tatak Mengindangi

Tatak ini menggambarkan tentang suasana menumbuk padi pada masyarakat Pakpak.

Perlu diketahui bahwa tatak yang sifatnya hiburan ataupun pertunjukan biasanya hanya di laksanakan oleh para kaum muda-mudi. Serta untuk mengiringi tarian ini digunakan ensambel oning-oningen.

2.6 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada ikatan yang mengatur tata karma dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari dan ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada dan diterapkan dalam upacara-upacara adat termasuk juga dalam upacara kematian (kerja njahat).

2.6.1 Sulang Silima

(29)

28

tertentu dari seekor hewan seperti kerbau, lembu atau babi yang disembelih dalam konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian daging/jambar ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten atau yang melaksanakan upacara. Dalam masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.

a. kula-kula

kula-kula merupakan salah satu unsure yang paling penting dalam system kekerabatan pada masyarakat Pakpak.kula-kula adalah kelompok/pihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah (Tuhan yang dilihat). Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.

Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara kematian.

b. Dengan sebeltek/Senina

(30)

29

acara tersebut. Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena adanya hubungan pertalian darah, sesubklen/semarga, memiliki ibu yang bersaudara, memiliki istri yang bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.

c. Anak beru

Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat.

Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga.

Kelima kelompok diatas mempunyai pembagian sulang (jambar) yang berbeda, yaitu sebagai berikut :

Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan mendapat sulang per-punca naidep. Situaan (orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah pesta akan mendapat sulang per-isang-isang). Siditengah (keluarga besar dari keturunan anak tengah) akan mendapat sulang per-tulantengah. Siampun-ampun (keturunan paling bungsu dalam satu keluarga) akan mendapat sulang per-ekur-ekur.

(31)

30

Anak berru lah yang bertugas menyiapkan makanan serta menghidangkan selama pesta berlangsung.

2.7 Sistem Kepercayaan

Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun roh-roh nenek moyang yang dikultuskan (lihat, Naiborhu, 1988 : 22-26).

2.7.1 Kepercayaan Kepada Dewa-dewa

Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak,masyarakat mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber kehidupan. Masyarakat pakpak percaya terhadap Debata Guru/Batara Guru yang dikatakan dalam bahasa Pakpak Sitempa/Sinembe nasa si lot yang artinya maha pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan atau diistilahkan sebagai berikut.

Debata Guru/ Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan melindungi, yaitu :

1. Beraspati Tanoh.

Diberi symbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi segala tumbuh-tumbuhan. Jadai, jika seorang orang tua menebang pohon bamboo, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus permisi kepada Beraspati Tanoh.

(32)

31

Tunggung Ni Kuta ini diyakini mempunyai peranan untuk menjaga dan melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Karena itu, maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut :

a. Lapihen, yaitu terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan yang berbentuk mantra atapun ramuan obat-obatan serta ramalan-ramalan.

b. naring, yaitu wadah berisi ramuan untuk pelindung kampung. Apabila suatu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan.

c. Pengulu balang, yaitu sejenis patung yang terbuat dari batu yang berfungsi untuk memberikan sinyal berupa gemuruh sebagai tanda gangguan, bala, musuh, atau bpenyakit bagi suatu desa.

d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.

e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi kehidupan manusia apabila diberi sesajen.

f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular yang digunakan untuk menjerat musuh.

(33)

32

h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan musuh.

i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan danau.

j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.

2.7.2 Kepercayaan Kepada Roh

Kepercayaan kepada roh-roh meliputi :

a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meniggal mempunyai kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang. b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara

turun temurun.

c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu Sinambela, yaitu roh orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di dalam air atau sungai.

d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari tempat lain dan dapat membuat orang menjadi sakit secara tba-tiba.

(34)

33

2.8 Biografi Singkat Bapak Kami Capah 2.8.1 Pengertian Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah, biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas.

Sebuah biografi biasanya menganalisia dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

(35)

34

tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) Pikirkan, hal apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih banyak anda utarakan dan tuliskan.

(36)

35

beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs: (www.infoplease.com/homework/wsbiography.html).

2.8.2 Alasan Dipilihnya Kami Capah

Dalam tulisan ini, penulis memilih Kami Capah sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Pakpak diantaranya adalah: (a) Beliau adalah salah satu orang yang dapat membuat Kucapi yang merupakan alat musik tradisional suku Pakpak; (b) Beliau dapat memainkan alat musik Kucapi Pakpak dengan sangat baik; (c) Kucapi Pakpak hasil buatan Kami Capah banyak dipakai oleh para masyarakat baik di desa tempat Kami Capah tinggal ataupun di luar desa tersebut; (d) pengalaman beliau yang merupakan anak dari pembuat Kucapi Pakpak yang membuat Kami Capah menjadi orang yang lebih paham mengenai alat musik tradisional Pakpak.

(37)

36

Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan dimensi waktu, ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik tradisional Pakpak, dalam hal ini Kucapi adalah salah satu instrumen musik tradisional suku Pakpak dan juga akan membahas bagaimana pengalaman hidup beliau, tanggapan masyarakat khususnya masyarakat di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat mengenai bentuk instrumen musik tradisional Pakpak yang dibuat oleh beliau yang sama sekali tidak ada perbedaan dengan yang terdahulu, khususnya pada instrumen Kucapi Pakpak, bagaimana pendapat orang mengenai dirinya, dan hal-hal lain.

2.8.3 Biografi Kami Capah

Biografi Kami Capah yang akan dideskrpsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek-aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, kehidupan sebagai pembuat alat musik dan tenggapan masyarakat khususnya para seniman musik di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat mengenai keberadaan Kami Capah, khususnya mengenai Kucapi buatan beliau tersebut.

2.8.3.1 Latar Belakang Keluarga

Kami capah lahir di desa Sukaramai, kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat pada tanggal 23 November 1965, anak dari bapak A. capah dan ibu S. br Limbong. Bapak Kami Capah lahir dari keluarga seniman, dimana ayah dari beliau adalah seorang pemain Kucapi. Latar belakang keluarga yang akrab dengan musik yang membuat bapak Kami Capah akrab dengan musik tradisional Pakpak.

(38)

37

tidak dihiraukan oleh orang tua beliau. Akan tetapi setelah melihat keseriusan beliau, maka ayah beliau mulai mengajari beberapa teknik untuk membuat alat musik tradisional Pakpak.

Bapak Kami Capah adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Melak Hot Capah (perempuan)

2. Kami Capah ( laki-laki, pembuat kucapi) 3. Riris Capah (perempuan)

4. Hotma Capah (perempuan) 5. Santiaman Capah (perempuan) 6. Sahmin Frida Capah (perempuan) 7. Hilman Capah (laki-laki)

2.8.3.2 Latar Belakang Pendidikan

Bapak Kami Capah menginjakkan pendidikan SR (Sekolah Rakyat) pada tahun 1963, dan hanya menjalani bangku sekolah sampai kelas 5 saja. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya dan kurangnya motivasi untuk sekolah dilingkungan tempat tinggalnya pada masa itu.

2.8.3.3 Berumah Tangga

Bapak Kami Capah menikah pada bulan desember 1984 dengan istrinya Siti Mawan Hutasoit, dari pernikahan mereka lahirlah 4 orang anak, 2 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:

1. Sondang Tiurma Capah (anak sulung, perempuan) 2. Masrani Makin Jelita Capah (perempuan)

(39)

38

4. Roy Bren Adi putra Capah (anak Bungsu, laki-laki)

Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai petani dan sekaligus sebagai pembuat alat musik tradisional Pakpak khususnya Kucapi di rumah beliau yang beralamat di desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.

2.8.3.4 Kami Capah Sebagai Pemusik Tradisonal Pakpak

Kemampuan bermusik khususnya musik tradisional Pakpak sudah dimiliki oleh bapak Kami Capah sejak masa kanak-kanaknya, dikarenakan latar belakang orang tua beliau yang merupakan seorang praktisi musik tradisional Pakpak di desa Sukaramai, ayah beliau bapak A. Capah adalah seorang pemusik tradisional Pakpak.

Sejak memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah, beliau memilih untuk membantu orang tuanya bekerja di ladang sambil mengembangkan kemampuan bermain musiknya. Banyak pekerjaan yang beliau lakoni selama proses belajarnya yakni, buruh tani, kuli bangunan dan banyak hal lainnya.

(40)

39

Pakpak lebih kepada musik pop Toba, Karo ataupun Simalungun. Hal ini diungkapkan oleh bapak Pandapotan, dikarnakan oleh kemampuan masyarakat Pakpak dalam memahami bahasa dari etnis-etnis tadi. Kurangnya minat masyarakat mengakibatkan hasil rekaman dari band ini tidak terjual habis.

Oleh karena alasan yang disebutkan diatas, pada awal tahun 80an, bapak Kami Capah beserta rekan satu bandnya mencoba untuk beralih ke musik tradisi. Hal ini disebabkan karena personil band ini menganggap tidak dapat hidup dari gendre musik yang di jalani sebelumnya. keinginan daripada band ini langsung terpenuhi dengan adanya Lomba Karya Cipta Lagu Pakpak yang diadakan oleh Pemerintahan Kabupaten Dairi pada masa itu. Grup ini kemudian mendapat juara I pada perlombaan itu dan mendapat mandat untuk mengikuti kegiatan budaya yang di laksanakan oleh Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara pada masa itu.

Setelah mendapat juara dan menjadi utusan dari Kabupaten Dairi pada masa itu, bapak Kami Capah dan rekan-rekannya menetapkan pendirian untuk tetap bermain musik tradisi. Hal tersebut diatas menjadi awal karir musik tradisi beliau. Banyak event yang sudah di ikuti oleh beliau seperti : Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), Pesta Persatuan Marga Pakpak di Jakarta, Peresmian Kabupaten Pakpak Bharat serta event-event yang diakan olek Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat sampai saat ini.

2.8.3.5 Kami Capah Sebagai Pembuat Kucapi

(41)

40

musik tradisional menjadikan beliau berpikir untuk membuat alat musik tradisional. Alat musik yang awalnya dapat dibuat oleh bapak Kami Capah adalah Lobat.

Kemampuan dalam membuat instrumen musik tradisional masyarakat Pakpak yakni Kucapi, diperoleh bapak Kami Capah semenjak beliau beralih untuk memainkan musik tradisi. Kemampuan membuat alat musik tradisi yang pernah beliau dapat dari orang tua kemudian di perdalam sendiri oleh beliau. Berawal dari pengalaman dan tuntutan sebagai pemain musik tradisi, maka beliau memperdalam kemampuannya membuat instrumen kucapi Pakpak.

(42)

41

Hal ini dibenarkan oleh bapak Dayo Sinamo (pemain kucapi pakpak), bapak Pandapotan Solin (pemusik tradisi Pakpak) dan bapak Glora Sinamo, yang menyebutkan bahwa Kucapi buatan Bapak Kami Capah memiliki kualitas dan suara yang bagus5. Bapak Glora Sinamo dalam sebuah wawancara dengan penulis menyebutkan bahwa, kucapi buatan Kami Capah memiliki kualitas yang bagus. Beliau menambahkan, bahwa Kami Capah dapat membuat ukuran kucapi yang pas dengan si pemesan. Hal ini menurut beliau berbeda dengan beberapa pembuat yang beliau kenal, karena pada umumnya ukuran kucapi bervariasi sesuai dengan ukuran badan si pemain.

5

(43)

42

BAB III

KAJIAN ORGANOLOGIS KUCAPI PAKPAK

3.1. Perspektif Sejarah Kucapi Pakpak

Asal usul kucapi pada kebudayaan musikal Pakpak sampai saat ini sepanjang pengetahuan penulis belum dapat dipastikan berasal dari mana, baik penyebaran maupun proses penciptaannya. Namun, dari hasil penelitian di lapangan serta hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa informan diharapkan dapat memberikan gambaran tentang asal-usul kucapi ini.

Menurut pengakuan informan yang penulis jumpai, asal-usul kucapi umumnya adalah dalam bentuk sukut-sukuten (cerita rakyat) yang dapat dikatagorikan keapada legenda.

3.1.1 Legenda Asal-usul Kucapi

Menurut hasil wawancara dengan bapak Dayo sinamo, memaparkan hal yang sama tentang legenda asal-usul kucapi6. Menurut informan, Konon dahulu, dinegeri Pakpak terdapatlah sebuah kerajaan termashur, yang dipimpin oleh Raja bijaksana bernama “Sihaji” dengan isteri atau permasuri yang rupawan bernama Bindohara. Raja (Sihaji) dikarunia tujuh puteri. Dari antara ketujuh puteri tersebut terdapat anak yang paling disayanginya yakni si bungsu bernama Nantampuk Emas. Perlakuan sang raja kepadanya berbeda dengan putri lain, kerna ia ditempatkan ditempat tersendiri yakni Jerro Silendung Bulan. Ia bermain dan bersendau gurau setiap hari ditempat itu, menyendiri sementara kakak-kakaknya

6

(44)

43

berada ditempat lain dilingkungan istana. Kebutuhannya serba berkecukupan, tidak kurang sesuatu apapun. Hal ini seringkali membuat puteri lainnya cemburu. . Sementara itu, ditempat lain terdapat pula kerajaan lain, yang masih memilki hubungan dengan Sihaji. Rajanya mempunyai putera tunggal. Pada suatu ketika, saat nantampuk emas beranjak dewasa, sebagaimana biasanya perempuan dilingkungan Pakpak, ketujuh puterinya diperintahkan melakukan kikir gigi atau dalam adat pakpak disebut “merlentik”. Agar terlihat lebih cantik sehingga dilirik oleh pangeran-pangeran atau lelaki baik dari negeri sendiri mapun dari negeri lain. Untuk itu ketujuh puteri diwajibkan mempersiapkan alat khususnya “kayu baja”, yang nantinya akan dibakar dimana minyaknya akan dioleskan keseluruh gigi. Diantara ketujuh puteri itu tidak ketinggalan tentunya bagi Natampuk Emas diberikan perintah lebih khusus yakni diharuskan menemukan kayu “baja tonggal7” yang disadari sangat sulit memperolehnya. Lalu ketujuh puteri Raja berangkatlah kehutan, mencari kayu baja. Keenam puteri lainnya, lebih mudah mendapatkan barang yang dicari sehingga lebih dahulu pulang ke istana. Sementara Nantampuk Emas, harus memasuki hutan sampai tujuh lapis dan ia berjalan terus selama tujuh hari tujuh malam.

Sementara itu, pada waktu yang hampir bersamaan Raja Kerajaan tetangga memerintakan pula putera tunggalnya agar berangkat ke Kerajaan yang dipimpin Si haji pamannya untuk meminang salah satu puterinya untuk dijadikan permasuiri. Untuk bisa mencapai daerah Kerajaan Si Haji, dia harus melalui hutan “rambah keddep”.Ditengah perjalanan terdapat sebuah gua yang sangat dalam dan konon dihuni olah mahluk halus, angker dan jarang orang mau melewati daerah

7

(45)

44

(46)

45

impalnya putri Si Haji serta pesan oarngtuanya yang mengharuskan berjumpa dengan sang putri kemudian menguatkan hatinya. Lalu dengan berat hati ia bersedia memenuhi permintaan sang penghuni gua. Dan iapun dibiarkan lewat.

(47)

46

Sejak itu dari atas pohon ia bernangen untuk memberi peddah atau nasehat kepada Tagandera. Ia mengingatkan Tagandera, agar apabila kelak ia membawanya ke Jerro Silendung Bulan dimintakan agar tunduk kepada adat manusia. Ia harus mengenakan kain sarung atau celana, berjalan dengan menggunakan kaki atau berdiri dan tidak melompat-lompat, memakan makanan dengan sopan, harus selalu mandi dan tidur pada waktunya. Banyak lagi nasehat yang disampaikannya untuk dipatuhi Tagandera, dan diiyakan untuk dipatuhi Tagandera. Sekain lama sesudahnya, mereka seia sekata dan membangun “bulaban” (perjanjian atau komitmen), barang siapa diantaranya yang ingkar terhadap perjanjiannya akan mendapatkan bala. Lalu mereka sepakat turun dari pohon Peldang Sipitu, pulang menuju istana Si Haji dan Jerro Silendungbulan.

Setiba di depan istana, kakak-kakaknya menatap dari kejauhan dan melihat adiknya Nantampuk Emas bergandengan tangan dengan seekor kera. Mereka terkejut dan segera melaporkan hal itu kepada Raja. Mereka memprotes perilaku Nantampuk Emas karena bersahabat dengan hewan. Sementara itu, Nantampuk Emas tidak mengacuhkannya dan menceritakan apa yang menjadi komitmen mereka kepada sang Raja. Meskpiun keenam kakaknya mencibir dan mengejeknya. Sang Raja bisa memaklumi permintaan Nantampuk Emas, dan membiarkan Tagandera tinggal didalam istana.

(48)

47

serta mengisi wadah air yang terbuat dari bambu. Karena tidak menaruh curiga, Nantampuk Emas pun pergi melaksanakan perintah kakak-kakaknya.

Setelah merasa cukup jauh dari istana, ke enam kakak dari Nantampuk mas pun menyuruh anjing peliharaan mereka untuk menyerang Tagandera. Tanpa ampun tagandera dicakar dan diterkam oleh anjing suruhan dari kakak-kakaknya tadi. Tagandera pun mati dengan luka cabikan di seluruh tubuhnya dan keenam kakaknya menaruh si Tagandera di kandang ayam yang berada di belakang istana.

Sesampainya di sungai, Nantampuk mas mulai mencuci kain yang sudah diberikan oleh kakaknya. Namun kain tersebut tetap berwarna hitam dan sangat sulit untuk di bersihkan. Karena tidak ingin mengecewakan kakak-kakaknya, Nantampuk mas berusaha beberapa kali untuk mencuci kain tadi. Nan tampuk Mas pun mulai merasa tidak tenang dan merasa curiga. Kemudian dia mencoba untuk mengisi wadah bamboo tadi dengan air, namun wadah tersebut tidak kunjung terisi penuh. Nantampuk Mas semakin curiga dan mulai memeriksa wadah tadi dan mendapati bagian bawah dari wadah tersebut sudah di bocori.

(49)

48

jawaban kakaknya Nantampuk mas pergi menuju tempat yang sudah disebutkan oleh kakaknya. Alangkah terkejutnya Nantampuk Mas mendapti Tagandera suaminya telah meninggal dengan luka yang sangat parah.

Nantampuk Mas menangis dan memeluk mayat Tagandera suaminya kemudian membersihkan lukanya. Nantampuk mas pun membawa si Tagandera menuju Jerro Silendung Bulan dan kemudian menangisinya disana selama tujuh hari lamanya. Walaupun sudah tujuh hari di letakkan di Jerro Silendung Bulan, mayat Tagandera tidak mengeluarkan bau bahkan tetap wangi. Pada hari ketujuh, tubuh dari si Tagandera bergerak dan hidup kembali. Hal pertama yang diucapkan oleh Tagandera setelah hidup kembali adalah meminta untuk dimandikan. Nantampuk Mas sangat terkejut melihat hal itu dan dia pun segera memandikan tubuh si Tagandera.

Setelah Tagandera dimandikan oleh Nantampuk Mas, Tagandera berubah wujud menjadi manusia dengan paras yang tampan dan sudah dapat berkomunikasi layaknya manusia biasa. Kemudian Nantampuk Mas membawa Tagandera menghadap kepada ayahnya. Tagandera pun menceritakan kepada raja bahwa dia adalah anak dari saudari raja yang berada di kerajaan lain dan disuruh oleh ibunya untuk menemui raja Si haji untuk meminang salah satu putrinya. Sang raja pun menyetujui keinginan Tagandera dan merestui jika Tagandera ingin mempersunting Nantampuk Mas.

(50)

49

Mas yang jadi istrinya?”. Mereka memprotes keputusan dari sang raja. Akan tetapi, mengingat kegigihan dan ketulusan dari Nantampuk mas untuk merawat Tagandera, maka sang raja pun mengambil kebijakan dan mengadakan pesta besar di kerajaannya. Untuk menghormati keenam putrinya yang lain maka, raja memotong 7 kerbau sebagai lambang untuk ketujuh putrinya. Berdarsarkan cerita diatas, dipercayai oleh masyarakat Pakpak adalah asal usul dari Kucapi Pakpak. Patung wanita yang terdapat pada kepala kucapi melambangkan nantampuk mas, kepala monyet di ekor kecapi melambangkan Tagandera dan lagu-lagu yang dimainkan pada kucapi merrupakan nasehat-nasehat yang di sampaikan oleh Nantampuk Mas kepada si Tagandera.

3.2. Klasifikasi Kucapi Pakpak

Dalam mengklasifikasikan instrumen kucapi, penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu:

”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu: Idiofon,(penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri), Aerofon, (penggetar utama bunyinya adalah udara), Membranofon, (penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran), Kordofon, (penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai).

(51)

50

dengan sub klasifikasi kucapi dikategorikan sebagai two-strenged fretted-necked lute.

3.3. Konstruksi Bagian Yang Terdapat Pada Kucapi Pakpak

Untuk membahas bagian konstruksi dari kucapi ini, penulis mengacu pada Kucapi buatan Bapak Kami Capah.

Instrumen Kucapi ini memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi masing-masing, antara lain :

 Kepala (Takal) adalah bagian kepala dari kucapi ini adalah tempat dimana setelan akan dibuat. Bagian kepala ini juga merupakan tempat dari ornamentasi dari kucapi itu sendiri yang berupa patung seorang wanita yang pada kebudayaan masyarakat Pakpak bernama Nantampuk Mas.

 Leher (Kerahung), adalah bagian badan dari kucapi yang terletak di bawah kepala kucapi, dimana pada bagian ini terdapat kruis.

 Perut (Beltek), merupakan bagian yang berada di bawah leher kucapi yang merupakan bagian tutup lobang resonator dan pada bagian ini terdapat bagian pengait senar (boncit).

 Lubang resonator, bagian dari kucapi ini merupakan lubang yang terdapat pada bagian bawah kucapi yang berfungsi sebagai pengeras suara yang dihasilkan oleh kucapi.

(52)

51

(53)

52

Ukuran dan bagian-bagian sarune yang penulis paparkan berikut ini adalah sesuai dengan ukuran kucapi buatan bapak Kami Capah, yang terbuat dari badan kucapi itu sendiri maupun dibuat secara terpisah. Dapat dilihat pada gambar berikut ini.

3.4.1 Ukuran Bagian Kepala (Takal)

Bagian Kepala atau yang pada kebudayaan Pakpak disebut takal ini memiliki ukuran sepertiga dari kucapi keselurhan, pada bagian kepala ini juga terdapat bagian untuk meletakkan setelan (kupingan) yang berfungsi sebagai tempat melekatkan senar serta berfungsi untuk menyetem suara dari kucapi itu sendiri.

Berikut ini adalah ukuran dari pada kepala kucapi buatan bapak Kami Capah, antara lain :

(54)

53

 Panjang tempat meletakkan setelan : 6 cm.

 Lebar tempat meletakkan setelan : 5 cm.

 Panjang setelan : 7 cm.

 Lebar bagian ujung setelan : 2 cm.

Gambar 4 : Gambar ukuran bagian kepala kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

3.4.2 Ukuran Bagian Leher (Kerahung)

B agian leher (Kerahung) adalah bagian badan kucapi dimana pada bagian ini terdapat kruis-kruis atau pada gitar disebut fret yang berfugsi sebagai tempat untuk menghasilkan nada-nada pada kucapi tersebut. Berikut ini adalah ukuran bagian-bagian leher yang terdapat pada kucapi buatan bapak Kami Capah, antara lain :

(55)

54

 Panjang ruas kruis I : 3 cm.

 Panjang ruas kruis II : 3 cm.

 Panjang ruas kruis III : 3 cm.

Gambar 5 : gambar ukuran bagian kerahung (Dokumentasi penulis)

4.3.3 Ukuran Bagian Perut (Beltek)

Bagian perut (Beltek) adalah bagian kucapi yang berada pada tengah-tengah dari keseluruhan bagian kucapi tersebut. Pada bagian perut ini terdapat pusar (Boncit), yang berfungsi sebagai tempat untuk mengaitkan senar. Berikut ini adalah ukuran bagian-bagian yang terdapat pada bagian perut yang terdapat pada kucapi buatan bapak Kami Capah, antara lain :

 Panjang perut : 20 cm.

 Lebar perut : 9,5 cm.

(56)

55

 Lebar boncit : 3 cm.

 Tinggi boncit : 2 cm.

Gambar 6 : Gambar ukuran bagian perut kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

(57)

56

3.4.4 Ukuran Bagian Lobang Resonator

Lobang resonator adalah bagian yang terdapat pada bagian bawah kucapi, berbentuk trapesium dan berfungsi sebagai pengeras suara yang dihailkan oleh kucapi tersebut. Jika pada instrumen serupa yang terdapat pada kebudayaan suku lain seperti Hasapi pada masyarakat Batak Toba, lubang ini memiliki fungsi sebagai penghasil warna bunyi untuk kebutuhan tertentu. Tidak demikian halnya pada kucapi ini, lubang resonator ini memiliki fungsi untuk memperkuat suara yang dihasilkan oleh kucapi tersebut. Berikut ini adalah ukuran dari lubang resonator pada kucapi buatan bapak Kami Capah, antara lain :

 Panjang lubang : 13 cm.

 Lebar lubang : 4,1 cm.

Gambar 8 : Gambar ukuran lubang resonator (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

3.4.5 Ukuran Bagian Ekor (Ekur)

(58)

57

adalah ukuran bagian ekor yang terdapat pada kucapi buatan bapak Kami Capah, antara lain :

 Panjang ekor : 18 cm.

 Ukuran kepal monyet : 3 cm.

Gambar 9 : Gambar ukuran bagian ekor kucapi (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

3.5 Bahan Baku Yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kucapi bapak Kami capah ini adalah bahan-bahan yang terdapat didaerah lingkungan tempat tinggal beliau. Walaupun demikian, bebrapa dari bahan baku dalam pembuatan kucapi ini sulit didapatkan. Hal ini menurut beliau dikarnakan banyaknya wilayah hutan yang dijadikan sebagai lahan perkebununan.

Berikut ini penulis akan menjelaskan mengenai bahan-bahan dalam pembuatan kucapi buatan bapak Kami Capah serta fungsi masing-masing dari bahan tersebut.

3.5.1 Kayu Pohon Ngeccih (Shizopheae sperrum)

(59)

58

(Shizopheae sperrum). Hampir seluruh bagian dari kucapi ini berasal dari pohon tersebut, hanya bagian kupingan yang terbuat dari bahan lain. Kayu ini adalah kayu alternatif pengganti kayu yang biasa digunakan dalam pembuatan kucapi ini. Awalnya, bahan baku yang digunakan berasal dari pohon Purbari. Alasan utama kenapa kayu ini digunakan menurut bapak Kami Capah adalah selain sulitnya menemukan kayu yang biasa digunakan adalah karena kayu ngeccih ini memiliki serat yang padat dan mudah dibentuk. Walaupun demikian, menurut bapak kami capah adalah hal yang sulit untuk menemukan kayu ngeccih yang tepat untuk pohon yang sudah berumur tua, karena kayu yang berumur tua biasanya memiliki pohon yang besar serta kuat dan mudah dibentuk shingga hasil badan kucapi yang akan dibuat akan bersuara lebih nyaring, kuat dan tahan lama. Pemilihan pohon

(60)

59

Gambar 10 : Kayu Pohon Nggeccih (Dokumentasi Batoan L Sihotang).

3.5.2 Kayu Damar laut

Kayu dammar laut adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat kupingan dari kucapi buatan bapak Kami Capah. Kayu ini dipilih karena kayu ini memilik tekstur yang lebih kuat dibandingkan dengan kayu ngeccih, sehingga kayu ini dapat dibentuk menjadi bagian yang kecil. Alasan lainnya kenapa kayu ini dipilih adalah karena kayu ini memiliki serat yang banyak dan kuat sehingga dapat di buat belahan kecil sebagai tempat melekatkan senar. Kayu yang digunakan biasnya berasal dari sisa-sisa kayu pertukangan ataupun dari kayu pembakaran yang digunakan sehari-hari, serta memiliki tekstur yang sangat kering.

(61)

60

3.5.3 Tali Pancing (Nilon)

Bahan berikutnya yang diperlukan dalam pembuatan kucapi ini adalah nilon (tali pancing). Bahan ini digunakan sebagai bahan pengganti senar yang biasa pada kucapi. Awalnya bahan yang digunakan sebagai senar pada kucapi ini adalah riman. Saat ini, bahan ini sudah susah didapatkan sehingga bahan ini diganti dengan nilon. Menurut bapak Kami Capah dan Dayo Sinamo, alasan penggunaan nilon ini adalah karena suara yang dihasilkan sangat mirip. Nilon yang digunakan adalah nilon yang mudah didapatkan pada tempat penjualan alat-alat pancing. Nilon yang digunakan adalah nilon yang berasal dari tali pancing yang berukuran sedang.

Gambar 12 : Nilon (Senar), (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

3.5.4 Filter Rokok

(62)

61

Gambar 13 : Filter rokok (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

3.6 Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kucapi ini adalah alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bapak Kami Capah. Alat-alat yang digunakan tergolong sederhana dan membutuhkan tenaga manusia dalam menggunakannya. Berikut adalah alat-alat yang digunakan oleh bapak Kami Capah dalam pembuatan kucapi tersebut.

3.6.1 Parang

Parang yang digunakan adalah jenis parang yang digunakan dalam kehidupan seharai-hari, yaitu parang yang berukuran besara dan bergagang kayu. Fungsi dari parang ini adalah untuk memotong kayu, membentuk balok kayu menjadi bentuk kasar kucapi dan mengikis permukaan kucapi.

(63)

62

3.6.2 Ketam Listrik

Ketam listrik ini digunakan pada tahap awal saja, yakni untuk menipiskan balok kayu yang sudah tersedia sehingga mendapatkan ukuran yang diinginkan. Ketam listrik ini adalah alat pertukangan yang dimiliki oleh bapak Kami Capah semasa berprofesi sebagai tukang bangunan.

Gambar 15 : Ketam listrik (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

3.6.3 Gergaji

Gergaji digunakan untuk memotong bagian penutup perut serta membentuk bagian-bagian yang menurut bapak Kami Capah diperlukan alat ini.

(64)

63

3.6.4 Pahat

Pahat adalah alat yang digunakan oleh bapak Kami Capah membuat lobang yang terdapat pada bagian perut kucapi. Pahat juga digunakan untuk membuat lubang resonator yang berada di bawah perut kucapi.

Gambar 17 : Pahat (Dokumentasi Batoan L Sihotang)

3.6.5 Palu-palu

palu-palu adalah sejenis alat pukul yang terbuat dari potongan kayu, berukuran segenggaman tangan dan memiliki panjang tiga kali genggaman tangan. Palu-palu ini digunakan dalam proses pelobangan bagian perut kucapi dengan cara menokok pahat dalam proses melobangi bagian perut kucapi.

Gambar

Gambar 1 : Genderang Sisibah
Gambar 2  : bagian-bagian yang terdapat pada kucapi (Dokumentasi Batoan L
Gambar 4 : Gambar ukuran bagian kepala kucapi (Dokumentasi Batoan L
Gambar 5 : gambar ukuran bagian kerahung (Dokumentasi penulis)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat musik apa saja yang digunakan dalam Bentuk Penyajian Musik Tari Anggun Pola Pada Masyarakat Pakpak di Desa Singgabur Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten

Nangen nandorbin adalah salah satu genre musik vokal (nyanyian) dalam masyarakat Pakpak yang dilakukan secara turun- temurun dan hanya digunakan dalam konteks

Parameter yang diamati meliputi: skala usaha, umur peternak dan pengalaman beternak yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat..

banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memotivasi penulis dalam.. menyelesaikan

Sordam terdiri atas tujuh lubang, satu sebagai lubang hembusan, empat lubang.. nada, satu lubang penyelaras nada dan satu lubang

Untuk mendeskripsikan alat musik, penulis berpedoman pada teori yang. dikemukakan oleh Susumu Kashima, 1978:174,yang mengatakan

Kabupaten Pakpak Bharat ibukotanya Salak yang terdiri dari 8 kecamatan.. dan

Lokasi penelitian penulis yaitu ambil di Desa Kuta Meriah, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dimana daerah ini merupakan salah satu wilayah permukiman suku Pakpak