• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Kehamilan Diluar Nikah dan Putus Sekolah di Kalangan Remaja Putri di Desa Patumbak 1 (Studi Kasus Pada Remaja Putri Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan dalam arti luas merupakan sebuah usaha manusia yang

dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia yang

berlangsung sepanjang hidupnya. Pendidikan yang mahal kerap di

sangkut-pautkan dengan kemiskinan dan pendapatan masyarakat yang beragam, dan

kemiskinan mengakibatkan sulitnya anak-anak Indonesia mendapatkan

pendidikan. Mahalnya pendidikan menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan

keterbatasan masyarakat yang berpendapatan rendah memperoleh pendidikan

yang layak. Masalah ini merupakan masalah besar yang dihadapi oleh Indonesia

yang sampai saat ini belum dapat diatasi. Masalah klasik ini semakin lama

semakin marak terjadi walau pun sudah dilakukan berbagai upaya namun masalah

ini belum juga terselesaikan.

Dalam Kompas.Com disebutkan bahwa berdasarkan pendataan yang

dilakukan oleh BPS tahun 2013, rata-rata nasional angka putus sekolah usia 7-12

tahun mencapai 0,67 persen atau 182.773 anak; usia 13-15 tahun sebanyak 2,21

persen atau 209.976 anak; dan anak usia 16-18 tahun lebih tinggi yaitu mencapai

(2)

Dari data di atas maka pemerintah berusaha dan berupaya menyeleseaikan

masalah tersebut dengan menetapkan program pemberian dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) yang dimaksudkan sebagai bantuan pada sekolah/

madrasah/sanawiah dalam rangka membebaskan iuran siswa namun sekolah tetap

dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Meski

dana BOS diharapkan dapat meningkatkan jumlah keikutsertaan peserta didik,

tapi masih banyak anak- anak yang tidak dapat bersekolah, putus sekolah, tidak

dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang pendidikan berikutnya. Salah

satu penyebab alasan tersebut adalah orang tua/keluarga tidak mampu dalam

memenuhi kebutuhan pendidikan lainnya seperti baju seragam, buku tulis, sepatu,

biaya transportasi maupun biaya pendidikan lainnya yang tidak ditanggung oleh

dana BOS. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan lagi program Bantuan Siswa

Miskin (BSM). Program BSM adalah program nasional yang bertujuan untuk

menghilangkan halangan siswa/siswi miskin dalam berpartisipasi dalam

bersekolah dengan membantu siswa/siswi miskin memperoleh akses layanan

pendidikan yang layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk

kembali bersekolah, membantu siswa dalam memenuhi kebutuhan kegiatan

pembelajaran, mendukung program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

(bahkan sampai tingkat menengah atas), serta membantu kelancaran program

sekolah. Tidak hanya itu, pemerintah juga menjalankan program BKM

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga kurang/tidak

mampu akan layanan pendidikan jenjang sekolah lanjutan atas dan sederajat

(3)

Dari berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah diharapkan

masalah putus sekolah dapat diatasi. Namun pada kenyataannya saat ini masih

banyak terjadi kasus anak putus sekolah di Indonesia. Hal ini mengubah

pandangan bahwa kemiskinan bukan lagi menjadi faktor utama dalam

penghambat pendidikan. Saat ini yang terjadi adalah putus sekolah tidak hanya di

alami oleh masyarakat berperekonomian rendah, melainkan oleh masyarakat

berperekonomian menengah atau bahkan menengah atas. Hal ini seperti yang

terjadi pada Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Desa Patumbak merupakan desa perkebunan. Dahulunya desa ini

dikelilingi oleh perkebunan tembakau, namun kini telah beralih keperkebunan

kelapa sawit. Penduduk asli Desa Patumbak (Senembah) adalah Suku Karo dan

Melayu, kemudian datang kaum migran dari berbagai suku bangsa di nusantara

yang di domonasi oleh Suku Simalungun dan Suku Jawa yang pada dasarnya

didatangkan sebagai buruh perkebunan dan buruh tani yang sekarang sudah

beralih menjadi buruh pabrik. Kemudian di susul oleh Suku Minang dan Suku

Batak, serta suku lainnya sehingga pada saat ini penduduk dominan di desa ini

adalah Suku Jawa dan Suku Karo yang sebagian besar penduduk masih bekerja

sebagai buruh, yaitu yang terdiri dari buruh tani, buruh bangunan, buruh sebagai

pembantu rumah tangga, dan buruh pabrik. Menurut hasil survei 2011 dari BPS

Kabupaten Deli Serdang, populasi penduduk Desa Patumbak telah mencapai

20795 rumah tangga, dengan jumlah penduduk 88961 jiwa, dimana terdiri dari

(4)

Lain suku, lain kebiasaannya. Salah satunya tampak dalam bidang

pendidikan. Latar belakang pendidikan pada setiap keluarga memang berbeda-

beda, namun secara umum rata- rata pasangan suami istri hanya mengecam

pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD), dikarenakan tidak adanya sarana

pendidikan di desa ini pada saat itu. Dahulunya desa ini termasuk dalam desa

yang masih primitif, hal ini ditandai oleh orang-orang terdahulu (orang tua saat

ini) yang tidak mengenal baca tulis pada masa kini. Oleh karenanya penduduk

desa khususnya para orang tua ingin anaknya bersekolah agar tidak mengalami

nasib seperti para orang tua terdahulu yang tidak mengenal baca tulis dan nantinya

bekerja hanya menjadi seorang buruh. Maka para orang tua bekerja keras dan

semangat dalam mencari nafkah agar anak- anaknya dapat sekolah. Ini ditandai

dengan tidak hanya suami yang bekerja, tetapi sang istri juga ikut bekerja untuk

menambah penghasilan keluarga dan mampu memberikan pendidikan yang layak

bagi anak-anaknya. Namun di sisi lain, akibat hal tersebut membuat para orang

tua tidak mengetahui bagaimana perkembangan anak- anaknya, karena

kebanyakan orang tua menitipkan anak mereka dengan neneknya bahkan di asuh

oleh tetangga mereka, akibatnya sang anak mengalami kurang sosialisasi,

perhatian dan kasih sayang dalam keluarganya sehingga dampaknya si anak akan

mencari perhatian dari orang lain seperti teman dekat yang di anggap bisa

memberikan perhatian kepada mereka. Hal ini lah yang nantinya menimbulkan

anomi dalam perkembangan anak yang sangat mempengaruhi pada kenakalan

anak ketika beranjak remaja yang salah satunya adalah menikah di usia muda (

(5)

Pengaruh sosial seperti kurangnya kehangatan dari orang tua akan

memberikan penilaian negatif dari orang tua yang menyebabkan ketegangan di

rumah, perceraian dan perpisahan orang tua. Hal ini mempengaruhi budaya dan

tata krama dan memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol

penolakan atas standar konvensional yang berorientasi pada tujuan jangka pendek

dan kepuasan hedonis, dll

(http://www.slideshare.net/MugiwaraHaqiem/remaja-dan-masalahnya).

Masalah ini pula lah yang kini mulai merambah dan marak terjadi pada

para remaja di pedesaan, seperti kasus yang ada pada Desa Patumbak 1. Masalah

yang kini muncul adalah pernikahan yang dilakukan oleh para remaja akibat

kehamilan di luar nikah di kalangan remaja Desa Patumbak I. Kehamilan di luar

nikah ini di perkirakan akibat anomi para remaja tentang perilaku seksual yaitu

terjadi hubungan di luar pernikahan yang mengakibatkan remaja hamil di luar

nikah. Walau pun perilaku seksual manusia merupakan perilaku alamiah, namun

perilaku ini memiliki norma dan batasan- batasan tertentu khususnya bagi para

remaja. Apabila batasan tersebut di langgar maka akan menimbulkan berbagai

masalah seperti, penyakit kelamin, aborsi, pernikahan usia muda, masalah

kehamilan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan (unwanted atau unitended pregnacy), dan masalah reproduksi yang menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Sejalan dengan meningkatnya hubungan seksual sebelum menikah,

dan hal ini lah yang kini kerap terjadi pada desa ini yaitu masalah kehamilan di

luar nikah yang merupakan penyimpangan seksual yang terjadi pada remaja Desa

(6)

Tidak hanya itu kehamilan di luar nikah juga sangat berpengaruh pada

pendidikan remaja. Walau pun di dalam undang-undang dibenarkan siswi

bersekolah walau pun dalam keadaan hamil, namun ada beberapa faktor lain yang

dipertimbangkan para remaja untuk memilih tidak bersekolah contohnya seperti

menanggung malu dan pemberhentian oleh pihak sekolah karena di anggap akan

mencoreng nama baik sekolah. Ironisnya kehamilan di luar nikah ini tidak hanya

terjadi pada siswi di kalangan SMA, masalah ini juga kerap terjadi pada siswi

SLTP. Selain itu, akibat hamil di luar pernikahan orang tua calon pasangan

terpaksa menikahkan anak-anak mereka. Keluarga dari pihak pria menikahkan

anaknya sebagai wujud tanggung jawab orang tua, sedangkan bagi pihak keluarga

wanita pernikahan dilakukan untuk menutupi aib keluarganya. Dengan kata lain,

pernikahan dini yang terjadi pada remaja di Desa Patumbak I ini bukan

dikarenakan oleh faktor ekonomi, melainkan akibat faktor jaman dimana

pergaulan bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah ini menjadi trend pada

remaja masa kini yang disebut MBA (Merried by Aciden). Sehingga nilai dan norma yang ada di masyarakat desa yang cenderung masih sangat kental dan kuat

pun telah memudar. Dan pandangan bahwa gadis desa pun berubah, dahulu gadis

desa yang dianggap lugu, memiliki sopan santun yang baik, menjunjung tinggi

harkat dan martabat keluaga. Sebaliknya, pada saat ini gadis desa di pandang

buruk, tidak memiliki sopan santun dan terkesan tidak memiliki harga diri. Hal ini

terbukti semakin banyaknya para remaja desa khususnya pada remaja Desa

Patumbak I yang melakukan hubungan di luar nikah yang menyebabkan

(7)

Dari hasil observasi, peneliti mendapatkan informasi bahwa pada dua

tahun terakhir telah terjadi 30 pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang

masih berumur 12-19 tahun di Desa Patumbak 1. Salah satunya seperti masalah

yang terjadi pada salah satu pasangan yang menikah dan bertempat tinggal di

Desa Patumbak 1. Kasus perkawinan di luar nikah terjadi di tahun 2012 di mana

pada saat itu si A (remaja wanita) yang berumur 12 tahun yang masih duduk di

kelas VIII SLTP menikah akibat hamil di luar pernikahan dengan seorang pria

berumur 23 tahun. Mereka berdua merupakan remaja Desa Patumbak 1 yang

menjalin hubungan melebihi hubungan berpacaran dan menikah setelah si A

hamil sehingga ia harus menikah dan mengakhiri pendidikannya.

Selain itu dari data yang di dapat dari salah satu sekolah yang berada di

Desa Patumbak 1, pada tiga tahun terakhir telah terjadi 8 kasus putus sekolah

akibat kehamilan yang terjadi karena perkawinan di luar nikah pada tingkat SMA,

dan 3 orang siswi pada tingkat SLTP. Pada tingkat SLTP, rata- rata perkawinan

terjadi ketika sang siswi telah duduk di kelas IX. Dan pada siswa siswi SMA

perkawinan yang terjadi beragam, baik dari kelas X, sampai kelas XII. Contoh

kasus seperti yang terjadi pada pasangan Y dan Z pada tahun 2011. Anak berusia

18 tahun ini dahulunya adalah teman satu kelas pada saat SMA. Kemudian tidak

berapa lama mereka menjalin hubungan ‘pacaran’ ketika mereka masih sama-

sama duduk di kelas X SMA. Mereka menjalin hubungan sampai kela s XII SMA,

sampai akhirnya tiba- tiba mereka tidak pernah masuk sekolah lagi, tepatnya

sebelum ujian nasional berlangsung. Ketika di selidiki oleh pihak sekolah,

(8)

tidak bersekolah lagi karena akan menikahi si Y. Walau pun orang tua si Z

bermaksud agar anaknya tetap melanjutkan sekolah dan menunda pernikahan

sampai si Z melakukan UN, namun si Y tidak mau dan memilih menikah.

Ironinya, tidak hanya pada sekolah ini saja, kasus pernikahan di luar nikah juga

kerap terjadi pada sekolah- sekolah lainnya khususnya yang berada di wilayah

desa Patumbak 1. Dari kasus di atas masih banyak lagi terjadi kasus pernikahan

di luar nikah pada remaja yang terjadi di setiap wilayah Indonesia khususnya di

pedesaan.

Tabel 1.1 Umur Perkawinan Pertama Wanita 16 tahun ke Bawah di Pedesaan

Menurut SUPAS

Umur Perkawinan Pertama Frekuensi Jumlah (%)

< 13 Tahun 1.393.411 5,10

14 Tahun 1.481.929 5,42

15 Tahun 2.522.914 9,23

16 Tahun 3.310.195 12,10

Total 8.708.449 31,85

Sumber: Thirwaty Arsal (2012)

Dari gambaran diatas maka penulis tertarik untuk memperoleh gambaran

lebih mendalam tentang kehamilan di luar nikah di kalangan remaja yang hamil

sebelum menikah yang berada di Desa Patumbak 1 Kec. Patumbak Kab. Deli

Serdang dengan fokus penelitian Kehamilan Di Luar Nikah Dan Putus Sekolah Di

(9)

Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang . Dari hasil penelitian

ini, peneliti berharap agar masalah perkawinan di luar nikah di Desa Patumbak 1

semakin diperhatikan dan segera melakukan tindakan berupa perubahan dan

pembuatan peraturan perundang-undangan bagi instalansi terkait yang

bersangkutan, agar tidak semakin marak terjadi kasus kehamilan di luar nikah di

berbagai wilayah Indonesia khususnya di Desa Patumbak 1 Kec. Patumbak Kab.

Deli Serdang.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti memfokuskan rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kehamilan di luar nikah di

kalangan remaja putri di Desa Patumbak I?

2. Mengapa remaja yang hamil menjadi putus sekolah pada hal Undang-

Undang membenarkan untuk tetap sekolah?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kehamilan di

luar nikah di kalangan remaja putri di Desa Patumbak I.

2. Untuk mengetahui penyebab remaja yang hamil menjadi putus sekolah

(10)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan menambah sumber pengetahuan di bidang ilmu sosial

khususnya pada sosiologi pendidikan dan sosiologi keluarga sehingga

dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya

yang memiliki keterkaitan dengan kehamilan di luar nikah dan putus

sekolah di kalangan remaja Desa Patumbak I Kecamatan Patumbak, dalam

rangka menambah wawasan dan perbandingan dengan lokasi penelitian

lainnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi

pemerintah, masyarakat, sekolah, dan perangkat desa dalam meningkatkan

kontrol sosial terhadap pada siswa/siswi agar tidak semakin banyak kasus

perkawinan di luar nikah pada siswa/siswi yang merupakan para remaja di

desa Patumbak 1.Disamping itu juga merupakan prasyarat bagi

penyelesaian studi di perguruan tinggi, sesuai disiplin ilmu yang digeluti.

1.5. Defenisi Konsep

1. Hubungan di luar nikah adalah hubungan seksual (memasukkan alat

(11)

seorang perempuan dengan seorang laki-laki tanpa adanya ikatan

pernikahan yang sah yang disebut sebagai seks bebas.

2. Kehamilan Tidak Direncanakan (unwanted atau unitended pregnancy) yaitu suatu kehamilan yang harus dialami oleh seorang perempuan, pada

suatu kondisi dimana perempuan tersebut belum melakukan suatu ikatan

yang sah menurut norma-norma yang ada (baik norma agama maupun

norma hukum yang berlaku), maupun secara psikis belum siap menerima

kehamilan yang dialaminya.

Jika kehamilan yang terjadi pada perempuan merupakan suatu hal

yang tidak diharapkan atau diinginkan, itu yang dimaksud dengan KTD.

Bisa saja KTD dialami oleh perempuan yang sudah menikah, karena

kegagalan KB, karena jumlah anak sudah banyak, atau kondisi dimana anak

masih kecil, atau memang belum ingin memiliki anak, kemudian terjadi

kehamilan.

Secara konseptual, istilah KTD juga bisa diartikan sebagai Kehamilan

Tidak Dikehendaki (Unintended Pregnancy). Kehamilan yang tidak dikehendaki adalah kehamilan yang terjadi baik karena alasan waktu yang

tidak tepat (mistimed) atau karena kehamilan tersebut tidak diinginkan (unwanted).

Kehamilan yang dikehendaki (intended) adalah kehamilan yang kejadiannya diinginkan atau kehamilan yang diharapkan akan terjadi karena

(12)

menginginkan kehamilan yang terjadi dengan berbagai alasan dan tidak

ingin ada kehamilan di kemudian hari, maka kehamilan tersebut bisa

dikategorikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted).

Dalam hal ini, pihak yang banyak dirugikan adalah pihak perempuan.

Dimana resiko kehamilan pada remaja, rentan bagi diri remaja dan

kandungannya. Sistem reproduksi pada remaja masih sangat labil untuk

mengalami kehamilan, masih sangat rentan organ reproduksinya. Besar

kemungkinan dikeluarkan dari sekolahnya dan sangsi sosial. Tidak hanya

itu, beban berat bagi seorang perempuan ketika harus menghadapi

kenyataan bahwa dirinya mengalami kehamilan sebelum waktunya.

Bagaimana ia harus berusaha menyembunyikan kehamilannya dari orang

lain, belum lagi ketika nanti bayinya telah lahir, akan menjadi beban baru

baginya.

3.Pernikahan Dini (early marriage) merupakan pernikahan yang di lakukan karena keterterpaksaan. Keterpaksaan “paksa” adalah suatu tindakan yang

dilakukan dengan tidak iklas atau tidak sesuai kehendak. Terkait dengan

penelitian ini, keterpaksaan tersebut diartikan sebagai suatu yang

dilakukan untuk menutupi kehamilan yang terjadi sebelum adanya ikatan

pernikahan yang sah yang terjadi pada para pelajar. Masyarakat

mengijinkan pernikahan atas dasar kemanusiaan, sedangkan keluarga

melakukan pernikahan atas dasar untuk menutupi aib keluarga agar status

(13)

Menurut Suhadi (2012) dalam penelitiannya tentang pernikahan dini

(early marriage) dapat dipetakan dalam empat temuan mengenai

pernikahan dini. Temuan pertama adalah pernikahan dini dianggap mampu

membantu ikatan suci dalam membentuk keluarga harmoni. Hal serupa

yang ditemukan oleh Sawardi (2009) dalam penelitiannya ia

mengemukakan bahwa pernikahan dini mampu membentuk ikatan suci

keluarga karena mampu membangun rasa setia dan keberkahan yang

dipancarkan setelah terjadi jalinan pernikahan. Temuan kedua adalah

kritikan dari hasil penelitian pertama dimana beberapa peneliti

melanjutkan penelitian pertama dan didapatkan temuan bahwa pernikahan

dini justru akan meruntuhkan ikatan suci keluarga. Ditemukan adanya

disfungsi pernikahan dini dimana keluarga yang berantakan dalam

menjalani nantangan yang harmoni. Seperti penelitian yang ditemukan

juga oleh Pasaribu (2009) yang menyimpulkan bahwa terjadi banyak

pasangan nikah dini yang meninggalkan tradisi pernikahan dini dengan

alasan rumitnya menjalani hubungan yang harmoni. Dimana Pasaribu

mengemukakan bahwa “sekarang calon pasangan suka melestarikan adat

perkawinan lain yaitu menikah pada usia di atas batas yang telah

mentradisi”.

Hal serupa juga ditemukan RK. Ardhikari (1996) dalam

penelitiannya yang membuktikan bahwa pernikahan dini cenderung

melahirkan kemiskinan struktural. Dimana kemiskinan struktural adalah

(14)

struktur sosial dalam menyediakan kesempatan yang memungkinkan

seorang dapat bekerja. Struktur sosial tersebut tidak mampu

menghubungkan masyarakat dengan sumber- sumber yang tersedia. Baik

yang disediakan oleh alam, pemerintah, maupun masyarakat yang ada di

sekitarntya. Hal ini lah yang terjadi pada pasangan nikah dini, dimana

mereka yang melakukan nikah dini atau muda cenderung melupakan orang

yang tidak mempelajadi dan tidak terlatih, sehingga tidak mampu

mendapatkan pekerjaan yang layak, akibatnya kebanyakan dari mereka

bekerja sebagai buruh, pemulung, penggali pasir dengan pendapatan yang

rendah dan hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Temuan ketiga yaitu pernikahan dini merupakan media peraih kuasa,

dimana pernikahan dini terjadi karena pergulatan akan kekuasaan dan

pengendalian peran. Seperti penelitia Wardany (2009) yang

mengemukakan bahwa kekuasaan sebagai kado spesial saat menikahi

perempuan dibawah umur, dimana dengan menikah seseorang akan

mendapat peran yang lebih dibandingkan perannya sebelum manikah.

Adapun Wardany mengemukakan bahwa kekuasaan tersebut di dapat oleh

laki- laki dimana tanda- tanda kekuasaan pada saat menikah yaitu:

berprilaku agresif, berkepuasan, bebas meluapkan rasa jengkel, selalu

menang sendiri, rasa menekan, dan luapan kemarahan. Perempuan yang

tidak mendapat kekuasaan selalu berada di bawah dan di tindas laki- laki

sehingga tak jarang pernikahan dini menyebabkan kekerasan dalam rumah

(15)

Temuan ke empat yaitu pernikahan dini sebagai simbol kemuliaan

seperti penelitian oleh Leleury (2010) dalam penelitiannya tentang

kewajiban perkawinan Levirat yang di dalamnya membahas tentang

reproduksi kemuliaan sebagai defenisi akan ritual perkawinan. dalam

penelitia Leleury menyimpulkan bahwa tujuan perkawinan adalah

menghasilkan keturunan meneruskan nama dari orang yang telah

meninggal sehingga namanya tidak hilang. Dengan demikian pernikahan

akan dilaksanakan secepatnya jika ada keinginan untuk mendapatkan

keberlangsungan status sosial sebagai simbol.

4. Nilai adalah sebuah tolak ukur untuk mengukur perilaku seseorang sebagai

bagian dari suatu masyarakat. Baik buruk, benar salah, patut tidak patut,

hina mulia, atau pun penting tidaknya sebuah perilaku merupakan hasil

dari penilaian seseorang terhadap sesuatu sebagai respon, anggapan,

maupun sikapnya.

5. Norma adalah aturan-aturan hidup bermasyarakat baik suatu perintah

maupun larangan pada suatu masyarakat yang ditetapkan berdasarkan

kesepakatan bersama untuk dipatuhi dan menjadi pedoman hidup

bermasyarakat guna mencapai ketertiban dan kedeamaian bersama.

6. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dilakukan oleh para remaja

(16)

7. Putus sekolah adalah suatu keadaan dimana terhenti atau putusnya

pendidikan (pendidikan formal) seseorang (siswa/siswi) dikarenakan

Gambar

Tabel 1.1 Umur Perkawinan Pertama Wanita 16 tahun ke Bawah di Pedesaan

Referensi

Dokumen terkait

ARGA DWI PRATAMA, 2019, 201410050311078, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Pemerintahan, Peran Badan Keswadayaan

Hal tersebut juga demi menggapai kepastian hukum terhadap perbuatan anggota yang menyalahi aturan tersebut serta dinilai dapat mencederai supremasi hukum dalam upaya penegakkan

The objectives of the Research are to describe the implementation and to find out to what extent the Use of Webtoon And KWL ( Know- Want- Learn) Strategy to Improve

Dapat disimpulkan secara bersama-sama bahwa indikator harga dan desain produk yang semakin baik akan mempercepat keputusan pembelian sulaman karawo di Aneka Karawo

[r]

Selain itu, ambang juga dapat digunakan untuk menentukan debit air yang mengalir pada

Our first con- tribution is to provide a fast segmentation technique for dense and sparse point clouds to extract full objects from the scene by lever- aging the implicit range

pada Dinas Kopenasi Perindustian dan Perd4angan Kota M4elang Tahun 2011, telah melakukan pertemuan dengan Peserta Pemilihan Penydia Barang, dalam nangka Addendum