• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 323

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS SISWA SMP

Yumi Sarassanti1, Sufyani Prabawanto2, Endang Cahya MA3

1Pendidikan Matematika, STKIP Melawi

2,3Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

1e-mail: yumisarassanti@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol tidak ekuivalen. Penelitian dilaksanakan pada salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Sambas Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; 2) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis (Tinggi, Sedang, Rendah); 3) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menggunakan pembelajaran kontekstual ditinjau dari kemampuan awal matematis (Tinggi, Sedang, Rendah).

Kata Kunci: pembelajaran kontekstual, kemampuan berpikir kreatif matematis.

Abstract

The objective of this research is to observe the differences in the improvement of mathematical crative thinking skills of junior high school’s students. This research is a quasi-experimental research with the design of the control group is not equivalent. The research was conducted in one of the state junior high school in Sambas, West Borneo. The results show that: 1. Improving the ability of mathematical creative thinking by using contextual learning is better than conventional learning; 2. Improving the ability of creative thinking by using contextual learning is better than conventional learning. It can be seen from early mathematical ability (higt, medium, low);

3. There are differences creative thinking by using contextual learning. It can be seen from early mathematical ability (higt, medium, low).

Keywords: contextual learning, ability of mathematical creative thinking.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi dan berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu, di dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari kegiatan yang membutuhkan matematika (Kurniasih dan Dewi, 2015). Sumarmo (2014) mengatakan bahwa ada efek iringan yang ditimbulkan dalam pengembangan kemampuan matematis diantaranya adalah: (1) Pemahaman yang lebih dalam terhadap koneksi antarkonsep; (2) Lebih

(2)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 324 menyadari pentingnya dan kegunaan matematika dalam menyelesaikan masalah dalam matematika, ilmu lainnya dan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Lebih mampu berpikir logis, kritis, sistematik, kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah; dan (4) Peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan berpikir kreatif matematis. Kenyataan yang ditemukan di lapangan yaitu kemampuan berpikir kreatif matematis matematis siswa masih rendah. Menurut Sari, dkk.

(2015) mengatakan bahwa rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di Indonesia oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu siswa tidak terbiasa menyelesaikan masalah dengan beberapa alternatif lain. Selain itu, rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa juga disebabkan karena siswa tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa terjadi karena umumnya guru sibuk sendiri menjelaskan materi yang telah disiapkan, sedangkan siswa hanya menjadi penerima informasi yang baik. Akibatnya siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru tanpa mengetahui makna dari solusi masalah yang dijelaskan. Hal itu menyebabkan siswa beranggapan bahwa soal tersebut hanya bisa dikerjakan seperti apa yang di contohkan sebelumnya.

Salah satu upaya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah dengan mencari penyebab yang diperkirakan dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan berpikir kreatif. Penyebab yang dimaksud adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan faktor kemampuan awal matematika siswa. Terdapat beberapa hasil penelitian yang kemampuan awal matematis (KAM) masih rendah dengan rata-rata dibawah 4,00 menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2011) dan Sahyudin (2014). Hal ini menunjukkan perlu adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan melihat kemampuan awal matematika siswa serta bertujuan untuk melihat apakah pembelajaran kontekstual merata pada setiap kategori KAM atau hanya pada kategori KAM tertentu saja. Apabila merata pada setiap kategori KAM,

(3)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 325 maka dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual cocok diterapkan pada semua kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Menurut Sugandi (2014) alasan mengapa memilih pembelajaran kontekstual diantaranya dengan menyajikan masalah kontesktual pada awal pembelajaran merupakan salah satu stimulus dan pemicu siswa untuk berpikir. Alasan lain, melalui pembelajaran kontesktual, siswa juga belajar untuk bertanggung jawab dalam kegiatan belajar, tidak sekedar menjadi penerima informasi yang pasif, namun harus aktif mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.

Menurut Nurhadi (Rusman, 2011: 189) Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka, sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual menurut Jonhson (2014: 57) sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.

Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang dapat merangsang otak anak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna sehingga jika anak diberi suatu materi pelajaran, anak tersebut dapat menghubungkan antara pengetahuan yang anak miliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; (2) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menggunakan pembelajaran

(4)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 326 kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis (Tinggi, Sedang, Rendah); dan 3) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menggunakan pembelajaran kontekstual ditinjau dari kemampuan awal matematis (Tinggi, Sedang, Rendah).

METODE

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan nonequivalen control group design.Bentuk quasi eksperimental digunakan dalam penelitian ini karena tidak semua variabel yang terkait dengan penelitian dapat dikontrol oleh peneliti.

Kelas E 0 X 0 ---

Kelas K 0 0

Keterangan:

0 = Tes yang diberikan kemampuan siswa pretes dan postes X = Pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kontekstual --- = Subjek tidak dikelompokkan secara acak

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 1 Pemangkat Kabupaten sambas di Kalimantan Barat. Dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII E kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual dan kelas VIII D kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Teknik analisis data yang digunakan untuk uji hipotesis adalah uji t satu sampel. Untuk mengetahuipeningkatan kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif matematis siswa digunakan rumus normalized gain. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan matematis siswa digunakan uji anova satu jalur.

(5)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 327 HASIL dan PEMBAHASAN

Tabel 1 Deskriptif Uji Statistik

Hipotesis Uji Statistik Hasil Keterangan

Hipotesis 1 T 0,003 Tolak H0

Hipotesis 2.a Tinggi t’ 0,346 Terima H0

Hipotesis 2.b Sedang T 0,005 Tolak H0

Hipotesis 3.c Rendah T 0,017 Terima H0

Hipotesis 3 T 0,001 Tolak H0

Hipotesis 3.a KAM Tinggi vs

Sedang Mann-Whitney 0,001 Tolak H0

Hipotesis 3.b KAM Tinggi vs

Rendah Mann-Whitney 0,002 Tolak H0

Hipotesis 3.c KAM Sedang vs

Rendah Mann-Whitney 0,005 Tolak H0

Berdasarkan Hipotesis 1 memperoleh nilai sig.(1-tailed) yaitu 0,003 ˂ α dengan demikian H0 ditolak, artinya rataan N-Gain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Hipotesis 2.a menunjukkan bahwa nilai sig.(1-tailed) ˃ α dengan demikian H0 di terima artinya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan tinggi yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontesktual tidak lebih baik dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Hipotesis 2.b nilai sig.(1-tailed) ˂ α dengan demikian H0 di tolak artinya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan sedang yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontesktual lebih baik dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.Hipotesis 2.c nilai sig.(1-tailed) ˂ α dengan demikian H0 di tolak artinya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan rendah yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontesktual lebih baik dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan Hipotesis 3 diperoleh nilai sig ˂ α sehingga H0 ditolak. Dengan demikain, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memproleh pembelajaran kontekstual ditinjau dari kemampuan awal

(6)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 328 matematis siswa Tinggi, Sedang, Rendah). Hipotesis 3.a hal ini diperoleh berdasarkan nilai sig ˂ α yang mengakibatkan H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan sedang pada kelas kontekstual.

Hipotesis 3.b hal ini diperoleh berdasarkan nilai sig ˂ α yang mengakibatkan H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah pada kelas kontekstual. Hipotesis 3.c hal ini diperoleh berdasarkan nilai sig ˂ α yang mengakibatkan H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa berkemampuan sedang dengan siswa berkemampuan rendah pada kelas kontekstual.

SIMPULAN

Penelitian ini terkait materi bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Pemangkat Kabupaten Sambas di Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya menggunakan kontekstual lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional; (2) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya menggunakan kontekstual lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional ditinjau dari KAM (Tinggi, Sedang, atau Rendah).

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontesktual tidak lebih baik dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan sedang yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontesktual lebih baik dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berkemampuan rendah yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontesktual lebih baik dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional; (3)

(7)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 329 Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual ditinjau dari KAM (Tinggi, Sedang, atau Rendah). 1) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan sedang di kelas kontekstual; 2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah di kelas kontekstual; 3) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa berkemampuan sedang dengan siswa berkemampuan rendah pada kelas kontekstual; dan (4) Sebagai besar siswa menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, H. 2011. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis siswa melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program cabri 3D. Tesis Pascasarjana UPI Bandung tidak diterbitkan.

Husen, I, Z. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Berpikir Kreatif serta Disposisi Matematik Siswa SMP Melalui Pendekatan Saintific.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Volume 2. STKIP Siliwangi.

Johnson, E.B. 2014. Contextual Teaching And Learning. Bandung: Kaifa.

Kurniasih, N. & Dewi, A.K. 2015. Penerapan Model Connected Mathematic Project (CMP) Berbantu Media Puzzle Pada Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 GOMBONG Tahun Pelajaran 2014/2015. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 1, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

National council of teachers of mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematic. Reston, Virginia: NCTM lnc.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

(8)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 330 Sahyudin. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan

Berpikir Kreatif Siswa Melalui Model Pembelajaran Diskursus Multi Representasi (DMR). Tesis Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Sari, N.P., dkk. 2015. Pengaruh Permainan Harta Karun Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugandi, A, K. 2014. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Volume 2. STKIP Siliwangi.

Sumarmo. U. 2014. Penilaian pembelajaran Matematika. Bandung : PT Refika Aditama.

Yulistiyarini, H. 2015. Mengembangkan Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Geomteri Ruang. Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas penjas tidak harus menggunakan perlengkapan yang standar, karena dengan peralata yang setandar yang jumlahnya minim tersebut akan mengakbatkan

Kerjasama Pelaksanaan Program Riset Kreatif untuk Pembangunan Jawa Barat dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset Terkemuka. •

Motivasi berpengaruh terhadap minat berwirausaha pada peserta didik di SMK Purnawarman Purwakarta, artinya semakin tinggi motivasi wirausaha dalam diri peserta didik

Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan

Interaksi perbandingan labu siam dengan nenas dan gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu dan uji hedonik aroma, memberikan pengaruh berbeda tidak

Pasantrén Syafi’iyyah Al-Falah Désa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupatén Garut Pikeun Bahan Pangajaran Ngaregepkeun Di SMP”. 1.2 Idéntifikasi Jeung Rumusan Masalah. 1.2.1

(1) Struktur kurikulum program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan terdiri atas mata kuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka

[r]