• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan dari hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Adapun penelitian yang dijadikan acuan dengan materi yang akan dikaji sebagai berikut :

Runtuwarow dan Elim (2016), berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan judul Analisis penerapan akuntansi pajak penghasilan pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada dinas perkebunan provinsi Sulawesi Utara dengan hasil yaitu :

a. Hasil5bahwa5perhitungan5PPh5Pasaly21yatas5gaji5PNS5pada5Dinas Perkebunan Provinsi5Sulut sesuai dengan5ketentuan5Undang5Undang Perpajakan No.36 Tahuny2008.5Dan PPh 21 dikenakan5atas5pegawai5Dinas Perkebunan5Provinsi5Sulut

b. Hasil5bahwa5perhitungan5PPh5Pasaly21oatas5gaji5PNS5pada5Dinas5Perk ebunan5Provinsi5Sulut5sesuai dengan5ketentuan5Undang5Undang5Perpaj akan5No.36yTahuny2008.5Dan5PPh5Pasaly21ydikenakan5atas5pegawaidin as5Perkebuna5Provinsi5Sulut5Berupa5upah,5gaji,5honorarium,5tunjangan struktural,5tunjangan5istri/suami,5tunjangan5anak,5tunjangan5jabatan,tunja ngan5umum,5tunjangan pangan.

Kesek dan Karamoy, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan judul (PPh) Pasal 21 Atas Gaji Prosedur Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pegawai Pada Pemerintah Kota Bitung dengan hasil yaitu :

a. Hasi 1 penghitungan PPh Pasal 21 diselesaikan oleh pemerintah daerah Bitung pada tingkat pembayaran perwakilan dengan kompensasi bulan ke bulan otoritas publik sesuai pengaturan biaya. Pemerintah Daerah Bitung memiliki komitmen untuk menjalankan dan menjaga serta melaporkan PPh Pasal 21 secara konsisten.

(2)

b. Berdasarkan ketentuan perpajakan, Pemerintah kota jika pemerintah kota Bitung tidak melakukan penyetoran setiap bulan maka akan dikenakan sanksi yang atau denda sebesar 2%.

c. Pemerintah kota Bitung sebagai pemotong pajak juga telah melakukan pelaporan penyetoran pajak penghasilan pasal 21 masa pada waktunya atau setiap tanggal 10 bulan yang bersangkutan. Disetorkan langsung ke kas Negara.

Shaleh, berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan judul Analisis perhitungan PPh Pasal 21 terhadap gaji pegawai tetap pada puskesmas sambutan kecamata Samarinda Ilir dengan hasil yaitu :

a. Hasil perhitungan PPh Pasal 21 yang dilaksanakan oleh Puskesmas Sambutan Kec. Samarinda Ilir tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 250/PMK.03/2008.

b. Perhitungan penghasilan yang ditanggung oleh pemerintah hal ini yang menyebabkan perbedaan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 yang harus dipotong.

c. Perbedaan lainnya disebabkan pemotongan

2.2 Teori dan Pustaka

2.2.1 Pajak

a. Definisi Pajak

Pajak berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 16 Tahun 2009 mengenai sebuah perubahan ke-4 yang berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 6 Tahun 1983 mengenai sebuah Ketentuan Umum serta Tata Cara Perpajakan yang tertuang pasal 1 ayat 1 berbunyi “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Soemitro “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

(3)

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Feldmann “Pajak merupakan sebuah prestasi yang diberlakukan dengan cara paksa secara sepihak dan juga terutang kepada para penguasa yang didasarkan dengan adanya norma-norma yang sudah dilakukan penetapan secara umum dan juga tanpa adanya sebuah kontra prestasi serta hanya digunakan untuk menutupi sebuah pengeluaran umum.

Meskipun tidak terdapat keseragaman dalam memberikan definisi pajak, dari berbagai definisi pajak menurut para pakar, terdapat persamaan dan dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

2. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, surplus tersebut dapat dipergunakan untuk membiayai public investment.

4. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

b. Fungsi Pajak

Adanya sebuah pajak tentunya memiliki suatu peranan penting dalam proses pembangunan, hal itu dikarenakan untuk membangun sebuah pembangunan bersumber dari pajak yang di atur oleh negara. Meskipun begitu, pada pajak tentunya juga mempunyai sebuah aturan seperti fungsi:

1. Budgetair (Fungsi Anggaran)

Pajak memiliki suatu fungsi untuk dapat membiayai segala pengeluaran- pengeluaran yang ada pada suatu negara contohnya yakni adanya sebuah pembangunan di dalam negara yang memiliki pembiayaan yang berasal dari pajak. Pajak tentunya tidak digunakan dalam pembangunan negara akan tetapi digunakan untuk hal lain yakni belanja para pegawai, pemeliharaan, barang dan

(4)

lain-lain. Dalam pelaksanaan pembangunan tentunya biaya yang dikeluarkan berasal dari tabungan pemerintah dimana hal tersebut terdapat penerimaan di dalam negeri yang telah dilakukan pengurangan dari pengeluaran rutin. Selain itu pembiayaan pembangunan negara yang semakin meningkat maka tabungan pemerintah ini juga harus di tingkatkan.

2. Regulerend (Fungsi Mengatur)

Pemerintah dalam negara tentunya harus bisa mengatur segala pertumbuhan seperti ekonomi dengan menerapkan kebijaksanaan pajak. Pada fungsi mengatur yang diterapkan maka pajak tentunya dapat digunakan untuk alat agar bisa mencapa sebuahi tujuan negara seperti penetapan bea cukai yang tinggi ditujukan untu produk yang berasal dari luar negeri, dapat melindungi sebuah produksi di dalam negeri, serta terdapat fasilitas pada keringanan pajak.

3. Fungsi Stabilitas

Dengan pajak yang diterapkan tentunya, inflasi dapat dikendalikan dikarenakan pemerintah mempunyai cukup dana untuk menerapkan serta menjalankan sebuah kebijakan-kebijakan terhadap stabilitas harga. Cara yang bisa dilakukan yakni mengatur segala peredaran uang yang ada di dalam masyarakat, kemudian melakukan pemungutan dan penggunaan pajak yang efisien dan efektif.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Fungsi redistribusi adalah pemanfaatan pajak yang digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan. Dengan adanya lapangan pekerjaan yang bertambah,tentunya akan semakin banyak penyerapan yang berasal dari tenaga kerja yang dapat membuat pendapatan masyarakat menjadi merata.

c. Jenis Pajak

Penggolongan pajak yang berasal dari lembaga pemunggutnya digolongkan menjadi 2 bagian yakni Pajak Daerah dan Pajak Pusat. Pajak pusat merupakan pajak yang diatur oleh bagian Pemerintah Pusat dimana dilakukan sebagian besar berasal dari Diktorat Jenderal Pajak (DJP) serta para unit-unit vertical yang ada di

(5)

dibawahnya. Pajak Daerah merupakan pajak yang diatur oleh Pemerintah Daerah pada Kabupaten/Kota maupun tingkat Provinsi kemudian di administrasikan dari para Badan Pendapatan Daerah setempat.

d. Definisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak wajib pajak orang pribadi dalam negeriuntuk uang sebagai tingkat pembayaran, kompensasi, honorarium, tunjangan, dan angsuran yang berbeda dalam nama apapun dan dalam struktur apapun. Mengenai pekerjaan, administrasi dan latihan dilakukan oleh swasta. Karena angsuran tugas pribadi, tentunya dilakukan setiap tahun berjalan yang berasal dari turunan dari perkumpulan-perkumpulan tertentu. Pihak yang wajib menyimpan, menyimpan, dan melaporkan pengeluaran tahunan dalam Pasal 21 adalah pengurus, pemodal pada badan publik, dinas, cadangan manfaat, organisasi, hanya sebagai koordinator/dewan latihan. Jumlah besarnya pajak yang sudah dilakukan pemotongan dan kemudian disetorkan/diberikan oleh para pemberi kerja serta kepada para pemotong lain agar bisa digunakan oleh para Wajib Pajak agar bisa dijadikan sebuah kredit pajak berdasarkan PPh yang terutang di akhir tahun.

e. Subjek Pajak

Undang-Undang PPh Pasal 2 ayat (1) menyebut bahwa yang menjadi subjek pajak adalah:

1. Orang pribadi

Subjek pajak yang memiliki tempat tunggal dan yang terletak di negara Indonesia ataupun luar negeri.

2. Warisan (belum terbagi) sebagai satu kesatuan.

Warisan (belum terbagi) sebagai satu kesatuan adalah subjek pajak pengganti yang digunakan untuk menggantikan ahli waris.

3. Badan

Menurut Undang-undang KUP, bahwa unsur adalah kumpulan orang

(6)

perseorangan atau modal yang merupakan suatu kesatuan baik memimpin maupun tidak menjalankan usaha yang meliputi organisasi kewajiban terbatas, organisasi risiko terbatas, organisasi lain, badan usaha milik negara atau lokal dengan nama dan struktur apapun, firma, kongsi, koperasi, cadangan manfaat, organisasi, afiliasi, pendirian, asosiasi massa, asosiasi sosial-politik, atau asosiasi yang sebanding, yayasan, yayasan tahan lama, dan berbagai elemen.

Ini memasukkan aset bersama, BUMN atau BUMD sebagai subjek tugas yang tidak terlalu mempedulikan nama dan strukturnya.

4. Bentuk usaha tetap.

Subjek pajak pada orang pribadi merupakan orang pribadi menetap di negara Indonesia lebih dari 183 hari dalam kurun waktu 12 bulan atau yang telah berniat tinggal di Indonesia dan orang pribadi yang tinggal di luar negeri namun tidak berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam kurun waktu 12 bulan dan dapat menerima atau memperoleh penghasilan tidak dengan menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan dengan bentuk usaha tetap di Indonesia.

Menurut TMbooks (2013, p. 4) menyimpulkan pelaksanaan kewajiban perpajakan untuk warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan mengantikan yang berhak mengikuti status pewaris, namun ketika warisan yang sudah terbagi maka memiliki kewajiban terhadap perpajakannya yang kemudian beralih ke ahli waris.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2017) memberikan Substansi adalah orang dan modal yang merupakan unit layak yang tidak melakukan pekerjaan yang mencakup organisasi risiko terbatas, organisasi tanggung jawab terbatas, organisasi lain, perusahaan yang diklaim negara dengan nama apa pun dan dalam struktur apa pun, firma, usaha bersama, koperasi, manfaat cadangan, pertemuan, afiliasi, pendirian, asosiasi massa, asosiasi sosial-politik, atau berbagai asosiasi, yayasan, dan berbagai jenis badan termasuk perjanjian usaha agregat dan yayasan super tahan lama. Objek Pajak PPh Pasal 21

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan pemotongan pada

(7)

Pajak Penghasilan (PPh) pada pasal 21:

1. Penghasilan yang diperoleh oleh pegawai tetap yakni berupa penghasilan yang memiliki sifat teratur yakni seperti gaji, uang pension bulanan, upah, honorarium premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi keija, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur yang berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.

3. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh:

a) Bukan wajib pajak;

b) Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final; atau

c) Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemedprofit)

Penghasilan tersebut jika yang menerima atau memperoleh adalah orang pribadi subjek pajak luar negeri, dinamakan penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26. Penghitungan pada PPh di Pasal 21 maupun pada PPh di Pasal 26 berdasarkan sebuah penghasilan yakni berupa suatu penerimaan yang dibentuk ke dalam bentuk natura yang berdasarkan pada harga pasar terhadap barang-barang yang telah diberikan terhadap segala pemberian kenikmatan. Penghasilan yang sudah diperoleh dalam kategori mata uang asing, tentunya penghitungan pada PPh di Pasal 21 maupun pada PPh di Pasal 26 yang berdasarkan pada kurs yang sudah ditetapkan dari kementrian keuangan yang sudah diberlakukan dalam pembayaran penghasilan atau ketika dibebankan menjadi biaya.

(8)

f. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Tarif berdasarkan tarif dari PTKP serta sebuah peraturan dari Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 dan PMKNo. 101/PMK.010/2016 adalah:

1. Besarnya PTKP per tahun; Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

2. Rp4.000.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

3. Rp4.000.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

BESARAN PTKP PER TAHUN

Uraian 2016 2015 2014

TK0 54.000.000 36.000.000 24.300.000

TK1 58.500.000 39.000.000 26.325.000

TK2 63.000.000 42.000.000 28.350.000

TK3 67.500.000 45.000.000 30.375.000

K0 58.500.000 39.000.000 26.325.000

K1 63.000.000 42.000.000 28.350.000

K2 67.500.000 45.000.000 30.375.000

K3 72.000.000 48.000.000 32.400.000

Sumber : data pribadi,10/26/2021 Gambar : 2.2 Tarif PTKP

(9)

g. Pihak yang ditunjuk Sebagai Pemotong PPh Pasal 21

Telah disebutkan dalam Pasal 21 ayat (1) pihak-pihak yang diberi wewenang untuk memotong PPh Pasal 21 adalah:

1. Atasan yang membayar ganti rugi, santunan, honorarium, tunjangan, dan berbagai angsuran lainnya mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh wakil atau bukan pekerja,

2. Pejabat keuangan pemerintah yang membayar kompensasi, kompensasi, honorarium, tunjangan dan angsuran lain yang dibuat oleh administrasi, atau latihan,

3. Cadangan anuitas atau zat berbeda yang membayar manfaat dan angsuran berbeda dalam nama dan struktur apa pun untuk tujuan pensiun,

4. Unsur yang membayar honorarium atau angsuran lain sebagai pembayaran administrasi, termasuk administrasi tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, dan

5. Koordinator latihan yang membuat angsuran mengenai pelaksanaan suatu tindakan

h. Ketentuan pemotong PPh Pasal 21

Pada para pemotong Pajak wajib tentunya dapat memberikan suatu Bukti dari Pemotongan pada PPh di Pasal 21 kepada para orang pribadi dan bukan pegawai tetap, penerima Jaminan di Hari Tua, penerima uang pada tebusan pensiunan dan penerima uang dari pesangon serta penerima dari dana pensiunan.

1. Untuk pemotongan Pajak pada PPh di Pasal 21 diharuskan wajib dalam memberikan sebuah Bukti dari Pemotongan pada PPh di Pasal 21 pertahunan (form 1721-A1 dan1721-A2) yang ditujukan kepada para pegawai tetap dimana pegawai tersebut dijadikan sebagai penerima pensiun setiap bulanan dalam jangka waktu 2 bulan yaitu setelah pada tahun takwimnya berakhir.

(10)

2. Apabila para pegawai tetap sudah berhenti bekerja (pensiun) di bagian tahun takwim, maka pada Bukti Pemotongan (form 1721-A1 dan 1721-A2) tentunya akan diberikan kepada para pemberi kerja dalam waktu satu bulan dimana pada saat pegawai tersebut sudah pensiun.

3. Kepada para penerima penghasilan tentunya wajib menyerahkan sebuah surat pernyataan kepada para pemotong Pajak pada PPh di Pasal 21 yang di dalamnya terdapat pernyataan yakni pada jumlah tanggungan keluarga di awal permulaan pada tahun takwim atau pada sebuah permulaan yang dijadikan sebagai Subjek Pajak di dalam negeri (Susyanti & Dahlan, 2015, p. 68)

Referensi

Dokumen terkait

Lie (1999: 74) mengemukakan “Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur – unsur interaksi social pada pembelajaran. Didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar

Gerakan transisi yang kadang-kadang hanya berupa transisi unsur gerak-gerak tertentu, sering kali tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus menyatu dalam kesatuan

Stettler: Sistem akuntansi adalah kumpulan formulir, catatan, prosedur, alat dan manusia yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan

Menurut Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Jam kerja dalam melakukan usaha yaitu lama waktu yang di gunakan untuk menjalankan usaha, yang di mulai dari persiapan hingga sampai usaha tutup, jam kerja merupakan faktor yang

Industri dalam menjalankan sebuah usaha diperlukan sebuah pengaturan dan pengelolaan yang baik agar usaha tersebut dapat berjalan dan berkembang dengan baik

Untuk mendirikan atau menjalankan sutu usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal juga diperlukan untuk membiayai operasi usaha pada

Undang-undang nomor 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 27 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa reksadana merupakan kumpulan dana dari masyarakat pemodal (investor) yang