• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN MUTU PRODUK PUPUK ORGANIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN DI GAPPPURO (GABUNGAN PETANI PENGELOLA PUPUK ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN PONOROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGENDALIAN MUTU PRODUK PUPUK ORGANIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN DI GAPPPURO (GABUNGAN PETANI PENGELOLA PUPUK ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN PONOROGO."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN MUTU PRODUK PUPUK ORGANIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN DI GAPPPURO (GABUNGAN PETANI PENGELOLA PUPUK

ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN PONOROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur Sebagai syarat mendapakan gelar S-1

Oleh :

FATKUR ROHMAN NPM : 0924010005

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR S U R A B A Y A

(2)

ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN PONOROGO

Disusun oleh :

FATKUR ROHMAN NPM : 0924010005

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 28 Februari 2013

Menyetujui,

Pembimbing : Tim Dosen Penguji,

1. Pembimbing Utama : 1. Ketua

Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MMA. Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MMA.

2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris

Dr. Ir. ENDANG YEKTININGSIH,MP . Ir. NURIAH YULIATI, MP.

3. Anggota

Ir. SETYO PARSUDI, MP.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS. NIP. 19620205 198703 1005

Ketua Pogram Studi Agribisnis

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Rahmat dan Kehadirat Allah SWT akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGENDALIAN MUTU PRODUK PUPUK

ORGANIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN DI GAPPPURO (GABUNGAN

PETANI PENGELOLA PUPUK ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN

PONOROGO”.

Dalam hal ini peneliti menyadari bahwa segala keberhasilan dan

kesuksesan tidak terlepas dari sang Khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberikan waktu, kesempatan, serta bimbingan.

Peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Ir. Sri

Tjondro Winarno, MMA selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Ir. Endang

Yektiningsih, MP selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah banyak

memberikan pengarahan, motivasi, masukan dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan untuk membimbing peneliti.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas

Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Seluruh Dosen – dosen beserta staff Fakultas Pertanian

4. Ir. Medi Susanto. MMA selaku pendamping GAPPPURO Kabupaten

Ponorogo

5. Pengurus inti dan seluruh anggota GAPPPURO Kabupaten Ponorogo

6. Seluruh keluarga besarku terutama Orang tuaku, yang telah banyak

(4)

Namun demikian peneliti menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun

penyajian skipsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, peneliti

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan

para pembaca umumnya.

Surabaya, Februari 2013

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... ix

RINGKASAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat ... 7

D. Batasan masalah ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Telaah Penelitian Terdahulu ... 9

B. Landasan Teori ... 10

1. Pengertian Pupuk ... 10

2. Macam – Macam Pupuk Organik ... 12

3. Jenis Pupuk Organik ... 14

C. Mutu ... 19

1. Pengertian Mutu ... 19

2. Pengertian Pengendalian Mutu ... 19

3. Standart System Management ... 21

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu ... 22

5. Ruang Lingkup Pengendalian Mutu ... 23

(6)

G. Kerangka Pemikiran ... 27

III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Penentuan Lokasi ... 30

C. Penentuan Informan ... 31

D. Penumpulan Data ... 31

E. Analisis Data ... 33

F. Definisi Variabel ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Sejarah singkat GAPPPURO ... 37

1. Sejarah Singkat GAPPPURO ... 37

2. Lokasi GAPPPURO ... 38

3. Visi dan Misi ... 38

4. Struktur Organisasi GAPPPURO ... 39

B. Peran GAPPPURO ... 42

C. Pelaksanaan Pengendalian Mutu Produk Pupuk Organik ... 44

1. Pengadaan Bahan Baku ... 44

2. Alat Produksi ... 45

3. Proses Produksi ... 46

4. Produk Pupuk Organik ... 49

5. Pengendalian Mutu Produk Pupuk Organik ... 50

D. Kendala – Kendala GAPPPURO ... 54

E. Menganalisis Keuntungan Produk Pupuk Organik ... 56

(7)

2. Analisis Keuntungan Produk Pupuk Organik Kelompok Tani

Anggota GAPPPURO ... 57

3. Analisis Keuntungan GAPPPURO ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(8)

Nomor Judul Halaman

1. Komposisi Hara dalam Tanaman ... 12

2. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa Jenis Ternak. ... 13

3. Kandungan Hara Kompos Secara Umum... 14

4. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Padat (SNI) ... 16

5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Pupuk Organik ... 17

6. Hasil Penilaian Kandungan Hara Pupuk Organik GAPPPURO (Curah) ... 49

7. Keuntungan Kelompok Tani ... 60

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ... 28

2. Proses Pencacahan Jerami Dan Kotoran Ternak ... 47

(10)

Nomor Judul Halaman

1. Nama Anggota GAPPPURO ... 68

2. Hasil Penilaian Pupuk Organik GAPPPURO ... 69

3. Jumlah Produksi Anggota GAPPPURO Selama 1 Tahun ... 70

4. Perhitungan Keuntungan Kelompok Tani ... 71

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian mutu produk pupuk organik dan menganalisis keuntungan produk pupuk organik di GAPPPURO selama menerapkan pengendalian mutu. Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu kualitatif deskriftif. Dan untuk menjawab tujuan kedua dengan menggunakan teknik kendali mutu secara statistik menurut K. Ishikawa (1989). Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pengendalian mutu produk pupuk organik di GAPPPURO dilakukan dengan cara pengawasan pada mulai dari bahan baku, hingga proses produksi, GAPPPURO juga melakukan pengujian mutu dilaboratorium. Hasil produksi pupuk organik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yang menerapkam Sistem Manajemen Mutu pada saat pengawasan dalam proses pengemasan pupuk organik dan pemasaran. Keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi pupuk organik yang diperoleh GAPPPURO selama satu tahun yaitu sebesar Rp. 73.066.050,- dengan total produksi sebesar 799.500 Kg. Sehingga pendapatan GAPPPURO dari Fee setelah penjualan pupuk organik dari Kelompok Tani sebesar Rp. 150/kg. SDM yang bertugas dalam mengendalikan mutu pupuk organik dinilai kurang maksimal karena ruang lingkup GAPPPURO terbilang luas. Untuk mengatasi hal tersebut seharusnya GAPPPURO menambah SDM yang mampu mengendalikan mutu pada proses produksi pupuk organik sehingga mutu pupuk tetap terjaga dan menghindari hal-hal yang negatif, seperti pengurangan ukuran formulasi, tidak sesuai dengan SOP yang ditentukan dll.

Kata kunci : Pupuk Organik, Pengendalian Mutu, Keuntungan, Dan GAPPPURO.

ABSTRACT

Research purposes to determine the implementation of product quality control and analyze the advantages of organic fertilizer and organic fertilizer products in GAPPPURO for implementing quality control. Analysis used to answer the first objective is descriptive qualitative. And to answer the second goal by using statistical quality control techniques according to K. Ishikawa (1989). The results indicate the implementation of quality control of organic fertilizer products in GAPPPURO done by monitoring the start of the raw materials, to the production process, GAPPPURO also perform quality testing laboratory. The production of organic fertilizer according to Indonesia's National Standard menerapkam Quality Management System at the time of supervision in the process of packaging and marketing of organic fertilizer. Gains derived from the production of organic fertilizers obtained GAPPPURO for one year in the amount of Rp. 73,066,050, - with a total production of 799 500 Kg. Thus revenue Fee GAPPPURO of organic fertilizer after the sale of Farmers Group of Rp. 150/kg. HR in charge of controlling the quality of organic fertilizers assessed less than the maximum because GAPPPURO fairly broad scope. To overcome this GAPPPURO should add to the quality of human resources that are able to control the production process so that the quality of organic manure fertilizer to stay awake and avoid negative things, such as reducing the size of the formulation, not in accordance with the specified SOP etc.

(12)

PONOROGO DOSEN PEMBIMBING UTAMA: Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MMA, DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING:

Dr. Ir. ENDANG YEKTININGSIH, MP

RINGKASAN

Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagaian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami rekayasa bentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik memegang peranan penting dalam sistem usahatani, karena kemampuannya dalam memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Masalah pengendalian mutu pupuk adalah keterbatasan utama untuk efisiensi penggunaannya dalam pertanian komersial modern karena kontrol mutu untuk pupuk organik jauh lebih sulit dari pada pupuk kimia.

GAPPPURO mempunyai peran sebagai penjamin mutu, label atau nama dari produk pupuk organik yang dilakukan oleh Kelompok Tani sebagai produsen pupuk organik, serta menjadi tempat pemasaran, mengontrol dan mengatur berlangsungnya proses produksi pupuk organik sehingga keanekaragaman dari bahan baku yang bervariasi sehingga menjadi pupuk yang sesuai dengan mutu yang diharapkan atau ditentukan oleh GAPPPURO. GAPPPURO merupakan Agroindustri yang terbilang baru dibanding produsen pupuk organik lainya sehingga perlu bekerja keras agar dapat bersaing untuk mendapatkan konsumen.

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan pertanian di Indonesia yaitu penyempitan lahan pertanian

yang digunakan sebagai bagunan dan terjadinya kerusakan lahan yang

disebabkan oleh erosi yang dapat menyebabkan hilangnya unsur hara, bahan

organik, water logging. Selain itu kerusakan tanah juga dapat juga disebabkan

penggunaan pupuk kimia (Anorganik) yang berlebihan dan terus menerus,

sehingga tanah menjadi asam, akibatnya banyak unsur hara yang terikat dan

tidak dapat dimobilisir tanaman. Kondisi demikian akan berakibat produktivitas

pertanian menjadi rendah. Hasil penelitian Suharto (1998) menunjukkan bahwa

polutan Amoniak dan Nitrat ditemukan sampai ke muara-muara sungai yang

disebabkan oleh pemakaian pupuk kimia berlebihan. Untuk menanggulangi

permasalahan tersebut, diupayakan pemanfaatan pupuk organik dari limbah

kotoran hewan dengan sistem fermentasi semi aerob yang ramah lingkungan.

keunggulan di era global ini, Agribisnis dituntut mampu memainkan

perannya secara optimal. Konsekuensinya, sektor ini tidak hanya menjadi

tumpuan harapan seluruh pelaku Agribisnis, khususnya petani dalam arti luas,

tetapi juga dapat dijadikan basis pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

Setelah bertahun-tahun menggunakan pupuk kimia, petani Indonesia banyak

yang mulai kembali ke pupuk organik, terutama untuk tanaman pangan bernilai

tinggi seperti kedelai, padi, jagung, kentang dan sayuran. Petani telah

menemukan bahwa pupuk organik membuat hasil lebih stabil dan meningkatkan

kualitas produk. Aplikasi pupuk organik juga membantu mengontrol tanah dan

penyakit, memperbaiki sifat tanah dan melestarikan kelembaban tanah.

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal

(14)

Sedangkan pupuk hayati merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup

yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya

hara dalam tanah bagi tanaman, Simanungkalit (2006). Pupuk organik

merupakan pupuk yang sebagaian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami rekayasa

bentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik,

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Peraturan Mentan, No.

2/Pert/HK.060/2/2006).

Menurut Lingga dan Marsono (2000), pupuk anorganik adalah pupuk yang

dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik

berkadar hara tinggi. Misalnya Urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg Urea

terdapat 45-46 hara Nitrogen). Pupuk merupakan salah satu sarana produksi

yang memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi dan kualitas hasil

budidaya tanaman. Untuk memenuhi standar mutu dan menjamin efektifitas

pupuk, maka pupuk yang diproduksi harus berasal dari formula hasil rekayasa

yang telah diuji mutu dan efektifitasnya. Para petani di Indonesia selama 30

tahunan menggunakan pupuk anorganik untuk meningkatkan hasil pertanian,

selain dapat menyuburkan tanah sementara dan meningkatkan hasil pertanian,

ternyata pupuk anorganik jugalah yang ikut andil menyebabkan pencemaran

lingkungan pada tanah. Pupuk dapat menyebabkan pencemaran pada tanah jika

penggunaannya berlebihan (melebihi dosis yang dianjurkan), terutama pada

pupuk anorganik.

Pupuk organik memegang peranan penting dalam sistem usahatani,

karena kemampuannya dalam memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

Penggunaan bahan-bahan organik akan menyehatkan tanah, menurunkan

tingkat polusi, dan limbah berbahaya sehingga tanah terlindung dari proses

(15)

3

umumnya lambat karena proses penyediaan hara bertahap melalui proses

dekomposisi. Begitu pentingnya peranan pupuk organik dalam mendukung

pertumbuhan dan produksi tanaman, maka kehadiran produk pupuk organik

yang berkualitas sangat didambakan, namun untuk mendapatkan pupuk organik

yang berkualitas perlu dilakukan seleksi terhadap bahan baku, uji mutu, dan

keefektifan pupuk. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia seringkali

mengalami kelangkaan pupuk konvensional, dengan adanya pupuk organik

diharapkan turut membantu pemecahan masalah dari kemungkinan kondisi

ketidakseimbangan pasokan (supply) dan permintaan (demand) pupuk dimasa

yang akan datang. Sehingga banyak para petani kita bahkan dunia mulai beralih

ke pupuk organik sebagai pilihan alternatif disamping gampang diperoleh prinsip

kembali ke Alam atau back to nature mulai merambah mind set mereka.

Dampak dari hal tersebut banyak bermunculan merk-merk pupuk organik yang

beredar di pasaran tanpa kejelasan mutu dari setiap merk dan formula yang

dicantumkan dalam suatu produk pupuk organik, dimana telah meresahkan

berbagai kalangan, baik dari pihak konsumen/pengguna maupun pihak

produsen/pembuat. Hal ini karena, pada saat ini produk organik sudah mulai

diminati masyarakat lokal, nasional dan internasional. Sementara itu, bahan

organik (pupuk organik) keberadaanya kian dibutuhkan oleh masyarakat sebagai

bahan baku produksi tanaman organik.

Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi

penggunaaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran

lingkungan akibat penggunaaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi .

Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk

konvensional (pupuk anorganik) sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah

dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (kedelai,

(16)

kakao, teh, tebu, dll.) yang diketahui selama ini sebagai pengguna utama pupuk

konvensional. Lebih lanjut lagi, kemampuannya untuk mengurangi dampak

pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan kemampuannya menurunkan

dosis penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produksi sebesar 16 - 36%

(Widowati, 2009).

Masalah pengendalian mutu adalah keterbatasan utama untuk efisiensi

penggunaannya dalam pertanian komersial modern karena kontrol mutu untuk

pupuk organik jauh lebih sulit dari pada pupuk kimia. Pengendalian mutu hanya

dilakukan oleh pihak perusahaan dan konsumen, hal ini dianggap belum

mencukupi, sehingga perlu pihak ketiga yang sifatnya independen. Kehadiran

pihak ketiga ini dianggap lebih objektif dan dapat memuaskan pihak produsen

dan konsumen, sehingga muncullah badan atau lembaga akreditasi. Badan ini

semula adalah suatu lembaga pemerintah atau asosiasi dalam suatu negara dan

tugas utamanya adalah mengawasi dan mengakreditasi produk pupuk organik

yang dihasilkan oleh perusahaan yang berada dalam negara, seperti Standar

Nasional Indonesia (SNI) dan Japan Industrial Standard (JIS). Yamit, 2003.

Badan Standardisasi Nasional dapat mengambil peran untuk memastikan

standar-standar nasional yang dikembangkan, termasuk Standar Nasional

Indonesia (SNI), layak diterapkan di dalam dunia usaha tidak hanya pengusaha

skala besar, tetapi sampai pengusaha skala kecil menengah. Standar juga harus

diterima oleh dunia perdagangan internasional. Kriteria yang ditetapkan untuk

pupuk organik asli (SNI) adalah total kandungan hara dalam pupuk, yang harus

memenuhi syarat kadar N >6%, P2O5 >2%, dan K2O >1%. Sedangkan pupuk

organik hasil samping, lebih menitik beratkan pada kandungan bahan organik,

dimana kompos harus mengandung bahan organik >25% dan maksimal logam

dalam pupuk (dalam mg/kg) adalah As = 50, Cd = 5, Hg = 2, Pb 140, Cr = 300,

(17)

5

Mutu merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu

produk menembus pasar, disamping faktor harga serta pelanggan dalam memilih

jasa atau produk suatu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan perlu

melaksanakan pengendalian mutu yang mampu menjaga kestabilan mutu dan

meningkatkan mutu produk atau jasa yang dihasilkan agar pelanggan mendapat

kepuasan. Penerapan standar yang layak dan teruji dan keberterimaan standar

nasional oleh pasar internasional merupakan faktor-faktor penting yang

mendorong kesiapan pengusaha kecil dan menengah Indonesia supaya dapat

bersaing secara global, meraih Competitive Advantage dan menjawab tantangan

standartisasi. Pengendalian mutu memastikan apakah kebijakan dalam mutu

(standar) dapat mempertahankan kualitas dari barang yang dihasilkan agar

sesuai dengan spesifikasi pruduk yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan

yang ada. (Assauri, 2004).

Upaya perlindungan terhadap petani perlu dilaksanakan melalui

mekanisme sistem pengawasan mutu dan uji efektivitas pupuk di lapangan.

Pengawasan perlu dilakukan sejak tahap perencanaan formula pupuk,

pengadaan bahan baku, proses produksi, pengemasan pupuk organik hingga

penyaluran pupuk di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini dilakukan untuk

menghindari penipuan dan pemalsuan pupuk serta menjamin mutu pupuk sesuai

dengan yang tertera pada label. Mengingat pupuk alternatif yang beredar (baik

yang sudah maupun yang belum terdaftar) jumlah maupun jenisnya sangat

banyak, maka perlu adanya pengawasan mutu dan efektivitasnya. Jaminan

terhadap mutu pupuk serta efektivitasnya terhadap produksi tanaman sangat

diperlukan untuk melindungi konsumen serta menggalang kepercayaan terhadap

produsen pupuk.

Salah satu alternatif untuk menghasilkan mutu yang baik dan tinggi serta

(18)

Manajemen (TQM) produk. TQM produk merupakan suatu pendekatan

manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada mutu. Anggota harus

berpartisipasi guna mensukseskan tujuan jangka panjang melalui kepuasan

pelanggan serta memberikan keuntungan untuk semua anggota dalam

organisasi dan masyarakat. Penerapan TQM produk diharapkan dapat bersaing

dan unggul untuk memenuhi kebutuhan konsumen, memberikan keberhasilan

usaha dan mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan pemilik

usaha (Gaspersz, 2005).

GAPPPURO (Gabungan Petani Pengelola Pupuk Organik Ponorogo)

merupakan salah satu produsen pupuk organik non subsidi di Kab. Ponorogo

dengan anggota Kelompok Tani pengelola pupuk organik di wilayah Ponorogo.

GAPPPURO berperan untuk menjamin mutu pupuk organik yang diproduksi oleh

anggota dengan memberikan acuan/prosedur dan merk, serta pengawasan

untuk semua Kelompok Tani, sehingga hasil produk pupuk organik dapat

diseragamkan mutu yang dihasilkan. Sebagai produsen pupuk organik yang

terbilang baru perlu adanya kerja keras untuk mendapatkan nama (images) di

konsumen agar produk yang dihasilkan dapat dikenal masyarakat luas dan dapat

bersaing dengan produk sejenis yang bersubsidi maupun non subsidi. Saat ini

GAPPPURO memproduksi pupuk organik berdasarkan pesanan (job order) dari

Perhutani dan Kelompok tani.

B. Perumusan Masalah

Saat ini mayoritas tanah mengalami kerusakan akibat penggunaan pupuk

kimia (konvensional) yang berlebihan, akibatnya hasil pertanian mengalami

penurunan sehingga perlu adanya perbaikan stuktur tanah. Alternatif untuk

memperbaiki yaitu menggunakan pupuk organik agar tanah menjadi subur

(19)

7

berkelanjutan untuk masa depan. Salah satunya adalah konsep pertanian

berkelanjutan yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam

(penggunaan pupuk organik) dengan input luar rendah (pupuk dan pestisida

kimia) sebagai pelengkap.

GAPPPURO (Gabungan Petani Pengelola Pupuk Organik Ponorogo)

merupakan salah satu produsen pupuk organik non subsidi di Kab. Ponorogo

dan terbilang masih baru berdiri sehingga perlu adanya kerja keras agar dapat

bersaing dengan produsen pupuk organik yang lainnya, tentu banyak mengalami

masalah yang akan dihadapi. maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengendalian mutu yang diterapkan pada produk pupuk

organik di GAPPPURO.

2. Berapa keuntungan produk pupuk organik di GAPPPURO selama

menerapkan pengendalian mutu yang diterapkan.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian

a) Mengetahui pelaksanaan pengendalian mutu produk pupuk organik.

b) Menganalisis keuntungan produk pupuk organik di GAPPPURO selama

menerapkan pengendalian mutu.

2. Manfaat Penelitian

a) Untuk mengevaluasi sistem pengendalian mutu yang pada pengolahan

pupuk organikdan memperbaiki sistem apabila terdapat hal-hal yang perlu

penyempurnaan dan mampu bersaing dan dapat diterima di pasar atau

konsumen.

b) Meminimalkan terjadinya pemalsuan pupuk organik yang beredar di

(20)

c) Sebagai acuan bagi lembaga sertifikasi produk didalam memberikan

jaminan penerbitan SPPT SNI Pupuk Organik.

d) Agar konsumen pemakai pupuk organik tidak dirugikan dengan

pemakaian produk pupuk yang tidak memenuhi persyaratan mutu yang

berlaku.

D. Batasan Masalah

1. Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data pada

tahun 2012 yang diperoleh dari data primer dan data sekunder di

GAPPPURO, Kabupaten Ponorogo.

2. Obyek penelitian adalah Agroindustri pupuk organik curah atau granul

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2003) yang berjudul tentang

Pelaksanaan Pengawasan Mutu Produk Tepung di Agroindustri Tepung dengan

menggunakan analisis deskriptif menghasilkan kesimpulan bahwa dengan

adanya pelaksanaan mutu produk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi

dan nantinya akan memberikan kepuasan kepada konsumen.

Penelitian berjudul Total Quality Control dalam Agroindustri Krupuk Udang

( Ekspor) studi kasus di PT. Candi Jaya Amerta Sidoarjo oleh Rohwanto, A.E.

(2006) dengan menggunakan analisis deskriptif menghasilkan produk yang

berkualitas tinggi dan nantinya akan memberikan kepuasan terhadap konsumen.

Menurut jurnal Analisis Pengendalian Mutu Produksi Roti (kasus PT. AC,

Tangerang), Tisnowati, H, et al (2008) menyimpulkan bahwa hasil analisa SQC

terhahap data perusahaan menunjukan hasil penyebab mutu roti kurang baik

terjadi karena masalah bahan baku, alat dan mesin, personil proses produksi dan

lain-lain adalah bentuk tidak seragam dan hangus, serta kendali proses

perusahaan masih berada diluar batas kendali.

Menurut Soedjatmiko (2009) Analisa Implementasi Total Quality

Management Jamur Kancing (Studi Kasus PT Karya Kompos Bagas, Mojokerto).

Hasil penelitian bahwa secara umum implementasi Total Quality Management

ternyata dapat meningkatkan kepercayaan para konsumen, meningkatkan harga

pembelian produk jamur kancing untuk orientasi ekspor serta permintaan yang

terus menerus dalam jumlah yang sangat besar. Serta peningkatan kinerja yang

dilaksanakan oleh PT. Karya Kompos Bagas dengan mengimplementasikan

TQM ternyata dapat memberikan selisih harga jual produk jamur kancing yang

(22)

Penelitian yang dilakukan oleh Septian (2012) yang berjudul Pengendalian

Mutu Produk pada Agroindustri Kerupuk Udang dengan menggunakan analisis

kuantitatif (statistik) dan menurut konsumen secara kualitatif. menyimpulkan

bahwa Secara keseluruhan kriteria kerupuk udang yang bermutu menurut

responden adalah dari segi rasa. Pada variabel harga,rasa, dan ukuran

berpengaruh nyata terhadap volume penjualan, sedangkan pada variabel

kemasan dan keputusan pembelian tidak berpengaruh nyata terhadap penjualan.

Maka dari kelima hasil penelitian terdahulu tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen baik dalam proses produksi,

pengawasan mutu bahan baku, maupun persediaan bahan baku mempunyai

pengaruh terhadap produk akhir yang dihasilkan.

Pada penelitian saat ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan

penelitian terdahulu. Penelitian saat ini menggunakan analisis yang sama, yaitu

analisis deskriptif, sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu adalah

tempat yang akan diteliti atau tempat yang diminta untuk memperoleh data yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas akhir.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Pupuk

Pengertian pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah

dengan tujuan memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat

fisis tanah berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas dan daya

serap. Sifat kimia berkaitan dengan pH (tingkat keasaman) dan ketersediaan

unsur hara. Sedangkan sifat biologi berkaitan dengan mikroorganisme yang

hidup di dalam tanah (Sutedjo. 2008).

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh

pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase

(23)

11

atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau

hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair

yang digunakan untuk mensuplay bahan organik, (Yang. 2001).

Menurut Ismawati (2003) bahwa, beberapa kelemahan dari penggunaan

pupuk organik, antara lain sebagai berikut :

a. Pupuk organik, terutama pupuk kandang, masih sering mengandung biji

pengganggu yang berasal dari biji yang termakan ternak.

b. Pupuk organik sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena

mengandung larva atau telur serangga sehingga tanaman dapat terserang

hama dan penyakit.

c. Kandungan unsur hara sulit diramalkan dan diatur.

d. Kandungan unsur hara relatif lebih rendah dibandingkan pupuk an organik

sehingga dosis penggunanya lebih tinggi.

e. Respon tanaman terhadap pupuk organik lebih lambat dibanding pupuk an

organik.

Dengan adanya pengolahan bahan organik skala industri atau komersial

maka beberapa kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara sebagai

berikut :

a. Digunakan metode sterilisasi, baik secara sederhana maupun teknologi

tinggi. Pasteurisasi sederhana dengan pengaliran steam agar tercapai suhu

tertentu dengan selang waktu tertentu.

b. Digunakan metode pengeringan dan pengonsentratan bentuk jadi.

c. Pupuk organik digunakan secara kombinasi dengan penggunaan pupuk an

organik.

2. Macam-macam Pupuk Organik

Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui berbagai jenis pupuk organik

(24)

berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi,

jumlah dan macam hara yang dikandungnya. Berdasarkan asalnya

dibedakan:

a. Pupuk hijau. Pupuk hijau didapatkan dari tumbuhan muda, terutama dari

jenis polong-polongan (Leguminose), yang dibenamkan di lahan pertanian.

Tabel 1. Komposisi Hara dalam Tanaman.

(%) (mg/kg)

Tanaman N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn B

Gandum 2,80 0,36 2,26 0,61 0,58 155 28 45 108 23

Jagung 2,47 0,30 2,39 0,41 0,16 132 12 21 117 17

Kc. Tanah 2,59 0,25 2,03 1,24 0,,37 198 23 27 170 28

Kedelai 5,55 0,34 2,41 0,88 0,37 190 11 41 143 39

Kentang 3,25 0,20 7,50 0,43 0,20 165 19 65 160 28

Ubi jalar 3,76 0,38 4,01 0,78 0,68 126 26 40 86 53

Jerami padi 0,66 0,07 0,93 0,29 0,64 427 9 67 365 -

Sekam 0,49 0,05 0,49 0,06 0,04 173 7 36 109 -

Btg. Jagung 0,81 0,15 1,42 0,24 0,30 186 7 30 38 -

Btg. Gandum

0,74 0,10 1,41 0,35 0,28 260 10 34 28 -

Serbuk kayu

1,33 0,07 0,60 1,44 0,20 999 3 41 259 -

Sumber. Tan (1994)

Suatu tanaman mengandung komposisi unsur hara seperti yang tertera

dalam tabel 1 diatas, tetapi bahan baku yang digunakan untuk membuat

pupuk organik adalah sisa dari tanaman yang sudah tidak digunakan.

b. Pupuk kandang.

Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan ternak, misalnya sapi,

(25)

13

Tabel 2. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa Jenis Ternak.

Jenis Ternak N (%) P2O5 (%) K2O (%)

Kambing 0,83 – 0,95 0,35 – 0,51 1,00 – 1,20

Sapi 0,10 – 0,96 0,64 – 1,15 0,45 – 1,00

Babi 0,46 – 0,50 0,35 – 0,41 0,36 – 1,00

Kuda 0,64 – 0,70 0,18 – 0,25 0,55 – 1,64

Ayam 1,00 – 3,13 2,80 – 6,00 0,40 – 2,90

Merpati 1,76 1,78 1,00

Bebek 1,00 1,54 0,62

Angsa 0,55 1,40 0,95

Sumber. Ismawati, (2003)

Pupuk kandang cair (urine) umumnya jarang digunakan, sebab hewan

ternak sulit ditampung. Pupuk kandang siap digunakan bila panas sudah

tidak ada lagi dalam kotoran, dengan ciri seperti pupuk tersebut tidak

tercium bau amoniak, bentuk berupa tanah gembur, warna coklat tua, dan

tampak kering (Lingga dan Marsono, 2002).

c. Kompos

Kompos yaitu hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan

oleh aktivitas mikroorganisme pengurai pupuk kompos diperoleh dari

bahan organik limbah pertanian, misalnya jerami, batang jagung, atau

sampah yang dibusukkan bersama pupuk kandang. Tingkat kandungan

hara kompos ditentukan oleh bahan dasar, cara pengkomposan, dan cara

penyimpanan. Namun, kandungan hara kompos lebih kecil dibandingkan

dengan pupuk kandang. Kandungan pupuk kompos secara umum (Tabel

2), masih bisa diaplikasikan untuk menunjang pertumbuhan dan

(26)

Tabel 3. Kandungan Hara Kompos Secara Umum.

Kompos sangat diperlukan untuk pemupukan meskipun sudah tersedia

pupuk kandang ataupun pupuk hijau, karena pada daerah-daerah tertentu

pupuk kandang sangat sulit diperoleh, sehingga akan mengandalkan pupuk

kompos yang mudah diperoleh. Selain itu, pembuatan kompos dapat

mengurangi penumpukan limbah organik seperti, sampah kota dan limbah

pabrik pengolahan perkebunan (gula, kopi, kelapa sawit), dan mengurangi

polusi udara akibat pembakaran maupun bau limbah tersebut (Ismawati,

2003).

d. Mikroba penyubur tanah yaitu pupuk cair dengan Kemajuan ilmu

mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang

bermanfaat. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke

tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi

kesuburan tanah. Jenis bakteri dan jamur yang biasa digunakan

diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces, Micoriza, dan

Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara penggunaanya

pun berbeda-beda. (Novizan, 2007).

3. Jenis Pupuk Organik.

a. Phospat Alam Granul yaitu Pupuk yang mengandung semua unsur atau

(27)

15

kimia buatan. Pupuk phospat alam tinggal lebih lama dalam jaringan tanah

meningkatkan produktifitas tanah dan menyediakan makanan bagi

tanaman lebih lama dari pada pupuk kimia buatan. Pupuk alami seperti

inilah yang saat ini sedang dicari sebagai pengganti pupuk yang terbuat

dari bahan kimia karena lebih ramah lingkungan juga tidak mengandung

efek lain yang ditimbulkan. Dengan kadar kandungan P2O5 Total = 12,35

%, P2O3 larut dalam Asam Sitrat 2% = 9,00 %, Kadar Air = 1,75 %,

Bentuk/Warna : Butiran/Abu-abu.(SNI 02-3776-2005).

b. Pupuk Majemuk PK yaitu jenis pupuk yang mengandung lebih dari satu

unsur hara antara P dan K. Didalam tanaman antara unsur P dan K ada

saling ketergantungan untur K berfungsi sebagai media transportasi yang

membawa hara-hara dari akar termasuk hara P ke daun dan

mentranslokasi asimilasi dari daun ke seluruh jaringan tanaman.

Kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat proses transportasi

unsur hara maupun asimilasi dalam tanaman dapat berlangsung optimal

maka unsur hara K dalam tanaman harus optimal.

c. Pupuk Organik Granul berbentuk padat butiran berwarna abu-abu dengan

kadar unsur hara yaitu : C Organik :13,76 %; pH: 6,4; C/N rasio : 15; kadar

air 6 %; Fe: 636,00 ppm; Mn: 1095 ppm; Cu: 28 ppm; Zn: 69 ppm; B 333

ppm; Co: 2,8 ppm; Mo: 6,31 ppm.

d. Pupuk organik cair berbentuk cair dengan warna coklat kehitaman serta

kadar unsur hara yaitu C organik: 13,67 %. (SNI 02-4958-1999).

Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR. 140/10/2011,

mengenai persyaratan teknis minimal pupuk organik yang baik yaitu terdapat

(28)

Tabel 4. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Padat (SNI).

Kadar air atas dasar berat basah

Jika kriteria pupuk organik yang diproduksi dibawah standar yang telah

ditentukan maka pupuk organik dainggap kurang baik dan sebaliknya. Kriteria

(29)

17

Tabel 5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Pupuk Organik

Parameter Nilai

Parameter pH H2O Kriteria Penilaian Hasil Analisis Pupuk Organik

Sumber: Suriadikarta, et al (2004).

Contoh pupuk organik adalah sebagai berikut:

Kompos dari berbagai jenis bahan dasar : jerami, sisa tanaman, kotoran

hewan, blotong, tandan kosong, media jamur, sampah organik, sisa limbah

industri berbahan baku organik, tepung tulang, rumput laut, darah kering, asam

amino, asam humat dan asam fulvat, dan sebagainya.

Amerika Serikat (AS), Kriteria yang digunakan didasarkan pada resiko yang

ditimbulkan bahan berbahaya terhadap kesehatan manusia. Nilai yang

(30)

di Florida maksimum kadar Cd dalam kompos adalah 15 mg/kg dan Pb 500

mg/kg. Untuk logam yang sama, Canada ditetapkan 3mg/kg Cd dan 150 mg/kg

Pb sedangkan korea 5 mg/kg Cd dan 150 mg/kg Pb (Prihatini, 2001).

Food and Fertilizer Tecnology Center/FFTC (1997) secara umum telah

mengusulkan persyaratan minimal untuk pupuk organik, yaitu:

Mencantumkan kadar kandungan hara, pH, EC.

a. C/N rasio maksimal 20.

b. Kandungan bahan organik maksimal 60%.

c. Kandungan air maksimal 35%.

d. Presentase bahan inert, seperti batu dan plastik.

e. Dalam label harus dicantumkan lama pengomposan, kandungan logam

berat, germination test, serta stabilitas suhu.

Sedangkan PERMI (Prihatini, 2001) mengusulkan untuk persyaratan

minimal pupuk organik yang beredar di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Label kemasan harus mencantumkan jenis dan jumlah logam berat As, Cr,

Cd, Pb, dan Hg.

b. Khusus pupuk organik dari sampah kota harus memperhatikan adanya

bakteri Bacillus, Escherichia coli, dan Salmonella.

c. Pada penentuan Germination test, menggunakan tanaman indikator jenis

bayam yang tumbuh cepat dan berbiji kecil.

d. Mencantumkan kadar air pupuk, rasio C/N.

e. Mencantumkan informasi, apakah pupuk organik tersebut pupuk organik

murni atau semiorganik (diperkaya pupuk kimia), serta mencantumkan hasil

(31)

19

C. Mutu

1. Pengertian Mutu

Pengertian atau definisi mutu mempunyai cakupan yang sangat luas,

relatif, berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari mutu memiliki

banyak kriteria dan sangat bergantung pada konteksnya terutama jika dilihat dari

sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta

dari sudut pandang produsen sebagai pihak yang menciptakan mutu. Mengenai

istilah mutu ini tergantung kepada rangkaian yang digunakan dan orang yang

menggunakan. Dalam bukunya Total Quality Management F. Tjiptono dan A.

Diana (2003) menyebutkan“ Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan “. Sedangkan yang dikemukakan Gaspersz

(2005) “ Mutu adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau

diterapkan “.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Mutu adalah suatu dari totalitas karakteristik yang terencana untuk mencapai,

mempertahankan dan meningkatkan suatu produk dan jasa agar sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

2. Pengertian Pengendalian Mutu

Pengendalian (official control) adalah segala bentuk kegiatan yang

dilakukan oleh Pemerintah yang diberi kewenangan untuk melakukan verifikasi

terhadap kesesuaian antara penerapan sistem mutu oleh pelaku usaha dengan

peraturan/ketentuan dalam rangka memberi jaminan mutu dan keamanan hasil

perikanan. Pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah

(32)

mestinya, sehingga mutu produk yang direncakan dapat tercapai dan terjamin

(Ishikawa, 1992).

Pengertian pengendalian mutu menurut Assauri (1998) adalah :

Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu dari barang

yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan

berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Pengendalian mutu adalah

suatu aktivitas keteknikan dan manajemen yang mengukur ciri-ciri kualitas

produk dan membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan

mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara

penampilan sebenarnya dengan standar.

Perkembangan di Indonesia dewasa ini, bagi manajemen mutu produk

menjadi lebih penting dari sebelumnya. Persaingan yang sangat ketat

menjadikan pengusaha semakin menyadari pentingnya mutu produk agar dapat

bersaing dan mendapat pangsa pasar yang lebih besar. Perusahaan

membutuhkan suatu cara yang dapat mewujudkan terciptanya mutu yang baik

pada produk yang dihasilkannya serta menjaga konsistensinya agar tetap sesuai

dengan tuntutan pasar yaitu dengan menerapkan system pengendalian mutu

(Quality control) atas aktivitas proses yang dijalani.

Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu dari

barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah

ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan (Assauri, 1998).

Sehingga perlu dilakukan aktivitas atau tindakan yang terencana agar tercapai,

mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu produk dan jasa dengan

(33)

21

3. Standart System Management

Kini keberlangsungan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan

organisasi dalam memenuhi berbagai persyaratan yang berbeda dari

stakeholder. Seperti pelanggan mensyaratkan organisasi untuk menyediakan

mutu dan fitur produk yang tinggi, pemerintah mengharuskan organisasi untuk

memperhatikan kondisi kesehatan dan lingkungan kerja yang lebih baik,

masyarakat menuntut organisasi untuk menyadari bahwa aktivitas organisasi

memiliki dampak pada basis sumber daya alam yang dapat membawa

peningkatan volume pencemaran, penggunaan energi dan kerusakan

lingkungan. Tentunya bervariasinya persyaratan di atas harus menjadi perhatian

manajemen puncak untuk mengambil langkah strategis berikutnya.

Salah satu hal yang dapat dilakukan organisasi adalah melalui penerapan

sistem manajemen yang mampu merespon serangkaian persyaratan dan

harapan stakeholder tersebut. Organisasi dapat menerapkan satu atau beberapa

standar sistem manajemen yang diterbitkan oleh International Organization for

Standardization (ISO) untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan

kepercayaan Stakeholder serta untuk kepentingan lain seperti keselamatan,

keamanan dan fungsi perlindungan lingkungan. Beberapa area yang telah

dikembangkan standar sistem manajemennya antara lain adalah untuk area

mutu (ISO 9000 family), lingkungan (ISO 14000 family), dan Keamanan pangan

(ISO 22000 family). Penerapan standar sistem manajemen yang dikembangkan

oleh ISO ini memungkinkan suatu organisasi menyelaraskan atau memadukan

dengan sistem manajemen yang ada.

Standar sistem manajemen pertama yang dikembangkan oleh ISO adalah

standar sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Seri, yang kemudian diikuti oleh

standar sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 Seri. Keberhasilan kedua seri

(34)

ISO untuk mengembangkan standar sistem manajemen lain seperti sistem

manajemen keamanan pangan (ISO 22000), sistem manajemen keamanan

informasi (ISO/IEC 27000), dan sistem manajemen keamanan rantai pasokan

(ISO/PAS 28000). Selain itu untuk sektor yang lebih spesifik seperti ISO 13485 :

2003 untuk medical devices, ISO/TS 216949 : 2002 untuk bidang industri

otomotif, ISO/TS 29001 : 2003 untuk bidang petroleum, dan ISO/IEC 900003 :

2004 untuk perangkat lunak (Suriadikarta, et al. 2005).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu.

Mutu dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang

dapat memenuhi tujuannya. Menurut Assauri (2004) mengemukakan bahwa

tingkat mutu ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Bahan Baku.

Dalam suatu produk apapun bahan baku sangatlah penting sebagai

langkah awal untuk mendapatkan hasil produk yang mempunyai mutu bagus.

Baik buruknya bahan baku akan mempengaruhi kualitas suatu produk yang akan

dihasilkan sehingga perlu diadakan pengawasan dan pemilihan bahan baku yang

akan diproduksi untuk menjadi suatu produk.

b. Fungsi Suatu Barang.

Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang tersebut

digunakan atau dibutuhkan tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut

seperti tahan lamanya, kegunaannya, berat, besar kecil pengaruh dan

kepercayaannya.

c. Wujud Luar.

Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen

dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang

tersebut, adalah wujud luar barang itu. Faktor wujud luar yang terdapat pada

(35)

23

d. Harga Barang Tersebut.

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan menentukan mutu barang

tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga

yang mahal, dapat menunujukan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik.

5. Ruang Lingkup Pengendalian Mutu.

Menurut Assauri (2004:) secara garis besar pengendalian mutu

dikelompokan dalam tiga tingkatan, yaitu :

a. Pengendalian bahan baku (Stock). Pengendalian bahan baku harus teliti,

karena pencegahan awal sebelum proses berlangsung dan dapat menekan

biaya yang produksi apabila sudah diketahui bahan baku yang kurang

bagus atau kurang sesuai dengan Standart Operating Procedure

perusahaan (SOP).

b. Pengendalian Selama Pengolahan (Proses) Pengendalian harus dilakukan

secara beraturan dan teratur. Pengendalian dilakukan hanya terhadap

bagian dari proses mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti dengan

pengendalian pada bagian lain. Pengendalian ini termasuk juga

pengendalian atas bahan-bahan yang digunakan untuk proses.

c. Pengendalian Atas Hasil yang Telah Diselesaikan, meskipun telah

diadakannya pengendalian mutu selama proses tidak menjamin bahwa

tidak ada hasil produksi yang rusak atau kurang baik. Untuk menjaga agar

barang-barang yang dihasilkan cukup baik sampai ke konsumen maka

diperlu kan adanya pengendalian atas barang hasil produksi.

D. Total Quality Management

Pengembangan produk pupuk organik dapat dikatakan berhasil apabila

suatu perusahaan mengalami peningkatan produk dan keuntungan sehingga

mampu untuk membayar semua biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan

(36)

Management) sangat perlu diterapkan guna meningkatkan keuntungan dan

memberikan manfaat tedahap persaingan di era modern saat ini. Dengan

melakukan perbaikan, pengawasan terhadap setiap kegiatan produksinya

sehingga terjaga mutu produk tersebut dan tetap mendapat kepercayaan

konsumen. dan perusahaan akan terus mampu menembus persaingan yang

sangat ketat dengan perusahaan yang lainnnya yang berjalan dibidang yang

sama.

Pendekatan strategis dari TQM produk berawal dari fokus konsumen,

mencakup metode-metode menentukan keinginan konsumen untuk kemudian

untuk mengarahkan semua sumber daya perusahaan dalam rangka memenuhi

keinginan tersebut.

TQM mencakup empat aktivitas manajerial dasar:

a. Merencanakan Kualitas

b. Mengorganisasikan Kualitas.

c. Mengarahkan Kualitas

d. Mengendalikan Kualitas

TQM merupakan sistem manajemen yang fokus pada semua orang/

tenaga kerja, bertujuan untuk terus – menerus meningkatkan nilai yang diberika

bagi pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah dari pada nilai

suatu produk. Gaspersz. V. (2005).

E. Teori Keuntungan

Menurut Nicholson (2002), keuntungan ekonomis adalah perbedaan antara

total penerimaan denagn total biaya. Total penerimaan didapat dari hasil

perkalian antara jumlah output dengan harga produk, sedangkan biaya

(37)

25

penerimaan dinotasikan dengan TR dan toltal biaya dinotasikan dengan TC,

maka keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut:

= −

Kriteria:

Apabila total penerimaan > total biaya, maka usaha untung

Apabila total penerimaan = total biaya, maka usaha berada pada titik impas

Apabila total penerimaan < total biaya, maka usaha tersebut merugi

Menurut Lipsey et al (1995), mengatakan bahwa manfaat dari analisis

keuntungan adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan

sumber daya dengan sebaik-baiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang

diperolaeh perusahaan digunakan sebagai parameter tingkat keuntungan yang

diperoleh perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki. Oleh

karena itu, tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan

keuntungan dan meminimum biaya. Besarnya penerimaan yang diperoleh

dipengaruhi oleh total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh perusahaan.

Faktor kedua abalah biaya, untuk meminimumkan biaya terutama biaya

pembelian bahan baku, perusahaan harus menguasai informasi tentang

pemasok dengan tujuan mengetahui harga bahan baku dari pemasok mana yang

relatif lebih murah. Sehingga biaya dapat diminimalisasi dengan tujuan untuk

meningkatkan keuntungan usaha yang diperoleh, selisih antara penerimaan dari

penjualan pupuk organik dengan total boaya. Secara umum perhitungan

keuntungan usaha pupuk organik adalah sebagai berikut:

Keuntungan usaha = Penerimaan – Total Biaya

= (q x p) – TC

Dimana, q : Jumlah pupuk organik yang terjual

(38)

TC : Total biaya dalam produksi pupuk organik

Untuk melihat berapa besar return to capital dari usaha pupuk organik

maka digunakan rumus R/C Ratio dari usaha tersebut. Nilai R/C Ratio didapat

dari hasil bagi antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. Bila

dirumuskan persamaan R/C Ratio adalah sebagai berikut:

R/C =

Kriteria:

Jika R/C > 1, Maka usaha tersebut untung

Jika R/C = 1, Maka usaha tersebut impas

Jika R/C < 1, Maka usaha tersebut rugi

Mengenai penyusutan alat yang digunakan, maka menggunakan metode

garis lurus (Straight Line Method). Metode ini menganggap aktiva tetap akan

memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa

penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan

fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva diarik dari

penggunaannya (Pujawan. 2004). Bila dirumuskan sebagai berikut:

= −

Dimana; D = Depreciation

AC = Acquisition Cost

SV = Salvage Value

LT = Life Time

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan

Menurut Fillaily (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan

adalah modal, pendidikan, pengalaman serta status usaha. Dimana modal ini

mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh, semakin besar

(39)

27

Pendidikan dan pengalaman mempengaruhi dalam mengelola suatu

usaha, bagaimana manajemennya, kreativitas dalam menarik konsumen agar

tertarik kepada produk yang dihasilkan.

Mulyadi (2001), mengemukakan laba atau keuntungan yang diperoleh

suatu perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu produk, harga, dan biaya.

Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu. Harga

jual mempegaruhi volume penjualan, sedangkan produk mempengaruhi biaya,

jadi ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lainnya.

G. Kerangka Pemikiran

Era Globalisasi saat ini persaingan produk yang semakin ketat dan terbuka

merupakan tantangan besar bagi industri apapun, khususnya industri pupuk

organik, untuk memenuhi harapan dan permintaan pasar akan produk yang

bermutu dan aman. Oleh karena itu, setiap perusahaan melakukan berbagai

upaya agar produk yang dihasilkan diterima oleh pasar dan dapat mengungguli

produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain dengan harga yang terjangkau.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengimplementasikan pengendalian

mutu dengan menerapkan TQM (Total Quality Management) produk. Manfaat

ekonomis penerapan standart nyata dirasakan. Setidaknya manfaat tersebut

secara kulalitatif dapat menghemat biaya, membuka seluas-luasnya peluang

pasar, menciptakan pasar baru dan mendorong terjadinya inovasi baru.

Dengan penerapan standard tentunya akan mengurangi variasi produk

sehingga dimungkinkan produksi massal yang lebih efisien. Selain itu,

standarisasi memberi kepastian arah masa depan industri yang berdampak pada

turunnya risiko investasi di bidang riset dan pengembangan. Ini semua

mendatangkan penghematan pada produsen pupuk organik. Penerapan

standard di satu sisi merupakan sumber informasi mengenai apa yang diinginkan

(40)

kebutuhan konsumen. Maka, penerapan standard membuka peluang pasar bagi

produsen pupuk organik dalam persaingan produk secara sehat, Yakni pasar

yang telah ada maupun pasar baru untuk mendapatkan keuntungan yang

maksimal.

Adapun secara sederhana kerangka pemikiran dapat diceritakan sebagai

berikut:

Gambar 1 . Diagram Alir Kerangka Pemikiran.

Dari Gambar 1. Menunjukan bahwa produksi pupuk organik dipengaruhi

oleh masalah mutu pupuk yang bervariasi, sehingga perlu diadakan

pengendalian mutu agar sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI) guna

untuk menjamin mutu sehingga terjamin pupuk organik mempunyai kualitas/mutu

yang bagus sesuai dengan kebutuhan petani dan harga yang terjangkau.

Proses pengendalian mutu pada produk pupuk organik yaitu dengan cara

pengendalian mutu yang sesuai SOP (Standart Operating Prosedure) mulai

(41)

29

sangat berpengaruh kepada pupuk yang dihasilkan. Setelah bahan baku lolos

pengawasan dan dikendalikan maka berikutnya pada pengendalian kualitas pada

proses produksi sehingga hasil dari pupuk organik mempunyai kualitas yang

seragam dan memenuhi standar yang telah ditentukan sehingga hasil sesuai

dengan yang diharapkan. Produk pupuk organik dilakukan pengidentifikasian

dengan kriteria yang telah ada sebagai acuan. Pupuk yang sesuai dilakukan

pengemasan sedangkan yang tidak sesuai dilakukan pengolahan kembali.

Proses pengidentifikasian tentang pupuk harus sesuai dengan refrensi yang

sudah terakomodasi dan sistem produksi sudah sesuai dengan prosedur yang

telah ditentukan sehingga mutu yang baik dan sesuai dengan standar mutu maka

akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan keuntungan dari produk

tersebut akan meningkat.

Mutu dapat diuji dengan analisis deskriptif kualitatif sehingga dapat

diketahui jumlah produk yang sudah sesuai SNI kemudian dipasarkan,

sedangkan yang sudah lama belum terjual atau tersalurkan kekonsumen akan di

olah kembali agar bakteri pengurai dalam pupuk organik tersebut dapat aktif

(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pengertian penelitian didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk

memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Menurut Sukmadinata (2006) Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,

baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa

berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan

perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang akan

dilakukan di dalam menyelasaikan masalah-masalah yang ada pada perusahaan

serta metode pemecahan yang sebaiknya digunakan secara lebih baik.

B. Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian ini mengambil tempat di GAPPPURO (Gabungan Petani

Pengelola Pupuk Organik Ponorogo), di bawah pengawasan Dinas Pertanian

Kabupaten Ponorogo. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa

pada saat ini mulai menggalakkan pupuk organik dan menyadari bahwa dampak

dari pupuk anorganik sangatlah fatal tehadap pertaniaan saat ini. Sehingga

diharapkan dapat menjadi obyek penelitian yang representatif. Selain itu

pertimbangan pemilihan tempat di Kabupaten Ponorogo didasarkan pada

keinginan pribadi untuk kembali ke daerah asal, dan ikut serta dalam

pembangunan pertanian. Adapaun waktu pelaksanaan penelitian mulai

(43)

31

C. Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, informan yang akan dijadikan responden adalah

sekretaris, bendahara GAPPPURO dan sebagian anggota (ketua Kelompok

Tani) yang bergabung. Dari informan tersebut dibuat sampel yang menggunakan

random sampling Alasan menggunakan random sampling adalah karena semua

kelompok Tani menggunakan formulasi yang sama dari GAPPPURO, oleh

karena itu, sampel dipilih secara langsung pada saat penelitian terhadap struktur

dan anggota adalah agar kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai

dengan penelitian yang akan dilakukan.

Sebagai informan awal dipilih secara purposive, obyek penelitian yang

menguasai permasalahan yang diteliti (key informan). Informasi selanjutnya

diminta kepada anggota yang dianggap dapat mewakili semua anggota. Pada

penelitian ini yang dipandang sebagai informan pertama adalah pengurus inti

GAPPURO (Sekretaris, Bendahara), dan beberapa dari anggota (5 Ketua

Kelompok Tani) karena dianggap sudah mewakili dari dari seluruh anggota.

D. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Yaitu informasi atau data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya (

data tersebut belum melalui proses pengumpulan dari pihak lain dan

berhubungan dengan obyek yang akan diteliti, kemudian diamati dan dicatat

untuk pertama kalinya ) Untuk mendapatkan data ini dilakukan pengambilan data

secara langsung pada produk pupuk organik di GAPPPURO Kabupaten

(44)

2. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, yaitu

data yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain dan sudah diolah. Data tersebut

merupakan data yang diperoleh dari data arsip dan brosur yaitu datanya berupa

data obyektif tentang catatan-catatan yang dimiliki oleh perusahaan. Disamping

itu juga diambil dari buku-buku atau literature-lioteratur yang ada di perusahaan

dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

3. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan untuk mencari data yang dapat

disajikan sebagai hasil dari penelitian yang kemudian di analisa lebih lanjut.

Dalam pengumpulan data digunakan beberapa metode untuk mengumpulkan

data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun metode – metode yang

dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

4. Interview atau wawancara

Interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan

tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan pemilik atau tenaga kerja

serta pihak perusahaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Wawancara yang baik, masalah suatu wawancara yang menghasilkan banyak

informasi dalam waktu yang relatif singkat.

a) Observasi langsung

Observasi langsung adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan jalan mengadakan peninjauan atau penelitian secara langsung pada

obyek yang diteliti.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mempelajari dan membaca dokumen–dokumen atau arsip–arsip yang ada

(45)

33

E. Analisis Data

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa

kualitatif, yaitu data yang diperoleh disusun secara sistematis untuk dianalisa

secara kualitatif (statistik) untuk memberikan penjelasan tentang masalah yang

akan dibahas. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal

penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian

dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,

mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta

menyimpulkan data.

Untuk menjawab tujuan yang pertama menggunakan analisis kualitatif

deskriftif. Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa

ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif

diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang

ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,

kelompok, masyarakat dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya

umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan.

Menurut Sugiyono (2005), Pengertian Deskriptif adalah Metode yang

digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Analisis data secara

deskriptif kualitatif adalah suatu pengolahan data yang dilakukan dengan cara

menguraikan dalam bentuk kalimat dengan menghubungkan dengan teori-teori

yang ada guna mendapatkan kesimpulan dan juga proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

(46)

Untuk menjawab tujuan kedua adalah menganalisis keuntungan dengan

menerapkan pengendalian mutu produk secara kuantitatif (statistik) dengan

menggunakan teknik kendali mutu secara statistik menurut K. Ishikawa (1989).

Kriteria pupuk organik yang baik dan buruk dapat dilihat pada tabel SNI

yang terbaru, sedangkan secara fisik yaitu;

1. Pupuk organik yang baik

a) Mudah bercampur dengan tanah.

b) Ukuran butiran granul merata.

c) Warna hitam.

d) Dapat memperbaiki tanah

2. Pupuk organik yang kurang baik

a) Sulit bercampur dengan tanah (tetap utuh butiranya sampai waktu yang

lama).

b) Warna pupuk organik terang.

c) Bentuk granul tidak seragam.

d) Dalam kemasan antar granul lengket dan mengeras / menggumpal besar.

Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha pupuk organik menggunakan

analisis keuntungan dengan rumus:

= −

Dimana:

= Keuntungan dari usaha pupuk organik (Rp/Produksi)

TR = Total penerimaan, yaitu jumlah pupuk organik yang terjual dikalikan

dengan harga jual pupuk organik (Rp/produksi)

TC = Total biaya (Rp/Produksi)

Sehingga dapat diketahui apakah produk pupuk organik GAPPPURO

mendapatkan keuntungan atau sebaliknya.

(47)

35

Untuk menghindari ketidaksamaan persepsi, maka perlu diberi batasan

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keuntungan pupuk organik. Batasan-batasan tersebut

diantaranya:

1. Pupuk organik curah adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya

terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang

telah melalui proses rekayasa, yang berbentuk padat tetapi belum berupa

butiran-butiran yang digunakan untuk mensuplay bahan organik dan

memperbaiki stuktur tanah.

2. GAPPPURO adalah nama dari gabungan kelompok tani pengelola pupuk

organik Ponorogo, dengan aggota kelompok tani dari berbagai daerah se

Kabupaten Ponorogo yang menerima hibah alat Chooper dan Granulator

dari Provinsi Jawa Timur TA 2009 hingga 2011 serta sebagai nama pupuk

organik yang dihasilkan..

3. keuntungan GAPPPURO adalah seluruh hasil penerimaan vee dari anggota

kelompok tani dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk membeli

fasilitas (sak, mer, label), Biaya menjamin mutu dari laboratorium, biaya

transportasi dan lain-lainya. .

4. Modal adalah seluruh jumlah uang yang dipakai untuk menjalankan usaha

pupuk organik. Modal dapat berasal dari gabungan iuran anggota

GAPPPURO.

5. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi

pupuk organik baik yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga

yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Tingkat upah berdasarkan

tingkat upah Rp yang berlaku di daerah penelitian. Tenaga kerja bervariasi

tergantung jumlah dan tingkat produksi yang dilakukan oleh kelompok tani

(48)

laki-laki dan wanita sehingga diambil rata-rata 2 tenaga kerja laki-laki dan 2

tenaga wanita.

6. Biaya total adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani pupuk organik

GAPPPURO, baik yang tunai maupun yang diperhitungkan dinyatakan

dalam satuan rupiah.

7. Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyaknya produksi

pupuk organik GAPPPURO yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan

Rupiah.

8. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian sarana

produksi yang jumlahnya berubah dengan dengan perubahan produksi

pupuk organik GAPPPURO yang dihasilkan dan dinyatakan dalam satuan

Rupiah.

9. Harga produk adalah harga pupuk organik GAPPPURO ditingkat kelompok

tani. Satuan yang digunakan adalah Rupiah per kilogram.

10. Penerimaan usahatani pupuk organik GAPPPURO merupakan nilai produksi

total pupuk organik GAPPPURO dalam satu tahun dikalikan dengan harga

jual pupuk organik GAPPPURO yang diterima. Satuan yang dipakai adalah

rupiah.

11. Pendapatan usahatani pupuk organik GAPPPURO merupakan selisih antara

penerimaan dan biaya usahatani pupuk organik GAPPPURO.

12. Volume penjualan adalah volume penjualan terdapat dari total seluruh pupuk

organik curah/granul yang terjual dalam satu tahun 2012 (Ton).

13. Volume produksi adalah jumlah seluruh produksi pupuk yang dilakukan

Gambar

Tabel 1. Komposisi Hara dalam Tanaman.
Tabel 2. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa Jenis Ternak.
Tabel 3. Kandungan Hara Kompos Secara Umum.
Tabel 4. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Padat (SNI).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kondisi dan peluang sebagai tuntutan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah, maka yayasan Bina Mandiri Gorontalo yang letaknya di Kabupaten Boalemo

remaja yang salah dalam penanganan acne vulgaris karena pengetahuan remaja terhadap acnevulgari s kurang, dan penanganan yang salah pada acne menimbulkan reaksi seperti

Untuk kelas kerjasama, MEP FEB UGM menawarkan 4 konsentrasi di atas (Perencanaan dan Pembangunan Daerah/ PPD, Keuangan Daerah/KD, Manajemen Aset dan Penilaian Properti/MAPP,

Unggul Jaya Beton meliputi halaman home, halaman tentang kami, halaman produk, halaman galeri, dan halaman kontak kami untuk ditampilkan pada pengunjung, sedangkan halaman login

[r]

No.. Dari tabel diatas Selain penilaian mengenai kegiatan pembelajaran tersebut hanya mendapat penilaian 72,47 atau cukup baik saja, hal ini berarti kegiatan pembelajaran belum

dalam penelitian berupa pemahaman isi cerita “Legenda Jaka Tingkir” versi Patilasan Gedong Pusoko Kraton Pajang yang menurut informan dapat memberikan gambaran bagi masyarakat

Penelitian ini membahas 3 (tiga) masalah yaitu peran Kepolisian Polrestabes Semarang dalam menangani kasus korban kejahatan kesusilaan terhadap anak, hambatan yang ditemui