PENGENDALIAN MUTU PRODUK PUPUK ORGANIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN DI GAPPPURO (GABUNGAN PETANI PENGELOLA PUPUK
ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN PONOROGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur Sebagai syarat mendapakan gelar S-1
Oleh :
FATKUR ROHMAN NPM : 0924010005
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR S U R A B A Y A
ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN PONOROGO
Disusun oleh :
FATKUR ROHMAN NPM : 0924010005
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 28 Februari 2013
Menyetujui,
Pembimbing : Tim Dosen Penguji,
1. Pembimbing Utama : 1. Ketua
Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MMA. Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MMA.
2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris
Dr. Ir. ENDANG YEKTININGSIH,MP . Ir. NURIAH YULIATI, MP.
3. Anggota
Ir. SETYO PARSUDI, MP.
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS. NIP. 19620205 198703 1005
Ketua Pogram Studi Agribisnis
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Rahmat dan Kehadirat Allah SWT akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGENDALIAN MUTU PRODUK PUPUK
ORGANIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN DI GAPPPURO (GABUNGAN
PETANI PENGELOLA PUPUK ORGANIK PONOROGO) KABUPATEN
PONOROGO”.
Dalam hal ini peneliti menyadari bahwa segala keberhasilan dan
kesuksesan tidak terlepas dari sang Khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan waktu, kesempatan, serta bimbingan.
Peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Ir. Sri
Tjondro Winarno, MMA selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Ir. Endang
Yektiningsih, MP selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah banyak
memberikan pengarahan, motivasi, masukan dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan untuk membimbing peneliti.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas
Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Seluruh Dosen – dosen beserta staff Fakultas Pertanian
4. Ir. Medi Susanto. MMA selaku pendamping GAPPPURO Kabupaten
Ponorogo
5. Pengurus inti dan seluruh anggota GAPPPURO Kabupaten Ponorogo
6. Seluruh keluarga besarku terutama Orang tuaku, yang telah banyak
Namun demikian peneliti menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun
penyajian skipsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, peneliti
mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
para pembaca umumnya.
Surabaya, Februari 2013
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAK ... ix
RINGKASAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat ... 7
D. Batasan masalah ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Telaah Penelitian Terdahulu ... 9
B. Landasan Teori ... 10
1. Pengertian Pupuk ... 10
2. Macam – Macam Pupuk Organik ... 12
3. Jenis Pupuk Organik ... 14
C. Mutu ... 19
1. Pengertian Mutu ... 19
2. Pengertian Pengendalian Mutu ... 19
3. Standart System Management ... 21
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu ... 22
5. Ruang Lingkup Pengendalian Mutu ... 23
G. Kerangka Pemikiran ... 27
III METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Penentuan Lokasi ... 30
C. Penentuan Informan ... 31
D. Penumpulan Data ... 31
E. Analisis Data ... 33
F. Definisi Variabel ... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Sejarah singkat GAPPPURO ... 37
1. Sejarah Singkat GAPPPURO ... 37
2. Lokasi GAPPPURO ... 38
3. Visi dan Misi ... 38
4. Struktur Organisasi GAPPPURO ... 39
B. Peran GAPPPURO ... 42
C. Pelaksanaan Pengendalian Mutu Produk Pupuk Organik ... 44
1. Pengadaan Bahan Baku ... 44
2. Alat Produksi ... 45
3. Proses Produksi ... 46
4. Produk Pupuk Organik ... 49
5. Pengendalian Mutu Produk Pupuk Organik ... 50
D. Kendala – Kendala GAPPPURO ... 54
E. Menganalisis Keuntungan Produk Pupuk Organik ... 56
2. Analisis Keuntungan Produk Pupuk Organik Kelompok Tani
Anggota GAPPPURO ... 57
3. Analisis Keuntungan GAPPPURO ... 61
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
Nomor Judul Halaman
1. Komposisi Hara dalam Tanaman ... 12
2. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa Jenis Ternak. ... 13
3. Kandungan Hara Kompos Secara Umum... 14
4. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Padat (SNI) ... 16
5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Pupuk Organik ... 17
6. Hasil Penilaian Kandungan Hara Pupuk Organik GAPPPURO (Curah) ... 49
7. Keuntungan Kelompok Tani ... 60
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ... 28
2. Proses Pencacahan Jerami Dan Kotoran Ternak ... 47
Nomor Judul Halaman
1. Nama Anggota GAPPPURO ... 68
2. Hasil Penilaian Pupuk Organik GAPPPURO ... 69
3. Jumlah Produksi Anggota GAPPPURO Selama 1 Tahun ... 70
4. Perhitungan Keuntungan Kelompok Tani ... 71
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian mutu produk pupuk organik dan menganalisis keuntungan produk pupuk organik di GAPPPURO selama menerapkan pengendalian mutu. Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu kualitatif deskriftif. Dan untuk menjawab tujuan kedua dengan menggunakan teknik kendali mutu secara statistik menurut K. Ishikawa (1989). Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pengendalian mutu produk pupuk organik di GAPPPURO dilakukan dengan cara pengawasan pada mulai dari bahan baku, hingga proses produksi, GAPPPURO juga melakukan pengujian mutu dilaboratorium. Hasil produksi pupuk organik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yang menerapkam Sistem Manajemen Mutu pada saat pengawasan dalam proses pengemasan pupuk organik dan pemasaran. Keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi pupuk organik yang diperoleh GAPPPURO selama satu tahun yaitu sebesar Rp. 73.066.050,- dengan total produksi sebesar 799.500 Kg. Sehingga pendapatan GAPPPURO dari Fee setelah penjualan pupuk organik dari Kelompok Tani sebesar Rp. 150/kg. SDM yang bertugas dalam mengendalikan mutu pupuk organik dinilai kurang maksimal karena ruang lingkup GAPPPURO terbilang luas. Untuk mengatasi hal tersebut seharusnya GAPPPURO menambah SDM yang mampu mengendalikan mutu pada proses produksi pupuk organik sehingga mutu pupuk tetap terjaga dan menghindari hal-hal yang negatif, seperti pengurangan ukuran formulasi, tidak sesuai dengan SOP yang ditentukan dll.
Kata kunci : Pupuk Organik, Pengendalian Mutu, Keuntungan, Dan GAPPPURO.
ABSTRACT
Research purposes to determine the implementation of product quality control and analyze the advantages of organic fertilizer and organic fertilizer products in GAPPPURO for implementing quality control. Analysis used to answer the first objective is descriptive qualitative. And to answer the second goal by using statistical quality control techniques according to K. Ishikawa (1989). The results indicate the implementation of quality control of organic fertilizer products in GAPPPURO done by monitoring the start of the raw materials, to the production process, GAPPPURO also perform quality testing laboratory. The production of organic fertilizer according to Indonesia's National Standard menerapkam Quality Management System at the time of supervision in the process of packaging and marketing of organic fertilizer. Gains derived from the production of organic fertilizers obtained GAPPPURO for one year in the amount of Rp. 73,066,050, - with a total production of 799 500 Kg. Thus revenue Fee GAPPPURO of organic fertilizer after the sale of Farmers Group of Rp. 150/kg. HR in charge of controlling the quality of organic fertilizers assessed less than the maximum because GAPPPURO fairly broad scope. To overcome this GAPPPURO should add to the quality of human resources that are able to control the production process so that the quality of organic manure fertilizer to stay awake and avoid negative things, such as reducing the size of the formulation, not in accordance with the specified SOP etc.
PONOROGO DOSEN PEMBIMBING UTAMA: Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MMA, DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING:
Dr. Ir. ENDANG YEKTININGSIH, MP
RINGKASAN
Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagaian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami rekayasa bentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik memegang peranan penting dalam sistem usahatani, karena kemampuannya dalam memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Masalah pengendalian mutu pupuk adalah keterbatasan utama untuk efisiensi penggunaannya dalam pertanian komersial modern karena kontrol mutu untuk pupuk organik jauh lebih sulit dari pada pupuk kimia.
GAPPPURO mempunyai peran sebagai penjamin mutu, label atau nama dari produk pupuk organik yang dilakukan oleh Kelompok Tani sebagai produsen pupuk organik, serta menjadi tempat pemasaran, mengontrol dan mengatur berlangsungnya proses produksi pupuk organik sehingga keanekaragaman dari bahan baku yang bervariasi sehingga menjadi pupuk yang sesuai dengan mutu yang diharapkan atau ditentukan oleh GAPPPURO. GAPPPURO merupakan Agroindustri yang terbilang baru dibanding produsen pupuk organik lainya sehingga perlu bekerja keras agar dapat bersaing untuk mendapatkan konsumen.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pertanian di Indonesia yaitu penyempitan lahan pertanian
yang digunakan sebagai bagunan dan terjadinya kerusakan lahan yang
disebabkan oleh erosi yang dapat menyebabkan hilangnya unsur hara, bahan
organik, water logging. Selain itu kerusakan tanah juga dapat juga disebabkan
penggunaan pupuk kimia (Anorganik) yang berlebihan dan terus menerus,
sehingga tanah menjadi asam, akibatnya banyak unsur hara yang terikat dan
tidak dapat dimobilisir tanaman. Kondisi demikian akan berakibat produktivitas
pertanian menjadi rendah. Hasil penelitian Suharto (1998) menunjukkan bahwa
polutan Amoniak dan Nitrat ditemukan sampai ke muara-muara sungai yang
disebabkan oleh pemakaian pupuk kimia berlebihan. Untuk menanggulangi
permasalahan tersebut, diupayakan pemanfaatan pupuk organik dari limbah
kotoran hewan dengan sistem fermentasi semi aerob yang ramah lingkungan.
keunggulan di era global ini, Agribisnis dituntut mampu memainkan
perannya secara optimal. Konsekuensinya, sektor ini tidak hanya menjadi
tumpuan harapan seluruh pelaku Agribisnis, khususnya petani dalam arti luas,
tetapi juga dapat dijadikan basis pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.
Setelah bertahun-tahun menggunakan pupuk kimia, petani Indonesia banyak
yang mulai kembali ke pupuk organik, terutama untuk tanaman pangan bernilai
tinggi seperti kedelai, padi, jagung, kentang dan sayuran. Petani telah
menemukan bahwa pupuk organik membuat hasil lebih stabil dan meningkatkan
kualitas produk. Aplikasi pupuk organik juga membantu mengontrol tanah dan
penyakit, memperbaiki sifat tanah dan melestarikan kelembaban tanah.
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
Sedangkan pupuk hayati merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup
yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya
hara dalam tanah bagi tanaman, Simanungkalit (2006). Pupuk organik
merupakan pupuk yang sebagaian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami rekayasa
bentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik,
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Peraturan Mentan, No.
2/Pert/HK.060/2/2006).
Menurut Lingga dan Marsono (2000), pupuk anorganik adalah pupuk yang
dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik
berkadar hara tinggi. Misalnya Urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg Urea
terdapat 45-46 hara Nitrogen). Pupuk merupakan salah satu sarana produksi
yang memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi dan kualitas hasil
budidaya tanaman. Untuk memenuhi standar mutu dan menjamin efektifitas
pupuk, maka pupuk yang diproduksi harus berasal dari formula hasil rekayasa
yang telah diuji mutu dan efektifitasnya. Para petani di Indonesia selama 30
tahunan menggunakan pupuk anorganik untuk meningkatkan hasil pertanian,
selain dapat menyuburkan tanah sementara dan meningkatkan hasil pertanian,
ternyata pupuk anorganik jugalah yang ikut andil menyebabkan pencemaran
lingkungan pada tanah. Pupuk dapat menyebabkan pencemaran pada tanah jika
penggunaannya berlebihan (melebihi dosis yang dianjurkan), terutama pada
pupuk anorganik.
Pupuk organik memegang peranan penting dalam sistem usahatani,
karena kemampuannya dalam memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Penggunaan bahan-bahan organik akan menyehatkan tanah, menurunkan
tingkat polusi, dan limbah berbahaya sehingga tanah terlindung dari proses
3
umumnya lambat karena proses penyediaan hara bertahap melalui proses
dekomposisi. Begitu pentingnya peranan pupuk organik dalam mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman, maka kehadiran produk pupuk organik
yang berkualitas sangat didambakan, namun untuk mendapatkan pupuk organik
yang berkualitas perlu dilakukan seleksi terhadap bahan baku, uji mutu, dan
keefektifan pupuk. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia seringkali
mengalami kelangkaan pupuk konvensional, dengan adanya pupuk organik
diharapkan turut membantu pemecahan masalah dari kemungkinan kondisi
ketidakseimbangan pasokan (supply) dan permintaan (demand) pupuk dimasa
yang akan datang. Sehingga banyak para petani kita bahkan dunia mulai beralih
ke pupuk organik sebagai pilihan alternatif disamping gampang diperoleh prinsip
kembali ke Alam atau back to nature mulai merambah mind set mereka.
Dampak dari hal tersebut banyak bermunculan merk-merk pupuk organik yang
beredar di pasaran tanpa kejelasan mutu dari setiap merk dan formula yang
dicantumkan dalam suatu produk pupuk organik, dimana telah meresahkan
berbagai kalangan, baik dari pihak konsumen/pengguna maupun pihak
produsen/pembuat. Hal ini karena, pada saat ini produk organik sudah mulai
diminati masyarakat lokal, nasional dan internasional. Sementara itu, bahan
organik (pupuk organik) keberadaanya kian dibutuhkan oleh masyarakat sebagai
bahan baku produksi tanaman organik.
Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi
penggunaaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran
lingkungan akibat penggunaaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi .
Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk
konvensional (pupuk anorganik) sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah
dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (kedelai,
kakao, teh, tebu, dll.) yang diketahui selama ini sebagai pengguna utama pupuk
konvensional. Lebih lanjut lagi, kemampuannya untuk mengurangi dampak
pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan kemampuannya menurunkan
dosis penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produksi sebesar 16 - 36%
(Widowati, 2009).
Masalah pengendalian mutu adalah keterbatasan utama untuk efisiensi
penggunaannya dalam pertanian komersial modern karena kontrol mutu untuk
pupuk organik jauh lebih sulit dari pada pupuk kimia. Pengendalian mutu hanya
dilakukan oleh pihak perusahaan dan konsumen, hal ini dianggap belum
mencukupi, sehingga perlu pihak ketiga yang sifatnya independen. Kehadiran
pihak ketiga ini dianggap lebih objektif dan dapat memuaskan pihak produsen
dan konsumen, sehingga muncullah badan atau lembaga akreditasi. Badan ini
semula adalah suatu lembaga pemerintah atau asosiasi dalam suatu negara dan
tugas utamanya adalah mengawasi dan mengakreditasi produk pupuk organik
yang dihasilkan oleh perusahaan yang berada dalam negara, seperti Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan Japan Industrial Standard (JIS). Yamit, 2003.
Badan Standardisasi Nasional dapat mengambil peran untuk memastikan
standar-standar nasional yang dikembangkan, termasuk Standar Nasional
Indonesia (SNI), layak diterapkan di dalam dunia usaha tidak hanya pengusaha
skala besar, tetapi sampai pengusaha skala kecil menengah. Standar juga harus
diterima oleh dunia perdagangan internasional. Kriteria yang ditetapkan untuk
pupuk organik asli (SNI) adalah total kandungan hara dalam pupuk, yang harus
memenuhi syarat kadar N >6%, P2O5 >2%, dan K2O >1%. Sedangkan pupuk
organik hasil samping, lebih menitik beratkan pada kandungan bahan organik,
dimana kompos harus mengandung bahan organik >25% dan maksimal logam
dalam pupuk (dalam mg/kg) adalah As = 50, Cd = 5, Hg = 2, Pb 140, Cr = 300,
5
Mutu merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu
produk menembus pasar, disamping faktor harga serta pelanggan dalam memilih
jasa atau produk suatu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan perlu
melaksanakan pengendalian mutu yang mampu menjaga kestabilan mutu dan
meningkatkan mutu produk atau jasa yang dihasilkan agar pelanggan mendapat
kepuasan. Penerapan standar yang layak dan teruji dan keberterimaan standar
nasional oleh pasar internasional merupakan faktor-faktor penting yang
mendorong kesiapan pengusaha kecil dan menengah Indonesia supaya dapat
bersaing secara global, meraih Competitive Advantage dan menjawab tantangan
standartisasi. Pengendalian mutu memastikan apakah kebijakan dalam mutu
(standar) dapat mempertahankan kualitas dari barang yang dihasilkan agar
sesuai dengan spesifikasi pruduk yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan
yang ada. (Assauri, 2004).
Upaya perlindungan terhadap petani perlu dilaksanakan melalui
mekanisme sistem pengawasan mutu dan uji efektivitas pupuk di lapangan.
Pengawasan perlu dilakukan sejak tahap perencanaan formula pupuk,
pengadaan bahan baku, proses produksi, pengemasan pupuk organik hingga
penyaluran pupuk di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penipuan dan pemalsuan pupuk serta menjamin mutu pupuk sesuai
dengan yang tertera pada label. Mengingat pupuk alternatif yang beredar (baik
yang sudah maupun yang belum terdaftar) jumlah maupun jenisnya sangat
banyak, maka perlu adanya pengawasan mutu dan efektivitasnya. Jaminan
terhadap mutu pupuk serta efektivitasnya terhadap produksi tanaman sangat
diperlukan untuk melindungi konsumen serta menggalang kepercayaan terhadap
produsen pupuk.
Salah satu alternatif untuk menghasilkan mutu yang baik dan tinggi serta
Manajemen (TQM) produk. TQM produk merupakan suatu pendekatan
manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada mutu. Anggota harus
berpartisipasi guna mensukseskan tujuan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan serta memberikan keuntungan untuk semua anggota dalam
organisasi dan masyarakat. Penerapan TQM produk diharapkan dapat bersaing
dan unggul untuk memenuhi kebutuhan konsumen, memberikan keberhasilan
usaha dan mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan pemilik
usaha (Gaspersz, 2005).
GAPPPURO (Gabungan Petani Pengelola Pupuk Organik Ponorogo)
merupakan salah satu produsen pupuk organik non subsidi di Kab. Ponorogo
dengan anggota Kelompok Tani pengelola pupuk organik di wilayah Ponorogo.
GAPPPURO berperan untuk menjamin mutu pupuk organik yang diproduksi oleh
anggota dengan memberikan acuan/prosedur dan merk, serta pengawasan
untuk semua Kelompok Tani, sehingga hasil produk pupuk organik dapat
diseragamkan mutu yang dihasilkan. Sebagai produsen pupuk organik yang
terbilang baru perlu adanya kerja keras untuk mendapatkan nama (images) di
konsumen agar produk yang dihasilkan dapat dikenal masyarakat luas dan dapat
bersaing dengan produk sejenis yang bersubsidi maupun non subsidi. Saat ini
GAPPPURO memproduksi pupuk organik berdasarkan pesanan (job order) dari
Perhutani dan Kelompok tani.
B. Perumusan Masalah
Saat ini mayoritas tanah mengalami kerusakan akibat penggunaan pupuk
kimia (konvensional) yang berlebihan, akibatnya hasil pertanian mengalami
penurunan sehingga perlu adanya perbaikan stuktur tanah. Alternatif untuk
memperbaiki yaitu menggunakan pupuk organik agar tanah menjadi subur
7
berkelanjutan untuk masa depan. Salah satunya adalah konsep pertanian
berkelanjutan yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam
(penggunaan pupuk organik) dengan input luar rendah (pupuk dan pestisida
kimia) sebagai pelengkap.
GAPPPURO (Gabungan Petani Pengelola Pupuk Organik Ponorogo)
merupakan salah satu produsen pupuk organik non subsidi di Kab. Ponorogo
dan terbilang masih baru berdiri sehingga perlu adanya kerja keras agar dapat
bersaing dengan produsen pupuk organik yang lainnya, tentu banyak mengalami
masalah yang akan dihadapi. maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengendalian mutu yang diterapkan pada produk pupuk
organik di GAPPPURO.
2. Berapa keuntungan produk pupuk organik di GAPPPURO selama
menerapkan pengendalian mutu yang diterapkan.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan penelitian
a) Mengetahui pelaksanaan pengendalian mutu produk pupuk organik.
b) Menganalisis keuntungan produk pupuk organik di GAPPPURO selama
menerapkan pengendalian mutu.
2. Manfaat Penelitian
a) Untuk mengevaluasi sistem pengendalian mutu yang pada pengolahan
pupuk organikdan memperbaiki sistem apabila terdapat hal-hal yang perlu
penyempurnaan dan mampu bersaing dan dapat diterima di pasar atau
konsumen.
b) Meminimalkan terjadinya pemalsuan pupuk organik yang beredar di
c) Sebagai acuan bagi lembaga sertifikasi produk didalam memberikan
jaminan penerbitan SPPT SNI Pupuk Organik.
d) Agar konsumen pemakai pupuk organik tidak dirugikan dengan
pemakaian produk pupuk yang tidak memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku.
D. Batasan Masalah
1. Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data pada
tahun 2012 yang diperoleh dari data primer dan data sekunder di
GAPPPURO, Kabupaten Ponorogo.
2. Obyek penelitian adalah Agroindustri pupuk organik curah atau granul
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2003) yang berjudul tentang
Pelaksanaan Pengawasan Mutu Produk Tepung di Agroindustri Tepung dengan
menggunakan analisis deskriptif menghasilkan kesimpulan bahwa dengan
adanya pelaksanaan mutu produk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
dan nantinya akan memberikan kepuasan kepada konsumen.
Penelitian berjudul Total Quality Control dalam Agroindustri Krupuk Udang
( Ekspor) studi kasus di PT. Candi Jaya Amerta Sidoarjo oleh Rohwanto, A.E.
(2006) dengan menggunakan analisis deskriptif menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi dan nantinya akan memberikan kepuasan terhadap konsumen.
Menurut jurnal Analisis Pengendalian Mutu Produksi Roti (kasus PT. AC,
Tangerang), Tisnowati, H, et al (2008) menyimpulkan bahwa hasil analisa SQC
terhahap data perusahaan menunjukan hasil penyebab mutu roti kurang baik
terjadi karena masalah bahan baku, alat dan mesin, personil proses produksi dan
lain-lain adalah bentuk tidak seragam dan hangus, serta kendali proses
perusahaan masih berada diluar batas kendali.
Menurut Soedjatmiko (2009) Analisa Implementasi Total Quality
Management Jamur Kancing (Studi Kasus PT Karya Kompos Bagas, Mojokerto).
Hasil penelitian bahwa secara umum implementasi Total Quality Management
ternyata dapat meningkatkan kepercayaan para konsumen, meningkatkan harga
pembelian produk jamur kancing untuk orientasi ekspor serta permintaan yang
terus menerus dalam jumlah yang sangat besar. Serta peningkatan kinerja yang
dilaksanakan oleh PT. Karya Kompos Bagas dengan mengimplementasikan
TQM ternyata dapat memberikan selisih harga jual produk jamur kancing yang
Penelitian yang dilakukan oleh Septian (2012) yang berjudul Pengendalian
Mutu Produk pada Agroindustri Kerupuk Udang dengan menggunakan analisis
kuantitatif (statistik) dan menurut konsumen secara kualitatif. menyimpulkan
bahwa Secara keseluruhan kriteria kerupuk udang yang bermutu menurut
responden adalah dari segi rasa. Pada variabel harga,rasa, dan ukuran
berpengaruh nyata terhadap volume penjualan, sedangkan pada variabel
kemasan dan keputusan pembelian tidak berpengaruh nyata terhadap penjualan.
Maka dari kelima hasil penelitian terdahulu tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen baik dalam proses produksi,
pengawasan mutu bahan baku, maupun persediaan bahan baku mempunyai
pengaruh terhadap produk akhir yang dihasilkan.
Pada penelitian saat ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan
penelitian terdahulu. Penelitian saat ini menggunakan analisis yang sama, yaitu
analisis deskriptif, sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu adalah
tempat yang akan diteliti atau tempat yang diminta untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas akhir.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pupuk
Pengertian pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah
dengan tujuan memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat
fisis tanah berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas dan daya
serap. Sifat kimia berkaitan dengan pH (tingkat keasaman) dan ketersediaan
unsur hara. Sedangkan sifat biologi berkaitan dengan mikroorganisme yang
hidup di dalam tanah (Sutedjo. 2008).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase
11
atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau
hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan untuk mensuplay bahan organik, (Yang. 2001).
Menurut Ismawati (2003) bahwa, beberapa kelemahan dari penggunaan
pupuk organik, antara lain sebagai berikut :
a. Pupuk organik, terutama pupuk kandang, masih sering mengandung biji
pengganggu yang berasal dari biji yang termakan ternak.
b. Pupuk organik sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena
mengandung larva atau telur serangga sehingga tanaman dapat terserang
hama dan penyakit.
c. Kandungan unsur hara sulit diramalkan dan diatur.
d. Kandungan unsur hara relatif lebih rendah dibandingkan pupuk an organik
sehingga dosis penggunanya lebih tinggi.
e. Respon tanaman terhadap pupuk organik lebih lambat dibanding pupuk an
organik.
Dengan adanya pengolahan bahan organik skala industri atau komersial
maka beberapa kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara sebagai
berikut :
a. Digunakan metode sterilisasi, baik secara sederhana maupun teknologi
tinggi. Pasteurisasi sederhana dengan pengaliran steam agar tercapai suhu
tertentu dengan selang waktu tertentu.
b. Digunakan metode pengeringan dan pengonsentratan bentuk jadi.
c. Pupuk organik digunakan secara kombinasi dengan penggunaan pupuk an
organik.
2. Macam-macam Pupuk Organik
Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui berbagai jenis pupuk organik
berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi,
jumlah dan macam hara yang dikandungnya. Berdasarkan asalnya
dibedakan:
a. Pupuk hijau. Pupuk hijau didapatkan dari tumbuhan muda, terutama dari
jenis polong-polongan (Leguminose), yang dibenamkan di lahan pertanian.
Tabel 1. Komposisi Hara dalam Tanaman.
(%) (mg/kg)
Tanaman N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn B
Gandum 2,80 0,36 2,26 0,61 0,58 155 28 45 108 23
Jagung 2,47 0,30 2,39 0,41 0,16 132 12 21 117 17
Kc. Tanah 2,59 0,25 2,03 1,24 0,,37 198 23 27 170 28
Kedelai 5,55 0,34 2,41 0,88 0,37 190 11 41 143 39
Kentang 3,25 0,20 7,50 0,43 0,20 165 19 65 160 28
Ubi jalar 3,76 0,38 4,01 0,78 0,68 126 26 40 86 53
Jerami padi 0,66 0,07 0,93 0,29 0,64 427 9 67 365 -
Sekam 0,49 0,05 0,49 0,06 0,04 173 7 36 109 -
Btg. Jagung 0,81 0,15 1,42 0,24 0,30 186 7 30 38 -
Btg. Gandum
0,74 0,10 1,41 0,35 0,28 260 10 34 28 -
Serbuk kayu
1,33 0,07 0,60 1,44 0,20 999 3 41 259 -
Sumber. Tan (1994)
Suatu tanaman mengandung komposisi unsur hara seperti yang tertera
dalam tabel 1 diatas, tetapi bahan baku yang digunakan untuk membuat
pupuk organik adalah sisa dari tanaman yang sudah tidak digunakan.
b. Pupuk kandang.
Pupuk kandang diperoleh dari kotoran hewan ternak, misalnya sapi,
13
Tabel 2. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa Jenis Ternak.
Jenis Ternak N (%) P2O5 (%) K2O (%)
Kambing 0,83 – 0,95 0,35 – 0,51 1,00 – 1,20
Sapi 0,10 – 0,96 0,64 – 1,15 0,45 – 1,00
Babi 0,46 – 0,50 0,35 – 0,41 0,36 – 1,00
Kuda 0,64 – 0,70 0,18 – 0,25 0,55 – 1,64
Ayam 1,00 – 3,13 2,80 – 6,00 0,40 – 2,90
Merpati 1,76 1,78 1,00
Bebek 1,00 1,54 0,62
Angsa 0,55 1,40 0,95
Sumber. Ismawati, (2003)
Pupuk kandang cair (urine) umumnya jarang digunakan, sebab hewan
ternak sulit ditampung. Pupuk kandang siap digunakan bila panas sudah
tidak ada lagi dalam kotoran, dengan ciri seperti pupuk tersebut tidak
tercium bau amoniak, bentuk berupa tanah gembur, warna coklat tua, dan
tampak kering (Lingga dan Marsono, 2002).
c. Kompos
Kompos yaitu hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan
oleh aktivitas mikroorganisme pengurai pupuk kompos diperoleh dari
bahan organik limbah pertanian, misalnya jerami, batang jagung, atau
sampah yang dibusukkan bersama pupuk kandang. Tingkat kandungan
hara kompos ditentukan oleh bahan dasar, cara pengkomposan, dan cara
penyimpanan. Namun, kandungan hara kompos lebih kecil dibandingkan
dengan pupuk kandang. Kandungan pupuk kompos secara umum (Tabel
2), masih bisa diaplikasikan untuk menunjang pertumbuhan dan
Tabel 3. Kandungan Hara Kompos Secara Umum.
Kompos sangat diperlukan untuk pemupukan meskipun sudah tersedia
pupuk kandang ataupun pupuk hijau, karena pada daerah-daerah tertentu
pupuk kandang sangat sulit diperoleh, sehingga akan mengandalkan pupuk
kompos yang mudah diperoleh. Selain itu, pembuatan kompos dapat
mengurangi penumpukan limbah organik seperti, sampah kota dan limbah
pabrik pengolahan perkebunan (gula, kopi, kelapa sawit), dan mengurangi
polusi udara akibat pembakaran maupun bau limbah tersebut (Ismawati,
2003).
d. Mikroba penyubur tanah yaitu pupuk cair dengan Kemajuan ilmu
mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang
bermanfaat. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke
tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi
kesuburan tanah. Jenis bakteri dan jamur yang biasa digunakan
diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces, Micoriza, dan
Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara penggunaanya
pun berbeda-beda. (Novizan, 2007).
3. Jenis Pupuk Organik.
a. Phospat Alam Granul yaitu Pupuk yang mengandung semua unsur atau
15
kimia buatan. Pupuk phospat alam tinggal lebih lama dalam jaringan tanah
meningkatkan produktifitas tanah dan menyediakan makanan bagi
tanaman lebih lama dari pada pupuk kimia buatan. Pupuk alami seperti
inilah yang saat ini sedang dicari sebagai pengganti pupuk yang terbuat
dari bahan kimia karena lebih ramah lingkungan juga tidak mengandung
efek lain yang ditimbulkan. Dengan kadar kandungan P2O5 Total = 12,35
%, P2O3 larut dalam Asam Sitrat 2% = 9,00 %, Kadar Air = 1,75 %,
Bentuk/Warna : Butiran/Abu-abu.(SNI 02-3776-2005).
b. Pupuk Majemuk PK yaitu jenis pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara antara P dan K. Didalam tanaman antara unsur P dan K ada
saling ketergantungan untur K berfungsi sebagai media transportasi yang
membawa hara-hara dari akar termasuk hara P ke daun dan
mentranslokasi asimilasi dari daun ke seluruh jaringan tanaman.
Kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat proses transportasi
unsur hara maupun asimilasi dalam tanaman dapat berlangsung optimal
maka unsur hara K dalam tanaman harus optimal.
c. Pupuk Organik Granul berbentuk padat butiran berwarna abu-abu dengan
kadar unsur hara yaitu : C Organik :13,76 %; pH: 6,4; C/N rasio : 15; kadar
air 6 %; Fe: 636,00 ppm; Mn: 1095 ppm; Cu: 28 ppm; Zn: 69 ppm; B 333
ppm; Co: 2,8 ppm; Mo: 6,31 ppm.
d. Pupuk organik cair berbentuk cair dengan warna coklat kehitaman serta
kadar unsur hara yaitu C organik: 13,67 %. (SNI 02-4958-1999).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR. 140/10/2011,
mengenai persyaratan teknis minimal pupuk organik yang baik yaitu terdapat
Tabel 4. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Padat (SNI).
Kadar air atas dasar berat basah
Jika kriteria pupuk organik yang diproduksi dibawah standar yang telah
ditentukan maka pupuk organik dainggap kurang baik dan sebaliknya. Kriteria
17
Tabel 5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Pupuk Organik
Parameter Nilai
Parameter pH H2O Kriteria Penilaian Hasil Analisis Pupuk Organik
Sumber: Suriadikarta, et al (2004).
Contoh pupuk organik adalah sebagai berikut:
Kompos dari berbagai jenis bahan dasar : jerami, sisa tanaman, kotoran
hewan, blotong, tandan kosong, media jamur, sampah organik, sisa limbah
industri berbahan baku organik, tepung tulang, rumput laut, darah kering, asam
amino, asam humat dan asam fulvat, dan sebagainya.
Amerika Serikat (AS), Kriteria yang digunakan didasarkan pada resiko yang
ditimbulkan bahan berbahaya terhadap kesehatan manusia. Nilai yang
di Florida maksimum kadar Cd dalam kompos adalah 15 mg/kg dan Pb 500
mg/kg. Untuk logam yang sama, Canada ditetapkan 3mg/kg Cd dan 150 mg/kg
Pb sedangkan korea 5 mg/kg Cd dan 150 mg/kg Pb (Prihatini, 2001).
Food and Fertilizer Tecnology Center/FFTC (1997) secara umum telah
mengusulkan persyaratan minimal untuk pupuk organik, yaitu:
Mencantumkan kadar kandungan hara, pH, EC.
a. C/N rasio maksimal 20.
b. Kandungan bahan organik maksimal 60%.
c. Kandungan air maksimal 35%.
d. Presentase bahan inert, seperti batu dan plastik.
e. Dalam label harus dicantumkan lama pengomposan, kandungan logam
berat, germination test, serta stabilitas suhu.
Sedangkan PERMI (Prihatini, 2001) mengusulkan untuk persyaratan
minimal pupuk organik yang beredar di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Label kemasan harus mencantumkan jenis dan jumlah logam berat As, Cr,
Cd, Pb, dan Hg.
b. Khusus pupuk organik dari sampah kota harus memperhatikan adanya
bakteri Bacillus, Escherichia coli, dan Salmonella.
c. Pada penentuan Germination test, menggunakan tanaman indikator jenis
bayam yang tumbuh cepat dan berbiji kecil.
d. Mencantumkan kadar air pupuk, rasio C/N.
e. Mencantumkan informasi, apakah pupuk organik tersebut pupuk organik
murni atau semiorganik (diperkaya pupuk kimia), serta mencantumkan hasil
19
C. Mutu
1. Pengertian Mutu
Pengertian atau definisi mutu mempunyai cakupan yang sangat luas,
relatif, berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari mutu memiliki
banyak kriteria dan sangat bergantung pada konteksnya terutama jika dilihat dari
sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta
dari sudut pandang produsen sebagai pihak yang menciptakan mutu. Mengenai
istilah mutu ini tergantung kepada rangkaian yang digunakan dan orang yang
menggunakan. Dalam bukunya Total Quality Management F. Tjiptono dan A.
Diana (2003) menyebutkan“ Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan “. Sedangkan yang dikemukakan Gaspersz
(2005) “ Mutu adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau
diterapkan “.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Mutu adalah suatu dari totalitas karakteristik yang terencana untuk mencapai,
mempertahankan dan meningkatkan suatu produk dan jasa agar sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.
2. Pengertian Pengendalian Mutu
Pengendalian (official control) adalah segala bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah yang diberi kewenangan untuk melakukan verifikasi
terhadap kesesuaian antara penerapan sistem mutu oleh pelaku usaha dengan
peraturan/ketentuan dalam rangka memberi jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan. Pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah
mestinya, sehingga mutu produk yang direncakan dapat tercapai dan terjamin
(Ishikawa, 1992).
Pengertian pengendalian mutu menurut Assauri (1998) adalah :
Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu dari barang
yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Pengendalian mutu adalah
suatu aktivitas keteknikan dan manajemen yang mengukur ciri-ciri kualitas
produk dan membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan
mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara
penampilan sebenarnya dengan standar.
Perkembangan di Indonesia dewasa ini, bagi manajemen mutu produk
menjadi lebih penting dari sebelumnya. Persaingan yang sangat ketat
menjadikan pengusaha semakin menyadari pentingnya mutu produk agar dapat
bersaing dan mendapat pangsa pasar yang lebih besar. Perusahaan
membutuhkan suatu cara yang dapat mewujudkan terciptanya mutu yang baik
pada produk yang dihasilkannya serta menjaga konsistensinya agar tetap sesuai
dengan tuntutan pasar yaitu dengan menerapkan system pengendalian mutu
(Quality control) atas aktivitas proses yang dijalani.
Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu dari
barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan (Assauri, 1998).
Sehingga perlu dilakukan aktivitas atau tindakan yang terencana agar tercapai,
mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu produk dan jasa dengan
21
3. Standart System Management
Kini keberlangsungan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan
organisasi dalam memenuhi berbagai persyaratan yang berbeda dari
stakeholder. Seperti pelanggan mensyaratkan organisasi untuk menyediakan
mutu dan fitur produk yang tinggi, pemerintah mengharuskan organisasi untuk
memperhatikan kondisi kesehatan dan lingkungan kerja yang lebih baik,
masyarakat menuntut organisasi untuk menyadari bahwa aktivitas organisasi
memiliki dampak pada basis sumber daya alam yang dapat membawa
peningkatan volume pencemaran, penggunaan energi dan kerusakan
lingkungan. Tentunya bervariasinya persyaratan di atas harus menjadi perhatian
manajemen puncak untuk mengambil langkah strategis berikutnya.
Salah satu hal yang dapat dilakukan organisasi adalah melalui penerapan
sistem manajemen yang mampu merespon serangkaian persyaratan dan
harapan stakeholder tersebut. Organisasi dapat menerapkan satu atau beberapa
standar sistem manajemen yang diterbitkan oleh International Organization for
Standardization (ISO) untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan
kepercayaan Stakeholder serta untuk kepentingan lain seperti keselamatan,
keamanan dan fungsi perlindungan lingkungan. Beberapa area yang telah
dikembangkan standar sistem manajemennya antara lain adalah untuk area
mutu (ISO 9000 family), lingkungan (ISO 14000 family), dan Keamanan pangan
(ISO 22000 family). Penerapan standar sistem manajemen yang dikembangkan
oleh ISO ini memungkinkan suatu organisasi menyelaraskan atau memadukan
dengan sistem manajemen yang ada.
Standar sistem manajemen pertama yang dikembangkan oleh ISO adalah
standar sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Seri, yang kemudian diikuti oleh
standar sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 Seri. Keberhasilan kedua seri
ISO untuk mengembangkan standar sistem manajemen lain seperti sistem
manajemen keamanan pangan (ISO 22000), sistem manajemen keamanan
informasi (ISO/IEC 27000), dan sistem manajemen keamanan rantai pasokan
(ISO/PAS 28000). Selain itu untuk sektor yang lebih spesifik seperti ISO 13485 :
2003 untuk medical devices, ISO/TS 216949 : 2002 untuk bidang industri
otomotif, ISO/TS 29001 : 2003 untuk bidang petroleum, dan ISO/IEC 900003 :
2004 untuk perangkat lunak (Suriadikarta, et al. 2005).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu.
Mutu dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang
dapat memenuhi tujuannya. Menurut Assauri (2004) mengemukakan bahwa
tingkat mutu ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Bahan Baku.
Dalam suatu produk apapun bahan baku sangatlah penting sebagai
langkah awal untuk mendapatkan hasil produk yang mempunyai mutu bagus.
Baik buruknya bahan baku akan mempengaruhi kualitas suatu produk yang akan
dihasilkan sehingga perlu diadakan pengawasan dan pemilihan bahan baku yang
akan diproduksi untuk menjadi suatu produk.
b. Fungsi Suatu Barang.
Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang tersebut
digunakan atau dibutuhkan tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut
seperti tahan lamanya, kegunaannya, berat, besar kecil pengaruh dan
kepercayaannya.
c. Wujud Luar.
Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen
dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang
tersebut, adalah wujud luar barang itu. Faktor wujud luar yang terdapat pada
23
d. Harga Barang Tersebut.
Umumnya biaya dan harga suatu barang akan menentukan mutu barang
tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga
yang mahal, dapat menunujukan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik.
5. Ruang Lingkup Pengendalian Mutu.
Menurut Assauri (2004:) secara garis besar pengendalian mutu
dikelompokan dalam tiga tingkatan, yaitu :
a. Pengendalian bahan baku (Stock). Pengendalian bahan baku harus teliti,
karena pencegahan awal sebelum proses berlangsung dan dapat menekan
biaya yang produksi apabila sudah diketahui bahan baku yang kurang
bagus atau kurang sesuai dengan Standart Operating Procedure
perusahaan (SOP).
b. Pengendalian Selama Pengolahan (Proses) Pengendalian harus dilakukan
secara beraturan dan teratur. Pengendalian dilakukan hanya terhadap
bagian dari proses mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti dengan
pengendalian pada bagian lain. Pengendalian ini termasuk juga
pengendalian atas bahan-bahan yang digunakan untuk proses.
c. Pengendalian Atas Hasil yang Telah Diselesaikan, meskipun telah
diadakannya pengendalian mutu selama proses tidak menjamin bahwa
tidak ada hasil produksi yang rusak atau kurang baik. Untuk menjaga agar
barang-barang yang dihasilkan cukup baik sampai ke konsumen maka
diperlu kan adanya pengendalian atas barang hasil produksi.
D. Total Quality Management
Pengembangan produk pupuk organik dapat dikatakan berhasil apabila
suatu perusahaan mengalami peningkatan produk dan keuntungan sehingga
mampu untuk membayar semua biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan
Management) sangat perlu diterapkan guna meningkatkan keuntungan dan
memberikan manfaat tedahap persaingan di era modern saat ini. Dengan
melakukan perbaikan, pengawasan terhadap setiap kegiatan produksinya
sehingga terjaga mutu produk tersebut dan tetap mendapat kepercayaan
konsumen. dan perusahaan akan terus mampu menembus persaingan yang
sangat ketat dengan perusahaan yang lainnnya yang berjalan dibidang yang
sama.
Pendekatan strategis dari TQM produk berawal dari fokus konsumen,
mencakup metode-metode menentukan keinginan konsumen untuk kemudian
untuk mengarahkan semua sumber daya perusahaan dalam rangka memenuhi
keinginan tersebut.
TQM mencakup empat aktivitas manajerial dasar:
a. Merencanakan Kualitas
b. Mengorganisasikan Kualitas.
c. Mengarahkan Kualitas
d. Mengendalikan Kualitas
TQM merupakan sistem manajemen yang fokus pada semua orang/
tenaga kerja, bertujuan untuk terus – menerus meningkatkan nilai yang diberika
bagi pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah dari pada nilai
suatu produk. Gaspersz. V. (2005).
E. Teori Keuntungan
Menurut Nicholson (2002), keuntungan ekonomis adalah perbedaan antara
total penerimaan denagn total biaya. Total penerimaan didapat dari hasil
perkalian antara jumlah output dengan harga produk, sedangkan biaya
25
penerimaan dinotasikan dengan TR dan toltal biaya dinotasikan dengan TC,
maka keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
= −
Kriteria:
Apabila total penerimaan > total biaya, maka usaha untung
Apabila total penerimaan = total biaya, maka usaha berada pada titik impas
Apabila total penerimaan < total biaya, maka usaha tersebut merugi
Menurut Lipsey et al (1995), mengatakan bahwa manfaat dari analisis
keuntungan adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan
sumber daya dengan sebaik-baiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang
diperolaeh perusahaan digunakan sebagai parameter tingkat keuntungan yang
diperoleh perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki. Oleh
karena itu, tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan
keuntungan dan meminimum biaya. Besarnya penerimaan yang diperoleh
dipengaruhi oleh total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh perusahaan.
Faktor kedua abalah biaya, untuk meminimumkan biaya terutama biaya
pembelian bahan baku, perusahaan harus menguasai informasi tentang
pemasok dengan tujuan mengetahui harga bahan baku dari pemasok mana yang
relatif lebih murah. Sehingga biaya dapat diminimalisasi dengan tujuan untuk
meningkatkan keuntungan usaha yang diperoleh, selisih antara penerimaan dari
penjualan pupuk organik dengan total boaya. Secara umum perhitungan
keuntungan usaha pupuk organik adalah sebagai berikut:
Keuntungan usaha = Penerimaan – Total Biaya
= (q x p) – TC
Dimana, q : Jumlah pupuk organik yang terjual
TC : Total biaya dalam produksi pupuk organik
Untuk melihat berapa besar return to capital dari usaha pupuk organik
maka digunakan rumus R/C Ratio dari usaha tersebut. Nilai R/C Ratio didapat
dari hasil bagi antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. Bila
dirumuskan persamaan R/C Ratio adalah sebagai berikut:
R/C =
Kriteria:
Jika R/C > 1, Maka usaha tersebut untung
Jika R/C = 1, Maka usaha tersebut impas
Jika R/C < 1, Maka usaha tersebut rugi
Mengenai penyusutan alat yang digunakan, maka menggunakan metode
garis lurus (Straight Line Method). Metode ini menganggap aktiva tetap akan
memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa
penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan
fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva diarik dari
penggunaannya (Pujawan. 2004). Bila dirumuskan sebagai berikut:
= −
Dimana; D = Depreciation
AC = Acquisition Cost
SV = Salvage Value
LT = Life Time
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan
Menurut Fillaily (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan
adalah modal, pendidikan, pengalaman serta status usaha. Dimana modal ini
mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh, semakin besar
27
Pendidikan dan pengalaman mempengaruhi dalam mengelola suatu
usaha, bagaimana manajemennya, kreativitas dalam menarik konsumen agar
tertarik kepada produk yang dihasilkan.
Mulyadi (2001), mengemukakan laba atau keuntungan yang diperoleh
suatu perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu produk, harga, dan biaya.
Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu. Harga
jual mempegaruhi volume penjualan, sedangkan produk mempengaruhi biaya,
jadi ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lainnya.
G. Kerangka Pemikiran
Era Globalisasi saat ini persaingan produk yang semakin ketat dan terbuka
merupakan tantangan besar bagi industri apapun, khususnya industri pupuk
organik, untuk memenuhi harapan dan permintaan pasar akan produk yang
bermutu dan aman. Oleh karena itu, setiap perusahaan melakukan berbagai
upaya agar produk yang dihasilkan diterima oleh pasar dan dapat mengungguli
produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain dengan harga yang terjangkau.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengimplementasikan pengendalian
mutu dengan menerapkan TQM (Total Quality Management) produk. Manfaat
ekonomis penerapan standart nyata dirasakan. Setidaknya manfaat tersebut
secara kulalitatif dapat menghemat biaya, membuka seluas-luasnya peluang
pasar, menciptakan pasar baru dan mendorong terjadinya inovasi baru.
Dengan penerapan standard tentunya akan mengurangi variasi produk
sehingga dimungkinkan produksi massal yang lebih efisien. Selain itu,
standarisasi memberi kepastian arah masa depan industri yang berdampak pada
turunnya risiko investasi di bidang riset dan pengembangan. Ini semua
mendatangkan penghematan pada produsen pupuk organik. Penerapan
standard di satu sisi merupakan sumber informasi mengenai apa yang diinginkan
kebutuhan konsumen. Maka, penerapan standard membuka peluang pasar bagi
produsen pupuk organik dalam persaingan produk secara sehat, Yakni pasar
yang telah ada maupun pasar baru untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal.
Adapun secara sederhana kerangka pemikiran dapat diceritakan sebagai
berikut:
Gambar 1 . Diagram Alir Kerangka Pemikiran.
Dari Gambar 1. Menunjukan bahwa produksi pupuk organik dipengaruhi
oleh masalah mutu pupuk yang bervariasi, sehingga perlu diadakan
pengendalian mutu agar sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI) guna
untuk menjamin mutu sehingga terjamin pupuk organik mempunyai kualitas/mutu
yang bagus sesuai dengan kebutuhan petani dan harga yang terjangkau.
Proses pengendalian mutu pada produk pupuk organik yaitu dengan cara
pengendalian mutu yang sesuai SOP (Standart Operating Prosedure) mulai
29
sangat berpengaruh kepada pupuk yang dihasilkan. Setelah bahan baku lolos
pengawasan dan dikendalikan maka berikutnya pada pengendalian kualitas pada
proses produksi sehingga hasil dari pupuk organik mempunyai kualitas yang
seragam dan memenuhi standar yang telah ditentukan sehingga hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Produk pupuk organik dilakukan pengidentifikasian
dengan kriteria yang telah ada sebagai acuan. Pupuk yang sesuai dilakukan
pengemasan sedangkan yang tidak sesuai dilakukan pengolahan kembali.
Proses pengidentifikasian tentang pupuk harus sesuai dengan refrensi yang
sudah terakomodasi dan sistem produksi sudah sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan sehingga mutu yang baik dan sesuai dengan standar mutu maka
akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan keuntungan dari produk
tersebut akan meningkat.
Mutu dapat diuji dengan analisis deskriptif kualitatif sehingga dapat
diketahui jumlah produk yang sudah sesuai SNI kemudian dipasarkan,
sedangkan yang sudah lama belum terjual atau tersalurkan kekonsumen akan di
olah kembali agar bakteri pengurai dalam pupuk organik tersebut dapat aktif
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pengertian penelitian didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Menurut Sukmadinata (2006) Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.
Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang akan
dilakukan di dalam menyelasaikan masalah-masalah yang ada pada perusahaan
serta metode pemecahan yang sebaiknya digunakan secara lebih baik.
B. Penentuan Lokasi
Lokasi penelitian ini mengambil tempat di GAPPPURO (Gabungan Petani
Pengelola Pupuk Organik Ponorogo), di bawah pengawasan Dinas Pertanian
Kabupaten Ponorogo. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa
pada saat ini mulai menggalakkan pupuk organik dan menyadari bahwa dampak
dari pupuk anorganik sangatlah fatal tehadap pertaniaan saat ini. Sehingga
diharapkan dapat menjadi obyek penelitian yang representatif. Selain itu
pertimbangan pemilihan tempat di Kabupaten Ponorogo didasarkan pada
keinginan pribadi untuk kembali ke daerah asal, dan ikut serta dalam
pembangunan pertanian. Adapaun waktu pelaksanaan penelitian mulai
31
C. Penentuan Informan
Dalam penelitian ini, informan yang akan dijadikan responden adalah
sekretaris, bendahara GAPPPURO dan sebagian anggota (ketua Kelompok
Tani) yang bergabung. Dari informan tersebut dibuat sampel yang menggunakan
random sampling Alasan menggunakan random sampling adalah karena semua
kelompok Tani menggunakan formulasi yang sama dari GAPPPURO, oleh
karena itu, sampel dipilih secara langsung pada saat penelitian terhadap struktur
dan anggota adalah agar kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan.
Sebagai informan awal dipilih secara purposive, obyek penelitian yang
menguasai permasalahan yang diteliti (key informan). Informasi selanjutnya
diminta kepada anggota yang dianggap dapat mewakili semua anggota. Pada
penelitian ini yang dipandang sebagai informan pertama adalah pengurus inti
GAPPURO (Sekretaris, Bendahara), dan beberapa dari anggota (5 Ketua
Kelompok Tani) karena dianggap sudah mewakili dari dari seluruh anggota.
D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Yaitu informasi atau data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya (
data tersebut belum melalui proses pengumpulan dari pihak lain dan
berhubungan dengan obyek yang akan diteliti, kemudian diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya ) Untuk mendapatkan data ini dilakukan pengambilan data
secara langsung pada produk pupuk organik di GAPPPURO Kabupaten
2. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, yaitu
data yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain dan sudah diolah. Data tersebut
merupakan data yang diperoleh dari data arsip dan brosur yaitu datanya berupa
data obyektif tentang catatan-catatan yang dimiliki oleh perusahaan. Disamping
itu juga diambil dari buku-buku atau literature-lioteratur yang ada di perusahaan
dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
3. Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan untuk mencari data yang dapat
disajikan sebagai hasil dari penelitian yang kemudian di analisa lebih lanjut.
Dalam pengumpulan data digunakan beberapa metode untuk mengumpulkan
data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun metode – metode yang
dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. Interview atau wawancara
Interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan
tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan pemilik atau tenaga kerja
serta pihak perusahaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Wawancara yang baik, masalah suatu wawancara yang menghasilkan banyak
informasi dalam waktu yang relatif singkat.
a) Observasi langsung
Observasi langsung adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan mengadakan peninjauan atau penelitian secara langsung pada
obyek yang diteliti.
b) Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mempelajari dan membaca dokumen–dokumen atau arsip–arsip yang ada
33
E. Analisis Data
Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa
kualitatif, yaitu data yang diperoleh disusun secara sistematis untuk dianalisa
secara kualitatif (statistik) untuk memberikan penjelasan tentang masalah yang
akan dibahas. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal
penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data.
Untuk menjawab tujuan yang pertama menggunakan analisis kualitatif
deskriftif. Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif
diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang
ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks
tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya
umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan.
Menurut Sugiyono (2005), Pengertian Deskriptif adalah Metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Analisis data secara
deskriptif kualitatif adalah suatu pengolahan data yang dilakukan dengan cara
menguraikan dalam bentuk kalimat dengan menghubungkan dengan teori-teori
yang ada guna mendapatkan kesimpulan dan juga proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
Untuk menjawab tujuan kedua adalah menganalisis keuntungan dengan
menerapkan pengendalian mutu produk secara kuantitatif (statistik) dengan
menggunakan teknik kendali mutu secara statistik menurut K. Ishikawa (1989).
Kriteria pupuk organik yang baik dan buruk dapat dilihat pada tabel SNI
yang terbaru, sedangkan secara fisik yaitu;
1. Pupuk organik yang baik
a) Mudah bercampur dengan tanah.
b) Ukuran butiran granul merata.
c) Warna hitam.
d) Dapat memperbaiki tanah
2. Pupuk organik yang kurang baik
a) Sulit bercampur dengan tanah (tetap utuh butiranya sampai waktu yang
lama).
b) Warna pupuk organik terang.
c) Bentuk granul tidak seragam.
d) Dalam kemasan antar granul lengket dan mengeras / menggumpal besar.
Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha pupuk organik menggunakan
analisis keuntungan dengan rumus:
= −
Dimana:
= Keuntungan dari usaha pupuk organik (Rp/Produksi)
TR = Total penerimaan, yaitu jumlah pupuk organik yang terjual dikalikan
dengan harga jual pupuk organik (Rp/produksi)
TC = Total biaya (Rp/Produksi)
Sehingga dapat diketahui apakah produk pupuk organik GAPPPURO
mendapatkan keuntungan atau sebaliknya.
35
Untuk menghindari ketidaksamaan persepsi, maka perlu diberi batasan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keuntungan pupuk organik. Batasan-batasan tersebut
diantaranya:
1. Pupuk organik curah adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, yang berbentuk padat tetapi belum berupa
butiran-butiran yang digunakan untuk mensuplay bahan organik dan
memperbaiki stuktur tanah.
2. GAPPPURO adalah nama dari gabungan kelompok tani pengelola pupuk
organik Ponorogo, dengan aggota kelompok tani dari berbagai daerah se
Kabupaten Ponorogo yang menerima hibah alat Chooper dan Granulator
dari Provinsi Jawa Timur TA 2009 hingga 2011 serta sebagai nama pupuk
organik yang dihasilkan..
3. keuntungan GAPPPURO adalah seluruh hasil penerimaan vee dari anggota
kelompok tani dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk membeli
fasilitas (sak, mer, label), Biaya menjamin mutu dari laboratorium, biaya
transportasi dan lain-lainya. .
4. Modal adalah seluruh jumlah uang yang dipakai untuk menjalankan usaha
pupuk organik. Modal dapat berasal dari gabungan iuran anggota
GAPPPURO.
5. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi
pupuk organik baik yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga
yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Tingkat upah berdasarkan
tingkat upah Rp yang berlaku di daerah penelitian. Tenaga kerja bervariasi
tergantung jumlah dan tingkat produksi yang dilakukan oleh kelompok tani
laki-laki dan wanita sehingga diambil rata-rata 2 tenaga kerja laki-laki dan 2
tenaga wanita.
6. Biaya total adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani pupuk organik
GAPPPURO, baik yang tunai maupun yang diperhitungkan dinyatakan
dalam satuan rupiah.
7. Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyaknya produksi
pupuk organik GAPPPURO yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan
Rupiah.
8. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian sarana
produksi yang jumlahnya berubah dengan dengan perubahan produksi
pupuk organik GAPPPURO yang dihasilkan dan dinyatakan dalam satuan
Rupiah.
9. Harga produk adalah harga pupuk organik GAPPPURO ditingkat kelompok
tani. Satuan yang digunakan adalah Rupiah per kilogram.
10. Penerimaan usahatani pupuk organik GAPPPURO merupakan nilai produksi
total pupuk organik GAPPPURO dalam satu tahun dikalikan dengan harga
jual pupuk organik GAPPPURO yang diterima. Satuan yang dipakai adalah
rupiah.
11. Pendapatan usahatani pupuk organik GAPPPURO merupakan selisih antara
penerimaan dan biaya usahatani pupuk organik GAPPPURO.
12. Volume penjualan adalah volume penjualan terdapat dari total seluruh pupuk
organik curah/granul yang terjual dalam satu tahun 2012 (Ton).
13. Volume produksi adalah jumlah seluruh produksi pupuk yang dilakukan