• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya baahsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya baahsa"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Diksi

Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunkan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapan suatu iede atau gagasan, tetapi juga meliput persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan susunanya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya baahsa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karaktaristik, atau yang memiliki nilai artistic yang tinggi menurut Keraf (2007:22).

Kemudian Siswono (2014:07) mengemukakan diksi merupakan pilihan kata terhadap bahasa-bahasa yang dikuasai oleh penutur. Satuan pilihan kata yang terdapat pada pengertian diksi berstruktur gramatikal demikian, berupa polimorfemis bersteam pilih yang berkategori kelas kata verba, hal ini memarkahi aktivitas memilih, yaitu memilih kata, lalu kapan penutur melakukannya yaitu saat sedang bertutur, baik yang tampak maupun tidak tampak, wujud bertutur yang tampak misalnya tuturan lisan dan tulis, sedangkan wujud bertutur yang tidak tampak karena masih terjadi di alam mental adalah berfikir.

Menurut Awalludin (2017:19)diksi merupakan pilihan kata. Artinya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Oleh sebab itu, diksi ini menjadi salah satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia tulis-menulis maupun dalam dunia tutur yang kita gunakan sehari-hari. Istilah diksi tidak hanya

(2)

digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ideatau gagasan, tetapi juga meliputi frasa, gaya bahasa dan ungkapan.

Diksi adalah pilihan kata yang digunakan untuk menyampaikan gagasan,ide kepada lawan bicaranya. Diksi juga termasuk gaya bahasa yang berstruktur gramatikal. Diksi digunakan pada saat penutur ingin bertutur baik secara lagsung maupu tidak langsung dan diksi sangat penting dalam berkomunikasi sehari-hari.

2.2 Jenis Diksi

Pada umumnya kata dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna kata bersifat konotatif. Soedjito &Saryono (2011: 82) mengungkapkan bahwa, makna denotatif adalah makna dasar suatu kata yang menunjuk acuannya dan tidak mengandung nilai rasa, sedangkan makna konotatif adalah makna tambahan yang mengandung nilai rasa terhadap makna dasar.

1) Pemakaian kata bersinonim dan berhomofon, menurut pendapat Putrayasa (2007:8-14) kata bersinonim yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak.

Karena pemakaian kata dapat memilih secara tepat dan seksama. Misalnya, penggunaan kata asas bersinonim dengan kata 10 dasar, pokok, dan prinsip.

Dalam penggunaan kalimat, keempat kata tersebut tidaklah semuanya bisa saling menggantikan satu sama lain.

2) Pemakaian kata atau istilah asing, menurut Keraf (1996:89-108) adalah kata- kata non standart yang informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan kata-kata yang tinggi dan murni.

3) Kata umum dan khusus, menurut Keraf (1996: 89-108) mengatakan bahwa,kata umum mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan dan kepada keseluruhan sedangkan kata

(3)

khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkrit. Menurut Soedjito dan Saryono (2011:68) mengemukakan bahwa, kata umum adalah kata yang ruang lingkup penggunaanya luas, sedangkan kata khusus adalah kata yang ruang lingkup penggunaanya sempit.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis diksi meyangkut dua makna yaitu makna konotasi dan konotatif, selanjutnya jenis diksi juga dilhat dari pemakaian kata bersinonim dan berhomofon, pemakaian kata istilah asing dan pemakaian kata umum dan khusus. Tidak hanya itu karena diksi merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi oleh karena itu peran pasrtisipan sangat diperlukan dalam berkomunikasi, termasuk diksi sapaan.

2.3 Diksi Sapaan

Diksi adalah pilihan kata. Pada hakikatnya kata-kata dipilih termasuk sapaan.

Sapaan memiliki fungsi untuk menyapa, memanggil, dan menyebut. Adapun jenis-jenis sapaan yang diungkapkan oleh kridalaksana dalam (Sahayu,2006:149) yaitu, kata ganti orang seperti engkau dan aku, nama diri, istilah kekerabatan, gelar dan pangkat, bentuk nomina pelaku, pe + verba, bentuk nomina + ku, kata deiktis, bentuk nomina, dan bentuk zero. Sedangkan menurut pendapat brown &

ford dalam (Sahayu, 2006:149) pemilihan bentuk sapaan dalam suatu pertuturan didasarkan pada asas rasional. Pilihan sapaan dalam bentuk nama dapat berupa nama pertama, atau gelar yang diikuti nama akhir. Bentuk kata sapaan juga dapat dilihat dari asal kata sapaan berupa Indonesia, Asing dan Asal.

Senada dengan pendapat Chaika dalam (Sahayu, 2006:149) mengungkapkan bahwa sapaan merupakan bagian dari salam. Setelah seseorang mengemukakan

(4)

salam biasanya dilanjutkan dengan sapaan yang dapat berupa nama kecil atau gelar yang diikuti nama akhir. Selanjutnya chaika mengungkapkan perbedaan salam dan sapaan adalah sapaan dapat berubah sesuai dengan hubungan sosial antara penutur, adapun salam selalu sama tanpa tergantung siapa penuturnya, sapaan digunakan untuk menunjukan hubungan keakraban dan kekuasaan seseorang, dan sapaan dapat diulang-ulang selama pertuturan berlangsung.

Diksi sapaan pada hakikatnya memilih kata-kata sapaan yang akan diujarkan oleh penuturnya. Bentuk diksi sapaan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dan membentuk pengelompokkan kata-kata yang mempunyai ejaan dan pelafalan yang tepat pada saat ingin menyebutkan kata sapaan.

2.4 Kata Sapaan

Kata sapaan adalah elemen penting dalam berkomunikasi sehari-hari, karena kata sapaan sangan berguna untuk memulai pembicaraan kepada teman, keluarga, bahkan orag terhomat sekalipun. Dengan adanya kata sapaan komunikasi terjalin dengan baik oleh karna itu kata sapaan sangat memiliki makna sosial yang sangat penting. Hal ini sejalan dengan pemikiran Chaer (1988:136). Menurut Chaer (1988: 136), kata sapaan merupakan kata-kata yang dapat digunakan untuk menyapa, menegur, menyebut orang kedua, atau orang yang hendak diajak bicara.

Pendapat lain dikemukakan oleh Kridalaksana (1982 :14) menjelaskan bahwa kata sapaan merujuk pada kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Adapun pelaku yang dimaksudmerujuk pada pembicara, lawan bicara, serta orang yang sedang dibicarakan. Berdasarkandefinisi yang dikemukakan oleh Kridalaksana diketahui

(5)

bahwa terdapat dua unsur penting dalamsistem tutur sapa, yaitu kata atau ungkapan dan para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa.

Berbeda dengan pendapat Kridalaksana, Pateda (1987: 69) yang mengungkapkan sebagian besar kata sapaan bahasa Indonesia memiliki lebih dari dua wujud. Hal ini disebabkan karena adanya bangsa kita yang memperhatikan hubungan sosial antar manusia. Tata krama dalam kehidupan masyarakat yang menuntut akan adanya pertuturan yang sesuai dengan martabat dan posisinya berkenaan dengan umur, status sosial, dan keakraban.

Adapun diksi sapaan adalah hal yang sangat penting dalam memulai pembicaraan baik dilingkungan orang terdekat bahkan orang terjauh. Diksi sapaan membuat hubungan komunikasi menjadi lebih baik karena merujuk kepada situasi yang ingin dibicarakan.

2.5 Bentuk Kata Sapaan 2.5.1 Proses penyerapan

Menurut Chaer (2008:239) penyerapan adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing Eropa (seperti bahasa belanda, bahasa Portugis, dan sebagainya), maupun bahasa asing Asia seperti Bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Sansekerta, bahasa Cina dan bahasa Inggris, termasuk dari bahasa-bahasa nusantara seperti, Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, dan sebagainya. Artinya, penyerapan yaitu proses pengambilan unsur dri usul bahasa ke dalam bahasa lain yang kemudian oleh penuturnya dipakai selayaknya bahasa sendiri.

Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (2012: 51-52) menyebutkan

(6)

bahawa berdasarkan taraf integrasinya, proses penyerapan unsur asing dalam bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi dua yakni adopsi dan adaptasi.

1) Adopsi

Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012:51) menyebutkan bahawa adopsi merupakan proses penyerapan unsur asing yang belum seenuhnya terserap ke dalam Bahasa Indonesia.

2) Adaptasi

Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012:52) menyebutkan bahwa adaptasi dalah proses penyerapan unsu asing yang penulisan dan pengucapnnya disesuaikan dengan kaidah Bahasa Indonesia.

2.5.2 Kedekatan Hubungan Penutur

Menurut Biber, dkk. (1999: 1108-1109) kata sapaan menjadi delapan kategori, berdasarkan tingkat kedekatan hubungan penutur dan mitra bicara.

Berikut adalah delapan kategori sapaan dimulai dari bentuk sapaan yang paling akrab atau intim hingga yang paling berjarak dan hormat.

1) Endearments (panggilan sayang) menunjukan kedekatan hubungan dan kasih sayang diantara anggota keluarga, pasangan dan orang-orang kesayangan misalnya sayang, cintaku.

2) Family terms (istilah kekerabatan) digunakan oleh seseorang yang lebih tua kepada seorang yang seusia, atau yang lebih muda. misalnya mami, papi, mama, papa, mi, dll.

3) Familiarizers (panggilan akrab) misalnya guys, bro, sist.

(7)

4) Familiarized first names (nama akrab) digunakan penutur untuk meyapa mitr abicara secara personal misalnya putret, unyil.

5) Familiarized names in full (nama depan utuh) mislanya putri, intan, mastia.

6) Title and surname (gelar dan nama belakang) menandakan adanya jarak dan penghormatan yang akan di sapa, misalnya prof.

7) Homorfics (sapaan hormat) misalnya pak, bu.

8) Others (sapaan lain) termasuk julukan (nicknames) misalnya kecap dll.

Bentuk kata sapaan memuat delapan unsur yaitu panggilan sayang, paggilan kekerabatan, panggilan akrab, nama akrab, nama depan utuh, gelar dan nama belakang, sapaan hormat, dan sapaan lain yang tentunya memiliki fungsi yeng berbeda-beda pada setiap bentuk.

2.5.3 Abreviasi

Teori abreviasi tersebut dilengkapi oleh Kridalaksana (2007: 162-163), yang membedakan abreviasi ke dalam lima bentuk. Keempat bentuk tersebut ialah:

1) Singkatan

Penyingkatan kata merupakan pemendekan kata yang menjadi lebih singkat didapat dari salah satu bentuk hasil berupa kata atau gabungan kata, cara mengucapkannya dieja kata demi kata (Kridalaksana, 2007:162). Contohnya seperti, RS (Rumah sakit), STNK (Surat tanda nomor kendaraan), KTP (Kartu tanda penduduk).

2) Penggalan

Menurut (Kridalaksana, 2007:162) pemenggalan berarti pemotongan kata merupakan kata yang diperpendek menjadi salah satu bagian dari leksem, seperti:

Prof (professor), Bu (Ibu) dan Pak (Bapak).

3) Akronim

(8)

Menurut Kridalaksana (2007:162) akronim adalah bentuk dari hasil pemendekan kata, dengan cara menggabungkan sehingga memenuhi kaidah bahasa Indonesia.

Sedangkan dalam sebuah Kamus Besar Indonesia (KBBI, 2017) kependekkan berarti akronim yang kata atau bagian kata dapat ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar, seperti SIM (Surat izin mengemudi), PON (Pekan olahraga nasional)

4) Kontraksi

Bentuk pemendekan kata yang mempersingkat kata dasar atau gabungan kata disebut dengan kontraksi. Selain itu pendapat lain menjelaskan kontraksi adalah bentuk gejala yang memperlihatkan hilangnya satu atau lebih onem. Kadang- kadang ada perubahan Patau penggantian fonem, seperti: Dindik ( Dinas Pendidikan), Pemkot (Pemerintah kota), Pemda (Pemerintah daerah).

2.6 Fungsi Kata Sapaan

Menurut Biber, dkk. (1999:1112) fungsi kata sapaan bersadarkan kemunculan letak di dalam ujaran dibagi menjadi tiga, yaitu untuk menarik perhatian seseorang, menandai mitra bicara, mempertahankan dan memperkuat hubungan sosial. Kata yang terletak di awal ujaran biasanya berfungi untuk menarik perhatian seseorang dan memperkenalkan lawan bicara. Sementara itu, kata sapaan yang terletak di akhir ujaran mempunyai fungsi kombinasi, yaiu mengatur dan mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan mitra bicara. Fungsi kata sapaan untuk menjaga hubungan sosial terlihat dari pengguna kata sapaan berupa panggilan akrab.

Berbeda dengan pendapatnya Carter, dkk. (2006:231-235) yang mengatakan bahwa fungsi kata sapaan terdapat enam fungsi sebagai berikut: Summons

(9)

(panggilan), Turn Management (pengaturan giliran bicara, Ritual and sociable context (ritual dan konteks sosial), Softening and lessening threats to dignity (memperhalus dan mengurangi ancaman terhadap gengsi martabat),Topic management( pengaturan topik), Joking banter ( senda gurau).

Kata sapaan memiliki fungsi yaitu, panggilan, pengatur giliran bicara, ritual dan konteks sosial, memperhalus dan mengurangi ancaman terhadap gengsi martabat, pengaturan topik, dan senda gurau. Setiap fungsi kata sapaan memiliki karakterisitik yang berbeda-beda yang akan digunakan sesuai konteks pada saat berkomunikasi di media sosial.

2.7 Bahasa Media Sosial

Bahasa memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, keduanya tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan peranan bahasa amat penting dalam kehidupan untuk menyatukan pola pikir manusia satu dengan manusia lainnya.

Menurut pedapat Brinker (1988:97) terdapat lima fungsi dasar bahasa meliputi, (a) fungsi informasi, (b) fungsi mempengaruhi, (c) fungsi obligasi, (d) fungsi kontak, (e) fungsi deklarasi. Dalam fungsi informasi, bahasa digunakan untuk membagikan informasi kepada orang lain, sedangkan fungsi mempengaruhi, bahasa digunakan untuk mempengaruhi orang lain dalam melakukan sesuatu, fungsi obligasi, bahasa digunakan untuk meminta orang lain untuk melakukan hal-hal yang wajib, dalam fungsi kontak, bahasa digunakan untuk menjalin kontakdengan seseorang, menanyakan suatu hal dan sebagainya, dan fungsi deklarasi, bahasa digunakan untuk mengungkapkan fakta baru, seperti pada surat pengangkatan, sertifikat, dan ijazah.Dalam menjalin hubungan sosial di masyarakat maka dibutuhkan komunikasi antarindividu.

(10)

Menurut pendapat Effendi (1995: 15) bentuk komunikasi secara lisan lebih sering digunakan pemakai bahasa dalam kehidupan sehari-hari daripada secara tulis. Ini dikarenakan, bahasa lisan diucapkan melalui alat ucap yang terikat dengan tata bahasa, kosa kata dan pelafalan dalam memudahkan pemahaman mitra tutur ketika berkomunikasi dengan penutur. Selain itu, pengungkapannya pun memanfaatkan tinggi rendah suara, ekspresi dan isyarat untuk menyampaikan suatu maksud, sehingga perlu berkomunikasi secara langsung. Berbeda dengan itu, bahasa tulis justru diperoleh dengan menjadikan huruf dan tulisan sebagai unsur dasarnya. Bahasa tulis berkaitan dengan kelengkapan unsur kata, ketepatan kata, penggunaan ejaan dan tanda baca dalam mengungkapkan gagasan.

Seiring berkembangnya teknologi, media sosial termasuk media daring yang dapat digunakan untuk bersosialisasi baik dalam bahasa lisan maupun tulis.

Media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat saat ini.

Kehadiaran media sosial mempermudah seseorang untuk berkomunikasi menyampaikan pesan kepada seseorang tanpa melihat jarak. Beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi menurut pendapat Aw Suranto (2011:9) yaitu,sumber/ komunikator, encoding, pesan, saluran, penerima/ komunikan, decoding, respon, gangguan (noise), konteks komunikasi.

Menurut pendapat Nurhalimah,dkk. (2019:27) media sosial adalah sebuah media daring yang para penggunaanya dapat berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, wiki, forum dan dunia virtual. Sejalan dengan pendapat Nasrullah (2012:11)mengatakan media sosial dijelaskan sebagai medium di internet yang memungkinkanpengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan

(11)

membentuk ikatan sosial secara virtual. Adapun karakteristik media sosial menurut pendapatNasrullah (2015:15)yaitu, Jaringan (Network)Informasi (information), Arsip (archive) Interaktif (interactivity).

Berbeda dengan pendapat Nurhalimah, Liliweri (2011:291) menyatakan media sosial memiliki karakteristik seperti evolusi, revolusi, dan kontribusi.

Selain karakteristik, media sosial juga memiliki jenis-jenis media sosial yaitu, blog, microblogging, facebook, twitter, instagram, line, BBM (BlackBerry Messanger) dan WhatsApp Messenger.

Bahasa dalam media sosial sebagai alat penyampai dalam komunikasi.

Komunikasi yang digunakan pada media sosial tidak beratatap langsung kepada penutur, sehingga sering terjadi kesalahpahaman dan pesan yang disampaikan tidak sesempurna jika berkomunikasi secara langsung. Oleh karena itu penutur harus bisa memberikan kompensasi atas ketidaksempurnaan itu. Adapun karakteristik dalam media sosial yaitu jaringan, informasi, arsip, dan interaktiv.

Kehadiran media sosial sangat pesat di era sekarang, karena dengan adanya media sosial seseorang lebih efektif dalam menyampaikan pesan. Pesan tersebut disampaikan melalui aplikasi seperti facebook, twitter, line, WhatsApp Messenger.

2.8 Media Sosial WhatsApp Messenger

Menurut pendapat Gilling (2014:207) WhatsApp messenger adalah layanan perpesanan instan lintas platform untuk ponsel cerdas yang disediakan oleh whatsapp. Aplikasi WhatsApp messenger berbasis perangkat lunak tersedia untuk sejumlah sistem operasi ponsel yang berbeda. WhatsApp messenger diyakini menggunakan komunikasi aman pada beberapa sistem operasi yang didukung, WhatsApp messenger juga dapat digunakan untuk mengirim file data multimedia,

(12)

termasuk audio, gambar dan video. WhatsApp Messenger menyediakan penggantian gratis untuk layanan pesan pendek berbayar yang tersedia pada sebagian besar ponsel. Bergantung pada merek penggunaan ponsel pintar, aplikasi klien WhatsApp messenger tersedia untuk pembelian dengan harga rendah atau untuk berlangganan tahunan dengan harga rendah setelah satu tahun layanan gratis. WhatsApp messenger adalah layanan populer yang memiliki ratusan juta pengguna global, yang mengirim jutaan pesan setiap hari.

Pendapat lain dikemukan oleh E.W Wishnu (2012:03) menyatakan WhatsApp messenger adalah aplikasi messenger yang bisa dipakai di beberapa tipe OS ponsel, yaitu: Android, Blackberry, Iphone lalu Windows Phone dan Syambian.

Dengan whatsapp seseorang dapat mengirimkan dan menerima pesan berupa tulisan atau teks, gambar suara dan video.

Berbeda pendapat Suryadi,dkk.(2018: 05) bahwa media sosial yang sering disingkat WA adalah satu media komunikasi yang dapat di install dalam smartphone. Media sosial ini digunakan sebagai sarana komunikasi chat dengan saling mengirim pesn teks, gambar, video bahkan telpon. Media ini dapat aktif jika kartu telpon pengguna memiliki paket internet.

Menurut pendapat Sindang dalam (Jumiatmoko,2016:54) WhatsApp Messenger merupakan bagian dari sosial media. Sosial media merupakan aplikasi berbasis internet yang memungkinkan setiap penggunanya dapat saling berbagi berbagai macam konten sesuai dengan fitur pendukungnya.

Dengan demikian WhatsApp messengeradalah salah satu aplikasi media sosial yang digunakan untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi secara tidak lansung kepada pemilik akun kepada mitra pertemanannya. Whatsapp massanger

(13)

juga bisa digunakan ntuk mengirim audio, foto, dan file yang memudahkan penggunanya tanpa pungutan biaya. Karena whatsApp Messengger digunakan untuk berkomunikasi maka terdapat hubungan bahasa dan masyarakat di media sosial, atau disebut dengan sosiolinguistik.

2.9 Sosiolingustik

Sosiolinguistik adalah studi interdisipliner yang mengkaji bahasa dan masyarakat. Menurut pendapat Samsuri (dalam Kusmana, 2018:175) sosiolingustik adalah cabang linguistik. yang mempelajari seluruh aspek sosial relasi antara bahasa dan masyarakat. Wijana dan Rohmadi (2013: 7) mengatakan bahwa sosiolinguistik sebagai ilmu bahasa yang menempatkan kedudukan bahasa dan hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi masyarakat di sekitarnya.

Menurut Fishman (dalam Senjaya,dkk. 2018:19) sosiolinguistik adalah kajian tentang cirri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyrakat.

Nababan (dalam Wijana dan Rohmadi, 2013: 4) mengatakan, sosiolinguistik ialah kajian bahasa yang berhubungan dengan penutur dan mitra tutur yang dijadikan sebagai anggota masyarakat. Anggota masyarakat memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai budaya. Biasanya nilai berkaitan dengan kadar baik dan tidak baik yang diwujudkan dalam kaidah yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Kaidah yang harus dipatuhi, tidak hanya mengacu pada verbal, akan tetapi juga berkaitan dengan non verbal. Hal ini dikenal sebagai parabahasa atau paralinguistik.

(14)

Bahasa dalam ilmu sosiolinguistik tidak hanya dilihat secara internal, akan tetapi dilihat sebagai sarana komunikasi di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat tidak hanya dipandang sebagai individu yang terpisah, akan tetapi sebagai anggota dari kelompok sosial. Dengan demikian, untuk menjalin sebuah kekaraban manusia membutuhkan interaksi sosial. Interaksi sosial itu terjadi dikehidupan sehari-hari, salah satunya sapaan.

Sapaan memiliki fungsi untuk menyapa, memanggil, dan menyebut seseorang.

Sapaan umumnya memang dilakukan secara lisan. Akan tetapi, seiring berkembangnya teknologi, dapat pula dilakukan secara tulisan yaitu dengan memanfaatkan daring atau via internet. Proses berkomunikasi menggunakan jaringan internet atau sering disebut secara online biasanya dilakukan melalui aplikasi online yang memang dikhusukan untuk berkomunikasi seperti WhatsApp Messenger.

Berdasarkan paparan di atas, sosiolingustik di pandang sebagai ilmu bahasa yang mengaitkan hubungan bahasa dan hubungan sosial yang di dalamnya terdapat anggota masyarakat yaitu penutur dan mitra tutur. Dalam hal ini, untuk menjalin suatu komunikasi yang baik antaranggota masyarakat, maka dibutuhkam interaksi sosial, salah satunya melalui sapaan yang dipengaruhi oleh komponen peristiwa tutur.

2.10 Komponen Peristiwa Tutur

Seorang pakar linguistik, Dell Hymes dalam Chaer &Agustina (2004:47-49), menyebutkan adanya komponen-komponen yang terdapat di dalam setiap pristiwa tutur. Komponen-komponen tersebut disingkat dengan akronim SPEAKING.

Komponen-komponen tersebut yaitu.

(15)

2.10.1 Setting and Scane.

Setting mengacu pada waktu dan tempat peristiwa tutur berlangsung, sementara scane mengacu kepada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda akan menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Misalnya, berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda denagn pembicara di ruang perpustakaan ketika banyak orang yang membaca dan dalam keadaan yang sunyi. Di lapangan sepak bola kita dapat berbicara sekeras mungkin, tetapi di ruang perpustakaan kita harus berbicara seperlahan mungkin menurut pendapat Pateda (1887:19).

Berbeda dengan pendapat tersebut, (Aslinda dan Syafyaya, 2010:32) mengatakan setting adalah penggunaan variasi bahasa yang digunakan dengan menyesuaikan situasi yaitu waktu dan tempat pada suatu peristiwa tertentu. Dapat disimpulkan ini berarti berkenaan dengan persoalan waktu, tempat dan situasi berlangsungnya tuturan.

2.10.2 Participant

Chaer dan Agustina (2010:48) menegaskan bahwa participant termasuk pihak yang berperan dalam suatu peristiwa tutur, termasuk pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima. Acuan participant untuk menentukan ragam bahasa yang digunakan oleh status sosialnya, hal ini dikarenakan adanya pengauh dari faktor situasi.

Status sosial partisipan akan menentukan ragam bahasa yang digunakan.

Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam bahasa yang berbeda jika ia berbicara dengan orang dengan ketika ia berbicara dengan teman-teman

(16)

sebayanya. Berdasarkan paparan tersebut, seorang penutur dan mitra tutur memang berpengaruh penting dalam suatu peristiwa tutur. Hal ini dikarenakan tuturan yang dihasilkan ialah dari percakapan antara keduanya dengan menggunkan ragam bahasa yang disesuaikan dengan situasi.

2.10.3 Ends

Ends adalah betuk peristwa tutur yang mengacu pada maksud dan tujuan percakapan atau tuturan yang disampaikan.hal ini dapat dicontohkan dalam ruang diskusi, penyaji berusaha menjelaskan maksud yang dibuat, sementara pendengar sebagai mitra tutur berusaha mempertanyakan makalah yang disajikan. Selain itu, Pateda (1987:23) berpendapat bahwa ends berfungsi sebagai peristiwa bahasa misalnya topik pembicaraan ketika rapat akan berbeda dengan peristiwa bahasa yang terjadi di perkawinan. Selain itu termasuk tujuan pendengar dan para pendengar.

Chaer danAgustina (2010:49) menguatkan pendapat tersebut dengan memberikan contoh dalam peristiwa tutur yang terjadi di ruang kuliah lingustik, ibu dosen cantik berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami oleh mahasiswanya, namun barangkali diantara mahasiswa ada yang datang hanya sekedar untuk memandang wajah ibu dosen cantik. Berdasarkan paparan tersebut, bahwa ends hal yang sangat penting dalam suatu tuturan, karena setiap tuturan harus memiliki tujuan, apabila suatu percakapan dituturkan antara penutur dan mitra tuturnya akan menjadi suatu uturan yang tidak bermakna jika tidak adanya maksud dan tujuan komunikasi.

2.10.4 Act Sequences

(17)

Act Sequences Mengacu kepada bentuk dan isi ujaran. Bentuk pesan menyangkut cara bagaimana sesuatu itu (topik) dikatakan atau diberitakan. Lain lagi isi pesan, berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik dan perubahan topik menurut pendapat Putry (2016:18).

Menurut pendapat Chaer (2010:49) yang mengungkapkan, bentuk ujaran tersebut berkaitan dengan penggunaan kata-kata dan hubungannya antara satu hal yang diperbincangkan dengan topik pembicaraan. Selain itu, Pateda (1987:23) juga berpendapat bahwa act adalah bentuk ujaran dan pesan yang disampaikan dalam suatu tuturan. Misalnya bentuk dan isi tuturan yang diujarkan baik ketika percakapan biasa, dalam kuliah umum maupun sebuah pesta akan terdapat perbedaan.

2.10.5 Key

Menurut Asilinda dan Syafyahya (2010:32) key membahas terkait nada suara, penjiwaan, sikap atau cara yang dipergunakan untuk menguatkan suatu bentuk tuturan. Dalam hal ini menggambarkan perasaan seseorang penutur. Hal ini dapat didukung dengan sikap atau cara penutur dalam sebuah tuturan diujarkan misalnya dengan suasana gembira, santai dan serius tentu sikapnya kaan berbeda.

Selain itu Chaer (2010:49) menabahkan bahwa hal itu juga diperlihatkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

Berdasarkan paparan tersebut, key adalah sikap atau cara seorang penutur dalam menunjukan ekspresi rasa kepuasannya. Hal ini dapat dilakukan dengan melalui gerakan tubuh dab isyarat, akan tetapi dapat pula dituturkan melalui bentuk ujaran dengan melihat kata kunci sebagai penguat penanda dalam bentuk ujaran tersebut. Kata kunci yang dimaksud menunjuk pada kata istimewa atau

(18)

kata apapun yang digunakan sebagai kunci untuk menandai suatu maksud dalam tuturan.

Adapun kategori diksi yang digunakan pada penelitian ini sebagi berikut.

Pemakaian kata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang luas dengan maknanya masih dapat diuraikan. Oleh sebab itu manusia harus perfikir secara ekstra sesuai dengan konteks yang ada agar mengetahui maksud deri kata tersebut. meskipun demikian, kata umum sudah erat dengan kehidupan bermasyarakat dan baisanya mengarah pada hal-hal yang telah terbiasa terjadi dalam masyarakat (Soedjito. 1986:5).

Pemakaiaan kata khusus ialah kata yang mencangkup ruang lingkup sempit.

Dalam artian, kata yang diungkapkan jelas dan tepat sesuai dengan maksud yang dituturkan, agar dapat dipahami (Soedjiyo, 1986:5). Menurut pendapat Putrayasa (2014:13) kata khusus digunakan untuk mengefektifkan suatu tuturan.

Pemakaian kata popular adalah kata yang dikenal dan sering digunakan masyarakat untuk berkomunikasi seharihari. Oleh sebab itu , kata popular tidak didasari oleh status sosial seseorang. Hal ini karena, setiap orang dapat menggunakannya meskipun dengan gaya bahasa yang berbeda. Menurut pendapat Soedjito (1986:3) pemakaian kata tutur ialah kata yang hanya diguakan dalam percakapan sehari-hari.

Pemakaiaan istilah asing adalah kata yang disisipkan ditengah-tengah kalimat rediri atas bahasa Indonesia, bahasa barat, dan bahasa daerah. Dominan kata yang berasal dari bahasa barat antara lain bahasa latin spanyol, inggris.

2.10.6 Instrumentalitiest

(19)

Aslinda dan Syafyahya (2010:32) mengatakan bahwa instrumentalitiest mengacu kepada alat dan bentuk bahasa yang digunakan untuk menyampaikan suatu tuturan. Dalam artiaan, alat yang digunakan mengarah kepada tulis dan lisan. Misalnya kata lisan tuturan yang diterima secara langsung, sedangkan tulisan tuturan yang diterima menggunakan teks chat.

Berdasarkan paparan di atas , instrumentalitiest adalah suatu cara seseorang penutur dalam menyampaikan suatu yang baik secara langsung maupun tulisan.

2.10.7 Norm of interaction and interpretation

Norm of interaction and interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi misalnya yang berhubungan dengan aturan member tahu, bertanya, menjawab, mengkritik, dan sebagainya. Di samping itu Chaer dan Agustina menguatkan bahwa norma adalah suatu aturan atau kesepakatan yang terdapat dalam tuturan antara penutur dan mitra tuturya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, norms termasuk kompnen yang menjadi kesepakatan anatar penutur dan mitra tutur. Setiap tuturan yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak tersebut terbentuk atas dasar kesepakatan masyarakat.

Selain itu, kesepakatan tuturan tersebut digunakan kkarena dapat diterima dan mudah dipahami oleh kedua belah pihak.

2.10.8 Genre

Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

(20)

2.11 Bentuk Diksi dalam Kajian Sosiolingustik

Bentuk diksi yang dimaksud adalah pilihan kata yang digunakan dalam sapaan di WhatsApp Messenger. Diksi-diksi tersebut dikelompokan berdasarkan kelas kata. Menurut Keraf (2000:22) bentuk diksi merupakan pilihan kata yang bukan hanya dipergunakan untuk mengungkapkan suatu idea atau gagasan, tetapi juga meliputi faseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Diksi sapaan yang digunakan dalam sapaan di WhatsApp Messenger dapat berupa kata dan frasa namun yang paling banyak ditemukan dalam penelitian tersebut adalah kata. Menurut Rohim,dkk. (2013:02), “mengungkapkan bahwa kata adalah satuan bahasa yang mempunyai arti atau satu pengertian”. Menurut Alwi (dalam Oktafianikoling, 2016:03), “kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh”, frasa dapat terbentuk dari dua kata atau lebih menurut pendapat Sofyan (2016:262).

Menurut pendapat Keraf (2000: 24), dari uraian yang singkat tersebut, dapat diturunkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapanungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.

(21)

Dalam Chaer dan Agustina (2010:87-89) bentuk bahasa dalam ragam sosial seperti bahasa akrolek, basilek, vulgar, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken.

Bentuk diksi adalah pilihan kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dan membentuk pengelompokkan kata-kata yang mempunyai ejaan dan pelafalan yang tepat.

Referensi

Dokumen terkait

Normalitas jumlah spermatozoa adalah 20 juta spermatozoa atau lebih dalam setiap 1 ml sperma (dalam setiap ejakulasi, pria mengeluarkan 2ml sperma). Bentuk spermatozoa normal:

Pustakawan Menerima surat beserta borang pengesahan menarik diri daripada pengajian dari pelajar untuk mendapatkan pengesahan tiada denda/ pinjaman.. Perpustakaan untuk

Pengertian kinerja Menurut Sedarmayanti (2011:260) mengungkapkan bahwa kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah

Memvalidasi kinerja dan anggaran program yang menjadi tanggung jawab unit Eselon I berkenaan dengan total pagu anggaran, sumber dana dan sasaran kinerja (jenis barang/jasa dan

Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada peserta didik adalah: (1) peserta didik duduk pasif dalam

Dengan melihat nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,048174 yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5% atau 0,05, maka dapat

Penqqabunqan dari susunan lokasi berbaqai fasilitas Pada beberapa negara sedang berkembang, mereka lebih memilih membangun suatu pusat pelayanan umum yang ba- ru bagi daerah

Pada tahun 2010 penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang diprediksi akan meningkat menjadi 1656,09 ha dan beban pencemar yang dihasilkan diprediksi sebesar 2804,45