• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Potensial Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Artritis Reumatoid Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Identifikasi Potensial Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Artritis Reumatoid Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Identifikasi Potensial Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Artritis Reumatoid Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Tahun 2016

Delina Hasan, Nurmeilis, Najmah Mumtazah Oral Presentasi 18-21 April 2018

PIT IAI

Di Pekanbaru (Riau)

(3)

Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi kronik dan progresif yang tidak diketahui pasti etiologinya serta ditandai dengan adanya keterlibatan sendi poliartikular yang simetris dan adanya manifestasi sistemik (Gordon, 2009).

Merupakan penyakit autoimun yang seringkali menyebabkan kecacatan dan kematian dini pada penderitanya (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014).

Prevalensi, insidensi, dan mortalitas AR bervariasi antarpopulasi. Prevalensinya di negara maju pada orang dewasa adalah 0,5-1%. Prevalensinya di Indonesia adalah 0,1% (Nainggolan, 2009). Lebih banyak diderita oleh wanita dengan perbandingan 3:2 (Arthritis Foundation, 2017).

Penyakit AR menyerang sendi diartrosis, seperti pada panggul, lutut, pergelangan tangan, siku. Gejala umumnya adalah sendi kaku di pagi hari lebih dari satu jam, membengkak, panas, memerah dan lemah (Suratun dkk., 2008).

Obat-obat AR adalah DMARDs, Agen biologik, Kortikosteroid, dan OAINS.

Sedangkan terapi nonfarmakologi yang bisa dilakukan adalah edukasi, rehabilitasi, dan pembedahan (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014).

Artritis Reumatoid

(4)

Hasil proyeksi penduduk 2010-2035 menunjukkan bahwa pada tahun 2020 Indonesiaakan memasuki periode lansia (ageing) yaitu 10%

penduduknya berusia lebih dari 60 tahun. Hal ini berakibat pada peningkatan masalah kesehatan terkait kerentanan lansia terhadap

penyakit (Kemenkes RI, 2016).

Artritis menjadi penyakit tidak menular yang paling banyak kedua diderita oleh pasien lanjut usia setelah hipertensi (Kemenkes RI, 2016).

Di Indonesia, Artritis reumatoid dialami oleh 0,1% kelompok lanjut usia (Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2014). Penyakit artritis reumatoid berkaitan dengan hilangnya produktivitas kerja penderitanya (Arthritis Foundation, 2017).

LATAR BELAKANG

(5)

ARTRITIS REUMATOID

Seringkali berlangsung kronis, kambuh kembali (Gordon M.M., 2002)

Terapinya umum terjadi polifarmasi (Bagatini F., 2011)

Waktu pengobatan dan kontrol jangka panjang (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)

RENTAN DRPs

(6)

 Interaksi obat terjadi pada 74 dari 103 pasien AR. 78,9% tergolong major.

Semua berkaitan dengan penggunaan metrotreksat (Bagatini F., et.al., 2011).

 Penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi (35,9%), sedangkan obat yang paling diresepkan adalah prednisolon (80,8%). Glukokortikoid memperburuk kondisi pasien hipertensi (Al-Bisri J., et.al., 2013). Ketidaktepatan pemilihan obat juga terjadi pada 37,3% pasien karena kontraindikasi obat terhadap pasien (Husna U.Y., 2017).

 Terdapat dosis berlebih pada peresepan meloksikam (2,5%) dan metil prednisolon (6,7%), dosis kurang pada peresepan parasetamol (27,7%) (Hasanah M., dkk., 2013).

RENTAN DRPs

(7)

Rumusan Masalah

Artritis reumatoid merupakan penyakit yang sering dialami lansia dan prevalensi penyakit sendi di Indonesia mengalami penurunan.

Artritis reumatoid seringkali berlangsung kronis sehingga membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama.

Artritis reumatoid yang diderita oleh banyak lansia seringkali disertai dengan penyakit penyerta sehingga obat tidak hanya diberikan untuk mengatasi

artritis reumatoid namun juga untuk mengatasi penyakit penyerta.

Selain diberikan obat artritis reumatoid, seringkali pasien diberikan obat untuk mengatasi kemungkinan efek samping dari obat artritis reumatoid yang digunakan yang penggunaannya membutuhkan waktu yang lama.

Penggunaan obat lebih dari satu macam dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah dalam penggunaan obat yang disebut dengan Drug related problems (DRPs).

(8)

Tujuan

UMUM

Untuk mengetahui kejadian Drug Related Problems (DRPs) pada pasien artritis reumatoid rawat jalan di RSUP Fatmawati tahun 2016.

KHUSUS

• Mengetahui DRPs terkait pemilihan obat dan pemilihan dosis pada pasien artritis reumatoid rawat jalan di RSUP Fatmawati tahun 2016.

• Mengetahui hubungan penyakit penyerta terhadap kejadian DRPs yang dialami pasien artritis reumatoid rawat jalan di RSUP Fatmawati tahun 2016.

• Mengetahui hubungan jumlah penggunaan obat terhadap DRPs yang dialami pasien artritis reumatoid rawat jalan di RSUP Fatmawati tahun 2016.

(9)

Manfaat

TEORITIS

• Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai DRPs khususnya terkait pemilihan obat dan pemilihan dosis pada pasien artritis reumatoid artritis.

METODOLOGIS

• Metode penelitian ini dapat menjadi referensi untuk menilai DRPs pada pengobatan artritis reumatoid di Rumah sakit lain.

APLIKATIF

• Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dalam pertimbangan untuk penetapan kebijakan pengobatan artritis reumatoid di RSUP Fatmawati.

(10)

Kerangka Konsep

(11)

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara ukur Skala Ukur Kategori

1. Karakteristik Pasien

a. Jenis kelamin Kondisi fisik yang menentukan status pasien artritis reumatoid (AR) laki- laki/perempuan

(Utami, 2016).

Melihat data rekam medis

Nominal 0. Laki-laki 1. Perempuan

b. Usia Lamanya hidup pasien AR dilihat dari tanggal lahir atau ulang tahun

terakhirnya (Utami, 2016).

Melihat data rekam medis

Rasio 0. 21-30 tahun 1. 31-40 tahun 2. 41-50 tahun 3. 51-60 tahun 4. 61-70 tahun 5. >70 tahun

c. Pendidikan Tingkat pendidikan formal terakhir yang ditamatkan pasien AR (Mardliyah, 2016).

Melihat data rekam medis

Ordinal 0. Tidak tamat SD 1. Tamat SD 2. Tamat SMP 3. Tamat SMA

4. Tamat Perguruan Tinggi 5. Tidak diketahui

d. Pekerjaan Kegiatan utama pasien AR sehari-hari untuk mendapatkan penghasilan (Mardliyah, 2016).

Melihat data rekam medis

Nominal 0. Ibu rumah tangga 1. Pegawai negeri 2. Pegawai swasta 3. Pensiunan 4. Mahasiswa 5. Lain-lain

6. Tidak diketahui

(12)

No. Variabel Definisi Cara ukur Skala Ukur Kategori 7. Pemilihan dosis,

berupa:

- Dosis terlalu rendah

- Dosis terlalu tinggi

- Frekuensi

pemberian lebih jarang dari aturan pakai (FPJ)

- Frekuensi pemberian melebihi aturan pakai (FPL) (PCNEF, 2017).

Takaran atau jumlah tertentu obat yang diberikan kepada pasien AR kurang dari dosis standar berdasarkan literatur (Utami, 2016).

Takaran atau jumlah tertentu obat yang diberikan kepada pasien AR lebih dari dosis standar berdasarkan literatur (Utami, 2016).

Frekuensi pemberian obat yang diberikan kepada pasien AR lebih jarang dibanding standar frekuensi pemberian berdasarkan literatur.

Frekuensi pemberian obat yang diberikan kepada pasien AR terlalu sering dibanding standar frekuensi pemberian berdasarkan literatur.

Melihat data rekam medis dan sumber referensi

Nominal 0. Tidak tepat 1. Tepat

Definisi Operasional

(13)

Metodologi

Bertempat di RSUP Fatmawati

Selama bulan Desember-

Februari

Desain penelitian cross sectional, pengumpulan data rekam medis

secara retrospektif pada pasien AR rawat jalan periode Januari-

desember 2016

Populasi: seluruh pasien AR rawat jalan di RSUP Fatmawati tahun 2016

Sampel: bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Diambil secara total sampling

KRITERIA INKLUSI - Pasien dengan diagnosis artritis

reumatoid pada periode Januari- Desember 2016

- Pasien rawat jalan

- Pasien dengan atau tanpa penyakit penyerta

KRITERIA EKSKLUSI

- Rekam medis pasien tidak lengkap dan tidak terbaca

- Wanita Hamil

(14)

Prosedur Penelitian

Pengumpulan Data :

- Penelusuran data pasien artritis reumatoid rawat jalan di RSUP Fatmawati periode Januari-Desember 2016

- Pengambilan data & pencatatan rekam medis (nomor RM, identitas pasien, tanggal periksa, data peresepan obat, penyakit penyerta, hasil laboratorium) dilanjutkan dengan analisis Data

UNIVARIAT

Analisis deskriptif terhadap karakteristik pasien AR (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan penyakit penyerta), penggunaan obat, dan kejadian DRPs.

BIVARIAT

Analisis deskriptif statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.

Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan penyakit penyerta terhadap kejadian DRPs, serta pengaruh jumlah obat terhadap kejadian DRPs.

(15)

Penyakit Penyerta Jumlah Pasien (n=38) Presentase (%)

Osteoartritis 14 36,8

Infeksi Saluran Kemih (ISK) 13 34,2

Hipertensi 7 18,4

Anemia 6 15,8

Diabetes Melitus (DM) 4 10,5

Dislipidemia 3 7,9

Tuberkulosis Paru 2 5,3

Hipokalemia 2 5,3

Systemic Lupus Erytemasus (SLE) 2 5,3

Hepatitis B 1 2,6

Chronic Kidney Disease (CKD) 1 2,6

Dispepsia 1 2,6

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) 1 2,6

Trombositosis 1 2,6

Grave's Disease 1 2,6

Mixed Connective Tissue Disease (MCTD) 1 2,6

Penyakit Penyerta

(16)

OSTEOARTRITIS

Salah satu faktor risiko OA adalah adanya trauma sebelumnya pada sendi atau terdapat deformitas sendi yang

bersangkutan yang dapat disebabkan oleh artritis reumatoid (Perhimpunan

Reumatologi Indonesia, 2014)

PENYAKIT PENYERTA

Febriana R. (2007) menyatakan bahwa OA adalah penyakit penyerta terbanyak. Jeong H.

et.al. (2017) menyatakan OA adalah terbanyak kedua setelah HT. Al-Bishri, J. et.al. (2013), Bal A. et.al. (2015), dan Husna UY. (2016) menyatakan HT menjadi penyakit penyerta terbanyak.

INFEKSI SALURAN KEMIH

Penderita artritis reumatoid terbukti erat kaitannya dengan peningkatan risiko infeksi. Hal ini diduga karena akibat dari perubahan sistem imun penderita serta akibat dari penggunaan terapi immunosupresan (National Rheumatoid Arthritis Society, 2012).

HIPERTENSI

HT sekunder dapat disebabkan karena penggunaan obat tertentu seperti OAINS yang dalam penelitian ini merupakan obat OA terbanyak kedua. Inflamasi kronik artritis reumatoid dapat menyebabkan kekakuan arteri yang dapat meningkatkan tekanan sistolik pembuluh darah (Garip, Y., et.al., 2016, Panoulas, V. F., 2007)

(17)

Obat

Jumlah Pasien (persentase

n=61)

Presentase (%)

Obat Artritis Reumatoid

Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)

- Methotrexate - Sulfasalazine - Chloroquine

- Imuran (azathioprine)

52 18 1 1

85,2 29,5 1,6 1,6 Kortikosteroid

- Methylprednisolone - Prednison

15

1

24,6

1,6 Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

- Natrium diklofenak - Meloxicam

- Asam mefenamat

26

3 1

42,6

4,9 1,6

Obat Lain

Gangguan gastrointestinal - Lansoprazole

- Omeprazole - CaCO3

- Ondansetron - Sucralfate

- Domperidone

50 10 3 2 1 1

81,9 16,4 4,9 3,3 1,6 1,6 Multivitamin dan Mineral

- Asam folat

- Neurodex (Vitamin B1 mononitrate, Vitamin B6 HCl, Vitamin B12)

- Cavit D3 (Ca hydrogen phosphate

dihydrate 500 mg, Cholecalciferol 133 IU) - Mecobalamin

- Glucosamine - Curcuma

- Vitamin B Complex - Vitamin C Vitamin B1 - Vitamin B6

- Ferrous sulphate - Kolkatriol

- KSR (Potassium chloride)

- Osteocal (Calcium carbonate)

47 41

18

4 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1

77,1 67,2

27,9

6,6 4,9 4,9 3,1 3,1 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 Antibiotik

- Ciprofloxacin - Co amoxiclav

17

2

27,9

3,3

Profil Penggunaan

Obat

(18)

Obat Jumlah Pasien (persentase n=61)

Presentas e (%) Antibiotik

- Levofloxacin

1

1,6 Analgesik

- Paracetamol

- Ultracet (Tramadol HCl 37,5 mg, Paracetamol 325 mg)

- Tramadol

9 5

2

14,7

8,2 3,3 Antihipertensi

- Amlodipine - Valsartan

- Adalat oros (Nifedipine) - Micardis (Telmisartan) - Lasix (Furosemide) - Candesartan

5 2 2 1 1 1

8,2 3,3 3,3 1,6 1,6 1,6 Antiplatelet

- Clopidogrel

1

1,6 Antihiperurisemia

- Allopurinol

1

1,6 Antidiabetik

- Lantus (Insulin glargine) - Glimepiride

- Novo rapid (Insulin aspart) - Apidra (Insulin gluisine) - Metformin

- Gliquidone

2 2 2 1 1 1

3,3 3,3 3,3 1,6 1,6 1,6 Antihiperlipidemia

- Simvastatin

5

8,2 Antikonvulsan

- Gabapentin

5

8,2 Mukolitik

- Acetylcysteine

2

3,3 Antitiroid

- Euthyrox (Levothyroxine sodium) - Thyrozol (Thiamazole)

2 2

3,3 3,3 Antihistamin

- CTM (Chlorpheniramin maleas) - Cetirizine

1 1

1,6 1,6 Antihepatitis

- HP Pro (Fructus Schizandrae, Extract siccum 7,5 mg)

1

1,6

Pelemas Otot

- Tizacom (Tizanidine)

1 1,6%

(19)

METHOTREXATE

pasien yang telah didiagnosa artritis reumatoid harus mendapatkan DMARDs sedini mungkin kecuali ada kontraindikasi.

Lini utama DMARDs adalah

methotrexate (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)

NATRIUM DIKLOFENAK terapi simptomatik yang bekerja

sebagai analgetik dan antiinflamasi (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014) METHYL

PREDISOLON terapi

simptomatik sebagai

antiinflamasi (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014)

ASAM FOLAT

Mengurangi toksisitas

methotrexate berupa defisiensi asam folat (Whittle, S. L., &

Hughes, R. A., 2004) LANSOPRAZOLE

Untuk mencegah efek gangguan gastrointestinal (insidensi penyakit baru pada AR) karena OAINS (Dhikav, V., et.al. , 2003)

NEURODEX

Untuk mengatasi defisiensi vitamin B yang banyak

ditemukan pada pasie AR

(Vreugdenhil G., et.al., 1990)

OBAT AR OBAT LAIN

(20)

Jumlah Penggunaan Obat Jumlah Pasien Persentase (%) dengan n=61

1-4 obat 4 6,6

5-16 obat 57 93,4

Total 61 100

Jumlah Penggunaan Obat

JUMLAH OBAT (>4 OBAT, RATA-RATA 7 OBAT)

Treharne GJ., et.al. (2007) menyatakan bahwa pasien AR

umumnya terjadi polifarmasi dan nilai rata-rata jumlah obat

yang diberi adalah 5,39 dengan jumlah maksimum 16 obat.

(21)

Kategori DRP

Jumlah pasien (n=61)

Persent ase (%)

Frekue nsi (n=131)

Persent ase (%) Pemilihan obat

- Obat tidak tepat sesuai pedoman pengobatan

9 14,7 12 9,2

- Obat tidak tepat karena kontraindikasi

1 1,6 1 0,8

- Obat tanpa indikasi 6 9,8 6 4,6

- Indikasi tanpa obat 8 13,1 12 9,2

- Kombinasi yang tidak sesuai antarobat

29 47,5 71 54,2

- Duplikasi kelompok terapi atau zat aktif obat yang tidak tepat

1 1,6 2 1,5

- Terlalu banyak obat untuk indikasi penyakit sama

5 8,2 8 6,1

Pemilihan dosis

- Dosis terlalu rendah 7 11,5 10 7,6

- Dosis terlalu tinggi 0 0 0 0

- Frekuensi pemberian lebih jarang dari aturan pakai

3 4,9 7 5,3

- Frekuensi pemberian melebihi aturan pakai

1 1,6 2 1,5

Drug Related Problems

Febriana R. (2007) mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien (>90%) diberi dosis sesuai dengan literatur. Caecilia M., dkk. (2007) melaporkan bahwa 100% obat tepat sesuai dengan indikasi, 90,53% dosis dan frekuensi pemberian obat tepat untuk pasien. Sedangkan Hasanah M., dkk. (2014) melaporkan bahwa terdapat 9,3% dosis terlalu tinggi dan 27,7% dosis terlalu rendah.

(22)

Kategori DRPs Frekuensi Persentase (%) Obat tidak tepat sesuai pedoman

pengobatan

- Natrium diklofenak diberikan tanpa DMARD

- Natrium diklofenak dan metil

prednisolon diberikan bersamaan tanpa DMARD

- Metil prednisolon diberikan tanpa DMARD

6 3

3

50 25

25

Total 12 100

Obat tidak tepat karena kontraindikasi - Methotrexate kontraindikasi diberikan

kepada pasien dengan gangguan fungsi hati

1

100

Total 1 100

Obat tanpa indikasi - Ciprofloxacin

- Allopurinol - HP Pro

- Cetirizine - Eutyrox

2 1 1 1 1

33,2 16,7 16,7 16,7 16,7

Total 6 100

Indikasi tanpa obat

- Infeksi Saluran Kemih (ISK) - Hipertensi

- Osteoartritis

- Tuberkulosis paru - Hepatitis B

4 3 2 2 1

33,3

25 16,7 16,7 8,3

Total 12 100%

Pemilihan Obat

(23)

Kategori DRPs Frekuensi Persentase (%) Kombinasi yang tidak sesuai antarobat

- Methotrexate – Asam folat - Methotrexate – Lansoprazole

- Methotrexate – Natrium diklofenak - Methotrexate – Ciprofloxacin

- Amlodipin – Natrium diklofenak - Methotrexate – Omeprazole

- CaCO3-FeSO4

- Sulfasalazine – Asam folat

- Metil prednisolon – Amlodipin

- Natrium diklofenak – Metil prednisolon

47

9 4 2 2 2 2 1 1 1

66,2 12,7 5,7 2,8 2,8 2,8 2,8 1,4 1,4 1,4

Total 71 100

Duplikasi kelompok terapi atau zat aktif obat yang tidak tepat

- Lansoprazole - Omeprazole

2

100

Total 2 100

Terlalu banyak obat untuk indikasi penyakit sama

- Metil prednisolon – Natrium diklofenak - Asam mefenamat – Metil prednisolon - Lansoprazole – Omeprazole

6 1 1

75 12,5 12,5

Total 8 100

(24)

Kategori DRP Frekuensi Presentase (%) Dosis terlalu rendah

- Natrium diklofenak - Tizacom

7 3

70 30

Total 10 100

Dosis terlalu tinggi 0 0

Total 0 0

Frekuensi pemberian lebih jarang dari aturan pakai

- Natrium diklofenak

7

100

Total 7 100

Frekuensi pemberian melebihi aturan pakai

- Simvastatin

2

100

Total 2 100

Pemilihan Dosis

(25)

Interaksi Obat Kategori Frekuensi Persentase (%)

Mekanisme interaksi

Farmakokinetik 21 29,6

Farmakodinamik 48 67,6

Tidak diketahui 2 2,8

Total 71 100

Interaksi Obat

Interaksi Obat Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tingkat keparahan

Minor 46 64,8

Moderat 8 11,3

Mayor 17 23,9

Total 71 100

(26)

Penyakit Penyerta

Kejadian DRPs

Nilai P

Tidak terjadi DRPs Terjadi DRPs

Jumla h

% terhadap total tidak terjadinya DRPs (%)

Jumla h

% terhadap total terjadinya DRPs

(%)

Tidak ada 9 50% 14 32,6

0,2

Ada 9 50% 29 67,4

Total 18 100% 43 100

Hubungan Antara Penyakit Penyerta dengan DRPs

Jumlah obat

Kejadian DRPs

Nilai P Tidak terjadi DRPs Terjadi DRPs

Jumla h

% terhadap total tidak terjadinya

DRPs (%)

Jumlah % terhadap total terjadinya DRPs

(%)

<5 0 0 4 9,3

0,18

>5 18 100 39 90,7

Total 18 100 43 100

Nilai P > 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan namun tidak signifikan antara penyakit penyerta dengan kejadian DRPs.

Hubungan Antara Jumlah Obat dengan DRPs

Nilai P > 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan namun tidak signifikan antara Jumlah obat dengan kejadian DRPs.

(27)

Kesimpulan

1. Jenis DRPs yang terjadi pada pasien artritis reumatoid rawat jalan di RSUP Fatmawati 2016 secara berurutan adalah sebagai berikut:

• Kombinasi yang tidak sesuai antar obat (54,2%)

• Obat tidak sesuai pedoman pengobatan (9,2%)

• Indikasi tanpa obat (9,2%)

• Dosis terlalu rendah (7,7%)

• Terlalu banyak obat untuk indikasi penyakit sama (6,1%)

• Frekuensi pemberian lebih jarang dari aturan pakai (5,3%)

• Obat tanpa indikasi (4,6%)

• Duplikasi kelompok terapi atau zat aktif obat yang tidak tepat (1,5%)

• Frekuensi pemberian melebihi aturan pakai (1,5%)

• Obat tidak tepat karena kontraindikasi (0,8%).

2. Ada hubungan antara penyakit penyerta dengan kejadian DRPs namun tidak signifikan.

3. Ada hubungan antara jumlah obat dengan kejadian DRP namun tidak signifikan.

Referensi

Dokumen terkait

Terkait kegiatan AIM tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan masing-masing pimpinan UKPPA terkait pelaksanaan AIM UKPPA Siklus 7 Tahun 2014 adalah sebagai

Data yang digunakan adalah data sekunder yang di dukung dengan data primer yang di dapat dari observasi langsung di lapangan. Data sekunder meliputi:, peta jaringan sungai,

3 Ilustrasi 5 skenario utama dalam aplikasi realitas tertambah 5 4 Ilustrasi tahapan pembuatan AR dengan Metaio Creator 6 5 Morfologi ordo Orthoptera dari tampak atas 9 6 Ilustrasi

Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian belajar peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

Kondisi ekonomi pasca konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan.. Kondisi ekonomi pasca konversi hutan

Dekomposisi beberapa tanaman penutup tanah dan pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah, serta pertumbuhan dan produksi jagung pada ultisol Lampung.Thesis.. Program

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional

[r]