• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draf proposal Yaqin Muttaqin (90400115150)

N/A
N/A
Sandi Setiawan

Academic year: 2022

Membagikan "Draf proposal Yaqin Muttaqin (90400115150)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Di ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Oleh

YAQIN MUTTAQIN SULAIMAN NIM : 90400115150

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2022

DAFTAR ISI

(2)

BAB I PENDAHULUAN... 1-12

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Fokus Penelitian... 8

D. Tujuan Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian... 9

F. Kajian Pustaka... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13-30 A. Stewardship Theory... 13

B. Teori Pengawasan... 14

C. Audit Internal... 15

D. Good university Governance... 19

E. Satuan Pengawasan Internal... 22

F. Peran Satuan Pengawas Internal dalam upaya mewujudkan Good Unversity Governance... 23

G. E-SMS dalam pencapaian GUG... 25

H. Undang-Uundang PMA Nomor 25... 28

I. Kerangka Pikir... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32-38 A. Jenis dan Lokasi Penelitian... 32

B. Jenis dan Sumber Data... 33

C. Metode Penelitian Data... 34

D. Instrumen Penelitan Data... 35

E. Metode Analisis Data... 35 DAFTAR PUSTAKA

ii

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan tertinggi yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Dalam upaya tersebut, peran generasi muda merupakan salah satu bentuk investasi yang sangat penting, karena merekalah yang akan menentukan arah kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Untuk itu fasilitas dan mutu pendidikan yang terbaik amat diperlukan, dalam pembentukan karakter generasi muda.

Begitu berartinya mutu bagi pendidikan, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan Nasional yang pada pasal 91 menyatakan setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa penjaminan mutu merupakan hal yang wajib dalam sebuah perguruan tinggi dan setiap perguruan tinggi diberi kebebasan untuk menentukan sendiri standar mutunya serta mekanisme pemenuhan standar tersebut. Semenjak ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, Sistem Penjaminan Kualitas perguruan tinggi tidak lagi cuma terfokus pada bidang akademik, namun pula meliputi bidang non akademik (Asbandi, 2015).

(4)

Salah satu konsep penyelenggaraan perguruan tinggi yang saat ini sedang berkembang adalah konsep good university governance (GUG). GUG adalah pedoman ataupun dapat digunakan sebagai formula yang dapat menghasilkan pedoman untuk pengelola dalam mengelola manajemen perguruan tinggi yang baik dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.

Hal ini untuk memastikan kalau perguruan tinggi sudah melaksanakan aplikasi pelaksanaan prinsip GUG, hingga dibutuhkan sistem pengendalian intern selaku mekanisme pengawasan atas pengelolaan perguruan tinggi (Larasati, 2018).

Konsep GUG timbul akibat dari berbagai macam permasalahan pengelolaan perguruan tinggi. Dari permasalahan administrasi sampai korupsi.

Pada riset yang dicoba oleh Indonesian Corruption Watch menciptakan permasalahan tindak pidana korupsi yang terjalin di sebagian perguruan tinggi negara di Indonesia. Permasalahan korupsi tersebut sudah berjumlah 37 permasalahan sepanjang 10 tahun terakhir. Perihal ini diakibatkan kurang transparannya dalam pengelolaan keuangan jadi kesempatan berbagai macam pihak tertentu untuk melaksanakan fraud. Sehingga anggaran yang diberikan kepada PTN tidak bisa ditelusuri jumlahnya dan pengalokasian anggaran tersebut.

GUG adalah suatu konsep yang lahir dari suatu pemahaman dimana penyelenggaraan perguruan tinggi serta institusi perguruan tinggi memanglah tidak bisa disamakan dengan penyelenggaraan suatu negara ataupun korporasi yang membedakannya merupakan nilai- nilai luhur pendidkan yang wajib dijaga dalam penerapannya. Dengan demikian, hingga bisa ditetapkan suatu

(5)

dimensi apakah suatu perguruan tinggi sudah mempraktikkan GUG ataupun tidak sehingga sejauhmana perguruan tinggi tersebut sanggup menyikapi dinamika yang terjalin dalam penyelenggaraannya tanpa mengkhianati nilai- nilai luhur tadi serta amanat yang diembannya dari masyarakat, bangsa serta negara yang menaunginya (Wahab dan Rahayu, 2013).

Dalam penyelenggaraannya, suatu institusi perguruan tinggi sebaiknya melaksanakan prinsip-prinsip good university governance untuk menunjang fungsi-fungsi serta tujun dasar perguruan tinggi. Keistimewaan dari institusi perguruan tinggi dibandingkan dengan institusi lain bisa dilihat pada fungsi dasarnya, yaitu dalam perihal pembelajaran, pengajaran serta usaha temuan ataupun inovasi (studi). Pelaksanaan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance) secara konsisten serta berkesinambungan dapat meningkatkan budaya kualitas dan pelayanan akademik serta nonakademik untuk perguruan tinggi sehingga diharapkan berkontribusi pada pencitraan yang positiv, reputasi yang unggul, serta daya saing yang tinggi. Model governance pada masing-masing institusi berbeda-beda. Prinsip-prinsip good university governance yang bisa menciptakan income yaitu: law-abiding, academic oriented, accountable, professional, independent, serta transparent (Siswanto, dkk, 2013).

Akuntabilitas merupakan salah satu kebutuhan utama dalam good university. Akuntabilitas ini dicoba selaku wujud transparansi dari pada aktivitas operasional suatu perguruan tinggi. Pada dasarnya, akuntabilitas merupakan pemberian data serta pengungkapan (disclosure) atas kegiatan serta

(6)

kinerja financial kepada pihak-pihak yang berkepntingan (Kusuma, 2012). Para penganjur good university governance yakin kalau dengan terdapatnya akuntabilitas bisa meningkatkan prestasi akademik mahasiswa karena meningkatnya motivasi belajar, meningkatnya keterlibatan orang tua, dan meningkatnya kurikulum serta pengajaran (Rosyid, dkk, 2014). Wina dan Khairani (2015) menyatakan bahwa dengan mempraktikkan akuntansi yang baik oleh pihak perguruan tinggi dan pengawasan yang maksimal dari pihak internal ataupun pihak eksternal terhadap mutu laporan keuangan diharapkan hendak bisa membenarkan akuntabilitas kinerja perguruan tinggi sehingga kinerja penyelenggaraan urusan-urusan tersebut bisa maksimal. Revisi terhadap mutu akuntabilitas serta kinerja audit internal diharapkan hendak berimplikasi pada minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkan good university governance bisa diwujudkan.

Suatu universitas memerlukan sistem yang sanggup membenarkan proses akuntabilitas mereka lewat pengendalian internal yang efisien dalam organisasi pembelajaran. Sistem pengendalian internal yang profesional serta efisien tidak hanya dibutuhkan serta ditujukan untuk organisasi yang berorientasi pada keuntungan semata namun juga untuk organisasi nirlaba dalam perihal ini universitas. Menurut Rama dan Jones (2009) pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian dalam pencapaian efektivitas dan efisiensi serta keandalan laporan keuangan dan ketaatan terhadap hukum yang berlaku.

(7)

Perwujudan good governance dalam perihal ini good university governance (GUG), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene membutuhkan kedudukan audit internal yang bertugas meneliti mengevaluasi suatu sistem akuntansi dan memperhitungkan kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Satuan Pengawas Intern (SPI) adalah salah satu satuan kinerja yang mendukung terwujudnya good university governance (GUG) yang pada saat ini sudah berkembang menjadi komponen utama dalam meningkatkan universitas secara efektif serta efisien. Untuk mengevaluasi jalannya operasi dari kegiatan audit internal, direktur audit internal wajib menetapkan serta memelihara program jaminan atas mutu (Quality Assurance). Quality assurance sangat dibutuhkan dalam melindungi keahlian departemen audit internal dalam melakukan fungsinya secara efisien serta efektif (Ardianto, 2012).

Perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi positif lewat pengimplementasian 5 prinsip good university governance (GUG) yang dibantu oleh satker-satker, salah satunya merupakan Satuan Pengawas Intern (SPI) yang dipunyai oleh perguruan tinggi. Tidak hanya itu, sistem pengendalian internal ataupun internal control adalah yang sangat berarti dalam pelaksanaan good governance. Sistem pengendalian yang efisien bisa menjamin operasi industri yang efisien serta efektif dan dipatuhinya aturan-aturan internal industri sehingga bisa terciptanya akuntabilitas (Gusnardi, 2008).

Menurut Yudianti dan Suryandari (2015) pengendalian internal adalah sistem sedangkan satuan pengawasan intern merupakan organ ataupun unit

(8)

yang melakukannya. Kedudukan Satuan Pengawasan Intern (SPI) serta pengendalian internal yang baik diharapkan menolong pimpinan unit kerja dalam menggapai tujuan adalah terwujudnya good university governance (GUG). Sistem pengendalian internal mewakili seluruh kebijakan serta prosedur yang disetujui oleh manajemen untuk menggapai suatu manajemen bisnis yang efisien. Kontrol Sistem meliputi pengendalian internal serta internal prosedur (Mihaela dan Julian, 2012). Seluruh dorongan audit internal bisa diberikan lewat analisis- analisis, evaluasi, saran, bimbingan dan informasi tentang kegiatan yang diperiksa (Pratiwi, 2012).

Good university governance selaku bagian implementasi dari pelaksanaan good corporate governance diperguruan tinggi negeri hendak bisa terwujud bila terjalin penyeimbang kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka untuk menggapai tujuan perguruan tinggi. Perguruan tinggi membutuhkan pengelolaan yang baik sebab menyangkut kepentingan masyarakat luas. Dalam konteks kehidupan masyarakat saat ini, pendidikan jadi perihal yang tidak bisa dihindari.

Pendidikan sudah jadi suatu yang sangat berarti dalam kehidupan. Apalagi, pendidikan sudah jadi semacam rumus yang dijadikan prasyarat untuk suatu bangsa yang dapat disebut maju (modern). Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Good University Governance: Peran Audit Internal (Studi Pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene)”.

B. Rumusan Masalah

(9)

Dalam menghadapi tantangan perwujudan good governance, dalam hal ini good university governance (GUG) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene memerlukan peran audit internal yang bertugas meneliti, mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan audit internal pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene ?

2. Bagaimana pelaksanaan good university governance pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene ?

3. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university governance pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene ?

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university governance. Good university governance merupakan turunan dari konsep tata kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good governance. good university governance ini merupakan sebuah konsep yang muncul karena kesadaran bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi dan instusi perguruan tinggi memang tidak dapat disamakan dengan penyelenggaraan sebuah negara atau korporasi, yang membedakan adalah nilai- nilai luhur pendidikan yang harus dijaga dalam pelaksanaannya.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(10)

1. Mengetahui penerapan audit internal pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

2. Mengetahui pelaksanaan good university governance pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

3. Mengetahui peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university governance pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini secara teoretis diharapkan bisa membagikan sumbangan acuan untuk universitas buat menata kembali audit internal ataupun Satuan Pengawas Internal (SPI) yang bertugas mempelajari serta mengevaluasi suatu sistem akuntansi dan memperhitungkan kebijakan manajemen yang dilaksanakan serta selaku penunjang terwujudnya good university governance. Dengan digunakannya teori agen (Agency Theory). Dalam kaitannya dengan audit internal ataupun SPI, teori agen menarangkan kalau terdapatnya perbandingan kepentingan antara manajemen dengan para stakeholder membuat berartinya satuan pengawas internal di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene untuk menjauhi kecenderungan dari pihak manejemen yang menginginkan keuntungan individu serta penyalahgunaan dana yang diperoleh dari pemerintah. Sebaliknya teori pengawasan yang digagas oleh George R. Tery mendefenisikan tugas dari audit internal untuk mendeterminasi apa yang sudah dilaksanakan, artinya mengevaluasi prestasi kerja serta apabila butuh, mempraktikkan tindakan-tindakan kolektif sehingga hasil pekerjaan cocok dengan rencana yang sudah diresmikan.

(11)

Jadi, bisa disimpulkan teori agen serta pengawasan bisa digunakan selaku landasan auditor internal dalam memenuhi tanggungjawabnya terhadap perguruan tinggi supaya bekerja dengan memaksimalkan kepentingan publik bukan untuk kepentingan orang semata agar menghasilkan tata kelola perguruan tinggi yang baik serta bisa dipercaya oleh masyarakatnya sendiri.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan Satuan Pengawas Internal mampu menjawab tantangan dalam perwujudan good university governance (GUG). Jadi dapat dikatakan bahwa peningkatan peran auditor internal akan mempengaruhi tata kelola suatu institusi pendidikan. Pengelolaan perguruan tinggi yang baik akan dapat menjamin keberlangsungan usaha perguruan tinggi dalam jangka panjang.

Bagi akademisi, sebagai wawasan, pengetahuan dan acuan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut. Bagi peneliti, sebagai pelatihan intelektual yang diharapkan dapat mempertajam daya fikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dan mengetahui sejauh mana teori yang didapat dibangku kuliah dapat diterapkan didalam masyarakat.

F. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai good university governance merupakan salah satu bentuk topik yang selalu diangkat dalam penelitian pada bidang akuntansi.

(12)

Dalam hal ini menyangkut bagaimana peran auditor internal pada peningkatan mutu pendidikan bangsa.

Penelitian terdahulu

Nama Peneliti Judul Metodologi Hasil penelitian

Novi dyah

puspitarini, sukirman dan Indah

Anisykurlillah (2013)

Peran SPI dalam Pencapaina Good University

Governance Pada Perguruan Tinggi Se-Jawa yang berstatus Pola Pengelolaan keuangan Badan layanan umum

Kuantitatif Satuan Pengawas Pengawasan Intern Internal (SPI) berpengauh posiif dalam pencapaian governance (GUG) pada (GUG)

Suriyani dan Zainuddin (2021)

Pengaruh Satuan Pengawasan Internal (SPI) Dan Penerapan Internal Control Terhadap

Pencapaian Good University

Governance (GUG) Pada Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Kuantitatif sistem pengendalian internal dan internal control berpengaruh positif terhadap variabel good university governance.

Sukirman dan Maylia Pramono Sari (2012)

peran internal auditor dalam upaya mewujudukan Good University

Governance (GUG) di Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Kuantitatif Terdapat pengaruh yang signifikan antara auditor internal terhadap Good governance di UNNES

I Wayan Sujana, I Wayan Widnyana, I Nyoman Suparsa (2017)

Peran auditor internal dalam menentukan pengaruh

pengendalian intern terhadap good university governance di

Kuantitatif auditor internal berpengaruh positif dan signifikan dalam menentukan

pengaruh

pengendalian intern terhadap good university

(13)

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

governance

Dri Asmawanti S dan Siti Aisyah (2019)

Peran Satuan Pengawasan Intern dan Penerapan pengendalian internal terhadap pencapaian Good University

Governance Pada Perguruan Tinggi di Kota Bengkulu

Kuantitatif Adanya hubungan positif yang signifikan antara peran Satuan Pengawasan Intern terhadap Penerapan Good University Governance.

Saptapradipta

Patricia (2013) Pengaruh audit) internal dan pengendalian internal internal terhadap

pelaksanaan Good Governance (Studi pada Layanan Umum Universitas Brawijaya Malang

Kuantitatif Auditor internal dan pengendalian internal berpengaruh terhadap

Pelaksanaan Good Governance (Studi empiris pada Badan layanan Umum Universitas Brawijaya Malang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stewardship Theory

Dasar teori yang digunakan dalam riset ini merupakan teori tata laksana (Stewarship theory). Teori ini memandang manajemen selaku pihak yang bisa dipercaya untuk berperan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan publik

(14)

pada biasanya ataupun shareholders pada spesialnya. Teori stewardship bisa diterapkan pada riset akuntansi zona publik semacam organisasi pemerintahan salah satunya pada perguruan tinggi. Akuntansi organisasi zona publik sudah dipersiapkan untuk penuhi kebutuhan data untuk ikatan antara stewards dengan principals. Akuntansi selaku penggerak (driver) berjalannya transaksi bergerak kearah yang terus menjadi lingkungan serta diiringi dengan tumbuhnya spesialisasi dalam akuntansi serta pertumbuhan organisasi zona publik.

Keadaan semakin kompleks dengan bertambahnya tuntutan hendak akuntabilitas pada perguruan tinggi yang terdapat di Indonesia.

Teori ini mengasumsikan ikatan yang kokoh antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan owner. Steward hendak melindungi serta mengoptimalkan kekayaan organisasi dengan kinerja industri, sehingga dengan demikian fungsi utilitas hendak optimal. Asumsi penting dari stewardship merupakan manajer meluruskan tujuan yang cocok dengan tujuan owner.

Tetapi demikian tidak berarti steward tidak memiliki kebutuhan hidup (Raharjo, 2007). Dalam riset ini teori stewarship jadi perihal berarti pada pencapaiam Good Univeristy Governance. Karena pada hakikatnya manusia diharapkan bisa dipercaya, sanggup bertindak dengan penuh tanggung jawab, mempunyai integritas serta kejujuran terhadap pihak lain. Transparansi serta akuntabilitas memiliki kedudukan besar untuk menujukkan kepada pihak eksternal ialah pemerintahan serta masyarakat bahwa pengelolaan perguruan tinggi telah berjalan dengan baik. Dengan mengedapankan kepentingan

(15)

bersama dan komitmen organisasi yang maksimal supaya tercapai tujuan yang diharapkan.

B. Teori Pengawasan

Menurut Terry (2006) mengartikan pengawasan selaku mendeterminasi apa yang sudah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja serta apabila butuh, dengan mempraktikkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan cocok dengan rencana yang sudah diresmikan. Menurut Terry (2010), pengawasan ialah salah satu dari 4 fungsi manajemen, sebagaimana berikut ini, ialah: fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi penerapan (Actuating), dan fungsi pengawasan (Controlling).

Pengawasan adalah salah satu fungsi penting dalam fungsi manajemen.

Perihal ini disebabkan tanpa pengawasan, fungsi yang lain tidak hendak berjalan secara efektif, efisien serta optimal. Boleh dikatakan kalau tiap-tiap fungsi manajemen tersebut adalah satu kesatuan yang merata serta sistemik, sehingga saling mempengaruhi serta ketergantungan satu sama lain.

Pengawasan juga ialah suatu metode supaya tujuan bisa tercapai dengan baik (Griffin, 2004). Dalam riset ini konsep pengawasan digunakan bukan suatu industri namun suatu lembaga yang bertugas mempelajari serta mengevaluasi suatu sistem akuntansi dan memperhitungkan kebijakan manajemen yang dilaksanakan.

C. Audit Internal

(16)

Perguruan tinggi yang sanggup mengelola sumber energi secara pas hendak sanggup memenuhi tuntutan mutu pendidikan. Bermacam upaya terus dicoba demi tercapainya visi serta misi perguruan tinggi. Untuk itu butuh diadakan pengawasan serta pengecekan pada tiap langkah aktivitas dalam manajemen ialah mulai dari sesi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan hingga dengan Akuntansi pengendalian. Tidak hanya pada tahap-tahap dalam manajemen, pengawasan serta pengecekan pula dibutuhkan pada seluruh kebijakan serta prosedur yang dilaksanakan oleh tiap unit-unit dari perguruan tinggi. Dengan demikian dibutuhkan terdapatnya suatu regu ataupun sekelompok staf dari bermacam unit yang bertugas untuk melaksanakan audit internal ialah mengecek, mengawasi serta membagikan anjuran revisi apabila dibutuhkan.

Audit Internal adalah suatu fungsi evaluasi independen dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk menguji serta mengevaluasi dari seluruh kegiatan-kegiatan yang dicoba organisasi tersebut, sehingga manajemen puncak bisa mempunyai sumber data dari tiap unit yang dimilikinya. Untuk itu pemeriksa internal ataupun audit internal hendak melaksanakan analisis, evaluasi serta memberikan saran- saran (Tugiman, 1997: 5). Menurut Mulyadi (2002: 210- 211), tanggung jawab audit internal berkaitan dengan fungsi audit internal, dengan melaksanakan aktivitas evaluasi yang leluasa, dengan metode mengecek akuntansi, keuangan, serta aktivitas lain, untuk membagikan jasa buat manajemen dalam melakukan tanggung jawab mereka. Aktivitas yang

(17)

dicoba dengan menyajikan analisis, evaluasi, saran, serta komentar-komentar berarti terhadap aktivitas manajemen, audit intern menyediakan jasa tersebut.

Menurut Lawrence B. Sawyer diterjemahkan oleh Desi Adhariani (2005:109) langkah-langkah yang harus dilakukan audit internal ialah:

1. Penentuan Risiko

Audit internal harus memiliki pemahaman mengenai proses penentuan risiko dan sarana yang digunakan untuk melakukannya serta audit internal juga harus menginput hasil penentuan risiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol yang dibutuhkan benar diterapkan untuk mengurangi risiko.

2. Melaksanakan Survei Pendahuluan

Audit internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif. Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit.

3. Menyusun Program Audit

Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti audit dan untuk memungkinkan audit internal mengemukakan pendapat mengenai efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program tersebut berisi arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi

(18)

informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit.

4. Melaksanakan Pekerjaan lapangan I

Melaksanakan proses pekerjaan lapangan merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan, dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.

5. Melaksanakan Pekerjaan lapangan II

Dengan penerapan teknik-teknik audit seperti melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menganalisis, memverifikasi, dan mengevaluasi diterapkan pada beragam kondisi.

6. Menentukan kelemahan yang ada melalui temuan audit

Temuan audit merupakan penyimpangan-penyimpangan dari norma- norma atau kriteria yang dapat diterima. Temuan audit bisa memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran. Temuan tersebut dapat menggambarkan:

a. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti pengiriman yang dilakukan tetapi tidak tertagih.

b. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya sendiri.

(19)

c. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif yang telah diganti yang lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan.

d. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim tersebut bervariasi dalam jumlah dan signifikansinya.

7. Menyiapkan kertas kerja

Kertas kerja berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja disiapkan sejak saat audit pertama kali memulai penugasannya hingga mereka menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:

a. Rencana audit, termasuk program audit.

b. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal.

c. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai.

d. Penelaahan kertas kerja oleh penyedia e. Laporan audit

f. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Kuntadi (2009) apabila auditor internal berkualitas atau berperan dengan baik maka pengendalian internal akan lebih baik dan dengan sendirinya kinerja organisasi akan semakin meningkat. Soh dan Nonna (2011) dalam

(20)

penelitiannya memberikan wawasan mengenai peranan dan tanggung jawab internal auditor (IA) serta fungsi dan faktor-faktor yang dianggap perlu untuk menjamin efektivitasnya. Dalam menjalankan tugas auditor internal harus mengacu pada Standar Auditor Internal. Standar tersebut dikeluarkan oleh Institute of Internal Audit (IIA) atau dikenal dengan Professional Practices Framework (PPF) yang meliputi Standar Profesional Audit Internal (SPAI).

D. Good university Governance

Good governance sudah jadi perihal yang berarti untuk tiap entitas dikala ini, tidak cuma zona swasta, zona publik serta pemerintahan juga memperhitungkan perihal ini. Good governance jadi salah satu perlengkapan ukur ataupun patokan untuk stakeholder dalam mengambil keputusan paling utama keputusan berinvestasi. Perihal ini sudah dibuktikan lewat bermacam riset yang dicoba oleh peneliti-peneliti lebih dahulu. Apalagi pada tingkatan international ataupun nasional sudah dicoba evaluasi ataupun pemeringkatan good governance pada entitas swasta ataupun pemerintahan (Handayani, 2012).

Good university governance (GUG) ialah konsep yang diadopsi dari good corporate governance (GCG). Good university governance ialah suatu konsep yang timbul sebab pemahaman kalau penyelenggaraan pendidikan tinggi serta institusi perguruan tinggi memanglah tidak bisa disamakan dengan penyelenggaraan suatu negera ataupun korporasi, yang membedakannya merupakan nilai-nilai luhur pendidikan yang wajib dilindungi dalam penerapannya. Prinsip akuntabilitas serta transparansi merupakan prinsip dasar untuk membawa sebuah perguruan tinggi mengarah kepada good university governance. Menguasai prinsip-prinsip dasar dalam good university

(21)

governance hendak memacu buat mencari wujud yang terbaik suatu perguruan tinggi yang sangat dekat dengan para sivitas akademika (Maryono, 2014).

Pelaksanaan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance) secara tidak berubah serta berkesinambungan bisa meningkatkan budaya kualitas dan pelayanan akademik serta non akadmik suatu perguruan tinggi sehingga diharapkan berkontribusi pada pencitraan yang positif, unggul, serta kualitas daya saing yang besar. Penerapan tata kelola yang baik pula sejalan dengan jadwal reformasi keuangan negera yang hadapi perpindahan paradigma dari penganggaran tradisnional mengarah penganggarn berbasis kinerja. Kegiatan pengelolaan anggaran tidak lepas dari kegiatan tata kelola (governance) sebuah organisasi. Dengan konsep good governance, tata kelola perguruan tinggi fyang baik (good university governance) relevan dengan prinsip good corporate governance (GCG). Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan. Prinsip GCG tersebut dapat diterapkan dalam mengelola sebuah perguruan tinggi (Wijatno, 2009).

Pendidikan tinggi yang bermutu ialah pendidikan tinggi yang bisa menciptakan lulusan yang sanggup secara aktif meningkatkan potensinya serta menciptakan ilmu pengetahuan ataupun teknologi yang berguna buat mansyarakat, bangsa serta negera. Tingginya standar pengelolaan ditambah persaingan antar perguruan tinggi yang terus menjadi ketat, sehingga pengelola dituntut buat teliti dalam membaca tren ke depan, supaya program serta kebijakan yang diterapkan betul- betul cocok dengan kebutuhan warga serta penggunanya. Tidak hanya itu, aspek manajemen harus dijalankan secara pas

(22)

serta teliti. Dalam kaitan ini, hingga 5 prinsip universal tata kelola organisasi yang lebih diketahui dengan good corporate governance yang setelah itu diadaptasi selaku karakteristik ataupun prinsip good university governance (GUG) bisa disodorkan selaku suatu jawaban utama. Menurut Abdul (2016) lima prinsip tersebut adalah “Transparency, Accountability, responsibility, Indefendency, dan Fairness”

1. Transparency (Keterbukaan Informasi) secara sederhana diartikan sebagai keterbukaan informasi. Perusahaan atau lembaga dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap Stakeholders.

2. Accountability (Akuntabilitas); yang dimaksud adalah kejelasan fungsi, struktur, system, hak, kewajiban, wewenang dan pertanggung jawaban elemen organinsasi.

3. Responsibility (Pertanggung jawaban) berupa kepatuhan organisasi terhadap peraturan yang berlaku, seperti kepatuhan terhadap pajak, keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan sosial dan sebagainya.

4. Independency (kemandirian); ada kemandirian dalam mengelola oraganisasi secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5. Fairness (Kesetaraan dan kewajaran); prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai peraturan yang berlaku.

(23)

Dalam melaksanakan perannya, SPI harus berpedoman pada standar profesi audit intern. Menurut Tugiman (1997: 16), standar profesi audit intern meliputi independensi kemampuan profesional, lingkup pekerjaan audit intern, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, serta manajemen bagian audit intern.

E. Satuan Pengawasan Internal

Menurut BPK dalam Peraturan BPK tahun 2007 No 1, satuan pengawas an intern merupakan unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negera ataupun B adan Usaha Milik Daerah yang memiliki tugas serta guna melaksanakan penga wasan dalam lingkup kewenangannya. Fungsi pengawasan serta pengendalian i ni bertujuan untuk mendorong dipatuhinya segala kebijakan, rencana dan prose dur yang telah diresmikan. Fungsi tersebut dilaksanakan melalui suatu pengece kan internal atau yang lebih dikenal dengan audit internal. Peraturan Menteri Pe ndidikan Nasional Republik Indonesia No 47 Tahun 2011 pasal 3 tentang Satua n Pengawasan Intern (SPI) di area departemen pedidikan nasional. Saat ini Satu an Pengawasan Intern (SPI) selaku salah satu fitur sistem pengawasan, dituntut berfokus pada pencapaian governance, manajemen resiko serta pengendalian, b ukan lagi pada pekerjaan administratif. Dengan demikian keberadaan Satuan Pe ngawasan Intern (SPI) di Indonesia wajib dimengerti oleh seluruh pihak. Seluru h elemen wajib mengenali apakah Satuan Pengawasan Intern (SPI) sudah berfu ngsi dengan baik dalam melaksanakan tugasnya (Lukman, 2012). Menurut Pera turan Menteri Agama Republik Indonesia No 25 Tahun 2017 tentang Satuan Pe ngawasan Internal Pada PTKIN menarangkan bahwa satuan pengawasan intern al merupakan faktor pengawas yang menjalankan fungsi pengawasan non akade mik untuk serta atas nama perguruan tinggi keagamaan negeri.

(24)

Satuan Pengawasan Intern (SPI) Satuan pengawasan intern ialah pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur serta mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan menolong seluruh anggota manajemen dalam mengelola secara efisien pertanggungjawaban dengan metode menyediakan analisis rekomendasi, serta komentar-komentar yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sudah ditelaah (Sitompul, 2008: 18). Dalam melakukan kedudukannya, SPI wajib berpedoman pada standar profesi audit intern.

Menurut Tugiman (1997: 16), standart profesi audit intern meliputi tindependensi keahlian handal, lingkup pekerjaan audit intern, penerapan aktivitas pengecekan, dan manajemen bagian audit intern.

F. Peran Satuan Pengawas Internal dalam upaya mewujudkan Good Unversity Governance

Good university governance (GUG) ialah langkah yang bisa mendukung pencapaian mutu suatu perguruan tinggi. Menurut Wijatno (2009: 119), pencapaian good university governance (GUG) bisa diukur lewat sebagian penanda ialah transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta keadilan. Pada prakteknya, keseluruhannya prinsip tersebut wajib diterapkan buat mewujudkan suatu tata kelola universitas yang baik (Puspitarini, 2012).

Dalam rangka menjamin keberlangsungan usaha perguruan tinggi, pengelola butuh mempraktikkan konsep good governance dalam pengelolaan perguruan tinggi yang diketahui dengan good university governance (GUG). Kedudukan audit internal dalam perihal ini satuan pengawas internal wajib lebih diberdayakan baik secara internal (manajemen) ataupun eksternal (stakeholder) supaya memiliki donasi yang lebih besar dalam mewujudkan good uniiversity

(25)

governance tersebut. Pemberdayaan auditor antara lain: uraian good governance yang lebih baik, tanggungjawab yang lebih besar serta kebebasan mengkreasi pekerjaan dalam menolong stakeholder tetapi tidak menyalahi etika profesi yang terdapat (Trisnaningsih, 2007).

Pengelolaan perguruan tinggi yang baik hendak bisa menjamin keberlangsungan usaha perguruan tinggi dalam jangka panjang. Secara simpel good university governance bisa kita pandang selaku pelaksanaan prinsip- prinsip dasar konsep good governance dalam system serta proses pengelolaan institusi perguruan tinggi lewat bermacam penyesuaian yang dicoba bersumber pada nilai- nilai yang wajib dijunjung besar dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara spesial serta pendidikan secara universal. Pelaksanaan good university governance diyakini bisa meminimalkan terbentuknya fraud karena dalam perguruan tinggi. Sebab mekanisme good university governance hendak menimbulkan sesuatu skema pengawasan serta pertanggung jawaban terhadap pengelolaan perguruan tinggi. Dalam perihal ini guna pengawasan serta pengendalian internal suatu perguruan tinggi bisa dicoba oleh Kementerian Audit Internal. Tidak hanya itu audit internal diperlukan buat memperhitungkan akuntabilitas serta kepatuhan manajemen terhadap kebijakan serta peraturan yang berlaku untuk kepentingan para pemangku kepentingan. Perihal inipun butuh dicoba dalam pengelolaan perguruan tinggi supaya dapat menciptakan ekonomis, efesiensi serta efektivitas (3E). Oleh sebab itu, auditor internal dipandang mempunyai kedudukan berarti dalam upaya mewujudkan penciptaan

(26)

perguruan tinggi yang sanggup mempunyai pengelolaan yang baik good university governance (GUG).

G. E-SMS, Upaya Peningkatan Tata Kelola menuju Good University Governance (GUG)

Delegasi dari Unit Teknologi Informasi Pangkalan Data (TIPD) IAIN Parepare, e-SMS merupakan aplikasi manajemen yang diharapkan dapat menggerakkan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mewujudkan Governance University, Teaching University, Research University dan Global University. Dalam kegiatan rapat koordinasi percepatan pengisian Elektronik Sistem Manajemen Strategis (E-SMS) yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Kementerian Agama RI di Hotel Grand Aston, Yogyakarta. Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 11 sampai 13 April 2019.

(Djalil, 2019). Elektronik Strategic Management System (e-SMS) ini merupakan upaya pemeringkatan bagi PTKIN dalam rangka peningkatan tata kelola menuju Good University Governance (GUG), kunci utama kesuksesan pengisian Dashboard e-SMS ini adalah kerjasama yang baik antara seluruh stakeholder di masing-masing unit kerja, terutama pimpinan untuk menghadirkan jawaban yang tepat beserta bukti-bukti pendukung yang dimilikinya.

(27)

Gambar 1.1

Berdasarkan data tabel pada capaian nilai e-sms unit utama periode 2021 dapat diketahui bahwa Fakultas Tarbiyah mencapai skor 1.064,14 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 42,73% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%. Fakultas Syariah mencapai skor 733,37 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 29,33% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 46,78%. Fakultas Adab mencapai skor 421,84 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 16,87%

dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 22,41%.

Sedangkan Fakultas Ushuluddin mencapai skor 222,00 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 8,88% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 39,42%. Dengan kata lain hanya Fakultas Tarbiyah

(28)

yang memiliki persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100% pada STAIN Majene.

Gambar 1.2

Berdasarkan data tabel pada capaian nilai e-sms unit pendukung periode 2021 dapat diketahui bahwa pada bagian Lembaga Penjaminan Mutu memperoleh skor 600,69 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 75,09%

dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat memperoleh skor 406,12 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 40,61% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%. Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data memperoleh skor 372,75 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 53,25% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar

(29)

100%. Biro AUK memperoleh skor 325,17 dengan persentase capaian nilai e- sms sebesar 64,26% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%. Sedangkan pada unit Satuan Pengawas Internal memperoleh skor 322,69 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 46,1% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%. Dengan kata lain sebagian besar unit pendukung bisa mencapai persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100% pada STAIN Majene (kemenag.go.id, 2021).

H. Undang-Uundang PMA Nomor 25

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724):

1. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

2. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

3. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

(30)

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.

5. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.

6. Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.

7. Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.

8. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

9. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

10. Pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan

(31)

perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

11. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

I. Kerangka Pikir

Dalam rangka menjamin keberlangsungan usaha Perguruan Tinggi, pengelola perlu menerapkan konsep good governance dalam pengelolaan Perguruan Tinggi yang dikenal dengan good university governance (GUG).

Pengelolaan perguruan tinggi yang baik akan dapat menjamin keberlangsungan usaha perguruan tinggi dalam jangka panjang.

Penerapan GUG diyakini dapat meminimalkan terjadinya fraud karena dalam perguruan tinggi karena mekanisme GUG akan memunculkan suatu skema pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan perguruan tinggi.

(32)

Gambar 2.1 Rerangka Pikir Good University

Governance

Audit Internal

Stewardship Theory

Teori Pengawasan

Perbaikan Akuntabilitas

Meningkatnya Kepercayaan

Masyarakat

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif merupakan metode penelit ian yang dilandasi oleh filsafat positivisme, yang kegunaannya untuk meneliti kon disi objek alamiah. Pengambilan sampel sumber data dapat dilakukan secara purp osive ataupun snowball, yang hasilnya akan lebih menekankan makna dari pada ge neralisasi. Selain itu, pendekatan deskriptif digunakan untuk mengumpulkan infor masi sebanyak-banyaknya melalui berbagai teknik. Metode deskriptif analitis mer upakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran te ntang objek penelitian melalui sampel atau data yang terkumpul dan membuat kes impulan secara umum (Sugiyono, 2012). Penelitian kualitatif didasarkan pada dua alasan, pertama permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dan tidak dapat dipisahkan oleh fakta alamiahnya. Penelitian kualitatif menghasilkan analisis tentang kegiatan, proses atau peristiwa-peristiwa penting (Sudjana, 2009).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene, yang terletak di Jalan BLK Kelurahan Totoli Kabupaten Majene, Sulawesi Barat Indonesia. Penelitian dilakukan di tempat ini adalah karena tempat ini dinilai

(34)

paling sesuai dengan topik penelitian. Waktu penelitiaan yang dipakai kurang lebih selama 30 hari estimasi waktu yang di gunakan termasuk interview, olah data peneliti dan penyusunan kesimpulan untuk kemudian di susun dalam hasil penelitian.

3. Pendekatan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan,menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. Dalam penelitian kualitatif manusia merupakan instrumen penelitian dan hasil penulisannya berupakata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

Jenis data dari penelitian ini adalah Data Subjek (2013), menyebutkan bahwa data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang

(35)

menjadi subjek penelitian (reponden). Data subjek, dengan demikinan merupakan data penelitian yang dilaporkan sendiri oleh responden secara individual. Data subjek selanjutanya diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan (respon) yang diberikan. Yaitu: lisan (verbal), tertulis, dan ekspresi. Penelitian ini diklasifikasikan dalam data subjek lisan (verbal) karena respon verbal diberikan sebagai tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam wawancara.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer, dimana peneliti sendiri secara langsung mencari data dari pihak yang berkompeten, dengan cara melakukan praktik wawancara. Indriantoro (2013) mengatakan bahwa data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan mewawancarai informan.

C. Metode Penelitian Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu metode sekunder dan metode primer. Adapun pengumpulan datanya adalah:

1. Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang diteliti. Wawancara ini dilakukan pada informan yang dianggap kompeten dan memiliki informasi yang dibutuhkan diantaranya:

a. Audit Internal Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene b. Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

(36)

c. Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

2. Penelitian Kepustakaan, kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kepustakaan ini adalah melakukan kajian pada sumber bacaan dan berbagai penelitian terdahulu untuk mengetahui kaitan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya.

3. Studi Dokumentasi, merupakan pengumpulan data berupa data-data sekunder yang berupa dokumen-dokumen, foto, tabel dan grafik yang memuat penjelasan mengenai perusahaan.

4. Internet Searching, dilakukan dengan mengumpulkan berbagai tambahan referensi yang bersumber dari internet guna melengkapi referensi penulis serta digunakan untuk menemukan fakta atau teori berkaitan masalah yang diteliti.

D. Instrumen Penelitian data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam yang mendukung dalam kegiatan wawancara kepada responden. Serta alat tulis untuk menulis jawaban dari responden sebagai antisipasi jika terjadi kesalahan pada alat perekam yang digunakan untuk mewawancarai dan laptop untuk mencari artikel ataupun jurnal yang terkit dengan penelitian. Namun, dalam penelitian kualitatif instrument terpenting adalah diri peneliti itu sendiri.

E. Metode Analisis Data

(37)

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2009). Reduksi data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data penelitian (Moeleng, 2007). Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.

2. Penyajian data

Menurut Idrus (2009) bahwa penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal ini dilakukan dengan alasan data- data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.

3. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data.

Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan

(38)

dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut.

4. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengujian keabsahan data untuk mendapatkannilai kebenaran terhadap penelitian. Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Sugiyono (2007:270) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal). Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan dat yang dapat dilaksanakan.

a. Credibility

Uji Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebuah karya ilmiah dilakukan.

1) Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin

(39)

terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan lengkap. Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian di fokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.

2) Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan dalam atau ketekunan secara berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat dan disajikan sudah benar atau belum. Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan semakin berkualitas.

b. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.

Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2007: 276).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih dapat

(40)

diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian dapat digunakan dalam konteks yang berbeda disituasi sosial yang berbeda, validitas nilai transfer masih dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

(41)

Abdul, Abd Jabar. 2016. Penguatan Tata Kelola Kelembagaan IAIN Menuju Iain Ambon Bermutu Melalui Pelaksanaan Good University Governance.

Jurnal Fikratuna. 8 (2): 22-34.

Anggriawan, E. Ferry. 2014. Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional Dan Tekanan Waktu Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Fraud (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DIY). Jurnal Nominal. 3(2): 102-116.

Asbandi, Erik Fortanatus. 2015. Implementasi Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04 Pengadang, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara. vol 4(3).

Aurangzeb, Asif, K. (2012). Good governance in universities, and prospects of employment for the students: evidence from Pakistan. Universal Journal of Management and Social Sciences. 2(11): 86-103.

Djalil, W. K. (2019). E-SMS, Upaya Peningkatan Tata Kelola menuju Good University Governance (GUG). Iainpare. Ac. Id.

https://www.iainpare.ac.id/e-sms-upaya-peningkatan-tata-kelola-menuju- good-university-governance-gug/

Gusnardi. 2008. Analisis Audit Internal dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance. Ekuitas. 12 (3): 1-20.

Halim, Abdul. 2008. Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan Laporan Keuangan, Edisi Empat, UPP AMP YKPN: Yogyakarta.

Handayani, Desi. 2012. Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis. 5 (1): 12-16.

Kemenag.go.id. (2021). Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Sistem Manajemen Strategis.

https://e-smsdiktis.kemenag.go.id/pt/s0005/STAIN-Majene.

Kuntadi, Cris. 2009. Peningkatan Kapisitas Audit Internal Dalam pelaksanaan Review Atas Laporan Keuangan. Majalah Dwiwulan BPK-RI No. 119.

Kusuma, Marhaendra. 2012. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Transparansi Penyusunan laporan Keuangan pemerintah Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 2(2): 1-20.

Kuswarno, Engkus, 2009. Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian. Widya Padjadjaran: Bandung.

Larasati, Rudiawie., Meinarni Asnawi dan Yundy Hafizrianda. 2018. Analisis penerapan Good University Governance Pada Perguruan Tinggi di Kota Jayapura. Journal Of Applied Managerial Accounting. vol 2(2):176-197.

Maryono. 2014. Penerapan Good University Governance Pada PTAI Berbasis

(42)

Pesantren (Studi Kasus di Universitas Sains Al-Qur’an (Unsiq) Wonosobo). Jurnal Al-Qalam. 13(2): 180-191.

Mihela, Dumitrascu dan S. Julian. 2012. Internal Control and the Impact on Corporate Governance, in Romanian Listed Companies. Journal of Eastern Europe Research in Business & Economics. 20 (2): 1-10.

Muktiyanto, Ali. 2016. Good University Governance dan Kinerja Perguruan Tinggi. Jurnal Dinamika Akuntansi. 2 (3): 45-65.

Muljo, H. Harjono., A. Wicaksono dan I. E. Rianto. 2014. Optimalisasi Penerapan Prinsip Good Governance Bidang Akademik Dalam Upaya Mewujudkan Good University Governance. Binus Business Review. 5(1): 91-100.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Enam, Buku Satu, Salemba Empat: Jakarta.

Nurhayati. 2015. Melukiskan Akuntansi Dengan Kuas Interpretif. Jurnal Bisnis.

3(1): 174- 191.

Peraturan Pemerintah Nomor Republik Indonesia 60 Tahun 1999 Tentang Penetapan Perguruan Tinggi sebagai Badan Hukum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perguruan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.

Pratiwi, R. Octava. 2012. Evaluasi efektivitas fungsi Satuan Pengawas Inertnal (SPI) dalam melaksanakan Audit Internal. Jurnal Akuntansi UNESA.5(2):

1-18.

Puspitarini, N. Dyah. 2012. Peran Satuan Pengawasan Intern Dalam Pencapaian Good University Governance Pada Perguruan Tinggi Berstatus Pk-Blu.

Accounting Analysis Journal. 1(2): 1-7.

Puspitarini, N. Dyah., Sukirman dan I. Anisykurlillah. 2013 Peran Satuan Pengawasan Internal (SPI) dalam Pencapaian Good University Governance (GUG) pada perguruan tinggi Se-Jawa yang Berstatus Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-LBU). Simposium Seminar Akuntansi (SNA) Manado. Hal: 1-25.

Rama, Dasaratha V. dan Frederick L. Jones 2009. Sisitem Informasi Akuntansi.

Selema Empat. Jakarta.

Rosyid, Ahmad., A. Fakhrina dan M. Huda. 2014. Survei Atas Implementasi Good University Governance (Studi Kasus STAIN Pekalongan). Jurnal Penelitian. 11(1): 172-188.

Rustiarini, Ni Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

(43)

Saptapradipta, P. 2013. Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal terhadap Pelaksanaan Good Governance. Journal of Chemical Information and Modeling. 53(9): 1689–1699.

Sari, C. M. A. dan R. Rustiana. 2016. Pemetaan Penerapan Standar Audit Berbasis ISA Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

MODUS-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 28 (1):23-38.

Sari, M. P., & Raharja. 2012. Peran Audit Internal Dalam Upaya Mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Layanan Umum (BLU) di Indonesia. In Simposium Nasional Akuntansi 15. Hal:1-65

Sawyer, Lawrence B. 2005, Audit Internal, Edisi Lima, Buku Satu, Salemba Empat: Jakarta.

Siswanto, Ely, Djumahir, Sonhadji, A., Idrus, M. S. 2013. Good university income generating governance in Indonesia: agency theory perspective.

International Journal of Learning & Development, 3(1): 67-78.

Soh, Dominic S. B., dan Nonna Martinov-Bennie. 2011. The Internal Audit Function: Perceptions of Internal Audit Roles, Effectiveness and Evaluation. Managerial Auditing Journal. 26(7): 605-622.

Sukirman & M.P. Sari. 2012. Peran internal audit dalam upaya mewujudkan Good University Governance di UNNES. Jurnal Dinamika Akuntansi. 4 (1): 64- 71.

Sundari, Sri. 2010. Peran Akuntan Manajemen dalam Pengukuran dan Implementasi Strategi Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis. 1(1): 1-10.

Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor.

Simposium Nasional Akuntansi X. Hal: 1-56.

Tugiman, Hiro. 1997. Standar Profesional Auditor Internal.. Penerbit Kanisius:

Yogyakarta.

Valery, Kumaat G. 2011. Internal Audit. Jakarta: Erlangga.

Wahab, A. Azis dan S. Rahayu. 2013. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good University Governance Terhadap Citra Serta Implikasinya Pada Keunggulan Bersaing Perguruan Tinggi Negeri Pasca Perubahan Status Menjadi Bhmn (Survei Pada Tiga Perguruan Tinggi Negeri Berstatus BHMN Di Jawa Barat). Jurnal Adminisistrasi Pendidikan. 16(1): 154-173.

Wijatno, S. 2009. Pengantar Enterpreneurship. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia

(44)

Wijatno, Serian. 2009. Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif dan Ekonomis Untuk Meningkatkan Penyelenggaraan Pendidikan dan Mutu Lulusan. Salemba Empat : Jakarta.

Wina, I. P. Haska dan S. Khairani. 2015. Pengaruh Penerapan Standar Pelaporan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Kualitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Dispenda Provinsi, Dispenda Kota, dan DisHub Provinsi). Jurnal Penelitian. 1(1): 1-15.

Wolfenshon, James. D. 1999. Good Corporate Governance, Pengertian dan Konsep Dasar. World Bank.

Yudianti, F. N. dan Suryandari, I. H. 2015. Internal Control and Risk Management in Ensuring Good University Governance. Journal of Eduction and Vocational Research. 6(2): 6–12f

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Saptantinah Puji Astuti pada tahun 2010 dengan judul “Peran Internal Audit dan Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”

H1 : Pemahaman Peran Satuan Pengawasan Intern (SPI) berpengaruh positif dalam pencapaian Good University Governance (GUG) Pada BLU Universitas Bengkulu. 2.5

dan Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance, hasil dari penelitian menyatakan bahwa internal audit dan komite audit berperan dalam mewujudkan good

Ketika konfirmasi terkait peran audit internal dalam mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance), nurnia selaku ketua SPI Universitas Islam

Dalam upaya penerapan Good Corporate Governance, peran awal audit internal adalah membantu organisasi mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematik dan

Pengaruh Komite Audit dan Audit Internal Terhadap Perwujudan Good Corporate Govenramce Pada BUMN yang Sudah Go Public .... Model

Untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan atas fungsi audit internal mempengaruhi penerapan good corporate governance, dan pengaruh audit internal dan good corporate

Pengaruh Kompetensi Auditor Internal, Akuntabilitas Sumber Daya Manusia Dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Efektifitas Pengendalian Internal dan Perwujudan Good Corporate