B a b 6
|
1
ASPEK PEMBIAYAAN
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta
Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,
Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan
prasarana bidang Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah
meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi
prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki
keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.
Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan dari pemerintah pusat,
namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya
dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena
itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah
daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat
disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di
daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan
sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta
B a b 6
|
2
6.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan
otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta
Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3.Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.
Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana
Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan
besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis.
4.Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan
yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
B a b 6
|
3
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersamadiserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana
dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan
APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6.Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres
13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur
permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah
infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana
persampahan
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri
59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
B a b 6
|
4
8.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur:
Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta
Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah
sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan
air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan
pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium
Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang
dengan kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9.Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah
dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana
APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker
Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana
program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu
pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur
sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian
yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan
B a b 6
|
5
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada SatuanKerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah
kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala
kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-
besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
6.2 Profil APBD Kabupaten Tapanuli Utara
Bagian ini menggambarkan APBD Kabupaten Tapanuli Utara selama 5 tahun terakhir
dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir.
Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006
adalah Belanja Daerah, Pendapatan Daerah, dan Pembiayaan Daerah.
6.2.1 Belanja Daerah
Belanja Daerah terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja
Daerah (local expenditure) diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Perlindungan dan
B a b 6
|
6
pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosialdan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistim jaminan sosial.
Belanja daerah mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga dan
pelayanan umum minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Belanja Kepala Daerah dan Wakil Daerah serta pimpinan dan anggota
DPRD diatur dalam Perda (Peraturan Daerah) yang berpedoman pada undang-undang
dan peraturan pemerintah.
Untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah kalau memang dibutuhkan dapat
melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga
keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat. Pemerinatah dalam
persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi yang
menghasilkan penerimaan daerah. Selain itu bahwa pemerintah daearah juga dapat
melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang luar negeri dan
Menteri Keuangan atas nama Pemerintah setelah memperoleh pertimbangan Menteri
B a b 6
|
7
Tabel VI-1
Perkembangan Keuangan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Dalam 5 Tahun Terakhir
No. Pendapatan Daerah Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Rp Rp Rp Rp Rp
1. PENDAPATAN DAERAH 549.892.002.370,89 563.641.537.302,47 676.187.182.299,54 727.836.625.428,00 890.433.975.099,00
Pendapatan Asli Daerah 12.616.651.732,36 15.433.009.546,47 36.063.155.708,54 19.894.623.568,00 38.021.625.664,00
a. Pajak Daerah 3.073.343.408,00 3.317.407.499,00 4.693.287.500,00 4.219.552.800,00 4.559.125.728,00
b. Retribusi Daerah 2.371.396.752,00 2.557.071.842,00 16.869.640.549,00 3.723.123.410,00 20.934.527.860,00
c. Hasil Pengolahan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan 2.026.805.034,83 4.009.384.307,00 6.923.114.521,87 6.611.169.608,00 7.192.245.251,00
d. Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah 5.145.106.537,53 5.549.145.898,47 7.577.113.137,67 5.340.777.750,00 5.335.726.825,00
Dana Perimbangan 447.724.986.550,00 445.304.912.221,00 488.402.686.687,00 563.481.581.090,00 635.052.549.798,00
a. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi
Hasil bukan Pajak 26.428.907.550,00 28.011.295.221,00 25.788.562.258,00 25.915.429.090,00 26.811.328.798,00 b. Dana Alokasi Umum 360.540.079.000,00 369.275.117.000,00 405.822.524.429,00 487.345.532.000,00 552.463.211.000,00 c. Dana Alokasi Khusus 60.756.000.000,00 48.018.500.000,00 56.791.600.000,00 50.220.620.000,00 55.778.010.000,00
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang sah 89.550.364.088,53 102.903.615.535,00 151.721.339.904,00 144.460.420.770,00 217.359.799.637,00
a. Pendapatan Hibah 24.308.593.917,00 16.454.632.552,00 - 19.174.948.220,00 5.752.193.220,00
b. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
9.973.076.061,44 10.751.917.552,00 14.790.553.093,00 14.339.945.550,00 17.010.794.417,00
c. Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 33.519.596.000,00 60.866.679.931,00 130.216.075.080,00 65.514.039.000,00 116.344.568.000,00
d. Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah Lainnya 17.439.008.000,00 9.368.480.000,00 6.699.711.731,00 45.416.488.000,00 78.252.244.000,00
B a b 6
|
8
Tabel VI-2
Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Dalam 5 Tahun Terakhir
No. Belanja Daerah Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Rp Rp Rp Rp Rp
2. BELANJA DAERAH 506.301.592.693,18 548.166.791.560,11 705.123.140.595,71 764.944.961.307,63 922.951.114.187,58
Belanja Tidak langsung 325.404.373.243,18 337.599.107.824,11 367.495.767.623,71 432.280.365.865,63 512.374.872.989,58
a. Belanja Pegawai 265.783.726.324,00 317.571.086.912,00 343.495.627.792,00 406.034.731.278,63 457.487.365.383,58
b. Belanja bunga 135.456.277,18 1.212.120,11 1.225.513,71 35.000.000,00 1.000.000,00
c. Belanja Subsidi 867.725.000,00 995.135.000,00 935.510.000,00 1.238.425.000,00 -
d. Belanja Hibah 45.563.359.242,00 3.416.258.142,00 6.724.945.700,00 9.408.990.000,00 33.001.328.750,00
e. Belanja Bantuan Sosial 1.874.424.400,00 3.010.669.150,00 3.631.658.268,00 1.903.011.897,00 3.435.000.000,00
f. Belanja Bagi hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Daerah
- - - - -
g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Daerah
9.998.735.000,00 9.999.950.000,00 10.056.674.350,00 11.260.207.690,00 11.555.178.856,00
h. Belanja Tidak Terduga 1.180.947.000,00 2.604.796.500,00 2.650.126.000,00 2.400.000.000,00 6.895.000.000,00
Belanja Langsung 180.897.219.450,00 210.567.683.736,00 337.627.372.972,00 332.664.595.442,00 410.576.241.198,00
a. Belanja Pegawai 18.703.307.996,00 19.231.613.644,00 38.571.007.671,00 23.215.750.074,00 27.514.884.468,00
b. Belanja Barang dan Jasa 77.947.765.284,00 95.570.145.655,00 110.912.757.726,00 135.059.318.287,00 151.531.270.330,00
B a b 6
|
9
Tabel VI-3
Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Dalam 5 Tahun Terakhir
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara
No. Pembiayaan Daerah Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Rp Rp Rp Rp Rp
3. PEMBIAYAAN DAERAH
Surflus/devisit(Pendapatan
Daerah-Belanja Daerah) (-28.935.958.296,17)
Penerimaan Pembiayaan 77.591.820.746,91 38.452.408.622,20 69.927.154.364,56 37.831.305.879,63 35.491.051.138,58
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA) 17.000.705.534,60 59.027.980.664,83 53.927.154.364,56 36.831.305.879,63 24.687.881.729,48
b. Pencairan Dana Cadangan - - 16.000.000.000,00 - -
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang dipisahkan - - - - -
d. Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -
e. Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman - - - - -
f. Penerimaan Piutang Daerah - - - 1.000.000.000,00 10.803.169.409,10
Pengeluaran Pembiayaan 1.563.134.547,48 20.575.572.042,63 4.112.081.386,76 720.000.000,00 2.973.912.050,00
a. Pembentukan Dana Cadangan - 16.000.000.000,00 - - -
b. Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 500.000.000,00 4.566.884.307,00 4.094.705.917,50 700.000.000,00 2.935.449.050,00
c. Pembayaran Pokok Utang 259.153.247,48 8.687.735,63 17.375.469,26 20.000.000,00 38.463.000,00
d. Pemberian Pinjaman daerah - - - - -
e. Lainnya (Pembayaran Hutang atas
Barang dan Jasa) 803.981.300,00 - - - -
4. SISA LEBIH PEMBIAYAAN
ANGGARAN TAHUN BERKENAAN
B a b 6
|
10
6.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten
Tapanuli Utara
6.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya Bersumber Dari APBN
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab
Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur
sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi Standar Pelayanan Minimum
(SPM). Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke
daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku
(Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu
kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya
dan realisasinya di daerah tersebut.
Di Samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana APBN yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan
kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan
berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu