• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN

TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DENNIS OSSY JANUARY

NIM 11509009

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI SDN

TEGALREJO 02 KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DENNIS OSSY JANUARY

NIM 11509009

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Urip iku urup”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kanjeng mami,

para guru dan dosen yang senantiasa membantu

dalam penulisan, dan para sahabat

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan rasa ikhlas setulus hati penulis mengucapkan puji dan syukur ke

hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat, hidayah , inayah serta

ridloNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan untuk beliau Rosul tercinta Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa kita

semua dari zaman kejahiliahan menuju zaman yang penuh barokah ini, semoga kita

termasuk umat yang mendapat syafa‘atnya. Amin

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam STAIN Salatiga.

Dalam penyusunan skipsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan serta arahan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karenanya,

dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. sebagai ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. sebagai ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

3. Bapak Drs.Sumarno Widjadipa, M.Pd. sebagai ketua Progam Studi S1 PGMI STAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan begitu banyak ilmunya.

6. Bapak Sarsono, S.Pd. sebagai kepala Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan

(9)

ix

7. Para guru Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

8. Siswa-siswi kelas V Sekolah Dasar negeri Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang sangat antusias dan menyenangkan.

9. Ibuku tercinta dan adikku yang senantiasa menyayangi dan mendukungku.

10.Para sahabat-sahabatku PGMI angkatan 2009 yang sangat saya cintai.

11.Teman-teman pekerja seni Teater Getar yang sangat saya banggakan, yang telah memberikan begitu banyak sumbangsih ide-ide dalam penyusunan skripsi ini.

12.Orang-orang yang telah membantu dan memberikan fasilitas kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna baik isi

maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis berharap akan kritikan dan saran demi

kebaikan skripsi ini. Semoga saja skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca.

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 13 September 2013

Penulis,

(10)

x ABSTRAK

Ossy January,

Kata Kunci: Peningkatan, Keterampilan Berbicara, dan Metode Sosiodrama.

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama pada mata pelajaran bahasa Indonesia

bagi siswa kelas V di SDN Tegalrejo 02. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui

penelitian ini adalah apakah metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan

berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 kecamatan

Tengaran kabupaten Semarang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dalam dua siklus dan pada tiap siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan, dengan menggunakan metode sosiodrama

dalam pelajaran Bahasa Indonesia mampu meningkatkan penggunaan pilihan kata,

intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara siswa. Hasil

keterampilan berbicara yang diperoleh sebelum menggunakan metode sosiodrama hanya

5 siswa yang tuntas atau 35,71%, dan setelah menggunakan metode sosiodrama dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I meningkat 21,43% atau 8 siswa dari kondisi

awal, dan pada siklus II meningkat 28,57% atau 12 siswa. Pada pilihan kata dalam

keterampilan berbicara pada siklus II meningkat 28,57% dari siklus I. Pada intonasi

dalam keterampilan berbicara di siklus II meningkat 21,43% dari siklus I. Pada pelafalan

dalam keterampilan berbicara, di siklus II stabil dengan siklus I. Pada ekspresi dalam

keterampilan berbicara, di siklus I meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus

II stabil dengan siklus I. Pada kelancaran dalam keterampilan berbicara, pada siklus I

meningkat 14,29% dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 7,14% dari siklus I.

Penulis menyimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat digunakan dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia karena dapat meningkatkan pengunaan pilihan kata, intonasi, pelafalan,

ekspresi, dan kelancaran dalam keterampilan berbicara.

Dennis. 2013.Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di SDN

Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL LOGO ... i

LEMBAR LOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis ... 4

E. Manfaaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional... 6

(12)

xii

H. Sistematika Penulisan... 13

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 16

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 16

2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 17

3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 18

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 21

5. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 23

6. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa... 29

B. Pengembangan Keterampilan Berbicara ... 33

1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara ... 33

2. Kriteria Metode Pembelajaran Berbicara ... 37

3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara ... 38

4. Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara . 40 C. Metode Sosiodrama ... 42

1. Pengertian Metode Sosiodrama... 42

2. Langkah-Langkah Metode Sosiodrama ... 43

3. Manfaat Metode Sosiodrama ... 46

4. Kelebihan Metode Sosiodrama ... 47

(13)

xiii

D. Kaitan Keterampilan Berbicara dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan

Metode Sosiodrama ... 48

BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 51

A. Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian ... 51

1. Tempat Penelitian... 51

2. Waktu Penelitian ... 55

B. Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ... 55

C. Deskripsi Penelitian Tindakan ... 56

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 ... 56

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 ... 59

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Kondisi Awal ... 60

2. Siklus 1 ... 64

3. Siklus 2 ... 69

B. Pembahasan ... 73

BAB V. PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

3.1 Data Jumlah Siswa SDN Tegalrejo 02 ... 52

3.2 Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 ... 52

3.3 Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ... 56

4.1 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal... 61

4.2 Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara ... 62

4.3 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ... 63

4.4 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ... 63

4.5 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara ... 63

4.6 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara... 63

4.7 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1 ... 66

4.8 Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa... 67

4.9 Persentase Pilihan Kata Keterampilan Berbicara ... 67

4.10 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ... 68

4.11 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ... 68

4.12 Persentase Ekspresi dalam Keterampilan Berbicara ... 68

4.13 Persentase Kelancaran dalam Keterampilan Berbicara... 68

4.14 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II ... 70

4.15 Persentase Pilihan Kata dalam Keterampilan Berbicara ... 71

4.16 Persentase Intonasi dalam Keterampilan Berbicara ... 71

4.17 Persentase Pelafalan dalam Keterampilan Berbicara ... 72

(15)

xv

4.19 Persentase Kelancaran dalam Keteranpilan Berbicara ... 72

4.20 Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara Siswa ... 74

4.21 Perbandingan Pilihan Kata Keterampilan Berbicara... 74

4.22 Perbandingan Intonasi Keterampilan Berbicara... 75

4.23 Perbandingan Pelafalan Keterampilan Berbicara... 75

4.24 Perbandingan Ekspresi Keterampilan Berbicara ... 76

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

1. Kondisi Awal – Membuat Kerangka Karangan Untuk Bercerita 2. Gambar Siklus I

3. Gambar Siklus II

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Tabel Data Siswa SDN Tegalrejo 02 ... 82

Lampiran 2 – Tabel Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02 ... 83

Lampiran 3 – Tabel Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02 ... 84

Lampiran 4 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal ... 85

Lampiran 5 – Lembar Penilaian Kondisi Awal... 86

Lampiran 6 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 1 ... 87

Lampiran 7 – Lembar Penilaian Siklus 1 ... 88

Lampiran 8 – Hasil Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus 2 ... 89

Lampiran 9 – Lembar Penilaian Siklus 2 ... 90

Lampiran 10 – Dokumentasi Foto... 93

Lampiran 11 – Naskah Sosiodrama Kelompok 1 ... 95

Lampiran 12 – Naskah Sosiodrama Kelompok 2 ... 104

Lampiran 13 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kondisi Awal... 112

Lampiran 14 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 116

Lampiran 15 – Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 120

Lampiran 16 – Surat Keterangan Penelitian ... 124

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan tentang pentingnya penguasaan empat macam keterampilan berbahasa oleh subjek didik yang meliputi: keterampilan berbicara, keterampilan menyimak atau mendengarkan (dengan pemahaman), keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat macam keterampilan dasar berbahasa tersebut memiliki keterkaitan fungsional satu sama lain.

Idealnya pembelajaran berbahasa yang baik tanpa mengabaikan keterampilan berbahasa lain adalah menitikberatkan pada keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan pembelajaran bahasa karena hakikat belajar bahasa adalah belajar komunikasi, terutama komunikasi lisan. Demikian pula dengan hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia.

(19)

2

media, metode, maupun pendekatan dalam pembelajaran (Sudjana, 2007:113).

Kenyataan yang terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah pada umumnya belum semua guru bahasa menyadari bahwa keterampilan juga penting dicapai dalam pembelajaran tersebut. Belum semua guru menyadari bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan.

Guru juga belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Guru dalam mengajarkan Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing lainnya lebih sering mengutamakan hal formal seperti struktur dan tatanan bahasa, sehingga siswa tidak bisa secara leluasa belajar tentang keterampilan berbicara yang baik dan benar. Siswa juga lebih sering dibebani materi-materi tentang gramatikal.

(20)

3

Dengan keadaan tersebut, penulis merasa perlu melakukan sebuah penelitian yang menggunakan metode sosiodrama untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di atas, yakni untuk mengembangkan potensi keterampilan berbicara.

Penulis akan menerapkan metode sosiodrama untuk peningkatan keterampilan berbicara berdasarkan pendapat ahli dan pertimbangan-pertimbangan.

Pembelajaran sosiodrama mempunyai implikasi terhadap penggunaan metode dan penyajian materi pembelajaran, indikasi kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat dikembangkan dalam penerapan pembelajaran sosiodrama, antara lain siswa dapat melatih dan memiliki kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian.

Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeran dapat melatih sikap simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Karakter tokoh tertentu, dibawa dalam peran yang dimainkannya, sedangkan penngamat (guru) melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan penguasaan siswa atas peran yang dimainkan.

(21)

4

diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul, ―Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun

2013‖

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: apakah metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang atau tidak.

D. Hipotesis

(22)

5

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2011:64).

Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah: metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh peggunaan metode sosiodrama terhadap keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V di SDN 02 Tegalrejo Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Dan dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritik maupuk praktis.

1. Secara Teoritik

(23)

6

b. Mengetahui manfaat metode sosiodrama dalam sebuah pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Secara Praktis a. Untuk Siswa

1) Meningkatnya kemampuan kerjasama dan kemampuan komunikasi.

2) Siswa terlibat aktif dan mempunyai peran penting dalam pembelajaran.

b. Untuk Guru

1) Sebagai bahan masukan yang bersifat konstruktif untuk melaksanakan pembelajaran secara lebih bervariatif.

2) Sebagai bahan informasi tentang kemajuan belajar siswa. c. Untuk Sekolah

Sebagai bahan informasi penting dan telaah pustaka dalam rangka pembinaan dan pengelolaan tenaga guru professional dalam menjalankan tugas dan fungsinya terkait dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.

d. Untuk Peneliti

Sebagai bahan informasi, telaah pustaka, dan bahan perbandingan bagi pelaksanaan penelitian sejenis dan relevan.

F. Definisi Operasional

(24)

7

istilah yang sekaligus sebagai batasan penelitian. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:

1. Keterampilan Berbicara

Yang termasuk dalam keterampilan berbicara: seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari hari, peristiwa, tokoh, kesukaan atau ketidaksukaan, kegememaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama anak (Departemen Agama, 2004:104).

2. Metode Sosiodrama

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.

(25)

8

3. Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan, merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahun, keterampilan bahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai nilai kemanusiaan (Departemen Agama, 2004:103).

Indikator yang dapat dilihat dari peningkatan keterampilan berbicara antara lain sebagai berikut:

a. Aktifnya siswa dalam bertanya.

b. Siswa mampu menanggapi persoalan atau pernyataan. c. Siswa mampu mengeluarkan ide atau pendapat.

d. Siswa mampu mengungkapkan gagasan yang ada di pikirannya.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

(26)

9

Dalam penelitian ini, pihak yang melakukan tindakan adalah peneliti, yang sekaligus melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan. Dalam proses ini, peneliti betindak sebagai guru.

Beberapa alasan peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:

a. Melalui PTK, guru akan menjadi peka dan tanggap terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran dikelasnya. b. Dalam melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru akan mampu

memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu rangakaian kegiatan untuk mengkaji secara cermat apa yang terjadi di kelasnya.

2. Subjek Penelitian

Subjek di dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 02 Tegalrejo Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang berjumlah 14 siswa.

3. Langkah-Langkah Penelitian

(27)

10

Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Dalam tahap ini peneliti membuat perencanaan tentang apa yang akan ditindaklanjuti.

a. Tahap rencana (planning)

Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Membuat skenario pembelajaran (Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

2) Menyusun soal pre test dan post test.

3) Menyusun lembar pengamatan untuk guru dan siswa b. Pelaksanaan (action)

Dalam tahap ini peneliti menerapkan isi rancangan yaitu peneliti menerapkan metode sosiodrama dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

(28)

11

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi (reflection)

Tahap ini peneliti mengemukakan kembali atas apa yang sudah dilakukan (tindakan yang sudah diterapkan). Tahap ini meliputi:

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi.

3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I dan seterusnya.

4. Instrument Penelitian

Beberapa Instrument yang digunakan dalam penelitian yaitu: a. Pedoman Pengamatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman pengamatan untuk mengamati peningkatan keterampilan berbicara siswa yang berupa catatan anekdotal. Diambil dengan pre test dan post test.

(29)

12

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah menggambarkan perubahan yang terjadi dalam PTK, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa diantaranya:

a. Observasi

Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan kepada siswa untuk mengetahui peningkatan pembelajaran.

b. Catatan Anekdotal

Merupakan catatan pengamatan informal, yang menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, gaya belajar, keterampilan dan strategi yang digunakan oleh pembelajar atau apa yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan (Slamet, 2007:195).

c. Wawancara

(30)

13

d. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh gambaran umum selama kegiatan penelitian.

6. Analisis Data

Penulis menganalisis data dengan menyusun dan mengolah data yang terkumpul melalui catatan anekdotal dan catatan observasi. Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus menerus pada saat penelitian sehingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan. Data kegiatan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut (Sudjiono, 2010:43):

P=

Nf

x 100%

Keterangan:

P = Persentase

f = Poin yang diperoleh

N = Jumlah Siswa

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap

pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika

(31)

14 1. BAB I, PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan

penelitian; hipotesis; manfaat penelitian; definisi operasional; metode

penelitian, yang meliputi rancangan penellitian, langkah-langkah

penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data;

dan sistematika penulisan.

2. BAB II, KAJIAN PUSTAKA

Mencakup konsep-konsep dan teori tentang:

a) Mata pelajaran bahasa Indonesia, yang meliputi: pengertian mata

pelajaran bahasa Indonesia, fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia,

tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia, ruang lingkup mata

pelajaran bahasa Indonesia, keterampilan dalam mata pelajaran

bahasa Indonesia, dan hubungan antar keterampilan berbahasa.

b) Pengembangan keterampilan berbahasa, yang meliputi: cara

meningkatkan kemampuan berbicara, metode pembelajaran berbicara,

ragam tes kemampuan berbicara, dan faktor penunjang dan faktor

penghambat keterampilan berbicara.

c) Metode sosiodrama, yang meliputi: pengertian metode sosodrama,

langkah-langkah metode sosiodrama, manfaat metode sosiodrama,

kelebihan-kelebihan metode sosiodrama, dan kelemahan-kelemahan

metode sosiodrama.

d) Kaitan keterampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan

metode sosiodrama.

(32)

15

Berisi tentang setting (tempat dan waktu penelitian), data siswa kelas

V SDN Tegalrejo 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan

deskripsi penelitian tindakan.

4. BAB IV, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan.

5. BAB V, PENUTUP

(33)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan yang merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut (Departemen Agama RI, 2004:103).

Pembelajaran kebahasaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa. Di samping itu, juga untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya dihadapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga informasi yang dilakukan secara berselubung atau tidak secara langsung (Slamet, 2007:80).

(34)

17

Pengajaran bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap selanjutnya. Seterusnya, peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu (Slamet, 2007:6).

2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan. Selanjutnya, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan nasional, sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan (Slamet, 2007:5). Menurut Keraf, bahasa (Indonesia), memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan pemakainya, yakni:

(35)

18

c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu

d. Sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Cahyani, 2009:36).

Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa

b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya

c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

d. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah

e. Sarana pengembangan penalaran

f. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khasanah kesusastraan Indonesia (Departemen Agama RI, 2004:103).

3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

(36)

19

mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Bahasa Indonesia adalah sarana komunikasi, untuk saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan Indonesia. Adapun harapan pelajaran Bahasa Indonesia agar para siswa mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

(37)

20

memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Cahyani, 2009:42).

Secara umum tujuan pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

(38)

21

b. Peserta didik memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam keperluan, tujuan, dan keadaan c. Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan sosial, dan kematangan emosional

d. Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis)

e. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Departemen Agama RI, 2004:104).

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(39)

22

serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan mengekspresikan sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita rakyat, cerita anak-anak, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.

b. Berbicara; seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, sesuatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.

(40)

23

d. Menulis; seperti menulis karangan naratif dan non-naratif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis (Departemen Agama RI, 2004:104).

5. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Menurut Slamet (2007:6), keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran Bahasa Indonesia adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara).

a. Keterampilan menyimak/mendengarkan

(41)

24

Sebagai suatu kegiatan bahasa yang reseptif, menyimak merupakan suatu proses yang bertahapan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi. Untuk dapat menyimak dengan baik diperlukan sejumlah kemampuan penunjang. Kemampuan-kemampuan penunjang tersebut antara lain kemampuan memusatkan perhatian, kemampuan linguistik dan non-linguistik, kemampuan menilai dan kemampuan menanggapi.

Pada umumnya, menyimak dilakukan manusia dengan tujuan untuk memperoleh informasi, fakta, dan inspirasi; membedakan bunyi bahasa dengan tepat; menikmati dan menghargai pembicaraan; menilai hasil simakan; dan meningkatkan keterampilan berbicara (Slamet, 2007:11-12).

Menurut Broto (1980:102), kegiatan mendengar adalah kegiatan yang pertama dan utama bagi orang belajar bahasa. Anak sejak semula belajar bahasa dari orang tuanya dari cara mendengar. Dengan kegiatan mendengar, maka siswa dapat melakukan kegiatan meniru, menangkap, menuliskan, dan melakukan yang didengarnya.

b. Keterampilan Berbicara

(42)

25

perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Karenanya, dalam peristiwa berbicara, pembicara merupakan faktor yang utama dalam menciptakan kegiatan yang komunikatif.

Menurut tujuannya, peristiwa berbicara dilaksanakan dalam usaha untuk menciptakan suasana yang komunikatif. Di dalam berbicara, pesan pembicara hendaknya diterima oleh penyimak sebagai kesan yang diharapkan pembicara. Tingkat kekomunikatifan pembicaraan ditentukan oleh pembicara dan penyimak.

Kegiatan berbicara dapat efektif apabila pembicara menguasai bahasa yang sama-sama dikuasai oleh penyimak. Pembicara harus mampu mengungkapkan gagasan, perasaan, dan kehendaknya dalam bahasa dan ujaran yang efektif. Untuk itu diperlukan kemampuan linguistik yang berupa bentuk-bentuk fonologis, morfologis, sintaksis, diksi serta kemampuan non-linguistik yang berupa mimik dan unsur kinestik yang lain yang dapat menunjang keefektifan pembicaraan.

(43)

26

Dalam proses pelajaran berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan berbicaranya secara vertikal, tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan dengan lengkap meskipun belum sempurna. Makin lama kemampuan berbicaranya tersebut menjadi makin sempurna dalam arti strukturnya menjadi semakin benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, pengembangan kemampuan berbicaranya tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya sejenis tataran linguistik (Slamet, 2007:122-123).

Menurut Broto (1980:102), kegiatan berbicara adalah kegiatan yang sifatnya produktif setelah kegiatan mendengar dilakukan. Tujuan pembelajaran berbicara pada umumnya ialah agar dapat menggunakan bahasa secara lisan.

Yang termasuk kegiatan berbicara ialah kegiatan bercerita, berdiskusi, bertanya jawab, berpidato, membuat laporan lisan, dan lain-lain.

c. Keterampilan Membaca

(44)

27

dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. Maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar mempunyai peranan yang penting (Slamet, 2007:58).

Ada tiga hal pengembangan yang perlu diarahkan kepada anak dalam pengajaran membaca, yaitu:

1) Pengembangan sosial anak 2) Pengembangan fisik anak

3) Pengembangan kognitif anak, yakni membedakan bunyi, metode memisahkan kata dan makna (Slamet, 2007:139).

Menurut Broto (1980:143), kemampuan membaca dalam arti mengerti atau memahami isi bacaan, dapat dilakukan dengan latihan-latihan membaca beberapa kalimat yang disertai gambar.

(45)

28

d. Keterampilan Menulis

Menulis menurut McCrimmon dalam bukunya Slamet (2007:141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya menulis itu, bunkan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai.

Menurut Heaton dalam bukunyaSlamet (2007:141), sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh karena itu, keterampilan menulis dikuasai seseorang jika sudah menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara dan membaca.

(46)

29

melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Keterampilan menulis menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan ini. Keterampilan menulis ini mencakup berbagai keterampilan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata serta lainnya.

Yang dimaksud kemampuan menulis adalah terampil membuat huruf-huruf (besar maupun kecil) dengan jalan menyalin atau meniru tulisan-tulisan dalam bentuk struktur kalimat. Kemampuan menulis seperti ini bisa kita sebut kemampuan menulis teknis (teknik).

Kemampuan teknis yang lebih penting adalah kemampuan menulis berdasarkan pengertian komposisi atau kemampuan merangkai bahasa atau mengarang (Broto, 1980:143).

6. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa

(47)

30

meskipun masing-masing memiliki ciri tertentu. Adanya hubungan yang erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain.

a. Hubungan Antara Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya dan tidak ada yang dapat dibacanya kalau belum ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa tertulis, dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata-kata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata-kata tersebut.

Dalam menulis, anak lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh anak yang tidak pernah muncul dalam tulisan. Hal itu terjadi, karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam, dalam hal penerapan kata tersebut dari pada sekedar memahaminya ketika membaca.

b. Hubungan Antara Berbicara dan Menulis

(48)

31

kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis.

Dalam kegiatan berbicara maupun menulis, pengorganisasian pengertian sangat penting. Pengorganisasian ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepada orang lain untuk dibaca. Sebaliknya setelah suatu pesan yang tidak teratur dikatakan orang lain, meskipun telah dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik kerap kali masih tetap ada dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan. Namun kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis. Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak-anak dan pada umumnya mereka tidak mengutarakan secara tertulis hal-hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.

(49)

32

pidato, diskusi atau seminar memperlukan persiapan tertulis. Dalam hal ini setidaknya ia hendaknya sudah memiliki kemampuan dasar-dasar menulis.

c. Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara

Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seseorangpun yang mendengarkan dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian, komunikasi yang diucapkan merupakan hal yang utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan, keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol-simbol lisan.

Menurut Ross dan Roe dalam bukunya Slamet (2007:84), pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik. Supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar. d. Hubungan Antara Menyimak Dan Membaca

(50)

33

orang lain. Dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian simbol-simbol, menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.

Penyandian kembali simbol-simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang mejadi sumbernya. Misalnya ketika

seseorang akan menyimak kalimat ―Besok ayah belikan

bola― anak menghubungkan dengan alat permainan yang

(51)

34

B. Pengembangan Keterampilan Berbicara

1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Menurut Slamet (2007:126) salah satu bentuk kemampuan berbicara adalah percakapan. Dalam pembelajaran percakapan ini sebenarnya dapat menggunakan tehnik percakapan terbimbing dan bebas. Percakapan terbimbing disini bukan berarti siswa diarahkan untuk menghafal teks, melainkan dibimbing dengan sebuah kerangka petunjuk dan kerangka pola bahasa. Melalui tehnik ini siswa dapat menciptakan bahasanya sendiri.

Para siswa mempelajari strategi dan keterampilan melakukan sosialisasi dan percakapan ketika mereka berpartisipasi dalam percakapan di kelompok kecil. Para siswa mempelajari cara memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh giliran, menjaga agar percakapan beerlangsung terus, mendukung komentar dan pertanyaan orang atau kelompok, mengatasi perbedaan pendapat dan mengakhiri percakapan. Mereka juga belajar tentang peranan kemampuan berbicara dalam mengembangkan pengetahuan.

(52)

35

Para siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan, mereka mendukung pendapat teman-teman kelompok dan memperluas komentar mereka. Lewat percakapan, para siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas atau menanggapi pertanyaan (Slamet, 2007:123-124).

Sementara itu, kesempatan yang baik untuk mengebangkan kemampuan berbicara adalah pada tahap publikasi, dalam proses menulis. Anak diminta merubah karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Pada kesempatan memerankan adegan inilah anak memperlihatkan dan mempelajari keterampilan berakting dari teman-temannya.

Di dalam kegiatan dramatik memiliki kekuatan sebagai suatu tehnik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiatan berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif dan memadukan empat keterampilan berbahasa khususnya apabila anak-anak diminta mengarang sendiri naskah drama sederhana yang akan dimainkan (Slamet, 2007: 126).

(53)

36

menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu betuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar.

Kesulitan dalam berbicara, seperti halnya kesulitan dalam menyimak, disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menimbulkan kesulitan berbicara adalah yang datang dari teman bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan bicara teman berbicara menafsirkan makna pembicaraan dan agar komunikasi dapat berlangsung terus sampai tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan, maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai.

Berbagai jenis kegiatan dalam proses pembelajaran berbicara, yaitu:

a. Percakapan

b. Berbicara estetik (bercerita/mendongeng)

c. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi d. Kegiatan dramatik (Slamet, 2007:122-123).

(54)

37

Latihan-latihan cakapan (diskusi, dialog) serta latihan-latihan membuat laporan lisan juga dapat menambah keterampilan berbicara.

Persoalan yang tidak kurang pentingnya agar siswa terampil berbicara adalah latihan-latihan keberanian berbicara. Selain bergantung pada sikap guru,tugas-tugas mengadakan komunikasi dengan oranng lain (selain guru kelas) dapat juga menimbulkan keberanian berbicara.

2. Kriteria Metode Pembelajaran Berbicara

Slamet (2007:32) menyebutkan bahwa metode pembelajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Berbagai kriteria yang harus dipenuhi oleh metode berbicara antara lain:

a. Relevan dengan tujuan

b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran c. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses

d. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang e. Merancang siswa untuk bisa belajar

f. Mengembangkan penampilan siswa g. Tidak menuntut peralatan yang rumit h. Mengembangkan kreatifitas siswa i. Mudah melaksanakan

(55)

38

3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara

Secara umum, bentuk tes yang digunakan dalam tes kemampuan berbicara adalah tes subjektif yang berisi perintah melakukan kegiatan berbicara, beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Tes Kemampuan Berbicara Berdasarkan Gambar

Bentuk tes ini berupa seperangkat gambar yang merupakan satu rangkaian cerita dan testi diminta untuk menjawab pertanyaan sehubungan dengan rangkaian atau gambar atau menceritakan rangkaian gamabar.

b. Wawancara

Tes wawancara dipakai untuk mengukur kamampuan testi menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Testi harus memiliki kemampuan berbicara yang memadai. Hal yang ditanyakan dalam wawancara bersifat umum disesuaikan dengan kondisi testi.

c. Diskusi

(56)

39

kefasihan dan kelancaran menyampaikan gagasan dan mempertahankannya, kekritisan menanggapi pikiran yang disampaikan peserta diskusi yang lain.

d. Bercerita

Tes kemampuan berbicara yang berbentuk bercerita dilakukan dengan meminta testi untuk mengungkapkan sesuatu (pengalaman atau topik tertentu). Bahan cerita sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan atau keadaan testi. Sasaran utama dapat berunsur linguistik (penggunaan bahasa dan cara bercerita) serta hal yang diceritakan, ketepatan, kelancaran dan kejelasannya.

e. Ujian Terstruktur

Untuk menguji kemampuan testi dapat dilakukan dengan menggunakan ujian terstruktur, yang pelaksananya berupa: 1) mengatakan kembali

2) membaca kutipan

3) mengubah kalimat, dan (dengan) membuat kalimat.

Sasaran tes berbicara meliputi: (a) relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik, (b) kejelasan dan pengorganisasian isi,

(57)

40

Tergantung pada kebutuhan dan hakikat penyelenggaraan suatu tes bicara yang diselenggarakan. Rincian sasarannya dapat berupa kriteria yang umum dan luas atau bersifat lebih khusus dan terinci. Yang penting diupayakan dalam penyelenggaraan tes berbicara yang baik atau penetapan titik berat sasaran tes dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan dalam melakukan penilaian (Soenardi, 2008: 119).

f. Penilaian Kemampuan Berbicara

Penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan secara aspektual atau secara komprehensif. Penilaian secara aspektual dapat dibedakan menjadi aspektual individual dan aspektual kelompok. Sedangkan kemampuan berbicara secara komprehensif juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penilaian komprehensif individual dan penilaian komprehensif kelompok (Slamet, 2007: 208).

4. Faktor Penunjang Dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara

a. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara 1) ketepatan ucapan

2) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai 3) pilihan kata

(58)

41

7) kelancaran

8) relevansi dan penalaran

9) Penguasaan topik (http://lisdianakurniasih.blogspot.com /2012/04/mengembangkan-ketrampilan-berbicara.html) yang diakses pada pukul 20:57 WIB., tanggal 2 Juni 2013. Menurut U.S dan Arsjad (1988:17) faktor-faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara adalah sebagai berikut:

1) ketepatan ucapan

2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai 3) pilihan kata (diksi)

4) ketepatan sasaran pembicaraan

Selain faktor dari kebahasaan, ada juga faktor kenonbahasaan yang menunjang keefektifan pembicaraan yaitu:

1) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku

2) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara 3) kesediaan menghargai pendapat orang lain 4) gerak-gerik dan mimik yang tepat

5) kenyaringan suara 6) kelancaran

7) relevansi atau penalaran

(59)

42

b. Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara

1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada diri partisipan sendiri dan yang berasal dari luar partisipan

2) Faktor media, yaitu faktor linguistik dan faktor non linguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh

3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan berkomunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis

dan sakit

(http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengemban gkan-ketrampilan-berbicara.html) yang diakses pada pukul 20:57 WIB., tanggal 2 Juni 2013.

C. Metode Sosiodrama

1. Pengertian Metode Sosiodrama

(60)

43

Sociodrama is a learning method that creates deep

understanding of the social systems that shape us individually and

collectively (Brown, 2005), artinya sosiodrama adalah metode belajar yang menciptakan pemahaman yang mendalam mengenai pembentukan sistem sosial secara individu dan kolektif.

“Sociodrama” is a dramatic enactment of real life

situations or conflicts that often go unresolved. Sosiodrama adalah diberlakukannya dramatis situasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan.

Trefingger (1980) membatasi sociodrama is a group problem solving enactment that focuses on a problems involving

human relation dalam sosiodrama ini masalah hubungan antar manusia merupakan yang ditonjolkan.

Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.

2. Langkah-Langkah Metode Sosiodrama

Awal pembelajaran guru memperkenalkan aturan main dari model pembelajaran yang akan digunakan kepada siswa.

(61)

44

b. Guru mengarahkan siswa untuk menentukan tema dan skenario yang meliputi situasi, masalah, peristiwa dan latar

c. Siswa secara bergantian memerankan drama yang telah disiapkannya

d. Guru sebagai sutradara (fasilitator) dapat menghentikan drama (apabila esensi atau pokok yang akan dibahas telah dicapai) e. Guru mengarahkan pada diskusi. Pada proses ini guru dan

siswa memberikan komentar, kesimpulan, atau catatan mengenai topik yang diangkat dalam sosiodrama dan tanggapan mengenai penampilan siswa (

http://abitadya.wordpress.com/2012/02/28/32/model-pembelajaran-sosiodrama.html) yang diakses pada pukul 21:49 pada tanggal 2 Juni 2013.

Selain itu, guru harus melaksanakan beberapa teknik agar metode ini berhasil dengan efektif, yakni:

(62)

45

b. Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.

c. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama. d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan,

harap ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya itu. Bila tidak ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman seperti yang diperankan itu.

e. Jelaskan pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas perannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog.

f. Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, di samping mendengar dan melihat mereka harus member saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah sosiodrama selesai.

g. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama dalam dialog.

(63)

46

penonton ada kesempatan untuk berendapat, menilai permainan, dan sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu.

i. Sebagai tindak lanjut dari hasil disikusi, walau mungkin masalahnya belum terpecahkan, maka perlu dibuka tanya-jawab, diskusi, atau membuat karangan yang berbentuk sandiwara (Roestiyah, 1989:92)

3. Manfaat Metode Sosiodrama

a. Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, yang mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.

b. Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikutmerasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia,seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.

(64)

47

4. Kelebihan Metode Sosiodrama

Menurut Roestiyah (1989:93), metode sosiodrama memiliki kelebihan, yaitu siswa lebih tertarik perhatiannya kepada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka. Karena mereka bermain peranan sendiri, maka mudah memahami masalah-masalah sosial itu. Bagi siswa dengan berperan seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain sehingga dapat menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi, dan cinta kasih terhadap sesama makhluk. Akhirnya siswa dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sendiri permasalahannya. Juga penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.

Kelebihan metode sosiodrama secara umum, yaitu:

a. Dapat memberikan kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa

b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias

(65)

48

d. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri

5. Kelemahan Metode Sosiodrama

Menurut Hariyanto (2008:1), metode sosiodrama mempunyai kelemahan sebagai berikut:

a. Tidak mudah dilakukan untuk kelas besar dengan jumlah siswa lebih dari 30 siswa dengan hanya satu guru

b. Waktu yang dibutuhkan relatif cukup lama untuk mempersiapkan pembelajaran metode sosiodrama seperti ini

D. Kaitan Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Sosiodrama

Salah satu bentuk peningkatan kemampuan berbicara adalah percakapan. Dalam pembelajaran percakapan ini dapat menggunakan teknik percakapan terbimbing dan bebas.

Di dalam kegiatan dramatik memiliki kekuataan sebagai suatu tenik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiata berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif, dan memadukan empat keterampilan berbahasa.

(66)

49

Dalam memilih naskah drama, guru harus mencari naskah drama byang memiliki perwatakan byang kuat dan menggunakan gaya penyajian yang lembut. Anak-anak harus memahami karakter pelaku yang akan diperankannya sehingga dapat memerankannya dengan baik. Dengan kata lain, dalam kesempatan ini para murid dapat menunjukkan kemampuannya dalam menerjemahkan tulisan ke dalam bahasa lisan yang ekspresif sebagai ungkapan perasaan dan pikiran.

Salah satu kompetnsi dasar pembelajaran yang erat kaitannya dengan peningkatan kemampuan berbahasa lisan adalah bermain peran/dramatisasi. Dalam kegiatan dramatisasi anak akan merasa nyaman dalam keleluasaan gerak sesuai dengan skenario drama tersebut sehingga semua anak tanpa kecuali berani tampil di muka umum. Anak-anak mealui kegatan drama juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi ekspresi spontan yang kreatif. Artinya, melalui dramatissi ini anak akan dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman, pengethuan, dan pemahamannya sendiri. Jadi tdak perlu merasa enggan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa lisan melalui dramatisasi ini. Hal tersebut sejalan dengan pendapat-pendapat Harjasujana dalam Supriatna (2003:15) yang menyatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan seni drama akan meningkatkan

‗‗kepekaan terhadap rasa keindahan― pada diri siswa.

(67)

50

diri manusia, dalam perjalanan hidupnya yang menyenangkan, yang diamati, yang dipikirkan, yang diprakarsai, dan yang dikerjakan bersama-sama. Pengalaman menjadikan siswa lebih arif dan lebih mamu untuk mengatasi masalah-masalah panik.

Dramatisasi adalah salah strategi pembelajaran yang diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah itu. Strategi tersebut menempatkan seseorang di dalam sitasi rang lain. Selain itu, dramatisasi memungkinkan pemerannya untuk belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain. Dalam seperti itulah mereka harus memecahkan masalah.

(68)

51

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian

1. Profil Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02:

Nama Sekolah : SDN Tegalrejo 02 Nomor Statistik : 101032202045 Propinsi : Jawa Tengah

Otonomi Daerah : Kabupaten Semarang Kecamatan : Tengaran

Desa/Kelurahan : Tegalrejo Kode Pos : 50775

Telepon : -

Fax : -

Daerah : Pedesaan Status Sekolah : Negeri Kelompok Kelas : 6 kelas

Surat Keputusan : 4222/002/XII/149/87 Tanggal : 01-08-1987

Penerbit SK Ditandatangani Oleh : Gubernur Jawa Tengah Tahun Berdiri : 1983

Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi

(69)

52

Lokasi Sekolah : Pedesaan Jarak ke Pusat Kecamatan : 4 km

Terletak pada Lintasan : Solo-Semarang Jumlah Keanggotaan Siswa : 85 siswa

2. Rincian Data Jumlah Siswa dan Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02

Tabel 3.1 Data Jumlah Sisa SDN Tegalrejo 02

Tabel 3.2 Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02

(70)

53

10 Wachid Setiawa, A.Md L - Guru Mapel 11 Suwanto L SMA Tukang

Kebun Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 02 selalu berusaha meningkatkana mutu pendidikan dan berusaha menjadi sekolah favorit dengan cara mengadakan bimbingan belajar dan bekerja sama dengan masyarakat secara baik.

a. Visi, Misi, dan Tujuan SDN Tegalrejo 02 1) Visi SDN Tegalrejo 02

Unggul dalam prestasi, luhur dalamm budi pekerti serta berakhlak mulia.

2) Misi SDN Tegalrejo 02

a) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar

b) Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat

c) Meningkatkan kedisiplinan dan ketertiban segala bidang d) Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakurikuler

Olahraga dan Pramuka

(71)

54

f) Menyelenggarakan program pembelajaran yang berakar pada nilai-nilai agama

3) Tujuan SDN Tegalrejo 02

a) Mengupayakan siswa kelas VI lulus 100%

b) Berprestasi di berbagai lomba dari tingkat kecamatan c) Mengadakan tambahan jam pelajaran

d) Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler e) Membina siswa yang berkebutuhan khusus f) Perbaikan halaman dan taman sekolah g) Penambahan bangku duduk siswa

4) Tujuan Jangka Menengah SDN Tegalrejo 02 (4 Tahun)

a) Berprestasi di berbagai lomba dari tingkat kecamatan dan kabupaten

b) 80% siswa yang tamat memiliki keterampilan berbahasa inggris

c) Rehabilitasi gedung sekolah d) Pengadaan laptop dan LCD e) Pengadaan ruang perpustakaan f) Pengadaan perabotan kantor g) Perbaikan sumur

5) Tujuan Jangka Panjang SDN Tegalrejo 02 (8 Tahun)

(72)

55

b) Berprestasi di berbagai lonba dari tingkat kecamatan sampai propinsi

c) Pengadaan media pembelajaran, LCD, laptop d) Pavingisasi halaman sekolah

e) Rehabilitasi gedung sekolah 3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian. Survey tempat, kondisi dan keadaan siswa, konsultasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2013. Penelitian siklus I pada tanggal 22 Juli 2013 dan penelitian siklus II pada tanggal 25 Juli 2013.

B. Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02

Pada penelitian ini, subjeknya adalah siswa kelas V yang berjumlah 14 siswa, terdiri dari 4 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Berikut disajikan data siswa kelas V SDN Tegalrejo 02 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang:

Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02

(73)

56

C. Deskripsi Penelitian Tindakan

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1

Penelitian ini dilakukan atas empat tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dengan rincian sebagai berikut:

a. Perencanaan

Ada tahap ini peneliti membuat suatu rancangan yaitu menentukan waktu, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat instrument penelitian yang berupa lembar observasi. Pada siklus 1 ini peneliti mempersiapkan sebuah rancangan yang dibuat atas hasil dari keadaan kondisi awal (kelemahan dan kelebihan). Sesuai tujuan bahwa penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa, maka peneliti menggunakan metode sosiodrama karena dianggap sesuai. b. Pelaksanaan

(74)

57

disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Tindakan pelaksaan ini merupakan perbaikan, pengembangan, dan peningkatan dari kondisi awal.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, yakni jika nilai siswa tidak atau belum memenuhi KKM tersebut, dinyatakan belum tuntas. Sebaliknya, jika nilai siswa sama atau diatas KKM yng telah ditentukan dinyatakan tuntas.

c. Observasi

Observasi merupakan tahap pengamatan yang difokuskan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, aspek yang diamati adalah diksi (pilihan kata), intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam berbicara.

Indikator pilihan kata (diksi) sebagai berikut:

1) Mengkomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia 2) Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif)

(75)

58

Indikator intonasi adalah tinggi rendahnya suara ketika seseorang mengucapkan kata atau kalimat.

Indikator pelafalan sebagai berikut:

1) Menggunakan bunyi yang tepat dalam mengucapkan kata 2) Memberikan tekanan pada suku kata yang tepat

3) Dalam banyak bahasa, memperhatikan diakritik

Indikator ekspresi adalah adanya kontak mata dengan penonton dan mimik wajah sesuai dengan yang diucapkan.

Peneliti membuat skala untuk mengukur aspek pilihan kata, intonasi, pelafalan, ekspresi, dan kelancaran dalam berbicara dengan kategori sebagai berikut:

1) Sangat Baik, dengan skor 4 2) Baik, dengan skor 3

3) Cukup, dengan skor 2 4) Kurang, dengan skor 1 d. Refleksi

(76)

59

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2

Pada siklus 1 masih terdapat beberapa kelemahan, seperti beberapa siswa yang masih kurang percaya diri dalam berperan. Untuk itu, peneliti melanjutkan ke tahap siklus 2. Seperti pada siklus sebelumnya, siklus 2 ini merupakan perbaikan, pengembangan, dan peningkatan belajar mengajar yang didasarkan atas hasil refleksi pada siklus 1 yang telah dilakukan.

Gambar

Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.2 Data Tenaga Pendidik SDN Tegalrejo 02
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V SDN Tegalrejo 02
Tabel 4.1 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini memberitahukan bahwa setelah diadakan Penetapan oleh Pejabat Pengadaan barang/jasa Dinas Perikanan Kabupaten Pesawaran maka diberitahukan Pemenang Pengadaan Langsung.

Demikian Pengumuman Pemenang ini dibuat untuk diketahui, dan bagi Perusahan yang ditunjuk sebagai pemenang agar mempersiapkan untuk proses selanjutnya, atas perhatiannya diucapkan

Analisis lebih lanjut menemukan pengaruh signifikan ( p < 0,005 ) dari metode case-based learning terhadap pengetahuan, stigma dan penerimaan mahasiswa keperawatan.Hasil

Rerata konsentrasi protein total pada semua umur sapi yang digunakan pada penelitian ini, lebih tinggi bila dibandingkan dengan referensi standar pada sapi (bukan bibit)

Kelompok IV (Gambar 12) secara morfologi memiliki karakter rimpang putih kecoklatan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur, tepi rata, daun berwarna hijau

Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah berupa media pembelajaran interaktif sistem rem berbasis Macromedia Flash yang dapat dikemas sesuai

Obyek wisata umbul yang mempunyai potensi internal, eksternal dan gabungan sedang adalah Umbul Nilo (total skor 35) dan Umbul Manten Pelem (total skor 34). Disusul dengan