BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Analisis
Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan Nasional (2007) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb). Menurut Emzir (2008), analisis
adalah proses pengurutan data, penyusunan data, penyusunan data ke
dalam pola, kategori dan satuan deskripsi dasar. Sedangkan menurut
Nugroho (2005), analisis adalah pemahaman secara keseluruhan tentang
sistem sebagai persiapan menuju ke tahap perancangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis
adalah suatu proses yang digunakan untuk meneliti kebenaran dari suatu
metode yang digunakan terhadap penyelidikan keadaan yang sebenarnya.
Dimana dalam penelitian ini analisis yang dilakukan berdasarkan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep menurut Shadiq (2009) merupakan kompetensi
yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan
prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Sedangkan
menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep adalah menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma,
secara luwes, dan tepat dalam memecahkan masalah. Lebih jauh
dinyatakan bahwa siswa dikatakan memahami konsep bila siswa mampu
mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan
contoh dari suatu konsep.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan
konsep. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan
Nasional (2007), paham diartikan perbuatan memahami atau
memahamkan. Dengan kata lain, memahami tentang sesuatu dan dapat
melihat dari berbagai segi. Menurut Purwanto (2002) yang dimaksud
pemahaman adalah tingkat kemampuan yang menuntut siswa mampu
memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.
Sedangkan menurut Winkel (1996), pemahaman adalah kemampuan untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan
Nasional (2007), konsep diartikan sebagai ide atau pengertian yang
diabstrakkan dari peristiwa konkret. Konsep menurut Wardhani (2008)
untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu objek. Berdasarkan
definisi di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep
dalam penelitian ini sebagai kemampuan yang dimiliki siswa dalam
memahami konsep dan algoritma secara luwes, dan tepat dalam
penguasaan sejumlah materi pelajaran sehingga mampu mengungkapkan
kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti serta
mengaplikasikannya dalam berbagai permasalahan matematika.
Indikator-indikator pemahaman konsep pada petunjuk teknis
pelaksanaan peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.506/C/PP/2004
tanggal 11 November 2004, yaitu:
1) Kemampuan ulang menyatakan sebuah konsep.
2) Kemampuan mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya.
3) Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.
4) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis.
5) Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep.
6) Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau
operasi tertentu.
7) Kemampuan mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan
Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep menurut Shadiq
(2009) antara lain adalah:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep.
2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
3) Memberi contoh dan noncontoh dari konsep.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian tentang kemampuan pemahaman konsep
matematis di atas, maka dalam penelitian ini peneliti menetapkan indikator
kemampuan pemahaman konsep matematis, yaitu:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep.
Menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk
mengungkapkan kembali suatu konsep yang benar dengan bahasanya
sendiri.
Contoh: Apa yang kamu ketahui tentang segiempat?
2) Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya.
Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya adalah kemampuan siswa mengelompokan suatu objek
Contoh: Dari gambar di bawah ini.
Manakah yang merupakan bangun belah ketupat?
3) Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep adalah
kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh
dari suatu materi.
Contoh: Sebutkan 3 benda di ruang kelas yang berbentuk bangun
persegi panjang.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
(tabel, grafik, diagram, sketsa, model matematika, atau cara lainnya).
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
adalah kemampuan siswa dalam menyajikan konsep secara tertulis
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan lainnya.
Contoh: Diketahui sebuah trapesium sama kaki dengan panjang sisi
yang sejajar adalah dan . Sketsalah gambar
trapesium sama kaki tersebut.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu permasalahan
dengan tepat sesuai dengan prosedur.
Contoh: Diketahui persegi panjang dengan luas . Jika panjang
salah satu sisinya , berapakah keliling persegi panjang
tersebut?
6) Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan masalah adalah
kemampuan menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh: Sebuah lantai ruangan memiliki luas akan dipasangi
keramik dengan ukuran keramik . Berapa
banyak keramik yang dibutuhkan untuk menutupi lantai
ruangan tersebut?
3. Rasa Ingin Tahu
Pada kurikulum pendidikan di Indonesia salah satu tujuan
pendidikan Indonesia adalah membentuk karakter bangsa yang baik.
Dalam mencapai karakter bangsa yang baik menurut Samani (2011),
diperlukan individu-individu yang berkarakter khusus. Secara psikologi,
karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni
olah hati, olah pikir, olahraga, olah rasa dan karsa. Pada Desain Induk
Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 (Pemerintah Republik
antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, analitis, ingin tahu (kuriositas,
kepenasaranan intelektual), produktif, berorientasi iptek, dan reflektif.
Pada pedoman Pengembangan Pendidikan dan Karakter Bangsa
Kementrian Pendidikan Nasional menyatakan bahwa teridentifikasi 18
macam nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Nilai tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung
jawab. Nilai-nilai karater yang dapat ditanamkan melalui mata pelajaran
matematika diantaranya berpikir logis-kritis-kreatif-inovatif, kerja keras,
rasa ingin tahu, kemandirian dan percaya diri (Prayitno, Widyantini:2011).
Menurut Samani (2011), rasa ingin tahu, curiosity adalah keinginan
untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam yang
terkait terhadap dirinya sendiri dan alam lingkungan. Dalam Suyadi (2013)
sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), rasa ingin tahu
merupakan cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar,
dan dipelajari secara lebih mendalam. Menurut Prayitno dan Widyantini
(2011), rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang menunjukkan
upaya untuk mengetahui lebih dalam tentang suatu hal yang dilihat,
Menurut Prayitno dan Widyantini (2011) menyatakan bahwa
indikator dari sikap rasa ingin tahu pada mata pelajaran matematika di
SMP meliputi:
1) Bertanya pada guru atau teman tentang materi pelajaran.
2) Berupaya mencari dari sumber belajar tentang konsep/ masalah yang
dipelajari/ dijumpai.
3) Berupaya untuk mencari masalah yang lebih menantang.
4) Aktif dalam mencari informasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin
tahu adalah keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman yang
tertuang malalui sikap atau perilaku yang menunjukakan upaya untuk
mengetahui lebih mendalam tentang suatu hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari.
Adapun indikator sikap rasa ingin tahu siswa dalam penelitian ini
yaitu:
1) Bertanya tentang materi pelajaran matematika yang belum dipahami.
2) Berupaya mencari dari sumber belajar tentang konsep/masalah
matematika yang dipelajari/ dijumpai.
3) Berupaya untuk mencari masalah matematika yang lebih menantang.
4) Aktif dalam mencari informasi yang belum diketahui tentang pelajaran
4. Materi Matematika
Materi Pembelajaran : Segiempat
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang,
persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat
dan layang-layang.
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga
dan segiempat serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
Indikator : 6.2.1 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang.
6.2.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi.
6.2.3 Mengidentifikasi sifat-sifat trapesium.
6.2.4 Mengidentifikasi sifat-sifat jajargenjang.
6.2.5 Mengidentifikasi sifat-sifat belah ketupat.
6.2.6 Mengidentifikasi sifat-sifat layang-layang.
6.3.1 Menghitung keliling bangun segiempat
dalam pemecahan masalah.
6.3.2 Menghitung luas bangun segiempat
B. Penelitian Relevan
Nurdianingsih (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa skor
rata-rata setiap indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
adalah 69,5% dengan persentase paling tinggi 88% dan persentase paling
rendah 43%. Rata-rata siswa paling mampu dalam menyatakan ulang sebuah
konsep dan kurang dalam memaparkan konsep yang bersifat matematis.
Siswa berkemampuan tinggi mampu menguasai semua indikator dengan baik,
hanya saja masih kesulitan dalam memaparkan konsep yang bersifat
matematis. Siswa berkemampuan sedang tidak mampu menguasai semua
indikator, siswa tidak mampu memaparkan konsep yang bersifat matematis
dan tidak mampu menentukan langkah-langkah dalam pemecahan masalah,
serta siswa masih kesulitan dalam mengklarifikasi objek berdasarkan
sifat-sifat tertentu maupun dalam mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
dari permasalahan matematis. Sedangkan siswa berkemampuan rendah hanya
mampu menguasai satu indikator, siswa hanya mampu menyatakan ulang
sebuah konsep yang telah dipelajari.
Kurniasari (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahwa
siswa prestasi rendah secara umum hanya mampu berpikir orisinal. Siswa
hanya memberikan jawaban kesimpulannya saja tanpa tahu alasan mengambil
kesimpulan tersebut. Rasa ingin tahunya sudah mulai berkembang, secara
umum siswa sering bertanya tentang materi pelajaran matematika yang belum
dipahami, berupaya mencari sumber belajar tentang konsep/masalah
tentang pelajaran matematika. Siswa prestasi sedang secara umum juga hanya
dapat berpikir orisinal. Siswa sudah dapat memberikan kesimpulan dan
alasan yang benar. Rasa ingin tahunya sudah mulai berkembang, siswa
cenderung sering bertanya tentang materi pelajaran matematika yang belum
dipahami, berupaya mencari sumber belajar tentang konsep/masalah
matematika yang dipelajari, berupaya untuk mencari masalah matematika
yang lebih menantang, aktif dalam mencari informasi yang belum diketahui
tentang pelajaran matematika. Siswa dengan prestasi tinggi sudah dapat
berpikir flexibel, fluency, orisinal dan elaborasi serta sudah menunjukkan
rasa ingin tahunya.
Penelitian-penelitian yang disebutkan di atas adalah beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti.
Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah peneliti hanya akan meneliti beberapa variabel dari
beberapa penelitian di atas, yaitu peneliti ingin meneliti tentang kemampuan
pemahaman konsep matematis dan rasa ingin tahu siswa.
C. Kerangka Pikir
Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki
siswa dalam memahami konsep dan algoritma secara luwes, dan tepat dalam
penguasaan sejumlah materi pelajaran sehingga mampu mengungkapkan
kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti serta mengaplikasikannya
sangat diperlukan dalam pembelajaran metematika. Jika siswa telah
memahami konsep-konsep matematika maka akan memudahkan dalam
mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dan siswa akan
mampu menghubungkan atau mengkombinasikan konsep yang satu dengan
konsep yang lainnya.
Melalui rasa ingin tahu siswa akan berupaya untuk mencari sebanyak
mungkin informasi tentang materi pembelajaran yang sedang dipelajari,
sehingga siswa akan menemukan konsep untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran tersebut. rasa ingin tahu adalah keinginan untuk
menyelidiki dan mencari pemahaman yang tertuang malalui sikap atau
perilaku yang menunjukakan upaya untuk mengetahui lebih mendalam
tentang suatu hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari. Beberapa informasi
yang didapat siswa dari keingintahuannya dalam mempelajari materi
pelajaran juga akan membantu siswa untuk dapat memahami konsep dari
pemahaman yang ia dapatkan sendiri. Untuk itulah peneliti ingin
menganalisis sejauh mana kemampuan pemahaman konsep matematis dan