• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA

DI SMAN 7 MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Dobrian Andariyon 02110061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA

DI SMAN 7 MALANG

SKRIPSI

Oleh :

Dobrian Andariyon 02110061

Telah disetujui pada tanggal 07 Juli 2007 Oleh Dosen Pembimbing :

Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 287 892

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA DI SMAN 7 MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh

Dobrian Andariyon (02110061)

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

20 Juli 2007 dengan nilai B+

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

pada tanggal 20 Juli 2007

Panitia Ujian

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag Triyo Supriyatno, S.Pd, M.Ag NIP. 150 287 892 NIP. 150 311 702

Penguji Utama, Pembimbing,

Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 214 978 NIP. 150 287 892

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

(4)

Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Dobrian Andariyon Malang, 07 Juli 2007

Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa

maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di

bawah ini :

Nama : Dobrian Andariyon

Nim : 02110061

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi

Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk diujikan.

Demikian harap di maklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 07 Juli 2007

(6)

MOTTO

Artinya :

“Jadilah

 

Engkau

 

Pema

ʹ

af

 

dan

 

suruhlah

 

orang

 

mengerjakan

 

yang

 

ma

ʹ

ruf,

 

serta

 

berpalinglah

 

dari

 

pada

  

orang

orang

 

yang

 

bodoh”.

 

 

 

(7)

™

Allah SWT

,

Tuhan

manusia yang mutlak

kuasa-Nya, tempat

mengadu, berkeluh kesah

dan meminta pertolongan

™

Bapak dan Ibuku

terkasih, tersayang

Terimakasih sepenuh hati.. ..i

love u so much..

™

Bapak Sujono dan Ibu Sri Sundari, Bapak Ibu tercintaku

yang selalu menyayangi dan penuh kasih belum seberapa yang

aku persembahkan & belum banyak yang bisa aku berikan sbg

balas kasih sayangmu. Engkau selalu membimbing dan

menjaga, yang telah bekerja keras dan memberi

kepercayaan&semangat hidup serta doa restu sehingga

membuat aku belajar memahami hidup ini, TerimaKasihku

yang dalam...dengan segenap hati. Serta mas-masku Odiek

Debar Andariyon dan Leo Rizal Andariyon, Terima kasih

dukungannya.

™ Keluarga Om Edy, Mbahku Munasih, Keluarga Mbah Kun, Mas Rudi family, keluarga Emak, MasGio, Mas Putut, Tyas+Rafi=”si kecil novel”, Mbak Dewi. Dan Semua Familyku. Terima kasih Doa dan dukungannya.

(8)

kasih  dukungannya, terima  kasih sarannya. Terima  kasih pula  sudah  memberikan  kesempatan  walaupun  akhirnya  Tuhan  berkehendak lain, ini hanya masalah takdir saja mbak, terimakasih  banyak mbak, Insya’allah saya pasti akan main kesana kok), Novi 

cute+Tia cantik+Ayu manis (makasih bangEt lo doa&dukungan 

kalian. Eh kalian janGan sentimEnt Gitu donk, jangan jadikan aku 

™

$hOhib + koNcO PKLan,,,kebersamaan hanya menunggu

waktu untuk berpisah,bismillah $uk$e$ kabeh...amin,,!!,

TErima  kAsih  Doa&dukungannya  YacH!!! 

Oktavian“kecEng”Hendriko 

(wes‐wes 

wong  urip  Ceng, 

mumpung  se’  enom  di  lakoni  kabeh,realisasi  impian!!!), 

Ma’mun“boby”Mahbub S.PdI (enak ‘e rek–rek sarjana disik ‘an!! 

(9)

Arifin”ArPas”

 (wes mangana?ndang kono, ojo mikir abot2 engko 

kuru lo yo, ha…ha…ha, bersama wisuda bareng oyi tok!!),Abdul QaDir JaYlani(Tuhan menunggu kita MbaMb0ng, yo’opo sido ta...?mboH kah,jalani saja lah. He!! tak enteni wisudamu, sekedar

berucap sElamaT sama2 sudah punya gelar saRjana <saRjaNa MbamBOng>

)

, Wawan

(

he! Ojo suwi–suwi nikahe rek–rek, sakno lho yo sing ngenteni...???ketimbang nyesel di disik ‘i wong liyo lho yo???Hih...

)

, Muhammad “Bogrek” Subhan

(

‘ndang mari rek-rek kuliahe, lha lapo...??lha iyo mboh...

)

, M.Aris

(

kapan luluse dulur...?jarene kate nikah???

)

,K.M.Jamal

(

2007 babak baru,dadi Bapak se rek-rek,seLamaT dulur...!

)

, A.M.I.Bedon (Mif, sepakat kenapa harus takut? tapi yo di akal disik rek-rek,oyi..tapi dunia selalu terasa indah dengan celotehmu,Qita tunggu ceritera mu berikutnya, cerito o ojo mandeq lho yo..!), Didik (dunia terasa indah saat bisa berbagi,ok!),

™

K@w@n lan saDuluRan,,,ikatan tali silaturahmi tetep yo dijogo ojo sampe’ pedot,ok!! Dika (podo g’ po-po se rek, thenkyu baNgEt sudah berkenan meminjami tapi sing liyane wakeh sing

podo pisan,wealah bah…), Hamim (G’nang Bali maneh ta? Rilek’s

ae dulur,Sing Kuoso Paling Weroh. tapi pancen repot wes kebacut

tresno, don’t giveUp dulur!! aDa yang lebih baik bagimu,ok!

Alhamdulillah amanatnya sudah saya jalankan dengan baik, dia

sudah saya antar Kontrol ke PusKesMas), Uswatun Hasanah

(Wealah, critane mbuLet tapi asyik, eh tiba’e gLethek!!! Di balik

Wajah CeRiamu tersembunyi sosok yg rapuh, klo bingung i‘ll be there for u,he..he..he.. sElamaT nempuh hidup baru Bi’. i know what u feel n thinking, bahagia saja + banyak anak lho yach!!), mba’Shofi (makasih mba’ ya doanya. kapan2 lagi sharing, di

tungGu ya mba’.lekas dapat jodoh lho), shodiq (kesempatan

dimanfaatkan aja gae nambah pengalaman, oyi tok wes...), slamet

“Ngopi”purnomo dkk sabatansa (pur yo’opo g’ nang martabak

ta?aku selalu ada untuk yang satu itu, entekno a ewes…ojrit),

bang Tajab (sam suwun, ujiane lancar+guyonan thok)

™

Teman-temanku di

fakultas Tarbiyah jurusan PAI

2002

,.

Seneng punya teman kuliah kalian

.

Sory tidak bisa

nyebut satu persatu, pokok’e terimakasih semuanya...

(10)

™

Teman-temanku semua yang ada dimana-mana yang

terlalu banyak disebutkan satu persatu, yang aku kenal

ataupun yang belum sempat kenalan, yang berada dalam

satu komunitas tertentu, yang masih aktif kuliah atau yang

sudah tidak lagi kuliah,

terima kasih doa&dukungannya

yo...

G

ood luck!!!

(11)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah

SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktu yang direncanakan dengan judul :

“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Problem Kenakalan

Siswa Di SMUN 7 Malang”.

Tujuan Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu tugas yang wajib

ditempuh oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang guna mendapatkan

gelar kesarjanaan.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini, tentunya tidak lepas dari bantuan

beberapa pihak, tentunya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah banyak membantu penulis,

antara lain :

1. Bapak dan Ibu tercinta atas do’a, kasih sayang, dorongan dan semangat.

2. Bapak Prof Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Malang.

3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang.

4. Bapak Drs. M. Padil, M.Pd.I, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Universitas Islam Negeri Malang.

5. Bapak Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang

(12)

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan ilmunya.

7. Bapak Drs Budi, selaku Kepala Sekolah SMUN 7 Malang yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Seluruh Guru dan Staf karyawan SMUN 7 Malang yang telah berkenaan

memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Akhirnya menjadi suatu keniscayaan bahwa tiada sesuatu yang sempurna

di dunia ini, karena hanyalah Allah SWT, demikian pula penyusunan skripsi ini

yang masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis semata. Penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, Juli 2007

(13)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.……….……….i

LEMBAR PERSETUJUAN..………ii

LEMBAR PENGESAHAN………..iii

NOTA DINAS………iv

SURAT PERNYATAAN………...v

MOTTO……….………...……….vi

PERSEMBAHAN………...………..………...vii

KATA PENGANTAR……….viii

DAFTAR ISI………..………..…...x

DAFTAR TABEL……….………...xiii

ABSTRAK………xv

BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang………...…..1

B. Rumusan Masalah………...………...5

C. Tujuan Penelitian……….…...……...5

D. Kegunaan Penelitian…..………...………....…5

E. Ruang Lingkup Pembahasan...……….6

F. Sistematika Pembahasan………..6

BAB II KAJIAN TEORI………...………...9

A. Pengertian Remaja………9

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja………...12

(14)

1. Pengertian Kenakalan Remaja……...………...14

2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja………....16

3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja...22

D. Tinjauan Tentang Guru Agama Islam………...………...27

1. Pengertian Guru Agama Islam...………....27

2. Syarat-Syarat Guru Agama Islam………...28

3. Kode Etik Profesi Guru Agama Islam ……..………29

4. Peranan Dan Tugas Guru Agama Islam Dalam Membentuk Kepribadiaan Siswa...……….…31

E. Upaya-Upaya Penangulangan Kenakalan Remaja………….………..33

1. Upaya Penangulangan Secara Preventif……...………...35

2. Upaya Penangulangan Secara Kuratif………38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….………..40

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian………40

B. Lokasi Penelitian……….………...40

C. Metode Penelitian………….……….……….41

D. Tahap-Tahap Penelitian……….…42

E. Teknik Pengumpulan Data ……….…………..………...43

F. Analisa Data………..….46

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data……….46

BAB IV HASIL PENELITIAN……….………….………..50

(15)

1. Sejarah Berdirinya SMUN 7…..……..………...…50

2. Struktur Organisasi………..………...…53

3. Keadaan Siswa………..……….54

4. Keadaan Sarana Dan Prasarana…………...………...…54

5. Keadaan Guru Dan Karyawan………...56

B. Penyajian Data Dan Analisis Data………...58

1. Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa Di SMK PGRI Singosari……….58

2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa Di SMUN 7………...66

3. Upaya-Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Problem Kenakalan Siswa Di SMUN 7……….73

BAB V PENUTUP…….………...………..…………...80

A. Kesimpulan……….………..…………...80

B. Saran...………..………...…..………...81

DAFTAR PUSTAKA

(16)

ABSTRAK

Andariyon, Dobrian, 2007. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang. Skripsi Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,

Dosen pembimbing : Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag.

Dalam dunia pendidikan, kenakalan pelajar merupakan sebuah fenomena yang selalu menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa akan menentukan maju tidaknya suatu bangsa. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan yang terarah bagi pelajar sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.

Sampai saat ini pendidikan agama Islam masih dianggap belum mampu mengatasi berbagai pengaruh negatif yang timbul dan berpengaruh pada generasi muda sekarang ini. Guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan untuk mengatasi berbagai masalah kenakalan remaja yang terjadi pada siswa, sehingga generasi muda di masa yang akan datang lebih baik dan tidak mudah terjerumus dalam perbuatan yang merugikan dirinya sendiri.

Oleh karena itu berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti mengambil sebuah rumusan yaitu, 1) Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 2) Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 3) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?.

Penelitian yang peneliti lakukan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dalam pelaksanaan penelitiannya memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskiripsi secara alamiah. Disamping itu dalam mengumpulkan data penulis mengunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi : orientasi, tahap pengumpulan data (lapangan), tahap pengumpulan data. Analisa data meliputi teknik analisis deskriptif kualitatif, sehingga hasil dari penelitian ini lebih banyak menghasilkan data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perlilaku yang diamati.

Dari penelitian ini diperoleh sebuah kesimpulan bahwa, 1) bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : kenakalan-kenakalan kategori ringan seperti : membolos, ramai sewaktu pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas, kelengkapan seragam kurang. 2) faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : lingkungan keluarga karena perceraian orang tua, lingkungan masyarakat karena salah dalam memilih teman bergaul, 3) upaya-upaya untuk mengatasi problem kenakalan siswa di SMAN7 Malang, antara lain : upaya preventif (pencegahan) dan upaya kuratif (penyembuhan).

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang menyadari bahwa harapan dimasa yang akan datang

terletak pada putra-putrinya, sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar

putra-putrinya kelak menjadi orang yang berguna, oleh karena itu perlu adanya

pembinaan yang terarah bagi putra-putrinya sebagai generasi penerus bangsa,

sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.

Berbicara mengenai kenakalan siswa merupakan masalah yang

dirasakan sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena seseorang yang

namanya siswa yang merupakan bagian dari generasi muda adalah aset nasional

dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan Bangsa dan Negara serta

Agama. Untuk mewujudkan kesemuanya demi kejayaan Bangsa dan Negara serta

Agama kita ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua

baik orang tua, guru dan pemerintah. Untuk mempersiapkan generasi muda

menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan/berpengetahuan yang luas

dengan jalan membimbing dan mengarahkan mereka semua sehingga menjadi

warga negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral. Berkaitan dengan

hal ini maka winarno Surakhmad, menyatakan1 :

“Adalah suatu fakta didalam sejarah pembangunan umat yang akan

memelihara kelangsungan hidupnya untuk senantiasa menyerahkan dan

(18)

mempercayakan hidupnya didalam tangan generasi yang lebih muda itulah yang

kemudian memikul tanggung jawab untuk memelihara kelangsungan hidup

umatnya tetapi juga meningkatkan harkat hidup tersebut. Apabila generasi muda

yang seharusnya menerima tugas penelitian sejarah bangsanya tidak memiliki

kesiapan dan kemampuan yang diperlukan oleh kehidupan bangsa itu, niscaya

berlangsung kearah kegersangan menuju kepada kekerdilan dan akhirnya sampai

pada kehancuran. Karena itu, kedudukan generasi muda dalam suatu masyarakat

adalah vital bagi masyarakat itu” .

Bentuk-bentuk kenakalan siswa itu berbeda-beda seperti halnya di

SMUN 7 MALANG, namun yang jelas telah melanggar hukum, norma agama,

dan tuntutan sosial kemasyarakatan. Dan pada akhir-akhir ini sering terjadi adanya

berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa, misalnya mabuk-mabukan,

menggunakan obat-obat terlarang, berbuat kejahatan yang merusak ketenangan

umum, kebut-kebutan di jalan raya, berkelahi, merampok, dan lain sebagainya.

Sudah barang tentu kondisi seperti ini sangat bertentangan dengan tujuan

pembangunan nasional dan mengambil tujuan nasional2.

Apakah yang menimbulkan kenakalan siswa tersebut ? barangkali

jawaban pertanyaan inilah yang dapat dipakai sebagai landasan berpijak untuk

menemukan berbagai alternatif pemecahannya. Menurut Dr Zakiah Daradjat

dalam bukunya “Kesehatan Mental”, mengemukakan beberapa faktor penyebab

terjadinya kenakalan siswa antara lain :

1. Kurang pendidikan.

2. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan.

(19)

3. Kurang teraturnya pengisian waktu.

4. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.

5. Banyaknya film, dan buku-buku bacaan yang tidak baik.

6. Merosotnya moral dan mental orang dewasa.

7. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik.

8. Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak.

Untuk mengatisipasi hal-hal tersebut maka hal utama yang juga perlu

diperhatikan terhadap generasi muda adalah adanya penghayatan terhadap

nilai-nilai PAI. Usaha ini memiliki nilai-nilai baku yang tidak dapat dikesampingkan,

terutama pada proses belajar mengajar dalam sistem pendidikan formal antara

pendidik (guru) dan siterdidik (siswa) akan banyak saling mendukung dan

menunjang proses penghayatan terhadap nilai-nilai PAI (akhlak) tersebut. Namun

dalam hal ini, peran orang tua, remaja mempunyai peran yang tidak kalah

pentingnya dengan guru di sekolah. Karena orang tua juga memberikan contoh

atau suri tauladan yang baik secara langsung terutama yang berhubungan dengan

nilai-nilai akhlak di atas.

Selain itu peranan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang

ketiga setelah keluarga dan sekolah juga memiliki tanggung jawab terhadap

generasi muda (anak-anak remaja) untuk itu serta mengontrol dan melindungi

mereka dari tindakan yang dapat merusak nilai-nilai luhur agama dan berupa

aspek pokok yang terkandung didalamnya serta norma-norma hukum yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat baik yang tertulis maupun yang tidak

(20)

Dewasa ini masyarakat sedang mengalami keprihatinan dengan sering

terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh para remaja yang mempunyai status

siswa atau pelajar sekolah. Lebih serius lagi masyarakat yang telah menuduh

sekolah sebagai penyebab terjadinya kenakalan tersebut, karena

kelalaian/ketidakmampuan pihak sekolah dalam mengendalikan tingkah laku

siswa yang dalam keadaan labil dan sensitif. Dipihak lain ada yang menuduh

keluarga sebagai penyebab utamanya, karena di dalam keluargalah pendidikan

pertama anak, sehingga anak remaja dalam berbagai masalah yang menyangkut

dirinya harus benar-benar mendapat bimbingan terarah dari orang tuanya, agar

tidak terjerumus pada perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.

Mengingat betapa pentingnya peranan remaja sebagai generasi muda

bagi masa depan bangsa, maka masalah tersebut mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian terhadap remaja yang masih mempunyai status siswa.

Dengan demikian peneliti dapat melihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja,

khususnya remaja atau siswa yang pernah atau sedang terlibat kenakalan. Maka

dari itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran

Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di

SMUN 7 Malang”.

(21)

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa pokok

permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut yaitu:

1. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang ?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di

SMUN 7 Malang ?

3. Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa di SMUN 7

Malang ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah tersebut diatas, maka tujuan

penelitian dan pembahasan adalah :

1. Ingin mengetahui bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.

2. Ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.

3. Ingin memperoleh gambaran tentang peranan apa saja yang dilakukan guru

Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di

SMUN 7 Malang.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun harapan dari penulis semoga penelitian ini berguna :

1. Bagi Peneliti :

a. Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat

(22)

b. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas sehingga

peneliti dapat tanggap terhadap keadaan yang dihadapi.

2. Bagi sekolah : Sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam

mengatisipasi adanya kenakalan siswa.

E. Ruang Lingkup Pembahasan

Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana, dan agar penelitian

ini dapat dilakukan secara mendalam dan sistematis, maka penulis perlu

memberikan ruang lingkup yang berkaitan dengan, yaitu :

1. Bentuk-bentuk Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.

2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.

3. Tindakan Dan Usaha Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi

Masalah Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis

membagi pembahasan dalam beberapa bab yang terdiri dari sub bab yaitu :

Bab pertama : Pendahuluan

Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan

dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang : latar

belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan

penelitian, ruang lingkup pembahasan serta sistematika

pembahasan.

(23)

Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan

dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang :

pengertian remaja, faktor yang mempengaruhi perkembangan

remaja, masalah-masalah kenakalan remaja, tinjauan tentang guru

pendidikan agama Islam, tindakan dan usaha mengatasi masalah

kenakalan remaja

Bab ketiga : Metodologi penelitian

Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan

dengan metode penelitian yang dimana didalamnya mengulas

tentang : pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, metode

penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,

analisa data, teknik pengecek keabsahan data.

Bab keempat : Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menyampikan hasil penemuan

penulis yang dilakukan pada obyek penelitian yaitu pada SMUN 7

Malang. Dan bagian yang ingin dilaporkan meliputi :

1) Latar Belakang Obyek Penelitian, 2) Penyajian Data dan

Analisis Data dengan berpedoman pada rumusan permasalahan

serta teknik analisa data yang telah dirumuskan.

Bab kelima : Kesimpulan dan saran-saran

Sebagai bahasan terakhir dan sebagai jawaban atas rumusan

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Teoritis

Dan Praktis, Guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau

kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok orang, sedangkan guru

sebagai pendidik adalah seseorang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara3.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa beliau memandang seorang guru

bukan hanya sebatas pada seseorang yang secara langsung bisa melakukan

interaksi dengan murid atau yang biasa disebut guru di sekolah, dan memandang

bahwa semua orang bisa menjadi guru asalkan orang tersebut pernah memberikan

suatu ilmu atau kepandaian kepada orang atau kelompok lain.

Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, guru

adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya

menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidikan yang terpikul

dipundak orang tua4.

Seorang guru adalah pendidik yang profesional maksudanya adalah

menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap yang baik,

bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi orang tua yang baik bagi

3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Islam Dan Teoritis Praktis, Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 138

(25)

siswa. Dengan adanya pendidik yang profesional maka diharapkan bisa

menciptakan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

Seorang guru memiliki 2 tugas yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik

adalah membimbing anak atau memimpin mereka agar memiliki tabiat dan

kepribadian yang utama (insan kamil), sedangkan mengajar adalah memberikan

pengetahuan kepada anak agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa,

hukum-hukum ataupun proses dari suatu ilmu pengetahuan5, maksudanya adalah

tugas guru yaitu membentuk kepribadian anak didik yang berakhlak mulia dan

bertanggung jawab terhadap segala perbuatan serta berguna bagi bangsa dan

Negara..

Menurut Muhaimin dkk, dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar,

siapapun dapat menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai

pengetahuan, kemampuan, mampu mengimplisitkan nilai relevan (dalam

pengetahuan itu), sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang

diajarkan, dan bersedia menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada

orang lain6.

Dari pendapat Muhaimin di atas dapat disimpulkan bahwa siapapun bisa

menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai pengetahuan tetang agama

islam dan mengajarkan pengetahuan itu kepada orang lain serta mampu untuk

mengamalkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa

dijadikan contoh terhadap apa yang diajarkannya.

5

Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, hal. 10 6

(26)

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama

dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.7

Berdasarkan pengertian tentang guru di atas yang dikemukakan oleh para

ahli pendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud guru pendidikan

agama Islam adalah seseorang yang dengan sadar membimbing anak didik ke arah

pencapaian kedewasaan, serta terbentuknya kepribadian anak didik yang islami

sehingga terjalin keseimbangan, kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang guru

agama harus mampu membimbing anak didiknya ke arah yang lebih baik.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, terlebih lagi guru pendidikan

agam Islam di sekolah. Karena guru harus menghadapi keanekaragaman pribadi

dan pengalaman agama yang dibawa oleh anak didiknya dari rumahnya

masing-masing. Ada anak yang mempunyai sikap positif terhadap agama, karena orang

tuanya tekun beragama dan sudah barang tentu didalam pribadinya telah banyak

terdapat unsur-unsur keagamaan. Maka dia mengharapkan agar guru agama dapat

menambah pengalamannya dalam agama. Mungkin pula terdapat anak yang orang

tuanya mempunyai sikap yang kurang peduli terhadap pendidikan agama,

sehingga anak mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap pendidikan agama

(27)

dan membuat anak tersebut tidak tertarik pada pelajaran pendidikan agama islam

karena kurang perhatian orang tua terhadap agama..

Menurut Muhaimin, tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah :

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah SWT yang telah

ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta

mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi oaring lain.

c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan

kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari.

d. Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham atau

budaya lain yang membahayakan dan menghambat pengembangan

keyakinan siswa.

e. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.

f. Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

g. Mampu memahami, melalui pengetahuan agama Islam secara menyeluruh

sesuai dengan daya serap dan keterbatasan waktu yang tersedia.8

Dari pendapat Muhaimin di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas

guru PAI sangat kompleks sekali, bukan hanya sebatas pada meningkatkan

keiman dan ketakwaan anak didik kepada Allah SWT tetapi tugas guru PAI juga

8

(28)

harus bisa menuntun anak didik untuk bisa mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh mereka terutama dalam bidang keagamaan dan membimbing anak didik ke

arah yang lebih baik sehigga tercapai keseimbangan kebahagian di dunia dan

akhirat.

Dalam rangka merealisasikan tugasnya dalam membentuk kepribadian

muslim siswa yang merupakan tujuan akhir dari pendidikan agama itu sendiri

perlulah kita ketahui fungsi dari guru itu sendiri. Menurut Syaiful Bahri D. dalam

buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif mengklasikasikan fungsi

guru agama antara lain :

a. Guru sebagai komunikator

Sebagai komunikator seorang guru harus mampu menyiapkan sumber

informasi sebanyak mungkin dan sevalid mungkin, menyeleksi dan mengevaluasi

serta mengolah menjadi sumber informasi yang sesuai dengan keadaan siswa.

b. Guru sebagai inovator

Seorang guru haruslah berwawasan dan berorientasi ke masa depan.

Seorang guru harus mampu menyiapkan anak didiknya untuk masa depan dan

membekalinya dengan pengetahuan yang mampu menjawab tantangan di masa

depan.

c. Guru sebagai emansipator

Di samping sebagai komunikator dan inovator, seorang guru juga

berfungsi sebagai emansipator, baik dari segi pengetahuannya, ketrampilan

maupun dari segi sikapnya sehingga dapat mandiri. Seorang guru harus penuh

semangat untuk membantu anak didiknya menuju ke tingkat perkembangan

(29)

d. Guru sebagai transformator dari nilai-nilai budaya bangsa

Seorang guru sebagaimana pengertian secara umum yaitu memberikan

pengetahuan pada anak didiknya, maka seorang guru harus mampu mentransfer

nilai-nilai budaya bangsa dan agama pada diri siswa untuk dimiliknya.

e. Guru sebagai motivator

Seorang guru harus mampu memotivasi siswanya untuk lebih giat dan

aktif dalam belajar dan bekerja serta dinamis dalam mengembangkan dirinya9.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tugas guru agama tidaklah

ringan, karena disamping secara akademik ia dituntut untuk mengajarkan ilmu

pengetahuan agama kepada anak didik, juga dituntut dalam penanaman nilai-nilai

keagamaan ke dalam pribadi siswa. Sehingga diharapkan siswa akan menjadi

lebih dewasa baik dalam intelektualnya maupun kepribadannya atau akhlaknya.

Seorang pendidik dituntut untuk mampu memainkan peranan dan

fungsinya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Hal ini untuk menghindari

adanya benturan fungsi dan peranan, sehingga seorang pendidik dapat

menempatkan kepentingannya sebagai individu, anggota masyarakat, warga

negara dan sebagai guru, jadi antara keguruan dan tugas lainnya harus

ditempatkan secara proporsional.

Dalam paradigma “jawa”, pendidik diidentikan dengan guru yang artinya

“digugu dan ditiru (ditiru dan dicontoh). Namun dalam paradigma baru, pendidik

tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motifator dan fasilitator

proses belajar mengajar, yaitu refleksi dan aktualisasi sifat-sifat alami manusia

9

(30)

dangan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi

kelemahan-kelemahan yang dimiliki.10

Betapa beratnya tugas seorang guru, terutama guru pendidikan agama

islam terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru perbuatannya. Di

rumah mereka menjadi tumpuan keluarga, di sekolah mereka menjadi pedoman

atau ukuran tata tertib kehidupan sekolah yaitu pendidik bagi murid-muridanya.

Menurut Cece Wijaya dan Tabrani, tanggung jawab guru antara lain:

a. Tanggung jawab moral, yakni setiap guru harus memiliki kemampuan,

menghayati prilaku, dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, yakni setiap guru

harus menguasai cara belajar mangajar yang efektif, mampu membuat

satuan pelajaran, mampu kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas,

mampu memberikan nasehat, menguasai teknik-teknik pemberian

bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan

lain-lain.

c. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta

mensukseskan pembangunan dalam masyarakat, yakni untuk itu guru harus

mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.

d. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yakni guru selaku ilmuan,

bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang

10

(31)

telah menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan

pembangunan11.

Tangung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti

guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral dari

masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Pendidikan bukan hanya

tanggung jawab masyarakat. Untuk itu guru dituntut untuk dapat menumbuhkan

partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus

dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dengan meningkatkan mutu

pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di masyarakat.

Dalam situasi sekarang tugas dan tanggung jawab guru dalam

pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat nampaknya

belum banyak dilakukan oleh banyak guru. Yang paling menonjol hanyalah tugas

dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas.12

Dapat diketahui bahwasanya guru agama dalam proses pendidikan itu

tidak hanya mengajarkan bidang studi, tetapi lebih jauh lagi mendidik

perkembangan jasmani dan rohani anak, membentuk sikap dan pribadi anak sesuai

dengan ajaran islam. Tugas guru agama sehari–hari di kelas adalah mengatur

waktu dalam proses pembelajaran, dan membangkitkan semangat belajar anak,

dan tugas yang pokok adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama,

menanamkan keimanan dalam jiwa anak didik agar anak didik taat dalam

manjalankan ajaran agama, serta berbudi pekerti luhur.

11

Cece Wijaya, Kemapuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Rosda Karya, Bandung. 1992, hal. 19

12

(32)

B. Pembahasan Tentang Kenakalan Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Melly Sri Sulastri Rifa’i remaja adalah pemuda pemudi yang

berada pada masa perkembangan disebut masa “adolescence” (masa remaja

menuju masa kedewasaan).13 Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam

kehidupan manusia, di mana seorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi,

tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada

umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju kearah kedewasaan.

Masa remaja adalah masa perlihan diri anak menjadi dewasa yang dimulai

dengan timbulnya tanda-tanda puber yang pertama dan berakhir pada waktu

remaja mencapai kematangan fisik dan mental. Hakikat remaja adalah disaat

menemukan dirinya sendiri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba

yang baru untuk menjadi pribadi yang dewasa.14

Masa remaja dibagi menjadi dua tingkat yaitu:

1. Masa remaja awal kira-kira-kira pada usia 13-16 tahun, dimana

pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat.

2. Masa remaja akhir, kira-kira usia 17-21 tahun. Dalam rentangan masa ini

terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan

13

Melly Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja, Bina Aksara Remaja, 1987, hal. 1

14

(33)

aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya. Arahnya

adalah kesempurnaan kematangan.15

Pada masa seperti ini remaja mengalami perkembangan baik dari segi fisik

maupun psikis. Dari segi psikis pada remaja sering terjadi pemberontakan dalam

jiwa, emosi yang tidak stabil sehingga mendorong seorang remaja untuk berbuat

seenaknya sendiri tanpa memikirkan akibatnya karena mereka merasa bahwa

dirinya sudah dewasa dan mampu untuk mempertanggungjawabkan semua yang

telah diperbuatnya. Padahal pada masa seperti ini merupakan masa peralihan

untuk mencapai kesenpurnaan kematangan atau masa dewasa. Mereka tidak bisa

disebut sebagai anak-anak lagi dan belum bisa disebut sebagai orang dewasa.

2. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja bisa diartikan sebagai suatu kelalaian tingkah laku,

perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial yang melanggar

norma-norma dalam masyarakat. Sedang ditinjau dari segi agama, jelas sudah bahwa apa

yang dilarang dan apa yang disuruh oleh agama. Dan sudah barang tentu semua

yang dianggap oleh umum sebagai perbuatan nakal, adalah hal-hal yang dilarang

agama16. Kenakalan remaja adalah suatu penyimpangan tingkah laku yang

dilakukan oleh remaja hingga menggangu ketentraman diri sendiri dan orang lain.

Bila ditinjau dari segi ilmu jiwa maka kenakalan adalah sebagai

manivestasi dari gangguan jiwa atau akibat dari tekanan-tekanan batin yang tidak

15

Andi Mappiare, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1990, hal. 36 16

(34)

dapat diungkapkan dengan wajah. Atau dengan kata lain bahwa kenakalan anak

remaja adalah ungkapan dari ketegangan perasaan, kegelisahan dan kecemasan

atau tekanan batin17.

Sudah dijelaskan dari berbagai pengertian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan dan perbuatan yang

dilakukan anak remaja dan perbuatan itu bersifat melawan hukum, anti sosial,

susila dan melanggar norma agama.

3. Jenis-jenis Kenakalan Remaja

Masalah kenakalan merupakan masalah yang menjadi perhatian orang

dimana saja, masalah ini semakin dirasakan dan meresahkan masyarakat terutama

dilingkungan sekolah. Jensen membagi kenakalan remaja ini menjadi 4 jenis,

yaitu:

a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:

perkelahian, pemerkosaan , perampokan, pembunuhan dan lain-lain.

b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti: perusakan,

pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain

seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat dan juga hubungan seks sebelum

menikah.

d) Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, megingkari status orang tua

17

(35)

dengan cara pergi dari rumah atau membantah perintah orang tua dan

sebagainya18.

Sedangkan menurut Y. Singgih Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa

mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar sesuai dengan

kaitannya dengan norma hukum, yaitu: kenakalan remaja yang banyak terjadi

pada saat ini adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diakui dalam

undang-undang. Adapun perilaku a-moral dan a-sosial tersebut indikasikasinya

adalah sebagai berikut:

a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran

hukum.

b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan

melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.19

Kenakalan yang banyak dijumpai pada saat ini adalah yang bersifat

a-moral dan a-sosial, indikasinya adalah sebagai berikut: berbohong, membolos,

kabur dari rumah, keluyuran, memiliki dan membawa benda yang membahayakan

orang lain, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, berpesta pora

semalam suntuk tanpa pengawasan, membaca dan menonton film porno, turut

dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan

minum-minuman keras atau menghisap ganja atau pemakaian narkoba

18

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Rajawali Pres, Jakarta, 1991, hal. 200-201 19

(36)

Sedangkan kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan

melalui hukum dan seringkali bisa di sebut dengan istilah kejahatan. Adapun

kenakalan yang di anggap melangar hukum tersebut indikasinya adalah sebagai

berikut: perjudian, pencurian, penggelapan barang, penipuan, pelanggaran tata

susila, menjual gambar dan film porno, pemerkosaan, pemalsuan uang dan

pemalsuan surat-surat keterangan resmi, pembunuhan dan tindakan-tindakan anti

sosial: perbuatan yang merugikan milik orang lain, pengguguran kandungan. 20

Sedangkan Zakiyah Darajat, beliau mengatakan bahwa kenakalan remaja

dibagi dalam tiga bagian:

a. Kenakalan ringan diantaranya: tidak patuh pada orang tua, lari atau bolos

dari sekolah, sering berkelahi. cara berpakaian.

b. Kenakalan yang menggangu ketentraman orang lain, yaitu: mencuri,

menodong, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaan

Narkotika.

c. Kenakalan seksual meliputi: kenakalan terhadap terhadap jenis lain dan

kenakalan terhadap orang sejenis. 21

a. Kenakalan ringan.

Yang dimaksud dengan kenakalan ringan disini adalah suatu kenakalan

yang tidak sampai pada pelangaran hukum.

1. Tidak patuh pada orang tua.

Hal seperti ini biasanya terjadi pada kalangan remaja, dia tidak

segan-segan menentang apa yang dikatakan orang tua dan gurunya bila tidak sesuai

20

Ibid hal. 20-22 21

(37)

denga pikirannya. Remaja mulai mengalami konflik atau pertentangan dengan

orang tua atau guru yang biasanya keduanya masih berpegang pada nilai-nilai

lama, yaitu nilai yang tidak sesuai dengan zaman sekarang. Remaja tidak mau

patuh pada semua perintah pada orang tua. Padahal Allah memerintakahkan

untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

2. Lari atau bolos dari sekolah.

Banyak kita temui dipinggir jalan, hanya sekedar melepas kejenuhan di

sekolah, remaja tidak luput dari kelihan para guru. Hasil presentasipun menurun

tudak hanya mengecewakan wali murid dan guru. Kadang remaja berlagak alim

di rumah denga pakaian seragam sekolan mereka pergi entah ke mana, dan bila

waktu sekolah merekapun pulang pada tepat waktunya. Guru seolah-olah

kehabisan cara untuk menarik minat remaja agar tidak lari dari sekolah

khususnya pada jam pelajaran. Namun begitu masih saja ada saja remaja yang

masih berusa melarikan diri dari sekolah dengan alasan ke belakang sebentar,

namun akhirya tudak kembali kekelas lagi.

3. Sering berkelahi.

Sering berkelahi adalah merupakan salah satu dari gejala kenakalan

remaja, remaja dengan perkembangan emosi yang tidak stabil yang telah

mengikutu kehendak tanpa memperdulikan orang lain, remaja yang sering

berkelahi biasanya kurang perhatiannya dari oaring tua tau lingkungannya

sehinnga ia mencari perhatian orang lain untuk menunjukan kekuatannya yang

dianggap sebagai orang yang hebat yang hanya sekedar untuk membela diri.

(38)

Remaja pada dasarnya mempunyai sifat meniru orang lain, terutama pada

pakaian yang lain yang terlihat pada iklan-iklan ataupun yang dipakai oleh

bintang pujaanya. Di rumah atau di sekolah remaja dengan bergaya roker

memakai celana ketat dan baju yang kedodoran., dan memakai corak baju yang

biasanya dipakai oleh remaja walaupun tidak sesui dengan keadaan dirinya,

yang penting baginya mengikuti mode zaman sekarang. Pakaian yang baik

adalah pakaian yang tidak memancing hasrat dan gairah biologis misalnya

bajunya ketat, tipis lebih-lebih bagi wanita karena akan mengundang fitnah.

b. Kenakalan yang menggangu ketentraman dan keamanan orang lain.

Kenakalan ini adalah suatu kenakalan yang dapat digolongkan pada

pelanggaran hukum sebab kenakalan ini menggangu ketentraman dan keamanan

masyarakat.

1. Mencuri.

Mencuri adalah suatu perbuatan yang mengambil milik orang lain tanpa

izin.Banyak sudah kita temukan kejadian pencurian yang dilakukan oleh remaja,

karena tidak terpenuhinya kebutuhan remaja ataupun juga sudah terpenuhi

kebutuhan tetapi karena hanya untuk mencari jati dirinya atau status dirinya.

Pencurian yang dilakukan remaja kebanyakan terjadi dikota-kota besar karena

keadaan lingkungan atau teman bergaul. Mencuri sangat dibenci oleh Allah

karena merugikan orang lain dan pencurian membuat jiwanya cenderung

(39)

ä

Í

‘$

¡

¡

9

$#u

ρ

è

π

s

%

Í

‘$

¡

¡

9

$#u

ρ

(#

þ

θ

ã

èsÜ

ø

%

$$sù

$y

ϑ

γ

ß

t

ƒ

Ï

÷

ƒ

r&

L

!#t“y_

$y

ϑ

Î

/

$t7|¡x

.

W

ξ≈

s

3

t

Ρ

z

Ïi

Β

«!$#

3

ª!$#u

ρ

î

ƒ

Í

•tã

Ò

ΟŠ

Å

3

ym

∩⊂∇∪

Artinya :

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan

sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana”22.

2. Menodong.

Menodong adalah suatu perbuatan remaja yang lebih berani lagi

dibandingkan dengan mencuri, sebab remaja sudah berani berhadapan langsung

dengan korbannya.perbuatan senacam ini biasanya dilakukan remaja denganm

teman-teman sekelompoknya. Remaja seperti ini biasanya tidak me,mperhatikan

lingkungannya lagi, sebab bagi dirinya yang terpenting kebutuhannya terpenuhi.

3. Kebut-kebutan dijalan raya.

Sudah tidak heran lagi bagi kita mendengar atu melihat para remaja

mengadakan kebut-kebutan dijalan umum, sehingga perbuatanya ini tidak hanya

meresahkan orang tuanya tetapi juga masyarak umum. Perbuatan semacam ini

hanyalah untuk untuk menunjukan keheban yang mereka miliki dan perhatian

dari orang lain. Mereka akan lebih berani lagi melakukan atraksi yang

mengerikan bila mendapat tepuk tangan yang meriah. Bila orang tua atau

lingkungan tidak menyalurkan bakat yang ia miliki mengakibatkan akan lebih

22

(40)

parah lagi, akibatnya remaja akan melakukan kebut-kebutan disembarang

tempat dan meresahkan lingkungan untuk itu orang tua yang bijaksan

memasukan anaknya pada kelompok atau mengarahkan pada kegiatan yang

kebih positif lagi. Anak yang biasanya kebut-kebutan dimasukan cross agar

bakat yang dimiliki tersalurkan dengan positif dan mendapatkan prestasi.

4. Minum-minuman keras.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa minum-minuman keras yang

mengandung alkohol yang berlibihan mempunyai dampak terhadap system

syaraf manusia yang menimbulkan semangat dan keberanian yang menyebabkan

ngantuk yang bisa menimbulkan rasa tenang dan nikmat. Sebagaian orang

mengetahui alkohol dari dosis yang berlebihan bisa membahayakan jiwa orang

yang bersangkutan. Minum-minuman keras sangat dilarang Allah, Sebagaimana

terdapat dalam surat Al-Maidah Ayat 90, yang berbunyi:

$p

κ

š

r'¯

t

ƒ

t

⎦⎪

Ï

%

©

!$#

(#

þ

θ

Ψ

ã

t

Β

#u

$y

ϑ

¯

Ρ

Î

)

ã

ô

ϑ

ø

:

$#

ç

Å

£

ø

Š

y

ϑ

ø

9

$#u

ρ

Ü

>$|Á

Ρ

F

{

$#u

ρ

ã

Ν≈

s

9

ø

—F

{

$#u

ρ

§

Ó

ô

_

Í

ô

Ïi

Β

È

y

ϑ

Ç

⎯≈

ø

±

¤

9

$#

ç

νθ

ç

7

Ï

tG

ô

_$$sù

ö

Ν

ä

3

ª

=

yès

9

βθ

t

ß

s

Î

=

ø

è

?

∩®⊃∪

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) Khomer, berjudi,

mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan

syaitan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan”23

5. Penyalahgunaan narkotika.

23

Depag RI, Op Cit

(41)

Masalah pengggunaan narkotika pada remaja pada hakekatnya bukan

masalah yang berdiri sendiri, melainkan musuh yang ternyata mempunytai

sangkut paut dengan faktor-faktor lainnya, yang timbul dalam kehidupan

manusia. Dengan demikian penyalahgunaan narkotika oleh para remaja

merupakan suatun pernyataan yang mendapat perhatian khusus dari semua

pihak yang merasa bertanggung jawab dalam pembinaan generasi muda.

c. Kenakalan seksual

Pengertian seksual tidak terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga

masalah psikis dimana perasaan ingin tahu anak-anak terhadap masalah seksual

mulai muncul. Perkembangan masalah seksual baik secara fisik maupun psikis,

kerap sekali tidak disertai dengan pengertian yang cukup untuk

mengahadapinya, baik dari anak sendiri maupun pendidik serta orang tua yag

tertutup dengan masalah tersebut. Sehingga timbullah masalah kenakalan

seksual, baik antara lawan jenis maupun sesama jenis.

Kenakalan seksual meliputi:

1. Kenakalan seksual terhadap lawan jenis.

Dengan perkembangan dan kematangan seksual maka seorang anak akan

tertarik pada lawan jenisnya dan menginginkan belaian kasih sayang dari lawan

jenisnya. Bila seorang remaja tidak mendapatkan pengarahan atau didikan

tetang tentang bahayanya seks bebas (free sex), maka ia akan mencari teman

kencan atau pasangannya yang suatu saat bias menimbulkan keintiman seksual,

dan akhirnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti: hamil di luar nikah

bagi si wanita, terjangkit virus HIV dan lai-lain.

(42)

Bila seorang remaja memiliki rasa kagum terhadap sesame jenisnya,

akhirnya menyebabkan ikatan dan terbentuknya pola tingkah laku seksual yang

menyimpang yaitu yang biasa disebut homo seksual. Remaja mengalami

kelainan tersebut biasanya dipengaruhi oleh buku-buku bacaan, lingkungan serta

film-film yang dilihatnya.

4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Dalam menanggapi banyak kasus yang menimpa pada anak remaja

khususnya para pelajar, kita kembalikan terhadap kemampuan orang tua dalam

mendidik anaknya. Orang tua dianggap kurang mampu menanamkan keimanan

pada anaknya. Lingkungan yang kurang mendukung juga ikut dianggap sebagai

penyebabnya, gurupun ikut dianggap tanggung jawab secara garis besar faktor

kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, sekolah

dan masyarakat.

a). Faktor keluarga

Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi dan tumpuan dasar

fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, lingkungan keluarga

secara potensial dapat membentuk pribadi anak untuk hidup secara lebih

bertanggung jawab, namun apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal

akan terbentuk seorang anak yang cenderung melakukan tindakan -tindakan

kriminal. Dalam islam ditegaskan oleh hadis nabi, bahwa orang tua atau

keluarga faktor yang paling menentukan, sebagaiman hadits Rasulullah Saw:

ع ن

ا ل أ س و د

ب ن

س

ر ب ع

(43)

م و ل و د

ي و ل د

ع ل ى

ا ل ف ط ر ة

ح ت

ى

ي ع ر ب

ع ن ﻩ

ل س ا ن ﻩ

ف ا ب و ا ﻩ

ي ﻩ و د ا ن ﻩ

أ و

ي ن ص ر ا ن ﻩ

أ و

ي م ج

س ا ن ﻩ

(

ر و ا ﻩ

أ ب و

ي ع ل ي

ا ل ط ب ر ا

ن ي

و ا ل ب ي ﻩ ق ي

)

Artinya:

“ Dari Aswad bin Sari sesungguhnya nabi bersabda: setiap anak yang

dilahirkan dalam keadaan suci, sampai lidahnya fasih dalam berbicara,

maka orang tuanyalah yang menjadikan anak menjadi Yahudi, Nasrani

dan Majusi”. (HR: Abu Ya’la, Tabrani dan Baihaqi)24

Adapun diantara faktor keluarga yang menjadi penyebab terjadinya

kenakalan remaja adalah:

1. Kurangnya perhatian pada anak

Kehidupan dalam rumah tangga kadang terjadi apa yang dimaksud

dengan tidak adanya pertimbangan perhatian maksudanya adalah

pertimbanggan orang tua dengan tugas tugasnya harus menyuruh.

Masing-masing tugas menuntut perhatian yang penuh dengan sesuai dengan

posisinya. Kalau tidak demikian akan terjadi keseimbangan yang

dibebankan orang tua dalam perkembagan anak. Artinya tidak dibutuhkan

24

(44)

stabilitas keluarga, pendidikan, pemeliharaan fisik dan psikis termasuk

kehidupan relegius. Kalau perhatian orang tua terhadap tugas-tugas sebagai

seorang pendidik dan sekaligus ayah atau ibu bagi anak tidak seimbangan

berarti kebutuhan anak dapat terpenuhi yang menyebabkan anak tersebut

bisa menempuh jalan yang bengkok tanpa ada kontrol dari orang tua, serta

membaca majalah-majalah cabul dan menikmati gambar-gambar telanjang.

2. Kurang tauladan dari orang tua.

Ketauladanan yang baik dari orang tua sangat diperlukan, baik dalam

bentuk tingkah laku seorang ayah atau ibu, adiknya, kakak-kakaknya

maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak anak yang merosot

moralnya karena sikap ayah atau ibu kurang baik. Bila orang tua tidak

memberi tauladan yang baik mengenai sikap tersebut akan berpengaruh

terhadap perkembangan moral anak secara tidak langsung, yaitu melalui

proses peniruan sebab orang tua adalah orang yang paling dekat dengan

dirinya dan ditemui setiap hari.

3. Kurangnya pendidikan agama dalam keluarga.

Kadang orang tua beranggapan pendidikan itu hanya diberikan di

sekolah saja sedang di rumah tidak perlu lagi, orang tua tidak menyadari

bahwa kehidupan di rumah lebih lama dibanding di sekolah yang hanya

beberapa jam saja. Dan yang lebih fatal lagi bila orang tua beranggapan

masalah pendidikan agama tidak lebih penting, yang lebih penting adalah

pendidikan umum.

Bila keluarga mempunyai anggapan seperti itu, maka akan terjadi

(45)

pendidikan agama dalam kebutuhan sehari-hari dan sungguh-sungguh orang

tua menghayati kepercayaan kepada Tuhan, akan mempengaruhi sikap dan

tindakannya. Hal ini juga akan berpengaruh juga terhadap cara orang tua

dalam mengasuh, memelihara, mengajar, dan mendidik anaknya. Anak yang

dibekali dengan ajaran agama, semua itu dapat menjadi dasar yang kuat

untuk perkembangan moral anak serta keseluruhan kehidupan di kemudian

hari. Sebaliknya bila anak tidak mendapat ajaran agama dari kelurga, anak

menjadi goyah dan tidak terkontrol lagi bagi dirinya, halal dan haram akan

mereka kerjakan.

4. Keadaan sosial ekonomi rendah

Keluarga yang sejahtera ekonominya kemungkinan kecil terjadi

disorganisasi keluarga, kebutuha pokok keluarga sudah terpenuhi rumah,

sandang, papan dan pangan memenuhi ukuran standart, hiburan dan sekolah

cukup memadai hal ini lebih banyak menimbulkan sikap positif dan

sehatbagi keluarga.

Bila sosial ekonomi rendah kebutuhan pokok tidak terpenuhi, sehingga

secara ekonomi beban ekonomi itu mempengaruhi orang tua hingga

mungkin sering terjadi pertengkaran yang dikarenakan kebutuhan pokok

ekonomi tidak terpenuhi dengan layak.

5. Broken Home

Sudarsono memaparkan bahwa pada broken home ada kemungkinan

besar terjadinya kenakalan anak remaja. Beliau menandaskan terutama pada

perceraian dan perpisahan orang tua. Broken home bisa berupa:

(46)

b. perceraian orang tua.

c. orang tua terpisah tidak bisa hadir secara kontinyu25.

Pada keluarga yang mengalami broken home, rentan sekali terjadi

ketidak harmonisan dalam keluarga sehingga akan membuahkan

permasalahan atau tetakan psikis pada anak dan sering terjadi konflik yang

dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja.

b). Lingkungan Sekolah.

Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah pendidikan

dalam lingkungan keluarga, bagi anak yang sudah bersekolah maka lingkungan

yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak

remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA umunya menghabiskan

waktu 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti hampir setiap hari dilewatkan

remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap

perkembangan jiwa remaja cukup besar. Selama mereka menempuh pendidikan

di sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan pendidik. Interaksi yang

mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif

bagi perkembagan mental sehingga anak remaja menjadi nakal.

Adapun diantara faktor lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya

kenakalan remaja adalah:

1. Pengaruh teman sekolah

Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik.Mereka

juga ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan

25

(47)

anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai

dengan keadaan seperti ini, sekolah-sekolah sebagai tempat pendidikan anak

dapat menjadi sumber terjadinya konflik-konflik psikologis yang pada

prinsipnya memudahkan anak menjadi nakal.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah barang tentu diharapkan

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan jiwa remaja.

Sebagaimana keluarga, sekolah juga berfungsi menanamkan nilai-nilai atau

norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat disamping mengajarkan berbagai

ketrampilan dan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, sehingga anak

remaja setelah lulus selain memiliki ketrampilan dan ilmu pengetahuan juga

diharapkan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sebagai bekal dalam

kehidupan bermasyarakat.

2. Hubungan Guru dengan siswa

Guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membantu remaja

untuk mengatasi kesulitannya, yang kadang-kadang kurang mampu memusatkan

perhatiannya terhadap pelajaran, mudah tersinggung atau condong bertengkar

dengan temannya. Keterbukaan hati guru menerima remaja yang demikian akan

menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.26

Namun dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil,

hukuman atau sangsi-sangsi yang kurang menunjang tercapainya tujuan

pendidikan, ancapan yang tiada putus-putusnya disertai disiplin yang terlalu

ketat,disharmonis antara peserta didik dan pendidik, kurangnya kesibukan

belajar di rumah, proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi

26

(48)

perkembangan jiwa anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak

langsung terhadap peserta didik di sekolah sehingga dapat menimbulkan

kenakalan remaja.(juvenile delinquency).27

c). Keadaan Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan tertier adalah lingkungan yang terluas

bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan28. Pada

lingkungan itulah remaja dihadapkan pada berbagai bentuk kenyataan yang ada

dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Apalagi pada era globalisasi

seperti sekarang ini perkembangan moral, budaya, kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi berkembang dengan pesat, sehingga membawa perubahan yang

sangat berarti tetapi juag timbul masalah yang mengejutkan jika remaja tersebut

tidak pandai-pandai dalam memfilter nilai-nilai moral dan budaya dari luar yang

sedang berkembang pada saat ini. Maka dalam situasi itulah yang menimbulkan

melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat yang kurang

berlandaskan pada agama dan masyarakat yang acuh terhadap lingkungan

sekitarnya.

Remaja mengalami sosialisasi dalam hidup di tengah-tengah masyarakat.

Pengaruh baik dan buruk selalu muncul. Masa transisi pada kehidupan remaja

dalam pencarian identitas dirinya, remaja sangat terpengaruh oleh pergaulan

sosial masyarakat di sekitarnya. Jika masyarakat di sekitarnya baik maka remaja

tersebut juga akan berkembag menjadi baik dan sebaliknya.

27

Sudarsono. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta. Jakarta, 1991, hal. 130 28

(49)

Pada dasarnya kondisi ekonomi global memiliki hubungan yang erat

dengan timbulnya kejahatan. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan dan

kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia, sebab kedua hal

tersebut akan mempengaruhi keadaan jiwa manusia didalam hidupnya termasuk

anak-anak remaja. Dalam kenyataannya, ada sebagaian anak remaja miskin

yang memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat. Sehingga anak-anak

tersebut melakukan perbuatan melawan hukum terhadap hak milik orang lain

seperti penipuan, pencurian, dan penggelapan. Biasanya hasil dari perbuatan

tersebut mereka gunakan untuk bersenang-senang seperti membeli pakaian yang

bagus-bagus, nonton film sebagainya. Dalam hal ini ada kesan bahwa perbuatan

delinquent tersebut timbul sebagai kompensasi untuk menyamakan dirinya

sebagai kehidupan para keluarga kaya yang biasa hidup gemerlapan dan

berfoya-foya. Kemiskinan keluarga ekonomi lemah bukanlah penyebab

satu-satuntya bagi timbulya kanakalan remaja, akan tetapi memiliki titik singgung

didalamnya. Pendapan lain yang dikemukakan oleh Syaikh al-Utsmani bahwa

faktor-foktor terpenting kenakalan ramaja antara lain:

1) Kekosongan jiwa.

2) Kesenjangan antara kelompok remaja dan kaum tua

3) Bergaul dan berinteraksi dengan kelompok yang menyimpang

4) Buku-buku bacaan yang merusak

5) Angapan yang salah terhadap Islam.29

29

(50)

Selain itu ada beberapa faktor penyebab kemerosotan moral remaja di

lingkungan masyarakat yaitu:

1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat.

Keyakinan beragama didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh

pelaksanaan dan sehat tentang ajaran yang dianutnya, kemudian diselingi

dengan ajaran tersebut merupakan benteng yang kokoh. Jika terjadi

tarikan dari orang lain apakah hal itu sesuai dengan ajaran agama atau

larangan dari agama maka anak itu bisa memilahnya sendiri. Disinilah

remaja mulai goyah, bagi remaja yang didasari agama yang kuat baginya

tiada masalah, tetapi sebaliknya bagi remaja yang tidak didasari dengan

agama yang kuat maka mereka akan terlibat kemerosotan moral.

2. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya

Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya juga mempengaruhi

perkembangan moral anak, bila lingkungan acuh terhadap lingkungan

sekitarnya maka yang terjadi kesewenang-wenangan. Bila masyarakat

bersikap kekeluargaan terhadap lingkungan sekitarnya maka akan damai

yang diperoleh masyarakatnya. Seperti hidup saling tolong-menolong,

bersatu dan saling menghormati maka akan terbentuk moral yang baik

dalam masyarakat itu.

Dari faktor-faktor diatas, maka jelaslah bahwa faktor itu saling

mempengaruhi terhadap perkembangan moral remaja. Bila lingkungan baik maka

akan terbentuk moral yang baik, namun bila lingkungan rusak maka akan

Referensi

Dokumen terkait

Our main contributions can be summarized as follows: (i) we show that classi fi er ensembles formed by diversi fi ed components are promis- ing for tweet sentiment analysis; (ii)

Lama menstruasi adalah durasi atau lamanya darah yang muncul saat menstruasi pada wanita (MedScape), atau jarak dari hari pertama menstruasi (darah keluar dari vagina) sampai

Tekanan terkecil sampai tekanan tertinggi pada alat yang digunakan untuk pencucian piring dengan noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun adalah

1. Kepemimpinan dalam sebuah lembaga atau organisasi adalah suatu aplikasi dari fungsi manajemen yang akan menentukan suatu keberhasilan dan pengembangan lembaga

Strategi kebudayaan tersebut disusun berdasarkan rangkuman Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) dari berbagai wilayah di tanah air dan menjadi dasar perumusan Rencana

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bersama dengan PT Bank DBS Indonesia (DBS) dan KATADATA menggelar kompetisi model bisnis bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) secara khusus

Pada temperatur rendah, proses nukleasi per molekul dan per cluster berjalan relatif lambat dalam kondisi gerakan molekul air yang relatif lebih lambat dan stabil

(IPA) 1987-05-12 LAMONGAN GTY/PTY SMP TERPADU DAARUL MUTTAQIEN. Pemberkasan menunggu proses