UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA
DI SMAN 7 MALANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Dobrian Andariyon 02110061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
LEMBAR PERSETUJUAN
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA
DI SMAN 7 MALANG
SKRIPSI
Oleh :
Dobrian Andariyon 02110061
Telah disetujui pada tanggal 07 Juli 2007 Oleh Dosen Pembimbing :
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 287 892
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA DI SMAN 7 MALANG
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Dobrian Andariyon (02110061)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
20 Juli 2007 dengan nilai B+
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
pada tanggal 20 Juli 2007
Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag Triyo Supriyatno, S.Pd, M.Ag NIP. 150 287 892 NIP. 150 311 702
Penguji Utama, Pembimbing,
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 214 978 NIP. 150 287 892
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Dobrian Andariyon Malang, 07 Juli 2007
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini :
Nama : Dobrian Andariyon
Nim : 02110061
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi
Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian harap di maklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 07 Juli 2007
MOTTO
Artinya :
“Jadilah
Engkau
Pema
ʹ
af
dan
suruhlah
orang
mengerjakan
yang
ma
ʹ
ruf,
serta
berpalinglah
dari
pada
orang
‐
orang
yang
bodoh”.
Allah SWT
,
Tuhan
manusia yang mutlak
kuasa-Nya, tempat
mengadu, berkeluh kesah
dan meminta pertolongan
Bapak dan Ibuku
terkasih, tersayang
Terimakasih sepenuh hati.. ..i
love u so much..
Bapak Sujono dan Ibu Sri Sundari, Bapak Ibu tercintaku
yang selalu menyayangi dan penuh kasih belum seberapa yang
aku persembahkan & belum banyak yang bisa aku berikan sbg
balas kasih sayangmu. Engkau selalu membimbing dan
menjaga, yang telah bekerja keras dan memberi
kepercayaan&semangat hidup serta doa restu sehingga
membuat aku belajar memahami hidup ini, TerimaKasihku
yang dalam...dengan segenap hati. Serta mas-masku Odiek
Debar Andariyon dan Leo Rizal Andariyon, Terima kasih
dukungannya.
Keluarga Om Edy, Mbahku Munasih, Keluarga Mbah Kun, Mas Rudi family, keluarga Emak, MasGio, Mas Putut, Tyas+Rafi=”si kecil novel”, Mbak Dewi. Dan Semua Familyku. Terima kasih Doa dan dukungannya.
kasih dukungannya, terima kasih sarannya. Terima kasih pula sudah memberikan kesempatan walaupun akhirnya Tuhan berkehendak lain, ini hanya masalah takdir saja mbak, terimakasih banyak mbak, Insya’allah saya pasti akan main kesana kok), Novi
cute+Tia cantik+Ayu manis (makasih bangEt lo doa&dukungan
kalian. Eh kalian janGan sentimEnt Gitu donk, jangan jadikan aku
$hOhib + koNcO PKLan,,,kebersamaan hanya menungguwaktu untuk berpisah,bismillah $uk$e$ kabeh...amin,,!!,
TErima kAsih Doa&dukungannya YacH!!!
Oktavian“kecEng”Hendriko
(wes‐wes
wong urip Ceng,mumpung se’ enom di lakoni kabeh,realisasi impian!!!),
Ma’mun“boby”Mahbub S.PdI (enak ‘e rek–rek sarjana disik ‘an!!
Arifin”ArPas”
(wes mangana?ndang kono, ojo mikir abot2 engko
kuru lo yo, ha…ha…ha, bersama wisuda bareng oyi tok!!),Abdul QaDir JaYlani(Tuhan menunggu kita MbaMb0ng, yo’opo sido ta...?mboH kah,jalani saja lah. He!! tak enteni wisudamu, sekedarberucap sElamaT sama2 sudah punya gelar saRjana <saRjaNa MbamBOng>
)
, Wawan(
he! Ojo suwi–suwi nikahe rek–rek, sakno lho yo sing ngenteni...???ketimbang nyesel di disik ‘i wong liyo lho yo???Hih...)
, Muhammad “Bogrek” Subhan(
‘ndang mari rek-rek kuliahe, lha lapo...??lha iyo mboh...)
, M.Aris(
kapan luluse dulur...?jarene kate nikah???)
,K.M.Jamal(
2007 babak baru,dadi Bapak se rek-rek,seLamaT dulur...!)
, A.M.I.Bedon (Mif, sepakat kenapa harus takut? tapi yo di akal disik rek-rek,oyi..tapi dunia selalu terasa indah dengan celotehmu,Qita tunggu ceritera mu berikutnya, cerito o ojo mandeq lho yo..!), Didik (dunia terasa indah saat bisa berbagi,ok!),
K@w@n lan saDuluRan,,,ikatan tali silaturahmi tetep yo dijogo ojo sampe’ pedot,ok!! Dika (podo g’ po-po se rek, thenkyu baNgEt sudah berkenan meminjami tapi sing liyane wakeh singpodo pisan,wealah bah…), Hamim (G’nang Bali maneh ta? Rilek’s
ae dulur,Sing Kuoso Paling Weroh. tapi pancen repot wes kebacut
tresno, don’t giveUp dulur!! aDa yang lebih baik bagimu,ok!
Alhamdulillah amanatnya sudah saya jalankan dengan baik, dia
sudah saya antar Kontrol ke PusKesMas), Uswatun Hasanah
(Wealah, critane mbuLet tapi asyik, eh tiba’e gLethek!!! Di balik
Wajah CeRiamu tersembunyi sosok yg rapuh, klo bingung i‘ll be there for u,he..he..he.. sElamaT nempuh hidup baru Bi’. i know what u feel n thinking, bahagia saja + banyak anak lho yach!!), mba’Shofi (makasih mba’ ya doanya. kapan2 lagi sharing, ditungGu ya mba’.lekas dapat jodoh lho), shodiq (kesempatan
dimanfaatkan aja gae nambah pengalaman, oyi tok wes...), slamet
“Ngopi”purnomo dkk sabatansa (pur yo’opo g’ nang martabak
ta?aku selalu ada untuk yang satu itu, entekno a ewes…ojrit),
bang Tajab (sam suwun, ujiane lancar+guyonan thok)
Teman-temanku di
fakultas Tarbiyah jurusan PAI
2002
,.
Seneng punya teman kuliah kalian
.
Sory tidak bisa
nyebut satu persatu, pokok’e terimakasih semuanya...
Teman-temanku semua yang ada dimana-mana yang
terlalu banyak disebutkan satu persatu, yang aku kenal
ataupun yang belum sempat kenalan, yang berada dalam
satu komunitas tertentu, yang masih aktif kuliah atau yang
sudah tidak lagi kuliah,
terima kasih doa&dukungannya
yo...
G
ood luck!!!
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktu yang direncanakan dengan judul :
“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Problem Kenakalan
Siswa Di SMUN 7 Malang”.
Tujuan Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu tugas yang wajib
ditempuh oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang guna mendapatkan
gelar kesarjanaan.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini, tentunya tidak lepas dari bantuan
beberapa pihak, tentunya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah banyak membantu penulis,
antara lain :
1. Bapak dan Ibu tercinta atas do’a, kasih sayang, dorongan dan semangat.
2. Bapak Prof Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Malang.
3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang.
4. Bapak Drs. M. Padil, M.Pd.I, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Malang.
5. Bapak Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan ilmunya.
7. Bapak Drs Budi, selaku Kepala Sekolah SMUN 7 Malang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Seluruh Guru dan Staf karyawan SMUN 7 Malang yang telah berkenaan
memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Akhirnya menjadi suatu keniscayaan bahwa tiada sesuatu yang sempurna
di dunia ini, karena hanyalah Allah SWT, demikian pula penyusunan skripsi ini
yang masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis semata. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Malang, Juli 2007
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.……….……….i
LEMBAR PERSETUJUAN..………ii
LEMBAR PENGESAHAN………..iii
NOTA DINAS………iv
SURAT PERNYATAAN………...v
MOTTO……….………...……….vi
PERSEMBAHAN………...………..………...vii
KATA PENGANTAR……….viii
DAFTAR ISI………..………..…...x
DAFTAR TABEL……….………...xiii
ABSTRAK………xv
BAB I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang………...…..1
B. Rumusan Masalah………...………...5
C. Tujuan Penelitian……….…...……...5
D. Kegunaan Penelitian…..………...………....…5
E. Ruang Lingkup Pembahasan...……….6
F. Sistematika Pembahasan………..6
BAB II KAJIAN TEORI………...………...9
A. Pengertian Remaja………9
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja………...12
1. Pengertian Kenakalan Remaja……...………...14
2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja………....16
3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja...22
D. Tinjauan Tentang Guru Agama Islam………...………...27
1. Pengertian Guru Agama Islam...………....27
2. Syarat-Syarat Guru Agama Islam………...28
3. Kode Etik Profesi Guru Agama Islam ……..………29
4. Peranan Dan Tugas Guru Agama Islam Dalam Membentuk Kepribadiaan Siswa...……….…31
E. Upaya-Upaya Penangulangan Kenakalan Remaja………….………..33
1. Upaya Penangulangan Secara Preventif……...………...35
2. Upaya Penangulangan Secara Kuratif………38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….………..40
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian………40
B. Lokasi Penelitian……….………...40
C. Metode Penelitian………….……….……….41
D. Tahap-Tahap Penelitian……….…42
E. Teknik Pengumpulan Data ……….…………..………...43
F. Analisa Data………..….46
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data……….46
BAB IV HASIL PENELITIAN……….………….………..50
1. Sejarah Berdirinya SMUN 7…..……..………...…50
2. Struktur Organisasi………..………...…53
3. Keadaan Siswa………..……….54
4. Keadaan Sarana Dan Prasarana…………...………...…54
5. Keadaan Guru Dan Karyawan………...56
B. Penyajian Data Dan Analisis Data………...58
1. Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa Di SMK PGRI Singosari……….58
2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa Di SMUN 7………...66
3. Upaya-Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Problem Kenakalan Siswa Di SMUN 7……….73
BAB V PENUTUP…….………...………..…………...80
A. Kesimpulan……….………..…………...80
B. Saran...………..………...…..………...81
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Andariyon, Dobrian, 2007. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di SMAN 7 Malang. Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
Dosen pembimbing : Drs. A. Fatah Yasin, M.Ag.
Dalam dunia pendidikan, kenakalan pelajar merupakan sebuah fenomena yang selalu menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa akan menentukan maju tidaknya suatu bangsa. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan yang terarah bagi pelajar sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.
Sampai saat ini pendidikan agama Islam masih dianggap belum mampu mengatasi berbagai pengaruh negatif yang timbul dan berpengaruh pada generasi muda sekarang ini. Guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan untuk mengatasi berbagai masalah kenakalan remaja yang terjadi pada siswa, sehingga generasi muda di masa yang akan datang lebih baik dan tidak mudah terjerumus dalam perbuatan yang merugikan dirinya sendiri.
Oleh karena itu berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti mengambil sebuah rumusan yaitu, 1) Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 2) Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?, 3) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di SMAN 7 Malang?.
Penelitian yang peneliti lakukan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dalam pelaksanaan penelitiannya memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskiripsi secara alamiah. Disamping itu dalam mengumpulkan data penulis mengunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi : orientasi, tahap pengumpulan data (lapangan), tahap pengumpulan data. Analisa data meliputi teknik analisis deskriptif kualitatif, sehingga hasil dari penelitian ini lebih banyak menghasilkan data-data yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perlilaku yang diamati.
Dari penelitian ini diperoleh sebuah kesimpulan bahwa, 1) bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : kenakalan-kenakalan kategori ringan seperti : membolos, ramai sewaktu pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas, kelengkapan seragam kurang. 2) faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa di SMAN 7 Malang, antara lain : lingkungan keluarga karena perceraian orang tua, lingkungan masyarakat karena salah dalam memilih teman bergaul, 3) upaya-upaya untuk mengatasi problem kenakalan siswa di SMAN7 Malang, antara lain : upaya preventif (pencegahan) dan upaya kuratif (penyembuhan).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang menyadari bahwa harapan dimasa yang akan datang
terletak pada putra-putrinya, sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar
putra-putrinya kelak menjadi orang yang berguna, oleh karena itu perlu adanya
pembinaan yang terarah bagi putra-putrinya sebagai generasi penerus bangsa,
sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang dicita-citakan.
Berbicara mengenai kenakalan siswa merupakan masalah yang
dirasakan sangatlah penting dan menarik untuk dibahas karena seseorang yang
namanya siswa yang merupakan bagian dari generasi muda adalah aset nasional
dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan Bangsa dan Negara serta
Agama. Untuk mewujudkan kesemuanya demi kejayaan Bangsa dan Negara serta
Agama kita ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua
baik orang tua, guru dan pemerintah. Untuk mempersiapkan generasi muda
menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan/berpengetahuan yang luas
dengan jalan membimbing dan mengarahkan mereka semua sehingga menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral. Berkaitan dengan
hal ini maka winarno Surakhmad, menyatakan1 :
“Adalah suatu fakta didalam sejarah pembangunan umat yang akan
memelihara kelangsungan hidupnya untuk senantiasa menyerahkan dan
mempercayakan hidupnya didalam tangan generasi yang lebih muda itulah yang
kemudian memikul tanggung jawab untuk memelihara kelangsungan hidup
umatnya tetapi juga meningkatkan harkat hidup tersebut. Apabila generasi muda
yang seharusnya menerima tugas penelitian sejarah bangsanya tidak memiliki
kesiapan dan kemampuan yang diperlukan oleh kehidupan bangsa itu, niscaya
berlangsung kearah kegersangan menuju kepada kekerdilan dan akhirnya sampai
pada kehancuran. Karena itu, kedudukan generasi muda dalam suatu masyarakat
adalah vital bagi masyarakat itu” .
Bentuk-bentuk kenakalan siswa itu berbeda-beda seperti halnya di
SMUN 7 MALANG, namun yang jelas telah melanggar hukum, norma agama,
dan tuntutan sosial kemasyarakatan. Dan pada akhir-akhir ini sering terjadi adanya
berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa, misalnya mabuk-mabukan,
menggunakan obat-obat terlarang, berbuat kejahatan yang merusak ketenangan
umum, kebut-kebutan di jalan raya, berkelahi, merampok, dan lain sebagainya.
Sudah barang tentu kondisi seperti ini sangat bertentangan dengan tujuan
pembangunan nasional dan mengambil tujuan nasional2.
Apakah yang menimbulkan kenakalan siswa tersebut ? barangkali
jawaban pertanyaan inilah yang dapat dipakai sebagai landasan berpijak untuk
menemukan berbagai alternatif pemecahannya. Menurut Dr Zakiah Daradjat
dalam bukunya “Kesehatan Mental”, mengemukakan beberapa faktor penyebab
terjadinya kenakalan siswa antara lain :
1. Kurang pendidikan.
2. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan.
3. Kurang teraturnya pengisian waktu.
4. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.
5. Banyaknya film, dan buku-buku bacaan yang tidak baik.
6. Merosotnya moral dan mental orang dewasa.
7. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik.
8. Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak.
Untuk mengatisipasi hal-hal tersebut maka hal utama yang juga perlu
diperhatikan terhadap generasi muda adalah adanya penghayatan terhadap
nilai-nilai PAI. Usaha ini memiliki nilai-nilai baku yang tidak dapat dikesampingkan,
terutama pada proses belajar mengajar dalam sistem pendidikan formal antara
pendidik (guru) dan siterdidik (siswa) akan banyak saling mendukung dan
menunjang proses penghayatan terhadap nilai-nilai PAI (akhlak) tersebut. Namun
dalam hal ini, peran orang tua, remaja mempunyai peran yang tidak kalah
pentingnya dengan guru di sekolah. Karena orang tua juga memberikan contoh
atau suri tauladan yang baik secara langsung terutama yang berhubungan dengan
nilai-nilai akhlak di atas.
Selain itu peranan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang
ketiga setelah keluarga dan sekolah juga memiliki tanggung jawab terhadap
generasi muda (anak-anak remaja) untuk itu serta mengontrol dan melindungi
mereka dari tindakan yang dapat merusak nilai-nilai luhur agama dan berupa
aspek pokok yang terkandung didalamnya serta norma-norma hukum yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat baik yang tertulis maupun yang tidak
Dewasa ini masyarakat sedang mengalami keprihatinan dengan sering
terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh para remaja yang mempunyai status
siswa atau pelajar sekolah. Lebih serius lagi masyarakat yang telah menuduh
sekolah sebagai penyebab terjadinya kenakalan tersebut, karena
kelalaian/ketidakmampuan pihak sekolah dalam mengendalikan tingkah laku
siswa yang dalam keadaan labil dan sensitif. Dipihak lain ada yang menuduh
keluarga sebagai penyebab utamanya, karena di dalam keluargalah pendidikan
pertama anak, sehingga anak remaja dalam berbagai masalah yang menyangkut
dirinya harus benar-benar mendapat bimbingan terarah dari orang tuanya, agar
tidak terjerumus pada perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.
Mengingat betapa pentingnya peranan remaja sebagai generasi muda
bagi masa depan bangsa, maka masalah tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap remaja yang masih mempunyai status siswa.
Dengan demikian peneliti dapat melihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja,
khususnya remaja atau siswa yang pernah atau sedang terlibat kenakalan. Maka
dari itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Siswa di
SMUN 7 Malang”.
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa pokok
permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut yaitu:
1. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang ?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di
SMUN 7 Malang ?
3. Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa di SMUN 7
Malang ?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah tersebut diatas, maka tujuan
penelitian dan pembahasan adalah :
1. Ingin mengetahui bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.
2. Ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
kenakalan siswa di SMUN 7 Malang.
3. Ingin memperoleh gambaran tentang peranan apa saja yang dilakukan guru
Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan siswa di
SMUN 7 Malang.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun harapan dari penulis semoga penelitian ini berguna :
1. Bagi Peneliti :
a. Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat
b. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas sehingga
peneliti dapat tanggap terhadap keadaan yang dihadapi.
2. Bagi sekolah : Sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam
mengatisipasi adanya kenakalan siswa.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana, dan agar penelitian
ini dapat dilakukan secara mendalam dan sistematis, maka penulis perlu
memberikan ruang lingkup yang berkaitan dengan, yaitu :
1. Bentuk-bentuk Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.
2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.
3. Tindakan Dan Usaha Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi
Masalah Kenakalan Siswa di SMUN 7 Malang.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis
membagi pembahasan dalam beberapa bab yang terdiri dari sub bab yaitu :
Bab pertama : Pendahuluan
Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan
dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang : latar
belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan
penelitian, ruang lingkup pembahasan serta sistematika
pembahasan.
Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan
dengan permasalahan dimana didalamnya mengulas tentang :
pengertian remaja, faktor yang mempengaruhi perkembangan
remaja, masalah-masalah kenakalan remaja, tinjauan tentang guru
pendidikan agama Islam, tindakan dan usaha mengatasi masalah
kenakalan remaja
Bab ketiga : Metodologi penelitian
Pada bab ini penulis menjadikan berbagai hal yang berkaitan
dengan metode penelitian yang dimana didalamnya mengulas
tentang : pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, metode
penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,
analisa data, teknik pengecek keabsahan data.
Bab keempat : Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menyampikan hasil penemuan
penulis yang dilakukan pada obyek penelitian yaitu pada SMUN 7
Malang. Dan bagian yang ingin dilaporkan meliputi :
1) Latar Belakang Obyek Penelitian, 2) Penyajian Data dan
Analisis Data dengan berpedoman pada rumusan permasalahan
serta teknik analisa data yang telah dirumuskan.
Bab kelima : Kesimpulan dan saran-saran
Sebagai bahasan terakhir dan sebagai jawaban atas rumusan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Teoritis
Dan Praktis, Guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau
kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok orang, sedangkan guru
sebagai pendidik adalah seseorang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara3.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa beliau memandang seorang guru
bukan hanya sebatas pada seseorang yang secara langsung bisa melakukan
interaksi dengan murid atau yang biasa disebut guru di sekolah, dan memandang
bahwa semua orang bisa menjadi guru asalkan orang tersebut pernah memberikan
suatu ilmu atau kepandaian kepada orang atau kelompok lain.
Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, guru
adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidikan yang terpikul
dipundak orang tua4.
Seorang guru adalah pendidik yang profesional maksudanya adalah
menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap yang baik,
bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi orang tua yang baik bagi
3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Islam Dan Teoritis Praktis, Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 138
siswa. Dengan adanya pendidik yang profesional maka diharapkan bisa
menciptakan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Seorang guru memiliki 2 tugas yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik
adalah membimbing anak atau memimpin mereka agar memiliki tabiat dan
kepribadian yang utama (insan kamil), sedangkan mengajar adalah memberikan
pengetahuan kepada anak agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa,
hukum-hukum ataupun proses dari suatu ilmu pengetahuan5, maksudanya adalah
tugas guru yaitu membentuk kepribadian anak didik yang berakhlak mulia dan
bertanggung jawab terhadap segala perbuatan serta berguna bagi bangsa dan
Negara..
Menurut Muhaimin dkk, dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar,
siapapun dapat menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai
pengetahuan, kemampuan, mampu mengimplisitkan nilai relevan (dalam
pengetahuan itu), sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang
diajarkan, dan bersedia menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada
orang lain6.
Dari pendapat Muhaimin di atas dapat disimpulkan bahwa siapapun bisa
menjadi pendidik ajaran islam, asalkan dia mempunyai pengetahuan tetang agama
islam dan mengajarkan pengetahuan itu kepada orang lain serta mampu untuk
mengamalkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa
dijadikan contoh terhadap apa yang diajarkannya.
5
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo, 1993, hal. 10 6
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.7
Berdasarkan pengertian tentang guru di atas yang dikemukakan oleh para
ahli pendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud guru pendidikan
agama Islam adalah seseorang yang dengan sadar membimbing anak didik ke arah
pencapaian kedewasaan, serta terbentuknya kepribadian anak didik yang islami
sehingga terjalin keseimbangan, kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang guru
agama harus mampu membimbing anak didiknya ke arah yang lebih baik.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, terlebih lagi guru pendidikan
agam Islam di sekolah. Karena guru harus menghadapi keanekaragaman pribadi
dan pengalaman agama yang dibawa oleh anak didiknya dari rumahnya
masing-masing. Ada anak yang mempunyai sikap positif terhadap agama, karena orang
tuanya tekun beragama dan sudah barang tentu didalam pribadinya telah banyak
terdapat unsur-unsur keagamaan. Maka dia mengharapkan agar guru agama dapat
menambah pengalamannya dalam agama. Mungkin pula terdapat anak yang orang
tuanya mempunyai sikap yang kurang peduli terhadap pendidikan agama,
sehingga anak mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap pendidikan agama
dan membuat anak tersebut tidak tertarik pada pelajaran pendidikan agama islam
karena kurang perhatian orang tua terhadap agama..
Menurut Muhaimin, tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta
mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi oaring lain.
c. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
d. Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham atau
budaya lain yang membahayakan dan menghambat pengembangan
keyakinan siswa.
e. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.
f. Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
g. Mampu memahami, melalui pengetahuan agama Islam secara menyeluruh
sesuai dengan daya serap dan keterbatasan waktu yang tersedia.8
Dari pendapat Muhaimin di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas
guru PAI sangat kompleks sekali, bukan hanya sebatas pada meningkatkan
keiman dan ketakwaan anak didik kepada Allah SWT tetapi tugas guru PAI juga
8
harus bisa menuntun anak didik untuk bisa mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh mereka terutama dalam bidang keagamaan dan membimbing anak didik ke
arah yang lebih baik sehigga tercapai keseimbangan kebahagian di dunia dan
akhirat.
Dalam rangka merealisasikan tugasnya dalam membentuk kepribadian
muslim siswa yang merupakan tujuan akhir dari pendidikan agama itu sendiri
perlulah kita ketahui fungsi dari guru itu sendiri. Menurut Syaiful Bahri D. dalam
buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif mengklasikasikan fungsi
guru agama antara lain :
a. Guru sebagai komunikator
Sebagai komunikator seorang guru harus mampu menyiapkan sumber
informasi sebanyak mungkin dan sevalid mungkin, menyeleksi dan mengevaluasi
serta mengolah menjadi sumber informasi yang sesuai dengan keadaan siswa.
b. Guru sebagai inovator
Seorang guru haruslah berwawasan dan berorientasi ke masa depan.
Seorang guru harus mampu menyiapkan anak didiknya untuk masa depan dan
membekalinya dengan pengetahuan yang mampu menjawab tantangan di masa
depan.
c. Guru sebagai emansipator
Di samping sebagai komunikator dan inovator, seorang guru juga
berfungsi sebagai emansipator, baik dari segi pengetahuannya, ketrampilan
maupun dari segi sikapnya sehingga dapat mandiri. Seorang guru harus penuh
semangat untuk membantu anak didiknya menuju ke tingkat perkembangan
d. Guru sebagai transformator dari nilai-nilai budaya bangsa
Seorang guru sebagaimana pengertian secara umum yaitu memberikan
pengetahuan pada anak didiknya, maka seorang guru harus mampu mentransfer
nilai-nilai budaya bangsa dan agama pada diri siswa untuk dimiliknya.
e. Guru sebagai motivator
Seorang guru harus mampu memotivasi siswanya untuk lebih giat dan
aktif dalam belajar dan bekerja serta dinamis dalam mengembangkan dirinya9.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tugas guru agama tidaklah
ringan, karena disamping secara akademik ia dituntut untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan agama kepada anak didik, juga dituntut dalam penanaman nilai-nilai
keagamaan ke dalam pribadi siswa. Sehingga diharapkan siswa akan menjadi
lebih dewasa baik dalam intelektualnya maupun kepribadannya atau akhlaknya.
Seorang pendidik dituntut untuk mampu memainkan peranan dan
fungsinya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Hal ini untuk menghindari
adanya benturan fungsi dan peranan, sehingga seorang pendidik dapat
menempatkan kepentingannya sebagai individu, anggota masyarakat, warga
negara dan sebagai guru, jadi antara keguruan dan tugas lainnya harus
ditempatkan secara proporsional.
Dalam paradigma “jawa”, pendidik diidentikan dengan guru yang artinya
“digugu dan ditiru (ditiru dan dicontoh). Namun dalam paradigma baru, pendidik
tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motifator dan fasilitator
proses belajar mengajar, yaitu refleksi dan aktualisasi sifat-sifat alami manusia
9
dangan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi
kelemahan-kelemahan yang dimiliki.10
Betapa beratnya tugas seorang guru, terutama guru pendidikan agama
islam terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru perbuatannya. Di
rumah mereka menjadi tumpuan keluarga, di sekolah mereka menjadi pedoman
atau ukuran tata tertib kehidupan sekolah yaitu pendidik bagi murid-muridanya.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani, tanggung jawab guru antara lain:
a. Tanggung jawab moral, yakni setiap guru harus memiliki kemampuan,
menghayati prilaku, dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, yakni setiap guru
harus menguasai cara belajar mangajar yang efektif, mampu membuat
satuan pelajaran, mampu kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas,
mampu memberikan nasehat, menguasai teknik-teknik pemberian
bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan
lain-lain.
c. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta
mensukseskan pembangunan dalam masyarakat, yakni untuk itu guru harus
mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.
d. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yakni guru selaku ilmuan,
bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang
10
telah menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan
pembangunan11.
Tangung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti
guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral dari
masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Pendidikan bukan hanya
tanggung jawab masyarakat. Untuk itu guru dituntut untuk dapat menumbuhkan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus
dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dengan meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di masyarakat.
Dalam situasi sekarang tugas dan tanggung jawab guru dalam
pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat nampaknya
belum banyak dilakukan oleh banyak guru. Yang paling menonjol hanyalah tugas
dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas.12
Dapat diketahui bahwasanya guru agama dalam proses pendidikan itu
tidak hanya mengajarkan bidang studi, tetapi lebih jauh lagi mendidik
perkembangan jasmani dan rohani anak, membentuk sikap dan pribadi anak sesuai
dengan ajaran islam. Tugas guru agama sehari–hari di kelas adalah mengatur
waktu dalam proses pembelajaran, dan membangkitkan semangat belajar anak,
dan tugas yang pokok adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama,
menanamkan keimanan dalam jiwa anak didik agar anak didik taat dalam
manjalankan ajaran agama, serta berbudi pekerti luhur.
11
Cece Wijaya, Kemapuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Rosda Karya, Bandung. 1992, hal. 19
12
B. Pembahasan Tentang Kenakalan Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut Melly Sri Sulastri Rifa’i remaja adalah pemuda pemudi yang
berada pada masa perkembangan disebut masa “adolescence” (masa remaja
menuju masa kedewasaan).13 Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam
kehidupan manusia, di mana seorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi,
tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada
umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju kearah kedewasaan.
Masa remaja adalah masa perlihan diri anak menjadi dewasa yang dimulai
dengan timbulnya tanda-tanda puber yang pertama dan berakhir pada waktu
remaja mencapai kematangan fisik dan mental. Hakikat remaja adalah disaat
menemukan dirinya sendiri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba
yang baru untuk menjadi pribadi yang dewasa.14
Masa remaja dibagi menjadi dua tingkat yaitu:
1. Masa remaja awal kira-kira-kira pada usia 13-16 tahun, dimana
pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat.
2. Masa remaja akhir, kira-kira usia 17-21 tahun. Dalam rentangan masa ini
terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan
13
Melly Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja, Bina Aksara Remaja, 1987, hal. 1
14
aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya. Arahnya
adalah kesempurnaan kematangan.15
Pada masa seperti ini remaja mengalami perkembangan baik dari segi fisik
maupun psikis. Dari segi psikis pada remaja sering terjadi pemberontakan dalam
jiwa, emosi yang tidak stabil sehingga mendorong seorang remaja untuk berbuat
seenaknya sendiri tanpa memikirkan akibatnya karena mereka merasa bahwa
dirinya sudah dewasa dan mampu untuk mempertanggungjawabkan semua yang
telah diperbuatnya. Padahal pada masa seperti ini merupakan masa peralihan
untuk mencapai kesenpurnaan kematangan atau masa dewasa. Mereka tidak bisa
disebut sebagai anak-anak lagi dan belum bisa disebut sebagai orang dewasa.
2. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja bisa diartikan sebagai suatu kelalaian tingkah laku,
perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial yang melanggar
norma-norma dalam masyarakat. Sedang ditinjau dari segi agama, jelas sudah bahwa apa
yang dilarang dan apa yang disuruh oleh agama. Dan sudah barang tentu semua
yang dianggap oleh umum sebagai perbuatan nakal, adalah hal-hal yang dilarang
agama16. Kenakalan remaja adalah suatu penyimpangan tingkah laku yang
dilakukan oleh remaja hingga menggangu ketentraman diri sendiri dan orang lain.
Bila ditinjau dari segi ilmu jiwa maka kenakalan adalah sebagai
manivestasi dari gangguan jiwa atau akibat dari tekanan-tekanan batin yang tidak
15
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1990, hal. 36 16
dapat diungkapkan dengan wajah. Atau dengan kata lain bahwa kenakalan anak
remaja adalah ungkapan dari ketegangan perasaan, kegelisahan dan kecemasan
atau tekanan batin17.
Sudah dijelaskan dari berbagai pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan dan perbuatan yang
dilakukan anak remaja dan perbuatan itu bersifat melawan hukum, anti sosial,
susila dan melanggar norma agama.
3. Jenis-jenis Kenakalan Remaja
Masalah kenakalan merupakan masalah yang menjadi perhatian orang
dimana saja, masalah ini semakin dirasakan dan meresahkan masyarakat terutama
dilingkungan sekolah. Jensen membagi kenakalan remaja ini menjadi 4 jenis,
yaitu:
a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:
perkelahian, pemerkosaan , perampokan, pembunuhan dan lain-lain.
b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti: perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain
seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat dan juga hubungan seks sebelum
menikah.
d) Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, megingkari status orang tua
17
dengan cara pergi dari rumah atau membantah perintah orang tua dan
sebagainya18.
Sedangkan menurut Y. Singgih Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa
mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar sesuai dengan
kaitannya dengan norma hukum, yaitu: kenakalan remaja yang banyak terjadi
pada saat ini adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diakui dalam
undang-undang. Adapun perilaku a-moral dan a-sosial tersebut indikasikasinya
adalah sebagai berikut:
a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran
hukum.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.19
Kenakalan yang banyak dijumpai pada saat ini adalah yang bersifat
a-moral dan a-sosial, indikasinya adalah sebagai berikut: berbohong, membolos,
kabur dari rumah, keluyuran, memiliki dan membawa benda yang membahayakan
orang lain, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, berpesta pora
semalam suntuk tanpa pengawasan, membaca dan menonton film porno, turut
dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan
minum-minuman keras atau menghisap ganja atau pemakaian narkoba
18
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Rajawali Pres, Jakarta, 1991, hal. 200-201 19
Sedangkan kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan
melalui hukum dan seringkali bisa di sebut dengan istilah kejahatan. Adapun
kenakalan yang di anggap melangar hukum tersebut indikasinya adalah sebagai
berikut: perjudian, pencurian, penggelapan barang, penipuan, pelanggaran tata
susila, menjual gambar dan film porno, pemerkosaan, pemalsuan uang dan
pemalsuan surat-surat keterangan resmi, pembunuhan dan tindakan-tindakan anti
sosial: perbuatan yang merugikan milik orang lain, pengguguran kandungan. 20
Sedangkan Zakiyah Darajat, beliau mengatakan bahwa kenakalan remaja
dibagi dalam tiga bagian:
a. Kenakalan ringan diantaranya: tidak patuh pada orang tua, lari atau bolos
dari sekolah, sering berkelahi. cara berpakaian.
b. Kenakalan yang menggangu ketentraman orang lain, yaitu: mencuri,
menodong, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaan
Narkotika.
c. Kenakalan seksual meliputi: kenakalan terhadap terhadap jenis lain dan
kenakalan terhadap orang sejenis. 21
a. Kenakalan ringan.
Yang dimaksud dengan kenakalan ringan disini adalah suatu kenakalan
yang tidak sampai pada pelangaran hukum.
1. Tidak patuh pada orang tua.
Hal seperti ini biasanya terjadi pada kalangan remaja, dia tidak
segan-segan menentang apa yang dikatakan orang tua dan gurunya bila tidak sesuai
20
Ibid hal. 20-22 21
denga pikirannya. Remaja mulai mengalami konflik atau pertentangan dengan
orang tua atau guru yang biasanya keduanya masih berpegang pada nilai-nilai
lama, yaitu nilai yang tidak sesuai dengan zaman sekarang. Remaja tidak mau
patuh pada semua perintah pada orang tua. Padahal Allah memerintakahkan
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
2. Lari atau bolos dari sekolah.
Banyak kita temui dipinggir jalan, hanya sekedar melepas kejenuhan di
sekolah, remaja tidak luput dari kelihan para guru. Hasil presentasipun menurun
tudak hanya mengecewakan wali murid dan guru. Kadang remaja berlagak alim
di rumah denga pakaian seragam sekolan mereka pergi entah ke mana, dan bila
waktu sekolah merekapun pulang pada tepat waktunya. Guru seolah-olah
kehabisan cara untuk menarik minat remaja agar tidak lari dari sekolah
khususnya pada jam pelajaran. Namun begitu masih saja ada saja remaja yang
masih berusa melarikan diri dari sekolah dengan alasan ke belakang sebentar,
namun akhirya tudak kembali kekelas lagi.
3. Sering berkelahi.
Sering berkelahi adalah merupakan salah satu dari gejala kenakalan
remaja, remaja dengan perkembangan emosi yang tidak stabil yang telah
mengikutu kehendak tanpa memperdulikan orang lain, remaja yang sering
berkelahi biasanya kurang perhatiannya dari oaring tua tau lingkungannya
sehinnga ia mencari perhatian orang lain untuk menunjukan kekuatannya yang
dianggap sebagai orang yang hebat yang hanya sekedar untuk membela diri.
Remaja pada dasarnya mempunyai sifat meniru orang lain, terutama pada
pakaian yang lain yang terlihat pada iklan-iklan ataupun yang dipakai oleh
bintang pujaanya. Di rumah atau di sekolah remaja dengan bergaya roker
memakai celana ketat dan baju yang kedodoran., dan memakai corak baju yang
biasanya dipakai oleh remaja walaupun tidak sesui dengan keadaan dirinya,
yang penting baginya mengikuti mode zaman sekarang. Pakaian yang baik
adalah pakaian yang tidak memancing hasrat dan gairah biologis misalnya
bajunya ketat, tipis lebih-lebih bagi wanita karena akan mengundang fitnah.
b. Kenakalan yang menggangu ketentraman dan keamanan orang lain.
Kenakalan ini adalah suatu kenakalan yang dapat digolongkan pada
pelanggaran hukum sebab kenakalan ini menggangu ketentraman dan keamanan
masyarakat.
1. Mencuri.
Mencuri adalah suatu perbuatan yang mengambil milik orang lain tanpa
izin.Banyak sudah kita temukan kejadian pencurian yang dilakukan oleh remaja,
karena tidak terpenuhinya kebutuhan remaja ataupun juga sudah terpenuhi
kebutuhan tetapi karena hanya untuk mencari jati dirinya atau status dirinya.
Pencurian yang dilakukan remaja kebanyakan terjadi dikota-kota besar karena
keadaan lingkungan atau teman bergaul. Mencuri sangat dibenci oleh Allah
karena merugikan orang lain dan pencurian membuat jiwanya cenderung
ä
−
Í
‘$
¡
¡
9
$#u
ρ
è
π
s
%
Í
‘$
¡
¡
9
$#u
ρ
(#
þ
θ
ã
èsÜ
ø
%
$$sù
$y
ϑ
γ
ß
t
ƒ
Ï
‰
÷
ƒ
r&
L
™
!#t“y_
$y
ϑ
Î
/
$t7|¡x
.
W
ξ≈
s
3
t
Ρ
z
⎯
Ïi
Β
«!$#
3
ª!$#u
ρ
î
“
ƒ
Í
•tã
Ò
ΟŠ
Å
3
ym
∩⊂∇∪
Artinya :
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”22.
2. Menodong.
Menodong adalah suatu perbuatan remaja yang lebih berani lagi
dibandingkan dengan mencuri, sebab remaja sudah berani berhadapan langsung
dengan korbannya.perbuatan senacam ini biasanya dilakukan remaja denganm
teman-teman sekelompoknya. Remaja seperti ini biasanya tidak me,mperhatikan
lingkungannya lagi, sebab bagi dirinya yang terpenting kebutuhannya terpenuhi.
3. Kebut-kebutan dijalan raya.
Sudah tidak heran lagi bagi kita mendengar atu melihat para remaja
mengadakan kebut-kebutan dijalan umum, sehingga perbuatanya ini tidak hanya
meresahkan orang tuanya tetapi juga masyarak umum. Perbuatan semacam ini
hanyalah untuk untuk menunjukan keheban yang mereka miliki dan perhatian
dari orang lain. Mereka akan lebih berani lagi melakukan atraksi yang
mengerikan bila mendapat tepuk tangan yang meriah. Bila orang tua atau
lingkungan tidak menyalurkan bakat yang ia miliki mengakibatkan akan lebih
22
parah lagi, akibatnya remaja akan melakukan kebut-kebutan disembarang
tempat dan meresahkan lingkungan untuk itu orang tua yang bijaksan
memasukan anaknya pada kelompok atau mengarahkan pada kegiatan yang
kebih positif lagi. Anak yang biasanya kebut-kebutan dimasukan cross agar
bakat yang dimiliki tersalurkan dengan positif dan mendapatkan prestasi.
4. Minum-minuman keras.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa minum-minuman keras yang
mengandung alkohol yang berlibihan mempunyai dampak terhadap system
syaraf manusia yang menimbulkan semangat dan keberanian yang menyebabkan
ngantuk yang bisa menimbulkan rasa tenang dan nikmat. Sebagaian orang
mengetahui alkohol dari dosis yang berlebihan bisa membahayakan jiwa orang
yang bersangkutan. Minum-minuman keras sangat dilarang Allah, Sebagaimana
terdapat dalam surat Al-Maidah Ayat 90, yang berbunyi:
$p
κ
š
‰
r'¯
≈
t
ƒ
t
⎦⎪
Ï
%
©
!$#
(#
þ
θ
Ψ
ã
t
Β
#u
™
$y
ϑ
¯
Ρ
Î
)
ã
ô
ϑ
sƒ
ø
:
$#
ç
Å
£
ø
Š
y
ϑ
ø
9
$#u
ρ
Ü
>$|Á
Ρ
F
{
$#u
ρ
ã
Ν≈
s
9
ø
—F
{
$#u
ρ
§
Ó
ô
_
Í
‘
ô
⎯
Ïi
Β
È
≅
y
ϑ
tã
Ç
⎯≈
sÜ
ø
‹
±
¤
9
$#
ç
νθ
ç
7
Ï
⊥
tG
ô
_$$sù
ö
Ν
ä
3
ª
=
yès
9
βθ
t
ß
s
Î
=
ø
è
?
∩®⊃∪
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) Khomer, berjudi,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan”23
5. Penyalahgunaan narkotika.
23
Depag RI, Op Cit
Masalah pengggunaan narkotika pada remaja pada hakekatnya bukan
masalah yang berdiri sendiri, melainkan musuh yang ternyata mempunytai
sangkut paut dengan faktor-faktor lainnya, yang timbul dalam kehidupan
manusia. Dengan demikian penyalahgunaan narkotika oleh para remaja
merupakan suatun pernyataan yang mendapat perhatian khusus dari semua
pihak yang merasa bertanggung jawab dalam pembinaan generasi muda.
c. Kenakalan seksual
Pengertian seksual tidak terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga
masalah psikis dimana perasaan ingin tahu anak-anak terhadap masalah seksual
mulai muncul. Perkembangan masalah seksual baik secara fisik maupun psikis,
kerap sekali tidak disertai dengan pengertian yang cukup untuk
mengahadapinya, baik dari anak sendiri maupun pendidik serta orang tua yag
tertutup dengan masalah tersebut. Sehingga timbullah masalah kenakalan
seksual, baik antara lawan jenis maupun sesama jenis.
Kenakalan seksual meliputi:
1. Kenakalan seksual terhadap lawan jenis.
Dengan perkembangan dan kematangan seksual maka seorang anak akan
tertarik pada lawan jenisnya dan menginginkan belaian kasih sayang dari lawan
jenisnya. Bila seorang remaja tidak mendapatkan pengarahan atau didikan
tetang tentang bahayanya seks bebas (free sex), maka ia akan mencari teman
kencan atau pasangannya yang suatu saat bias menimbulkan keintiman seksual,
dan akhirnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti: hamil di luar nikah
bagi si wanita, terjangkit virus HIV dan lai-lain.
Bila seorang remaja memiliki rasa kagum terhadap sesame jenisnya,
akhirnya menyebabkan ikatan dan terbentuknya pola tingkah laku seksual yang
menyimpang yaitu yang biasa disebut homo seksual. Remaja mengalami
kelainan tersebut biasanya dipengaruhi oleh buku-buku bacaan, lingkungan serta
film-film yang dilihatnya.
4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Dalam menanggapi banyak kasus yang menimpa pada anak remaja
khususnya para pelajar, kita kembalikan terhadap kemampuan orang tua dalam
mendidik anaknya. Orang tua dianggap kurang mampu menanamkan keimanan
pada anaknya. Lingkungan yang kurang mendukung juga ikut dianggap sebagai
penyebabnya, gurupun ikut dianggap tanggung jawab secara garis besar faktor
kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, sekolah
dan masyarakat.
a). Faktor keluarga
Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi dan tumpuan dasar
fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, lingkungan keluarga
secara potensial dapat membentuk pribadi anak untuk hidup secara lebih
bertanggung jawab, namun apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal
akan terbentuk seorang anak yang cenderung melakukan tindakan -tindakan
kriminal. Dalam islam ditegaskan oleh hadis nabi, bahwa orang tua atau
keluarga faktor yang paling menentukan, sebagaiman hadits Rasulullah Saw:
ع ن
ا ل أ س و د
ب ن
س
ر ب ع
م و ل و د
ي و ل د
ع ل ى
ا ل ف ط ر ة
ح ت
ى
ي ع ر ب
ع ن ﻩ
ل س ا ن ﻩ
ف ا ب و ا ﻩ
ي ﻩ و د ا ن ﻩ
أ و
ي ن ص ر ا ن ﻩ
أ و
ي م ج
س ا ن ﻩ
(
ر و ا ﻩ
أ ب و
ي ع ل ي
ا ل ط ب ر ا
ن ي
و ا ل ب ي ﻩ ق ي
)
Artinya:
“ Dari Aswad bin Sari sesungguhnya nabi bersabda: setiap anak yang
dilahirkan dalam keadaan suci, sampai lidahnya fasih dalam berbicara,
maka orang tuanyalah yang menjadikan anak menjadi Yahudi, Nasrani
dan Majusi”. (HR: Abu Ya’la, Tabrani dan Baihaqi)24
Adapun diantara faktor keluarga yang menjadi penyebab terjadinya
kenakalan remaja adalah:
1. Kurangnya perhatian pada anak
Kehidupan dalam rumah tangga kadang terjadi apa yang dimaksud
dengan tidak adanya pertimbangan perhatian maksudanya adalah
pertimbanggan orang tua dengan tugas tugasnya harus menyuruh.
Masing-masing tugas menuntut perhatian yang penuh dengan sesuai dengan
posisinya. Kalau tidak demikian akan terjadi keseimbangan yang
dibebankan orang tua dalam perkembagan anak. Artinya tidak dibutuhkan
24
stabilitas keluarga, pendidikan, pemeliharaan fisik dan psikis termasuk
kehidupan relegius. Kalau perhatian orang tua terhadap tugas-tugas sebagai
seorang pendidik dan sekaligus ayah atau ibu bagi anak tidak seimbangan
berarti kebutuhan anak dapat terpenuhi yang menyebabkan anak tersebut
bisa menempuh jalan yang bengkok tanpa ada kontrol dari orang tua, serta
membaca majalah-majalah cabul dan menikmati gambar-gambar telanjang.
2. Kurang tauladan dari orang tua.
Ketauladanan yang baik dari orang tua sangat diperlukan, baik dalam
bentuk tingkah laku seorang ayah atau ibu, adiknya, kakak-kakaknya
maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Banyak anak yang merosot
moralnya karena sikap ayah atau ibu kurang baik. Bila orang tua tidak
memberi tauladan yang baik mengenai sikap tersebut akan berpengaruh
terhadap perkembangan moral anak secara tidak langsung, yaitu melalui
proses peniruan sebab orang tua adalah orang yang paling dekat dengan
dirinya dan ditemui setiap hari.
3. Kurangnya pendidikan agama dalam keluarga.
Kadang orang tua beranggapan pendidikan itu hanya diberikan di
sekolah saja sedang di rumah tidak perlu lagi, orang tua tidak menyadari
bahwa kehidupan di rumah lebih lama dibanding di sekolah yang hanya
beberapa jam saja. Dan yang lebih fatal lagi bila orang tua beranggapan
masalah pendidikan agama tidak lebih penting, yang lebih penting adalah
pendidikan umum.
Bila keluarga mempunyai anggapan seperti itu, maka akan terjadi
pendidikan agama dalam kebutuhan sehari-hari dan sungguh-sungguh orang
tua menghayati kepercayaan kepada Tuhan, akan mempengaruhi sikap dan
tindakannya. Hal ini juga akan berpengaruh juga terhadap cara orang tua
dalam mengasuh, memelihara, mengajar, dan mendidik anaknya. Anak yang
dibekali dengan ajaran agama, semua itu dapat menjadi dasar yang kuat
untuk perkembangan moral anak serta keseluruhan kehidupan di kemudian
hari. Sebaliknya bila anak tidak mendapat ajaran agama dari kelurga, anak
menjadi goyah dan tidak terkontrol lagi bagi dirinya, halal dan haram akan
mereka kerjakan.
4. Keadaan sosial ekonomi rendah
Keluarga yang sejahtera ekonominya kemungkinan kecil terjadi
disorganisasi keluarga, kebutuha pokok keluarga sudah terpenuhi rumah,
sandang, papan dan pangan memenuhi ukuran standart, hiburan dan sekolah
cukup memadai hal ini lebih banyak menimbulkan sikap positif dan
sehatbagi keluarga.
Bila sosial ekonomi rendah kebutuhan pokok tidak terpenuhi, sehingga
secara ekonomi beban ekonomi itu mempengaruhi orang tua hingga
mungkin sering terjadi pertengkaran yang dikarenakan kebutuhan pokok
ekonomi tidak terpenuhi dengan layak.
5. Broken Home
Sudarsono memaparkan bahwa pada broken home ada kemungkinan
besar terjadinya kenakalan anak remaja. Beliau menandaskan terutama pada
perceraian dan perpisahan orang tua. Broken home bisa berupa:
b. perceraian orang tua.
c. orang tua terpisah tidak bisa hadir secara kontinyu25.
Pada keluarga yang mengalami broken home, rentan sekali terjadi
ketidak harmonisan dalam keluarga sehingga akan membuahkan
permasalahan atau tetakan psikis pada anak dan sering terjadi konflik yang
dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja.
b). Lingkungan Sekolah.
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah pendidikan
dalam lingkungan keluarga, bagi anak yang sudah bersekolah maka lingkungan
yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak
remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA umunya menghabiskan
waktu 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti hampir setiap hari dilewatkan
remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap
perkembangan jiwa remaja cukup besar. Selama mereka menempuh pendidikan
di sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan pendidik. Interaksi yang
mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif
bagi perkembagan mental sehingga anak remaja menjadi nakal.
Adapun diantara faktor lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya
kenakalan remaja adalah:
1. Pengaruh teman sekolah
Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik.Mereka
juga ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan
25
anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai
dengan keadaan seperti ini, sekolah-sekolah sebagai tempat pendidikan anak
dapat menjadi sumber terjadinya konflik-konflik psikologis yang pada
prinsipnya memudahkan anak menjadi nakal.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah barang tentu diharapkan
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sebagaimana keluarga, sekolah juga berfungsi menanamkan nilai-nilai atau
norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat disamping mengajarkan berbagai
ketrampilan dan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, sehingga anak
remaja setelah lulus selain memiliki ketrampilan dan ilmu pengetahuan juga
diharapkan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sebagai bekal dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Hubungan Guru dengan siswa
Guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membantu remaja
untuk mengatasi kesulitannya, yang kadang-kadang kurang mampu memusatkan
perhatiannya terhadap pelajaran, mudah tersinggung atau condong bertengkar
dengan temannya. Keterbukaan hati guru menerima remaja yang demikian akan
menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.26
Namun dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil,
hukuman atau sangsi-sangsi yang kurang menunjang tercapainya tujuan
pendidikan, ancapan yang tiada putus-putusnya disertai disiplin yang terlalu
ketat,disharmonis antara peserta didik dan pendidik, kurangnya kesibukan
belajar di rumah, proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi
26
perkembangan jiwa anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap peserta didik di sekolah sehingga dapat menimbulkan
kenakalan remaja.(juvenile delinquency).27
c). Keadaan Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan tertier adalah lingkungan yang terluas
bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan28. Pada
lingkungan itulah remaja dihadapkan pada berbagai bentuk kenyataan yang ada
dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Apalagi pada era globalisasi
seperti sekarang ini perkembangan moral, budaya, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang dengan pesat, sehingga membawa perubahan yang
sangat berarti tetapi juag timbul masalah yang mengejutkan jika remaja tersebut
tidak pandai-pandai dalam memfilter nilai-nilai moral dan budaya dari luar yang
sedang berkembang pada saat ini. Maka dalam situasi itulah yang menimbulkan
melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat yang kurang
berlandaskan pada agama dan masyarakat yang acuh terhadap lingkungan
sekitarnya.
Remaja mengalami sosialisasi dalam hidup di tengah-tengah masyarakat.
Pengaruh baik dan buruk selalu muncul. Masa transisi pada kehidupan remaja
dalam pencarian identitas dirinya, remaja sangat terpengaruh oleh pergaulan
sosial masyarakat di sekitarnya. Jika masyarakat di sekitarnya baik maka remaja
tersebut juga akan berkembag menjadi baik dan sebaliknya.
27
Sudarsono. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta. Jakarta, 1991, hal. 130 28
Pada dasarnya kondisi ekonomi global memiliki hubungan yang erat
dengan timbulnya kejahatan. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan dan
kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia, sebab kedua hal
tersebut akan mempengaruhi keadaan jiwa manusia didalam hidupnya termasuk
anak-anak remaja. Dalam kenyataannya, ada sebagaian anak remaja miskin
yang memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat. Sehingga anak-anak
tersebut melakukan perbuatan melawan hukum terhadap hak milik orang lain
seperti penipuan, pencurian, dan penggelapan. Biasanya hasil dari perbuatan
tersebut mereka gunakan untuk bersenang-senang seperti membeli pakaian yang
bagus-bagus, nonton film sebagainya. Dalam hal ini ada kesan bahwa perbuatan
delinquent tersebut timbul sebagai kompensasi untuk menyamakan dirinya
sebagai kehidupan para keluarga kaya yang biasa hidup gemerlapan dan
berfoya-foya. Kemiskinan keluarga ekonomi lemah bukanlah penyebab
satu-satuntya bagi timbulya kanakalan remaja, akan tetapi memiliki titik singgung
didalamnya. Pendapan lain yang dikemukakan oleh Syaikh al-Utsmani bahwa
faktor-foktor terpenting kenakalan ramaja antara lain:
1) Kekosongan jiwa.
2) Kesenjangan antara kelompok remaja dan kaum tua
3) Bergaul dan berinteraksi dengan kelompok yang menyimpang
4) Buku-buku bacaan yang merusak
5) Angapan yang salah terhadap Islam.29
29
Selain itu ada beberapa faktor penyebab kemerosotan moral remaja di
lingkungan masyarakat yaitu:
1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat.
Keyakinan beragama didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh
pelaksanaan dan sehat tentang ajaran yang dianutnya, kemudian diselingi
dengan ajaran tersebut merupakan benteng yang kokoh. Jika terjadi
tarikan dari orang lain apakah hal itu sesuai dengan ajaran agama atau
larangan dari agama maka anak itu bisa memilahnya sendiri. Disinilah
remaja mulai goyah, bagi remaja yang didasari agama yang kuat baginya
tiada masalah, tetapi sebaliknya bagi remaja yang tidak didasari dengan
agama yang kuat maka mereka akan terlibat kemerosotan moral.
2. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya
Sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya juga mempengaruhi
perkembangan moral anak, bila lingkungan acuh terhadap lingkungan
sekitarnya maka yang terjadi kesewenang-wenangan. Bila masyarakat
bersikap kekeluargaan terhadap lingkungan sekitarnya maka akan damai
yang diperoleh masyarakatnya. Seperti hidup saling tolong-menolong,
bersatu dan saling menghormati maka akan terbentuk moral yang baik
dalam masyarakat itu.
Dari faktor-faktor diatas, maka jelaslah bahwa faktor itu saling
mempengaruhi terhadap perkembangan moral remaja. Bila lingkungan baik maka
akan terbentuk moral yang baik, namun bila lingkungan rusak maka akan