• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Personal Hygiene Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Personal Hygiene Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Chapter III VI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

merekomendasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel.Kerangka konsep membantu peneliti dalamenghubungkan hasil

penemuan dengan teori (Nursalam, 2010). Kerangka penelitian bertujuan untuk

mendapatkan gambaran personal hygiene anak usia sekolah di Lingkungan IX

Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Personal hygiene terdiri atas

kebersihan

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Perilaku personal

hygiene :

1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan

(2)

3.2Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Definisi

operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena.Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian (Setiadi, 2007).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Perilaku personal hygiene

Perilaku personal

hygiene merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar) mengenai

personal hygiene.

Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami responden tentang personal

hygiene :

(3)

41 untuk bertindak dalam

personal hygiene :

Kebersihan kulit, rambut, gigi dan mulut, mata, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan.

b. Tindakan

Pelaksanaan (praktik) responden dalam pemeliharaan

personal hygiene :

(4)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang

suatu keadaan secara objektif (Setiadi, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi perilakupersonal hygiene anak usia sekolah di Lingkungan IX

Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

4.2.Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 4.2.1. Populasi

Populasi adalah kelompok yang dipilih dan digunakan oleh mahasiswa

atau peneliti karena kelompok itu akan memberikan hasil penelitian yang dapat

digeneralisasi (Leo, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah

di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

dengan jumlah populasi 37 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009). Jumah

sampel yang dibutuhkan awalnya berjumlah 37 orang.Jumlah sampel yang bisa

diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang karena 3 orang responden

tidak bersedia dilakukan penelitian. Penentuan jumlah sampel menggunakan total

samplingyaitu cara penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota

populasi sebagai responden atau sampel. Jika subjek penelitian kurang dari 100

(5)

43

2010). Responden dalam peneitian ini adalah anak usia 6-12 tahun yang tinggal di

Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan

Medan Maimun Kota Medan. Alasan dilakukan penelitian di lokasi ini adalah

karena memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan

dalam penelitian ini. Selain itu, di tempat ini belum pernah diteliti

mengenaiperilaku personal hygiene anak usia sekolah. Penelitian ini dilakukan

pada tanggal 2 Juni – 25 Juni 2017.

4.4.Pertimbangan Etik

Penelitian dimulai setelah Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Keperawatan USU memberikan persetujuan bahwa proposal penelitian layak

diteruskan untuk diteliti.Selanjutnya peneliti mendapatkan izin dari institusi

pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan Kepala Lingkungan di

Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

Beberapa prinsip etik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan

sebelum penelitian dilakukan.Tujuannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka ia harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti

(6)

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity artinya tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode tertentu pada lembar kuesioner

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Prinsip ini merupakan prinsip etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

4. Justice (keadilan)

Prinsip ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama dari peneliti, tanpa membedakan suku, ras,

dan agama.

4.5.Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

pengumpul data berupa kuesioner yang disusun dengan berpedoman pada konsep

dan tinjauan pustaka.Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data

demografi dan kuesioner perilaku personal hygiene.

Data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden

yang meliputi : nomor responden, jenis kelamin, kelas, suku, agama, pekerjaan

orang tua, penghasilan orang tua, peran keluarga.

Kuisioner perilaku personal hygiene terdiri dari 15 pertanyaan

(7)

45

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 15 pernyataan dengan pilihan jawaban:

A, B, C, dengan kategori, ‘benar’ nilainya 1 dan ‘salah’ nilainya 0. Pertanyaan

nomor 1 tentang defenisi personal higiene, pertanyaan nomor 2 tentang tujuan

personal hygiene, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 tentang

jenis-jenis personal hygiene. Skor pengetahuan baik: 11-15, sedang: 5-10, dan

kurang: 0-4.

Kuesioner sikap terdiri dari 16 pernyataan dengan menggunakan skala

Gutman dengan menggunakan pernyataan positif nomor 1, 2, 5, 13, 14, 16 dan

negatif nomor 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15. Pernyataan positif, tidak

setujubernilai 1, setuju bernilai 2 dan pernyataan negatif, tidak setuju bernilai 2,

setujubernilai 1. Skor untuk sikap positif: 9-16 dan negatif: 0-8.

Kuesioner tindakan 20 pernyataan dengan menggunakan skala Likert

denganmenggunakan pernyataan positif nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20. Pernyataan positifsering bernilai 3, kadang-kadang

bernilai 2, tidak pernah bernilai 1. Skor tindakan baik: 40-60, tidak baik: 20-39.

4.6.Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010).Validitas adalah suatu indeks

yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji

validitas yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan uji validitas isi

(content validity) yaitu untuk menilai sejauh mana instrumen tersebut dapat

(8)

sehingga dapat menilai seberapa jauh keseluruhan poin instrumen mewakili isi

yang sudah ditetapkan (Dempsey & Dempsey, 2002).Uji validitas dilakukan pakar

yang ahli dalam penelitian ini.Kuesioner penelitian diujikan kepada satu orang

dosen keperawatan Fakultas Keperawatan USU.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Kuesioner penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti.Oleh karena itu

penting untuk dilakukan uji reliabilitas.Reliabilitas ialah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 11 orang anak usia

sekolah diluar sampel penelitian, serta melakukan pengolahan data dengan

menggunakan teknik komputerisasi yaitu dengan uji cronbach alpha. Nilai

reliabilitas untuk instrumen perilaku personal hygiene anak adalah 0,74.

Instrumen yang baru, sesuai referensi Polit, Beck, & Hungler (1996) yang

menyatakan suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya >0.70.

4.7.Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner atau angket.

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat surat izin pelaksanaan

penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan surat izin dari

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Kantor Wilayah Sumut

(9)

47

Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara mengumpulkan sampel penelitian yang ditemui disuatu tempat/

ruangan. Saat pengumpulan data, peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan

prosedur pengumpulan data kepada orangtua calon responden. Jika bersedia

peneliti meminta orangtua calon responden untuk menandatangani informed

consent sebagai bentuk persetujuan bersedia mengijinkan anaknya menjadi

responden.

Responden kemudian diwawancarai sesuai dengan panduan lembar

kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak

dipahami.Bagi responden yang tidak dapat membaca dan menulis, peneliti

mengambil data dengan berpedoman pada pernyataan yang terdapat di lembar

kuesioner.Setelah selesai, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data.Jika

masih ada data yang kurang lengkap maka dapat langsung dilengkapi.Selanjutnya,

peneliti mengolah/ menganalisa data yang telah terkumpul.

4.8.Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan proses pengolahan

data yang dilakukan melalui beberapa tahap.Pertama editing,yaitu memeriksa

kembali kebenaran/ kelengkapan data yang diperoleh. Keduacoding, yaitu dengan

memberi kode numerik (angka) pada lembar kuesioner yang berisi nomor

responden dan nomor-nomor pernyataan. Peneliti melakukan kegiatan pemberian

kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, sehingga

memudahkan peneliti melakukan tabulasi dan analisa data. Ketigadata entry, yaitu

(10)

dilanjutkan dengan analisa data statistik deskriptif untuk menganalisa data dengan

cara mendeskripsikan ataumenggambarkan data yang terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan untuk digeneralisasikan. Hasil

analisis ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Variabel yang

disajikan yaitu karakteristik demografi responden (nomor responden, usia,agama,

suku, pendidikan, pekerjaan orang tua, penghasilan orangtua, peran keluarga),

(11)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku

personal hygieneAnak Usia Sekolah. Jumlah responden yang terlibat dalam

penelitian ini berjumlah 34 orang. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian

ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi perilaku personal hygiene anak usia

sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota

Medan.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Maimun seluas 334,5 Ha dengan jumlah penduduk

sebanyak 55.266 jiwa, 9.560 KK, terdiri dari 6 Kelurahan dan 66 Lingkungan.

Salah satu Kelurahan yaitu Kelurahan Aur dengan Luas wilayah 60 Ha, 1435 KK

dan 10 Lingkungan.Kelurahan ini memiliki 9 Posyandu dengan 45 kader yang

aktif.Salah satu Lingkungan yaitu Lingkungan IX memiliki satu

posyandu.Lingkungan ini letaknya dekat dengan sungai dan Tempat Pembuangan

sampah. Kecamatan Medan Maimun berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Johor

3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Kota

(12)

5.1.1. Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah anak usia

sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur. Total responden adalah sebanyak 34

orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai

karakteristik meliputi : jenis kelamin, usia, pendidikan, suka, agama, pekerjaan

orangtua, penghasilan orangtua per bulan. Data lengkap mengenai karakteristik

responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah.

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa responden jenis kelamin perempuan

lebih banyak yaitu 21 orang (61,8%) dan responden laki-laki sebanyak 13 orang

(38,2%). Mayoritas responden berumur 10-12 tahun (41,2%) dan yang paling

sedikit berumur 6-7 tahun (23,5%). Mayoritas responden berpendidikan SD kelas

6 yaitu sebanyak 9 orang (26%). Mayoritas responden memiliki suku Batak yaitu

sebanyak 15 orang (44,11%) dan disusul oleh suku Tamil 14 orang (41,17%).

Mayoritas responden menganut agam Kristen yaitu sebanyak 14 orang (41,17%).

Mayoritas orangtua responden ada sebanyak 9 orang (26,5%) bekerja sebagai

pedagang. Selain itu ada 8 orang (23,5%) orang yang tidak bekerja sama sekali

dilihat dari data lain-lain. Mayoritas penghasilan orangtua responden berada di

bawah UMK yaitu 23 orang (67,6%). Semua orangtua responden melakukan

(13)

51

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi

No Karakteristik Frekuensi (N) Presentase %

1 Jenis kelamin 6 Pekerjaan orang tua

Pegawai Negeri

(14)

5.1.2. Pengetahuan responden tentang Personal Hygiene

Tingkat pengetahuan responden diperoleh guna untuk mendapatkan

gambaran mengenai perilaku responden sejauh mana mengetahui tentang personal

hygiene yang baik.Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 15

pertanyaan mengenai pengetahuan tentang personal hygiene.

Tingkat pengetahuan personal hygiene dalam penelitian ini dibedakan

menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila

skor total untuk pengetahuan personal hygiene antara 11-15, cukup jika skor

antara 5-10 dan kurang jika skor antara 0-4.

Tabel 5.2 tentang pengetahuan personal hygiene pada anak usia sekolah di

Lingkungan IX Kelurahan Aur dapat dilihat sebagai berikut : tingkat pengetahuan

baik sebanyak 29 orang (83,3%) dan cukup sebanyak 5 orang (14,7%).

Tabel 5.2 Persentase Pengetahuan

Distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa kebanyakan responden

sudah memahami defenisi personal hygiene, jenis-jenisnya dan cara menjaga

personal hygiene. Namun dalam hal mencuci tangan dengan air mengalir

responden dominan tidak mengetahuinya.

Kategori Frekuensi(N) Persentasi %

Baik 29 85,3

Cukup 5 14,7

Kurang 0 0

(15)

53

5.1.3 Sikap responden tentang Personal Hygiene

Sikap responden diperoleh guna untuk mendapatkan gambaran mengenai

perilaku responden sejauh mana responden ingin menerapkan personal hygiene

yang baik.Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 16 pertanyaan

mengenai sikap terhadap personal hygiene.

Sikap tentang personal hygiene dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2

yaitu positif dan negatif. Seorang responden dikatakan bersikap positif bila skor

total antara 9-16 dan sikap negatif antara 0-8.

Tabel 5.3 menunjukkan tentang sikap personal hygiene pada anak usia

sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur dapat dilihat sebagai berikut : sikap

positif sebanyak 33 orang (97,1%) dan negatif sebanyak 1 orang (2,9%).

Tabel 5.3 Persentase Sikap

Kategori Frekuensi(N) Persentasi %

Positif 33 97,1

Negatif 1 2,9

Total 34 100

Distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa kebanyakan responden

sudah memiliki sikap yang baik untuk mau menerapkan personal hygiene yang

baik.Namun masih ada responden yang ingin membersihkan mata dengan

menggosok-gosokkan dengan tangan dan tidak ingin memeriksakan gigi secara

(16)

5.1.4 Tindakan responden tentang Personal Hygiene

Tingkat tindakan responden diperoleh guna untuk mendapatkan gambaran

mengenai perilaku responden sejauh mana responden menerapkan personal

hygiene yang baik.Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 20

pertanyaan mengenai tindakan tentang personal hygiene.

Tindakan personal hygiene dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, baik

dan tidak baik. Seorang responden dikatakan baik bila skor total untuk tindakan

personal hygiene antara 40-60 dan tidak baik antara 20-39.

Tabel 5.4 menunjukkan tentang tindakan personal hygiene pada anak usia

sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur dapat dilihat sebagai berikut : tindakan

baik sebanyak 34 orang (100%).

Tabel 5.4 Persentase Tindakan

Kategori Frekuensi(N) Persentasi%

Baik 34 100

Tidak baik 0 0

Total 34 100

Distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa semua responden

menerapkan personal hygiene yang baik.Namun masih banyak responden yang

tidak pernah memijat-mijat kepala saat keramas dan tidak mengganti kaos kaki

(17)

55

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Responden tentang Personal Hygiene

Menurut teori Bloom dalam Notoadmodjo 2012, pengetahuan merupakan

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebaginya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indra pendengaran dan penglihatan.Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu

mempunyai tingkat yang berbeda-beda dan dipengaruhi juga oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap suatu objek.

Pada penelitian ini pengetahuan diukur berdasarkan pengetahuan

responden tentang kebersihan kulit, rambut, gigi dan telinga, kuku kaki dan

tangan yang benar.

Hasil penelitian yang telah dilakukan kepada responden, sebagian besar

tingkat pengetahuan responden baik yaitu 85,3% dan responden dengan tingkat

pengetahuan cukup 14,7%. Mayoritas responden memahami bahwa personal

hygiene harus dillakukan oleh semua orang agar tubuh tetap sehat. Responden

juga sudah memahami cara menjaga kebersihan kulit, rambut, gigi, kuku dan

tangan. Responden juga memahami akibat dari personal hygiene yang tidak

baik.Sesuai dengan pernyataan Effendy dalam Pratiwi, (2008) yang

menyatakanpersonal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara

kebersihan diri, meliputi mandi, kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung,

telinga, rambut, kaki, kuku dan Pratiwi, (2008) yang mengatakan personal

(18)

seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, penyakit saluran cerna,

dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa semua orangtua responden

berperan dalam mengajarkan personal hygiene. Hasil ini berbeda dengan hasil

penelitian Nurjannah (2012) yang menyatakan bahwa anak usia sekolah memiliki

pengetahuan hygiene tidak baik. Hasil ini diperoleh karena kurangnya pendidikan

yang diberikan oleh UKS.

Responden dengan jumlah 34 orang untuk umur 6-7 tahun sebanyak 37,5

% memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 62,5 % memiliki tingkat

pengetahuan baik . Sedangkan, umur 8-9 tahun memiliki tingkat pengetahuan

cukup sebanyak 16,6% dan baik 83,3% . Umur 10-12 tahun memiliki

pengetahuan baik sebanyak 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo

(2012) yang mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor yang

diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengalaman, umur, minat, dan

informasi.Lingkungan juga memberikan pengaruh bagi seseorang, di mana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik juga hal-hal yang buruk

tergantung pada sifat kelompoknya.Semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya

makin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Informasi akan memberikan

pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Dilihat dari jenis kelamin responden, mayoritas responden adalah berjenis

(19)

57

ada perbedaan pengetahuan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian Silviana dkk (2013) yang menyatakan tidak ada

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan perilaku personal hygiene.

Distribusi jawaban responden pada pertanyaan 1 dan 2 tentang defenisi

dan pengtingnya personal hygiene, menggambarkan bahwa responden mayoritas

sudah memahami defenisi dan pentingnya personal hygiene. Sedangkan, untuk

pertanyaan 13 mayoritas responden yaitu sebanyak 80,0%) tidak mengetahui

pentingnya mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir. Mencuci tangan di

bawah air mengalir menjadi hal yang dianjurkan oleh WHO (2008) agar kuman

ikut terbuang bersama aliran air.

5.2.2 Sikap responden tentang Personal Hygiene

Menurut Campbell dalam Notoadmodjo (2010), mendefenisikan sikap itu

sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,

sehingga sikap ini melibatkan pikiran, perasaan, perhatian.Fungsi sikap belum

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi

perilaku (reaksi tertutup).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 97,1% responden memiliki sikap

yang positif dalam personal hygiene dan hanya 2,9% responden yang memiliki

sikap yang negatif. Mayoritas responden setuju untuk merapkan personal hygiene

yang baik seperti mandi minimal dua kali sehari menggunakan air dan sabun,

mencuci tangan mengunakan sabun, keramas menggunakan sampo dan

(20)

personal hygiene yang tidak baik. Sikap yang ada pada seseorang sangat

dipengaruhi oleh pengetahuannya sehingga dia bisa memberi respon yang

sesuai.Hasil penelitian Iqbal (2013) sikap seseorang pada perilaku berawal dari pengetahuan individu sebelumnya karena individu mengetahui dan memberi

tanggapan disebabkan oleh kebiasaan yang dia lakukan, atau pernah ada informasi

sebelumnya yang dia dapatkan.

Distribusi jawaban responden pada pertanyaan 2 dan 4 menunjukkan,

100% responen bersikap positif dalam hal mandi dan keramas.Mandi

menggunakan air dan sabun dan responden tidak senang apabila rambut kotor dan

berketombe. Menurut Potter & Perry (2006), mandi menggunakan air dan sabun

merupakan cara yang baik untuk menghilangkan bau badan. Rambut yang sehat

adalah rambut yang bersih bebas kutu dan ketombe.Pada pertanyaan 7 dan 9

sebagian besar responden masih bersikap negatif. Sebanyak 35,3% responden

bersikap ingin menggosok-gosok mata dengan tangan jika mata kotor. Kotoran

mata yang menumpuk dapat mengganggu kenyamanan pengihatan dan apabila

dibersihkan dengan cara yang salah seperti dikucek dengan menggunakan tangan

bisa menyebabkan iritasi pada mata dan menyebabkan konjungtivitis

(Johnson,2010). Sebanyak 38,2% tidak setuju memeriksakan gigi secara teratur.

Menurut Potter&Perry(2006), dalam memelihara kebersihan gigi perlu juga

(21)

59

5.2.3 Tindakan Responden tentang Personal Hygiene

Menurut Skinner dalam Notoadmodjo (2010) tindakan adalah respon

terhadap stimulus berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari

luar (observable behavior).

Hasil penelitian menunjukkanbahwa 100% responden memiliki tindakan

yang baik dalam personal hygiene.Menurut Skinner dalam Notoadmodjo, (2010),

tindakan nyata seseorangsebagai respon terhadap stimulus (practice) merupakan

overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas (Notoadmodjo, 2012).

Perilaku tertutup pada responden sebagian besar sudah baik.Tindakan

merupakan perilaku terbuka yang berupa praktik dan bisa diamati.Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan kuesioner untuk menilai responden dalam

tindakan.Secara teori, bahwa tindakan dapat dinilai dari praktik yang dilakukan

dan dapat diamati.Sehingga, sangat memungkinkan jawaban hanya berdasarkan

koesioner tidak akurat dalam menilai perilaku terbuka.Hal ini sejalan dengan

pendapat Notoadmodjo, (2012) yang mengatakan, walaupun hasil pengetahuan

siswa baik dan sikap siswa positif dalam personal hygiene belum tentu

(22)

Distribusi jawaban responden pada pertanyaan 4 menggambarkan tentang

mandi, sebanyak 94,1% mengeringkan tubuh dengan handuk setelah mandi.

Menurut N.Sharman (2007), menggosok badan yang basah setelah mandi dengan

menggunakan handuk, itu akan membuka pori tubuh. Jawaban pertanyaan 7 dan

19 tentang kebersihan rambut dan pengtingnya merawat kaki, sebanyak 20,6%

tidak pernah memijat-mijat kulit kepala saat keramas. Menurut Potter&Perry

(2006) memijat-mijat kulit kepala pada saat mencuci rambut berguna untuk

merangsang pertumbuhan rambut.Ketika karamas, pijat kulit kepala untuk

memperlancar sirkulasi darah (Martin, 2010). Sebanyak 26,5% responden tidak

pernah mengganti kaos kaki sekali sehari. Kaki dan kuku seringkali memerlukan

perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan.

Mengganti kaos kaki dapat mencegah bau pada kaki dan bakteri yang bertumpuk

di kaki (Potter&Perry, 2006).

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(ransangan dari luar) mengenai personal hygiene.Perilaku dalam hal pengetahuan,

sikap dan tindakan responden dalam penelitian ini secara keseluruhan

baik.Perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor internal seperti kecerdasan,

emosional, jenis kelamin.Selain itu, perilaku juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (Bloom, 1908 dalam Notoadmodjo, 2012).Anak pada usia sekolah

dapat lebih memahami standar perilaku yang seharusnya mereka terapkan pada

kehidupan sehari-hari. Anak dalam tahap konvensional, mulai memahami

bagaimana harus memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin

(23)

61

cara pandang untuk menilai suatu tindakan benar atau salah (Hockenberry &

Wilson, 2007). Perilaku personal hygiene anak usia sekolah yang digambarkan

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Setelah Peneliti melakukan penelitian dengan judul perilaku personal

hygiene anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan

Maimun Kota Medan diambil kesimpulan sebagai berikut :

Perilaku personal hygiene responden baik diidentifikasi dari tingkat pengetahuan

responden baik, sikap responden positif, dan tindakan responden baik.

6.2 Saran

6.2.1. Saran bagi pendidikan keperawatan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa data pengetahuan anak tentang

personal hygiene mayoritas baik, sikap anak mayoritas positif dan tindakan anak

juga baik.Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi yang berguna dalam pendidikan keperawatan dasar.

6.2.2 Saran bagi Pelayanan Keperawatan

Dalam penelitian ini hasil perilaku personal hygiene responden baik. Hasil

Penelitian ini dapat digunakan menjadi masukan kepada perawat komunitas untuk

lebih memahami perilaku personal hygiene anak usia sekolah dengan metode

(25)

63

6.2.3 Saran bagi Penelitian Keperawatan

Kekurangan penelitian, anak-anak yang diteliti banyak yang menjawab

tidak sesuai dengan fakta yang terlihat terkhusus dalam tindakan personal

hygiene.Pada penelitian selanjutnya peneliti diharapkan melakukan metode

penelitian observasi untuk perilaku terbuka. Metode yang sesuai akan

menggambarkan hasil yang lebih akurat.

6.3.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana untuk mengetahui gambaran

perilaku personal hygiene anak usia sekolah peneliti hanya menggunakan

kuesioner sehingga informasi yang didapatkatkan bersifat subjektif.Untuk

perilaku terbuka lebih bisa diamati karena merupakan praktik.Untuk mendapatkan

hasil yang lebih akurat dan objektif tentang gambaran perilaku personal

hygienedalam domain tindakan anak sebaiknya menggunakan observasi langsung

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi
Tabel 5.2 Persentase Pengetahuan
Tabel 5.3 Persentase Sikap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Infrastruktur

Siswa SMK PGRI 3 Salatiga membenarkan bahwa metode project based learning dan problem based learning sama-sama dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Sesuai

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah sakit, yaitu hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

kehidupan manusia dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia 1.3  Mengsyukuri. karunia dan rahmat Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkunganya

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah sakit, yaitu hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

Sebagaimana persetujuan-persetujuan yang telah dibahas sebelumnya, hal-hal yang dianggap penting dan pada umumnya yang diatur dalam perjanjian pemanfaatan sumber daya hayati

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Undang-undang nomor 1tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur tempat diajukannya permohonan perkawinan pembatalan perkawinan diajukan kepada pengadilan dalam daerah hukum dimana