• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MASALAH DEWASA MADYA HIDUP MENJANDA DAN UPAYA MENGATASINYA

(Studi di Kenagarian “K” Pesisir Selatan) Oleh: Murniati* Afrizal Sano** RahmaWira Nita** *Mahasiswa **DosenPembimbing

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Murniati, 09060058, Masalah Dewasa Madya Hidup Menjanda dan Upaya Mengatasinya (Studi di Kenagarian “K” Pesisir Selatan), Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2014.

Dewasa madya life divorcee in Kenagarian “K” Pesisir Selatan the result their husband pass away broken merry cause more problems of their life. This research is purepose to describe some problems: (1) ekonomi, (2) social, (3) families, (4) practice, (5) seksual and (6) where their live and how to overcome. This research is the kualitative research describtion, infrom in this research is dewasa madya in the divorcee is four people and informan supporter is four children, mother and they nearest family. Data to collected through observastion, interview and documentation. The data accurancy to the test to used triangulation data and analysis with interactive model of consist data reduction to serve and to take conclusion. The result of the research to show that: (1) in generally they have a problem about trade income, domestic animals and farm, (2) the social life be distrubed and they keep be parient about that. (3) the family problem, they feeling about to educate their children but keep importancy priority their children, (4) they have to pursue about practice problem and several they request to the they nearest family, (5) the problem about sexsualitas, they felt very lonely and have desire to merried again, while they have traumatic about that, (6) the problem about their residence is in generally they have and household equipment yet complet to they need. However they keep to expedient for can good useful about what they have.

Key word: the life problem dewasa madya life divorcee and to effort and overcome

PENDAHULUAN

Menurut Hurlock (2012:359) “Hilangnya pasangan, karena kematian atau perceraian, menimbulkan banyak masalah penyesuaian diri bagi pria dan wanita usia madya”. Hal ini lebih menyulitkan secara khusus bagi wanita. Wanita usia madya yang suaminya meninggal, atau wanita yang diceraikan suaminya biasanya mengalami rasa kesepian yang dalam sekali. Perasaan ini semakin diperkuat lagi oleh frustasi dari dorongan seksualnya yang tidak dapat

dipenuhi dan oleh masalah ekonomi yang takterelakan karena mata pencarian keluarga tidak akan mencukupi lagi untuk menghidupi keluarga.

Berdasarkan observasi yan peneliti lakukan pada tanggal 14 sampai dengan 16 Juni 2013 di Kenagarian “K” Pesisir Selatan terhadap dewasa madya hidup menjanda dapat diketahui bahwa pada umumnya dewasa madya hidup menjanda masih memiliki tanggung jawab membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya, sehingga mereka harus berusaha membanting tulang

(2)

demi mencukupi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-anaknya.

Selanjutnya berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 5 orang dewasa madya hidup menjanda padatanggal 18 sampai dengan 21 Juni 2013, maka dapat diketahui dewasa madya yang hidup menjanda memiliki berbagai macam masalah. Diantaranya dewasa madya yang hidup menjanda karena dicerai suami dikucilkan dari kegiatan sosial, ada juga yang kehilangan teman-temanya. Dewasa madya yang kehilangan pasangan karena kematian menimbulkan permasalahan hilangnya semangat hidup, hidup merana, depresi dan permasalahan lainnya. Terkadang dewasa madya yang hidup menjanda dilihat dari keyakinannya untuk menjalani kehidupan menjadi lemah dan merasa tidak mampu membiayai kebutuhan hidup keluarga dengan hanya mengandalkan dirinya sendiri. Di saat mereka mencoba untuk membiayai anak-anaknya sekolah lebih tinggi, goncangan lain muncul dari lingkungan masyarakat sekitar yang meremehkan dan dianggap tidak mampu untuk mencukupi semua kebutuhan. Permasalahan semakin komplit di saat seorang dewasa madya menjalani hidup menjanda.

Dari identifikasi masalah yang dipaparkan, maka penelitian ini difokuskan sebagai berikut: masalah dewasa madya hidup menjanda karena kematian dan masalah dewasa madya hidup menjanda karena perceraian serta upaya mengatasi permasalahan yang dialaminya.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: masalah dewasa madya hidup menjanda karena kematian dan masalah dewasa madya hidup menjanda karena perceraian serta upaya mengatasi permasalahan yang dialaminya.

Hurlock (2012:361) mengemukakan beberapa masalah umum pada masa menjanda, yaitu: “Masalah ekonomi, masalah sosial, masalah keluarga, masalah praktis, masalah seksual, dan masalah tempat tinggal”.

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat

ditentukan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis mendeskripsikan Masalah Dewasa Madya Hidup Menjandadan Upaya Mengatasinya di Kenagarian “K” Pesisir Selatan. Penelitian ini dilaksanakan diKenagarian “K” Pesisir Selatan.

Penelitian ini akan mendeskripsikan masalah ekonomi, masalah sosial, masalah keluarga, masalah praktis, masalah seksual dan masalah tempat tinggal serta mendeskripsikan upaya yang dilakukan dewasa madya hidup menjanda dalam mengatasi masalahnya tersebut.

Teknik penunjukan informan menggunakan teknik snowball sampling. Berdasarkan pertimbangan maka informan ditetapkan kepada dewasa madya hidup menjanda paling lama karena perceraian dan karena kematian masing-masing 1 orang. Kemudian dewasa madya hidup menjanda paling baru karena perceraian dan karena kematian masing-masing 1 orang. Jadi, jumlah informan sebanyak 4 orang informan kunci. Jadi, informan kunci dalam penelitian ini adalah 4 (empat) orang. Untuk menemukan data yang lebih lengkap maka peneliti juga akan memperoleh keterangan dari beberapa informan tambahan, yang akan menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah Saudara, Anak dan Ibu dewasa madya hidup menjanda di Kenagarian “K” Pesisir Selatan. Agar memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa alat pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Menurut Moleong(2010:320) yang

dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:

1. Mendemonstrasikan nilai yang

benar,

2. Menyediakan dasar agar hal itu

dapat diterapkan,

3. Memperbolehkan keputusan luar

yang dapat dibuat tentang

konsistensi dari prosedurnya dan

kenetralan dari temuan dan

keputusan-keputusannya.

Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalis, Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan bahwa dalam

(3)

penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction) 2. Penyajian Data ( Display Data) 3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masalah dewasa madya hidup menjanda karena kematian dari segi ekonomi Ibu janda mengalami kekurangan biaya untuk pendidikan anak-anaknya, pekerjaan tidak menetap sehingga penghasilan tidak menentu. Mereka berupaya mengatasi permasalahannya dengan berjualan, beternak, bekerja dengan orang lain, minta bantuan saudara dan meminjam uang di Bank. Dalam kehidupan sosial mereka merasa sedih ketika berada bersama dengan Ibu-ibu yang lain, lebih suka di rumah dan keceriaan lebih menurun. Mereka berupaya untuk tetap sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan.

Dari segi kehidupan keluarga mereka mengalami kesulitan apabila mengurus anak-anak yang nakal dan kekurangan waktu untuk mengurus anak, namun, mereka masih tetap mengutamakan kepentingan anak-anak. Masalah praktis yang mereka alami adalah merasa repot, kesulitan di saat ada anak yang sakit dan kekurangan waktu menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan anak-anak. Mereka berusaha membagi waktu dan juga minta bantuan anggota keluarga yang lain.

Masalah seksual yang mereka alami merasa kesepian, masih belum menemukan yang cocok untuk dijadikan pasangan dan masih ada yang belum terpikir untuk menikah lagi. Mereka masih menunggu jika nanti ada yang cocok, menghabiskan waktu dengan bekerja dan mengurus anak-anak. Dalam hal masalah tempat tinggal mereka masih kekurangan mobuler dan memilki rumah yang masih terbangkalai. Mereka mengupayakan mencari alternatif lain untuk dapat memanfaatkan apa yang ada dan tetap menerima apa adanya. Masalah ekonomi dewasa madya hidup menjanda karena perceraian adalah kekurangan biaya dan penghasilan tidak menetap sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup dan biaya

pendidikan anak-anaknya. Mereka berupaya mengatasi permasalahannya dengan berjualan, berkebun, minta bantuan anak-anak yang sudah bekerja dan dibantu mantan suami. Dalam kehidupan sosial mereka menjadi kurang bergaul dan sering bermenung, mereka lebih senang di rumah dan bekerja.

Masalah keluarga yang mereka alami merasa canggung dalam mengurus keluarga dan juga mengalami permasalahan dengan pihak keluarga mantan suami. Mereka mengupayakan untuk selalu mengutamakan kepentingan anak-anak dan segera mengatasi permasalahannya. Dalam masalah praktis, mereka mengalami kendala dalam menjaga kebersihan rumah dan lingkungan serta bermasalah ketika ada anak yang sakit. Mereka minta bantuan saudara untuk mengatasi permasalahannya.

Masalah seksual yang mereka alami merasa kesepian, belum menemukan yang cocok dan merasa trauma menjalani hubungan lagi dengan laki-laki. Mereka menghabiskan waktu dengan bekerja, menunggu yang cocok. Masih ada diantara yang masih memilih sendiri dan mefokuskan diri mengurus anak-anak. Masalah tempat tinggal yang mereka alami adalah kekurangan perabotan rumah tangga. Mereka tetap bersyukur sudah memilki tempat tinggal.

Menurut Hurlock (2012:361) beberapa janda mempunyai situasi keuangan yang lebih baik daripada waktu mereka masih hidup berkeluarga, tetapi mereka ini merupakan perkecualian, karena di luar kenyataan umum. Kecuali pria yang telah meningkatkan kehidupannya hingga cukup dan telah mengasuransikan berbagai aspek kehidupannya, seorang janda menemukan dirinya dalam lingkungan ekonomi yang jauh berkurang pada waktu pendapatan suaminya karena suatu sebab terhenti. Karena inflasi yang terus meningkat, apa yang diterima oleh janda secara turun-temurun jauh kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Walaupun seorang janda memulai untuk bekerja pada usia madya, biasanya dia tidak dapat memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang biasa dilakukan.

(4)

Seorang janda pada usia madya umumnya memiliki masalah yang cukup serius pada hal ekonomi, mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang bagus sehingga situasi keuangan menjadi berkurang.

Hurlock (2012:361) mengemukakan bahwa karena kehidupan sosial di antara orang yang berusia madya adalah sama seperti kehidupan orang dewasa muda, yaitu berorientasi pada pasangan, seorang janda segera akan menemukan dirinya bahwa tidak ada tempat untuknya apabila dia ada di antara pasangan yang menikah, kecuali hal itu terjadi karena ada undangan dari para janda atau duda untuk bergabung dalam kegiatan sosial dan untuk berpasangan dengan mereka. Kegiatan sosial seorang janda pada umumnya adalah berkisar di antara kegiatan yang berhubungan dengan wanita-wanita lain. Apabila kemampuan ekonominya rendah, seorang janda tidak dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat. Contohnya, perkumpulan-perkumpulan sosial. Masalah social akan menambah masalah seorang janda pada usia madya. Mereka merasa kurang percaya diri di saat bergabung dengan teman-teman yang masih mempunyai pasangan.

Hurlock (2012:361) mengemukakan bahwa apabila masih mempunyai anak yang tinggal serumah, maka seorang janda harus memainkan peran ganda yaitu sebagai Ayah dan Ibu dan harus menghadapi berbagai masalah yang timbul dalam keluarga tanpa pasangan. Di samping itu janda juga sering menghadapi masalah yang berhubungan dengan anggota keluarga dari pihak suami, khususnya anggota yang tidak menyenanginya menjadi istri suaminya semasa masih hidup. Seorang janda pada usia madya akan memainkan peran sebagai Ayah dan Ibu pada bagi anak-anak mereka. Tidak jarang dari mereka yang hidup menjanda karena perceraian menemukan masalah dengan pihak keluarga pasangannya.

Hurlock (2012:361) menyatakan bahwa seorang janda mencoba untuk menjalankan hidup rumah tangga sendirian, setelah terbiasa dibantu oleh suami dalam hal membetulkan peralatan rumah tangga yang rusak, memangkas rumput dihalaman dan sebagainya

menjadikan banyak masalah rumah tangga yang harus dihadapi oleh seorang janda, terkecuali dia mempunyai anak yang dapat membantu mengatasi berbagi masalah tersebut atau memang dia mempunyai kemampuan untuk mengatasinya. Karena itu mau tidak mau dia harus mengupah orang luar, yang dengan demikian berarti menambah ketegangan terhadap ketegangan yang sudah ada yang disebabkan oleh pendapatan yang terbatas.

Masalah praktis juga akan menambah masalah bagi dewasa madya hidup menjanda. Apalagi bagi mereka yang biasanya sering dibantu pasangan dalam masalah praktis. Hurlock (2012:361) juga menyatakan bahwa karena keinginan seksual tidak terpenuhi selama usia madya, janda yang terbiasa menikmati kenikmatan seksual selama hidup dalam tahun-tahun perkawinannya, sekarang dia merasa frustasi dan tidak terpakai. Beberapa janda mencoba mengatasi masalah kebutuhan seksual ini dengan melakukan hubungan gelap dengan pria bujangan atau pria yang sudah menikah, hidup bersama tanpa nikah atau dengan menikah lagi. Sedang sebagian lagi tetap tenggelam dalam perasaan frustasi, atau melakukan masturbasi.

Mereka yang hidup menjanda akan mengalami masalah pada hal seksual. Pada umumya mereka merasa kesepian sepeninggal pasangan.

Menurut Hurlock (2012:361) di mana seorang janda akan tinggal, biasanya bergantung pada dua kondisi. Pertama status ekonominya, dan kedua apakah dia mempunyai seseorang yang bisa diajak tinggal bersama. Kebanyakan janda terpaksa harus merelakan rumahnya karena kondisi ekonominya tidak memungkinkan untuk merawatnya. Dalam kasus seperti ini mereka harus pindah ke bagian rumah yang lebih kecil atau tinggal bersama anaknya yang sudah nikah. Apabila kondisi kesehatannya tidak memungkinkannya untuk tinggal sendirian, maka dengan terpaksa harus pindah ke asrama panti jompo, mau membayar seseorang untuk tinggal di rumahnya, atau tinggal bersama anaknya yang sudah menikah.

(5)

Jadi, masalah tempat juga akan menambah beban bagi dewasa madya hidup menjanda. MenurutKing (2010:10) “Pemecahan masalah (problem solving) adalah sebuah usaha untuk menemukan cara yang tepat untuk mencapai sebuah tujuan ketika tujuan tersebut tidak langsung dapat diraih” Di antara metode-metode untuk melakukannya dibutuhkan sejumlah langkah berikut untuk pemecahan masalah, mengatasi hambatan mental dan mengembangkan kepakaran.

Jadi, dewasa madya hidup menjanda berusaha menemukan cara yang tepat mengatasi permasalahan yang dialaminya. King (2010:11) mengemukakan langkah-langkah dalam pemecahan masalah penelitian psikologis menunjukkan empat langkah dalam proses pemecahan masalah yaitu: “menemukan dan membatasi masalah, mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah yang baik, mengevaluasi solusi-solusi, memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi yang dihasilkan seiring dengan waktu”.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang masalah dewasa madya hidup menjanda dan upaya mengatasinya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masalah ekonomi yang dialami dewasa madya hidup menjanda pada umumnya kekurangan biaya, pekerjaan tidak menetap sehingga penghasilan tidak menentu. Mereka berupaya untuk mengatasinya dengan berjualan, berkebun, beternak, minta bantuan saudara dan meminjam uang Bank. 2. Kehidupan sosial yang dialami dewasa

madya hidup menjanda menjadi terganggu setelah ditinggal pasangan. Mereka sedih dan pendiam ketika berkumpul bersama teman-temannya. Mereka juga murung dan jarang bergaul. Mereka beruusaha untuk tetap sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan.

3. Masalah keluarga yang dialami dewasa madya hidup menjanda, terkadang mereka merasa kesulitan dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya, apalagi memilki anak yang banyak dan terkadang bertingkah nakal. Mereka juga kekurangan waktu untuk membimbing dan mendidik anak-anak. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah keluarga, mereka tetap mengutamakan kepentingan anak-anak. 4. Masalah praktis yang dialami dewasa

madya hidup menjanda, mereka merasa repot dalam membersihkan rumah dan memelihara peralatan rumah tangga karena kesibukan bekerja mencari nafkah keluarga. Mereka juga kekurangan waktu dalam menjaga kesehatan keluarga. Namun, mereka berusaha untuk mementingkan kesehatan kelurga tidak sedikit dari mereka melibatkan keluarga terdekat untuk membantu dalam mengatasi permasalahannya.

5. Masalah seksual yang dialami dewasa madya hidup menjanda yaitu mereka merasa sangat kesepian setelah ditinggal pasangan dan menginginkan untuk menikah lagi. Meskipun masih ada diantara mereka yang belum memikirkan untuk menikah lagi dan masih ada juga yang trauma untuk menjalin hubungan lagi dengan laki-laki.

6. Masalah tempat tinggal yang dialami dewasa madya hidup menjanda yaitu pada umumnya dewasa madya hidup menjanda memilki rumah dan peratan rumah tangga seadanya dan belum mencukupi. Mereka berupaya memanfaatkan sebaik mungkin keadaan tempat tinggal yang mereka miliki sehingga menjandi tempat tinggal yang nyaman dan menerima apa adanya.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak terkait sebagai berikut:

(6)

1. Anak dewasa madya hidup menjanda, agar memahami kondisi Ibunya yang hidup menjanda bahwa Ibunya memilki bergai permasalahan dan dapat membantu Ibunya dalam mengatasi permasalahannya.

2. Ibu dewasa madya hidup menjanda, agar dapat memberikan bantuan dan nasehat kepada anaknya sehingga anaknya dapat lebih tegar dalam menjalani kehidupan. 3. Saudara dewasa madya hidup menjanda,

agar dapat memberikan arahan dan menerima keluhan Saudaranya sehingga dapat meringankan beban fikirannya. 4. Wali Nagari, agar dapat memberikan

penyuluhan dengan bantuan konselor ataupun dapat menyediakan lapangan pekerjaan terhadap dewasa madya hidup menjanda sehingga mereka dapat mengatasi masalah ekonominya.

5. Pengelola Program studi bimbingan dan konseling, agar dapat dijadikan sumber tambahan khususnya pada mata kuliah perkembangan psikologi orang dewasa. 6. Peneliti selanjutnya, agar dapat

melakukan penelitian lanjutan tehadap dewasa madya khusunya terhadap dewasa madya yang hidup menjanda. Seperti profil pencapaian tugas-tugas perkembangan dewasa madya. tingkat kecemasan dewasa madya hidup menjanda, konsep diri dewasa madya hidup menjanda.

KEPUSTAKAAN

A. Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian (Dasar-dasar Penyelidikan Ilmia). Padang: UNP Press.

Burhan Bungin. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Hurlock, E. B. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Moleong, L. J. 2010. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

King Laura A. 2010. Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif). Jakarta: Salemba Humaika

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat konformitas membabi buta mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat dapat dikategorikan tinggi yaitu dengan persentase sebesar 82,02%, yang

sekali digunakan untuk mencari bahan kuliah, fasilitas tersebut sering digunakan untuk browsing hal-hal yang tidak berkaitan dengan perkuliahan, tugas-tugas yang

menentukan kenyamanan dalam melakukan usaha serta dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata bahwa masyarakat berinteraksi

latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya peserta didik yang memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung

Meningkatkan kebersihan di lokasi wisata untuk kenyamanan wisatawan KESIMPULAN Berdasarkan observasi dan wawancara serta pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya tentang

Berdasarkan temuan penelitian bentuk-bentuk masalah sosial yang terdapat dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari yaitu: kemiskinan, kejahatan, disornigasi keluarga, masalah generasi

dari pengolahan data bertolak belakang dengan asumsi atau temuan awal yang peneliti jabarkan pada latar belakang masalah sebelumnya, hal ini dipicu oleh adanya faktor eksternal dan

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari informan penelitian melalui wawancara langsung kepada masyarakat Nagari Kasang sekaligus aparatur pemerintahan