• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perbedaan Interaksi Sosial Remaja Dilihat dari Status Sosial Keluarga Di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir

By:

Winda Yuliandri Maiyola * Fifi Yasmi, S.Pd.I., M,Pd **

Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd., Kons ***

* Student

** Lecture

Program Studi Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Based on the observation that researchers do seem that social interactions teenagers who some from families of high static unfavorable economic with social interactions teenages who come from low economic status families. This study aims to determic: 1) differences in adolescent social contracts that come from a statistic ecomony of high family with teenagers from a statistic economy of low family, 2) differences in adoleseent social communication that come from a statistic economy of high family with teenagers from a statistic economy of low family in Sungai Tunu Barat, Ranah Pesisir.

This research is a comparative study of quatitative research. The population of this study is the teenagers who come from higher economic status families totaling 19 people and teenagers who come from low economic status families totaling 139 people. So, the total population of 158 people. Sample of teenagers who come from higher economic status families are selected base on total sampling amounted to 19 people, and sample of teenagers who come low economic status families are saelected base on simple random sampling amounted to 59 people. So, the total sample of 78 people, collection using questionnaires, the analysis used by the t-test, to see the differences in adolescent social contacts and social communication that come from a statistic economy of high family with teenagers from a statistic economy of low family.

The results showed: 1) There are differences in social contacts that come from a statistic economic of high family with teenagers from a statistic economy of low family, t value is obtained 5,156 (>ttabel1,991), 2) There are differences in social communication that come from a statistic economic of high family with teenagers from a statistic economy of low family, t value is obtained 3,689 (>ttabel1,991). Based on the results of research is recommended to parents of teenagers who come from higher economic status families to get attention and increase social interaction of children, especially with the envirounment in which children live.

Keyword : Social interaction, Economic Status

Pendahuluan

Interaksi sosial adalah proses saling mempengaruhi diantara dua orang atau lebih. Seseorang melakukan hubungan sosial secara naluri didorong oleh faktor dari dalam diri dan faktor dari luar diri. Menurut H. Bonnner (Ahmadi, 2002: 49) “Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,

ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

Menurut Soekanto (2013: 54) “Interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial”. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya

1

(3)

interaksi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.

Fitriyah dan Jauhar (2014: 231) menyatakan bahwa “Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat di mana anak berkembang, juga tergantung dari usia dan tugas perkembangannya”.

Menurut Ali dan Asrori (2011: 9) “ Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar”.

Mappiare, 1982 (Ali & Asrori, 2011: 9) menyatakan bahwa “Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 adalah remaja awal, dan usia 21/22 tahun adalah remaja akhir”.

Sedangkan menurut Hurlock, 1991 (Ali &

Asrori, 2011: 9) “Individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.

Pada masa remaja, seorang remaja harus mampu menyelesaikan tugas perkembangannya. Pada usia periode tertentu manusia akan mempunyai tugas perkembangan tertentu pula, begitu pula pada uisa remaja. Havighurst (Prayitno, 2006 : 53) menyatakan ada sembilan jenis tugas perkembangan remaja sebagai berikut:

(1)Menguasai kemampuan membina hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya, (2)

Mampu melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, (3) Dapat menerima keadaan fisik dan mempergunakannnya secara efektif, (4) Mampu mandiri secara emosi dalam arti bebas dari pengaruh emosi orang tua dan orang dewasa lainnya, (5) Memiliki keinginan dan kemampuan mandiri secara ekonomi, (6) Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk berkarir, (7) Dapat mengembangkanketerampilan intelektual dan konsep-konsep yang perlu sebagai warga Negara, (8) Keinginan dan kemampuan bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, (9) Mampu menerapkan filsafat hidup atau nilai dan sistem etika bertingkah laku.

Dalam interaksi sosial harus ada kontak sosial dan komunikasi sosial. Dalam kontak sosial, dapat terjadi hubungan yang positif dan hubungan yang negatif. Bentuk reaksi-reaksi positif yang diperlihatkan seseorang dalam berinteraksi sosial dapat berupa sikap-sikap seperti berikut:

menunjukkan solidaritas yang tinggi, pemberian bantuan dan hadiah, menunjukkan ketenangan dan kepuasan dalam bergaul, menunjukkan sikap penerimaan dan pengertian, pemberian pujian, dan lain-lain. Sedangkan reaksi- reaksi negatif yang diperlihatkan seseorang dalam berinteraksi sosial adalah:

menunjukkan pertentangan,

mempertahankan pendapat sendiri, menunjukkan ketegangan, acuh tak acuh, menunjukkan ketidak setujuan atau penolakan terhadap hasil keputusan bersama, mengutamakan tujuan mereka sendiri dan berusaha menyisishkan yang lain.

Dewasa ini kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan sehari- hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian individu, kecakapan- kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya baru menjadi kepribadian individu yang sebenar- benarnya apabila keseluruhan tersebut berhubungan dengan lingkungannya.

Walgito (2007: 22) menyatakan bahwa:

(4)

“lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat interaksi individu dengan individu yang lain.

Lingkungan sosial dapat dibedakan antara lingkungan sosial primer dan lingkungan sosial sekunder.

Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial dimana terdapat hubungan yang erat antara individu satu dengan yang lain, individu satu saling kenal dengan individu yang lain. Pengaruh lingkungan sosial primer ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial sekunder.

Sedangkan lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial dimana hubungan individu satu dengan yang lain agak longgar, individu satu kurang mengenal dengan individu yang lain. Namun demikian pengaruh lingkungan sosial, baik lingkungan sosial primer maupun lingkungan sosial sekunder sangat besar terhadap keadaan individu sebagai anggota masyarakat”.

Dalam kehidupan kelompok masyarakat seseorang memiliki suatu status sosial yaitu merupakan kedudukan individu dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat. Menurut Abdulsyani (2012: 93)

“Status sosial seseorang merupakan aspek statis yang berupa derajat atau tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakat, dan mempunyai ciri serta perbedaan yang jelas dengan status-status sosial yang lain.

Umpamanya status pegawai negeri berbeda dengan status para buruh, pedagang, guru dan lain-lain”.

Menurut Ahmadi (2007: 230) bahwa:

“Status sosial orang tua mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku dan pengalaman anak-anaknya. Status sosial adalah kedudukan orang tua dalam kelompoknya. Secara sederhana di dalam masyarakat Indonesia terdapat 4 status ialah: (1) Petani : mereka yang hidup dari pengusahaan sawah di desa yang suasana kehidupan dalam masyarakat ditandai oleh sifat kekeluargaan, (2) Pegawai : mereka yang menerima gaji dari pemerintah tiap bulan secara menentu dan kerjanya juga

menentu, (3) Angkatan Bersenjata : anggota salah satu keempat angkatan, angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara dan angkatan kepolisian. Mereka menerima gaji dari pemerintah secara menentu, (4) Pedagang : mereka yang hidup dari keuntungan, yang diperoleh dari pekerjaan jual beli. Hasilnya tidak menentu kerjanya juga kurang menentu”.

Status sosial biasanya didasarkan pada berbagai unsur kepentingan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu status pekerjaan, status dalam sistem kekerabatan, status jabatan dan status agama yang dianut.

Dengan status seseorang dapat berinteraksi dengan baik terhadap sesamanya, bahkan banyak dalam pergaulan sehari-hari seseorang tidak mengenal orang lain secara individu, melainkan hanya mengenal statusnya saja.

Menurut Ahmadi (2007: 233)

“Hubungan sosial anak-anak yang keluarganya mampu, mempunyai corak hubungan yang berbeda. Walaupun status ekonomi orang tua memuaskan, tetapi bila mereka tidak memperhatikan pendidikan dan sosial anaknya maka akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anaknya. Dan sebaliknya walaupun anak berasal dari status ekonomi keluarga rendah, tetapi apabila mereka memperhatikan pendidikan dan sosial anak maka itu akan menguntungkan perkembangan sosial anak”.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk melihat:

1. Perbedaan kontak sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah.

2. Perbedaan komunikasi sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah .

Berdasarkan fenomena yang peneliti temui di lapangan pada tanggal 20 Desember 2015 bahwasannya ada perbedaan interaksi sosial remaja dilihat dari status sosial keluarga, khususnya remaja yang berasal dari satus ekonomi tinggi dengan remaja status ekonomi keluarga rendah yaitu remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi memiliki kontak sosial yang negatif seperti: cenderung membangga- banggakan diri, acuh tak acuh, kurang

(5)

tegursapa dengan masyarakat dan memilih- milih teman karena berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi. Sedangkan remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga rendah cenderung merasa terasingkan dari teman-teman yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dan sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga rendah ini lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi. Dan juga remaja dari status ekonomi tinggi ini terkesan sombong dan memiliki sosialisasi rendah dengan masyarakat. Serta remaja dari status ekonomi keluarga tinggi ini kurang menghargai teman dan orang-orang yang berada di lingkungan dimana mereka tinggal.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir tanggal 23 Desember 2015 dengan 2 orang ibu beliau mengatakan bahwa “remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi kurang berbaur dengan masyarakat, kurang tegursapa dengan masyarakat, memilih- milih teman dalam bergaul sehingga remaja dari status ekonomi keluarga rendah merasa terasingkan. Remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi memiliki sifat kurang menghargai teman.

Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian studi komparatif kuantitatif. Menurut Siregar (2013: 234) “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor- faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu”.

Sedangkan menurut Arifin (2011:

46) “Studi komparatif (comparative study) atau studi kausal komparatif (causal comparative study) merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Tujuan penelitian komparatif adalah untuk melihat perbedaan dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program yang sejenis atau hampir sama yang melibatkan semua unsur atau komponennya”.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Adapun tempat atau

lokasi untuk melaksanakan penelitian ini adalah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Alasan peneliti memilih tempat ini karena ditemukan masalah yang terkait dengan interaksi sosial anak dilihat dari status soisal keluarga seperti, kurangnya komunikasi sosial dan kontak sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi, adanya sifat kurang menghargai teman, adanya anak yang memilih-milih teman dalam bergaul sehingga anak yang lain merasa terasingkan, adanya rasa sombong pada diri remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi, adanya sifat membangga-banggakan diri dari remaja yang berasal dari satus ekonomi keluarga tinggi, adanya rasa minder dari remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga rendah dalam berhubungan dengan remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi, maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan interaksi sosial remaja dilihat dari status sosial keluarga di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir.

Populasi dari penelitian ini adalah remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi berjumlah 19 orang dan remaja dari status ekonomi keluarga rendah berjumlah 139 orang. Jadi, total populasi berjumlah 158 orang. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Multistage Sampling. Sampel penelitian remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dipilih berdasarkan teknik Total Sampling berjumlah 19 orang, dan sampel penelitian remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga rendah dipilih berdasarkan teknik sampel random sederhana (Simple Random Sampling), berjumlah 59 orang. Jadi, total sampel berjumlah 78 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Mahmud (2011: 148) “Data interval adalah data yang berasal dari objek atau kategori yang diurutkan berdasarkan atribut tertentu dan jarak tiap objek atau kategori adalah sama, pada titik ini tidak terdapat angka nol mutlak”.Jadi data yang di intervalkan dalam penelitian ini adalah “Remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dan remaja dari status ekonomi keluarga rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir melalui

(6)

penelitian”. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Data primer yang dikumpulkan daam penelitian ini adalah data mengenai “Perbedaan Interaksi Sosisal Remaja Dilihat dari Status Sosial Keluarga”. Data diperoleh langsung dari sampel penelitian yaitu remaja yang berasal dari status sosial kelurga tinggidengan remaja dari status sosialkeluarga rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir.

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpulmelalui angket dideskripsikan dan dipersentasekan dengan rumus:

100 n x Pf

Keterangan :

P : Persentase F : Frekuensi

n : Jumlah Responden

100% : Angka ketetapan untuk responden

Setelah di analisis kemudian dilakukan uji t dengan rumus t-test:

=

Keterangan:

= rata-rata dari sampel x

= rata-rata dari sampel y

= standar kesalahan perbedaan rata-rata

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan perbedaan interkasi sosial remaja dilihat dari status sosial keluarga di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir sebagai berikut:

a. Perbedaan Interaksi Sosial Ditinjau dari Kontak Sosial Remaja yang Berasal dari Status Ekonomi Keluarga Tinggi dengan Status Ekonomi Keluarga Rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir

Hasil ananlisis data dengan melihat nilat t, diperoleh nilai thitung = 5,156 derajat kebebasan 76, sementara ttabel (n = 78) pada taraf signifikansi 5%

adalah 1,991. Dengan demikian nilai thitung lebih besar dari ttabel, berarti terdapat perbedaan kontak sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Perbedaan Interaksi Sosial Remaja Ditinjau dari Kontak Sosial Remaja yang Berasal dari Status Ekonomi Keluarga Tinggi dengan Remaja yang Berasal dari Status Ekonomi Keluarga Rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir, dimana remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi memiliki kontak sosial cukup baik dengan persentase 63,2%,baik dengan persentase 36,8%.

Sementara remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga rendah memiliki kontak sosial sangat baik dengan persentase 35,6%, baik dengan persentase 49,2%, dan cukup baik dengan persentase 15,3%. Sementara dari nilai mean, nilai F dan nilai uji t.

Nilai F didapatkan 4,835 dengan signifikansi 0,031 (<0,05) dan nilai t diperoleh 5,156 (>ttabel) berarti terdapat perbedaan interaksi sosial remaja ditinjau dari kontak sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah.

b. Perbedaan Interaksi Sosial Ditinjau dari Komunikasi Sosial Remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan Status Ekonomi Keluarga Rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir

Hasil analisis data dengan melihat nilai t, diperoleh nilai thitung = 3,689 derajat kebebasan 76, sementara ttabel (n=78) pada taraf signifikansi 5%

adalah 1,991. Dengan demikian nilai thitung lebih besar dari ttabel berarti terdapat perbedaan komunikasi sosial

(7)

remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir.

Berdasarkan hasil penelitian yang tergambar tentang perbedaan interaksi sosial remaja ditinjau dari komunikasi sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir.

Dimana remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi memiliki komunikasi sosial baik dengan persentase 21,,1%, cukup baik dengan persentase 63,2%, dan kurang baik dengan persentase 15,8%. Sedangkan remaja yang berasal dari status ekonomi rendah memiliki kontak sosial sangat baik dengan persentase 18,6%, baik dengan persentase 57,6%, cukup baik dengan persentase 11,9% dan kurang baik dengan persentase 11,9%. Dilihat dari nilai mean, nilai F dan nilai uji t, nilai F didapatkan 2,362 dengan signifikan 0,128 (>0,05) dan nilai t diperoleh 3,689(>ttabel), yang berarti terdapat perbedaan interaksi sosial remaja ditinjau dari komunikasi sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan interaksi sosial remaja dilihat dari status sosial ekonomi keluarga di Kenagarian Sungai Tunu Barat Kecamatan ranah Pesisir sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan interaksi sosial reamaja ditinjau dari kontak sosial remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah dimana nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah 4,835 dengan signifikansi 0,031 (<0,05) dan nilai t yang diperoleh 5,156(>ttabel 1,991), yang berarti terdapat perbedaan.

2. Terdapat perbedaan interaksi sosial ditinjau dari komunikasi sosial remaja yang berasal dari status ekonomi

keluarga tinggi dengan remaja dari status ekonomi keluarga rendah dimana nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah 2,362 dengan signifikansi 0,128 (>0,05), maka nilai t yang diperoleh 3,689 (>ttabel 1,991), yang berarti terdapat perbedaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Remaja di Kenagarian Sungai Tunu Barat

Diharapkan agar semua remaja yang berasal dari status ekonomi keluarga tinggi maupun remaja dari status ekonomi keluarga rendah tidak membeda-bedakan status sosial ekonomi keluarga dalam berinteraksi supaya tidak terjadinya disintegrasi sosial dalam masyarakat.

2. Orang Tua

Diharapkan kepada orang tua agar lebih memperhatikan sosialisai anak terutama dalam lingkungan dimana anak tinggal dan sosialisasi anak dengan teman sebayanya.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumber informasi dan referensi untuk penelitian peneliti selanjutnya.

Kepustakaan

Abdulsyani. 2012. Sosiologi Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ali Mohammad & Asrori Mohammad.

2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Penyelidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Bimo, Walgito. 2007. Psikologi Sosial Suatu Pengantar Edisi Revisi.

Yogyakarta: Andi

Fitriyah Lailatul dan Jauhar Mohammad.

2014. Pengantar Psikologi Umum.

Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

(8)

Mahmud. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Prayitno, Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang:

Angkasa Raya.

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Soekanto, Soejono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan mendeskripsikan masalah ekonomi, masalah sosial, masalah keluarga, masalah praktis, masalah seksual dan masalah tempat tinggal serta mendeskripsikan

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan dari data hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV baik dari segi prosedur, fasilitas, maupun pelayanan administratif, maka hasil penelitian

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1 aksesibilitas desa-desa dilihat dari jaringan jalan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan termasuk cukup baik dengan persentase 67,

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil temuan dilapangan dan sesuai dengan tujuan penelitian maka didapatkan hasil tentang kondisi sosial ekonomi guru honorer di Kenagarian Koto Baru Kecamatan

Kelima, strategi peningkatan usaha ikan keramba dengan pemanfaatan lahan untuk membuat keramba ikan yang baru, meningkatkan peran anggota keluarga sebagai tenaga kerja, meningkatkan

Pertama, Pendidikan pekerja pertambangan batu mangan di Kenagarian Kamang Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung dilihat dari segi jenjang pendidikan formal pada umumnya

Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dilapangan, maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut : Pertama, Partisipasi masyarakat dari segi persemaian dan pembibitan

Adapun yang merupakan data primer dalam penelitian ini adalah keterangan-keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan yaitu: Status Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa