1
1
SOCIETY’S PARTICIPATION IN THE REHABILITATION OF MANGROVE FOREST IN JORONG UJUANG LABUANGNAGARI
TIKU V JORONG DISTRICT OF TANJUNG MUTIARA AGAM
By:Sovia Novita*Slamet Rianto**Rika Despica**
Geography Education College Student of STKIP PGRI Western Sumatra*
Geography Education Lecturers of STKIP PGRI Western Sumatra**
ABSTRACT
This research was focused on society’s participation in the rehabilitation of mangrove forest in jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Tanjung Mutiara district Agam regency.
This was purposed to see the society participation in the rehabilitation of mangrove forest in terms of: 1) seedbed and nursery, 2) planting and 3) maintenance.This research was kind of kualitative.
It was done by snowball sampling. It started from choosing informants the head of village called Mr Wali Nagari, Wali Jorong and informant supporting that was society. The technique used was interviewing.The results showed that society participation in the rehabilitation of mangrove forests in Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Tanjung Mutiara district Agam regency were: 1) The society participation in the seedbed and nursery was good enough because the people use seeds from seedbed and nursery that was done by the society itself, 2) The planting of mangrove seeds was done perfectly, because almost of the society get participation and be active, 3) while in the maintenance side it was bad, it caused by the lack of society awareness.
Keyword: Participation, Mangrove Forest and Rehabilitation
PENDAHULUAN
Mangrove adalah formasi vegetasi yang tumbuh didaerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri–ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Hutan mangrove memiliki berbagai macam fungsi yaitu sebagai berikut (Rahmawaty, 2006), 1) Fungsi Fisik: Menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi) dan intrusi air laut, peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap sedimen, pengendali banjir, mengeloh bahan limbah, penghasil detritus, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2 serta mengurangi resiko terhadap bahaya tsunami, 2) Fungsi Biologis: Merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota,
sumber plasma nutfat (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol penyakit malaria, 3) Fungsi Sosial Ekonomi : Sumber mata pencarian, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, obat dan makanan), sumber bahan bangunan dan kerajinan,tempat wisata alam, objek pendidikan dan penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal perkebunan.
Hutan pantai memiliki flora dan fauna yang spesifik dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Keanekaragaman flora dan fauna tergantung pada bentuk pantai. Hutan pantai juga menjadi daerah penyangga ( buffer zone ) atau peralihan antara daratan dan laut. Sebagai penyangga maka hutan pantai sangat peka terhadap kerusakan.
Dengan demikian keberadaan dan keutuhan kualitas dan kuantitas sumber daya tersebut kini semakin menurun. Hal ini menyebabkan flora dan fauna hutan pantai berangsur punah serta terjadi banjir, erosi, abrasi,
2
instrusi air laut, kekeringan dimusim kemarau dan bencana lain yang merugikan manusia (Iswandi U, 2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tanggal 1 Juni 2015, bahwa di Jorong Ujuang Labuang terdapat areal hutan mangrove seluas ±45 ha pada tahun 2012, setelah dilakukan rehabilitasi hutan mangrove luasnya bertambah menjadi ±50 ha pada tahun 2015, hutan mangrove tersebut sebagian dijadikan tempat pemukiman warga, tempat perkebunan dan ditebang sebagai keperluan rumah tangga contohnya untuk kayu bakar. Sebagai kayu bakar, semua bagian mangrove yang terdiri dari batang, ranting dan akar diambil. Kayu dari mangrove bermutu tinggi, yaitu menghasilkan panas yang sangat baik, tahan lama pada saat dibakar dan menghasilkan arang yang baik. Sehingga luas hutan mangrove semakin berkurang. Masyarakat di Jorong Ujuang Labuang hanya sebagian kecil yang mengetahui peranan dan fungsi dari hutan mangrove.
Perlu dilakukan upaya pemulihan dan peningkatan kemampuan hutan mangrove, khusunya dikawasan pesisir dengan melibatkan para pihak secara terpadu, transparan dalam satu gerakan Nasional. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) di Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah langkah yang paling tepat untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih luas. Namun, sedikit sekali yang peduli pada kegiatan tersebut, padahal manfaatnya sangat besar bagi masyarakat (Mukhlis, 2012).
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) di Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan melalui gerakan menanam pohon atau bibit pohon mangrove dihutan yang mulai berkurang.
Dinas Kehutanan dan Perkebunana (Hutbun) bekerjasama dengan lembaga-lembaga masyarakat di Jorong Ujuang Labuang telah melakukan penanaman kembali bibit mangrove diwilayah pesisir pantai.
Berdasarkan wawancara dengan salah seorang koordinator dari rehabilitasi mangrove dapat diketahui areal mangrove yang direhabilitasi seluas 5 ha, dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan adanya program rehabilitasi ini akan
berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Secara umum rehabilitasi adalah tindakan untuk menempatkan kembali sebagian atau terkadang, seluruh struktur atau karakteristik fungsional dari suatu ekosistem yang telah hilang atau substitusi dari alternatif yang berkualitas atau berkarakteristik lebih baik dengan yang saat ini ada dengan pandangan bahwa mereka memiliki nilai sosial, ekonomi dan ekologi dibandingkan kondisi sebelumya yang rusak atau terdegradasi. MENHUT dalam Marine (2010). Menurut Menteri Kehutanan (2012) Rehabilitasi hutan adalah upaya pembuatan tanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/terbuka, alang-alang atau semak belukar dan hutan rawang untuk mengembalikan fungsi hutan. Rehabilitasi hutan mangrove adalah penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan. Agar rehabilitasi dapat berjalan secara efektif dan efisien perlu didahului survei untuk menetapkan kawasan yang potensial untuk rehabilitas berdasarkan penilaian kondisi fisik dan vegetasinya (Anonimous, 2014).
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang KehutananPasal 42ayat (1) disebutkan bahwa Rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik, selanjutnya pada ayat (2) Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya melalui pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan memberdayakan masyarakat.Mengacu pada Undang-undang tersebut maka pelibatan masyarakat pada tiap tahapan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di wilayahnya sangatlah diperlukan, bukan hanya sebagai pelaksana penanaman, namun masyarakat sudah harus dilibatkan sejak perencanaan sampai pemeliharaan. Demi keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove tersebut, maka tingkat partisipasi masyarakat pada tiap tahapan baik berupa pikiran, tenaga, keahlian, barang, dan uang sangat diharapkan (Ulfah, 2012).
Partisipasi masyarakat saat ini sangat dibutuhkan dalam rangka ikut serta dalam melestarikan ekosistem mangrove, karena hasil-hasil dari pelestarian mangrove akan dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh
3
masyarakat juga, baik masyarakat umum maupun masyarakat yang berada disekitar kawasan mangrove. Dengan partisipasi akan meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirinnya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Partisipasi atau keikutsertaan masyarakat yang berada di Jorong Ujuang Labuang sangat dibutuhkan demi mensukseskan pelaksanaan rehabilitasi tersebut, dimana tahap pelaksanaan kegiatan ini yang dimulai dari pembersihan lahan, persemaian, pengangkutan bibit, pembuatan lubang, penanaman dan pemeliharaan. Partisipasi masyarakat sekitar menjadi peranan penting untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang : “Partisipasi Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan Mangrove di Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam“.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi hutan mangrove dari segi persemaian dan pembibitan, penanaman dan pemeliharaan di Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2014).
Penelitian ini dilaksanakan di Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tajung Mutiara Kabupaten Agam, karena didaerah ini sudah dilaksanakan rehabilitasi hutan mangrove oleh masyarakat pada 2013. Waktu penelitian dimulai bulan Mei sampai Juni 2015.
Dalam penelitian ini metode yang dimanfaatkan ialah metode, wawancara, observasi, dokumentasi , metode ini dipilih karena dengan metode ini peneliti bisa
melihat dan mengamati secara langsung perilaku informan, sehingga data yang di peroleh dari informan, menjadi data lebih akurat dan tepat sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Sebagai anggota masyarakat dengan kebaikan atau kesukarelaan dia dapat memberikan pandangan tentang nilai, sikap dan kebudayaan, yang menjadi latar penelitian setempat (Moeleong, 2014). Untuk itu yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Masyarakat disekitar daerah di Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tajung Mutiara Kabupaten Agam.
Informan penelitian diambil secara SnowballSampling dimana Snowball Sampling ini adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awal jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar.
Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2014).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Daerah Penelitian Luas wilayah Kecamatan Tanjung adalah 205.73 km2. Kecamatan Tanjung Mutiara terdiri dari 3 Nagari yaitu: Nagari Tiku Selatan, Nagari Tiku V Jorong dan Nagari Tiku Utara. Secara astronomis Nagari Tiku V Jorong terletak antara 990 47’00” BT – 990 63’0”BT dan 0o 10’0” LS – 00 23’0”LS. Nagari Tiku V Jorong mempunyai 7 (tujuh) Jorong yang termasuk daerah pesisir yaitu: Jorong Subang-subang, Jorong Labuhan, Jorong Masang, Jorong Muaro Putuih, Jorong Ujuang Labuang, Jorong Ujuang Labuang Timur dan Jorong Masang Timur.
Jorong Ujuang Labuang merupakan salah satu Jorong yang termasuk daerah pesisir pantai di Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.Adapun Batas-batas wilayah Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Jorong Muaro Putuih.
4
b. Sebelah Selatan : Jorong Pasir Panas Nagari Tiku Selatan.
c. Sebelah Timur : Jorong Ujuang Labuang Timur.
d. Sebelah Barat : Samudra Indonesia.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dilapangan, maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut :
Pertama, Partisipasi masyarakat dari segi persemaian dan pembibitan dalam rehabilitasi hutan mangrove di Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam ini sudah tergolong tinggi, bahwa secara keseluruhan masyarakat sudah menggunakan bibit pohon mangrove dari hasil persemaian dan pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri serta masyarakat dibantu oleh dinas kehutanan dalam melakukan pembibitan mangrove tersebut. Bibit mangrove tersebut diperoleh oleh masyarakat dari pemekaran dari pohon mangrove yang ada di Jorong Ujuang Labuang atau dari buah pohon mangrove yang sudah matang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarto dan Ekariyono (2003) persemaian adalah suatu areal pemeliharaan benih yang lokasinya tetap dan dibangun dengan penataan yang rapi dan teratur, Sedangkan bibit adalah penyemaian dan pengembangan bibit untuk ditanam atau diternakkan didaerah dimana yang akan kita tanamkan dan sesuatu yang diperoleh dari benih, yang nantinya akan ditanam dan tumbuh dimedia penanamannya. Untuk melakukan penanaman pohon ini harus dilakukan pemilihan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup serta tepat waktu diperlukan standar hasil (Mentri Kehutanan 2004).
Kedua, Partisipasi masyarakat dari segi penanaman dalam rehabilitasi hutan mangrove ini sudah berjalan dengan baik seperti yang diungkapkan oleh masyarakat yang berada di Jorong Ujuang Labuang, bahwa masyarakat berpartisipasi aktif dengan bergotong royong atau bekerja sama dari segi penanaman bibit mangrove dan penanaman bibit mangrove ini dibantu juga oleh anak SMA N2 Lubuk Basung. Hal ini terbukti Hampir semua bibit mangrove yang ada sudah ditanami oleh masyarakat. Cara menanamnya yaitu membuat lobang, berapa
besar dan dalamnya lobang tersebut diperkirakan saja oleh masyarakat, bibit mangrove yang di tanami dalam polibeg dikeluarkan dan di tanam pada lobang yang telah dibuat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kustanti (2011) penanaman mangrove merupakan upaya memperbaiki kondisi hutan yang rusak. Kerusakan hutan mangrove ini bisa disebabkan berbagai macam hal, yaitu daya alam (abrasi, tsunami dan angin/badai) dan ulah manusia (penebangan, pembuatan dermaga, pertambangan, industri, pembuangan limbah domestik dan Internasional dan pertumbuhan kota pantai) kegiatan penanaman yang dilakukan merupakan rangkaian kegiatan setelah dilakukan kegiatan persemaian.
Ketiga, Partisipasi masyarakat dari segi pemeliharaan dalam rehabilitasi hutan mangrove di Jorong Ujuang Labuang ini sangat tergolong rendah. Hal ini terlihat kurangnya kesadaran mereka untuk melakukan pemeliharaan, merawat, menyiangi dan melihat kembali bibit mangrove yang telah ditanami tersebut serta masyarakat melepaskan dan membuat kandang ternaknya disekitar lahan tanaman mangrove, yang menyebabkan tanaman mangrove tersebut rusak serta mati.
Walaupun masih ada tetap untuk memelihara tanaman itu tetapi masih banyak tidak menyempatkan waktu untuk melakukan pemeliharanya. Masyarakat pergi ke lahan hutan mangrove tersebut hanya untuk mencari lokan, udang, katam dan memancing ikan.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Indriyanto (2008) pemeliharaan adalah upaya yang kita lakukan untuk meningkatkan peran positif dan menekan peran negatif dari semua faktor lingkungan tersebut, pemeliharaan tanaman sangat baik.
Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman, antara lain: penyulaman tanaman, penyiangan tanaman, pendangiran tanaman, pemupukan tanaman, pemangkasan cabang, penjarangan tanaman dan pengendalian hama penyakit.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan dari temuan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
5
1. Partisipasi masyarakat dari segi persemaian dan pembibitan dalam rehabilitasi hutan mangrove di Jorong Ujuang Labuang Nagari Tiku V Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam berdasarkan penelitian sudah tergolong tinggi, bahwa secara keseluruhan masyarakat sudah menggunakan bibit pohon mangrove dari hasil persemaian dan pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
2. Partisipasi masyarakat dari segi penanaman dalam rehabilitasi hutan mangrove ini sudah berjalan dengan baik seperti yang diungkapkan oleh masyarakat yang berada di Jorong Ujuang Labuang, bahwa masyarakat berpartisipasi aktif dengan bergotong royong dari segi penanaman bibit mangrove dan adanya partisipasi dari anak sekolah SMA N2 Lubuk Basung, hal ini terbukti dari : hampir semua bibit mangrove yang ada sudah ditanami oleh masyarakat.
3. Partisipasi masyarakat dari segi pemeliharaan dalam rehabilitasi hutan mangrove di wilayah ini sangat tergolong rendah. Hal ini terlihat kurangnya kesadaran mereka untuk melakukan pemeliharaan terhadap bibit mangrove yang telah ditanami tersebut, walaupun masih ada yang memelihara tanaman itu tetapi masih banyak tidak menyempatkan waktu untuk melakukan pemeliharanya serta masyarakat membuat kandang ternak dan melepaskan ternaknya di sekitar tanaman mangrove tersebut.
Saran
1. Partisipasi masyarakat dari segi persemaian dan pembibitan dalam rehabilitasi hutan mangrove di Jorong Ujuang Labuang sudah tergolong tinggi, seharusnya pemerintahan juga memberikan bibit yang lain kepada masyarakat.
2. Partisipasi masyarakat dari segi penanaman dalam rehabilitasi hutan mangrove di Jorong Ujuang Labuang sudah baik, tetapi perlu ditingkatkan agar lebih efektif dan efisien dan seharusnya masyarakat perlu diberikan sosialisasi dari pemerintah dalam pemeliharaan bibit dalam rehabilitasi
hutan mangrove yang telah ditanam agar mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Seharusnya pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama yang baik dalam pelestarian lingkungan agar segala sesuatu itu dapat memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan yang kita harapkan bersama serta buat masyarakat agar tidak melepaskan dan membuat kandang ternak di sekitar tanaman mangrove karena dapat merusak tanaman bibit mangrove tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Iswandi. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. Padang: UNP Press.
Kartawinata, Kuswata. 2013. Diversitas Ekosistem Alami Indonesia, Jakart:
LIPI Press.
Kustanti, Asihing. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. Bogor: IPB Press.
Marine, Inharr. 2010. Teknik Rehabilitas Mangrove. Blog: Makassar.
Mukhlis, Muhammad. (2012). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Reboisasi Di Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Skripsi STKIP PGRI Padang.
Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Risasmoko, Andy. 2012. Rehabilitasi Hutan
dan Lahan. Http://
risasmoko.blogspot.com/2012/10/re habilitas.hutan.dan.lahan.html (diakses tanggal 12 Maret 2015).
Rozeta, Rika. 2010. Partisipasi Masyarakat dalam Membudayakan Kesehatan Lingkungan Permukiman di Kelurahan Mata Air Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
Skripsi : Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang.
Saparinto, Cahyo. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang:
Dahara Prize.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiarto & Willy Ekariyono. 2003.
Penghijauan Pantai. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
6
Ulfah, Anita. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Kartika Jaya Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal. Mastersthesis: Program Magister Ilmu Lingkungan Undip.
Semarang.