• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Analysis of Potential Carbon Stock and Absorption of Carbon Dioxide (CO2) In the Teak Plantation at Kanagarian Painan Timur Subdistrict IV Jurai Pesisir Selatan District

By:

Yesi Oktavia Herlin*Erna Juita**Farida**

*Education Geography Department Of STKIP PGRI Sumatera Barat

**Lacturer At Education Geography Department Of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Global climate change lately due to disruption of energy balance between the earth and the atmosphere.

This balance was influenced among other things by an increase in carbon dioxide gases or carbon dioxide (CO2), methane (CH4), and nitrous oxide (N2O), better known as Green House Gases (GHG). This study aims to determine the amount of carbon stocks and carbon dioxide absorption (CO2) on teak plantation at kanagarian Painan Timur Subdistrict IV Jurai Pesisir Selatan District. Selection of teak that researchers do, it is based on that previous research has used a mix of garden land, the land of reeds and bushes and mangrove land as the main object in the study of carbon stocks.This type of research is classified as descriptive quantitative research.

Samples were taken on land use teak. Data collection is done by way of field data collection and calculation of data obtained from the field. The results showed total reserves of carbon and absorption of carbon dioxide (CO2) in the teak plantation land with the highest carbon stocks of 129.15 tons / ha and the absorption of carbon dioxide (CO2) emissions by 473.98 tons / ha. While the total reserves of carbon and absorption of carbon dioxide (CO2) which is the lowest in carbon stocks amounting to 37.96 tonnes / ha and the absorption of carbon dioxide (CO2) emissions by 139.31 tons / ha. The average carbon stocks on cropland is 93.24 tonnes / ha and the average absorption of carbon dioxide (CO2) emissions by 342.20 tons / ha. Teak crop land has the potential to store carbon and absorb carbon dioxide (CO2) when the land cover can be maintained properly.

Keywords : carbon stock, absorption CO2, teak

PENDAHULUAN

Pohon jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Pohon jati bisa tumbuh di tempat dengan curah hujan 1250-1300 mm/tahun serta suhu 22-26° C baik di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Area yang sangat baik untuk perkembangan jati yaitu tanah dengan pH 4,5-7 serta tidak dibanjiri dengan air. Pohon besar, berbatang lurus, bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 30-40 m.

Perubahan iklim global yang akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O) yang lebih dikenal dengan gas rumah kaca (GRK).

Jumlah karbon tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah karbon tersimpan diatas tanah (biomassa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah). Untuk itu pengukuran banyaknya karbon yang ditimbun dalam setiap lahan perlu dilakukan, (Hairiah K, Rahayu S, 2007).

Peranan hutan sangat penting untuk mengurangi konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dari atmosfer. Stok karbon yang tersimpan dalam biomassa perlu diukur dan dipantau karena perubahan stok karbon akan berpengaruh terhadap konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer.

Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yakni “Analisis Potensi Cadangan Karbon dan Serapan Karbondioksida (CO2) Pada Lahan Tanaman Jati di Kanagarian Painan Timur Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi potensi cadangan karbon dan serapan karbondioksida pada lahan tanaman jati di Kanagarian Painan Timur Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

Bahan dan alat terdiri dari, data curah hujan 4 tahun terakhir (2011-2014), peta administrasi Kanagarian Painan Timur Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, skala 1:50.000, peta penggunaan lahan Kanagarian Painan Timur Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, skala 1:50.000, GPS, meteran, tali rafia, angket, plastik, spidol dan kertas, cangkul, hulahoop, kayu/pancang, timbangan, dan kamera digital.

(3)

TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Persiapan plot sampel

Untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah pengambilan sampel dengan datang ke lapangan. Untuk pengambilan sampelnya harus dibuat plot pada lahan yang akan dijadikan tempat penelitian. Contoh plot yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel:

Keterangan:

a. R1= Ring 1= diameter ring 5,64 m (pada R1 diambil semua pohon yang lingkar batangnya 2-19,9 cm) b. R2= Ring 2= diameter ring 12,62 m

(pada R2 diambil semua pohon yang lingkar batangnya 20-39,9 cm)

c. R3= Ring 3= diameter ring 17,84 m (pada R3 diambil semua pohon yang lingkar batangnya ≥ 40 cm) 2. Pengukuran lingkar batang pohon

Biomasa adalah total berat kering dari bahan organik dinyatakan dalam satuan kilogram atau ton. Untuk mengetahui berat biomasa pada disekitar pohon, akan dilakukan pengukuran lingkar batang pohon dengan diameter setinggi dada (DBH) atau sekitar 1,3 m yang pengukurannya pada berbagai kondisi pohon tiap lahan (SNI 7724:2011), dapat dilihat pada gambar berikut ini:

3. Analisa data

a. Penghitungan biomasa pohon

Penghitungan biomasa pohon dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik. Menurut Sutaryo, D penghitungan biomasa pada lahan

tanaman jati menggunakan rumus sebagai berikut;

Y = 0,153 × DBH2,382 Keterangan:

DBH = diameter setinggi dada (cm) b. Penghitungan biomasa nekromasa

Penghitungan nekromasa dilakukan dengan menggunakan rumus, (Hairiah, 2011).

1) Nekromasa Berkayu

Keterangan:

BK = berat kering (kg) π = 22/7 atau 3,14

H = panjang/tinggi

nekromasa (cm)

D2 = diameter nekromasa (cm)

2) Nekromasa Tidak Berkayu

Keterangan:

BK = berat kering (g) BB = berat basah (g) c. Penghitungan Total Karbon Pada

Tumbuhan

(total biomasa pohon + total biomasa nekromasa)× 0,46

Keterangan:

Total biomasa pohon = total per plot (ton/ha)

Total biomasa nekromasa = total per plot (ton/ha)

0,46 = nilai

persentase kandungan karbon pada tumbuhan

d. Penghitungan Karbon Tanah

Ct = Kedalaman tanah × BD × % C organik

Keterangan:

Ct = kandungan

karbon tanah (g/cm2)

Kedalaman tanah = kedalaman contoh tanah (cm)

BD = berat jenis

tanah

% C organik = dari analisis labor

e. Total Karbon Plot

Cplot = Ctumbuhan + Ctanah

Keterangan:

Cplot = total cadangan karbon

pada tiap plot sampel (ton C/ha) R1=5,64 m

Lingkar batang=

5-19,9 cm R2= 12,62 m Lingkar batang=

20-39,9 m R3= 17,84 m Lingkar batang= ≥ 40 cm

(4)

Ctumbuhan = total cadangan karbon tumbuhan tiap plot sampel (ton C/ha)

Ctanah = total cadangan karbon tanah tiap plot sampel (ton C/ha) f. Total Serapan Karbon Pada Lahan

Total serapan karbondioksida dari atmosfer pada lahan tanaman jati dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut, (Martin Lukito dan Ahadiati Rohmatiah, 2013)

Serapan karbon = total karbon × 3,67

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, potensi cadangan karbon pada lahan tanaman jati didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa biomasa pohon dan karbon pohon yang tertinggi terdapat pada plot 9 dengan biomasa pohon sebesar 273,23 ton C/ha dan cadangan karbon pohon sebesar 125,68 ton C/ha.

Sedangkan yang terendah terdapat pada plot 1 dengan biomasa pohon sebesar 76,07 ton C/ha dan cadangan karbon pohon sebesar 34,99 ton C/ha. Biomasa serasah dan karbon serasah yang tertinggi terdapat pada plot 3 dengan biomasa serasah sebesar 7,54 ton C/ha dan cadangan karbon serasah sebesar 3,47 ton C/ha. Sedangkan yang terendah terdapat pada plot 8 dengan biomasa serasah sebesar 5,31 ton C/ha dan cadangan karbon serasah sebesar 2,44 ton C/ha. Rata-rata C organik yang tertinggi terdapat pada plot 1, 2, 4, 5, 6, 7, dan 10 yaitu mendekati angka sebesar 0,02 ton C/ha. Sedangkan yang terendah terdapat pada plot 3, 8, dan 9 yaitu sebesar 0,01 ton C/ha.

Total cadangan karbon pada lahan jati yang tertinggi terdapat pada plot 9 sebesar 129,15 ton C/ha. Sedangkan cadangan karbon yang terendah terdapat pada plot 1 sebesar 37,96 ton C/ha. Rendahnya cadangan karbon pada plot 1 disebabkan karena kecilnya diameter pohon dan sedikitnya tutupan lahan.

Kedua, potensi serapan karbondioksida (CO2) pada lahan jati didapatkan hasil yang menunjukkan serapan karbondioksida (CO2) tertinggi terdapat pada plot 9 sebesar 473,98 ton/ha. Sedangkan serapan karbondioksida (CO2) yang terendah terdapat pada plot 1 sebesar 139,31 ton/ha.

Total serapan karbondioksida (CO2) sebesar 3422 ton/ha dengan rata-rata 342,2 ton/ha.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Martin Lukito dan Ahadiati Rohmatiah (2013) dengan judul “Estimasi Biomassa dan Karbon Tanaman Jati Umur 5 Tahun (Kasus Kawasan Hutan Tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) Desa Krowe, Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan)” menunjukkan hasil

kandungan karbon tegakan per pohon berkisar antara 1,3-33,417 ton C/ha dengan rata-rata 13,65 ton C/ha. Sedangkan besarnya potensi penyerapan CO2 tanaman jati unggul nusantara rata-rata sebesar 50,113 ton C/ha atau setara dengan 240,55 ton karbon keseluruhan tanaman jati unggul nusantara di desa Krowe.

Rata-rata cadangan karbon di lokasi penelitian ini sebesar 93,24 ton C/ha dan serapan karbondioksida (CO2) sebesar 342,20 ton/ha. Kedua hasil tersebut jika dibandingkan dengan hasil penelitian Martin Lukito dan Ahadiati Rohmatiah (2013), maka rata-rata cadangan karbon dan serapan karbondioksida (CO2) pada penelitian ini menunjukkan lebih tinggi potensi cadangan karbon dan serapan karbondioksida (CO2) pada lahan tanaman jati di Kanagarian Painan Timur dibandingkan lahan jati unggul nusantara di desa krowe.

Apabila lahan jati ini di pelihara dengan baik maka akan meningkatkan potensi cadangan karbon dan serapan karbondioksida (CO2).

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Potensi cadangan karbon pada lahan tanaman jati yang tertinggi sebesar 129,15 ton C/ha, sedangkan yang terendah sebesar 37,96 ton C/ha. Dengan rata-rata cadangan karbon sebesar 93,24 ton C/ha. Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah tutupan lahan dan diameter pohon yang terdapat pada tiap plot.

b. Potensi serapan karbondioksida (CO2) pada lahan tanaman jati yang tertinggi 139,31 ton/ha, sedangkan yang terendah sebesar 139,31 ton/ha. Dengan rata-rata serapan karbondioksida (CO2) sebesar 342,20 ton/ha.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

a. Masyarakat diharapkan dapat mengurangi resiko pemanasan global dengan cara memperbanyak penanaman pohon hijau

b. Penelitian ini diharapkan dapat membuka peluang bagi peneliti berikutnya tentang hal yang lebih mendalam lagi tentang cadangan karbon dan serapan karbondioksida (CO2) yang berkaitan dengan nilai ekonomi cadangan karbon

(5)

c. Pemerintah lewat dinas kehutanan ataupun dinas terkait lainnya agar mendukung dan memfasilitasi kegiatan rehabilitasi lahan sebagai bentuk mitigasi terhadap perubahan iklim DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Informasi Singkat Jati (Tectona grandis) Linn. F. Palembang.

BPS. 2014. Pesisir Selatan Dalam Angka 2014.

Painan: BPS Kabupaten Pesisir Selatan.

Burgers, Paul, Iskandar, Haris, Angkawijaya, Bubung, Permana, Rizki, Pandu, Ai Farida. Landscapes and The Voluntary Carbon Market, West Sumatra.

https://www.etfrn.org%2Ffile.php%2F30 1%2F4.5burgers-iskandar-angkawijaya- permana-

farida.pdf&usg=AFQjCNFIddc6KmxPF pcR64ipbVMXoa45xw. Diakses pada tanggal 15 oktober 2015

Chanan, Mochammad. 2012. Pendugaan Cadangan Karbon (C) Tersimpan Di Atas Permukaan Tanah Pada Vegetasi Hutan Tanaman Jati (Tectona grandis linn. F ) (Di RPH Sengguruh BKPH Sengguruh KPH Malang Perum Perhutani II Jawa Timur). Malang: UMM.

Chandra, Hendra Ardison. 2012. Profil Nagari Painan Timur Painan Tahun 2012.

Painan: Wali Nagari Painan Timur.

Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Effendi, K. 2012. Potensi Karbon Tersimpan dan Penyerapan Karbondioksida Hutan Tanaman Eucalyptus sp. Medan:

Universitas Sumatera Utara

Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran „Karbon Tersimpan‟ di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p Hairiah, K, dkk. 2011. Pengukuran Cadangan

Karbon dari Tingkat Lahan ke Bentang Alam”. Bogor. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia Regional Office.

Manuri, Solichin, dkk. 2011. Tehnik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan. Palembang:

MRPP Dinas Kehutanan Sumsel

Lukito M, Rohmatiah A. 2013. Estimasi Biomassa dan Karbon Tanaman Jati Umur 5 Tahun (Kasus Kawasan Hutan Tanaman Jati

Unggul Nusantara (JUN) Desa Krowe, Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan). Magetan: Universitas Merdeka Madiun

Pambudhi, Annisa, dkk. 2009. Estimasi Stok Karbon Hutan Dengan Menggunakan Citra Alos Avnir-2 di Sebagian Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Kutai Barat. Yogyakarta: UGM

Prayitno, M. B, dkk. 2013. Pendugaan Cadangan Karbon Gambut Pada Agroekosistem Kelapa Sawit. Palembang: Universitas Sriwijaya

Primanika, Aries. 2014. Pendugaan Cadangan Karbon Pada Lahan Alang-alang dan Semak Belukar di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok. Padang: STKIP PGRI SUMBAR Primanika, Aries, Juita, Erna, Farida.2014.

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Lahan Alang-Alang Dan Semak Belukar Di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok.

Skripsi.(http://ejournal-s1.stkip-pgri- sumbar.ac.id/index.php/geografi/article/v iew/2857). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2015

Purwanta, Sugi, dkk. 2015. Budi Daya & Bisnis Kayu Jati. Jakarta: Penebar Swadaya Rosda, Hasna Kurnia Nova. 2012. Akibat

Pencemarann Gas CO2.

http://hasnaknr.blogspot.co.id/2012/12/ta hukah-anda-akibat-pencemaran-gas- co2.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015

Septiawan, Hendra. 2011. Dampak Karbon Monoksida Terhadap Kesehatan.

https://hends86.wordpress.com/2011/07/

01/karbon-dioksida-co2-efek-dan- penanganannya/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015

SNI, 7645. (2011). Pengukuran dan Penghitungan cadangan Karbon-Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan. Badan Standar Nasional.

Sutaryo, Dandun. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Bogor.

Wetlands International Indonesia Programme

Tim Arupa. 2014. “Menghitung Cadangan Karbon di Hutan Rakyat Panduan bagi Para Pendamping Petani Hutan Rakyat”.

Yogyakarta: Biro Penerbit AruPA

Referensi

Dokumen terkait

Hull dalam Zia 2002 Ketiga, Mata pencaharian sampingan masyarakat pengolah batu bata di Desa Serasi Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman pada umumnya adalah buruh,29 responden

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1 aksesibilitas desa-desa dilihat dari jaringan jalan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan termasuk cukup baik dengan persentase 67,

Perekonomian masyarakat Nagari 1Koran Haluan, Pembangunan Bandara International Minangkabau.Tanggal 25 Juli 2005 Kataping tidak saja mengandalkan pertanian sebagai mata

5 PEMBAHASAN Pada tahun 1973 sampai tahun 1995 awal pertama masyarakat Mandailing datang ke Kampung Sungai Kuyung di Nagari Inderapura Selatan Kecamatan Pancung Soal, Kehidupan

Untuk mengantisipasi perkembangan masyarakat, selaras dengan tuntunan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketentraman dan ketertiban umum merupakan suatu kebutuhan mendasar

Kondisi fisik air tanah dangkal di Pantai Pasir Jambak Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, pada titik sampel I, II, IV warna telah memenuhi standar kualitas air

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan dengan 4 orang wali kelas VIII serta dengan 5 orang peserta didik yang dilaksanakan pada 18 November 2015, maka diperoleh keterangan bahwa

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1 Penyesuaian sosial remaja dengan teman dekat belum berjalan dengan baik, karena masih ada remaja yang belum mampu dalam menyesuaikan diri dengan