• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

2

PENDAHULUAN

Bandara Internasional Minangkabau (BIM) adalah Bandar Udara yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman tepatnya di Nagari Kataping yaitu Korong Talao Mundam.

BIM merupakan bandar udara pengganti Bandara Tabing karena tidak mampu lagi menampung pertumbuhan pesat penumpang dan kurang layak dilihat dari segi fisik bandara dan letaknya, yang sudah beroperasi selama 34 tahun dari tahun 1971-21 Juli 2005. BIM berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang dan menempati lahan seluas 427 Ha.

Pembangunan BIM dimulai pada tahun 2001 dan selesai pada juli 2005, dengan dana sekitar 9,4 miliar Yen yang merupakan pinjaman lunak dari Japan Bank Internasional Coorporation (JICB) dan APBN sekitar Rp.

97,6 miliar, yang melibatkan kontraktor Shimizu dan Marubeni JO dari Jepang dan Adhi Karya dari Indonesia.1

Sebelum tahun 2005, kehidupan perekonomian masyarakat Nagari Kataping masih bertumpu pada sektor pertanian, hal itu disebabkan karena terdapatnya lahan pertanian yang cukup luas untuk di usahakan sebagai sumber mata pencaharian. Disamping itu, alternatif lain untuk mencari nafkah pada lapangan pekerjaan dibidang yang memerlukan keahlian formal belum ada di daerah mereka. Keberadaan BIM telah mampu membuka lapangan pekerjaan yang bervariasi dari pada jenis pekerjaan yang ada dalam bidang pertanian. Lapangan pekerjaan ini memerlukan keahlian khusus yang memerlukan jenis pendidikan tertentu, sehingga masyarakat menjadi terpacu dalam memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, hal ini juga mengakibatkan tingginya motivasi masyarakat terhadap pendidikan dengan harapan bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari pada pekerjaan dibidang pertanian.

Semenjak keberadaan BIM terjadi berbagai perubahan dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat Nagari Kataping. Perekonomian masyarakat Nagari

1Koran Haluan, Pembangunan Bandara International Minangkabau.Tanggal 25 Juli 2005

Kataping tidak saja mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian mereka, namun juga sektor non pertanian, yaitu terbukanya kesempatan bekerja bagi masyarakat sekitar, baik dari sektor formal maupun informal, dari sektor formal yaitu terbukanya kesempatan untuk masyarakat bekerja di BIM, baik itu sebagai porter, satpam, cleaning service, maskapai penerbangan dan lain sebagainya, sedangkan dari sektor informal seperti menjadi tukang ojek, biro travel dan juga kesempatan untuk membuka usaha, seperti berdagang disepanjang jalan utama menuju bandara dan di belakang parkiran sepeda motor BIM.2

Keberadaan BIM juga mengakibatkan lancarnya akses jalan Ketaping sehingga masyarakat yang tadinya bersifat tertutup menjadi lebih terbuka terhadap datangnya pengaruh dari luar, serta nagari Ketaping yang sebelumnya merupakan perkampungan sederhana menjadi daerah yang cukup ramai didatangi oleh para pendatang baik dari kota Padang maupun masyarakat Kabupaten Padang Pariaman serta berbagai daerah lainnya.

Berdasarkan uraian diatas maka belum ada tulisan yang mengkaji tentang perubahan kehidupan masyarakat semenjak adanya BIM di Nagari Ketaping, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan judul Keberadaan Bandara International Minangkabau Terhadap Perubahan Kehidupan Masyarakat Ketaping Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005- 2014

BATASAN MASALAH

Batasan temporal dari penelitian ini adalah tahun 2005 sampai tahun 2014. Tahun 2005 dijadikan sebagai batasan awal penelitian karena pada tahun ini awal beroperasinya BIM, sedangkan batas akhir penelitian yaitu tahun 2014 karena pada tahun ini terjadi perubahan-perubahan terhadap kehidupan masyarakat dan banyaknya masyarakat pendatang dari luar Nagari Kataping sehingga

2Wawancara dengan Dasman Sekretaris Nagari Kataping, pada tanggal 10 Maret 2015

(3)

3

masyarakat Kataping menjadi terbuka terhadap datangnya pengaruh dari luar.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan masyarakat Nagari Kataping sebelum dan sesudah berdirinya BIM ?

2. Bagaimana perubahan kehidupan masyarakat sejak keberadaan BIM di Nagari Kataping tahun 2005-2014 ?

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Menjelaskan kehidupan masyarakat Ketaping sebelum dan sesudah berdirinya BIM

2. Mendeskripsikan perubahan kehidupan masyarakat sejak keberadaan BIM di Nagari Kataping tahun 2005-2014

MANFAAT PENELITIAN

1. Memperkaya kemampuan khasanah tentang pengaruh keberadaan BIM terhadap kehidupan masyarakat di sekitar Nagari Ketaping

2. Dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang berkaitan dengan permasalahan yang serupa.

Selain itu juga di harapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintahan dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat setempat.

STUDI RELEVAN

Sesuai dengan judul penulisan yaitu keberadaan BIM terhadap perubahan kehidupan masyarakat Ketaping tahun 2005–

2014. Maka pembahasannya penulis perjelas dengan melihat beberapa skripsi nara sumber, seperti Skripsi Nurmansyah, 2011, Pembangunan Jalan By-Pass dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Sekitar (1991-2003), mengkaji tentang jalan Padang By-Pass adalah sebuah proyek pembangunan yang dilakukan pada periode repelita IV, proyek pembangunan jalan By-Pass ini dibangun memanjang di Kawasan Timur Kota

Padang yaitu dari Kelurahan Lubuk Begalung sampai pada Kelurahan Duku.3

Skripsi Wides Thori Mora mengenai Perumnas Belimbing dan Dampak Pembangunan Bagi Masyarakat Kelurahan Kuranji Kota Padang (1990-2009). Skripsi ini melihat proses terjadinya pembangunan Perumnas Belimbing serta dampak yang timbul bagi pembangunan perumnas tersebut.4

Skripsi Rima Fitria Z mengkaji tentang Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang 1984 – 2000. Skripsi ini menjelaskan tentang perubahan sosial ekonomi ditengah- tengah kehidupan masyarakat sekitar.Perubahan ini terjadi akibat di bukanya wilayah Gunung Sarik menjadi areal pemukiman semenjak tahun 1984.5

Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam beberapa skripsi tersebut terlihat adanya keterkaitan permasalahan dengan penelitian penulis, yakni kajian tentang perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.Penelitian dengan judul Keberadaan BIM Terhadap Perubahan Kehidupan Masyarakat Ketaping Kabupaten Padang Pariaman tahun 2005 – 2014 ini tertarik untuk mengetahui dan melihat secara dekat perubahan kehidupan masyarakat semenjak adanya BIM di Nagari Ketaping Kabupaten Padang Pariaman.

3Nurmansyah, Pembangunan Jalan By-Pass Dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Sekitar (1991-2003) Skripsi.

(Padang : Fakultas Sastra Unand, 2011)

4Wides Tori Mora, Perumnas Belimbing Dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kuranji Kota Padang. (1990- 2009)Skripsi.(Padang : Fakultas Sastra Unand.

2010)

4Rima Fitria Z, Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang 1984 – 2000.

Skripsi (Padang : Fakultas Sastra Unand, 2003)

(4)

4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Menurut Kenneth D.

Bailey, metode adalah teknik riset atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.6 Metode sejarah adalah proses mengkaji kebenaran, rekaman masa lalu dan menganalisis secara kritis. Metode sejarah terdiri atas empat tahap, yaitu pengumpulan data (heuristik), kritik sumber (pengujian), interpretasi data dan historiografi atau penulisan sejarah7

Tahap pertama, Heuristik yaitu tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan objek penelitian. Dalam melakukan penelitian mengenai keberadaan BIM terhadap perubahan kehidupan masyarakat Kataping maka penulisan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan data yang berhubungan langsung dengan objek yaitu diteliti. Sumber primer berupa hasil wawancara dan hasil pengamatan dilapangan. Sumber primer yang diperoleh diantara adalah dari arsip di kantor wali nagari, kantor dinas perhubungan Kabupaten Padang Pariaman, selain itu sumber primer juga berasal dari wawancara dengan wali nagari dan tokoh masyarakat setempat.

Selain sumber primer, sumber berikutnya dilakukan pengumpulan sumber sekunder yang menunjang penelitian ini, data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu menggunakan literatur yang berkaitan langsung dengan topik permasalahan ini. Studi kepustakaan dilakukan pada berbagai perpustakaan seperti Perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat, Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Padang, Ruang Baca Jurusan Sejarah, Perpustakaan Jurusan Sastra Universitas Andalas. Selanjutnya tahap kedua, Kritik Sumber yaitu melakukan pengujian dari data yang telah ditemukan dengan melakukan kritik eksternal yakni melakukan pengujian otentitas (keaslian) dan kritik internal yang

6Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 1994) Hal 72

7Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta : UI Press, 1986) Hal 34

dilakukan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh.

Tahap ketiga, interpretasi data dimana data-data yang diperoleh dilapangan, dianalisa dan dirangkaikan berdasarkan sebab akibat serta di kelompokkan sumber berdasarkan objek yang diteliti, kemudian dilanjutkan dengan sintesis yang merangkai atau menghubungkan data dari informasi yang melibatkan interpretasi.

Tahap keempat adalah data dan konsep yang telah melalui tiga tahap diatas kemudian di paparkan dalam bentuk sebuah tulisan (historiografi).

HASIL PENELITIAN

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nagari Kataping Sebelum Tahun 2005

Masyarakat merupakan kehidupan bersama dalam peristiwa sosial sehari-hari, dalam kehidupan tersebut terjadilah hubungan sosial antara seorang individu dengan individu lain, kelompok individu dengan kelompok lainnya, dan kehidupan dinamis. Dalam kehidupan sosial tersebut ada tindakan individu terhadap kelompok yang dibalas oleh individu lain berkelanjutan.8

Perekonomian masyarakat Nagari Kataping sebelum adanya BIM di Nagari Kataping adalah bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian sawah maupun perkebunan.

Pertanian sawah dan perkebunan masyarakat Nagari Kataping dari sebelum tahun 2005 sampai sekarang sebenarnya tidaklah jauh berbeda. Masyarakat masih mengolah lahan pertanian sawah yang menghasilkan padi, dari hasil pertanian ini masyarakat banyak menggantungkan hidupnya. Selain padi, masyarakat Kataping juga mengolah lahan pertanian di nagari mereka dengan menanami berbagai jenis tanaman yang dapat menopang perekonomian masyarakat seperti kelapa, kakao dan pinang. Hasil pertanian ini juga dikonsumsi langsung oleh masyarakat selain dijual di pasar-pasar. Penyebaran lahan pertanian di Nagari Kataping tidaklah merata dikarenakan kondisi tanah yang berbeda disebabkan Nagari Kataping yang tterletak di

8Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP. 1996. Sosiologi

(5)

5

pesisir pantai. Seperti daerah Talao Mundam sebelum tahun 2005 atau sebelum BIM dibangun adalah masih banyak lahan yang tidak produktif atau masih berupa rawa dan hutan. Keadaan tanah yang banyak rawa membuat sifat tanah ini berupa tanah gambut sehingga kurang bagus untuk lahan pertanian, hanya sebagian kecil tanah di korong ini yang bisa di garap untuk pertanian padi. Dibagian utara nagari Kataping banyak masyarakat yang mengolah tanah mereka untuk lahan pertanian antara lain Korong Pilubang dan Korong Simpang.

Perbedaan tidak terlalu terlihat antara pertanian sawah sebelum tahun 2005 dengan pertanian setelah berdirinya BIM, yang menjadi perbedaan antara kedua rentang waktu tersebut adalah pemasaran dari hasil pertanian Nagari Kataping. Sebelum berdirinya BIM Nagari Kataping memiliki akses jalan yang kurang baik dimana masih berupa jalan yang berkerikil. Akses jalan dengan nagari luar hanya terhubung dengan Lubuk Alung, Nagari Sungai Buluah, dan Nagari Ulakan Tapakis.

Prasarana jalan yang tidak mendukung ini menyebabkan roda perekonomian masyarakat tidak berjalan dengan lancar.

Kehidupan Masyarakat Nagari Kataping Tahun 2005-2008

Pada tahun 2005 awal beroperasinya BIM masyarakat di Nagari Kataping mulai mengalami perubahan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat ke arah yang lebih baik, hal di karenakan masyarakat mulai berfikir untuk mengolah lahan mereka untuk di jadikan bangunan unit usaha serta masyarakat sudah mulai giat berusaha dengan memanfaatkan keberadaan BIM di daerah mereka.

Semenjak keberadaan BIM mengakibatkan mulai terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat, pekerjaan untuk masyarakat mulai bertambah baik dari sektor formal maupun informal. Dari sektor formal yaitu terbukanya kesempatan untuk masyarakat yang ingin bekerja di BIM, baik itu sebagai porter, satpam, cleaning service, maskapai penerbangan dan lain sebagainya. Sedangkan dari sektor informal seperti menjadi tukang ojek dan berdagang

baik di sepanjang jalan utama menuju BIM maupun disekitar parkiran sepeda motor BIM.

Pekerja sebagai porter, satpam dan cleaning service di BIM merupakan mayoritas masyarakat Nagari Kataping, hal itu sesuai dengan kesepakatan awal antara Rajo Sampono dengan pihak pengelola BIM bahwa setelah beroperasinya BIM pekerja sebagai porter, satpam dan cleaning service semuanya di rekrut dari masyarakat Nagari Kataping.

Porter merupakan pekerjaan sebagai tenaga kuli angkut, yang membawakan barang-barang bawaan penumpang BIM. Porter BIM berada dalam pengelolaan yayasan Rumah Gadang yang di pimpin oleh Datuak Rajo Sampono.9

Keberadaan BIM juga mengakibatkan perubahan dari segi sosial pada kehidupan masyarakat setempat. Sejak di bangunnya BIM dan sarana penunjang seperti akses jalan di Nagari Kataping, mengakibatkan akses transportasi menuju dan ke Nagari Kataping semakin lancar serta masyarakat menjadi lebih ramai dengan masyarakat pendatang sehingga masyarakat Nagari Kataping menjadi lebih terbuka terhadap perubahan.

Semenjak tahun 2009 perekononian masyarakat di Nagari Kataping mulai mengalami perubahan yang lebih baik terutama bagi masyarakat yang berada di Korong Talao Mundam, hal ini didukung karena letaknya yang strategis yang berada pada jalur utama jalan dari dan menuju BIM sehingga Korong Talao Mundam lebih cepat mengalami perubahan baik dari segi ekonomi maupun sosial. Di samping itu juga disebabkan lancarnya akses jalan baik antar nagari Kataping maupun menuju dan keluar Nagari Kataping. Sejak dibangunnya jalan di Nagari Kataping hal itu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membangun unit usaha seperti berdagang, bengkel dan kios serta rumah makan, penginapan dan biro travel di sepanjang jalan utama menuju BIM.

9Wawancara dengan Syahrial, Kepala Porter BIM, di Kataping pada tanggal 22 Juni 2015

(6)

6

Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Nagari Kataping Tahun 2009-2014

Perubahan Dalam Mata Pencaharian Masyarakat Nagari Kataping sebelum berdirinya BIM, sebagian besar dari angkatan kerjanya berprofesi sebagai petani, keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, pertama : sebagian masyarakat Nagari Kataping masih belum memiliki pendidikan formal yang tinggi untuk memenuhi syarat memperoleh pekerjaan yang lain dan kepandaian masyarakat hanyalah pada bidang pertanian yang masih bersifat tradisional.

Kedua, terdapat lahan yang cukup luas dan subur untuk diusahakan sebagai sumber mata pencaharian. Pada masa tersebut hasil tani yang ditanam oleh masyarakat Nagari Kataping adalah bertanam padi di sawah dan berkebun seperti jagung, kelapa, cabe, kelapa sawit serta buah naga dan lain sebagainya.10

Semenjak tahun 2001, di Nagari Kataping mulai terlihat adanya pembangunan sarana dan prasarana penunjang ekonomi seperti pembangunan BIM dan sarana pendukung lainnya seperti pembangunan jalan.

Faktor ini menyebabkan berkurangnya tenaga dibidang pertanian karena banyak diantara mereka terutama generasi mudanya beralih ke pekerjaan akibat pembangunan ini, disamping itu juga bekerja sebagai pedagang. Peralihan tenaga kerja dari pertanian keluar sektor pertanian ini menyebabkan banyaknya lahan terlantar, kemudian pada akhirnya lahan tersebut banyak yang dijual dan diperuntukkan untuk pemukiman masyarakat.11

Semenjak tahun 2005 atau setelah beroperasinya BIM di Nagari Kataping, banyak menyerap tenaga kerja dan hal ini ternyata lebih menarik minat masyarakat dibandingkan bekerja menggarap lahan pertanian. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan perlaihan mata pencaharian ini adalah usaha pertanian yang ditekuni tersebut

10Wawancara dengan bapak Yulisman, WaliNagari Kataping, di Kataping tanggal 20 Juni 2015

11Wawancara dengan Bapak Muiz, salah seorang petani di Nagari Kataping, tanggal 27 Juni 2015

tidak lagi memberikan hasil yang baik, harga pupuk buatan yang tidak terjangkau bagi petani juga mendorong sebagian petani tidak mengolah lahan mereka, yang pada akhirnya malah menjual lahan tersebut.12

Keberadaan BIM di Nagari Kataping telah menyebabkan pekerjaan sebagai petani tidak menarik minat generasi muda. Umumnya masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian adalah kelompok usia lanjut (tua), sementara itu kelompok usia produktif lebih cendrung bekerja pada sektor lain selain pertanian, hal ini didorong oleh tingkat pendidikan mereka yang sudah relatif tinggi sehingga memudahkan untuk mendapat pekerjaan yang membutuhkan pendidikan formal.

Keberadaan BIM juga mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Kataping, selain masyarakat bekerja pada sektor bandara baik sebagai porter, cleaning service, satpam dan bekerja di maskapai penerbangan, masyarakat juga mulai membuka usaha baru seperti adanya unit usaha warung atau toko, kios, rumah makan, bengkel serta usaha dibidang jasa seperti tukang ojek, jasa biro travel, penginapan dan lain sebagainya, Keberadaan BIM telah mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat yang awalnya memiliki penghasilan tidak tetap karena harus menunggu masa panen tiba.

Hadirnya BIM di Nagari Kataping memberikan harapan baru bagi masyarakat Nagari Kataping. Mereka berharap dengan adanya BIM tersebut bisa meningkatkan taraf hidup mereka menjadi lebih baik. Keberadaan BIM juga membutuhkan tenaga kerja telah mampu mengatasi pengangguran dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.

Bagi masyarakat bekerja pada sektor bandara tersebut lebih terjamin masa depan keluarga mereka karena bisa mendapatkan penghasilan yang tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.13

12Wawancara dengan bapak Yulisman, Wali Nagari Kataping, di Kataping tanggal 20 Juni 2015

13Wawancara dengan Syahrial, Kepala Porter BIM, di Kataping 22 Juni 2015

(7)

7

Perubahan Dalam Kehidupan Sosial

Perubahan yang tampak dari pembangunan BIM adalah terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka terhadap pengaruh dari luar, dari nilai- nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme, nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak yang dirasakan dari perubahan sosial dan budaya meliputi berbagai bidang kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial seperti : industri, agama, perekonomian, pemerintahan dan pendidikan.

Sebelum adanya pembangunan BIM di Nagari Kataping, masyarakatnya merupakan masyarakat homogen yang terdiri atas penduduk asli saja. Hubungan sosial yang mereka wujudkan mencerminkan ciri kehidupan masyarakat pedesaan pada umumnya, kehidupan sosial yang terwujud dikalangan masyarakat sangat akrab, baik dalam hubungan kerabat, tetangga maupun hubungan pertemanan. Keakraban tersebut terwujud dalam bentuk tolong menolong, misalnya dalam acara pesta perkawinan atau dalam berduka, kebiasaan tolong menolong ini sudah berlangsung sejak lama, jika anggota masyarakat ada yang mengalami musibah, maka warga secara spontan langsung membantu.14

Setelah adanya BIM maka terciptalah masyarakat yang heterogen di Nagari Kataping, penduduknya tidak hanya dihuni oleh warga asli saja, tetapi juga dihuni oleh penduduk dari berbagai daerah, mereka membaur menjadi satu masyarakat yang hidup saling berinteraksi. Hubungan sosial yang mereka wujudkan tidak seakrab sesama penduduk asli Nagari Kataping, namun hubungan itu cukup baik dan harmonis.

Hubungan akrab dan harmonis dengan pendatang umumnya terwujud dengan pendatang yang sudah lama menetap di Nagari Kataping dan memiliki hubungan keluarga dengan penduduk asli setempat.

14Wawancara dengan Dasman, Sekretaris Nagari Kataping, di Kataping, 20 Juni 2015

KESIMPULAN

Nagari Kataping merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Padang Pariaman. Sama halnya dengan kehidupan pedesaan umumnya, mayoritas penduduk Nagari Kataping memiliki mata pencaharian sebagai petani, hal ini didorong oleh keadaan geografis daerah ini berupa dataran yang luas, kondisi ini menyebabkan pertanian menjadi salah satu tumpuan ekonomi sebagian besar masyarakat Nagari Kataping.

Keadaan tersebut mulai berubah setelah adanya Bandara International Minangkabau (BIM) di Nagari Kataping.

Beberapa pembangunan yang terjadi di Nagari Kataping memicu munculnya beberapa unit usaha yang telah membantu terciptanya lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat, seperti munculnya usaha warung, toko-toko, usaha sewa menyewa rumah atau kontrakan dan lainnya. Keberadaan BIM dan pembangunan lainnya yang terjadi di Nagari Kataping telah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Nagari Kataping.

Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi disetiap masyarakat, begitupun perubahan sosial yang terjadi di Nagari Kataping yang telah telah terlihat pada rentang waktu tahun 2005 hingga tahun 2014.

Keberadaan BIM sejak tahun 2005 telah menjadikan daerah ini semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi kemajemukan penduduk, penambahan sarana dan prasarana pendukung, dan lain sebagainya. Keberadaan BIM di Nagari Kataping tidak menyebabkan perubahan total dalam mata pencaharian penduduk. Pertanian masih menjadi salah satu tumpuan ekonomi pada sebagian penduduk, hanya saja lebih kecil dibandingkan sebelum adanya BIM. Umumnya perubahan tersebut terjadi pada angkatan kerja muda yang lebih berorientasi pada sektor luar pertanian.

(8)

8

DAFTAR PUSTAKA

A. Arsip / Dokumen / Koran

Arsip Kantor Wali Nagari Kataping Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan

Nagari Kataping. Kantor Walinagari Kataping. Tahun 2014.

Kecamatan Batang Anai Dalam Angka 2005.

BPS Kabupaten Padang Pariaman Koran Haluan tahun 2005

Koran Padang Ekpres tahun 2012 Koran Singgalang, tahun 2005

Laporan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan BIM. PT Angkasa Pura II.

2014

Yulisman, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari Kataping 2011- 2015. Kantor Wali Nagari Kataping.

Tahun 2011.

B. Buku – Buku

Abdul Syam, Sosiologi: Kelompok dan Masyarakat Sosial, 1987

Gottschalk. Louis, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta : UI Press, 1986)

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 1994)

Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011) Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan

PMP. 1996.Sosiologi

Sartono Kartodirjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar.(Jakarta: Rajawali Pers, 1990)

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta 2007.

Wolf Eric R, Petani Suatu Tinjauan Antropologi, (Jakarta : Rajawali Pers, 1998)

C. Skripsi

Asri Apriliani, Perubahan Sosial Masyarakat Nagari Kasang Kabupaten Padang Pariaman (1982-2010) Skripsi. ( Padang : Fakultas Sastra Unand, 2012)

Nurmansyah, Pembangunan Jalan By-Pass Dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Sekitar (1991-2003) Skripsi. (Padang : Fakultas Sastra Unand, 2011)

Rima Fitria Z, Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Kehidupan Masyarakat Di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang (1984 – 2000) Skripsi (Padang : Fakultas Sastra Unand, 2003)

Wides Tori Mora, Perumnas Belimbing Dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kuranji Kota Padang.

(1990-2009) Skripsi. (Padang : Fakultas Sastra Unand. 2010)

Referensi

Dokumen terkait

8 No Nama Siswa Nilai 1 LS 81 2 UW 85 3 WAN 80 Rata-rata 82 Sumber: Guru Sejarah SMA Negeri 2 Bayang 4 Membuat jadwal belajar dan mengulang pelajaran Tabel 20: Hasil Belajar