0
1 PENDAHULUAN
Berbagai masalah kehidupan di Indonesia pascarevolusi tampak muncul kepermukaan diawal tahun 1950- an.1Perjuangan panjang mempertahankan kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah selesai, meski demikian tidak berarti keadaan di negara Indonesia sudah sepenuhnya normal.
Kekacauan-kekacauan, Salah satu aksi daerah menentang pusat yang menyita perhatian pemerintah dalam kurun waktu 1950-an adalah PRRI/PERMESTA.2pada akhir April 1958 tentara Soekarno mengadakan operasi ke daerah Solok bagian selatan termasuk Koto Anau, dimana di daerah Koto Anau ini banyak terjadi kekerasan pada masyarakat.3
Waktu itu seorang tentara TNI yang sudah bergabung ke PRRI Sersan Bulkaya mau kembali ke induk pasukannya di Bukittinggi. Bulkaya berdua dengan temannya ditangkap di Tabek Daduak di perbatasan Koto Anau – Cupak. Kedua orang ini dibawa ke Balai Koto Anau oleh tentara APRI, Bulkaya di bawa keatas rumah Balai Adat Koto Anau, di atas rumah Balai Adat itulah Bulkaya disiksa, ditendang, disepak, dihantam popor senjata dalam keadaan tangan terikat, sedangkan Nazar teman Bulkaya diikat dengan tangan ke belakang, dibawah pohon beringin disini Nazar di siksa habis-habisan dan dilihat oleh orang dan anak-anak disekitar situ
.
4masyarakat-masyarakat Koto Anau.
Selama pendudukan Nagari Koto Anau oleh tentara Soekarno 1958-1961 masyarakat
1Syamdani. PRRI Pemberontakan atau Bukan (Yogyakarta : Media Presindo, 2008), hal 34
2Zusneli Zubir, peran anak nagari Situjuah Batua kabupaten lima puuh koto dalam peristiwa PDRI dan PRRI (1949- 1966), (Padang : Balai pelestarian sejarah, 2008), hal 64
3Wawancara dengan Yurnalis Labuah Basa, 81 tahun, petani di kenagarian Koto Gadang Koto Anau kecamatan Lembang Jaya 13 Juli 2015
4A.Hadi Rahman, Penderitaan Masyarakat Di Nagari Koto Gadang Koto Anau Kabupaten Solok Khususnya Dan Sumatera Barat Pada Umumnya Selama Perjuangan PRRI Tahun 1958-1961, (Koto Anau : Balai Pustaka, 2013) hal 17
sangat menderita dalam kehidupan sehari – hari, mereka diteror, diintimidasi, di provokasi, ditahan, disiksa dan harta mereka dirampas.5
Tahun 1959 di Koto Anau timbul istilah BBB (Bawa, Bunuh, dan Bakar), Pada waktu itu “tentara Soekarno”6 dipelopori oleh OPR (Organisasi Perlawanan Rakyat) yang anggotanya dari orang-orang PKI semakin menganas, orang-orang diwajibkan ronda, bergotong royong dan kerja-kerja lainnya untuk kepentingan tentara pendudukan bahkan orang-orang komunis ini membakar sekolah Diniyah.7
Kematian yang paling mengenaskan ketika tentara Soekarno melakukan operasi dia menangkap seorang tentara PRRI yang masih muda disekitar Koto Laweh dan Batu Bajanjang, tentara tersebut bernama Arifin ditangkap berdua bersama Darwis dari Pakan Kamih Karak Batu yang sama-sama tentara pelajar, disimpang Ampek Nagari Batu Bajanjang kedua tentara muda ini disiksa dengan tangan, kaki dan popor senjata, yang paling memiriskan adalah perbuatan tentara Soekarno, tentara Soekarno menganiaya Arifin dengan sangat kejam kemudian baru dia ditembak, sedangkan Darwis setelah disiksa dia langsung ditembak, kedua mayat itu ditinggalkan tergeletak begitu saja di lokasi pembunuhan.8
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Kekerasan Pada Masa PRRI Di Nagari Koto Gadang Koto Anau ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan awal mula masuknya peristiwa PRRI di Sumatera Barat
b. Untuk mendeskripsikan berlangsungnya kekerasan pada masyarakat nagari koto Gadang Koto Anau masa PRRI
c. Untuk mendeskripsikan akibat kekerasan terhadap kehidupan masyarakat di Koto Gadang Koto Anau masa PRRI dan pasca PRRI Penulisan ini dimulai dari tahun 1958 karena pada tahun 1958 berdirinya PRRI di
5Ibid hal 25
6Tentara Soekarno adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk sebutan tentara-tentara pada masa PRRI
7Ibid hal 28
8 Ibid hal 40-42
2 Minang Kabau dan bergejolaknya PRRI di kabupaten Solok.
Tahun 1961 menjadi batasan akhir dari penelitian ini karena pada tahun ini berakhirnya PRRI di daerah Kabupaten Solok khususnya daerah Koto Gadang Koto Anau
TulisanataupenelitianmengenaiPRRI memangsudahada.KaryailmiahtentangPRRI dianggaprelevandenganpenelitianiniadalah:
Skripsi Weftriyawati (2012) dalam skripsinya yang berjudul konflik yangterjadi di kayu Tanam masa PRRI.9Skripsi Ufin Nur Putriani, 2012 STKIP PGRI Sumbar dengan judul : Pegolakan Masyarakat Jorong Sungai Liku Pada Masa PRRI Di Kabupaten pesisir Selratan (1958 – 1961).10
Skripsi Siswarni, (2012) STKIP PGRI Sumbar dengan judul : Alahan Panjang Pada Masa PRRI 1958 – 1961.11Skripsi Meldawati, (2005) STKIP PGRI Sumbar tentang “Penderitaan Corp Tjadangan Nasional (CTN) Di Bukit Nilam Kenagarian Aua Kuniang Kabupaten Pasaman Pada Masa PRRI : 1958-1961”. Tahun 1958-1961 di Bukit Nilam.12
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.
Penelitian ini tidak terlepas dari langkah- langkah yang berlaku dalam kaedah-kaedah penulisan sejarah yang tersusun dalam 4 langkah, yaitu Heuristik, kritik sumber, Interpretasi terakhir adalah Historiografi yaitu penulisan sejarah, penulisan akhir setelah mendapati data dan fakta yang benar – benar akurat dan valid dalam penelitian, barulah ditulis dalam bentuk skripsi.13
9Weftriyawati (2012), Konflik Yang Terjadi di Kayu Tanam Masa PRRI.
“Skripsi”. STKIP PGRI Sumatera barat
10Ufin Nur Putriani (2012), Pergolakan Masyarakat Jorong Sungai liku Pada Masa PRRI. “Skripsi”.STKIP PGRI Sumatera Barat
11Siswarni (2012), Alahan Panjang Pada Masa PRRI. “Skripsi”.STKIP PGRI Sumatera Barat
12Meldawati (2005), Penderitaan Corp Tjadangan Nasional (CTN) Di Bukit Nilam Kenagarian Aua Kuniang Kabupaten Pasaman Pada Masa PRRI : 1958-196, .
“Skripsi”. STKIP PGRI Sumabar
13Ibid, hal 38
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI MASYARAKAT KOTO ANAU PADA SAAT PECAHNYA PRRI DI SUMATERA BARAT
a. Kemunculan PRRI di Sumatera Barat
Terjadinya pergolakan di Sumatera Barat didasarkan pada rasa tidak puas masyarakat terhadap pemerintah Soekarno yang terbukti tidak bisa memperbaiki stabilitas ekonomi.14Kehidupan ekonomi yang tidak kunjung pulih dan pemerintahan demokrasi parlementer yang tidak kuat menimbulkan situasi negara yang tidak labil15Lahirnya Dewan Banteng tampaknya saling berkaitan erat dengan banyaknya sumber ketidakpuasan dan kekecewaan umum. Lahirnya Dewan Banteng ini dibuktikan dengan dibentuknya susunan pengurus Dewan Banteng.16
Susunan Pengurus Dewan Banteng yaitu : Letkol Ahmad Husein sebagai ketua, Mayor (Purn) Soelaiman sebagai Sekjen, Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa sebagai anggota, Soetan Soeis sebagai Anggota, Mayor Anwar Umar sebagai Anggota, Kapt.
Nurmathias sebagai anggota, H. Darwis Taram Dt. Tumanggung sebagai Anggota, Ali Luis sebagai Anggota, Sjech Ibrahim Musa Parabek sebagai anggota, Dt.
Simaradjo sebagai anggota, Kol. Ismail Lengah sebagai anggota, Letkol. Hasan Basri sebagai anggota, Saidina Ali sebagai anggota, Let. Sebastian sebagai anggota, A.
Abdoel Manaf sebagai anggota, Kapt. Jusuf Nur sebagai anggota, dan Mayor Sjoeib sebagai anggota.17
Pada tanggal 10 Februari 1958, Dewan perjuangan di Padang menyampaikan ultimatum kepada pemerintah pusat, pada tanggal 15 Februari 1958, Dewan mengumumkan “Proklamasi”
pemerintahan tandingan dengan apa yang
14R.Z Leirissa, PRRI PERMESTA:
Strategi membangun Indonesia Tanpa Komunis (Jakarta: Grafiti 1991 ) hal 60
15Zusneli Zubir, Peran Anak Nagari Situjuah Batua Kabupaten Lima Puluh Koto Dalam Peristiwa PDRI dan PRRI (1949- 1966), (Padang : Balai Pelestarian Sejarah, 2008), hal 64
16Metika Zed dkk, Sumatera Barat Di Panggung Sejarah 1945-1995, (jakarta : Pustaka Sinar Harian, 1998) hal 136
17Ibidhal 139
3 mereka namakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).18
Tanggal 15 Februari 1958 Husein mengumumkan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.19Berdirinya PRRI di Sumatera Barat yang berkedudukan di Bukit Tinggi dianggap oleh pemerintah sebagai pemecah belah persatuan sehingga secepatnya harus diambil tindakan.20
b. Reaksi Masyarakat Terhadap PRRI
Semenjak Dewan Banteng memproklamasikan PRRI, tanggal 05 Februari 1958, beritanya dengan cepat menyebar sampai keseluruh wilayah yang ada di Propinsi Sumatera Tengah, termasuk di Nagari Koto Anau. Sama seperti daerah lain di Sumatera Tengah, anak nagari Koto Anau pada umumnya berpihak kepada PRRI, mereka ikut berperan dalam menghadapi tentara pusat tersebut.
Pergolakan daerah dibawah PRRI di Sumatera Barat mendapatkan sokongan penuh dari semua lapisan masyarakat Koto Anau.21Bantuan itu disalurkan kepada Wali Nagari atau Camat PRRI yang gunanya nanti untuk biaya tentara yang singgah di Koto Anau.22
c. Koto Anau Menjadi Basis PRRI Nagari Koto Anau ini merupakan pusat pemerintahan suatu Nagari yang terdiri dari enam nagari sebelum kemerdekaan dan itu berlangsung sangat lama, yang mana Nagari Koto Gadang Koto Anau ini terdiri dari koto nan anam yang terdiri dari
18Ibidhal 146
19Audrey Kahin, Dari Pemberontakan Ke Integrasi Sumatera Barat Dan Politik Indonesia 1926-1998, (jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008) hal 328-329
20 Dalam “Meldawati”, Penderitaan Corp Tjadangan Nasional (CTN) Di Bukit Nilam Kenagarian Aua Kuniang Kabupaten Pasaman Pada Masa PRRI (1958-961), Skripsi, hal 34
21Wawancara dengan Asma, 85 tahun Warga Masyarakat, Mantan Dapur Umum di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya 19 Agustus 2015
22Wawancara dengan A. Hadi Rahman, 72 tahun Saksi Sejarah di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya 19 Agustus 2015
beberapa nagari yaitu : Koto Anau, Tanah Sirah, Sawah Tapi, Karak Batu, Batu Banyak, dan Limau Lunggo. Selain itu nagari Koto Anau ini merupakan tempat pengungsian bagi masyarakat yang berada dari luar daerah.
Nagari Koto Anau mempunyai udara sejuk dengan ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut, dimana curah hujannya sekitar 400-1000 mm.23Nagari ini berbukit- bukit dan sedikit dataran rendah, luas wilayah Nagari Koto Anau yaitu 3200 Ha dan Nagari ini terdiri dari 12 jorong. Nagari ini sangat strategis untuk pertahanan perang karena banyak bukitnya, apalagi pada masa PRRI belum banyak jalan yang bisa dilalui dengan mobil.24
Pada tahun 1961 sistem pemerintahan Nagari mulai ditata kembali yang mana pada masa itu yang menjadi Wali Nagari adalah Abdurrahman Ali Dt. Bagindo rajo.25
KONFRONTASI DENGAN PUSAT AKIBATNYA TERHADAP NAGARI KOTO ANAU
a. APRI Masuk Koto Anau
Proklamasi PRRI di Padang pada tanggal 10 Februari 1958 mengundang kedatangan tentara pusat ke Sumatra Tengah. Pasukan segera dikirim oleh pusat untuk menjawab ultimatum Husein yang membentuk pemerintah tandingan PRRI tepat lima hari setelah pembacaan ultimatum.26
Pada tahun-tahun awal pendudukan tentara APRI di Solok, semua sekolah secara tidak resmi ditutup. Hal yang menyebabkan menurunnya aktifitas sekolah adalah karena kebanyakan dari pelajar-pelajar sekolah bergabung dengan PRRI sebagai tentara pelajar.27
23Profil Nagari Koto Anau Tahun 2013
24ibid
25Wawancara dengan Amidar Kanin84 tahun, Warga Masyarakat di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya 20 Agustus 2015
26Rian 2009. PRRI dulu, Kini dan Nanti (http://PRRI Dulu, Kini dan Nanti/2009/02/.PRRI.html
27Wawancara dengan Fachruddin Capel 85 tahun, Petani, Anggota Veteran di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya 20 Agustus 2015
4 APRI mulai melakukan operasi kedaerah-daerah di kabupaten Solok yang pada akhirnya tentara pusat ini sampai di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau.
Keadaan koto Anau pada waktu peristiwa tersebut, karena PRRI lari dan bersembunyi diberbagai tempat sehingga sampai di daerah-daerah kecamatan lembang Jaya, di koto Anau inilah yang paling banyak tempat PRRI bersembunyi hingga sampai ke hutan- hutan.28Dengan tekat dan semangat yang tinggi masyarakatnya menyatakan siap berdiri di belakang Ahmad Husein yang mana Ahmad Husein ini merupakan orang yang berasal dari Nagari Koto Anau ini juga dan masyarakat Koto Anau berjanji akan ikut membangun bersama-sama dengan yang dicita-citakan PRRI.29
Kedatangan tentara APRI di Koto Anau ingin menduduki wilayah PRRI, karena mereka benci PRRI yang menentang pusat, pemerintah pusat yang diperintah oleh tentara APRI ini ingin menghancurkan PRRI yang berdiri sendiri dengan alasan tidak boleh Negara dalam negara atau tidak ikut pemerintah pusat.30
b. Kekerasan Pada Masa PRRI di Koto Anau
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan dan lain-lain) yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain.31
Sebelum Koto Anau diduduki oleh tentara pusat, markas tentara tersebut hanya ada di kota Solok. Mula-mula Koto Anau di beset (diduduki) pada tanggal 3 Oktober 1959 oleh BR-2 (Banteng Reider-2).32
28ibid
29Wawancara dengan Indo Gumi, 85 tahun, Petani di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau kecamatan Lembang Jaya 22 Agustus 2015
30Wawancara dengan Indo Gumi, 85 tahun, Petani di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau kecamatan Lembang Jaya 22 Agustus 2015
31Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi ( Jakarta: Kencana, 2011), hal 359
32A.Hadi Rahman, Penderitaan Masyarakat Di Nagari Koto Gadang Koto Anau KabupatenSolok Khususnya Dan Sumatera Barat Pada Umumnya Selama Perjuangan PRRI Tahun 1958-1961, (Koto Anau : Balai Pustaka, 2013) hal 49
ketika Koto Anau diduduki oleh Batalyon 448, masa inilah Koto Anau berada betul-betul dalam tekanan tentara, waktu itu banyak warga yang ditangkap dan dibunuh, ditahan, ditendang, dan dipukuli.33Selama pergolakan daearah di koto Anau tiga setengah tahun, masyarakat benar-benar ditindas, dibunuh, diintimidasi, diprovokasi yang didalangi oleh anggota-anggota partai Komunis Indonesia.34
Ketika tentara Soekarno mulai melakukan operasi disekitar Nagari Koto Anau yang membuat masyarakat semakin takut dan ingin malakukan ijok ketempat yang lebih aman dengan tujuan menyelamatkan diri, terutama bagi kaum perempuan dimana para pemuda Koto Anau menyuruh semua perempuan untuk ijok ke daerah lain agar tidak terjadi kekerasan asusila terhadap perempuan.35
Selama pendudukan Nagari Koto Anau oleh tentara Soekarno 1958-1961 masyarakat sangat menderita dalam kehidupan sehari-hari, begitu banyak penderitaan yang dirasakan oleh masyarakat pada masa itu, pada tahun 1959 timbul sebuah istilah di kenagarian Koto Anau ini yaitu 3B yaitu Bawa, Bunuh dan Bakar.36
Masyarakat Koto Anau pada waktu itu tiap rumah harus membuat lobang perlindungan, ukuran lobang tersebut sekitar sebesar kuburan orang mati, kampanyenya lobang tersebut untuk perlindungan ketika nanti terjadi perperangan dan menghindari dari sasaran penembakan dari pesawat udara, padahal lobang tersebut sebagai persiapan massal untuk kuburan tokoh-tokoh politik dan para ulama yang akan mereka bunuh nanti. Tahun 1959 orang-orang PKI di Koto Anau atau tokoh-tokoh politik serta ulama- ulama yang merupakan lawan tentara Soekarno, dimana didepan rumah mereka menjelang pintu masuk diberi tanda silang (X) dengan cat hitam bahwasanya penghuni rumah ini merupakan sasaran dari BBB atau
33Ibid 54
34 Ibid 55
35Wawancara dengan Nazar Bhakar, 87 tahun Tentara Nasional Pada Masa Perang Kemerdekaan, di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya 21 Agustus 2015
36Wawancara dengan Syi’ah, 80 tahun, Pedagang di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya 24 Agustus 2015
5 yang dikenal dengan Bawa, Bunuh dan bakar.37
c. Akibat kekerasan di Koto Anau Kekerasan merupakan salah satu ciri dari sebuah perang, perang merupakan serentetan kejadian yang tidak diharapkan oleh manusia mengingat akibat yang ditimbulkannya tidaklah sedikit.38
Bergolaknya PRRI pada tahun 1958- 1961 yang menimbulkan kekerasan pada masyarakat Nagari Koto Anau yang dilakukan oleh para APRI yang ganas, umumnya banyak yang oknum Komunis dan OPR tentara Soekarno yang mengakibatkan ketakutan, trauma, cacat mental, cacat badan dan lain sebagainya, dan selain itu akibat yang ditimbulkan dari kekerasan yang dilakukan oleh tentara Soekarno.39
Kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat menimbulkan berbagai macam dampak terhadap masyarakat Koto Anau, dimana adanya masyarakat yang merasakan ketakutan yang amat mendalam sehingga menimbulkan kepribadian yang pemurung dan tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.40
d. Masa akhir PRRI di Koto Anau Berakhirnya PRRI di Sumatera Barat disebabkan oleh banyaknya pemimpin- pemimpin PRRI yang telah menyerahkan diri dan menghentikan perlawanan terhadap tentara pusat yang bergabung dalam operasi 17 Agustus hal ini terlihat jelas dari Ahmad Husein yang menyerahkan diri pada pemerintah pusat bersama 600 orang pasukannya pada tanggal 21 Juni 1961 di Solok. Pada saat itu ia mengancam “Jika mereka tidak turun dia akan memburunya agar turun”.41
Sementara itu pemimpin PRRI yang masih berada di Sumatera Barat seperti
37ibid
38Syamdani, PRRI Pemberontakan atau Bukan (Yogyakarta: Media Presindo, 2008), hal 84
39 Ibid
40Wawancara dengan Nurani, 80 tahun, Petani di Kenagarian Koto Gadang Koto Anau Kecamatan Lembang Jaya 26 Agustus 2015
41Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke integrasi Sumatera Barat dan Politik Indonesia 1926-1998, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesi, 2005) hal 354
Natsir yang bersembunyi di bukit sebelah Utara Kamang, dan Dakhlan Djambek di Lari dekat Palupuh belum mau untuk menyerah pada pemerintah pusat sebagai Muslim yang taat dan terang-terangan anti Komunis, tahu bahwa mereka dibenci oleh orang-orang PKI yang tergabung dalam angkatan ketiga (OPR) dan militer Politisi Komunis. Setelah selesai pergolakan PRRI dan diadakan perundingan antara pusat dan daerah-daerah pada Juni-Juli 1961, orang- orang yang tadinya mengungsi kembali lagi ke Nagari Koto Anau.42
Dengan berhasil ditumpasnya PRRI/Permesta maka PKI justru berkembang sebagai kekuatan yang semakin kuat di tubuh TNI AD dan semakin berpengaruh terhadap Soekarno dalam kaitannya dengan perpolitikan Indonesia yaitu diakuinya Nasakom (Nasionalisme, sosialisme dan agama).Setelah melalui perlawanan gerilya di hutan-hutan Sumatera Barat hampir selama tiga tahun akhirnya pemberontakan PRRI dapat di akhiri secara militer oleh pemerintah pusat Sumatera Barat sebagai basis pemberontakan PRRI, menjelang akhir 1960 hampir seluruh wilayahnya dapat diduduki tentara pusat APRI.43
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang penulis temukan dilapangan menyimpulkan bahwa Nagari Koto Anau memiliki peranan yang sangat penting dalam perang gerilya pada masa peristiwa PRRI, mulai dari alamnya sampai pada masyarakatnya. peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi juga tidak lepas dari berbagai faktor yang menyebabkannya.
Kondisi yang dianggap “sentralistik”
oleh daerah menyebabkan hubungan antara pusat dan daerah menjadi kurang harmonis, hal tersebut dikarenakan perbedaan pendapat antara daerah dengan pusat, daerah menganggap bahwa kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan daerah, sedangkan pemerintah pusat menganggap bahwa daerah kurang mampu dalam melaksanakan
42A. Hadi Rahman, Penderitaan Masyarakat Di Nagari Koto Gadang Koto Anau KabupatenSolok Khususnya Dan Sumatera Barat Pada Umumnya Selama Perjuangan PRRI Tahun 1958-1961, (Koto Anau : Balai Pustaka, 2013) hal 103
43 ibid
6 tugasnya. Gerakan PRRI/Permesta merupakan gejolak daerah yang berusaha melakukan koreksi terhadap kondisi bangsa yang morat-marit.
DAFRTAR PUSTAKA
A. Arsip
Arsip kantor Wali Nagari Koto Gadang Koto Anau
Arsip Gedung Joang
B. Buku
A.Hadi Rahman (2013). Penderitaan Masyarakat Di Nagari Koto Gadang Koto Anau Kabupaten Solok Khususnya Dan Sumatera Barat Pada Umumnya Selama Perjuangan PRRI Tahun 1958-1961. Koto Anau : Balai Pustaka.
Audrey Kahin (2008). Dari Pemberontakan Ke Integrasi Sumatera Barat Dan Politik Indonesia 1926-1998. jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Elly M. Setiadi (2011). Pengantar Sosiologi.
Jakarta : Kencana.
Mestika Zed. (1998). Sumatera Barat di Panggung Sejarah. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan (1999). Metodologi Sejarah. Lapai: UNP
R.Z. Leirissa (1991). PRRI PERMESTA:
Strategi membangun Indonesia Tanpa Komunis Jakarta: Grafiti Syamdani. (2008). PRRI Pemberontakan
atau Bukan. Yogyakarta : Media Presindo
Zusneli Zubir. (2008). Peranan Anak Nagari Situjuah Batua Kabupaten Limopuluh Koto Dalam Peristiwa PDRI Dan PRRI(1949-1966). Padang : Balai Pelestarian Sejarah
C. Skripsi
Meldawati. (2005). Penderitaan Corp Tjadangan Nasional (CTN) Di Bukit Nilam Kenagarian Aua Kuniang Kabupaten Pasaman Pada Masa PRRI : 1958-1961. “Skripsi”. Padang : STKIP PGRI Sumabar
Siswarni. (2012). “Alahan Panjang Pada Masa PRRI Tahun 1958 – 1961”.
Skripsi. Padang : STKIP PGRI Sumbar
Ufin Nur Putriani. (2012). “Pergolakan Masyarakat Jorong Sungai Liku Pada Masa PRRI Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 1958 – 1961”.
Skripsi. Padang : STKIP PGRI Sumbar Program Studi sejarah.
Weftriyawati. (2012). Konflik Yang Terjadi di Kayu Tanam Masa PRRI.
“Skripsi”. Padang : STKIP PGRI Sumbar Program Studi Sejarah D. Internet
Rian, 2009. PRRI dulu, kini dan nanti (http://PRRI dulu, kini dan nanti/2009/02/PRRI.html