• Tidak ada hasil yang ditemukan

referat Selulitis-Orbita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "referat Selulitis-Orbita"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Penyakit inflamasi orbital merupakan istilah umum yang mencakup semua penyakit inflamasi yang mempengaruhi beberapa atau semua struktur yang terkandung dalam orbital eksternal sampai ke dalam orbita. Dalam beberapa kasus, daerah yang terlibat dengan proses inflamasi dapat melampaui orbit, seperti ke sinus kavernosus melalui apeks orbital atau kelopak mata melalui septum orbital.1 Inflamasi orbital dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar

yaitu inflamasi orbital akut dan inflamasi orbital kronik. Selulitis orbita merupakan salah satu inflamasi orbital akut.2

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari septum orbita, termasuk lemak dan otot dalam tulang orbital dan lebih sering mengenai anak anak.3,4 selulitis orbita biasanya berasal dari

penyebaran infeksi berdekatan yaitu sinus paranasal. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Infeksi mata terjadi pada populasi pediatrik dengan keluhan pembengkakan pada kelopak mata dan rasa sakit.4 Pasien biasanya datang dengan

kelopak mata bengkak unilateral yang disertai dengan mata merah atau tidak merah.5 Diagnosis yang cepat dan tepat sangat penting karena ada potensi

morbiditas dan mortalitas yang signifikan.4

Infeksi selulitis orbita adalah suatu kegawat darurat dan membutuhkan penanganan segera.6 penyakit ini dapat mengancam jiwa dan pasien harus dirujuk

segera tanpa penundaan, dapat menyerang pada semua umur terutama pada anak-anak.5 Oleh karena itu pengobatan penyakit ini bersifat urgensi. Pengobatan

dengan pemberian antibiotik sistemik dapat mengatasi infeksi bakteri penyebab2.

Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi

(2)

yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.7

I.2 Tujuan

Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui bagaimana diagnosis selulitis orbita yang disertai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi serta prognosis dari keratitis jamur.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.5

II. 2 ANATOMI Kavum Orbita

Orbita berhubungan dengan :8

Atas : Sinus frontalis Bawah : Sinus maksilaris

(4)

Gambar 1. Kavum orbita11

Dinding Orbita :11

Atap : - facies orbitais ossis frontalis

- Ala parva ossis sphenoidalis (bgn posterior)  mengandung kanalis optikus

Dasar : - pars orbitais ossis maksilaris (bgn sentral yang luas) - pars frontalis ossis maksilaris (medial)

- os zygomaticum (lateral)

- processus orbitais ossis palatini (daerah segitiga kecil di posterior)

Lateral : - anterior : facies orbitais ossis zygomatici (malar) Medial : - os ethmoidale

(5)

- korpus sphenoidale

- crista lacrimalis anterior : dibentuk oleh processus frontalis ossis maksilaris

- crista lacrimalis posterior yg dibentuk oleh :

Atas : processus angularis ossis frontalis Bawah : os lacrimale

Diantara kedua crista lacrimalis terdapat sulkus lakrimalis dan berisi sakus lakrimalis.

Anatomi Orbita

Mata merupakan organ penglihatan primer. Manusia memiliki dua buah bola mata yang terletak di dalam rongga orbita yang dikelilingi tulang-tulang yang membentuk rongga orbita. Selain itu juga terdapat jaringan adneksa mata yaitu : palpebra, sistem lakrimalis, konjungtiva, otot-otot ekstraokular, fasia, lemak,orbita, pembuluh darah dan sistem saraf.Mata memiliki berat 7.5 gram dan panjang 24 mm. Bola mata mendapatkan perdarahan dari arteri oftalmika, yaitu cabang dari arteri karotis interna.

(6)

Struktur dasar mata dan jaringan penyokongnya9

Mata terdiri dari 3 lapisan, 3 kompartemen yang mengandung 3 cairan. a. 3 lapisan bola mata adalah sebagai berikut :

o Lapisan fibrous luar - Kornea

- Sklera

- Lamina kribrosa

o Lapisan vaskular tengah (traktus uveal) - Iris

- Corpus siliar (terdiri dari pars plikata dan pars plana) o Lapisan saraf dalam

- Epitel pigmen retina - Fotoreseptor

- Neuron

b. 3 kompartemen bola mata adalah :

o Bilik mata depan – rongga antara kornea dan diafragma iris o Bilik mata belakang – rongga triangular antara iris anterior,

lensa, dan zonula posterior, dan korpus siliaris o Corpus vitreus – rongga antara lensa dan zonula c. 3 cairan intraokular adalah :

o Humour aquous – cairan air jernih dan elektrolit yang sama seperti cairan di jaringan, hanya saja memiliki jumlah protein yang rendah

o Humour vitreus – gel transparan yang terdiri dari serabut kolagen 3 dimensi yang diisi oleh molekul asam hyaluronat dan air. Mengisi rongga antara lensa, badan siliar, dan retina. o Darah – selain sebagai fungsi nutrisi, darah juga berperan untuk

menjaga tekanan intraokular. Kebanyakan darah di mata ada dalam koroid.

(7)

Gambar 3. Potongan bola mata.2

Fungsi utama mata adalah untuk membentuk gambaran lingkungan sekitar kita yang jelas. Gambaran tersebut ditransmisikan ke otak melalui nervus optikus dan jalur visual posterior. Oleh karena itu beberapa jaringan dalam mata dan adneksanya didisain untuk memfasilitasi fungsi tersebut.9

Kelopak Mata

Kelopak mata dibagi menjadi bagian anterior dan posterior oleh mucocutaneous junction – grey line. Bulu mata berasal dari folikel rambut pada bagian anterior grey line, sementara duktus glandula meibom (modifikasi glandula sebaseus) terbuka diantara grey line.9

(8)

Gambar 4. Anatomi kelopak mata 7

Kelopak mata berfungsi sebagai : (1) pelindung mata terhadap trauma mekanis, suhu tinggi dan cahaya yang sangat terang, dan (2) menjaga lapisan normal air mata prekorneal, yang penting untuk menjaga penglihatan dan kesehatan kornea.9

Kornea dan Sklera

Kornea dan sklera merupakan selubung dan kapsul bola mata yang kenyal dan resisten. Kornea yang bening tertanam kedalam jaringan sklera di zona transisi limbus.(5)

Fungsi utama kornea adalah refraksi. Untuk menjalankan tugas tersebut, maka kornea harus : 9

 Transparan

 Permukaan licir dan regular

 Kurvatur sferis dan kekuatan refraksi yang sesuai  Indeks refraksi yang baik

(9)

Septum orbital adalah membran tipis pada kelopak mata yang memisahkan bagian anterior dan posterior struktur orbital. Septum ini membentuk penghalang potensial, mencegah infeksi kelopak mata dari penetrasi orbita lebih dalam. Infeksi pada jaringan lunak septum anterior orbital disebut selulitis periorbital dan mempengaruhi kelopak mata dan adneksa. Infeksi septum posterior disebut selulitis orbita,abses orbital, dan abses subperiosteal.3

Karakteristik anatomi tertentu dari struktur orbital memungkinkan perluasan infeksi ke struktur yang berdekatan. Pertama, septum orbital tipis mungkin tidak lengkap, sehingga menyebabkan penyebaran infeksi periorbital struktur orbital yang lebih kedalam. Kedua, infeksi dapat menyebar dari sinus paranasal (yang mengelilingi rongga orbital pada empat dinding)melalui tulang ke orbita. Ketiga, valveless vena orbital dapat memungkinkan infeksi secara hematogen baik antegrade dan retrograde.3

Gambar 4. anatomi mata, sinus paranasal, dan aliran vena.3

Vaskularisasi Orbita

Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi : 1. Arteri retina sentralis  memperdarahi nervus optikus

(10)

2. Arteri lakrimalis  memperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas

3. Cabang-cabang muskularis  berbagai otot orbita

4. Arteri siliaris posterior brevis  memperdarahi koroid dan bagian-bagian nervus optikus

5. Arteri siliaris posterior longa  memperdarahi korpus siliare

6. Arteri siliaris anterior  memperdarahi sklera, episklera,limbus, konjungtiva

7. Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata 8. Arteri supraorbitais

9. Arteri supratrokhlearis

Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.

Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior. Vena Oftalmika Superior dibentuk dari :

Vena supraorbitais

Vena supratrokhlearis mengalirkan darah dari kulit Satu cabang vena angularis di daerah periorbita Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinus kavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensial fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita.

(11)

Gambar 5. Vaskularisasi orbita8

EPIDEMIOLOGI

Infeksi bakteri orbital dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih sering pada populasi usia anak anak. Dalam analisis retrospektif dari infeksi orbital anak, usia rata-rata pasien yang terkena adalah 6,8 tahun, mulai dari 1 minggu sampai 16 tahun. Predileksi jenis kelamin tidak mempengaruhi. selulitis orbita terjadi lebih sering pada musim dingin karena terkait erat dengan sinus paranasal dan infeksi saluran pernapasan atas. sebagian besar kasus memberikan gambaran klinis pada mata yang bersifat unilateral.4

pada studi lain menyatakan Sebagian besar kasus selulitis orbita terjadi pada kelompok usia anak anak (0- 20 tahun) dengan presentase sebesar (44%), kemudian dilanjutkan dengan usia pertengahan sebesar (40%), dan lanjut usia dengan presentase sebesar (16%) dengan usia di atas 50 tahun.10

II.3 ETIOLOGI

(12)

1. Infeksi eksogen. Hal ini disebabkan oleh cedera penetrasi terutama bila dikaitkan dengan retensi benda asing intraorbital, dan tindakan operasi seperti eviserasi, enukleasi , dacryocystectomydan orbitotomy.

2. Perluasan atau penyebaran infeksi dari organ stuktur sekitar bola mata. Hal ini disebabkan oleh infeksi sinusitis paranasal, gigi, wajah, kelopak mata, rongga intrakranial dan struktur intraorbital. Ini adalah jalu yang paling sering penyebab infe dari infeksi orbital.

3. Infeksi endogen. Mungkin jarang terjadi sebagai Infeksi metastasis dari abses payudara, nifas sepsis, tromboflebitis kaki dan septikemia. Organisme penyebab sering ditemukan adalah: Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes dan Haemophilusinfluenzae.

Trauma mungkin merupakan penyebab masuknya bahan tercemar kedalam orbita melalui kulit atau sinus-sinus paranasal. Di zaman praantibiotik, selulittis orbita sering menyebabkan kebutaan dan kematian akibat trombosis sinus kavernosus septik.8

Orbita dikelilingi oleh sinus sinus paranasal dan sebagian drainasi dari vena sinus sinus tersebut berjalan melalui orbita. Sebagian besar kasus selulitis orbita timbul kibat perluasan sinusistis melalui tulang tulang ethmoid yang tipis. Organisme yang biasa menjadi penyebab aalah organisme yang sering itemukan di dalam sinus: Haemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, streptokokus lainnya dan stafilokokus8,11

inflamasi Akut septum orbital posterior biasanya peradangan berasal dari jaringan sekitarnya. Lebih dari 60% dari semua kasus (setinggi 84% pada anak-anak) dapat diklasifikasikan sebagai berasal di sinus, terutama sel-sel sinus etmoidalis dan sinus frontal. Pada bayi, radang kuman gigi mungkin menjadi penyebabnya. Jarang disebabkan oleh furunkel wajah, erisipelas, hordeolum, panophthalmitis, cedera orbital, dan sepsis.7

(13)

II.4 PATOFISIOLOGI

Rinosinusitis, terutama ethmoiditis, adalah yang paling sering sebagai Faktor predisposisi umum untuk selulitis orbital anak. Namun selulitis orbital bisa juga disebabkan dari perluasan infeksi mata eksternal seperti sebuah hordeolum atau dakriosistitis / Dakrioadenitis (infeksi pada sistem lakrimal); infeksi saluran pernapasan atas,abses gigi, luka superfisial pada kulit, gigitan serangga, impetigo, jerawat, eksim, operasi periokular, atau penetrasi langsung pada trauma orbita; dan infeksi secara hematogen.4

secara umum gambaran patologis selulitis orbital mirip dengan inflamasi supuratif tubuh, kecuali bahwa: 4

 karena tidak adanya sistem limfatik sebagi sebuah sistem agen pertahanan lokal fagositosis disediakan oleh reticular orbital jaringan;

 karena kompartemen keras, peningkatan tekanan yang disebabkan perluasan penyebaran virulensi Infeksi penyebab awal dan nekrotik luas dari jaringan

 dalam kebanyakan kasus penyebaran infeksi sebagai tromboflebitis dari struktur sekitarnya, dapat menyebar secara cepat dengan nekrosis yang luas .

Penyebab utama selulitis adalah infeksi bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan orbita dan periorbita berasal dari 3 sumber primer:

 penyebaran langsung dari sinusitis atau dakriosistitis  trauma atau infeksi kulit

 penyebaran bakteremia dari lokasi yang lebih jauh seperti otitis media, pneumonia)

II.5 GEJALA KLINIS

Gejala utama yang didapatkan pada selulitis orbita berupa pembengkakan pada mata yang biasa bersifat unilateral dan nyeri hebat yang meningkat dengan pergerakan bola mata atau adanya tekanan. Gejala yang lain yang bisa didapat

(14)

antara lain demam, mual, muntah, dan kadang-kadang kehilangan penglihatan.9

kadang pasien mengeluh tidak bisa membuka mata untuk melihat gerakan mata yang terbatas. Biasanya ada riwayat sinusitis akut atau infeksi saluran pernapasan atas pada hari-hari sebelum terjadi edema kelopak mata. Gejala dapat berkembang dengan cepat, dan dengan demikian, diagnosis dan pengobatan cepat adalah hal yang terpenting.3

Tanda-tanda selulitis orbita yang didapat kan pada pemeriksaan fisis dan oftalmologi adalah:1,2,8,9

 ditandai dengan adanya pembengkakan yang menutup bola mata dengan karakteristik kekerasan seperti papan dan kemerahan

 ditemukan adanya chemosis konjungtiva, yang menonjol dan menjadi kering atau nekrotik.

 Bola mata proptosis.  gerakan bola mata terbatas

 Pemeriksaan fundus dapat menunjukkan adanya kongesti vena retina dan tanda-tanda papillitis atau edema papil.

 penurunan visus, gangguan pengelihatan warna.

Gambar 6. selulitis orbita mata kiri.2

II.6 DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Pada anak anak, beberapa penyakit orbita berkembang secepat orbita. Rhabdomiosarkoma, pseudotumor, dan oftalmopati graves dapat menyerupai selulitis obita.11 Selulitis preseptal, yang lebih sering ditemui, harus disingkirkan.

(15)

dan motilitas terbatas tidak hadir. Klinis sindrom yang juga harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial meliputi sebuah pseudotumor orbital, periostitis orbital yang dapat disertai dengan abses subperiosteal, dan abses orbital. Karakteristik utama yang penting dari selulitis orbital untuk diagnosis diferensial adalah motilitas okular signifikan terbatas (disemua arah). rhabdomyosarcoma juga harus dipertimbangkan pada anak-anak.7

Selulitis Preseptal

selulitis preseptal adalah infeksi jaringan subkutan dari anteriorseptum orbital . Sebenarnya itu bukan penyakit orbital tetapi dimasukkan di sini di bawah karena pembuluh darah vena wajah adalah valveless dan selulitis preseptal bisa menyebar posterior untuk menghasilkan selulitis orbital.2

Pada anak-anak, yang paling umum penyebab selulitis preseptal yang mendasarinya adalah sinusitis. Selulitis preseptal pada anak di bawah usia 5 itu sering dikaitkan dengan bakteremia, septikemia, dan meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae, bagaimanapun, penyebab ini preseptal dan orbital selulitis telah hampir dieliminasidengan pengenalan vaksin HIB. Saat ini, sebagian besar kasus preseptal pada anak-anak adalah karena gram-positif cocci. Pada remaja dan orang dewasa preseptal selulitisbiasanya timbul dari sumber infeksi supersfisial seperti inokulasi traumatis, atau Chalazion .titik fokus yang terinfeksi seringkali sulit untuk menemukan karena jaringan kelopak mata menjadi bengkak.2

Selulitis preseptal memberikan gejala edema pada kelopak mata dan kulit periorbital tanpa keterlibatan dari orbit. Gambaran klinis penyakit akut berupa yang periorbital bengkak, eritema dan hiperemi dari kelopak. Demam mungkin berhubungan dengan leukositosis.9; Reaksi pupil, ketajaman visual,dan motilitas

okular tidak terganggu; nyeri pada gerakan mata dan chemosis tidak ada tidak ada proptosis, gerakan mata normal, konjungtiva normal, fungsi saraf optik normal.9

(16)

Tabel 2. Perbedaan gejala klinis celulitis preseptal dan celulitis orbita.2

Gambar 9. Selulitis preseptal 2

Rhabdomiosarkoma

Rhabdomiosarkoma adalah tumor yang sangat ganas orbita yang berasal dari otot-otot ekstraokular. Rhabdomiosarkoma adalah tumor orbital primer yang paling umum di antara anak-anak, biasanya terjadi di bawah usia 15 tahun.2 tumor

dapat menghancurkan tulang orbital di dekatnya dan dapat menyebar ke otak.8

Gejala klinis berupa adanya proptosis yang berkembang secara cepat dan progresif dengan onset mendadak pada anak 7-8 tahun. Proptosis besar karena rhabdomyosarcoma terletak di kuadran superonasal.2 Presentasi klinis mirip suatu

(17)

Gambar 10. Gambar rhabdomiosarkoma2

Pseudotumor

Penyebab pseudotumor orbital tidak diketahui. Salah satu penyebab proptosis pada dewasa dan anak . istilah pseudotumor dibuat untuk menandakan suatu proses nonneoplastik yang menimbulkan tanda neoplasma orbital yakni proptosis. Lokasi peradangan biasanya difus atau setempat, secara khusus mengenai struktur bola mata. Mungkin juga terdapat perluasan kedalam sinus kavernosus atau menings intrakranial. Awitanya biasanya cepat dan sering disertai nyeri. Lokasinya biasanya unilateral, bila mengenai kedua bola mata, kelainan ini sering disebut vaskulitis.8

Gejala klinis berupa nyeri, reaksi inflamasi cukup parah dengan pembengkakan kelopak mata, chemosis, dan exophthalmos unilateral atau bilateral.Keterlibatan otot okular menghasilkan motilitas terbatas dengan diplopia.12 Pasien datang dengan onset subakut nyeri dengan gerakan mata,

diplopia, sakit kepala, dan tanda-tanda sistemik.

Pseudotumor bisa terjadi sepanjang lintasan dari kelenjar lakrimal hingga ke apeks orbital dan dengan demikian menghasilkan presentasi klinis yang bervariasi. Gejala yang paling sering didapat yaitu:2

 Bengkak pada kelopak mata, proptosis, nyeri orbital, gerakan mata terbatas, diplopia, chemosis dan kemerahan.

 Kebanyakan kasus bersifat unilateral, meskipun kedua bola mata dapat terjadi.

 Kondisi ini biasanya terjadi pada usia antara 40 dan 50 tahun. Namundapat terjadi pada semua usia

(18)

Gambar 11. Gambar Pseudotumor2

II.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. kultur bakteri dapat diambil dari usapan hidung, usapan kunjungtiva dan sampel darah

2. Pemeriksaan darah lengkap dapat mengungkapkan leukositosis. 3. X-ray sinus paranasa untuk mengidentifikasi sinusitis terkait. 4. USG Orbital untuk mendeteksi abses intra-orbital.

5. CT scan dan MRI berguna:

- dalam membedakan antara preseptal dan selulitis postseptal; - dalam mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital. - dalam mendeteksi ekstensi intrakranial;

- dalam memutuskan kapan dan dari mana untuk menguras sebuah abses orbital.

Radiograf imaging merupakan Sebuah elemen penting dalam evaluasi selulitis orbital. Computed tomography (CT) scan memberikan gambaran pencitraan isi orbital dan sinus paranasal, yang dapat mengkonfirmasi penyebaran infeksi eksternal ke dalam orbit, Identifikasi penyakit sinus secara bersamaan, dan deteksi adanya abses orbital dan subperiosteal. Sebaliknya CT scan kontras dapat berguna dalam membedakan antara abses dan keterlibatan phlegmatous jaringan inflamasi orbital. Lokasi umum untuk pembentukan abses berdekatan dengan sinus paranasal. Secara khusus, lokasi sering abses subperiosteal terdapat pada dinding orbital medial dan dasar orbital, mengingat medial berdindnding

(19)

tipis berdekatan dengan sinus ethmoid dan daras orbital yang terletak di atas sinus maksilaris.3

Ada beberapa kontroversi mengenai apakah semua pasien yang diduga selulitis orbita memerlukan CT scan, terutama untuk pasien anak, di mana paparan radiasi berpotensirisiko kanker. Banyak dokter percaya bahwa jika tanda-tanda klinis menunjukkan keterlibatan orbital, segera pencitraan radiografi harus dilakukan untuk mengkonfirmasi keterlibatan orbit, menilai keberadaan abses atau benda asing, menentukan tingkat keterlibatan orbital, dan mengevaluasi potensi sumber infeksi. Hal ini dibenarkan terutama dalam kasus di mana pemeriksaan terbatas (anak-anak,signifikan edema periorbital), ada kekhawatiran keterlibatan SSP, proptosis berat dan optalmoplegia, ada tidaknya perbaikan atau respon terhadap kemajuan meskipun sesuai pengobatan, dan mempertimbangkan intervensi bedah.3

Magnetic resonance imaging (MRI) orbita adalah pilihan lain dengan paparan radiasi yang minimal dan memberikan resolusi yang baik pada jaringan lunak orbital dibandingkan dengan CT dan USG. MRI dapat memberikan keuntungan lebih lanjut dalam evaluasi benda asing yang nonlogam dan diduga adanya keterlibatan intrakranial. Adapun Kerugian utama dari MRI,adalah membutuhkan waktu yang lama untuk scanning, memerlukan sedasi dan konsultasi anestesi pediatrik. Selain itu, Layanan MRI mungkin tidak tersedia di semua rumah sakit.3

secara umum bahwa CT Scan atau MRI orbit berguna dalam menggambarkan tingkat dan sifat kerusakan infeksi pada kasus-kasus yang rumit. Indikasi untuk CT scan di selulitis orbital:9

 Ketidakmampuan untuk secara akurat menilai visus

 Proptosis berat, oftalmoplegia, edema bilateral, atau memburuknya ketajaman visual

 Tidak ada perubahan meskipun telah diberikan antibiotik IV dalam 24 jam  Tanda-tanda atau gejala keterlibatan sistem saraf pusat

(20)

Gambar 7. CT Scan Kontras pada mata kiri potongan sagital. seorang pasien yang memiliki selulitis orbital. Memebrikan gambaran proptosis kiri, udara bebas intraorbital (panah padat), Pembentukan phlegmon, dan opacification sinus paranasal kiri. penimbunan lemak intraconal sepanjang lantai orbital (panah putus-putus).4

Pada CT scan, beberapa perubahan mungkin jelas dalam selulitis orbital, termasuk infiltrasi lemak yang difuss, subperiosteal abses, dan abses orbital . Benda asing mungkin dideteksi, tergantung pada karakteristikbenda asing.4

(21)

Gambar 8. MRI menunjukkan selulitis orbita yang berat di sebelah kanan yang berhubungan dengan endophthalmitis dari luar. Perhatikan beberapa loculations dalam segmen posterior mata kanan.3

II.8 PENATALAKSANAAN

1. Terapi antibiotik yang intensif untuk mengatasi infeksi. 2

Infeksi selulitis orbita adalah suatu kegawat daruratan dan membutuhkan penanganan segera antibiotik intravena. Pasien dengan selulitis orbita harus dirawat inap. Terapi antibiotik ini harus diberikan pada kecurigaan klinis tanpa harus menunggu hasil pemeriksaan kultur, sementara pemeriksaan penunjang seperti pencitraan dapat dilakukan setelahnya..

Segera setelah didapatkan biakan hidung, konjungtiva dan darah, harus diberikn antibiotik intravena sesuai bakteri penyebab. Selain itu, dalam rangka untuk menyediakan cakupan yang lebih luas gram negatif dan organisme anaerob, sefotaksim dan metronidazole atau clindamycin biasanya bersamaan diberikan. Pilihan antibiotik lain seperti piperacillin-Tazobactam, tikarsilin-klavulanat, dan ceftriaxone. Untuk pasien alergi penisilin, vankomisin dalam kombinasi dengan fluorokuinolon dapat dipertimbangkan. Pengobatan harus dimodifikasi berdasarkan hasil sensitivitas dan resistensi lokal dan konsultasi dengan bagian THT.3

Setelah mendapatkan kultur dari apusan hidung, konjungtiva dan sampel darah, antibiotik intravena harus diberikan. untuk infeksi staphylococcal dapat diberikan penisilinase (misalnya, oksasilin) dikombinasikan dengan ampisilin harus diberikan. Untuk menangani H. Influenzae terutama pada anak-anak, kloramfenikol atau asam klavulanat juga harus ditambahkan. sefotaksim, ciprofloxacin atau vankomisin dapat digunakan alternatif untuk menggantikan kombinasi oksasilin dan penisilin. Antibiotik yang tepat harus berada di dosis yang cocok dan aktif

(22)

Cefuroxime 1 · 5g setiap 8 jam (yang anak menerima dosis dikurangi), bersama dengan Metronidazole 500mg setiap 8 jam.6 atau Ceftazidime 1gr

setiap 8 jam IM dan metronidazole 500mg oral setiap 8 jam, Sebagian kasus berespon dengan cepat terhadap pemeberian antibiotik. Kasus yang tidak berespon mungkin memerlukan drainase sinus paranasal melalui pembedahan. MRI bermanfaat untuk memutuskan kapan dan dimana drainase abses orbita dilakukan.2 Selama proses pengobatan berlangsung,

dilakukan monitoring fungsi nervus optikus setiap 4 jam dengan penilaian reaksi pupil, visus, dan collour vision.3

2. Obat analgesik dan anti-inflamasi yang membantu dalam mengontrol rasa sakit dan demam.

3. Intervensi bedah. Indikasi meliputi unresponsivenes terhadap antibiotik, penurunan visus dan adanya abses orbital atau subperiosteal.

Intervensi bedah berupa drainase abses dan sinus terkait, FESS (Functional endoscopic sinus surgery)

Tabel 1. Daftar obat obatan pada selulitis orbita.2

(23)

1. komplikasi pada okular biasanya buta dan termasuk keratopati, neuritis optik dan oklusi arteri retina sentral.

2. Komplikasi Orbital lainnya berupa perkembangan selulitis orbital menjadi abses subperiosteal dan / atau abses orbital

 Abses subperiosteal adalah akumulasi cairan purulen antara dinding tulang orbital dan periosteum, yang paling sering terletak di sepanjang dinding orbital medial. Secara klinis, abses subperiosteal memiliki gambaran klinis selulitis orbital terkait dengan eksentrik proptosis tetapi diagnosis pasti dikonfirmasi oleh CT scan.

 Abses Orbital adalah akumulasi cairan dalam jaringan lunak orbital. Secara klinis ditandai dengan proptosis yang berat, ditandai chemosis, ophthalmoplegia, dan bintik purulen di bawah konjungtiva, namun untuk memastikanya harus dikonfirmasi oleh CT scan.

3. abses Temporal atau parotis dapat terjadi karena penyebaran infeksi di sekitar orbit.

4. Komplikasi intrakranial seperti trombosis sinus cavernosus, meningitis dan abses otak.

5. Septicemia general mungkin terjadi pada beberapa kasus.

II. 10 Prognosis

• Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk sembuh total tanpa komplikasi sangat baik.

• Selulitis orbital dapat berlanjut menjadi abses orbital dan menyebar secara posterior menyebabkan trombosis sinus kavernosus.

• Penyebaran sistemik dapat menyebabkan meningitis dan sepsis.

• Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor risiko tinggi adalah sebagai berikut:

– Usia di atas 7 tahun – Abses subperiosteal

(24)

– Nyeri kepala dan demam yang menetap setelah pemberian antibiotik IV.

• Pasien yang mengalami imunokompromais atau diabetes memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami infeksi fungal.

(25)

BAB III KESIMPULAN

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.

(26)

Daftar Pustaka

1. Kwitko GM. Preseptal cellulitis.

http://emedicine.medscape.com/article/1218009-overview. 2012. Diakses: Maret 2013.

2. Sullivan JA,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007. p. 251-256.

3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed. Elsevier, 2011.

4. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age international, 2007. p. 377-378, 384-386.

5. Kersten RC, et al. (eds). Orbits, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and Clinical Science Course. Section 7. American Academy of Ophthalmology. San Franscisco, California 2005; 42–4.

6. Chaudhry IA, et al. Outcome of Treated Orbital Cellulitis in a Tertiary Eye Care Center in the Middle East. Ophthalmology. 2007; 114(2): pp. 345–54. 7. Riyanto H, et al. Orbital Cellulitis and Endophthalmitis Associated with

Odontogenic Paranasal Sinusitis. Ind J Ophtalmol. 2009; 28-31

8. Maccheron LJ, et al. Orbital Cellulitis, Panophthalmitis, and Ecthyma Gangrenosum in an Immunocompromised Host with Pseudomonas Septicemia. Am J Ophthalmol. 2004; 137: 176–8.

9. Chaudry IA, Rashed WA. The Hot Orbit: Orbital Cellulitis. Middle East Afr J Ophthalmol. 2012 Jan-Mar; 19(1): 34–42. Downloaded from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3277022/

10. Babu RP. A Case Report of Orbital Cellulitis. Indian Journal of Mednodent and Allied Sciences Vol. 2, No. 3, November, 2014, pp- 286-289

11. Sadovsky R, Givner LB. Periorbital versus orbital cellulitis. Pediatr Infect Dis J. December 2002;21:1157–8. Downloaded from:

(27)

12.Hauser A, Fogarasi S. Periorbital and Orbital Cellulitis. Peds in Rev.

2010:31(6)242-9. Downloaded from:

http://peds.stanford.edu/Rotations/blue_team/documents/Periorbital_and_ Orbital_Cellulitis_Summary.pdf

Gambar

Gambar 1. Kavum orbita 11 Dinding Orbita : 11
Gambar 2 . Mata tampak anterior  9
Gambar 3.  Potongan bola mata. 2
Gambar 4. Anatomi kelopak mata  7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat bagian tubuh dilakukan pencitraan dengan sinar-x, maka jaringan tubuh yang mudah ditembus Sinar-x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) akan meneruskan

Osteomielitis hematogen akibat pneumonia, infeksi saluran kemih,  biasanya terjadi pada tulang panjang anak-anak dan jarang pada orang dewasa, kecuali bila melibatkan

Dengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang tebuka luka yang

Tendon Achilles adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang

Mengidentifikasi struktur jaringan epitel, jaringan tulang rawan, jaringan tulang keras (osteon), jaringan otot (polos, lurik, jantung)B.

Spina bifida merupakan suatu kelainan kongenital berupa defek pada arkus posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis

Cerebritis menunjukkan tahap pembentukan abses dan infeksi bakteri yang sangat merusak jaringan otak, sedangkan ensefalitis akut umumnya infeksi virus dengan

Keywords: abscess drainage incision, dental infection, preseptal cellulitis PENDAHULUAN Selulitis preseptal adalah infeksi yang melibatkan bagian anterior septum orbital, sedangkan