• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi 18 Th. iii noV-dEs 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Edisi 18 Th. iii noV-dEs 2010"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 3

24

Zoom

Dana Musibah Bertuah

30

Portal

Tanpa Korupsi Baru Indonesia

22

Utama

Kata Mereka

8

Utama

Konsistensi Menjaga Integritas

46

Mozaik

Anak Adopsi yang Terpuji

Penanggung Jawab: PIMPINAN KPK, Pengarah: Bambang Sapto Pratomosunu Pemimpin Redaksi: Johan Budi SP Wakil Pemimpin Redaksi: Priharsa Nugraha Redaktur Pelaksana: Ipi

Maryati Kuding Staf Redaksi: Irsyad Prakarsa, Chrystelina GS, Moch. Maryudi Setiawan, Ramdhani, Gumilar Prana Wilaga, Yuyuk Andriati Iskak, Yudhistira Massayu, YD. Kurniawan

Susanto, Dian H. Baay Kontributor: Adhi Setyo Tamtomo, Asep Chaeruloh, Nanang Farid Syam, Giri Suprapdiono, David Hartono Hutauruk, Aida Ratna Zulaiha, Niken Ariati, Riesa

Susanti, Hendra Teja, Wuryono Prakoso, Harismoyo Retnoadi, Supadi, Lira Redata, R. Eric Juliana Rachman Sirkulasi: Afifudin Alamat Redaksi: KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

REPUBLIK INDONESIA Jl. HR Rasuna Said Kav C-1 Jakarta 12920, Telp. 021 2557 8498, Faks. 5290 5592, e-mail: warta@kpk.go.id, web-site: www.kpk.go.id

(Peserta lomba poster KPK)

(3)

• KPK mengindikasikan adanya potensi ketidaksesuaian

penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp 2,2T di bidang pendidikan

• Penahanan Anggodo Widjojo di Rutan Cipinang terkait dugaan percobaan suap kepada pimpinan KPK dan menghalang-halangi penyidikan.

• KPK secara marathon menfasilitasi pengumuman kekayaan anggota kabinet Indonesia Bersatu II

FeBRuARI 2010:

• Kampanye Zona Antikorupsi pada sektor

layanan publik instansi pemerintah di beberapa kota besar.

MAReT 2010:

• KPK melakukan gelar perkara

penyelidikan kasus bank century

• Menangkap tangan oknum hakim PTTuN saat sedang menerima uang yang diduga suap.

• Tumpak Hatorangan Panggabean berhenti dari jabatan Plt Ketua KPK usai ditolaknya Perppu.

APRIl 2010:

• KPK umumkan penetapan gubernur Sumatera utara sebagai tersangka dalam kasus APBD langkat. • Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan dalam praperadilan memutuskan SKPP Bibit-Chandra tidak sah

48 kelemahan dalam sistem penyelenggaraanhaji.

• Pembentukan panitia seleksi calon pimpinan KPK

• Galang dukungan masyarakat melalui kampanye mal to mal di Surabaya

Juni 2010:

• Kejaksaan Agung mengajukan PK usai ditolaknya banding dalam hal penetapan SKPP • KPK merilis penyelamatan

potensi kerugian negara senilai 300 miliar lebih dari penertiban barang milik negara periode semester I 2010.

• Penangkapan oknum auditor BPK Jabar saat menerima uang yang diduga suap dari oknum pemkot Bekasi.

JulI 2010:

• KPK memperoleh penghargaan “Best Action Plan” dalam bidang reformasi birokrasi. Penghargaan ini terkait dengan program Capacity Building for Public Officials for Government Innovation in Indonesia

• Penetapan AM sebagai tersangka karena dugaan bersama Anggodo melakukan upaya penyuapan dan menghalangi penyidikan korupsi.

AGuSTuS 2010:

• Pansel memutuskan Busyro dan Bambang W untuk dicalonkan sebagai pimpinan KPK • Dalam sehari, KPK menahan tiga tersangka

unutuk kasus berbeda, yaitu Mantan Sekjen Kemenkes, mantan Menteri Sosial, dan Mantan Sekjen Kemenlu.

• Majelis Hakim tipikor memvonis Anggodo dengan hukuman 4 tahun penjara.

• KPK bentuk Pusat Pengendalian Gratifikasi dengan Pertamina sebagai pilot project.

SePTeMBeR 2010:

• KPK umumkan penetapan 26 anggota Komisi

IX DPR periode 1999-2004 sebagai tersangka kasus cek pelawat pemilihan DGS BI.

• Bekerja sama dengan Kemendiknas menyusun kurikulum pendidikan antikorupsi untuk tahun pelajaran 2011

• uu Pencucian uang disahkan. KPK berhak menyidik tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan korupsi.

OKTOBeR 2010:

• MA menolak PK yang diajukan oleh

Kejaksaan Agung.

• Penandatangan Mou KPK dan NCB Interpol • Pelaksana Tugas (Plt) Jaksa Agung Darmono

men-deponeer kasus Bibit-Chandra

NOveMBeR 2010:

• Pengumuman survei integritas sektor publik • uji kelayakan dan pemilihan calon pimpinan KPK.

DeSeMBeR 2010:

• Konferensi Nasional Antikorupsi dibuka oleh Presiden SBY

• launching “Indonesia Memantau” untuk mengawasi pembangunan jalan nasional.

• Penandatangan Mou KPK dengan lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (lKPP)

• Peringatan Hari Antikorupsi bertema Tanpa Korupsi Baru Indonesia bekerja sama dengan ICW, TII, uNODC, uni eropa dan Komisi Yudisial.

• Pengambilan Sumpah Busyro sebagai Ketua KPK

(4)

3 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 3

B

agai gelagar berbuluh”. Anda tahu, kan, pesan yang terkandung dalam peribahasa itu? Ya, orang yang besar bercakap, biasanya tak ada isinya. Tentu siapa pun tak mau dicap seperti itu. KPK sadar betul soal itu. Karenanya, bagi lembaga yang memasuki usia ketujuh ini, menunjukkan kinerja terbaik pun menjadi pertaruhan. Dan, ini pula yang selalu dibuktikan KPK sejauh ini.

Konsisten menjalankan tugas, begitulah KPK. Ya, meski awan-gemawan gelap masih saja bergelayut di langit KPK, lembaga yang berdiri

Membebaskan Indones

ia dari tindak korupsi ha

rus menjadi kesadaran

dan gerakan

bersama. Harus menjadi semangat seluruh elemen bangsa.

pada 29 Desember 2003 ini bergeming. Tak peduli beragam onak yang menyeruak mengancam langkah. Bahkan, meski dengan amanat menjalankan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, sudah banyak upaya dari berbagai pihak yang ingin menggagalkan KPK dalam menggapai visi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.

Dirundung beban berat, demikian bisa dikatakan KPK dalam menjalankan tugasnya. Untuk menyebut satu di antaranya, sepanjang 2010, persoalan hukum menyangkut Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah belum benar-benar

menemukan ujung pangkalnya. Tak jua menemukan “the end”, apalagi “happy ending”. Sengkarut soal itu memang tak membuat kinerja KPK tergoyahkan. Akan tetapi, ya itu tadi, sedikit banyak memberi pengaruh. Ibarat embusan angin yang menerpa pepohonan, meski tak membuat pohon roboh, tetap saja ringkuh menimbulkan gemuruh.

Benar, pada 2010 gejolak kasus skandal Bank Century dan rekayasa kasus Bibit-Chandra masih mewarnai daya juang KPK. Gejolak kasus tersebut cukup kuat menjadi “batu sandungan” bagi kinerja KPK. Namun syukurnya, secara keseluruhan tidak sedikit pun

menggoyang integritas elemen di dalam tubuh KPK.

Soal batu sandungan dan keteguhan integritas elemen KPK tersebut setidaknya disampaikan Johan Budi SP, Kepala Biro Humas KPK. “Ekspektasi publik sangat besar pada KPK terhadap penuntasan kasus Century, sedangkan di dalam KPK sendiri melalui kerja kerasnya memang belum menemukan ada indikasi korupsi dalam skandal itu,” jelas Johan.

Tak bisa berlari kencang, tentu saja demikian efek yang dirasakan KPK dengan adanya aral yang merintang itu. Penjelasan Johan Budi setidaknya memang menyiratkan bahwa pedal gas KPK yang tadinya hendak diinjak dalam-dalam, terpaksa tertahan. Apalagi masalah yang terkait juga menjadi lebih kompleks dan bisa jadi

sensitif. Kondisi yang tidak semua pihak bisa dan mau memahaminya.

Meski begitu, dalam rangka menjalankan fungsi kehumasan di KPK, menurut Johan, pihaknya senantiasa terbuka dan mengakomodasi semua pihak, termasuk media, yang ingin menggali informasi secara lebih detail, apalagi menyangkut kasus-kasus yang disorot publik. “Yang jelas untuk eksternal kita seterbuka mungkin dan sesuai koridor. Kita berikan informasi yang mereka butuhkan sesuai dengan perkembangan yang sudah dilakukan internal KPK,” tegas Johan.

Lebih lanjut Johan menegaskan, dalam rangka memperkuat institusi dari berbagai goncangan, hambatan dan kejadian minus maupun positif menyangkut KPK, seluruh SDM di KPK senantiasa berupaya menjalankan fungsi kehumasan. Tentu selain

bekerja dengan baik dan berperilaku mencitrakan hal yang positif.

Mencegah demi Agent of Change

Berpedoman pada Undang-Undang No. 30 tahun 2002, KPK juga diamanati untuk melakukan pencegahan TPK. Sehingga, melalui Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas), Direktorat Gratifikasi, Direktorat LHKPN, dan Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) serta dukungan Biro Humas, berbagai kegiatan dilakukan untuk upaya itu.

Dalam pencegahan, KPK setidaknya melakukan tiga hal besar, yakni melalui pendidikan, kampanye, dan sosialisasi. Pada 2010, secara garis besar tema yang diusung adalah membangun zona integritas di setiap daerah. Zona integritas adalah sebuah

MeMantik

kesadaran,

Menjaga

kepercayaan

(5)

10 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 11

10 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 11

status pengakuan yang disampaikan KPK pada daerah bahwa daerah itu sudah cukup memiliki upaya-upaya dalam pencegahan korupsi. Artinya,

pertama, daerah harus mampu menuntaskan pendidikan antikorupsi di sekolah. Kedua, daerah harus bisa membangun zona antikorupsi dalam layanan publik, dan ketiga, target dari kampanye adalah penandatanganan pakta integritas oleh pemerintah daerah.

Peran daerah tersebut, sebagaimana ditegaskan Dedie A. Rachim, Direktur Dikyanmas KPK, dilakukan di antaranya dengan cara meng-upgrade pengetahuan petugas lapangan mengenai tindak korupsi. “Sehingga mereka yang tadinya belum paham mengenai apa sih yang jadi

do’s and dont’s-nya di lapangan kita harapkan mereka sudah paham,” jelasnya.

Lebih lanjut Dedie menegaskan, KPK juga mendorong agar di setiap daerah tumbuh komunitas antikorupsi yang muncul atas inisiatif masyarakat, akademisi, atau mahasiswa. Kalau daerah sudah memenuhi yang tiga tadi—sudah ada pendidikan antikorupsi yang diimplementasikan, sudah ada zona antikorupsi di layanan publik, dan kemudian ada komunitas antikorupsi yang terbangun—maka akan disampaikan kepada bupati atau wali kota, bahwa daerah mereka sudah layak disebut daerah yang memiliki zona integritas. “Nah dari situ kita berharap adanya agent of change tadi setelah mereka memahami bahwa kita sekarang dalam rangka gerakan antikorupsi yang massif. Tentu mereka juga diharapkan menjadi agen-agen perubahan,” tegas Dedie.

Ihwal zona integritas sendiri, jika dikaitkan dengan pencegahan, merupakan sebuah program yang saling melengkapi. Di Litbang KPK sudah ada survei dan kajian, kemudian ada program Penilaian Inisiatif Anti-Korupsi (PIAK). Ada lagi Program Pengendalian Gratifikasi dan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara

(LHKPN). Selain itu, dengan masuk ke ranah layanan publik, KPK berharap survei integritas layanan publik pun bisa searah sesuai alur (in line).

Menertibkan Barang Milik Negara

Kiprah KPK dalam rangka membangun negeri makmur tanpa korupsi memang bukan tanpa tantangan. Bahkan hampir di semua

lini tugasnya penuh dengan liku-liku yang membutuhkan integritas tinggi SDM-nya.

Sebut saja dalam tugas Direktorat Pemeriksaan dan Pendaftaran Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (PP-LHKPN). Di antara tugasnya sebagai tempat mendaftar dan melaporkan harta kekayaan penyelenggara negara, direktorat ini

juga bertugas menyelamatkan potensi kerugian negara akibat pengalihan hak barang milik negara (BMN), misalnya rumah dinas, lahan, dan kendaraan.

Tim yang bertugas di penertiban BMN ini disebut Tim Penyelamat Barang Milik Negara (TPBMN) yang mulai bertugas tahun 2009. Dari hasil kerja mereka pada 2009, potensi kerugian negara yang dapat dicegah

dari pengalihan hak BMN adalah senilai Rp2.013.738.899.000, sedangkan tahun 2010 sampai awal Desember adalah Rp526.266.022.256.

Bukannya itu menurun? Dari angka memang demikian. Namun ini bukan indikasi ketidakberhasilan, melainkan karena secara kuantitas sudah banyak yang diselamatkan sehingga jumlah BMN yang belum disentuh juga

berkurang. “Ini adalah capaian yang akan terus kami tingkatkan di tengah kesulitan yang juga luar biasa kalau urusan menertibkan BMN ini,” jelas Cahya Hardianto Harefa, Direktur PP-LHKPN.

Dalam konteks meningkatkan kesadaran seluruh penyelenggara negara untuk melaporkan harta kekayaannya, Direktorat PP-LHKPN pun terus melakukan sosialisasi. Untuk tahun ini, menurut Cahya, target dua puluh ribu PN yang melaporkan hartanya bisa terpenuhi sehingga segera bisa diumumkan. “Kalau sudah diumumkan kemudian masuk ke tahapan berikutnya, yakni deklarasi dan KPK akan mengambil

sampel untuk dideklarasikan. Meski begitu, PN yang bersangkutan juga punya kewajiban menyampaikan pengumuman atau deklarasi LHKPN-nya secara transparan di media,” tegas Cahya.

Upaya-upaya sosialisasi, lanjut Cahya, memang akan menjadi fokus Direktorat PP-LHKPN. Maklum saja, dari jumlah total PN di Indonesia, masih banyak yang enggan melaporkan hartanya. Alasan mereka, biasanya, karena mekanisme pengisian formulir yang tidak sederhana. Selain itu, juga ada ketakutan disalahgunakan atau dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Alasan demikian, sejatinya tak perlu dikhawatirkan PN. Soalnya, mengenai kekhawatiran takut disalahgunakan itu, KPK sudah mengantisipasinya.

Di sisi lain, Cahya menambahkan, formulir yang dikirimkan ke PN tidak detail dan serumit yang dibayangkan banyak pihak. Misalkan data rumah yang dimiliki, cukup tulis kota, luas, dan harganya. “Tidak ada alamat detail yang memungkinkan ada perampokan. Dan mungkin bagi sebagian orang bicara harta kekayaan adalah hal tabu, tapi untuk PN menjadi perlu, demi antisipasi TPK,” jelasnya.

Dengan kata lain, memenuhi kewajiban sebagai PN yang taat peraturan, melaporkan harta kekayaan

(6)

12 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 13

12 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 13

Ekspektasi sedemikian besar itu bisa dilihat dari pengaduan masyarakat yang masuk ke KPK melalui mekanisme KPK Whistle-blower System (KWS). Dalam setahun terakhir, jumlah aduan yang masuk melalui KWS mencapai angka 2.000-an aduan. Dari jumlah tersebut hanya 3% yang bisa diproses dan ditindaklanjuti.

Artinya, ke depan, seperti ditegaskan Eko Marjono, Direktur Pengaduan Masyarakat, KPK masih harus banyak bekerja lagi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat. “Kelebihan KWS bahwa tidak terikat waktu, tempat, dan yang paling penting adalah jaminan kerahasiaan pelapor. Dan mekanisme KWS ini merupakan salah satu capaian besar KPK di Direktorat Pengaduan Masyarakat,” tegas Eko.

fuhhh…, tugas yang sangat berat tentu saja. Namun, bukan berarti tidak bisa dipenuhi selama integritas semua elemen di KPK tetap tinggi. Dan, tentu saja KPK juga mesti menjaga

kepercayaan publik yang sudah terbangun itu.

Nah, dalam konteks itu pula, demi mendapatkan akurasi persepsi publik dalam menilai KPK, Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) KPK melakukan survei persepsi publik. Hasilnya? Memang

nyambung. Masyarakat masih menaruh kepercayaan bahwa pemberantasan korupsi di negeri ini bisa diselesaikan hanya oleh KPK.

Untuk hal itu, bahkan publik kerap mengabaikan aturan yang secara tegas memberi batasan pada KPK. Sebut saja misalnya mengenai tugas KPK untuk menindaklanjuti TPK yang harus memenuhi tiga unsur. Yakni, nilainya di atas Rp1 miliar, pelakunya adalah penyelenggara negara, kemudian meresahkan masyarakat. Jika tidak memenuhi ketiga hal itu, maka itu bukan ranah KPK. “Tapi faktanya, masyarakat seolah tidak peduli lagi atau mungkin tidak tahu bahwa tidak semua TPK adalah tugas KPK,” jelas

Bibit Samad Rianto, Wakil Ketua KPK. Penjelasan Bibit juga dikuatkan oleh Doni Muhardiansyah, Direktur Litbang KPK. Menurut Doni, publik memang beraharap besar pada KPK dalam menangani masalah TPK. Litbang sendiri menilai, hal itu terjadi bisa disebabkan karena sosialisasi KPK yang belum maksimal mengenai lingkup kerja KPK. Meskipun tugas secara umumnya mereka sudah tahu. “Kami paham, SDM di KPK juga sangat terbatas dan multifungsi. Kemudian anggaran dananya juga harus hati-hati dalam penggunaan, maka upaya sosialisasi harus dilakukan secara kerja sama dengan direktorat lain, seperti Dikyanmas dan Humas,” ujar Doni.

Benar, kerja sama tentu harus menjadi faktor utama. Apalagi di setiap bagian dalam organisasi di KPK mesti saling dukung. Misalnya bagian Litbang dan Dumas menyediakan data, maka Direktorat Penyelidikan, Penyidikan, maupun Penuntutan yang

menindaklanjuti.

Menyatukan Pemahaman

Soliditas adalah hal yang perlu dalam setiap organisasi demi mencapai satu tujuan bersama. Hal itu pula yang senantiasa diupayakan KPK secara internal, sehingga harapan semua pegawai akan pentingnya koordinasi di setiap bagian di KPK menjadi sebuah perjuangan.

Di rentang waktu 2010, struktur kepemimpinan di KPK ada beberapa “lubang kosong”. Termasuk di pucuk pimpinannya. Hal ini pula yang menambah tantangan lembaga ini untuk terus bekerja ekstra dalam pemberantasan korupsi. Di sini fungsi koordinasi menjadi semakin penting. “Tepat sekali, akan menjadi sebuah kelemahan jika koordinasi tidak dilihat sebagai hal utama,” ujar Doni yang juga dibenarkan oleh Muhammad Sigit, Direktur Gratifikasi merangkap Plt. Kepala Biro (Kabiro) SDM.

Pun demikian dengan koordinasi

di urusan pekerjaan dan disposisi tugas. Jika hal ini tidak diupayakan oleh seluruh SDM KPK di tahun ini hingga tahun-tahun mendatang, maka institusi KPK juga akan dengan sendirinya melemah. Dan tentu saja ini tidak diharapkan oleh semua pihak.

Saling bekerja sama dan saling dukung juga dilakukan oleh Direktorat Gratifikasi dan Litbang. Misalnya terkait pemahaman mengenai gratifikasi yang saat ini masih belum ada kesepahaman di mata masyarakat. Termasuk oleh lembaga penegak hukum maupun lembaga pemerintah lainnya. “Saat ini, pemahaman soal gratifikasi juga masih belum satu. Dan ini juga menjadi tugas kami untuk mendorong satu pemahaman. Dan Direktorat Gratifikasi juga meminta bantuan Litbang untuk mengkaji peraturan mengenai gratifikasi,” jelas Sigit.

Demi memberikan pemahaman yang sama tentang gratifikasi, Direktorat Gratifikasi juga melakukan tentu bukan hal yang tabu. Justru

perlu!

Ekspektasi Over-estimate

Perjalanan panjang KPK pada 2010 memang penuh jalan berliku. Namun demikian, sebagaimana dinyatakan survei sebuah media nasional, ekspektasi masyarakat akan pemberantasan korupsi “hanya” dilakukan KPK justru makin menguat. Bahkan, ekspektasi itu bisa dikatakan

over-estimated. Ya, di atas perkiraan. Syukurnya, ekspektasi itu berjalan sebanding dengan berbagai dukungan yang datang menghampiri KPK. Ketika KPK disorot secara intensif dan berhadapan dengan berbagai tekanan publik juga politik, kepercayaan publik pada kemampuan KPK menyelesaikan masalah di TPK memang sedikit terkikis. Namun tidak sampai habis, karena mereka toh melihat institusi KPK masih yang paling bisa diharapkan mengatasi penyakit akut di negeri ini, yakni korupsi.

(7)

14 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 15

14 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 15

sebuah langkah besar dengan meluncurkan Program Pengendalian Gratifikasi (PPG). Ke depan, di setiap instansi pemerintahan akan di-trigger

untuk menyiapkan Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG).

Untuk mencapai target itu, lanjut Sigit, tentu memerlukan komitmen dari semua pimpinan instansi terkait. Setelah setuju, komitmen itu diharapkan akan berlanjut dengan menyiapkan perangkatnya. Setelah itu bisa berjalan, tentu akan memudahkan PN di instansi terkait untuk melaporkan barang yang dimungkinkan sebagai gratifikasi. Mereka tidak perlu datang ke KPK atau takut melapor, karena UPG-nya ada di tempat kerjanya sendiri,” tegas Sigit.

Bukan Problem Solver Tunggal

Semakin tinggi pohon, semakin besar kekuatan angin yang

mengguncangnya. Pepatah ini rasanya pas untuk menggambarkan KPK sekarang ini. Lembaga ini semakin dalam menempati hati rakyat.

Jika menilik aduan masyarakat per 31 Desember 2010 yang mencapai 6.265 dan 2.600-an di antaranya melalui mekanisme KWS, lalu hanya 3-5%-nya saja yang bisa ditindaklanjuti kasusnya oleh KPK, itu artinya

ada 60-100 kasus ditangani. Angka penanganan kasus tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah SDM di KPK yang totalnya 638 orang dan tersebar di semua direktorat, tentu itu menjadi sebuah angka yang tak sedikit.

Namun yang berkembang, publik justru hanya membandingkannya dengan jumlah aduan yang masuk. Alhasil, KPK pun dicap tebang pilih. “Memang KPK tebang pilih, dan yang kita pilih adalah yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang mengikat KPK dalam bertugas. Kalau kasusnya bukan ranah KPK, ya tidak KPK tangani tetapi dilimpahkan ke kepolisian atau kejaksaan,” jelas Bibit.

Lantas, bagaimana agar laporan masyarakat benar-benar berkualitas?

Inilah yang digagas KPK dengan meluncurkan KPK Whistle-blower System (KWS) melalui Direktorat Dumas. Sehingga semakin berkualitas aduannya, akan semakin banyak kasus yang tepat untuk ditindaklanjuti KPK.

Mengacu definisinya, seperti dikemukakan Direktur Dumas KPK Eko Marjono, KWS ditujukan pada orang yang mempunyai akses data yang memadai. “Artinya dia sebagai

orang kunci dari suatu unit organisasi pemerintahan yang mengetahui terjadinya dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan katakanlah atasan atau penyelenggara negara,” paparnya.

Namun kenyataannya, seperti disebutkan sebelumnya, kebanyakan dari laporan dan pelapornya bukan kategori semacam itu. Banyak juga yang hanya menanyakan

perkembangan laporan yang sudah disampaikan oleh media yang lain. Atau, sekadar coba-coba. Dari banyaknya aduan yang masuk, bisa ditangkap pengertian bahwa seolah KPK adalah satu-satunya problem-solver TPK.

Kondisi ini pula yang membuat Ade Rahardja, Deputi Penindakan KPK, menilai bahwa tantangan berat KPK adalah memenuhi ekspektasi publik.

“Dan memang yang kita jadikan prioritas salah satunya adalah kasus besar yang menjadi sorotan dan meresahkan masyarakat. Di tahun ini sudah beberapa kasus besar kita tangani, selesai, dan bisa kita usut kerugian negara yang harus dikembalikan ke negara juga,” ujar Ade.

Sekadar menyebut contoh, sejumlah kasus yang sudah ditangani

KPK dan menyentuh ke sejumlah sektor bahkan masuk di ranah politik, yakni kasus cek pelawat pemilihan DGS BI Miranda S. Goeltom. Kasus ini mengungkap keterlibatan sejumlah anggota DPR.

Kasus besar lainnya, lanjut Ade, adalah di sektor pengadaan barang dan jasa. Untuk kasus ini juga banyak yang sudah ditangani dan kerugian negara juga bisa kembali. “Salah satu upayanya melalui asset tracing, melacak harta hasil korupsi yang dibawa ke luar kota, ke luar daerah bahkan ke luar negeri,” jelas Ade.

Untuk bisa melakukan asset tracing, KPK tentu harus menjalin kerja sama dengan negara lain. Sejauh ini, negara asing sangat terbuka dengan Indonesia soal kejahatan ini, karena mereka juga memahami bahwa kejahatan korupsi adalah kejahatan trans-nasional.

Adalah Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK yang berperan besar dalam urusan menjalin kerja sama dalam dan luar negeri. PJKAKI sifatnya menggalang dan membina jaringan. Selain itu, dukungan informasi dari instansi terkait yang memiliki kapasitas untuk mendukung kegiatan-kegiatan di penindakan, seperti PPATK, Dirjen Pajak, perbankan dan BPK, BPKP, KPPU, juga dibangun oleh jejaring PJKAKI.

Ke depan, dikaitkan dengan sasaran yang ada, KPK akan membangun relasi dengan instansi-instansi yang melakukan pelayanan publik agar mereka mau mentransparansikan apa yang dilakukannya. Ini berarti, instansi publik terkait akan mengungkapkan apa yang dilakukan yang seharusnya diungkap dan selama ini tidak diungkap. Semua diarahkan pada fokus-fokus tadi.

Ya, jika tak ada sesuatu yang ditakutkan, buat apa ditutup-tutupi. Apalagi, kita memang punya semangat dan cita-cita yang sama,

mem-bebaskan Indonesia dari korupsi!

(8)

16 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 17

L

embar baru aksi pemberantasan tindak pidana korupsi dibuka sudah. Kali ini melalui nota kesepahaman antara Kemendiknas dan KPK. Ya, dua lembaga ini sepakat bahwa pendidikan antikorupsi akan masuk dalam kurikulum pendidikan Indonesia pada tahun 2011.

Kesepakatan itu juga menjadi jejak langkah KPK dalam upaya memotong generasi korup. Dengan kata lain, jika para “sesepuh” korup sudah

Kor upsi di neger i begi t u ber ur at -ber ak ar .

Ba hk an di si nyal i r suda h menj adi k ult ur . Ji k a

demi k i an, membebask an I ndonesi a dar i k or upsi , ya

dengan memot ong sat u gener asi k or up sek al i gus

menyi apk an gener asi bar u, gener asi ant i k or upsi .

dihabisi, tentu tinggal bagaimana menciptakan generasi berikutnya yang antikorup. Dimulai dari sini pula, melalui Direk torat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyan mas), KPK menggelar berbagai kegiatan dalam rangka mendidik masyarakat, memahamkan penting nya kesadaran antikorupsi, dan mengampanyekan zona integritas adalah gebrakan KPK pada tahun 2010. “Benar, seharusnya kegiatan itu sudah dilakukan sejak

tahun lalu, namun baru tahun 2010 ada temanya, yakni membangun zona integritas,” ujar Dedie A. Rachim, Direktur Dikyanmas KPK.

Di tahun 2010 juga, Dikyanmas berusaha mengajak seluruh elemen dunia pendidikan dan masyarakat ikut mengawasi penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sosialisasinya mulai dilakukan tahun ini meng-cover Jawa Barat yang secara lokasi dekat dengan Ibu Kota. Namun demikian, menurut Dedie, kegiatan serupa dalam bentuk menyebar sign-board, brosur dan beberapa media sosialisasi juga secara bertahap dilakukan di daerah lain.

Tak kalah antusias dalam melakukan pencegahan, Direktorat Gratifikasi melakukan sebuah program unggulan tahun ini. Yakni peluncuran Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) ke sejumlah instansi pemerintah. Dan target tahun ini adalah dua instansi yang benar-benar siap dengan semua perangkat dan sistemnya.

Target tahun depan, menurut Muhammad Sigit, Direktur Gratifikasi KPK, tentu diharapkan makin banyak lagi instansi yang berperan

aktif, paling tidak ada 10 instansi. “Yang juga sangat penting adalah pemahaman tentang gratifikasi juga semakin jelas dan tegas. Sehingga kesadaran bersama akan pentingnya memberantas korupsi juga tercapai,” ujar Sigit.

Terkait urusan sosialisasi, Direktorat Gratifikasi secara simultan melakukannya. Setelah di Pertamina, PLN, Kementan, Kemenkominfo, dan Kemenkumham, tahun berikutnya akan menyususl lembaga negara lainnya.

Sementara capaian positif berikutnya juga dihasilkan oleh Direktorat Pendaftaran dan

Penerimaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (PP-LHKPN). Ketiga direktorat tersebut juga ditambah tugasnya dalam rangka penyelamatan barang milik negara. Sekitar Rp500 M lebih kekayaan negara bisa dicegah dialihkan oleh yang tidak berhak. “Yang penting lagi adalah kesadaran semua PN untuk melaporkan harta kekayaannya tanpa takut disalahgunakan. Dan, semakin tahun memang semakin banyak yang memiliki kesadaran untuk melaporkannya. Sehingga pengumuman mengenai LHKPN ini juga mendorong publik ikut mengawasi penyelenggara negaranya,” kata Cahya H. Harefa, Direktur PP-LHKPN.

Menurut Eko Soesamto Tjiptadi,

Deputi Pencegahan KPK, Drektorat PP-LHKPN telah me-maintain 120.000 wajib lapor, terdiri atas eksekutif, yudikatif, BUMN dan BUMD. Direktorat PP-LHKPN, bahkan membuat workshop untuk memfasilitasi penyelenggara negara (PN) melaporkan harta kekayaannya kemudian membuat klinik laporan LHKPN. Sekarang ini pencapaian sudah 80% dan tentu tinggal mempertahankan penyelenggara negara untuk melaporkan harta kekayaannya.

Bagaimana dengan kajian Direktorat Penelitian dan Pengembangan

(Litbang) dalam menyajikan hasil kajiannya soal kesadaran PN akan pentingnya memahami pemberantasan korupsi, melaporkan gratifikasi, serta harta kekayaannya? Semua sudah dilakukan oleh Litbang KPK dan sudah diserahkan hasilnya ke direktorat bersangkutan, sehingga semua direktorat bisa melakukan perbaikan sesuai yang disarankan berdasarkan hasil kajian yang ada.

Tak hanya itu, Direktorat Litbang juga melakukan penelitian dan pengkajian pada instansi pemerintah. “Output-nya berupa saran, lalu mendorong mereka membuat dan melakukan rencana kerja (action plan), setelah itu kita pantau, dan jika tidak berjalan akan kita berikan masukan semacam teguran atau

kita surati,” ujar Doni Muhardiansyah, Direktur Litbang KPK.

Sementara menyoal laporan

gratifikasi, Eko Soesamto Tjiptadi, Deputi Pencegahan KPK, menyatakan saat ini kesadaran masyarakat masih rendah. Diduga banyak PN yang menerima gratifikasi, maka Direktorat Gratifikasi mendesain Program Pengendalian Gratifikasi. Program ini diimplementasi di setiap institusi yang ada, baik institusi pemerintahan, parlemen, yudikatif, BUMN, dan BUMD. “Kita juga berpikir keras, mana sebetulnya disebut gratifikasi. Pada UU No.30 Tahun 2002 dijelaskan tentang gratifikasi. Memang masih luas, pemberian dalam arti luas, tetapi kemudian menemukan seandai-nya PN menerima 10 potong pisang goreng dari tetangganya, apakah harus dilaporkan ke KPK atau tidak. Karena setiap gratifikasi yang diterima harus dilaporkan kepada KPK,” jelas Eko.

Di sisi lain, di kedeputian sendiri menurut Eko, juga secara masif pada 2010 melakukan supervisi kepada 10 daerah sehubungan dengan perbaikan pelayanan publik. Di antara 10 daerah itu adalah Jakarta (5 wilayah), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Lampung, Manado, Makassar, dan Samarinda. KPK juga mengkaji aset-aset daerah dan membangun tim asset di kedeputian melalui LHKPN dan kajian migas dari Direktorat Gratifikasi.

Melihat kinerja semua bagian di bidang pencegahan, rasanya tidak ada yang meleset dari targetnya. Pengakuan ini setidaknya dikemukakan langsung Eko. Namun ia juga mengakui, soal penyerapan anggaran, bidang pencegahan KPK tidak mencapai 100%. Kelebihan anggaran—yang kemudian dikembalikan lagi ke kas negara—lebih karena langkah efisiensi dan kehati-hatian.

Jika semua tugas sudah terintegrasi dengan baik dan semua instansi peme-rintah menyambut baik kerja keras pemberantasan korupsi, maka upaya memotong generasi yang korup tentu akan lebih cepat tercapai. Iya, kan?

16 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 17

(9)

18 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 19

disusul 26 lainnya. Belum lagi kasus Gubernur Sumatera Utara. Kemudian kasus di Departemen Sosial yang melibatkan mantan menterinya dan masih banyak lagi yang dalam proses penanganan penyidikan KPK.

Dari berbagai penanganan kasus tersebut, Ade menegaskan, yang menjadi fokus tahun 2010 salah satunya juga asset tracing, pelacakan aset negara yang “dilarikan” para koruptor. Untuk mengungkap kasus ini, KPK melibatkan kerja sama internasional. Kerja sama ini sangat memungkinkan karena kejahatan korupsi sudah menjadi kejahatan transnasional.

Perkembangan kerja sama internasional KPK sendiri, lanjut Ade, sangat baik. Buktinya, keterlibatan Indonesia di G20, sejajar dengan Perancis. “Kemudian kerja sama lainnya dengan adanya suatu saling tukar pengalaman dan pengetahuan antara lembaga-lembaga. Yang paling mengesankan mereka, hasil penyelidikan dan penyidikan seluruhnya diakhiri di pengadilan hingga 100%. Ini sangat dihargai orang

lain,” ungkap Ade.

Lalu apa lagi? Setelah fokus pada penindakan di sektor penerimaan dan pengeluaran negara, kemudian pengelolaan sumber daya alam dan mineral, ke depan fokus KPK akan ditambah dengan tetap meningkatkan yang sudah dilakukan. “Politik juga akan mulai kita sentuh, lalu lembaga negara yang menjalankan fungsi pengawasan supaya dalam pekerjaannya melakukan pengawasan tidak melenceng dan bisa mengikuti kehendak yang melanggar wewenang-nya atau menyimpang,” tegas Ade.

Untuk ke depan, lanjut Ade, sangat terbuka kemungkinan KPK melakukan tindakan proaktif. Maklum, penindakan KPK untuk kasus-kasus yang sudah terjadi sifatnya reaktif. Kalau yang sedang berjalan, itu sifatnya proaktif. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan merupakan teknik, ada landasan hukum yang harus dipatuhi. Hanya kebiasaan saja, dari reaktif menjadi proaktif.

So, keep fighting to do asset tracing!

Biar semakin banyak rakyat yang bisa ikut menikmatinya.

18 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 19

Termasuk dipolitisasi, karena KPK sudah memberanikan diri menyentuh sektor itu, yakni pada para politikus yang melakukan tindak pidana korupsi (TPK).

Sebut saja dalam kasus Bank Century, sejak awal tahun kasus ditangani sampai hari ini memang belum ditemukan indikasi korupsi. Sekali lagi, Ade menjelaskan, bahwa alat bukti TPK-nya belum ditemukan. Namun soal skandal Bank Century adalah kejahatan perbankan memang dibenarkan oleh KPK, dan untuk kejahatan ini sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan. Meski demikian, tentu KPK tidak akan diam saja. Jika memang nantinya diputuskan tidak ada korupsinya, maka penanganan kasusnya akan diserahkan sepenuhnya pada penegak hukum lainnya.

Kasus besar lainnya? Ya, yang tak pula luput dari pengamatan publik adalah kasus suap dan gratifikasi dalam proses pemilihan DGS BI Miranda S. Goeltom. Untuk kasus ini, KPK bahkan sudah menetapkan empat anggota DPR yang terlibat, kemudian

P

erbaikan taraf hidup rakyat tak kunjung tercapai. Rakyat yang semestinya menikmati pembangunan dan alokasi dana dari APBN maupun APBD, tak sepenuhnya mengecap. Faktor penyebab

terbesarnya? Tak lain korupsi dan bagian dari korupsi itu sendiri, yakni penyalahgunaan wewenang yang membuat negara rugi besar. Kekayaan negara menguap entah ke mana.

KPK, sebagai institusi yang memiliki tugas “mengamankan” aset negara dari tindakan korup, tentu punya peran penting. Karenanya, salah satu upaya yang intensif dilakukan oleh KPK adalah melacak harta negara yang hilang itu dan mengembalikannya ke negara untuk bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Tugas pelacakan ini dilakukan oleh Kedeputian Penindakan. Meskipun Kedeputian Pencegahan juga melakukan melalui Direktorat PP-LHKPN dalam menertibkan Barang Milik Negara (BMN).

Bidang penindakan yang juga memiliki ruang kerja penyelidikan ke penyidikan, menurut Deputi Penindakan Ade Rahardja, setiap penyidikan harus mendapatkan alat bukti yang cukup, untuk mendapat

alat bukti yang cukup harus benar-benar yakin, sehingga kegiatan penyelidikan harus lebih teliti dan lebih baik. “Sejauh ini, jika semua alat bukti sudah kuat, dan memenuhi unsur pasalnya, KPK terbuka

mengumumkannya ke publik melalui media. Sementara yang belum ada bukti kuat, maka masih KPK tahan dulu,” ujar Ade.

Dari kegiatan penyelidikan yang dilakukan KPK, lanjut Ade, juga sudah terlibat di tahap ini. Dengan kata lain adanya suatu estafet dalam kegiatan penyelidikan ke penyidikan. Bahkan JPU sudah ikut bekerja di tahap ini. Jadi apa yang dihasilkan dari penyelidikan dapat diyakini suatu bukti yang cukup itu. Itu mulai dari tahap penyelidikan sehingga kegiatan penyidikan tinggal dilanjutkan.

Dengan begitu, dalam kegiatan di penyidikan—mulai dari pengumpulan keterangan maupun alat bukti atau bukti-bukti atau barang bukti—akan lebih terstruktur lagi sehingga pemenuhan unsur-unsur pasal akan kelihatan. “Kemudian yang kedua, dikaitkan dengan pengembalian

aset yang sudah hilang diambil atau dikorupsi orang-orang itu dapat dilakukan penelusuran kembali sehingga dapat dikumpulkan melalui kegiatan-kegiatan upaya paksa kegiatan penyidikan. Kemudian juga bisa dilakukan apakah pengembangan dari hasil penyelidikan akan lebih berkembang lagi,” tegas Ade.

Anti-intervensi

Sementara menyangkut

independensi kerja, KPK selalu mencoba mawas terhadap segala bentuk

intervensi. Salah satunya, untuk bidang penindakan tidak ada donor. Sejak awal KPK berdiri, tidak ada donor untuk penindakan. Kalau untuk pendukung, itu dari Direktorat Pengolahan Informasi dan Data (Pinda). “Untuk penindakan sendiri tidak ada. Sebenarnya donor lebih kepada supporting untuk seluruh kegiatan KPK. Tapi untuk penindakan menggunakan rupiah murni. Kita menjaga conflict of interest, jangan sampai dipengaruhi. Kita tetap, untuk penindakan tidak menerima donor. Hanya mungkin berkaitan cengan

capacitybuilding seperti pelatihan. Tapi rata-rata kebanyakan dari kita,” tegas Ade soal independensi.

Alhasil, menyangkut kasus-kasus besar yang disorot publik, jika belum sampai pada tahap final, bukan berarti ada intervensi dari pihak manapun.

(10)

20 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 21

harus dibangun. Kebijakan 25 tahun diterjemahkan menjadi 5 tahun, dan yang 5 tahun menjadi tahunan. “Kalau kita tidak demikian, 25 tahun ke depan KPK mau jadi apa,” ujarnya.

Berbeda harapan dengan Sujanarko, Direktur Pengaduan Masyara kat Eko Marjono memiliki resolusi ke depan bahwa segala sesu-atu yang menjadi hambatan di tahun 2010 bisa terselesaikan. Terlebih lagi pada tahun 2011 pimpinan KPK sudah lengkap. “Semoga akan lebih solid dan tidak lagi ada hambatan dalam pengambilan keputusan, koordinasi, maupun disposisi,” ujar Eko.

Soliditas yang kuat, koordinasi yang bagus, disposisi tugas yang tepat dan cepat, serta pengambilan keputusan yang cepat juga menjadi harapan hampir semua pegawai di semua bagian atau direktorat di KPK.

Namun demikian, Deputi

Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat Handoyo Sudradjad punya harapan tambahan. Ia berkeinginan KPK mempunya semacam air force

sebagaimana yang dimiliki FBI. Jadi, KPK punya pesawat khusus. “Ke depan kita juga bisa menangani kasus yang besar-besar karena kejahatan korupsi itu dimulai dari sejak perencanaan, pembagian lokasi, anggaran, dan segala macam. Dipikirkan dan dipersiapkan juga peralatan apa yang bisa mendukung peran itu,” ujar Handoyo.

Lalu, satu dari sisi perencanaan dan keuangan, Kepala Biro

Perencanaan dan Keuangan Nurhadi berharap KPK punya perencanaan dan

road map sampai 2025. Selain itu, lanjut dia, ada mekanisme bottom-up

dan up-down dalam perencanaannya. Sehingga tidak selalu bergantung dan menunggu pimpinan, dalam hal ini soal koordinasi dan disposisi. “Direktorat dan biro harus kita paksa buat perencanaan sendiri, jangan menunggu pimpinan. Pimpinan itu boleh pulang pergi, boleh berganti. Kita sebagai lembaga harus punya

planning,” ujar Nurhadi penuh harap.

kejaksaan, MK, dan MA.

“Kalau ingin menyapu lantai yang kotor, kita pastikan sapu kita bersih terlebih dahulu. Bayangkan kalau kita sudah menghunus pedang, perang melawan korupsi tiba-tiba para penegak hukum yang harusnya berdiri paling depan memberantas korupsi juga terlibat dalam kejahatan ini,” pesan Presiden.

Sepekan kemudian, hajatan berlanjut di pelataran parkir gedung KPK sebagai puncak perayaan Hari Antikorupsi Dunia. Hajatan tahun ini bertema “Tanpa Korupsi Baru Indonesia”. Yang menarik, pameran yang ikut menyemarakkan peringatan itu dibingkai dalam konsep “Kampung Antikorupsi”. “Kampung adalah identik dengan Indonesia, masyarakat umum, dan dari sanalah perjuangan pemberantasan korupsi dimulai dan mendapatkan dukungan. Jadi kampung adalah rakyat dan suara yang ada di dalamnya,” ujar Wakil Ketua KPK Muhammad Jasin dalam acara peringatan itu.

Mempertegas soal suara rakyat, Bambang S. Pratomosunu menambahkan, bahwa dibutuhkan kesadaran bersama menyangkut pemberantasan korupsi ini. Jadi, kalau semua sudah sadar ikut ambil bagian dalam pemberantasan korupsi, semoga mimpi negeri tanpa korupsi bisa terwujud!

Gantungkanlah cita-cita seting

gi

langit. Deng

an begitu,

siapa pun

akan pun

ya gairah dan optimisme

dalam menjalani hidup

.

dan mengkerdilkan peran KPK. Satu-satunya dukungan yang diharapkan tentu saja suara rakyat. Bagaimanapun, pemberantasan korupsi adalah amanah rakyat. Jika ekspektasi masyarakat terhadap KPK dalam menangani kasus TPK masih tinggi, para pegawai KPK pun optimistis bahwa lembaga ini akan terus berjuang.

Pun demikian, dengan keberadaan SDM di KPK sendiri yang solid akan mem buat lembaganya tetap kuat. Bagaimana pun juga internal lem baga akan memberi pengaruh pada kejaya-an “kapal” ykejaya-ang mereka tumpkejaya-angi itu.

Untuk memperkuat kualitas

SDM internal, Sekretaris Jenderal KPK Bambang Sapto Pratomosunu menegaskan, sistem seleksi pegawai semakin diperketat dalam hal

kompetensi. Jika dari ribuan pendaftar calon pegawai hanya belasan masuk seleksi lalu ada seleksi dari dalam, dan dari belasan itu hanya memenuhi syarat dua orang, maka dua orang saja yang diambil. “Jadi ada sembilan pilar yang akan dijadikan pegangan untuk rekrutmen pegawai KPK. Sem-bilan pilar itu harus dipenuhi. Sistem rekrutmen, training, bagaimana mana-jemen kinerja, bagaimana membe-rikan kesejahteraannya, reward dan

punishing, rotasi dan mutasi,” ujar Bambang.

Selain itu, rekrutmen pegawai juga harus memenuhi syarat berdasarkan nilai yang ada di KPK. Ada tujuh nilai yang dipakai, di antaranya profesional, integritas, inovatif, religiusitas. Di luar itu, Bambang menambahkan, dalam rekrutmen juga diadakan tes kompetensi, kesehatan, dan wawancara.

Pola rekrutmen yang ketat itu, jelas memang merancang SDM yang dijaring KPK adalah yang terbaik dan memiliki integritas. Apalagi rekrutmen juga bukan hanya dalam rangka mengisi kekosongan posisi.

Sementara itu, Direktur PJKAKI KPK Sujanarko berharap di tahun mendatang KPK mempunyai program jangka panjang terkaitapa yang

D

i rentang 2010, perjalanan KPK memang berliku. Sejumlah persoalan terkait kasus yang ditangani maupun kasus yang menjerat pimpinannya sendiri, santer diperbincangkan.

Lantas apa efeknya bagi internal KPK? Sejumlah pegawai KPK mengaku bahwa itu menjadi bagian dari proses pendewasaan lembaga. Agar KPK menjadi lebih matang, kuat, dan lebih solid. Tapi, ada juga yang berpersepsi, kondisi demikian justru bisa membuat KPK lemah atau bahkan hancur. Apalagi jika sejumlah elemen politik dan birokrasi mencoba mengintervensi

20 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 21

Dan, salah satu harapan besar KPK yang dinyatakan oleh Darjoto, Kepala Biro Umum, adalah KPK bisa mendapatkan gedung baru. Maklum saja, menurut Darjoto, gedung KPK sekarang sudah tidak memadai dari segi pemenuhan jumlah pegawai dan ruangannya. “Tahun 2011 kami akan berjuang keras untuk target itu. Kami tidak membangun baru, tapi memanfaatkan gedung milik negara yang tidak dimanfaatkan,” tegasnya.

Resolusi di Hari Antikorupsi

Di pengujung tahun, tepatnya di bulan Desember, KPK mempunyai perhelatan besar yakni Konferensi Nasional Pemberantasan

Korupsi (KNPK) bertema “Upaya Pemberantasan Korupsi Melalui Mekanisme Whistle Blower System” dan peringatan hari antikorupsi. Jadi, boleh dikata bahwa bulan Desember adalah bulan antikorupsi.

KNPK yang ke-5 kalinya ini, menghadirkan semua pejabat di semua Kementerian, BUMN dan lembaga negara lainnya. Acara dibuka langsung oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, yang dalam pidatonya mengajak semua penyelenggara negara (PN) menyambut baik upaya pemberantasan korupsi di negeri ini. Utamanya adalah para penegak hukum, mulai dari kepolisian,

(11)

22 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 23

Nudirman Munir, anggota Komisi III DPR-RI:

Nah, di dalam perjalanan mengemban amanah UU No. 30 tahun 2002, KPK juga mendengar

dua nada itu. Nada sumbang maupun yang merdu. Asalnya tentu dari banyak pihak, internal maupun eksternal. Dan semoga

nada-nada itu bisa menjadi sebuah resolusi dan cermin evaluasi diri.

Seperti apa nada-nada

itu, ini dia…

“Semestinya KPK, kepolisian dan kejaksaan bisa satu suara dalam memutuskan dan mengumumkan fakta kasus Century. Sehingga dalam RDP yang disiarkan terbuka untuk publik menangkap bahwa koordinasi lembaga penegak hukum sudah solid. Dan mereka juga harus pahami bahwa memberantas

korupsi adalah amanah rakyat atau suara rakyat.” “Pimpinan KPK terpilih maupun calon yang

ikut dalam seleksi pemilihan adalah yang terbaik. Jadi akan sangat disayangkan jika yang tidak terpilih tidak ikut digandeng dalam upaya pemberantasan korupsi, dan diberikan kesempatan memimpin juga atau diberi tempat.”

“Semua anggota di Komisi III sangat profesional dalam menangani bidang hukum, termasuk di dalamnya ada KPK. Jadi tidak ada niat untuk melemahkan KPK, karena pada dasarnya amanah yang kita bawa adalah dari rakyat melalui mekanisme politik. Dan salah satu agenda rakyat memberantas korupsi.”

“Yang diperlukan dan diperjuangkan oleh KPK saat ini adalah terus

mendapatkan simpati publik, sehingga bisa mengembalikan public trust pada institusi pemberantasan korupsi ini. Tanpa kepercayaan publik, sulit bagi KPK untuk bekerja optimal.”

“Kejahatan korupsi sudah menyentuh semua lembaga, baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Dan kejahatan ini diper -parah dengan kemampuan konsoli dasi ber-bau politik dan jabatan. KPK masih lemah posisinya dan belum mampu me nyen tuh TPK yang ada di sana. KPK perlu dukungan masyarakat Indonesia yang peduli.”

“Ke depan KPK harus mendorong

peningkatan score CPI di tahun 2011 lebih tinggi dari 2010, dan mampu menuntaskan kasus-kasus besar.”

”Ke depan KPK harus lebih berani dan tegas menangkap para koruptor Indonesia. Buat Indonesia benar-benar menjadi baru, jangan mau kalah dengan anak muda.”

“KPK harus mempertahankan integritasnya sehingga mendapatkan dukungan yang lebih besar dari berbagai pihak. Hasil kinerjamu dinantikan seluruh bangsa Indonesia.”

”Tahun 2011 dengan adanya pimpinan baru, semoga KPK semakin meningkatkan tindakan di bidang pemberantasan korupsi dan pencegahannya.”

”KPK harus menjadi garda depan pembe-ran tasan korupsi, penindakannya harus ditingkatkan, upaya pencegahannya dari kota sampai kampung. Jangan takut menang kap mafia hukum, koruptor dari kalangan penegak hukum maupun politisi.”

”KPK harus bersatu dengan rakyat, agar bangsa ini segera bangkit dari keterpuruk-an. Bersama rakyat memperjuangkan UU Beban Pembuktian Terbalik, karena akan memudahkan kerja aparat hukum dan KPK dalam memberantas korupsi.”

”Independensi KPK harus dijaga dan dikawal pemerintah tanpa intervensi secara politis, sehingga mampu mengatasi masalah korupsi di Indonesia.”

Tahun 2009 dan 2010 merupakan masa-masa sulit bagi KPK, sehingga organisasi yang pegawainya terdiri dari berbagai latar belakang pengalaman dan institusi teruji soliditasnya ketika menghadapi corruptor fight back dalam kurun waktu itu. Dari berbagai ulasan di media massa, kunci pertahanan KPK saat ini adalah karena

kedisiplinan, kolektivitas, soliditas, ketangguhan mental termasuk fisik, dan yang lebih utama adalah terjaganya kepercayaan masyarakat dengan integritas seluruh pegawai KPK.”

Kepemimpinan di KPK ini kolektif kolegial yang berasal dari berbagai macam sumber dan latar belakang. Kelima pimpinan ini harus sadar betul untuk bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan mengajak seluruh elemen yang ada untuk sama-sama bekerja dalam satu tujuan.”

Nada sumbang dipercaya sebagian orang sebagai bumbu perjalanan hidup. Bahkan dalam keadaan tertentu mampu mendongkrak

popularitas. Namun lebih elok, membaca nada sumbang sebagai masukan, input atau kritik membangun, supaya

bisa menjadi penyeimbang nada merdunya.

“KPK dalam bekerja harus disambut baik oleh semua pihak sebagai bagian dari audit dan pengawasan lembaga kita. Dan Kemen trian PU siap untuk jadi baik. Jadi, kami siap dan terbuka untuk diaudit oleh siapa saja, apakah itu oleh internal kami, ekternal pemerintahan maupun masyarakat.”

Arif Nurdiansah, Partnership

Eko S. Tjiptadi, Deputi Pencegahan KPK: Putut Aryo Saputro, anggota TII:

Teten Masduki, Sekjen Transparency International Indonesia (TII):

L. Sungkitarisna, Komunitas Tionghoa Antikorupsi (KOMTAK):

Paku Utama, Konsultan Anti-Corruption UNODC:

Adlinsyah Nasution, Ketua Wadah Pegawai (WP) KPK: Alita, Koordinator Komunitas

Antikorupsi SPEAK:

Hoky Siregar, Anti Corruption Clearing House-GTZ:

Roy Salam, Bung Hatta Anticorruption (BHACA):

22 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 23

Djoko Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum: Ruhut Sitompul,

anggota Komisi III DPR-RI:

Tjatur Sapto Edy,

Wakil Ketua Komisi III DPR-RI:

Bambang Widjojanto,

praktisi dan pengamat hukum:

(12)

24 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 25

K

bencana juga dibaca sebagai sebuah kesempatan bagi pelaku kejahatan. Mereka tega menjarah sisa harta orang yang sedang dalam musibah. Duh, tragisnya!

Tapi, ulah penjarah hanyalah ulah si perut lapar yang terjerat kemiskinan. Prinsip “kanibalisme” seakan menjadi halal bagi mereka, tak peduli saudara yang tengah berkesusahan.

Yang lebih ironis adalah mereka yang tega mengorupsi dana bencana, pelakunya bukan saja si perut lapar, melainkan pejabatnya turut serta. Mereka seolah lupa bahwa dana musibah adalah dana bertuah, tuahnya adalah ancaman hukuman pidana maksimal sampai pada hukuman mati. Pasal 2 ayat 2 uu Tipikor hanya dibaca sebagai sebuah aturan belaka, bukan sebuah ancaman.

(13)

26 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 27

P

endekar di arena perang melawan korupsi. Demikian pimpinan KPK kerap diibaratkan. Tak hanya itu, pimpinan KPK juga harus mampu menjadi kesatria mengingat betapa pentingnya peran mereka dalam penegakkan hukum di negeri ini. Ya, terutama dalam memberantas korupsi.

“Gelar pendekar” itu pun kini disematkan pada Dr. M. Busyro Muqoddas, SH., M.Hum. Sosok yang terpilih sebagai ketua KPK dalam uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di DPR. Apalagi Busyro terpilih dengan perolehan suara 34 dari 51 anggota Komisi III DPR-RI, maka ia harus siap diibaratkan sebagai “pendekar”. “Tanpa merasa berkedudukan lebih tinggi, saya merasa bahwa menjadi pemimpin di lembaga hukum seperti KPK adalah tantangan berat mengemban amanah rakyat. Sehingga konsolidasi dengan semua lembaga penegak hukum di negeri ini adalah keharusan,” ujar Busyro menanggapi ekspektasi yang kini ada di pundaknya.

Busyro yang dipilih menggantikan Antasari Azhar ini mengawali

karier di bidang hukum pada 1983 sebagai Direktur

Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum

Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia (UII) Yogyakarta. Perjalanan akademis dan karier Busyro itu

tentu memang cukup boleh dikatakan mumpuni. Namun, dengan merendah Busyro menegaskan, ia tidak ingin menyombongkan diri. Pasalnya, menurut Busyro, calon lain yang diseleksi juga sangat bagus, menguasai bidangnya, dan mumpuni juga.

Lantas, akan seperti apa gaya kepemimpinan Busyro di KPK? Menurut pria kelahiran Yogyakarta, 17 Juli 1952 ini, bahwa jabatan yang diamanahkannya bukanlah jabatan pribadi, kepemimpinan di KPK bersifat kolektif, sehingga apa yang akan dia lakukan di KPK juga akan dikoordinasikan dengan pimpinan KPK lainnya. Tapi yang jelas, lanjut Busyro, ia akan berupaya menjadikan KPK menjadi lembaga yang disegani. “Saya tidak sepakat menyebut KPK sebagai lembaga yang ditakuti. Ke depannya KPK adalah lembaga yang disegani,” katanya.

Saat ini tugas dan amanah tak ringan siap diemban oleh Busyro sampai akhir tahun 2011 mendatang. Tugasnya tak hanya untuk menghadapi para mafia peradilan, tetapi juga mafia politik dan mafia hukum yang kejahatannya lebih meluas. Dan tugas ini memerlukan keberanian dan ketegasan.

“Seorang yang berani tidak harus vulgar dan kasar. Prinsipnya tenggang rasa dan kekeluargaan, mempertimbangkan tenggang rasa itu penting. Jadi, tegas itu tetap harus humble,” kata Busyro yang tidak terlalu menganggap penting masa jabatan setahun atau empat tahun, asal semua sesuai aturan yang berlaku.

Busyro juga mengakui bahwa dirinya bukan pembuat keputusan tunggal sebagai Ketua KPK, melainkan kolektif kolegial.

Yap, inilah Busyro Muqoddas, pendekar terpilih yang akan mengawal KPK menjadi lembaga yang disegani. Selamat mengemban agenda suara rakyat, memberantas korupsi!

1. Meraih gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum uii pada (1977),

2. Saat menjadi mahasiswa ia aktif berorganisasi sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa universitas islam.

3. Menjadi dekan Fakultas Hukum uii tahun 1999.

4. Menjadi Delegasi Dekan-dekan Fakultas Hukum se-Daerah istimewa Yogyakarta ke DPr ri untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran tentang ruu Penanggulangan Keadaan Bahaya. 5. anggota Dewan Kode etik iKaDin Yogyakarta (1998-2000) 6. anggota Dewan etik iCM Yogyakarta (2000-2005).

7. Ketua Komisi Yudisial republik indonesia periode 2005-2010.

Busyro dan Perjalanan Karier

M. Busyro Muqoddas

26 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010

D

eddy Mizwar terlahir dari pasangan H. Adrian Andres berdarah Belanda-Bugis dan Sun’ah yang berdarah Bugis-Betawi. Namun dalam kehidupannya, Deddy Mizwar sangat kental dibesarkan dalam budaya Betawi, di lingkungan yang dia habiskan waktu lebih banyak.

Semenjak penampilannya di film Naga Bonar(Jadi 2) bersama Tora Sudiro, salah satu frase yang sering diungkapkan dalam dialognya di film itu pun menjadi ikon iklan Pajak. Ya, “apa kata dunia”, menjadi frase yang sangat populer, apalagi ketika dijadikan ikon iklan pajak. Namun belakangan Deddy menyesalkan satu hal terkait pajak, yakni kasus penggelapan pajak yang menimpa salah satu oknum pegawainya. Sehingga instansi Perpajakan menjadi cedera karenanya. ”Masyarakat juga bisa pakai kalimat itu untuk orang pajak yang korupsi: ‘Apa kata dunia,’ hahaha…,” ujar aktor senior ini.

Pria kelahiran Jakarta, 5 Maret 1955 ini mengatakan korupsi terjadi di semua lini kehidupan di Indonesia. Dan sebagai akibatnya adalah kemiskinan di mana-mana, termasuk tindak kriminalitas yang terus meningkat akibat meluasnya korupsi. Sehingga, apa yang sedang terjadi di Direktorat Jenderal Pajak, bukanlah satu-satunya kasus korupsi. Menurut Bapak dua anak ini, di semua instansi bisa terjadi korupsi. Namun di Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan lahan basah karena mengutip uang rakyat, peluang korupsinya mungkin sangat besar.

Meski begitu, Deddy menegaskan, korupsi tak cuma terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. “Tapi, kalau orang Pajak yang korupsi, wah, dosanya paling gede. Dia mengutip uang rakyat, lalu dia kutip lagi untuk dirinya sendiri, baru diserahkan kepada negara. Belum lagi di hilir, uang untuk rakyat juga dikutip lagi oleh petugas lainnya, proyek pun di-mark up,” katanya.

Prihatin, inilah yang dirasakan Deddy ketika melihat bukti kejahatan korupsi ada hampir di semua instansi

pemerintahan. Meskipun di instansi swasta juga bisa terjadi, namun jika itu terjadi atau dilakukan oleh penyelenggara negara, abdinya rakyat, sama halnya sudah mencederai amanah rakyat.

Keprihatinan suami Giselawati ini juga timbul karena korupsi sudah menjadi semacam budaya. Padahal akibat dari semua ini adalah kemiskinan dan kejahatan di mana-mana, bahkan bisa menyebabkan keterpurukan bangsa. ”Makanya, kemiskinan bangsa ini tidak berkurang, malah muncul kemiskinan baru. Sangat tidak masuk akal, negara kita yang kaya raya, kok, rakyatnya miskin. Ini karena korupsi,” ujarnya

berpendapat.

Dan ironisnya lagi, menurut Deddy, negeri ini juga sangat getol membangun tempat ibadah,

namun korupsinya masih tinggi. ”Heran ya, rumah ibadah makin banyak, tapi korupsi jalan

terus. Apa kata dunia?” pungkas Deddy.

Nama besarnya di dunia perfilman Indonesia menger

ucut

pada sebuah ikon film dr

ama kehidupan nyata.

Setiap film

yang disutradarainya selalu member

ikan pesan moral

yang luhur. Film terbar

unya tahun ini, “Alangkah Lucun

ya

(negeri Ini)”, mengupas tentang kehidupan k

oruptif kaum

termarginal dan men

yindir koruptor neger

i ini.

EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 27

(14)

28 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 29

S

aya hanya butuh 15 menit untuk mendapatkan KTP baru, ditinggal jalan-jalan sebentar sudah jadi. Bayar hanya Rp10.000.” Demikian seorang warga Surabaya bernama Santi mengungkapkan kepuasannya atas layanan pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) yang kini diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Layanan itu Santi dapatkan di pusat perbelanjaan Royal Plaza Surabaya.

Segampang itukah? Ya, seperti dijelaskan Santi, bagi pemohon KTP, cukup membawa surat pengantar dari RT dan RW serta KTP lama. Praktis dan tak ribet. Selain itu, bagi mereka yang memiliki kesibukan yang tak bisa ditinggalkan, tak perlu khawatir. Layanan pembuatan KTP dibuka sampai pukul 21.00. “Tidak mengganggu jam kerja. Tidak juga perlu izin dari kantor dan bisa jalan-jalan memanfaatkan waktu rehat,” ujar Santi semringah.

Berbagai kemudahan dan keuntungan itu, sebagaimana disampaikan Santi, merupakan layanan publik teranyar bagi masyarakat Surabaya yang tengah dikembangkan Pemkot Surabaya. Layanan KTP di mal, itulah namanya. Layanan pembuatan KTP di mall wilayah selatan Surabaya ini dimulai sejak Mei 2010. Layanan dibuka pada hari kerja dari pukul 13.00-21.00 WIB. Tak hanya itu, pada hari Minggu, pelayanan tetap buka dari pukul 10.00-22.00 WIB.

Rencananya, layanan serupa juga akan dibuka di wilayah barat Surabaya, tepatnya di pusat perbelanjaan Pakuwon Trade Center (PTC).

Komitmen memberikan kemudahan dan pelayanan bagi masyarakat dalam pembuatan KTP, memang inilah yang tengah ditargetkan Pemkot Surabaya. Seperti dikemukakan Ida, Kepala Bagian Kependudukan Dinas Kependududkan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Surabaya, layanan pembuatan KTP di mal adalah upaya pemerintah untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. “Layanannya memang baru untuk perpanjangan, kalau pembuatan baru harus di kecamatan/kelurahan setempat,” katanya.

Selain di mal, lanjut Ida, sebagai terobosan baru layanan publik khususnya KTP Kota Pahlawan, juga dilakukan di kelurahan/ kecamatan. Setidaknya ada 163 tempat untuk pembuatan KTP, meskipun belum semua siap. Tapi yang jelas, baik layanan di mal maupun di kelurahan, KTP bisa langsung jadi. Sementara itu, layanan KTP Keliling sudah ada perangkatnya namun bersifat on-line. Untuk setoran

pem-ba yar an KTP di mal setiap hari diambil oleh bank. Dan rencananya, pembuatan KTP digratiskan kecuali untuk perkawinan ada retribusi,” jelas Ida.

Ida juga menegaskan, untuk status pegawai yang bertugas di mal tersebut adalah pegawai PNS Disdukcapil. Mereka bekerja pukul 13.00-21.00 WIB (8 jam) pada hari kerja. Sementara untuk Sabtu dan Minggu ada dua shift, pagi pukul 10.00-15.00 selanjutnya shift kedua pukul 15.00-22.00. Dengan petugas berjumlah tiga orang, KTP Mal pada hari kerja bisa melayani hingga 50-an pemohon, sementara pada Sabtu-Minggu bisa mencapai 100 pengajuan.

Yang juga tak kalah hebatnya, layanan publik di mal ini juga mene-rima pembuatan SIUP. Layanan pem buatan SIUP di mal dibaca Pemkot Surabaya sebagai respons atas kecenderungan enggan nya para pengusaha mengurus SIUP sendiri. Biasanya mereka lebih memilih menggunakan layanan biro jasa.

Sementara itu, sebagaimana dikemu kakan Ira dari Disperdagin Surabaya, pihaknya sudah sering pihak nya melakukan sosialisasi ke masya rakat, bahwa syarat pembuatan SIUP saat ini mudah sekali. Disiapkan

customer service dan verifikasi sebelum ke loket, kalau hendak meng-ambil nomor antrean sudah pasti ke loket untuk proses, kalau verifikasi akan ketahuan ada kurang atau tidak persyaratannya. “Dulu tidak ada verifikasi sehingga orang harus bolak-balik. Kalau untuk tanya-tanya dulu bisa pada customer service. Brosur dan form tersedia. Bisa juga dilihat di website bareng dengan alamat

surabaya.go.id (Disperdagin). Jika SIUP sudah jadi, pemilik akan dihubungi petugas, rata-rata tiga hari sudah jadi,” tegas Ira.

UPTSA

Layanan publik Kota Surabaya pada Survei Integritas (SI) yang dilakukan KPK di tahun 2010, untuk layanan

KTP, IMB dan SIUP, mendapatkan nilai tertinggi. Prestasi ini merupakan sebuah ajang evaluasi kota

berlambang buaya dan ikan itu, untuk terus berbenah diri sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia.

Namun prestasi SI 2010 ini bukanlah yang pertama didapatkan Surabaya. Menurut Sri Mulyono, Kadis PT Cipta Karya untuk urusan IMB, Surabaya pernah mendapat penghargaan Pelayanan PRIMA, khusus IMB dari Menpan. Jauh sebelum ada Unit Pelayanan terpadu Satu Atap (UPTSA), sudah ada loket tersendiri untuk penerimaan berkas, masyarakat tidak berhubungan langsung dengan petugas. Namun sekarang ada UPTSA, dari sana dikirim kesini untuk diproses setiap akhir jam kerja.

Evaluasi pelayanan itu, lanjut Mulyono, sudah dilakukan dari dulu deng an kriteria bagaimana trans paransi, tidak membedakan siapa pengguna, sesuai dengan waktu yang diten tukan. Di UPTSA sudah di pajang berapa biaya dan lama proses dokumen. Di pimpinan ada map ken dali, berapa waktu yang ditentu kan untuk proses, sehingga ketahuan apabila lebih dari waktu yang ditentukan, pasti ada masalah,” jelas Mulyono.

Meski demikian, Surabaya tak kemudian lengah. Masih banyak hal yang harus dilakukan. Misalnya soal pelayanan IMB saat ini yang harus juga segera dibenahi. Apalagi, lanjut Mulyono, selama ini sudah diaudit ISO yang berarti standar yang dilakukan sudah memenuhi syarat. Yang diperlukan hanya tinggal konsisten terhadap proses yang disepakati. Namun di sisi lain, ada masalah menyimpang dari pelayanan, IMB sebagai kontrol penataan ruang kota tetapi dibebani Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tentu ini kurang fair, bila harus mengendalikan tata ruang tapi tetap dibebani/ditarget PAD.

Alhasil tentu akan menjadi dilematis. Menurut Mulyono, harusnya seberapa dapatnya saja, jangan sampai tata ruang dikorbankan karena

mengejar target PAD. “Harusnya ada pemahaman dari dewan, targetnya harusnya pengendalian tata ruang dan bagaimana pelayanan terhadap masyarakat transparan. Fenomena ditangkap kemudian, apakah mengejar PAD ataukah pengendalian tata ruang,” jelas Mulyono berharap.

Upaya perbaikan dan peningkatan pelayanan publik juga ditegaskan Wali Kota Surabaya Ir. Tri Risma Harini. Surabaya sejauh ini sudah melakukan banyak perbaikan, contohnya penetapan PBB akan dilaksanakan oleh Pemkot. Dan untuk SDM yakni petugas pelayanannya, sejak awal 2010 sudah ada pelatihan E-procurement, keramah-tamahan petugasnya juga kesigapan dalam melayani publik.

Di samping itu, menurut Tri, hingga pertengahan 2012, Surabaya menargetkan terwujudnya restruk turisasi perizinan. Pada pertengahan 2012, dari 108 menjadi hanya 5 jenis paralel, tetap masing-masing menge luarkan izin yang bersifat paralel. Target lainnya membuat Satu Atap menjadi Satu Pintu.

Meski begitu, Tri juga tidak tutup mata soal kendala dalam hal layanan publik. Terutama soal IMB dalam hal pengawasan yang terkadang lostout ofcontrol. Di sisi lain adalah kesiapan SDM, meskipun pada gilirannya dengan sistem komputerisasi dan kemajuan teknologi akan bisa membantu percepatan proses layanan publik. “Ke depan, harapannya adalah pemberian tunjangan pendapatan pada pegawai, sehingga mereka tenang bekerja dan tidak ‘mencari-cari’ lagi,” tegas Wali Kota Surabaya ini.

Go Surabaya go!

Layanan pembuatan KTP mudah dan bahkan

merambah mal. Perizinan pun sudah

terintegrasi di Unit Pelayanan Terpadu Satu

Atap (UPTSA). Langkah tegas memangkas

gerak praktik percaloan.

ir. Tri risma Harini, Wali Kota Surabaya

28 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 29

(15)

30 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 31

Pagi hari di 8 Desember

2010, ada yang berbeda

di areal parkir gedung

KPK, Kuningan, Jakarta

Selatan. Alih-alih

deretan mobil yang

biasa terparkir, di sana

malah berjejer kios-kios

sederhana bernuansa

kampung. Sebuah gapura

bambu bertuliskan

“Kampoeng Antikorupsi”

terpasang sebelum

memasuki kawasan itu.

i

“kampung” itu, para penggiat antikorupsi dari berbagai elemen seperti LSM, lembaga akademis, lembaga negara, dan jurnalis; berkumpul memberikan informasi seputar kegiatan yang dilakukan dalam memerangi korupsi.

Ada lagi yang unik. Di antara keramaian “kampung antikorupsi”, tampak belasan anak kecil

menggunakan rompi dan tanda pengenal KPK sibuk mondar-mandir mencari sesuatu. Ternyata, mereka adalah para siswa SD yang berperan sebagai penyidik cilik yang sedang sibuk melakukan simulasi pencarian barang bukti yang bisa digunakan dalam membantu proses penyidikan kasus korupsi.

Itulah sebagian kemeriahan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang dilangsungkan selama dua hari, pada 8 dan 9 Desember 2010. Acara lainnya adalah dongeng antikorupsi. Ada juga mural on canvas, dimana sejumlah seniman melukis di atas kanvas dengan tema pemberantasan korupsi.

Dalam memperingati Hari Antikorupsi Sedunia tahun ini, KPK melakukan kampanye antikorupsi bersama-sama dengan Komisi Yudisial (KY), Indonesia Corruption Watch (ICW), Transparansi

Internasional Indonesia (TII), Uni Eropa (UE), dan UNODC. Peringatan kali ini mengusung tema ”Tanpa Korupsi, Baru Indonesia!”

Kampanye antikorupsi bersama ini memiliki tujuan meningkatkan

kesadaran masyarakat bahwa korupsi masih menjadi masalah utama bangsa. Sekaligus, menciptakan

kesadaran masyarakat akan pentingnya peran

serta aktif dalam pemberantasan korupsi dalam konteks hidup sehari-hari.

Selain itu, kampanye antikorupsi bersama ini juga ingin memberikan penegasan bahwa pemberantasan korupsi memerlukan keterlibatan dari semua unsur masyarakat. Yang saling bergandengan tangan, bahu-membahu memberikan kontribusi sesuai bidangnya masing-masing demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.

EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010 31

P

eringatan Hari Antikorupsi Sedunia sampai pada puncaknya pada Kamis, 9 Desember 2010. Selain mengadakan kegiatan bertajuk “Kampung Antikorupsi” di area parkir gedung KPK selama dua hari sejak 8 Desember, Pimpinan KPK Bibit Samad Rianto dan Mochammad Jasin juga melepas iring-iringan mobil karnaval sosialisasi kegiatan antikorupsi di depan gedung KPK.

Sebelum pelepasan karnaval, Kamis, 9 Desember 2010, berlangsung konferensi pers puncak acara

peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang bertema “Tanpa Korupsi Baru Indonesia” yang diikuti perwakilan dari United Nation Office on Drug and Crime (UNODC), ICW, TII, Komunitas

Antikorupsi, dan KPK.

Dalam konferensi pers tersebut di antaranya dikemukakan mengenai pemberantasan korupsi di negeri ini yang dinilai makin berat. Jika pada awal reformasi koruptor terfragmentasi, kini mereka semakin kompak, menyusul terkonsolidasinya kekuatan lama berupa elite-elite politik dan bisnis. Beberapa kasus menunjukkan, koruptor saling melindungi melalui negosiasi politik. Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Jenderal TII Teten Masduki. Karena terkonsolidasi kuat, koruptor menjadi lebih berani membajak, mengganggu, dan mengancam institusi-institusi antikorupsi. “Kita beruntung hingga hari ini KPK masih selamat,” katanya.

Ajit Joy, kepala perwakilan UNODC di Indonesia mengatakan, di tengah terkonsolidasikannya korupsi di tingkat elite, gerakan masyarakat sipil di lapisan terbawah dalam melawan korupsi justru menguat.

Sementara itu, Wakil Ketua KPK M Jasin mengatakan, dalam peringat-an Hari Antikorupsi Sedunia ini, KPK bekerja sama dengan sejumlah lemba-ga, seperti ICW, kalangan perguruan tinggi, dan sejumlah LSM lainnya, membangun “Kampung Antikorupsi” di halaman Kantor KPK. Anak-anak muda hingga anak-anak sekolah dasar dilibatkan dalam berbagai kegiatan pendidikan antikorupsi. “Dan tema hari antikorupsi tahun ini adalah Tanpa Korupsi Baru Indonesia,” kata Jasin.

30 EDISI 18/ TH. IV / NOVEMBER-DESEMBER 2010

Gambar

Tabel Indeks Integritas Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk persamaan pertumbuhan populasi virus HIV/AIDS yang digunakan pada paper ini, estimasi EKF dengan nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis indeks kekeringan meteorologis lahan gambut di pulau Bengkalis dengan menggunakan data hujan satelit TRMM berbasis

daerah dengan ketersediaan dana yang terbatas dengan memperhatikan tolok ukur dan target kinerja yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang dilaksanakan. Komposisi

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv dengan hasil berupa gambar tampang lintang resistivitas model bawah permukaan 2D yang digunakan untuk

Jadi hubungan antara komunikasi dan kebudayaan sungguh sangat erat, jika dikaitkan dengan kegiatan budaya dan praktek adat tradisi upacara kematian saurmatua bagi

IAIN menuju UIN kedepan dalam peroses Integrasi keilmuan sesuai dengan Visi dan misi yang berorientasi pada tujuan yang ditetapkan oleh regulasi sistem pendidikan nasional yakni

Sembilan Milyar Tujuh Ratus Sembilan Puluh Lima Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah. Ketua

Jika dikaitkan dengan dakwah , berarti kegiatan dakwah yang dilakukan komunitas Remaja Ukhuwah Nurul Yaqin mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika yang